• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA OPTIMALISASI KAPASITAS TAMPUNG SISTEM PANEN HUJAN DENGAN SISTEM PENAMPUNGAN DAN PENYARINGAN BERTINGKAT PKM-GT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA OPTIMALISASI KAPASITAS TAMPUNG SISTEM PANEN HUJAN DENGAN SISTEM PENAMPUNGAN DAN PENYARINGAN BERTINGKAT PKM-GT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

OPTIMALISASI KAPASITAS TAMPUNG SISTEM PANEN HUJAN DENGAN SISTEM PENAMPUNGAN DAN PENYARINGAN BERTINGKAT

PKM-GT Diusulkan oleh:

Karissa Mayangsunda Philomela 15309008/2009 Rahmi Khoerunnisa 15309017/2009 Baskoro Lokahita 15309004/2009

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG

2011

(2)

ii HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Optimalisasi Kapasitas Tampung Sistem Panen Hujan dengan Penampungan dan Penyaringan Bertingkat

2. Bidang Kegiatan : PKM-GT 3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Karissa Mayangsunda Philomela

b. NIM : 15309008

c. Jurusan : Teknik Lingkungan

d. Institut : Institut Teknologi Bandung

e. Alamat Rumah dan No. Telp/HP : Kp. Rancabakung RT. 10 RW I Kec.

Karangnunggal Kab. Tasikmalaya, +6285723513518

f. Alamat email : mayangsunda@gmail.com

4. Anggota Pelaksana Penulis : 2 Orang 5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ing. Ir. Prayatni Soewondo, MS

b. NIP : 131284856

c. Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Komp. PPR-ITB T.15 Pasir Muncang/

2503751

Bandung, 1 Maret 2011

Menyetujui

Ketua Program Studi Teknik Lingkungan

Agus Djatnika Effendi, M. Eng, Ph.D NIP. 196708181993031002

Ketua Pelaksana Kegiatan

Karissa Mayangsunda Philomela NIM. 15309008

Kepala Lembaga Kemahasiswaan

Brian Yuliarto, Ph.D NIP. 197507272006041005

Dosen Pendamping

Dr. Ing. Ir. Prayatni Soewondo, MS NIP. 131284856

(3)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan karya tulis berjudul

“Optimalisasi Kapasitas Tampung Sistem Panen Hujan melalui Sistem Penampungan dan saringan bertingkat”.

Terima kasih sedalam-dalamnya juga kami ucapkan kepada Dr. Ing. Ir.

Prayatni Soewondo, MS yang sudah bersedia mendukung dan membimbing kami selama penulisan kaya tulis ini, serta kepada orang tua, keluarga, dan teman- teman yang sudah memberi berbagai dukungan dan bantuan sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

Dalam karya tulis ini, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, saran, dan kritikan yang membangun akan sangat kami butuhkan untuk pengembangan gagasan ini ke depannya.

Semoga gagasan yang kami sampaikan dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi berbagai pihak, baik akademisi maupun masyarakat pada umumnya.

Bandung, Februari 2011 Penulis

(4)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR...iii

RINGKASAN...iv

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang dan Perumusan Masalah...1

Ruang Lingkup Permasalahan... 2

Tujuan Penulisan...3

ANALISIS-SINTESIS...3

Kondisi Kekinian... 3

Alternatif Solusi Banjir dan Penampungan Air Hujan yang Pernah Ada...4

Optimalisasi Kapasitas Tampung Sistem Panen Hujan dengan Sistem Penampungan dan Penyaringan Bertingkat...5

Langkah Strategis Penerapan Sistem... 6

KESIMPULAN DAN SARAN...7

Kesimpulan... 7

Saran... 7

DAFTAR PUSTAKA... 7

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Debit maksimum DAS Nanjung 1973-2006...1

Gambar 2 Debit minimum DAS Nanjung 1973-2006... 2

Gambar 3 Sistem Penampungan dan Penyaringan Bertingkat... 6

(5)

v RINGKASAN

Peningkatan penduduk di kota Bandung yang terus bertambah menyebabkan peningkatan jumlah bangunan sebagai tempat tinggal maupun tempat berlangsungnya berbagai aktivitas masyarakat. Tanpa disadari, pembangunan yang terus dilakukan telah menyebabkan semakin banyaknya luas tanah yang mengalami perkerasan dan semakin berkurangnya tanah yang dapat berfungsi sebagai lahan resapan terhadap air hujan. Grafik data debit maksimum dan minimum DAS Nanjung yang menampung aliran dari Bandung menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun besar debit maksimum mengalami tren kenaikan sedangkan debit minimumnya mengalami tren penurunan. Hal tersebut berarti bahwa jumlah volume air yang dialirkan dari DAS tersebut rata-rata mengalami kenaikan tiap tahunnya, sementara pada musim kering, cadangan aliran tanah semakin berkurang. Dampak praktis dari petambahan volume aliran air permukaan “surface run off” jika telah melebihi kapasitas tampung drainase atau sungai adalah banjir.

Jika demikian, salah satu alternatif cara untuk melakukan usaha pencegahan banjir adalah melalui drainase. Aliran yang ada pada drainase juga dapat dimanfaatkan kembali menjadi cadangan air bersih sehingga meminimalisasi penggunaan cadangan air tanah. Sistem penampungan air untuk digunakan kembali pada musim kering tersebut biasa disebut sistem panen hujan. Namun terdapat kendala dalam perolehan volume air jika air langsung melewati penyaringan dari drainase utama, yakni volume yang tertampung cenderung lebih sedikit, karena penyaringan berlangsung lambat (>0,5 m/jam).

Melihat fenomena tersebut, penulis menggagas adanya penampungan dan penyaringan bertingkat dengan maksud memperbesar volume air yang dapat ditampung oleh sistem serta mempermudah proses pemeliharaan. Tidak seperti pada sistem panen hujan sebelumnya, sebelum melalui saringan pasir air akan disaring dengan kassa menuju penampungan pertama. Dengan besarnya celah kassa, maka air yang mengalir dengan kecepatan relatif tinggi akan mengalir dengan mudah ke penampungan pertama, sementara zat pengotor yang berukuran besar akan tertahan di drainase utama. Kemudian air akan melalui saringan pasir yang terdiri atas pasir aktif, batu kapur, karbon aktif, serta kerikil yang menyaring zat-zat yang lebih kecil serta menetralisasi pH air sehingga keluaran saringan ini adalah air bersih yang ditampung pada penampungan akhir.

Sistem ini memerlukan pemeliharaan yang baik pada saringannya, supaya dapat beroperasi dengan optimal. Untuk itu diberikan pintu di atas penampungan pertama sebagai lubang untuk mengganti saringan kedua. Namun selain pemeliharaan sistem juga diperlukan komitmen bersama untuk menjaga kebersihan drainase utama dari sampah sehingga air dapat mengalir ke tempat saringan satu berada sebelum tersumbat sampah.

Akhirnya, semoga sistem ini dapat diterapkan baik di perumahan maupun di jalan raya sehingga masyarakat dapat bersama-sama mengurangi pemakaian air tanah serta menanggulangi terjadinya banjir.

(6)

vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Karissa Mayangsunda Philomela Tempat Lahir : Tasikmalaya, Jawa Barat

Tanggal Lahir : 27 Maret 1992

Alamat Rumah : Kp. Rancabakung RT 10 RW I Desa Karangmekar Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya

Telepon : +6285723513518

E-mail : mayangsunda@gmail.com Karya yang pernah dibuat

No. Judul Karya Tahun

1. Pemanfaatan Daun Pandan Laut (Pandanus sp.) sebagai bahan baku kerajinan tangan di Desa Sindangkerta Tasikmalaya

2008

2. Kendala dan Solusi Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Tasikmalaya dalam Program Percapatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi 2010

2008

3. Optimalisasi Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar Sebagai Energi Alternatif dalam Merintis Desa mandiri Energi di Kabupaten Tasikmalaya

2009

4. Studi Kasus Infrastruktur Pasar Cihapit 2010 5. Optimalisasi Fungsi Trans Metro Bandung dalam

Mengurangi Kemacetan Ruas Jalan Soekarno Hatta

2010

Penghargaan

No. Penghargaan Tahun

1. Finalis Lomba Karya Tulis bidang Ekonomi se- Jawa Barat

2008 2. Finalis Lomba Karya Tulis bidang Peternakan se-

Indonesia

2008 3. Juara III Lomba Karya Tulis bidang Energi Alternatif

se-Jawa dan Bali

2009 4. Juara III Olimpiade Sains-Matematika Tingkat

Kabupaten

2008 5. Juara II Lomba Karya Tulis bidang Kedokteran tingkat

Kabupaten dan Kota Tasikmalaya

2009

(7)

vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Rahmi Khoerunisa

Tempat Lahir : Bandung, Jawa Barat

Tanggal Lahir : 20 Agustus 1991

Alamat Rumah : Jln. Kawaluyaan Indah VI/15, Buah Batu, Bandung.

Telepon : +6281320913640

E-mail : mie_tearslover@yahoo.co.id

Karya yang pernah dibuat

No. Judul Karya Tahun

1. Studi Kasus Infrastruktur Pasar Cihapit 2010 2. Analisis Dampak Partikulat terhadap Sistem Pernapasan

Manusia

2010

Penghargaan

No. Penghargaan Tahun

1. Gamais Award Kategori Muslim Berprestasi Akademik 2009 2. Penghargaan Mahasiswa Berprestasi Fakultas Teknik

Sipil dan Lingkungan ITB (Dean List)

2011

(8)

viii DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Baskoro Lokahita

Tempat Lahir : Semarang, Jawa Tengah

Tanggal Lahir : 25 November 1991

Alamat Rumah : Jalan Rereng Barong No.17

Telepon : +6285740377789

E-mail : baskoro.lokahita@students.itb.ac.id

Karya yang pernah dibuat

No. Judul Karya Tahun

1. Pemberdayaan Pewarna Tekstil Alami pada Industri Kaos di Sentra Suci PKM-M

2010

(9)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Permasalahan banjir seolah menjadi hal yang biasa terjadi di Kota Bandung. banjir di jalan raya yang disebut banjir “cileuncang” hampir selalu terjadi setiap hujan. Jika ditinjau dari pengukuran debit di stasiun pengamatan Nanjung, debit maksimum sungai citarum mengalami tren yang naik (Gambar 1) sedangkan debit meinimumnya mengalami tren penurunan (Gambar 2). Hal tersebut membuktikan bahwa semakin lama volume air yang mengalir ke sungai semakin banyak sedangkan pada musim kemarau semakin sedikit cadangan aliran air dalam tanah. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah adanya pengalih-fungsian lahan menjadi bangunan sebagai infrastuktur pendukung aktivitas manusia mengakibatkan air yang seharusnya diresapkan ke tanah lebih banyak melimpas berupa surface run-off yang langsung dialirkan ke badan air melalui drainase.

(Gambar 1. Debit maksimum DAS Nanjung 1973-2006)

(Gambar 2. Debit Minimum DAS Nanjung 1973-2006)

0 100 200 300 400 500 600

1970 1980 1990 2000 2010

debit (m3/s)

Tahun

debit maksimum Linear (debit maksimum)

(10)

2

Pada musim hujan, volume air yang dialirkan melalui drainase ini akan meningkat. Jika debit air hujan yang dialirkan melalui drainase melebihi kapasitasnya, air praktis akan meluap sehingga terjadi banjir. Data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat mencatat sedikitnya 6 daerah di Kota dan Kabupaten Bandung merupakan daerah berpotensi banjir tingkat tinggi

(http://psda.jabarprov.go.id/?mod=detilSorotan&idMenuKiri=345&idSorotan=37) .

Permasalahan tidak cukup hanya ditinjau dari volume drainase atau adanya gangguan yang menghambat aliran. Hal ini karena walau aliran drainase tidak tersumbat dan kapasitasnya telah sesuai dengan debit aliran, meningkatnya volume air limpasan berarti menambah jumlah air yang harus ditampung oleh badan air (sungai) untuk kemudian dialirkan ke laut. Jika volume tersebut melebihi Kapasitas Tampung Sungai air sungai akan meluap sehingga daerah sekitar sungai-lah yang terkena banjir.

Keadaan tersebut akan terus berlanjut seiring peningkatan jumlah penduduk beserta kebutuhannya akan lahan untuk dijadikan tempat manusia beraktivitas. Jika demikian, air yang sebenarnya memiliki potensi sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia malah menjadi sumber bencana yang menghambat produktivitas manusia.

Ruang Lingkup Permasalahan

Permasalahan banjir dapat ditangani oleh berbagai alternatif cara, seperti membuat sumur resapan, menambah volume drainase, atau menjaga kebersihan drainase sehingga tidak tersumbat. Namun limpasannya tetap belum dapat dimanfaatkan langsung untuk kebutuhan penduduk. Untuk itu, diperlukan suatu

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1970 1980 1990 2000 2010

debit (m3/s)

Tahun

debit minimum Linear (debit minimum)

(11)

3

sistem yang dapat mengurangi banjir serta memanfaatkan air yang biasanya menjadi sumber banjir tersebut kembali pada potensi sebenarnya sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia. Sistem yang ada selama ini ialah panen hujan baik dari talang hujan di rumah maupun saluran air lain seperti drainase untuk kemudian dimanfaatkan ketika musim kemarau. Dalam karya tulis ini penulis berupaya mengoptimalkan fungsi panen hujan dengan memperbesar kesempatan air untuk masuk ke penampung melelui penambahan saringan dan penampungan.

Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan karya tulis ini ialah:

1. Memberikan alternatif solusi bagi permasalahan banjir dan konservasi air.

2. Memberikan alternatif desain tambahan pada drainase yang telah ada sehingga dapat memanfaatkan air yang ditampaung sebagai cadangan air bersih.

ANALISIS-SINTESIS

Kondisi Kekinian

Peningkatan penduduk di kota Bandung yang terus bertambah menyebabkan peningkatan jumlah bangunan sebagai tempat tinggal maupun tempat berlangsungnya berbagai aktivitas masyarakat. Tanpa disadari, pembangunan yang terus dilakukan telah menyebabkan semakin banyaknya luas tanah yang mengalami perkerasan dan semakin berkurangnya tanah yang dapat berfungsi sebagai lahan resapan terhadap air hujan. Efek dari berkurangnya lahan resapan tersebut akan sangat terasa pada musim hujan, terutama saat turun hujan lebat, karena jumlah air limpasan yang mengalir di permukaan tanah maupun yang mengalir melalui saluran-saluran drainase menjadi jauh lebih banyak.

Drainase adalah sistem pembuangan atau penyaluran kelebihan air, baik air bersih, air hujan, maupun air limbah dari daerah permukiman, industry, pertanian, atau permukaan perkerasan lainnya ke badan air atau badan resapan buatan. Jika sistem drainase yang ada dapat berfungsi optimal dan dapat menampung semua air hujan tersebut untuk dialirkan ke badan sungai, maka tidak ada masalah yang terjadi. Akan tetapi, saat kondisi drainase tidak optimal, seperti rusak, mampet atau dipenuhi sampah, dan kapasitas drainase tidak dapat menampung seluruh air limpasan karena meningkatnya intensitas hujan di atas prediksi saat drainase dirancang, air limpasan akan mengalir di tempat-tempat yang tidak semestinya dan menimbulkan banjir.

(12)

4

Di Kota dan Kabupaten Bandung terdapat beberapa wilayah yang selalu mengalami banjir saat musim hujan, seperti di daerah Baleendah dan Bojongsoang. Banjir yang terjadi di wilayah tersebut dapat berlangsung selama beberapa hari hingga melumpuhkan aktivitas masyarakat dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat, seperti timbulnya wabah penyakit dan kehilangan harta benda. Adapun, wilayah yang juga mengalami banjir saat musim hujan meskipun tidak separah kedua wilayah tersebut sangat banyak jumlahnya. Selain itu, banyak jalan raya yang selalu mengalami banjir cileuncang saat hujan lebat turun. Banjir cileuncang menyebabkan ruas jalan dipenuhi aliran air dengan tinggi permukaan air hingga mencapai 30 cm atau setinggi betis orang dewasa. Aliran air di jalan tersebut seringkali cukup deras hingga menyebabkan kendaraan mogok atau terbawa arus.

Di sisi lain, saat musim kemarau terjadi terdapat beberapa wilayah, seperti Kabupaten Bandung Barat yang mengalami kesulitan air (“Masyarakat Bandung Barat Kesulitan Air Bersih”, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 30/07/2009). Hal ini menunjukkan bahwa sistem pengelolaan air di Kota dan Kabupaten Bandung masih kurang optimal. Tidak terdapatnya sistem yang mengendalikan aliran air agar tidak terjadi banjir saat musim hujan dan mengatur penyimpanan cadangan air sehingga dapat dimanfaatkan saat musim kemarau adalah salah satu penyebab terjadinya ketidakmerataan kondisi sumber daya air di samping ketidakstabilan kondisi cuaca dan siklus hidrologi yang dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Alternatif Solusi Banjir dan Pemanfaatan Air Hujan yang Pernah Ada

Salah satu hal yang dapat dibenahi dalam mengendalikan banjir dan cadangan air adalah sistem drainase. Membuat sistem drainase multifungsi yang tidak hanya berperan sebagai saluran untuk mengalirkan kelebihan air hujan ke badan air, tapi juga berfungsi sebagai tempat menampung cadangan air bersih dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan banjir dan kesulitan air bersih, Selain itu, adanya tempat penampungan cadangan air dapat memperbesar kapasitas aliran air yang ditampung oleh drainase sehingga mengurangi jumlah air limpasan yang menyebabkan banjir.

Alternatif lain adalah membuat Sistem penampungan air hujan yang dikumpulkan dari talang hujan di atap rumah untuk kemudian disaring dan dimanfaatkan. Selain itu, sumur resapan biasa dibuat untuk konservasi air tanah.

Kualitas air hujan sangat dipengaruhi kondisi atmosfer. Air hujan dapat mengandung berbagai senyawa atau pencemar yang terdapat di udara. Oleh karena itu, penggunaan air hujan yang tertampung secara langsung sangat tidak dianjurkan. Agar air tersebut dapat menjadi lebih aman dan lebih cepat dimanfaatkan manusia, dapat digunakan filtrasi berupa Saringan Pasir Lambat.

Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat konvensional terdiri atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung,

(13)

5

saringan pasir lambat dan bak penampung air bersih. Pada drainase filtrasi multifungsi, saluran drainase utama berperan sebagai bak penampung yang akan menampung air baku (air hujan). Selanjutnya air baku akan melalui saringan pasir lambat sebelum ditampung di bak penampung air bersih

Optimalisasi Kapasitas Tampung Sistem Panen Hujan dengan Sistem Penampungan dan Penyaringan Bertingkat

Sistem panen hujan yang ada pada umumnya menyalurkan air dari talang hujan atau saluran air lain melalui pipa berfilter pasir langsung ke penampungan.

Namun penulis melihat bahwa dengan mekanisme seperti itu jumlah air yang dapat ditampung minimum karena mekanisme penyaringan oleh pasir berlangsung lambat dengan kecepatan kurang dari 0,5 m/jam sementera aliran hujan memiliki intensitas yang besar dalam waktu yang singkat.

Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mengagas adanya penampung dan saringan bertingkat. Saringan pertama berupa kassa halus yang menyaring benda berukuran besar seperti kerikil atau sampah agar tidak menghambat aliran maupun memenuhi ruang penampung pertama. Hal ini juga dilakukan karena proses pengerukan lumpur kasar pada drainase utama akan lebih mudah dilakukan daripada pembersihan di ruang penampungan pertama. Pori untuk saringan pertama ini dibuat besar dengan harapan lebih banyak air yang masuk ke penampungan pertama. Dengan adanya penampung pertama, air dari drainase yang mengalir dengan kecepatan tinggi dapat ditahan pada penampung pertama sehingga volume yang dapat disaring pada saringan kedua akan lebih banyak jika dibandingkan dengan penyaringan langsung tanpa ada saringan dan penampungan pertama.Selanjutnya air yang ditampung pada penampungan pertama akan melalui saringan kedua yang terdiri atas:

a. Pasir aktif, berfungsi mengikat ion Mn, ion Fe b. Batu kapur, berfungsi netralisasi pH

c. Karbon aktif , berfungsi menyerap racun dan bau d. Kerikil, untuk menahan media filter sebelumnya.

Keluaran air hasil filtrasi pada tahap kedua ini telah dapat dikategorikan sebagai air bersih yang kemudian ditampung pada penampungan akhir.

Selanjutnya, air dapat dimanfaatkan pada musim kering dengan memompanya dari penampungan akhir.

Untuk pemeliharaan, diberikan pintu di atas penampungan pertama yang dapat dibuka-tutup sesuai kebutuhan. Pada musim kemarau saat tidak ada air mengalir di dalam drainase maupun penampung pertama, pintu dapat dibuka untuk mengambil filter kedua. Hal ini karena lain halnya dengan filter pertama yang hanya berupa kassa, media filter kedua harus diganti sesuai waktu pemeliharaan masing-masing.

(14)

6

Langkah Strategis Penerapan Sistem

Pengelolaan air sebagai sumber daya alam tidak lepas dari adanya kebutuhan koordinasi stakeholder terkait. Dalam hal ini, perancangan serta pembuatan sistem dapat dilakukan baik pada drainase perumahan maupun jalan raya. Pada drainase perumahan, tentunya diperlukan pemilihan tempat yang tepat sehingga penempatannya tidak menimbulkan masalah sosial, mengingat perumahan biasanya tidak memiliki tempat yang luas. Sedangkan pada drainase jalan raya, upaya tahap penggalian dan pemasangan filter akan sedikit mengganggu aktivitas jalan untuk sementara. Oleh sebab itu, langkah yang harus ditempuh pertama kali adalah membuat prioritas jalan yang akan diberi sistem, dan sisi yang akan dibuat berfilter diupayakan agar memperkecil kemungkinan mengganggu aktivitas jalan raya.

Jika pemasangan filter dan penampung ini telah selesai, maka langkah selahjutnya adalah pemeliharaan sistem. Lubang yang dibuat di atas media filter sengaja dibuat untuk pemeliharaan filter, yakni penggantian media filter yang harus dilakukan sesuai jenisnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas air agar tetap memenuhi standar air minum, karena keadaan filter yang tidak sempurna akan mengakibatkan lolosnya zat-zat yang tidak seharusnya terkandung dalam air.

Pemeliharaan juga perlu dilakukan terhadap drainse utama. Sebagaimana pemeliharaan drainase pada umumnya, langkah ini cukup dilakukan dengan

kerikil

Karbon aktif Batu Kapur

Pasir Aktif

Penampungan pertama

Saringan Kedua

Saringan pertama (kassa) Drainase utama

Penampungan terakhir

Pintu pemeliharaan

Aliran air Gambar 3 Sistem Penampungan dan Penyaringan Bertingkat

(15)

7

pengerukan endapan kasar seperti lumpur yang mungkin terbentuk pada filter pertama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Salah satu sistem pengendalian banjir dalam sutau kawasan ialah drainase.

Sistem drainase yang baik diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan banjir dan usaha konservasi air bersih. Sistem drainase filtrasi ini dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk usaha penanggulangan banjir dalam suatu kawasan serta sebagai cadangan air bersih penduduk sekitar aliran drainase. namun tidak berarti dengan adanya sistem ini semua permasalahan banjir akan terpecahkan karena tetap diperlukan adanya kesadaran lingkungan dari masyarakat untuk memelihara saluran drainasenya sehingga tidak meluap sebelum melebihi kapasitas alirannya, serta dapat mencapai tempat diletakkannya saringan pertama.

Saran

Usaha penanggulangan banjir dan penampungan air hujan ini dapat dilakukan di manapun dalam skala kecil sekalipun. Penulis berharap upaya ini dapat diterapkan oleh masyarakat luas sehingga masyarakat dapat bersama mengurangi pemakaian air tanah dengan memnfaatkan air yang biasanya dilimpaskan begitu saja.

Lain pada itu, sistem paling baik sekalipun memerlukan pemeliharaan yang baik agar fungsinya tetap berjalan sebagaimana yang diharapkan. Begitu pula dengan sistem sederhana ini perlu adanya kesadaran untuk selalu memelihara agar pemanfaatannya optimal.

DAFTAR PUSTAKA Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jawa Barat

Harjono, Prayatni Soewondo, Wisjnuprapto. 2002. Pemanfaatan Saringan Pasir Lambat dalam Pengolahan Air minum. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 8 No.

1 April 2002: 1-3

Masyarakat Bandung Barat Kesulitan Air Bersih”, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 30/07/2009

Puslitbang Sumber Daya Air Jawa Barat:

http://psda.jabarprov.go.id/?mod=detilSorotan&idMenuKiri=345&idSorotan=37 diakses pada 25 feb 10.26

Referensi

Dokumen terkait

Abdurrahman Wahid, Pancasila sebagai Ideologi dalam Kaitannya dengan Kehidupan Beragama dan Berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam Oetojo Oesman dan Alfian

- Sekolah dapat berkembang karena didukung oleh sumber daya manusia (yang ahli di bidangnya). - Pencapaian target tujuan pendidikan lebih besar akan tercapai. Sarana

Faktor yang sangat mempengaruhi status gizi adalah pola asuh gizi anak melalui makanan, yang akan direspon dan dipraktekan oleh pemberi perawatan secara berbeda-beda pada

Berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh bambu sebagai sumber daya alam pengganti kayu, memiliki manfaat bagi lingkungan hidup, dan sebagai bahan baku yang sustainable,

Setiap orang, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara dan/atau penanggung jawab tempat/kegiatan dan fasilitas umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 11

Setelah dijelaskan dengan video pembelajaran melalui platform YouTube, siswa mampu menyajikan informasi tentang peran Indonesia dalam berbagai bentuk kerja sama di

Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang selanjutnya disingkat TDUP adalah dokumen resmi Izin yang diterbitkan Bupati dan/atau pejabat yang ditunjuk, sebagai

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan analisis laporan keuangan calon debitur dalam pemberian kredit oleh bank BTN Manado,