• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR JAWA BARAT. Kepada:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GUBERNUR JAWA BARAT. Kepada:"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR JAWA BARAT

Bandung, 7 Maret 2021

Kepada:

Yth. 1. Bupati/Wali Kota se-Jawa Barat;

2. Panglima Kodam III/Siliwangi; 3. Panglima Kodam Jaya/Jayakarta; 4. Kapolda Jawa Barat;

5. Kapolda Metropolitan Jakarta Raya;

6. Pelaku Usaha, Pengelola, Penyelenggara atau Penanggung

Jawab Tempat/Kegiatan dan

Fasilitas Umum di seluruh Jawa Barat;

7. Pelaku Perjalanan Dalam Negeri; dan

8. Masyarakat Jawa Barat di Tempat SURAT EDARAN NOMOR : 49/KS.01/HUKHAM TENTANG

PERPANJANGAN KETIGA PELAKSANAAN PEMBATASAN KEGIATAN

MASYARAKAT DALAM PENANGANAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)

DI PROVINSI JAWA BARAT

Berdasarkan:

1. Arahan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengenai kebijakan Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro selama 2 (dua) minggu ke depan;

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri 05 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan

Coronavirus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Coronavirus Disease 2019; dan

3. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep.132-Hukham/2021 tentang Perpanjangan Kedua Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar secara Proporsional di Provinsi Jawa Barat dalam rangka Penanganan CoronavirusDisease

(2)

Memperhatikan:

Laju peningkatan kasus Covid-19 di wilayah Jawa dan Bali belum dapat dikendalikan secara optimal, termasuk di Provinsi Jawa Barat, berdasarkan 4 (empat) kriteria, yang meliputi:

a. tingkat kematian; b. tingkat kesembuhan; c. tingkat kasus aktif; dan

d. tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (Bed Occupation Room/BOR) untuk

Intensive Care Unit (ICU) dan ruang isolasi.

Perpanjangan Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dalam Penanganan Covid-19 di Provinsi Jawa Barat, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Semua pihak harus lebih sungguh-sungguh, tertib, disiplin dan penuh tanggung jawab menaati ketentuan:

a. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pedoman

Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19 di Daerah Kabupaten Bogor, Daerah Kota Bogor, Daerah Kota Depok, Daerah Kabupaten Bekasi, dan Daerah Kota Bekasi sebagaimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 73 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19 di Daerah Kabupaten Bogor, Daerah Kota Bogor, Daerah Kota Depok, Daerah Kabupaten Bekasi, dan Daerah Kota Bekasi;

b. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19 di Wilayah Provinsi Jawa Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 38 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19 di Wilayah Provinsi Jawa Barat;

c. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dalam Penanggulangan

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kabupaten/Kota;

d. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 60 Tahun 2020 tentang Pengenaan Sanksi terhadap Pelanggaran Tertib Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Penanggulangan Covid-19 (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 Nomor 60);

e. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 63 Tahun 2020 tentang Pedoman Penilaian Risiko Kesehatan Masyarakat dan Adaptasi Kebiasaan Baru untuk Pencegahan dan Pengendalian Covid-19;

f. Instruksi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penggunaan Dana Desa Tahun 2021 dalam Pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Skala Mikro di Desa;

g. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 05 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Coronavirus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Coronavirus Disease 2019; dan

(3)

h. Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri pada Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19); dan

i. Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 9 Tahun 2021 tentang Ketentuan Pembentukan Pos Komando (Posko) Penanganan

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dalam rangka Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Tingkat Desa dan Kelurahan;

2. Bupati/Wali Kota menetapkan level kewaspadaan di wilayah Kecamatan, Desa dan Kelurahan sesuai kaidah epidemiologi dan tingkat risiko penularan Covid-19.

3. Bupati/Wali Kota mengatur Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) sampai dengan tingkat Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW) dengan kriteria zonasi pengendalian wilayah sebagai berikut:

a. Zona Hijau, dengan kriteria tidak ada kasus Covid-19 di satu RT, maka skenario pengendalian dilakukan dengan surveilans aktif, seluruh suspek dites dan pemantauan kasus tetap dilakukan secara rutin dan berkala;

b. Zona Kuning, dengan kriteria jika terdapat 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka skenario pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif dan kotak erat dengan pengawasan ketat;

c. Zona Oranye, dengan kriteria jika terdapat 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7 (hari) terakhir, maka skenario pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif dan kontak erat dengan pengawasan ketat, serta menutup rumah ibadah, tempat bermain anak, dan tempat umum lainnya, kecuali sektor esensial; dan

d. Zona Merah, dengan kriteria jika terdapat lebih dari 10 (sepuluh) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7 (hari) terakhir, maka skenario pengendalian adalah pengendalian PSBM tingkat RT yang mencakup:

1) menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat;

2) melakukan isolasi mandiri/terpusat dengan pengawasan ketat;

3) menutup rumah ibadah, tempat bermain anak, dan tempat umum lainnya, kecuali sektor esensial;

4) melarang kerumunan lebih dari 3 (tiga) orang;

5) membatasi keluar-masuk wilayah RT maksimal hingga pukul 20.00 WIB; dan 6) meniadakan kegiatan sosial masyarakat di lingkungan RT yang

menimbulkan kerumunan dan berpotensi menimbulkan penularan Covid-19. 4. PSBM dilakukan melalui koordinasi antara seluruh unsur yang terlibat, mulai dari

Ketua RT/RW, Kepala Desa/Lurah, Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), Bintara Pembina Desa (Babinsa), Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pos Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu (Posyandu), Dasa Wisma, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Penyuluh, Pendamping, Tenaga Kesehatan, dan Karang Taruna serta Relawan lainnya, dengan cara membentuk dan/atau mengaktifkan kembali Pos Komando (Posko) Tingkat Desa dan Kelurahan.

(4)

Posko Tingkat Desa dan Kelurahan adalah lokasi atau tempat yang menjadi Posko penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan yang memiliki 4 (empat) fungsi, yaitu:

a. pencegahan; b. penanganan; c. pembinaan; dan

d. pendukung pelaksanaan penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan. 5. Posko Tingkat Desa diketuai oleh Kepala Desa yang dalam pelaksanaanna dibantu

oleh Aparat Desa dan Mitra Desa lainnya dan Posko Tingkat Kelurahan diketuai oleh Lurah yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Aparat Kelurahan, dan kepada masing-masing Posko, dibantu oleh Satlinmas, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan Tokoh Masyarakat.

6. Untuk supervisi dan pelaporan Posko Tingkat Desa dan Kelurahan, dibentuk Posko Kecamatan.

7. Dalam melaksanakan 4 (empat) fungsi Posko Tingkat Desa dan Kelurahan berkoordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), dan disampaikan kepada Satgas Covid-19 Nasional, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri.

8. Kebutuhan pembiayaan dalam pelaksanaan Posko Tingkat Desa dan Kelurahan dibebankan pada anggaran masing-masing unsur Pemerintah/Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa, sesuai dengan pokok kebutuhan sebagai berikut:

a. kebutuhan di Tingkat Desa, dibebankan pada Dana Desa dan dapat didukung dari sumber pendapatan Desa lainnya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes);

b. kebutuhan di Tingkat Kelurahan, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota;

c. kebutuhan terkait Babinsa/Bhabinkamtibmas, dibebankan pada Anggaran TNI/Polri;

d. kebutuhan terkait penguatan pemeriksaan dini (testing), sistem dan manajemen pelacakan kontak (tracing) dan perbaikan perawatan (treatment), dibebankan pada Anggaran Kementerian Kesehatan/Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), APBD Provinsi/Kabupaten/Kota; dan

e. kebutuhan terkait dengan bantuan kebutuhan hidup dasar dibebankan pada Anggaran Badan Urusan Logistik (Bulog)/Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Sosial, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Keuangan serta APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.

9. PSBM dilakukan bersamaan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di 27 (dua puluh tujuh) Kabupaten/Kota, sebagai berikut:

a. membatasi kegiatan di tempat/kerja perkantoran dengan menerapkan Work From Home (WFH) sebesar 50% (lima puluh persen) dan Work From Office

(WFO) sebesar 50% (lima puluh persen) dengan memberlakukan protokol kesehatan secara lebih ketat;

(5)

c. untuk sektor esensial seperti kesehatan, bahan pangan, makanan, minuman, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, perbankan, sistem pembayaran, pasar modal, logistik, perhotelan, konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar, utilitas publik dan industri yang ditetapkan sebagai objek vital nasional dan objek tertentu, kebutuhan sehari-hari yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat, tetap dapat beroperasi 100% (seratus persen) dengan pengaturan jam operasional, kapasitas, dan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat;

d. membatasi kegiatan restoran (makan/minum di tempat sebesar 50% (lima puluh persen) dan untuk layanan makanan melalui pesan antar/dibawa pulang tetap diizinkan sesuai jam operasional restoran dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat;

e. membatasi jam operasional pusat perbelanjaan/mall sampai dengan pukul 21.00 WIB dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat;

f. mengizinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100 % (seratus persen) dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat;

g. mengizinkan kegiatan ibadah untuk dilaksanakan dengan pembatasan kapasitas sebesar 50% (lima puluh persen) dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat;

h. menghentikan sementera kegiatan fasilitas umum dan kegiatan sosial budaya yang dapat menimbulkan kerumunan; dan

i. membatasi kapasitas dan jam operasional transportasi umum.

10. Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa/Kelurahan mengintensifkan penerapan protokol kesehatan berikut sosialisasinya (membagikan masker dan menggunakan masker yang baik dan benar, mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak dan menghindari kerumunan yang berpotensi menimbulkan penularan Covid-19), serta memperkuat kemampuan pemeriksaan dini (testing), sistem dan manajemen pelacakan kontak (tracing) dan perbaikan perawatan (treatment), termasuk meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan (tempat tidur, ruang Intensive Care Unit (ICU), maupun tempat isolasi/karantina), koordinasi antar daerah yang berdekatan melalui Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) untuk redistribusi pasien dan tenaga kesehatan sesuai dengan kewenangan masing-masing.

11. Setiap orang, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara dan/atau penanggung jawab tempat/kegiatan dan fasilitas umum yang melaksanakan kegiatan wajib melaksanakan protokol kesehatan, meliputi:

a. menggunakan masker yang baik dan benar;

b. mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer; c. membatasi interaksi fisik serta menjaga jarak;

d. menghindari dan/atau tidak menimbulkan kerumunan yang berpotensi menularkan Covid-19; dan

e. membatasi aktivitas di tempat umum.

12. Setiap orang, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara dan/atau penanggung jawab tempat/kegiatan dan fasilitas umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 11 dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 60 Tahun 2020 tentang Pengenaan Sanksi terhadap Pelanggaran Tertib Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Penanggulangan Covid-19 atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Daerah Kabupaten/ Kota.

(6)

13. Pelaku perjalanan dalam negeri yang akan memasuki wilayah Jawa Barat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab atas kesehatan masing-masing, serta tunduk dan patuh terhadap syarat dan ketentuan yang berlaku;

b. Bagi yang melakukan perjalanan dengan transportasi udara, wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu paling lama 3 x 24 jam atau hasil negatif rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu paling lama 2 x 24 jam sebelum keberangkatan;

c. Bagi yang melakukan perjalanan dengan transportasi laut, wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR atau hasil negatif rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu paling lama 3 x 24 jam sebelum keberangkatan;

d. Bagi yang melakukan perjalanan dengan transportasi darat, wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR atau hasil negatif rapid test antigen /GeNose test yang sampelnya diambil dalam kurun waktu paling lama 3 x 24 jam sebelum keberangkatan;

e. Anak-anak di bawah usia 5 (lima) tahun tidak diwajibkan untuk tes RT-PCR/

rapid test antigen /GeNose test;

f. Surat keterangan hasil negatif uji swab berbasis PCR atau surat keterangan hasil negatif uji Rapid Test Antigen sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c berlaku selama 7 (tujuh) hari sejak diterbitkan;

g. Selama berada di Provinsi Jawa Barat wajib memiliki surat keterangan hasil negatif RT-PCR /Rapid Test Antigen/ GeNose test yang masih berlaku; dan h. Bagi pelaku perjalanan dalam negeri yang berangkat dari Provinsi Jawa Barat,

surat keterangan hasil negatif RT-PCR /Rapid Test Antigen/ GeNose test yang masih berlaku dapat digunakan untuk perjalanan kembali ke Provinsi Jawa Barat.

14. Bupati/Wali Kota dapat mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan PSBB secara Proporsional dalam skala mikro di Daerah Kabupaten/Kota melalui perubahan Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2021 dan dilaporkan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, untuk selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2021 atau ditampung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang tidak melakukan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2021.

15. Bupat/Wali Kota Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan pelaksanaan PSBB secara Proporsional dalam skala mikro di Daerah Kabupaten/Kota setiap minggu kepada Sekretariat Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasiona (PC-PEN), paling lambat disampaikan pada hari Kamis, untuk dapat dibahas pada Rapat Koordinasi Mingguan antara Komite PC-PEN bersama dengan Gubernur, dalam bentuk:

a. Laporan pemetaan risiko tingkat RT, berupa rekapitulasi per Daerah Kabupaten/Kota; dan

b. Laporan perkembangan 4 (empat) parameter PSBB secara Proporsional dalam skala mikro, berupa rekapitulasi per Daerah Kabupaten/Kota.

(7)

16. Bupati/Wali Kota memastikan perkembangan PSBB secara Proporsional dalam skala mikro telah dilaporkan dalam Sistem Pelaporan yang disiapkan oleh Satgas Penanganan Covid-19, di dalam Aplikasi dan Dashboard terintegrasi BLC Posko Covid-19 Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 9 Tahun 2021 tentang Ketentuan Pembentukan Pos Komando (Posko) Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dalam rangka Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Tingkat Desa dan Kelurahan.

17. Bupati/Wali Kota menugaskan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota untuk memudahkan koordinasi dengan Komite PC-Pen (Sesmenko Perekonomian selaku Sekretaris Eksekutif Komite PC-PEN) dan Kementerian Dalam Negeri (Sekretaris Jenderal).

18. Bupati/Wali Kota agar mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, dan mensosialisasikan Surat Edaran ini kepada Camat, Kepala Desa/Kelurahan, dan para pihak terkait untuk dilaksanakan dengan tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.

19. Panglima Kodam III/Siliwangi dan Panglima Kodam Jaya/Jayakarta serta Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat dan Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, agar melaksanakan operasi penegakan disiplin guna memastikan terlaksananya Surat Edaran ini secara efektif.

20. Surat Edaran ini mulai berlaku sejak tanggal 9 Maret 2021 sampai dengan 22 Maret 2021.

Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dilaksanakan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab.

GUBERNUR JAWA BARAT,

Tembusan kepada Yth:

1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta;

2. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi di Jakarta; 3. Menteri Dalam Negeri di Jakarta;

4. Menteri Kesehatan di Jakarta; 5. Menteri Perhubungan di Jakarta; 6. Menteri BUMN di Jakarta;

7. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta; dan 8. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 di Jakarta.

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN HAM,

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data pada lembar validasi alat penilaian pelaksanaan praktik dengan mempresentasikan daftar cek berdasarkan nilai yang telah diberikan oleh ahli

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh efikasi diri berwirausaha mahasiswa terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi

Dikenal juga sebagai sistem anggaran berdasarkan objek pengeluaran. Titik berat perhatian pada sistem ini terletak pada segi pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan

Terdapat tiga teknik atau model yang dapat digunakan dalam mengestimasi model regresi data panel yaitu Common Effect , Fixed Effect dan Random Effect.. Common

Indikator dari Prestasi Kerja yang mempunyai skor tertinggi adalah Hasil Kerja, yaitu sebesar 80,67%, hal ini hasIl kerjaa karywan sesuaI dengan standaar kauntitas ditetapakan

Pertama, seluruh fitur dapat diakses oleh pengguna berkebutuhan khusus dengan memanfaatkan metode Interaksi manusia komputer dengan memanfaatkan pergerakan mata pengguna

(c) Beri informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi. Rasional : kurangnya informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas. j)

Prototipe berbentuk chamber, hasil penelitian menunjukan, penyemprotan nutrisi ke akar sayuran disertai dengan pengendalian paparan cahaya tumbuh (light growing