• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Analisis tingkat kesukaran dan daya beda butir soal, tes sumatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Analisis tingkat kesukaran dan daya beda butir soal, tes sumatif."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

2

Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal Tes Sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Negeri 4

Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015 Ni Kadek Widiasih

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo

Anggota Sayama Malabar

Sance Lamusu ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis tingkat kesukaran dan daya beda butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Adapun yang menjadi rumusan masalah yaitu: Bagaimanakah kategori soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015?, Bagaimanakah tingkat kesukaran butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015?, dan Bagaimanakah daya beda butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015?. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif-kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh soal tes sumatif Ujian Akhir Semester Ganjil beserta hasil jawaban siswa.

Untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan di atas, data-data tersebut dianalisis dengan teknik dokumentasi, wawancara, baca, dan catat. Untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya beda butir soal, dilakukan analisis terhadap soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS). Hasilnya menunjukkan bahwa 1) kategori soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) terdapat 16 (32%) butir soal yang tidak sesuai dengan kisi-kisi soal yang dibuat guru; 2) tingkat kesukaran butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) tidak ada soal yang termasuk kategori sukar (0%), 35 termasuk kategori sedang (70%), dan 15 termasuk kategori mudah; 3) daya beda butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) terdapat 10 soal kategori baik (20%) dan 40 soal kategori tidak baik (80%). Simpulannya tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015 belum penunjukkan proporsoinal dan perlu diadakannya revisi.

(3)

3 PENDAHULUAN

Tes merupakan salah satu alat untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang tehadap pertanyaan (Widoyoko, 2012:1). Hasil tes yang diperoleh akan menjadi cermin baik tidaknya tes yang digunakan. Gambaran mengenai baik-buruknya suatu perangkat tes dapat dilihat dari kualitas soal yang digunakan. Tes dengan kualitas yang baik akan memiliki butir-butir soal yang baik. Oleh karena itu, setelah proses evaluasi dilakukan, guru perlu melakukan tindak lanjut dengan memperbaiki hasil yang telah diperoleh. Dalam hal ini dilakukan analisis butir soal agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas memadai. Dengan menganalisis butir soal dapat diperoleh informasi kekurangan sebuah soal.

Butir soal yang baik adalah yang tingkat kesulitannya cukupan, tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Butir soal yang terlalu mudah atau terlalau sulit tidak baiknya karena kuduanya tidak mencerminkan capaian hasil pembelajaran yang dilakukan, karena baik sisa kelompok tinggi maupun rendah sama-sama berhasil atau gagal (Nurgiyantoro, 2010:194). Menganalisis butir soal berarti melihat aspek tingkat kesukaran, daya beda suatu soal. Mengukur indeks kesukaran untuk mengetahui tingkat kesulitan dan kemudah suatu soal, dan mengukur daya beda untuk mengetahui tingkat kesukaran, sedang, dan mudahnya suatu soal yang akan diujikan.

Nurkancana (1983:134) mengemukakan bahwa analisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Sedangkan analisis daya beda

(4)

4 tinggi prestasinya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, selama ini tim pembuat soal tes Sumatif UAS Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sudah pernah melakukan analisis butir soal yang disusun. Hal ini disebabkan atas kesalahan penyajian soal tes Sumatif UAS tidak hanya diakibatkan pada kurang telitinya siswa dalam mengerjakan tes, akan tetapi diakibatkan oleh lemahnya butir soal yang disusun. Oleh sebab itu, analisis terhadap soal tes Sumatif penting dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal dan penyajian mutu soal yang akan diujikan pada tahun-tahun selanjutnya.

Sehubungan dengan permasalahan ini, teori yang melandasi adalah teori yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (1987: 126-127) mengemukakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis butir soal dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Mengukur skor pada jawaban siswa dari skor yang tertinggi berturut-turut sampai skor yang terbawah.

2) Mengambil sebanyak 27,5 % jumlah siswa dari skor yang tertinggi dan 27,5 % dari skor terendah. Kelompok yang pertama disebut kelompok tinggi (kelompok siswa yang skornya tinggi), sedangkan yang kedua disebut kelompok rendah, dan sisanya sebagai kelompok tengah. Pembagian menjadi tiga kelompok tersebut terutama disarankan jika jumlah siswa cukup besar, sebaliknya jika hanya sedikit, cukup dibedakan menjadi kelompok tinggi dan kelompok rendah saja.

(5)

5

3) Menganalisis jawaban benar atau salah per butir soal per siswa. Analisis ini hanya dilakukan terhadap jawaban siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah. Sedangkan kelompok tengah ditinggalkan. Berdasarkan analisis atau identifikasi ini akan dapat dihitung tingkat kesukaran dan daya beda masing-masing butir soal.

Nurgiyantoro (1987:126) mengemukakan analisis butir soal dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap tingkat kesukaran dan daya beda butir soal. Tingkat kesukaran dan daya beda dijelaskan sebagai berikut ini.

1) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal biasanya juga diartikan sebagai tingkat kesulitan soal. Menurut Oller (dalam Nurgiyantoro, 1987:128) mengatakan bahwa tingkat kesulitan (item difficulty) adalah pertanyaan tentang seberapa mudah dan sulit butir soal bagi siswa yang dikenai pengukuran. Dalam hal ini, Oller sendiri lebih suka mempergunakan istilah item facility (tingkat fasilitas) karena hal yang dimaksud sebenarnya adalah seberapa besar suatu butir soal memberi fasilitas atau kemudahan bagi siswa.

Butir soal yang baik adalah yang tingkat kesulitannya cukup, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Butir soal yang terlalu mudah atau sulit sama tidak baiknya karena keduanya tidak dapat membedakan antara siswa kelompok tinggi dan siswa kelompok rendah. Butir soal yang demikian dianggap tidak memberi informasi apa-apa tentang pembedaan prestasi antara tiap individu.

(6)

6

sebagai berikut: jumlah jawaban betul kelompok tinggi (FH) ditambah jawaban betul kelompok rendah (FL) dibagi jumlah siswa kedua kelompok tersebut (N). Jika ditulis dengan rumus, indeks tingkat kesuitan (IF) tersebut adalah sebagai berikut.

N FL FH IF   (Nurgiyantoro, 1987:128) Ket.

IF = Indeks tingkat kesukaran yang dicari FH = Jumlah jawaban betul kelompok tinggi FL = Jumlah jawaban betul kelompok rendah N = Jumlah siswa kedua kelompok

2) Daya Beda

Daya beda (item discriminability) maksudnya adalah seberapa besar suatu butir soal dapat memebedakan antara siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah. Butir soal yang baik adalah dapat membedakan antara kedua kelompok tersebut secara layak. Hal itu berdasarkan logika bahwa siswa dari kelompok tinggi seharusnya dapat menjawab dengan betul yang lebih banyak daripada kelompok rendah (Oller dalam Nurgiyantoro,1987:129).

Daya beda soal dihitung berdasarkan perbedaan jumlah jawaban betul untuk tiap butir soal antara kelompok tinggi dan kelompok rendah. Jika terjadi kelompok rendah menjawab betul lebih banyak daripada kelompok tinggi, butir soal yang bersangkutan kurang baik karena menyalahi logika. Untuk mencari indeks daya beda suatu butir soal dilakukan dengan cara sebagai berikut: jumlah jawaban betul kelompok tinggi dikurangi jumlah jawaban betul kelompok rendah kemudian dibagi

(7)

7

jumlah siswa kelompok tinggi atau rendah (27,5 persen). Jika ditulis dengan rumus indeks daya beda tersebut adalah sebagai berikut.

N FL FH ID  (Nurgiyantoro, 1987: 129) Ket.

ID = Indeks daya beda yang dicari

FH = Jumlah jawaban betul kelompok tinggi FL = Jumlah jawaban betul kelompok rendah

N = Jumlah subjek kelompok tinggi atau rendah, atau 27,5 % subjek METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif . Metode deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarakan data apa adanya tentang hasil penelitian mengenai hasil jawaban siswa menjawab tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS). Objek dalam penelitian ini adalah soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS).

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik dokumentasi, tehnik wawancara, tehnik baca, dan tehnik catat. Tehnik analisis data dilakukan dengan cara, 1) mengidentifikasi jawaban benar dan jawaban salah pada lembar jawaban siswa; 2) mengklasifikasi jawaban benar dan jawaban salah pada lembar jawaban siswa sesuai urutan skor dari yang tertinggi sampai yang terendah; 3) mengukur tingkat kesukaran item tes dapat diketahui dari besar kecilnya angka tingkat kesukaran yang dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (1987:128) yaitu

N FL FH

(8)

8 daya beda butir soal menggunakan rumus

N FL FH

ID  dan lebih jelasnya telah

disajikan pada kajian teori; 4) menguraikan analisis soal tes sumatif berdasarkan tingkat kesukaran dan daya beda soal; 5) menyimpulkan hasil analisis data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat, bahwa tingkat kesukaran butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015 berdasarkan kategori Taksonomi Bloom masih terdapat soal yang tidak sesuai dengan kisi-kisi soal yang dibuat guru. Pada kisi-kisi guru terdapat 4 soal pengetahuan (C1), 8 soal pemahaman (C2), 22 soal penerapan (C3), 7 soal analisis (C4), 6 soal sintesis (C5), 3 soal evaluasi (C6). Soal-soal yang tidak sesuai berdasarkan analisis Taksonomi Bloom sebanyak 16 butir soal (32%) terdapat pada nomor 2, 12, 16, 19, 20, 23, 24, 25, 28, 39, 40, 41, 42, 44, 45, dan 48. Soal yang sesuai berdasarkan penentuan kisi-kisi oleh guru dan analisis Taksonomi Bloom sebanyak 34 butir soal (68%).

Pada tingkat kesukaran butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015 tidak proporsional. Dari 50 butir soal, yang tergolong sukar tidak ada (0%), yang tergolong sedang 35 butir (70%), dan yang tergolong mudah (30%). Soal yang baik bila tingkat kesukarannya mampu membedakan kemampuan siswa kelompok tingggi dan siswa kelompok rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Noll

(9)

9

(dalam Nurgiyantoro, 1987:128) yang menyatakan bahwa butir soal yang baik adalah yang tingkat kesukarannya cukupan, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Butir soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit sama tidak baiknya karena keduanya tidak dapat membedakan antara siswa kelompok tinggi dan siswa kelompok rendah. Butir soal yang demikian tidak memberikan informasi apa-apa tentang perbedaan prestasi antara tiap individu.

Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya beda butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015 pada kategori baik 10 butir (20%), tidak baik 40 butir (80%). Hal ini membuktikan bahwa daya beda butir soal tes tersebut masih sangat lemah. Hasil perhitungan daya beda soal rata-rata memperoleh skor <0,25. Oleh karena itu, Oller (dalam Nurgiyantoro, 1987:130) menyatakan bahwa butir soal yang baik indeks daya pembedanya paling tidak harus mencapai 0,25 atau bahkan 0,35. Butir soal yang indeks daya pembedanya yang kurang dari 0,25 dianggap tidak layak, dan harus direvisi atau diganti.

Sebuah butir soal dinyatakan layak jika tingkan kesukaran dan daya beda butir soal dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan. Walaupun tingkan kesukaran telah memenuhi standar, tetapi daya bedanya rendah, di bawah 0,25, butir soal tersebut tetap dinyatakan tidak layak. Demikian pula sebabliknya. Hal ini biasanya sulit untuk dipenuhi terutama yang terkait dengan daya beda soal. Hal ini tetap dilakukan untuk memperoleh tingkat kepercayaan suatu tes.

(10)

10

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1) Kategori soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015 berdasarkan analisis Taksonomi Bloom menunjukkan beberapa kategori yang tidak sesuai yaitu sebanyak 16 butir soal (32%) dan butir soal yang sesuai sebanyak 34 (68%).

2) Tingkat kesukaran butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015 menunjukkan soal yang tergolong sukar tidak ada, soal yang tergolong sedang 35 butir (70%), dan soal yang tergolong mudah 15 butir (30%).

3) Daya beda butir soal tes sumatif Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015 masih sangat lemah, sebab soal yang tergolong baik 10 butir (20%), sedangkan soal yang tergolong tidak baik 40 butir (80%).

DAFTAR RUJUKAN

Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE

Nurkancana, Wayan. 1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasoinal. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan maklumat yang diperolehi, dapat dirumuskan bahawa salah satu komponen kemahiran generik iaitu kemahiran berkomunikasi berjaya diterapkan kepada pelajar tahun dua

Respon fisik terhadap sembilan formulasi yang menggunakan perbandingan bubur ubi ungu dengan jagung dan konsentrasi susu skim menunjukan bahwa nilai overrun dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan pertumbuhan industri meubel di Kota Makassar berpengaruh positif dan

Adapun yang menjadi tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut; Secara umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang

• Klinik Belajar / Semester Pendek adalah kegiatan pembelajaran dan penilaian untuk perbaikan nilai ketercapaian mata pelajaran pada akhir semester yang belum tuntas/lulus,

Hal ini ditandai rasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa

Pola iringan juga me- rupakan suatu materi yang diberikan un- tuk memperluas kecakapan pengemban- gan estetika musik melalui piano untuk lebih mengembangkan teknik-teknik yang

Ditinjau dari sumber daya dan potensi yang dimiliki, serta dukungan pemerintah baik kabupaten maupun provinsi pengembangan usahatani jagung di Provinsi Jambi, dapat