• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Budidaya Tanaman Padi Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu

Oleh : ASEP FIRMANSYAH

 Produksi padi nasional belum mencapai target sementara kebutuhan beras nasional terus meningkat

 Telah terjadi pelandaian produksi dan degradasi kesuburan lahan

Keseimbangan hara terganggu (pemupukan dosis tinggi tanpa melihat status hara tanah) Penurunan kandungan BO tanah

Dominasi VUB IR64 belum tergantikan oleh VUTipe Baru maupun Hibrida yang memiliki potensi hasil lebih tinggi

Keterlambatan adopsi teknologi oleh petani

Pengelolaan Tanaman Terpadu  Partisipatif

 Spesifik lokasi

 Dinamis dalam susunan teknologi  Introduksi inovasi secara terus menerus  Sinergisme komponen Teknologi

Faktor Kunci Keberhasilan Produksi Padi: • Varietas baru/unggul

• Pengairan • Pupuk

• PHT & Tekbud lainnya

Varietas padi Unggul

Varietas sesuai lingkungan setempat dan selera pasar yang mempunyai ciri :  Dapat beradaptasi terhadap iklim dan jenis tanah setempat

 Citarasa disenangi dan memiliki harga tinggi di pasaran  Daya hasi tinggi

 Tahan terhadap hama dan penyakit  Tahan rebah

Contoh beberapa varietas padi :

1. Varietas unggul baru misalnya : IR64, WAB, Btg. Lembang, Btg. Piaman , Memberamo, Ciherang, Cibogo, Cigeulis,dll

2. Padi tipe baru misalnya Fatmawati, dicirikan oleh anakan sedikit tapi semua produktif, batang kokoh dan perakaraan dalam.

(2)

Teknologi Unggulan Padi Sawah dengan Pendekatan PTT: Benih bermutu/bersertifikat

• Benih direndam dalam larutan garam 3% (30 g garam dapur/10 lt air) selama 24 jam • Hanya mengambil benih yang tenggelam

• Benih rendaman ditiriskan selama 24 jam

• Perlakuan benih menggunakan Fipronil (regent 50 ST) untuk daerah dengan serangan hama penggerek batang dan keong emas.

• Perkecambahan dan pertumbuhan seragam • Diperoleh bibit sehat dengan akar yang kuat • Cepat pulih (recovery) saat ditanam pindah.

Pengolahan tanah sempurna atau TOT, sesuai kondisi setempat: Pengolahan tanah sempurna

Penggenangan selama 7 hari agar tanah menjadi lunak Pembalikan tanah dengan bajak singkal (15-20 cm) Inkubasi selama 7 hari

Bajak rotari untuk melembutkan tanah hingga melumpur Garu untuk meratakan lahan

Kebutuhan air berkisar 150-250 mm atau 1500 -2500 m3

Tanpa Olah Tanah

 Daerah yang mengalami kekurangan air pada saat awal musim

Pemeliharaan Pesemaian

 Pemilihan lokasi yang terbaik : rata, mudah untuk memberi dan membuang air, tidak ternaungi dan jauh dari lampu

 Luas ± 4% atau 1/25 dari luas pertanaman.

 Lebar 1 - 1,2 m dan panjang sesuai petakan. antara 10-20 m

 Penambhan pupuk kandang atau bokashi sebanyak 2 kg/m2 untuk mengemburkan tanah

dan memudahkan pencabutan benih  Penambahan 20-40 g Urea/m2 saat 5-7 hss.

 Sebar benih yang telah direndam dan ditiriskan secara merata diatas bedeng pesemaian

Modifikasi Pesemaian

• Olah tanah dan membenam gulma

• Bajak menggunakan ternak, hand-traktor, atau cangkul

• Buat begengan lebar 1-1,2m (luas 400m2) cukup untuk 15-20 kg benih

• Pupuk 5-10 g urea/m2

• Setelah lahan digenangi dan tanah lunak, jadikan melumpur, ratakan • Gali saluran di pinggir untuk drainase

• Masukkan campuran tanah dan basahi • Tabur benih

Cara dan Tata Tanam

(3)

Tanam benih langsung (Tabela) memerlukan 30-40 kg benih/ha, umur panen 7-10 hari lebih cepat dari tanam pindah (Tapin).

Pelumpuran harus sempurna, permukaan lahan rata dan perlu dibuat caren keliling Hasil tidak berkurang, namun demikian Tabela lebih cocok untuk musim kemarau

Pemupukan yang Efektif dan Efisien

Pemupukan N berdasar bagan warna daun (BWD)

Pemberian pupuk Nitrogen yang tepat dalam takaran dan waktu sesuai potensi hasil dan kebutuhan masing-masing varietas

Takaran N yang dibutuhkan tanaman varietas inbrida (IR64. Ciherang) berbeda dengan VU Tipe baru (Fatmawati) maupun Hibrida.

Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi  N berdasarkan BWD

 P & K berdasarkan PUTS atau petak omisi

 Disertai dengan pemecahan masalah kesuburan tanah apabila terjadi

 Acu Permentan No. 01/Kpts/SR/1/2006 atau No. 40/2007

Bagaimana menggunakan PUTS ?

1. Persiapan contoh tanah: pengambilan dan proses sampling spt yang disampaikan sebelumnya

2. Proses pengukuran kadar hara dan penetapannya Menetapkan rekomendasi pupuk

Cara penggunaan BWD

• Pengukuran dengan BWD dimulai sejak 14 hst hingga tanaman memasuki periode berbunga dengan interval 7-10 hari

• Sampel tanaman diambil sebanyak 10 rumpun secara acak untuk 1000 m2.

• Sampel daun teratas yang telah membuka penuh dan tidak cacat.

• Meletakkan bagian tengah sampel daun diatas BWD dan membandingkan warnanya.

• Jika rata-rata pembacaan < skala kritis (4 untuk inbrida dan 5 untuk hibrida dan tipe baru) maka ditambahkan Urea 50-75 kg/ha untuk musim hasil rendah dan 75-100 kg/ha untuk musim hasil tinggi

Pemupukan P dan K

Takaran pupuk P dan K didasarkan pada analisis tanah (peta status hara) atau petak omisi  Defisiensi P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, anakan berkurang dan saat

pematangan tidak serempak.

 Seluruh pupuk P diberikan pada saat pemupukan dasar karena hara P sukar larut dalam tanah.

(4)

 Bila pupuk K yang diberikan takarannya rendah - sedang (<100 kg KCl/ha) maka seluruh K diberikan sebagai pupuk dasar atau bersamaan pemberian N ke-1

 Bila pupuk K yang diberikan takarannya tingi (>100 kg KCl/ha) maka 50% K diberikan sebagai pupuk dasar atau bersamaan N ke 1 dan 50% berikutnya saat primordia atau pemberian N ke-3

Pupuk Organik

(Kompos Jerami, Pupuk Kandang) Kegunaan bahan organik

 Meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik tanah  meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroba tanah)

 memperbaiki sifat fisik. kimia dan biologi tanah  memberikan tambahan hara

Cara penggunaan bahan organik

 Disebar merata di atas hamparan sawah dua minggu sebelum pengolahan tanah agar terjadi pelapukan dan mudah dibenamkan bersamaan pengolah tanah pertama.  Jerami padi dilapukkan di pinggiran sawah selama satu musim sebelum digunakan

sebagai BO.

 Penambahan mikrobia seperti Stardex/starbio/EM4 untuk mempercepat dekomposisi jerami.

Indikator bahan organik yang telah siap dimanfaatkan oleh tanaman : • Nisbah C/N bahan < 20%

• Aroma khas

• Tidak berbau busuk

• Jika dipegang terasa kering/lembab • Remah (gembur)

• Warna hitam kecoklatan

Bila sumber bahan cukup tersedia maka pemberian 2 ton BO/ha/musim cukup untuk mempertahankan kesuburan tanah.

Kombinasi pemberian pupuk organik dan anorganik (pupuk kimia) dapat memberikan dampak yang lebih baik seperti hasil gabah yang lebih tinggi sekaligus mempertahankan kesuburan tanah.

Penggunaan b.o

• Sebarkan bahan organik dan benamkan gulma

• Bajak menggunakan ternak, hand-traktor, atau cukup dgn cangkul • Setelah lahan digenangi dan tanah lunak, jadikan melumpur, kmd tanam • atau

(5)

Upaya Penghematan Air 1. Persiapan lahan 2. 2 Awal pertumbuhan 3. 3 Pemeliharaan

Keuntungan Pengairan Berselang

 Menghemat air irigasi, shg areal yang diairi lebih luas.

 Akar tanaman mendapatkan udara > banyak dan berkembang > dalam.  Mengurangi timbulnya keracunan besi.

 Mencegah penimbunan asam organik.

 Mengaktifkan jasad renik mikroba yang bermanfaat.  Mengurangi kerebahan.

 Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.

Pengendalian Gulma

 Pengendalian secara mekanik dengan mencabut gulma menggunakan tangan  Penyiangan dengan gosrok atau landak pada tanaman dengan jarak tanam teratur

(tegel maupun legowo) saat tanaman berumur 10-15 hst dan diulang kembali dengan interval 10-25 hari.

1. Meningkatkan volume oksigen untuk respirasi akar 2. ramah lingkungan

3. lebih ekonomis

4. jika dilaksanakan bersamaan atau setelah pemupukan dapat membantu membenamkan pupuk

Pemakaian Herbisida

Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT) Strategi :

 Menggunakan varietas tahan  Tanam bibit sehat

 Pengamatan berkala di lapangan

 Pemanfaatan musuh alami seperti laba-laba  Pengendalian secara mekanik

o pengambilan dengan tangan untuk pengendalian kelompok telur o pagar dan perangkap untuk tikus

o lampu perangkap untuk ulat grayak. lembing. penggerek batang dll o pestisida jika diperlukan

Panen dan Pasca Panen

Penanganan pasca panen yang tepat :

Menghindari kehilangan hasil ( 20%) dan penurunan mutu beras, melalui : pemanenan dengan sabit bergerigi

menggunakan power threser Penurunan kualitas benih

(6)

Penentuan Saat Panen

 Sudah sesuai dengan umur tanaman  Rata-rata 30-35 hari sejak padi berbunga

 Jika 95% malai menguning maka segera dipanen

Pengeringan :

 Jemur gabah diatas lantai jemur  Ketebalan gabah 5-7 cm

 Lakukan pembalikan setiap 2 jam  Pada MH gunakan pengering buatan

o Suhu 42o C untuk mengeringkan benih

o Suhu 50oC untuk gabah konsumsi

 Penyimpanan gabah pada kadar air 14% untuk mempertahankan kualitas gabah

Terima Kasih

Smoga Bermanfaat

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan kekuatan kayu adalah daya tahan kayu terhadap. berbagai faktor internal

(faktor kelalaian manusia). Sehingga menurut catatan Kepolisian, dari seluruh rentang kejadian kecelakaan disebabkan pengendara yang kurang memperhatikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas XI

“Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warganya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai

Bagi calon penyedia jasa konstruksi yang keberatan atas Pengumuman ini, diberikan masa sanggah sesuai dengan jadwal Sistem Pelelangan Secara Elektronik (SPSE) dan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil observasi penelitian yang bersangkutan mengenai yang membentuk konsep diri anak usia 5-6 tahun, pengaruh pembelajaran

Pembagian di atas dimungkinkan akan berubah karena sejak tahun 2008 Mahkamah Agung RI menerbitkan sebuah buku tentang Pedoman Teknis Peradilan Agama yang mana Bila

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi dengan obat misalnya salisilat,