• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEBAK KATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEBAK KATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEBAK KATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Putu Ryantika

1

, Ni Wayan Rati

2

, Ni Nyoman Garminah

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: puturyantika@gmail.com

1

, wayan_rati@gmail.com

2

, garminyoman@gmail.com

3

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Depeha Kecamatan Kubutambahan sesudah diterapkan model tebak kata.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Negeri 1 Depeha Kecamatan Kubutambahan tahun pelajaran 2016/2017 yang total jumlahnya 25 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mengunakan metode tes untuk mengetahui hasil belajar. Bentuk tes yang digunakan adalah obyektif sebanyak 20 soal. Data dianalisis untuk menentukan mean dan presentase mean. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri 1 Depeha tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Tebak Kata. Setelah perlakuan, persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 75% berada pada kategori “Sedang”, kemudian meningkat menjadi 84,8% (kategori “Tinggi”) pada siklus II. Dengan demikian, persentase hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus II menjunjukkan peningkatan sebesar 9,8%.

Kata kunci: Tebak kata, Hasil belajar

ABSTRAK

The purpose of this study was to determine the learning outcomes of class V students of SD Negeri 1 Depeha District of Kubutambahan after applied the model of charades. This research is a classroom action research conducted in two cycles. The subjects were fifth grade students at SDN 1 Depeha District of Kubutambahan the academic year 2016/2017 the total number of 25 people. The data in this study were collected by using the test method to determine learning outcomes. The test form used is an objective of 20 questions. Data were analyzed to determine the mean and the mean percentage. Based on the analysis, it can be concluded that an increase in student learning outcomes in class V SD Negeri 1 Depeha the academic year 2016/2017 in science subjects through the application of learning models Guess the word. After treatment, the average percentage of student learning outcomes in the first cycle is 75% in the category

"Medium", and then increased to 84.8% (category "High") in the second cycle. Thus, the percentage of student learning outcomes from the first cycle to the second cycle increased by 9.8%.

Keywords: Charades , learning outcomes

(2)

PENDAHULUAN

Undang-undang No 20 bab I tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal ini didukung oleh pendapat Hamalik (1994:12) yang menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat”. Dengan demikian pendidikan adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didik untuk mencapai perkembangan maksimal yang positif.

Berdasarkan observasi yang diakukan pada proses pembelajaran IPA yang berlangsung di Kelas V di SDN I Depeha dítemukan beberapa permasalahan seperti: (a) Masih banyak siswa yang bemain-main pada saat guru menjelaskan di depan kelas, (b) Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih didominasi dengan penggunaan metode ceramah sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ada interaksi, (c) Guru jarang menggunakan media dalam proses pembelajaran, sehingga siswa kurang tertarik dengan materi yang diajarkan oleh guru, (d) Guru hanya mengandalkan buku paket dalam proses pembelajaran, tanpa memanfaatkan sumber belajar yang lain.

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan guru yang mengajar mata pelajaran IPA di SDN 1 Depeha diperoleh informasi tentang kesulitan belajar yang dialami siswa, yaitu. (a) siswa yang aktif dalam pembelajaran hanyalah siswa yang pintar, sedangkan siswa yang memíliki kemampuan kurang hanya menjadi pendengar dan penonton pasif, hanya menunggu perintah dan penjelasan guru. (b) interaksi siswa dalam proses pembelajaran masih rendah, karena tidak semua siswa memperhatikan pembelajaran yang

diberikan guru, (c) sebagian besar siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas baik dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, maupun merenspon dan menanggapi jawaban dari temannya. (d) minat siswa terhadap mata pelajaran IPA masih kurang, yang terbukti dari kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung dan terkesan siswa bosan mengikuti pembelajaran, (e) Siswa hanya sebatas menghapal dan kurang mampu mengembangkan konsep- konsep yang telah dimilikinya.

Permasalahan yang ditemukan di SDN 1 Depeha membawa akibat pada rendahnya hasil UTS IPA yang disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran di sekolah ini khususnya di Kelas V belum berjalan optimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata- rata siswa Kelas V tahun pelajaran 2016/2017 adalah 60 dengan kategori

“rendah” (presentase rata-rata sebesar 60%).

Dari permasalahan yang dihadapi tersebut, hendaknya guru mampu untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran inovatif yang dimaksud adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang menarik dengan bantuan media. Salah satu model yang dianggap cocok yaitu pembelajaran Tebak Kata.

Pembelajaran Tebak Kata adalah salah satu model pembelajaran kooperatif.

Seperti yang diungkapkan Kurniasih

(2015:95), “pembelajaran Tebak Kata

merupakan model yang menggunakan

media kartu teka-teki yang berpasangan

dengan kartu jawaban teka-teki.” Pada ini

sangat diperlukan kerjasama. Kerjasama

yang dilakukan oleh siswa bukan berarti

bahwa seorang siswa tidak mampu

belajar sendiri melainkan siswa diajak

untuk dapat mengaktifkan diri untuk

berinteraksi dengan baik. Selain itu, pada

model ini siswa dapat mempunyai

kekayaan bahasa, sangat menarik

sehingga setiap siswa ingin mencobanya.

(3)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dimaknai bahwa penerapan pembelajaran Tebak Kata diduga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk membuktikannya, maka dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Tebak Kata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester Ganjil di SD 1 Depeha Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/ 2017”.

METODE

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajarayang dilakukan di dalam kelas, untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pengembangan profesinya.

Agung (2010:3) menyatakan, “PTK sebagai suatu bentuk penilaian yang bersifat relatif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek- praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.” Sejalan dengan pendapat itu, Agung (2012:63) menyatakan, “Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh tenaga pendidik, bertujuan untuk menyelesaikan masalah- masalah pembelajaran dan non pembelajaran di kelas dalam peningkatan kualitas lulusan/ output.” Pendeapat lain juga dikemukakan Sumadayo (2013:21) menyatakan, “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.” Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan pencermatan terhadap sebuah tindakan yang bersifat relatif agar dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.

Rancangan model penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam

beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:

1. Perencanaan tindakan.

2. Pelaksanaan tindakan.

3. Observasi/evaluasi.

4. Refleksi.

Dalam penelitian ini, Guru sebagai praktisi (yang memberikan tindakan). Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Model Siklus Tindakan Kelas (Agung,2010)

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Depeha Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 25 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA pada siswa Kelas V SDN 1 Depeha Tahun Pelajaran 2016/2017.

Menurut Agung (2014) penelitian dirancang menjadi dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:

Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi/ evaluasi dan refleksi.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada mata pelajaran IPA di Kelas V SDN 1 Depeha, solusi untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar IPA adalah dengan model Tebak kata. Hal ini didukung oleh pendapat Kurniasih (1995:

95) menyatakan bahwa, Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban tekateki. Model tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan

Perencanaan

SIKLUS I

Observasi/Evalu asi Perencanaan

SIKLUS II

Observasi/Evalu asi

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

(4)

kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.

Jadi model pembelajaran koperatif tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban untuk memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.Pembelajaran kooperatf dipilih dengan beberapa pertimbangan, antara lain: siswa diharapkan lebih berminat atau senang dan tertarik untuk mengikuti pelajaran IPA dan dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih mudah memahami materi sehingga kemampuan juga akan meningkat. Agar tindakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian yang dirumuskan, maka hal-hal yang disiapkan adalah sebagai berikut.

(1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran tebak kata.

(2) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).

(3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi dan tes.

(4) Menyiapkan istrumen evaluasi yang terdiri dari soal, lembar jawaban dan penyekoran

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan pembelajaran. Dalam satu siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam, berdoa, dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan meminta siswa secara berpasang-pasangan maju ke depan kelas. Satu orang bertugas menebak soal dan pasangannya memberikannya petunjuk yang berhubungan dengan soal.

Kegiatan akhir, guru mengarahkan siswa

untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama, kemudian guru memberikan motivasi agar siswa lebih giat belajar. Kemudian guru menutup pelajaran dengan salam.

Dalam pembelajaran ini juga diadakan tes secara individual yang diberikan diakhir tindakan, untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan.

Pada tahap selanjutnya dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah tersedia dan melaksanakan penilaian di akhir kegiatan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Kegiatan evaluasi meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan tindakan, proses dan hasil pembelajaran.

Kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran ini diamati dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk selanjutnya hasil evaluasi tersebut dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan berikutnya.

Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I, yang berkaitan dengan proses dan mengenai hasil belajar IPA. Hasil kajian tindakan siklus I ini, selanjutnya dipikirkan untuk dicarikan solusi dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan prosed dan hasil belajar IPA dan selanjutnya akan disusun tindakan baru untuk kegiatan siklus II.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan yang telah diajukan, maka dilakukan pengumpulan data dengan instrument tertentu. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode tes. Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA, untuk mengukur ranah atau domain kognitif.

Instrumen yang digunakan adalah

tes hasil belajar dalam bentuk tes objektif

yang berjumlah 20 soal. Tes hasil belajar

(5)

dibuat berdasarkan RPP yang digunakan guru dikelas, sesuai dengan kisi-kisi tes yang telah dibuat.

Langkah penyusunan tes ini adalah (1) Melihat pada silabus terkait SK dan KD materi yang akan diajarkan dikelas. (2) Menentukan indikator pembelajaran berdasarkan SK dan KD yang tercantum pada silabus. (3) Membuat kisi-kisi tes belajar terkait dengan materi yang akan diajarkan. (4) Menyusun tes hasil belajar yang akan biberikan pada siswa SD. (5) Melakukan uji Judges terkait soal tes yang dibuat dengan salah seorang dosen pengajar IPA untuk selanjutnya diujikan pada siswa.

Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data.

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Metode analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar setiap siswa.

Data hasil belajar dianalisis dengan menerapkan rumus statistik deskriptif yaitu: nilai yang paling banyak didapatkan nilai rata-rata siswa (Mean).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Depeha Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng pada semester Ganjil tahun ajaran 2016/2017. Jumlah subjek adalah sebanyak 25 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan tes hasil belajar IPA.

Proses pembelajaran pada siklus I berlangsung selama 3 kali pertemuan yaitu, 2 kali pertemuan untuk pemberian tindakan dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. Materi yang dibahas pada siklus I adalah Alat-Alat Pernapasan. Secara lebih rinci, berikut dipaparkan pelaksanaan penelitian dan hasil penelitian siklus I.

Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan yaitu menyusun RPP sesuai dengan materi yang telah ditetapkan, menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran, dan menyiapkan instrumen evaluasi, yaitu perangkat tes akhir siklus.

Standar kompetensi yang dibahas pada pelaksanaan tindakan di siklus I ini adalah standar kompetensi 1, yaitu Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. Pertemuan pertama pada siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2016 sesuai dengan RPP. Materi yang dibahas pada pertemuan pertama ini adalah alat pernapasan manusia. Setelah pelaksanaan kegiatan pendahuluan, selanjutnya dilakukan kegiatan inti pembelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran, siswa menyimak materi pelajaran yang dismpaikan oleh guru. Selanjutnya guru membentuk atau membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, yang masing- masing kelompok terdiri dari 2 orang siswa. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dan menjelaskan cara permainannya. Setelah permainan tersebut selesai, guru mengajak siswa untuk mebuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan pada saat pembelajaran.

Pertemuan kedua pada siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2016 sesuai dengan RPP. Materi yang dibahas pada pertemuan kedua ini adalah Fungsi alat pernapasan manusia. Kegiatannya sama dengan kegiatan pertama.

Pada tanggal 19 Juli 2016 diadakan tes evaluasi hasil belajar siklus 1. Instrumen tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dengan menggunakan instrumen tes yang terdiri dari 20 soal obyektif yang dikerjakan dalam waktu 30 menit.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I ini adalah 75.

Kemudian persentase rata-rata hasil

belajar siswa pada siklus I yaitu 75, maka

persentase hasil belajar siswa pada siklus

I berada pada interval 70-79 dengan

kategori “Sedang”. Hal ini menunjukkan

bahwa belum tercapainya kriteria yang

(6)

diharapkan, yaitu tingkat persentase rata- rata 80-89 dengan kriteria “Tinggi”.

Tahap Refleksi Siklus I

Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan.

Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan tindakan siklus I, kendala- kendala yang dihadapi dapat diidentifikasi sebagai berikut.

a. Pada saat membentuk kelompok, 52% siswa masih ribut dan bercanda sehingga banyak waktu yang terbuang.

b. Pada saat bermain tebak kata, 20%

siswa belum mampu memberikan petunjuk dengan baik kepada pasangannya.

c. Sebanyak 60% siswa masih ragu- ragu menjawab pertanyaan oleh pasangannya karena takut salah.

d. Sebanyak 48% siswa belum mampu menyimpulkan materi pembelajaran dengan baik.

Kendala-kendala yang ditemukan di atas, kemudian didiskusikan bersama guru kelas V untuk dicarikan solusinya.

Melalui kegiatan refleksi ini, disepakati beberapa solusi yang dilaksanakan untuk mengatasi kendala-kendala di atas.

Adapun solusi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Memberikan contoh dalam memberikan petunjuk berdasarkan kartu petunjuk yang telah dibagikan.

b. Siswa yang ribut akan diberikan hukuman berupa menjawab pertanyaan dari guru.

c. Memberikan pujian sehingga siswa dapat termotivasi serta meningkatkan rasa percaya diri mereka.

d. Memberikan bimbingan yang lebih kepada siswa dalam menyimpulkan dengan memberikan pertanyaan arahan dan pertanyaan pancingan

sampai siswa mampu

menyimpulkan sendiri konsep yang telah dipelajari.

Hasil Penelitian Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung selama 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan untuk pemberian tindakan dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah Peristiwa Alam Beserta Dampaknya.

Berdasarkan perhitungan, maka rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II ini adalah 8,48. Kemudian persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II yaitu 84,8%.

Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan yaitu menyusun RPP sesuai dengan materi yang telah ditetapkan, menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran, dan menyiapkan instrumen evaluasi, yaitu perangkat tes akhir siklus.

Standar kompetensi yang dibahas pada pelaksanaan tindakan di siklus I ini adalah standar kompetensi 1, yaitu Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2016 sesuai dengan RPP. Materi yang dibahas pada pertemuan pertama ini adalah alat pernapasan manusia. Setelah pelaksanaan kegiatan pendahuluan, selanjutnya dilakukan kegiatan inti pembelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran, siswa menyimak materi pelajaran yang dismpaikan oleh guru. Selanjutnya guru membentuk atau membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, yang masing- masing kelompok terdiri dari 2 orang siswa. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dan menjelaskan cara permainannya. Setelah permainan tersebut selesai, guru mengajak siswa untuk mebuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan pada saat pembelajaran.

Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2016 sesuai dengan RPP. Materi yang dibahas pada pertemuan kedua ini adalah Fungsi alat pernapasan manusia. Kegiatannya sama dengan kegiatan pertama.

Pada tanggal 1 Agustus 2016 diadakan

tes evaluasi hasil belajar siklus II.

(7)

Instrumen tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dengan menggunakan instrumen tes yang terdiri dari 20 soal obyektif yang dikerjakan dalam waktu 30 menit.

Berdasarkan tabel kriteria Penilaian Acuan Patokan, maka persentase hasil belajar siswa pada siklus II berada pada interval 80-89 dengan

kategori “Tinggi”. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persentase rata-rata hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Hasil analisis hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus II disajikan dalam table.

Table 1 Hasil Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V pada Siklus II Objek Produk

Persentase Rata-rata Siklus I

(Kategori)

Persentase Rata-rata Siklus II (Kategori) Hasil Belajar 75% (Sedang) 84,8% (Tinggi)

Refleksi Siklus II

Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II merupakan perbaikan dari pelaksanaan pembelajaran siklus I. Berdasarkan perbaikan yang dilakukan, hal-hal yang terlihat dalam proses pembelajaran pada siklus II yaitu sebagai berikut.

a. Proses pembelajaran sudah berjalan optimal, hal ini dikarenakan tidak ada siswa yang ribut dan bercanda ketika bermain tebak kata.

b. Siswa sudah mampu memberikan petunjuk dengan baik pada pasangannya karena guru

memberikan contoh sebelum kegiatan tersebut dimulai.

c. Siswa sudah mulai berani dan percaya diri dalam mengemukakan ide, dan menjawab pertanyaan.

d. Siswa sudah mampu menyimpulkan pembelajaran dengan baik.

Peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan.

Rekapitulasi data hasil belajar IPS siswa sebelum tindakan (pra siklus), siklus I dan siklus II disajikan pada tabel.

Rekapitulasi Data Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan (Pra Siklus), Siklus I dan Siklus I

Siklus

Siswa yang Belum Mencapai

KKM

Siswa yang Mencapai

KKM

Rata-rata Hasil Belajar

Persentase Hasil Belajar

Sebelum Tindakan (Pra Siklus)

9 16 60 60%

Siklus I 0 25 75 75%

Siklus II 0 25 80.5 84.8%

Rekapitulasi data hasil belajar IPA siswa sebelum tindakan (pra siklus), siklus I dan siklus II disajikan pada gambar grafik batangBerdasarkan analisis data

pra siklus hingga siklus II, terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat

pada grafik 1 sebagai berikut

(8)

8

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Siswa Belum Mencapai Rata-rata Hasil Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Berdasarkan grafik 1 tersebut, terlihat adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar dari pra siklus hingga siklus II. Persentase rata-rata hasil belajar pra siklus yaitu 60% berada pada kategori “Rendah”. Pada siklus I,

persentase rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan menjadi 75%

(kategori “Sedang”), kemudian meningkat juga pada siklus II menjadi 84,8%

(kategori “Tinggi”).

Dengan demikian, maka penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasil, karena semua kriteria keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai pada siklus II.

Dapat disimpulkan pula bahwa, penerapan tebak kata dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di SD Negeri 1 Depeha.

Pembahasan

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 siklus pada siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di SD Negeri 1 Depeha. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada pra siklus, persentase rata-rata hasil belajar

IPA siswa pada pra siklus sebesar 60% berada pada kategori

“Rendah”. Pada siklus I, rata-rata persentase hasil belajar IPA siswa sebesar 75% berada pada kategori

“Sedang” dan pada siklus II meningkat menjadi 84,8% berada pada kategori

“Tinggi”. Berdasarkan hasil tersebut, terjadi peningkatan hasil belajar siswa

mengalami peningkatan sebesar 24, 8%

dari pra siklus hingga siklus II.

Peningkatan persentase rata-rata dari pra siklus hingga siklus II dapat terjadi karena pembelajaran yang menerapkan model tebak kata dapat mengubah pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa menjadi lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran yang mengasikkan.

Dalam penerapan model tebak kata, siswa diajak untuk belajar sambil bermain sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu kordinasi antas siswa akan terjalin dengan baik karena model ini sangat membutuhkan kerjasama. Mereka aktif dalam menyampaikan maupun menerima pesan dari guru dan teman-temannya. Apabila siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran maka berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Menurut Kurniasih (1995: 95) “ Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa”.

Dengan adanya ketertarikan belajar dapat mendorong siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh, sehingga akan membentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi, dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya. Selain itu model pembelajaren tebak kata juga membuat pembendaharaan kata siswa semakin banyak, karena siswa dituntut dapat menjawab pertanyaan hanya dengan petunjuk yang sedikit. Hal ini akan memancing siswa dapat berfikir lebih kreatif.

Penerapan model pembelajaran

Tebak Kata, sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Eva Tri Setyowati

(2015), dengan judul “Penerapan Model

Kooperatif Tipe Tebak Kata untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas V MI Himmatul Ulum Gandusari

Trenggalek”. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukannya, diketahui bahwa

setelah menerapkan model kooperatif

Tebak Kata, hasil belajar IPA pada siswa

kelas V MI Himmatul Ulum Gandusari

Trenggalek mengalami peningkatan. Pada

siklus I, rata-rata hasil belajar IPA siswa

(9)

9 meningkat sebesar 63,63% dengan kategori rendah dan pada siklus II rata- rata hasil belajar siswa naik menjadi 86,36% dengan kategori tinggi. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Nur Kurniasari (2011), dengan judul “ Penggunaan Metode Tebak Kata dan Media Kartu Kata Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas III SDN Muktisari”.

Penelitian tersebut membuktikan pembelajaran menggunakan model Metode Tebak Kata membantu meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SDN Muktisari.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I adalah sebesar 58,75% dengan kategori sangat rendah dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa naik menjadi 72,63%

dengan kategori sedang dan pada siklus ketiga sebesar 85,25% dengan kategori tinggi.

Dari paparan di atas, penelitian ini dapat dikatakan sudah berhasil karena semua kriteria yang ditetapkan telah terpenuhi.

Jadi, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 di SD Negeri 1 Depeha meningkat melalui penerapan model pembelajaran koopratif Tebak Kata.

PENUTUP SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri 1 Depeha tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Tebak Kata. Setelah perlakuan, persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 75%

berada pada kategori “Sedang”, kemudian meningkat menjadi 84,8% (kategori

“Tinggi”) pada siklus II. Dengan demikian, persentase hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus II menjunjukkan peningkatan sebesar 9,8%.

Saran

Memperhatikan simpulan di atas, maka saran yang dapat dibuat adalah sebagai berikut.

1. Guru dapat melanjutkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif Tebak Kata sebagai salah satu strategi untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Keterlibatan mereka dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPA.

2. Kepala Sekolah dapat menghimbau guru-guru di sekolahnya untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif Tebak Kata sebagai salah satu cara melakukan perbaikan kualitas pembelajaran di sekolah.

Peneliti lain dapat mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif Tebak Kata pada berbagai bidang ilmu dengan variabel yang lebih luas, dengan memperhatikan kelebihan dan kelemahan yang ada pada penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan.

Malang: Aditya Media Publishing.

Agung, Iskandar. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru. Jakarta Timur: Bestari Buana Murni.

Arikunto, Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.

Daryanto. 2012. Panduan Oprasional Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

PT Prestasi Pustakaraya.

Djojosoediro, Wasih. 2012. “Kedudukan IPA Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah”. Unesa, (hlm. 27 – 37).

Tersedia pada

http:∕∕pjjpgsd.unesa.ac.id (diakses tanggal 14 Februari 2016)

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif.

Pekanbaru :Pustaka Pelajar.

Koyan, Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Kurniasih, Imas. 2015.Model Pembelajaran.Jakarta: Kata Pena.

Oemar Hamalik.1994. Kurikulum dan Pembelajaran.Bandung:Bumi

Aksara.

(10)

10 Ruhimat, dkk. 2011. MKDP Kurikulum dan

Pembelajaran tentang Kurikulum &

Pembelajaran, 2011. Jakarta Utara:

PT Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2015.Pembelajaran Tematik Terpadu.Jakarta.PT RajaGrafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media Group.

Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Standar Isi Pendidikan Nasional.

2003. Jakarta: Permendiknas.

Sumadayo, Smsu. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogjakarta: Graha Ilmu.

Suprahatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning :Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya. Pustaka Pelajar Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.

Suwatra, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaan

Inovatif.Sidoarjo: Masmedia Buana

Pustaka.

Gambar

Gambar 1. Model Siklus Tindakan Kelas  (Agung,2010)
Table 1 Hasil Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V pada Siklus II  Objek Produk  Persentase Rata-rata Siklus I  (Kategori)  Persentase Rata-rata Siklus II (Kategori)  Hasil Belajar  75% (Sedang)  84,8% (Tinggi)

Referensi

Dokumen terkait

Media dekak FPB merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi tentang faktor pesekutuan terbesar. Media dekak FPB ini mampu membantu siswa

Kasus diatass berkaitan dengan ciri dari komunikasi massa, karena komunikator dalam komunikasi melembaga, kasus tersebut lembaganya adalah komunitas ‗Srikandi Merapi‘ ,

Kemudian mesin akan menjalankan proses demi proses, indikator status menunjukkan keadaan masukan dan keluaran PLC dan animasi pada Intellution sesuai dengan

Identitas social FN dalam pemilu kali ini adalah hasil pemilu, yang menyatakan bahwa FN merupakan partai l’extrême droite yang memiliki dukungan terbanyak dari kelompok

Kecernaan Pakan Berbentuk Pelet Mengandung Kulit Pisang Raja Fermentasi Dengan Mikroorganisme Lokal Dibandingkan Dengan Trichderma harzianum Pada Kelinci Rex Jantan Lepas

[r]

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

[r]