• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan migran dan keberlanjutan mereka untuk bekerja di luar negeri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan migran dan keberlanjutan mereka untuk bekerja di luar negeri."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fenomena migrasi tenaga kerja ke luar negeri diakui selain dapat sedikit memecahkan masalah ketenagakerjaan di Indonesia dan meningkatkan devisa negara, secara khusus juga dapat untuk memperbaiki nasib dan membangun diri migran dan rumah tangganya di daerah asal. Proses migrasi ke luar negeri tersebut juga memiliki sisi kontradiktif dan implikasi-implikasi baru yang menyangkut aspek politik, ekonomi, demografi, budaya, sosial psikologi, termasuk hartkat dan martabat bangsa. Implikasi yang muncul tersebut dapat dialami oleh tenaga kerja migran, keluarga dan masyarakat, baik di daerah tujuan maupun di daerah asal. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi keberhasilan migran dan keberlanjutan mereka untuk bekerja di luar negeri.

Salah satu alasan yang melatarbelakangi masyarakat menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Indonesia tidak lain yaitu masalah perekonomian. Lapangan kerja di tanah air yang terbatas serta tingginya angka kemiskinan dan keterbatasan skill serta modal menjadi pemicu masyarakat berminat untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bukanlah fenomena baru bila mengingat bahwa sejak bertahun-tahun yang lalu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sudah ada di Indonesia. Undang-undang dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhaka atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, berdasarkan pasal tersebut dipertegas agar semua warga Indonesia yang mau dan mampu bekerja supaya dapat diberikan pekerjaan tersebut, mereka dapat hidup dengan layak sebagai manusia yang mempunyai hak-hak yang dilindungi oleh hukum.

1

1 H. Agusfian, SH. 2001. Perjanjian Kerja Antar Negara. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hlm.

215

(2)

2

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak selalu mendapatkan perlakuan khusus dan perlakuan baik yang diharapkan oleh semua pihak, nyatanya tidak semua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mendapatkan hal tersebut. Terdengar bahwa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dianiaya dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak dibayar gajinya sehingga pulang dengan tangan hampa terlalu sering menghiasi pemberitaan media masa. Kerancuan kebijakan yang menyalahi aturan dan bersifat monopoli dengan pengawasan yang lemah berakibat uang asuransi yang semestinya menjadi hak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) itu hangus dan menumpuk hanya untuk mengisi pundi-pundi Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

Peraturan pemerintah telah menegaskan bahwa setiap pihak swasta yang

berkeinginan untuk mendirikan suatu kantor Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia Swasta (PPTKIS) harus mengikuti serangkaian persyaratan yang telah

ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 mengenai penempatan

dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Persyaratan yang harus

dipenuhi antara lain yaitu pelaksana penempatan harus memiliki izin pemerintah

secara tertulis, pelaksana penempatan juga harus memiliki mitra usaha atau

instansi yang berbadan hukum yang bertempat dinegara tujuan tenaga kerja

diberangkatkan yang bertanggung jawab menematkan tenaga kerja pada

pengguna, memiliki perjanjian kerja sama antara pelaksana penempatan tenaga

kerja dengan mitra usaha serta kerja sama antara pelaksana penempatan tenaga

kerja dengan pemerintah (dinas tenaga kerja dan transmigrasi) untuk menerbitkan

kartu tenaga kerja luar negeri dan visa kerja.

(3)

3

Pemerintah telah dengan tegas mengeluarkan undang-undang yang bertujuan untuk melindungi para tenaga kerja itu sendiri serta untuk mengatur jalannya arus pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, namun belakangan ini diketahui undang-undang yang telah ditetapkan justru belum diterapkan secara menyeluruh, hal ini terbukti dengan lemahnya perlindungan dan kepatuhan hukum menyebabkan para TKI mengalami ekpliotasi fisik, kekerasan, pelecehan seksual, pemerkosaan dan lain-lain. Selain masalah yang timbul setelah mereka bekerja, masalah lain juga timbul bahkan saat mereka hendak bekerja ke luar negeri. Terdapat tenaga kerja yang pergi ke berbagai negara tujuan tanpa memiliki informasi ketenagakerjaan yang memadai. Calon tenaga kerja mengalami kesulitan baik menyangkut ijin dan hubungan kerja, kemigrasian dan masalah sosial, ekonomi, politik dan hukum di negara tujuan.

Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berkeinginan untuk bekerja di

luar negeri berdasarkan data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) terhitung sampai dengan tahun 2016 jumlah

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Indonesia mencapai 234.451 Tenaga Kerja

Indonesia (TKI). Berdasarkan data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) salah satu Kabupaten/Kota penyumbang

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terbanyak urutan ke 4 yaitu Kebupaten

Tulungagung dengan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) hingga tahun 2016

mencapai 4.692, banyaknya calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) memberikan

kesempatan untuk para pihak swasta menjadi Pelaksana Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

(4)

4

Industri jasa ini memang bisa dibilang menjanjikan bila dilihat dari minat tinggi calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ingin bekerja ke luar negeri.

Sebagian calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) memang berasal dari desa yang menginginkan kehidupan yang lebih layak, perekonomian yang meningkat sehingga mereka memilih untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Selain jumlah calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ada, minimnya tingkat pengetahuan mereka akan cara dan sistem yang harus ditempuh untuk dapat bekerja di luar negeri juga menjadi salah satu alasan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) menawarkan bantuan untuk memberangkatkan para calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tersebut.

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) memang sudah selayaknya menjadi pihak yang membantu para calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja ke luar negeri, akan tetapi dalam proses perekrutan dan proses penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), tenaga kerja dapat menjadi pihak yang dirugikan. Belum lagi masalah yang berkaitan dengan biaya yang harus ditanggung oleh calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebelum pergi ke luar negeri. Kepastian hukum akan menjamin keselamatan kerja juga belum menjadi prioritas. Demikian, penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri harus disesuaikan dengan hak dan kesempatan yang sama bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang baik.

Pemerintah seharusnya mulai memberikan perhatian khusus kepada pihak-

pihak Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Pihak

pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) tersebut apabila

(5)

5

tidak diawasi dengan seksama dan teliti, akan menimbulkan masalah baru yang membuat permasalahan TKI semakin keruh. Terdapat Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang menawarkan berbagai kemudahan bagi calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI), mulai dari biaya yang dikeluarkan dapat diangsur, jaminan keluarga mendapat uang setiap bulan hingga calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak perlu tinggal diasrama selama proses pembekalan.

Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh para penyedia jasa ini tentunya akan semakin meningkatkan minat masyarakat untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Melihat minat Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tinggi, seharusnya pemerintah menyediakan lebih banyak Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang resmi, agar para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dapat bekerja dengan tenag dan dapat meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang telah dijelaskan diatas.

Nyatanya masih banyak ditemukan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang beridiri bukan berdasarkan peraturan pemerintah, melainkan para pihak swasta yang ingin mengambil untuk dengan mendirikan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

Terdapat Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang

tidak resmi ini tentunya menimbulkan masalah baru. Kasus Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang memalsukan data

para calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI), terdapat Pelaksana Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang akan mengirimkan anak dibawah umur

untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), terdapat pula ibu hamil dan

calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang buta huruf.

(6)

6

Daya tampung ruangan melebihi kapasitas dari yang seharusnya. Tempat yang seharusnya untuk 60 orang namun digunakan untuk 269 orang.

2

Berdasarkan kasus tersebut Kementerian Ketenagakerjaan pada tahun 2017 telah mencabut izin operasional Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang melanggar peraturan seperti yang telah disebutkan diatas. Kasus-kasus tersebut tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga di Kabupaten/Kota seperti halnya di Kabupaten Tulungagung. Pihak kepolisian Kabupaten Tulungagung telah menangani kasus-kasus mengenai Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang melanggar hukum dan menghadapi para calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang merasa tertipu oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

Data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) telah mencabut izin operasional untuk 26 Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang berada di Jawa Timur.Kasus yang dialami oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) tersebut tentunya meresahkan warga sehingga banyak warga yang terjerumus kedalam pemilihan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang salah.

Akibatnya mereka bukannya dipermudah untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), malinkan mereka justru dibingungkan dengan proses-proses yang tidak jelas dan tidak dapat menjamin mereka saat berada di negara tempat mereka bekerja.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin melihat lebih detail mengenai“Peran Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri”

2Priliawito, Eko. Kasus PJTKI nakal. 2011. http://metro.news.viva.co.id/polda-tangani-11-kasus- pjtki-nakal/ Diakses pada tanggal 20 februari 2017 pukul 16.38 WIB

(7)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana Peran Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri yang meliputi proses rekrutmen, pembekalan, pemberangkatan hingga hubungan kerja dengan agen di luar negeri ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni untuk mengetahui dan menjelaskan Peran Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri yang meliputi proses rekrutmen, pembekalan, pemberangkatan hingga hubungan kerja dengan agen di luar negeri.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk kalangan akademisi pada khususnya untuk masyarakat pada umumnya, adapun manfaat diperoleh dalam penelitian ini yaitu manfaat secara teoritis dan kegunaan secara praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi berkaitan

dengan pengembangan kelimuan mengenai Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia Swasta (PPTKIS) yang dilihat dari sudut pandang ilmu sosiologi dan

sebagai penguat teori Struktural Fungsional dari Robert K. Merton.

(8)

8

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini nantinya dapat diterapkan oleh pihak-pihak yang berwenang dan juga untuk kalangan akademis. Bagi piha-pihak yang berwenang seperti pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan kedepannya, maupun bagi pihak akademis sebagai penunjang referensi kailmuan. Manfaat secara praktis dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Manfaat bagi pemerintah

Hasil penelitian tentang Peran Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten atau Kota dalam menentukan kebijakan yang akan diberlakukan sebagai upaya untuk mengatur Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) agar tetap dalam pengawasan pemerintah.

b. Manfaat bagi akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi mahasiswa maupun dosen sebagai penunjang keilmuan dan mempertajam analisis terkait fenomena atau topik dalam penelitian ini.

c. Manfaat bagi masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat

khususnya untuk menambah informasi mengenai Pelaksana Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang baik dan benar secara hukum sehingga

tidak ada masyarakat yang merasa tertipu atau dirugikan dengan adanya Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang tidak sesuai dengan

hukum.

(9)

9

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Konsep Peran Secara Sosiologi

Soekanto mengemukakan pengertian peran atau role mencakup tiga hal yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, yaitu merupakan rangkaian peraturan- peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep apa yang dapat dilakukan individu yang meliputi perangkat hak-hak dan kewajiban dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

3

Berdasarkan definisi diatas, maka peran Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meliputi proses pra penempatan yang didalamnya terdapat proses perekrutan hingga pembekalan, setelah itu proses pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Apabila dalam proses dari awal hingga akhir tersebut pihak Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) tidak melaksanakan perannya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka akan terjadi disfungsi atau kekacauan didalam pihak Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) ataupun dalam masyarakat pengguna jasa tersebut.

3Soekanto, Soerjono.2004.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Hlm.

243-244

(10)

10

1.5.2 Pengertian Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta

(PPTKIS)

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) merupakan suatu badan hukum yang memiliki izin tertulis dari pemerintah untuk pelayanan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Mulanya Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) disebut dengan istilah Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), sebenarnya baik PJTKI tau PPTKIS itu sama. PJTKI atau PPTKIS juga merupakan suatu badan hukum yang memiliki izin tertulis dari pemerintah untuk melaksanakan penempatan tenaga kerja ke luar negeri.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sesuai bakat, minat dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.

Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) adalah badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

4

1.5.3 Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Definisi buruh migran atau pekerja migran itu sangat luas meskipun lebih sering diartikan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri.

Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dapat ditemukan pada pasal 1 angka 1

4Republik Indonesia, Undang-Undang, Nomor 39, Tahun 2004

(11)

11

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, Tenaga Kerja Indoensia (TKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan dengan menggunakan metode yang tepat, dimana data yang dikumpulkan harus ada relevansi dengan masalah yang dihadapi. Metode adalah suatu penelitian yang memiliki peran penting dalam pengumpulan data, merumuskan masalah, analisis dan interpretasi data.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan sebagai berikut :

1.6.1 Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatf. Penggunaan

pendekatan kualitatif dalam penelitian cukup relevan untuk menggambarkan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Peran Pelaksanaan Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dapat dengan jelas digambarkan

dengan pendekatan penelitian kualitatif sehingga tidak terjadi kesalah pahaman

dalam memaknai peran Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta

(PPTKIS).

(12)

12

1.6.2 Jenis penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena- fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

5

Penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara dengan para subjek penelitian yaitu pemilik Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) di Kabupaten Tulungagung.

1.6.3 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tulungagung. Adapun alasan peneliti dalam menentukan lokasi penelitian ini karena di Kabupaten Tulungagung terdapat 4.692 TKI, bahkan mendapat julukan Kabupaten penghasil TKI serta terdapat lebih dari satu Pelaksana Penemoatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), namun dalam penelitian ini hanya mengambil satu pelaksana penempatan tenaga kerja indonesia swasta (PPTKIS) yang resmi dan terdaftar dalam Disnakertrans Kabupaten Tulungagung yaitu PT.Mulia Laksana Sejahtera.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui peran Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

5Moeleong, lexy.2002.metode penelitian kualitatif.bandung.PT.remaja rosdakarya.Hlm.6

(13)

13

1.6.4 Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Aktivitas awal dalam proses pengumpulan data adalah menentukan subyek penelitian. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan informan, sebab dari merekalah diharapkan informasi dapat terkumpul sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan peneliti yang diajukan. Subyek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.

6

Teknik pemilihan subyek menggunakan purposive sampling, dimana peneliti memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan subjek.

Peneliti memiliki beberapa pertimbangan dalam memilih subjek antara lain yaitu : a. Kepala kantor PT. Mulia Laskana Sejahtera dengan pertimbangan bahwa kepala PT. Mulia Laskana Sejahtera yang mengetahui segala kegiatan yang dilakukan oleh para staff PT. Mulia Laskana Sejahtera kepala PT. Mulia Laskana Sejahtera yang bertanggungjawab penuh kepada pemerintah daerah untuk melaporkan segala kegiatan yang dilakukan oleh PT. Mulia Laskana Sejahtera.

b. Kapala bagian perekrutan dengan pertimbangan bahwa kepala perekrutanlah yang melakukan seleksi kepada para calon tenaga kerja dan memutuskan apakah calon tenaga kerja tersebut memenuhi persyaratan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

c. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sejumlah 4 orang yang telah diberangkatkan ke luar negeri oleh PT.Mulia Laksana Sejahtera di Kabupaten Tulungaggung dengan pertimbangan bahwa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tersebut mendapat cuti Idul Fitri tergolong lama dan sebagai pihak yang dapat

6Muhammad, Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial:Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif:Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga

(14)

14

memberikan penegasan terhadap peran yang dilaksanakan PT.Mulia Laksana Sejahtera.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini tentu memerlukan adanya data-data, yakni sebagai bahan yang akan diteliti dan untuk mendapatkannya perlu adanya metode yang digunakan sebagai bahan pendekatan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut :

a. Observasi

Pengamatan dalam metode observasi dapat diklasifikasikan melalui cara berperan serta dan yang tidak berperan serta. Pengamat atau peneliti berperan serta melakukan dua peran sekaligus, yaitu sebagai pengamat atau peneliti dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diteliti.

7

Peneliti telah melakukan observasi pada lokasi penelitian yakni PT.Mulia Laksana Sejahtera. Hasil dari observasi tersebut bahwa PT.Mulia Laksana Sejahtera Merupakan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang resmi dan telah terdaftar pada Dinas tenaga Kerja Dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tulungagung, hal ini terbukti dengan adanya Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI (SIPTKI) dari pemerintah, PT.Mulia Laksana Sejahtera telah memiliki Balai Latihan Kerja (BLK) pada setiap kantor cabang dan PT.Mulia Laksana Sejahtera bekerjasama dengan Dinas tenaga Kerja Dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tulungagung dalam

7Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdyakarya.

Hlm.126

(15)

15

hal penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) dan Visa untuk para tenaga kerja yang siap diberangkatkan ke luar negeri.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara atau yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan tidak terencana, tanpa pedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara tidak terstruktur diharapkan bisa mendapat banyak datasesuai dengan topik dan wawancara dapat berjalan dengan lebih luwes selayaknya tidak menjalankan wawancara.

Peneliti tidak membuat panduan wawancara pada saat wawancraa, namun peneliti tetap membuat daftar pertanyaan yang digunakan untuk mempermudah subjek mengetahui apa saja yang ingin peneliti ketahui serta subjek dapat menyiapkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang akan ditanyakan namun daftar pertanyaan tersebut bisa saja dikurangi atau ditambah seiring dengan proses wawancara yang dilakukan.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yang dilakukan dengan

memanfaatkan data-data yang telah ada di lokasi penelitian yang digunakan

untuk membantu menganalisis data. Dokumentasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah berupa foto-foto dari lokasi peneltiian, berkas-berkas yang

bisa menunjang data dalam penelitian ini, kemudian data tersebut dikaji kembali

dengan maksud untuk melengkapi data-data yang diperoleh sebelumnya.

(16)

16

1.6.6 Teknik Analisa Data

Pembahasan tentang analisis data dalam penelitian kualitatif, para ahli memiliki pendapat yang berbeda. Huberman dan Miles mengajukan model analisa data yang disebut sebagai model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verivikasi.

Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Gambar model interaktif yang diajukan Miles dan Huberman ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : Teknis Analisa Data Miles dan Huberman

Sumber :

Miles dan Huberman (Moleong dan Lexy)

a. Reduksi data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih

data yang relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk

memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan

menjabarkan hal-hal penting tentang hasil penemuan dan maknanya. Pada proses

reduksi data, hanya temuan data atau temuan yang berkenaan dengan

(17)

17

permasalahan penelitian saja yang direduksi. Sedangkan data yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data digunakan untuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yag tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan.

b. Penyajian data

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, grafik, gambar dan tabel. Tujuan sajian data adalah untuk mengabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagian- bagian tertentu dari hasil penelitian, maka peneliti harus membuat naratif, matrik atau grafik untuk memudahkan penguasaan informasi atau data tersebut. Dengan demikian peneliti dapat tetap menguasai data dan tidak tenggelam dalam kesimpulan informasi yang dapat membosankan. Hal ini dilakukan karena data yang terpencar-pencar dan kurang tersusun dengan baik dapat mempengaruhi peneliti dalam bertindak secara ceroboh dan mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat dan tidak mendasar. Untuk display data harus disadari sebagai bagian dalam analisis data.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung

seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka

selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap

maka diambil kesimpulan akhir

(18)

18

1.6.7 Teknik Validitas Data

Validitas data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehinggga mudah dipahami oleh sendiri maupun orang lain. Penelitian ini menggunakan Trianggulasi untuk menguji validitas data yang didapat saat penelitian berlangsung.

Trianggulasi dalam pengujian validitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi sumber, trianggulasi teknik pengumpulan data dan waktu.

a. Trianggulasi Sumber.

Trianggulasi sumber untuk menguji validitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Trianggulasi Teknik.

Trianggulasi teknik untuk menguji kreadibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Trianggulasi Waktu.

Waktu juga sering mempengaruhi validitas data. Data yang telah

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada narasumber masih segar,

belum banyak masalah, akan memberikan data lebih valid sehingga labih

kreadibel.

(19)

19

Gambar

Gambar 1 : Teknis Analisa Data Miles dan Huberman

Referensi

Dokumen terkait

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana

- Potensi yang bisa dimanfaatkan dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, aparat pemerintah , dan lembaga – lembaga sosial dan potensi sumber daya alam (kerjasam) -

Muka yang tidak terdeteksi tersebut tidak akan bisa dihitung sebagai orang oleh sistem karena syarat untuk dapat dihitung sebagai orang adalah muka yang akan

Ada tiga penyebab utama antara lain; (1) faktor meningkatnya pertumbuhan penduduk baik secara alami (kelahiran) maupun perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi),

Menurut Tannure dkk 2010, mucocele dapat terjadi pada laki-laki maupun pada perempuan dan pada segala usia dengan insiden tertinggi pada dekade kedua dan

Persaingan yang sedemikian ketat dalam industri perhotelan menuntut pihak Grand Kalpataru Syariah Hotel untuk meningkatkan loyalitas tamunya agar tidak beralih ke

Kelemahan tersebut, seperti: (1) keharusan menulis identitas, sedangkan desain yang peruntukkan siswa awas yang hanya melingkari atau menghitamkan bulatan-bulatan utnuk

* Melapor mengenai kendala yang terjadi menggunakan fitur live chat yang ada pada https://kursusvmlepkom.gunadarma.ac.id/, aktif mulai pukul 10 WIB * Harap memperhatikan dengan