• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PENGUASAAN

KOMPETENSI IPA PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 PEMECUTAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

Ni Ketut Ayu Anggreni1, Dr. M.G. Rini Kristiantari 2, DB.Kt.Ngr.Semara Putra3

1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja Indonesia

e-mail: ayuanggreni_ketut@yahoo.com1, rini_bali@yahoo.co.id2, ngurahsemara@yahoo.com3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keaktifan dan (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis portofolio. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri 1 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 37 siswa. Penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode nontes untuk memperoleh data keaktifan dengan instrumen berupa lembar observasi dan metode tes yang digunakan untuk memperoleh data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, tes yang digunakan adalah tes objektif.

Data yang didapatkan dari metode nontes dan metode tes selanjutnya dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai keaktifan siswa pada siklus I yaitu 13,51 % atau 11 dari 37 siswa mendapat nilai minimal ≥ 3 (Baik). Pada siklus II nilai keaktifan siswa mencapai 54% atau 20 siswa dari 37 siswa pada siklus II mendapat nilai minimal ≥ 3 (Baik). Nilai keaktifan siswa meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 40,49%. (2) nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I yaitu 5,4% atau 2 dari 37 siswa mendapat nilai minimal ≥ 3,51 (A-). Pada siklus II nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa mencapai 64,8% atau 24 siswa dari 37 siswa pada siklus II mendapat nilai minimal ≥ 3,51 (A-). Nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 59,4%. Dengan demikian disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis portofolio dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 pemecutan tahun ajaran 2015/2016

Kata kunci : Pendekatan saintifik, portofolio, Keaktifan, kompetensi pengetahuan IPA.

ABSTRACT

This study aims to (1) increase the activity and (2) improve the mastery of science competencies knowledge through the implementation of portfolio-based scientific approach.This study is a classroom action research that conducted 2 cycles. The subjects were IVB grade students of SD Negeri 1 Pemecutan in academic year 2015/2016, the total of the students were 37 samples. The data collected by using 2 method (1) nontes and (2) test. The using of the nontes methods to obtain the data with the instrument in the form liveliness observation sheet. The test method used to obtain data on the mastery of knowledge science competencies, the test used is an objective test. Data obtained from nontes method and the test method were analyzed with descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method.The results showed that (1) the value of active students in the first cycle that 13.51% or 11 out of 37 students scored a minimum of ≥ 3 (Good). In the second cycle students' active value

(2)

reaches 54% or 20 students out of 37 students in the second cycle gets a minimum value ≥ 3 (Good). Values increased activity of the students from the first cycle to the second cycle of 40.49%. (2) the value of students' mastery of competencies of science knowledge in the first cycle is 5.4% or 2 out of 37 students had a minimum value ≥ 3.51 (A-). In the second cycle the value of knowledge mastery of science competencies students reached 64.8% or 24 students out of 37 students in the second cycle gets a minimum value ≥ 3.51 (A-). Value mastery of science competencies increase student knowledge from the first cycle to the second cycle of 59.4%. Thus concluded that the application portfolio-based scientific approach can icrease the activity of knowledge and mastery of science competencies in the fourth grade students of SD Negeri 1 Pemecutan in academic year 2015/2016

Keywords: scientific approach, portfolio, activeness, science knowledge competence.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia belajar suatu hal sehingga dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Pendidikan itu sendiri merupakan sebuah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran bagi siswa agar dapat mengembangkan potensi dirinya. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”

(dalam mikarsa 2007 :1.6).

Dalam menyelenggarakan pendidikan, di Indonesia sendiri ditetapkan jenjang-jenjang pendidikan bagi peserta didik, diantaranya adalah pendidikan anak usia dini, pendidikan anak sekolah dasar, pendidikan sekolah menengah pertama, pendidikan sekolah menengah atas, hingga sampai pada perguruan tinggi.

Dari beberapa jenjang pendidikan tersebut tersebut, salah satu jenjang pendidikan yang memegang peranan penting yaitu pendidikan anak sekolah dasar.Pendidikan bertujuan untuk mewujudkan banyak tantangan yang dihadapi oleh pemerintah, baik tantangan internal maupun eksternal.

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu 8 (delapan) standar, tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa

depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka. Pemerintah tentu terus menerus dengan berbagai cara secara berkelanjutan untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Sisdiknas 2003. Salah satu yang ditempuh oleh pemerintah yaitu penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum tahun 2013.

Kurikulum 2013 telah diimplementasikan sebagai pengembangan terbaru dari kurikulum sebelumnya.

Kurikulum 2013 dalam pelaksanaanya tidak hanya menekankan pada kemampuan kognitif, afektif, dan prikomotor, namun juga dalam kemampuan sikap keagamaan siswa.

Untuk mengembangkan keempat aspek tersebut, dalam kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti (KI) sebagai unsur pengorganisasi Kompetensi Dasar (KD).

KI dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan penerapan pengetahuan (KI 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari KD dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.

Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung, yaitu pada waktu siswa belajar tentang pengetahuan (KI 3) dan penerapan lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan melalui pendekatan saintifik.

Menurut Daryanto (2014:51) Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang

(3)

dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati (mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep.

Pengetahuan (KI 4). Untuk mencapai tujuan pembelajaran dari setiap komponen KI, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Kurikulum 2013 Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik merupakan salah satu cara pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas tersebut khusunya dalam bidang pendidikan. Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Namun kenyataan yang kita hadapi saat ini tidaklah demikian, masalah dalam bidang pendidikan terutama di sekolah dasar masih cukup memprihatinkan dan perlu segera mendapat penanganan.

Berdasarkan observasi yang diperoleh selama proses hasil belajar IPA menggunakan kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Pemecutan. Masalah tersebut antara lain, kurangnya perhatian siswa, siswa enggan memberikan jawaban ketika guru memberikan pertanyaan, siswa malas mengerjakan PR. Hal ini ditunjukkan oleh data nilai rekapan raport semester 1, hasil observasi langsung pada siswa yang mengikuti mata pelajaran tersebut sebelumnya. Yaitu keaktifan siswa dari 37 siswa terdapat 6 siswa yang mendapatkan nilai SB (Sangat Baik), 22 siswa mendapatkan nilai B (Baik) dan 9 siswa

mendapatkan nilai C (Cukup). Sementara itu untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari 37 siswa terdapat 5 siswa yang mendapatkan nilai A-, 13 siswa mendapatkan nilai B+, 10 siswa mendapatkan nilai B, dan 9 siswa mendapatkan nilai B-. Kualitas proses belajar merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap hasil belajar, baik secara kognitif, aktif maupun psikomotorik.

Hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan suasana Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik merupakan salah satu cara pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas tersebut khusunya dalam bidang pendidikan. Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Namun kenyataan yang kita hadapi saat ini tidaklah demikian, masalah dalam bidang pendidikan terutama di sekolah dasar masih cukup memprihatinkan dan perlu segera mendapat penanganan.

Berdasarkan observasi yang diperoleh selama proses hasil belajar IPA menggunakan kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Pemecutan. Masalah tersebut antara lain, kurangnya perhatian siswa, siswa enggan memberikan jawaban ketika guru memberikan pertanyaan, siswa malas mengerjakan PR. Hal ini ditunjukkan oleh data nilai rekapan raport semester 1, hasil observasi langsung pada siswa yang mengikuti mata pelajaran tersebut sebelumnya. Yaitu keaktifan siswa dari 37 siswa terdapat 6 siswa yang mendapatkan nilai SB (Sangat Baik), 22 siswa mendapatkan nilai B (Baik) dan 9 siswa mendapatkan nilai C (Cukup). Sementara itu untuk penguasaan kompetensi

(4)

pengetahuan IPA dari 37 siswa terdapat 5 siswa yang mendapatkan nilai A-, 13 siswa mendapatkan nilai B+, 10 siswa mendapatkan nilai B, dan 9 siswa mendapatkan nilai B-. Kualitas proses belajar merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap hasil belajar, baik secara kognitif, aktif maupun psikomotorik.

Hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan suasana belajar di dalam kelas kura ng kondusif. Minimnya interaksi yang terjadi antara siswa, guru maupun media yang disajikan. Situasi seperti itu membuat keterlibatan siswa secara aktif menjadi terbatas, pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai sumber utama. Siswa cenderung menerima apa yang dijelaskan oleh guru dan tidak bertanya pada guru atau temannya jika ada hal yang belum dipahami. Sehingga pada pembelajaran materi berikutnya, guru harus kembali mengulang penjelasan materi tersebut. Selain itu, siswa masih cenderung belajar secara individu kurang belajar berkelompok yang mengakibatkan kurangnya interaksi dan diskusi antar siswa Semua permasalahan tersebut muncul disebabkan oleh berbagai faktor.

Salah satunya adalah karena proses pembelajaran yang kurang efektif. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah inovasi dalam proses pembelajaran menjadi lebih efektif menggunakan portofolio sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif yang bertujuan untuk mengetahui rendah.Objek penelitian ini adalah Keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelas IVA SD Negeri 1 Pemecutan setelah ditempuh pendekatan saintifik kemampuan atau perkembangan siswa selama proses pembelajaran, yang pada akhirnya dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dengan mengumpulkan informasi dengan pemeriksaan kembali pekerjaan siswa. Terkait dengan permasalahan tersebut, maka akan dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis portofolio untuk Meningkatkan Keaktifan dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA pada Siswa Kelas IV SD

Negeri 1 Pemecutan Tahun Pelajaran 2015/2016

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) maka penelitian ini dirancang untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA., ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dirancang menggunakan siklus tindakan.

Perlu diingat penetapan dua kali siklus dalam gambar baru pada perencanaan saja. Hal ini berarti, jika dalam dua kali siklus, kriteria keberhasilan belajar tidak tercapai, maka siklus selanjutnya bisa dilakukan sehingga berhasil. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Pemecutan.

Lokasi SD Negeri 1 Pemecutan berada di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar semester II tahun pelajaran 2015/2016. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD Negeri 1 Pemecutan yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Siswa kelas IVB ini, dipilih sebagai subjek penelitian karena siswa di kelas IVB mengalami permasalahan dalam hal keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA cukup Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode tes. Selanjutnya Agung (2012: 61) menyatakan metode observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan pencatatan dan pengamatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode observasi ini adalah suatu cara dalam memperoleh informasi dengan melakukan suatu pengamatan terhadap suatu objek. Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Menurut (Agung, 2012:66),”Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian adalah cara

(5)

memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan dan dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor. Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan tes adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi yang sebelumnya dan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk objektif Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu analisis analisis deskriptif kuantitatif.

Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase, mengenal suatu objek yang diteliti sehingga memperoleh kesimpulan yang umum (Agung,2012:67). Analisis deskriptif kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis data keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV sebagai pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut. (a) Menstabulasikan data hasil penelitian tindakan yang telah diberikan pada setiap akhir siklus baik data aktifitas belajar dari observasi maupun data hasil belajar siswa dan tes. (b) Mencari presentase dan rata- rata keaktifan belajar setiap siklus, dengan rumus: Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Analisis data Keaktifan siswa a) Setelah didapatkan skor keaktifan belajar siswa dengan pedoman skor, maka ditentukan nilai masing-masing siswa dengan rumus :

Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4

b) Menghitung Modus (Mo)

Modus adalah skor yang paling sering muncul (frekuensi/tertinggi), untuk menghitung modus digunakan rumus sebagai berikut.

Mo = b + i [ 𝑏1+𝑏2𝑏1 ]

(Agung, 2014:142) d) Menyajikan data ke dalam Grafik Poligon

f

x

Gambar 3.2 Grafik keaktifan pengetahuan IPA (Agung,2014:144)

e) Setelah nilai akhir didapatkan, maka hasilnya di konversikan ke dalam tablel konversi, seperti dibawah

Tabel. 1 konversi skor dan predikat keaktifan

Sikap Skor

Keaktifan Predikat

4,00 SB

(Sangat Baik)

3,00 B

(Baik)

2,00 C

(Cukup)

1,00

K (Kurang)

(Diadopsi dari Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014:23)

a) Tingkat ketuntasan belajar siswa (KB) menggunakan rumus sebagai berikut:

2) KB = Jumlah siswa tuntas

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛x 100%

Analisis data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA

a) Setelah didapatkan skor penguasaan kompetensi

(6)

pengetahuan IPA dengan pedoman skor, maka ditentukan nilai masing- masing siswa dengan rumus : 2. Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4 b) Menentukan rata-rata nilai siswa

dengan rumus berikut : M = ∑ 𝑓𝑥𝑁 (Agung, 2014:143) c)Menghitung Median

Menghitung median (Me) dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Mdn = u+ i

fi Fka

N .

2 1





 

(Sudijono, 2010:143)

d)Menghitung Modus (Mo)

Modus adalah skor yang paling sering muncul (frekuensi/tertinggi), untuk menghitung modus digunakan rumus sebagai berikut.

Mo = b + i [ 𝑏1

𝑏1+𝑏2 ] (Agung, 2014)

e) Menyajikan data ke dalam Grafik Poligon

f

x

Gambar: 3.2 Grafik pengetahuan IPA (Agung,2014:144)

f) Setelah nilai akhir didapatkan, maka hasilnya di konversikan ke dalam table konversi, seperti dibawah ini.

Tabel : 3.2 konversi skor dan predikat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA

Skor Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA

Skor

Siswa Huruf Predikat

3,85 – 4,00 A SB

(Sangat Baik) 3,51 – 3,84 A-

3,18 – 3,50 B+

B (Baik) 2,85 – 3,17 B

2,51 – 2,84 B- 2,18 – 2,50 C+

C (Cukup) 1,85 – 2,17 C

1,51 – 1,84 C-

1,18 – 1,50 D K

(Kurang) 1,00 – 1,17 D

(Diadopsi dari Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014:23)

Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka ditetapkan indikator keberhasilan, yaitu (1) Skor keaktifan siswa 54% dari 37 siswa mendapatkan predikat SB (Sangat Baik) . (2) Skor rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa 62% dari 37 siswa mendapatkan skor minimal 3,51 (A-).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan diskusi untuk membandingkan hasil yang telah dicapai dengan target yang ditetapkan bersama guru kelas. Dari hasil yang diperoleh menunjukan bahwa keaktifan dan pengetahuan IPA pada siklus I. Pada siklus I nilai keaktifan baru mencapai 13,5% yang mendapat nilai A- dan nilai pengetahuan IPA baru mencapai 5,4% dari yang diharapkan yaitu 65% . Setelah diadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh diputuskan untuk mengadakan perbaikan dalam pembelajaran siklus II Permasalahan yang ditemui pada tahap siklus I yaitu: 1) siswa masih ada bermain dalam mengikuti pembelajaran, 2) siswa belum mampu bekerjasama dengan temannya dalam memecahkan masalah (tugas kelompok) 3) Siswa belum aktif dalam proses pembelajaran 4) siswa belum berani mengungkapkan pendapat karena masih merasa takut salah. Dari

(7)

permasalahan tersebut diputuskan beberapa solusi untuk memperbaiki permasalahan yang dihadapi pada tahap siklus I yaitu: 1) dalam prose pembelajaran guru menggunakan media gambar yang menarik sehingga siswa lebuh tertarik dan konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, 2) mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari- hari sehingga siswa lebih mengerti dengan materi yang sedang dibahas, 3) menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tertarik mengikuti pembelajaran dan aktif dalam pembelajaran, 4) memberikan pertanyaan atau umpan balik yang bersifat menggali pengetahuan siswa sehingga aktivitas dan motivasi siswa meningkat dan memberikan penghargaan seperti, tepuk tangan kepada siswa. Langkah- langkah tersebut diterakan saat pelaksanaan perbaikan pada siklus II Berdasarkan analisis data hasil keaktifan IPA pada siklus II diperoleh 54% pada siklus I adalah 5,4 % . Sedangkan pengetahuan IPA pada siklus II adalah 64,8 % dan terlihat bahwa telah terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan meningkat.

Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran telah berlangsung semakin baik dari sebelumnya.

Hasil ini didapatkan berdasarkan pencapaian target evaluasi belajar siswa.

Keaktifan siswa pada pembelajaran IPA telah mencapai 54% dan pengetahuan IPA mencapai 64,8 % atau telah sesuai dengan target yang telah ditentukan. Dari hasil yang telah didapatkan dijadikan pedoman untuk mengambil suatu keputusan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dihentikan pada siklus ini. Melalui perbaikan pada saat proses pembelajaran berlangsung pada tindakan siklus I dan tindakan siklus II telah ada Nampak adanya peningkatan keaktifan dan pengetahuan IPA. Adapun temuan-temuan pelaksanaan tindakan kelas siklus II sebagai berikut. .(a) Secara umum proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan RPP yang telah dibuat dengan mengaikan permasalahan ataupun pertanyaan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kondisi

pembelajaran yang lebih kondusif membuat siswa mampu menerima pembelajaran dan dapat memecahkan masalah serta aktif memberikan tanggapan dan jawaban selama kegiatan pembelajaran berlangsung.(b) Siswa sangat antusias pada saat pembelajaran berlangsung karena telah diberikan motivasi sehingga aktivitas siswa cenderung sangat baik. Siswa mampu mengeluarkan ide-ide maupun gagasan sendiri atau mau berbagi pengetahuan pada temannya.(c) Siswa telah mampu mengikuti tahapan-tahapan pelaksanaan pendekatan saintifik berbasis portofolio karena pertanyaan yang bersifat menggali dan menuntut siswa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang pernah dialami sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal.

Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri 1 Pemecutan yang telah peneliti meksanakan selama 2 siklus, menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis portofolio.

Adapun peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat dilihat pada grafik berikut

Gambar 4.1 Grafik keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas IV

10%0%

20%

30%40%

50%60%

0%

13,51%

54%

40,49%

keaktifan

(8)

Gambar 4.2 Grafik persentase Rata-rata Pengetahuan IPA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis portofolio dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Pemecutan, hal ini ditunjukkan berdasarkan analisis pada masing-masing siklus telah terjadi peningkatan keaktifan pengetahuan IPA dari nilai awal 0% , dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 40,49 % dan untuk pengetahuan IPA nilai awal sebesar yakni 0% dari siklus I ke siklus II pengetahuan IPA meningkat sebesar yakni dari 59,4%. Dilihat dari hasil refleksi terdapat pelaksanaan tindakan siklus I, terlihat adanya berbagai kekurangan maupun kendala-kendala yang muncul dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Melalui kegiatan refleksi akan dicarikan solusinya. Melalui kegiatan refleksi ini, disepakati beberapa solusi yang akan dilaksanakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Adapun solusi tersebut antara lain: 1) mengajak untuk lebih aktif dalam mencari materi yang berkaitan dengan pembelajaran selain yang tersedia dibuku baik mencari sendiri maupun dengan bimbingan guru. Guru hanya mengarahkan saja dan siswa yang harus lebih aktif dalam proses pembelajaran saintifik ini, 2) dalam proses pembelajaran diciptakan suasana yang menyenangkan diselingi dengan nyanyian- nyanyian dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. 3)

memfokuskan siswa kepada pembelajaran sehingga siswa tidak bercanda dalam mengikuti pembelajaran. 4)menumbuhkan rasa percaya diri siswa dimana bisa memberikan tepuk tangan atau atau tanda jempol kepada siswa sehingga berani untuk menjawab atau bertanya. 5) mengarahkan siswa dalam membuat simpulan dengan memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah pada simpulan yang diharapkan. Dalam diskusi dikelas guru menunjukkan siswa secara acak untuk menyimpulkan konsep-konsep yang telah dipelajari. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk menanggapi simpulan dari temannya, agar siswa tidak mengalami miskonsepsi guru memberikan penegasan. 6) guru mendekati siswa memberikan teguran atau peringatan kepada siswa yang memperhatikan serta mengerjakan kegiatan lain selama proses pembelajaran. Berdasarkan implementasi rancangan pada siklus II yang merupakan perbaikan tindakan siklus I, memberikan peningkatan yang signifikan. Dari nilai keaktifan IPA sebesar 40,49% dan pengetahuan IPA diperoleh peningkatan sebesar 59,4% Secara umum pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak lagi muncul kendala-kendala seperti pada siklus I. Siswa sudah terbiasa dan telah terlatih belajar dengan mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik berbasis portofolio . Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada kegiatan pembelajaran karena siswa telah mampu mengaitkan pengetahuan alam yang sudah dipelajari dengan pengetahuan baru yang diberikan oleh guru. Siswa sudah mau aktif mencari materi yang sedang dibahas baik dengan membaca buku lain selain dari buku paket yang disediakan, bertanya kepada kepada teman yang lebih tahu, mencari dimedia elektronik. Disela-sela pembelajaran siswa bernyanyi dan mengaitkan dengan materi yang dibahas sehingga siswa menjadi termotivasi dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak bosan dan fokus dalam pembelajaran, memberikan penghargaan kepada siswa akan membuat siswa terpacu untuk 0%

20%

40%

60%

80%

0% 5,40%

64,80%

54,40%

pengetahuan IPA

(9)

menunjukkan hasil yang lebih baik, kesimpulan yang dibuat ileh siswa ditanggapi oleh guru kalau yang kurang tepat bisa dikoreksi, selain itu pembelajaran sangat menyenangkan karena diajarkan dengan rasa santai tanpa rasa tegang.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis portofolio dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA karena dengan menggunakan pertanyaan yang menggali dan menuntun mampu mendorong siswa untuk berpikir secara cermat mengenai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru berhubungan dengan kehidupan sehari- hari yang nyata akan mengasah ingatan siswa lebih baik dan mampu mendorong aktivitas siswa dan rasa ingin tahu terhadap pengetahuan baru yang akhirnya siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis portofolio dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi ipa pada siswa kelas iv sd negeri

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil dan pembahasan peneliti maka simpulan yang dapat ditarik dari peneliti tindakan kelas ini adalah sebagai berikut Terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pengetahuan IPA melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis portofolio. Pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Pemecutan Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan data observasi yang dilakukan menunjukkan keaktifan siswa pra siklus secara umum berada pada kriteria kurang aktif sedangkan pada siklus I yakni 13,51%, dan pada siklus II sudah mencapai 54%, Hal ini berarti, bahwa pendekatan saintifik berbasis portofolio dapat meningkatkan keaktifan pengetahuan IPA. Dapat meningkatkan pengetahuan IPA melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis portofolio.

Pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Pemecutan Tahun Ajaran 2015/2016. Hal ini terbukti dari data nilai Pengetahuan IPA tidak ada yang mendapatkan A- dan pengetahuan IPA pada pra siklus

sedangkan siklus I berada pada kriteria sedang yakni 5.4% dan pada siklus II nilai mencapai 64,8%. Peneliti ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada akhir siklus.

Memperhatikan simpulan tersebut, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran antara lain:(1) Siswa disarankan mampu berperan aktif dan dapat mengembangkan kreatifitas dan inovasinya serta berpikir kritis dalam pemecahan masalah.(2) Guru hendaknya menggunkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan jenjang kelas maupun karakteristiknya sehingga dapat mendukung kebutuhan siswa untuk meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA serta kualitas perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan.(3) Sekolah hendaknya mendukung program perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran yang ditemukan serta meningkatkan prestasi sekolah kea rah yang lebih baik.(4) Peneliti dalam melaksanakan Peneliti Tindakan Kelas hendaknya selalu memperhatikan tahapan dalam setiap siklus kegiatan yang meliputi kegiatan perencanaan, observasi, dan refleksi.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.Bandung: Refika Aditama.

Agung, A.A Gede.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha.

Agung, A.A Gede.2012. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha.

Agung, A.A Gede.2014. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014.

Mendesai Model Pembelajaran

(10)

Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.

Jakarta: Prenadamedia Group

Arifin,Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.

Baharuddin,dkk .2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogjyakarta:Ar-Ruzz Media Baharuddin,dkk .2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.

Yogjyakarta:Ar-Ruzz Media

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Depdikbud. 2014. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan republic Indonesia Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan

Menengah.Tersedia pada akhmadsudrajat.files.wordpress.com (diakses pada tanggal 19 Desember 2015)

Kosasih, E. 2014. Strategi Balajar dan Pembelajaran.Bandung:Yrama Widya.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik.

Jakarta:Rajawali Pers.

.

Gambar

Gambar  3.2  Grafik  keaktifan  pengetahuan  IPA (Agung,2014:144)
Gambar  4.1  Grafik keaktifan belajar  siswa dalam mata pelajaran IPA kelas IV
Gambar 4.2  Grafik persentase Rata-rata  Pengetahuan IPA

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Untuk menghasilkan hasil cluster dengan tingkat similarity terbaik secara umum tahapan dan kerangka kerja penelitian yang digunakan adalah dengan

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

Pak Chenris : Pada laporan EITI tahun sebelumnya IA mendapatkan data pembayaran dari perusahaan selengkap-lengkapnya sampai dengan NTPN, karena untuk rekonsliasi

[r]