HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-200 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat proses transpirasi, sehingga proses kemunduran bunga menjadi lambat dan bunga tidak cepat layu. Suhu ruangan yang tinggi akan meningkatkan laju transpirasi, sehingga volume jumlah total larutan peraga akan berkurang.
Selain itu, semakin tinggi suhu ruangan akan mendorong peningkatan produksi etilen. Etilen ini dapat menyebabkan bunga menjadi cepat matang dan layu, sehingga kisaran suhu pada penelitian ini baik untuk proses vase life bunga potong. Menurut Reid (1992) beberapa tanaman tropis seperti Anthurium dan beberapa genus anggrek sebaiknya berada pada suhu yang tidak terlalu dingin atau suhu lebih dari 10 0 C agar tidak terjadi chilling injury atau kerusakan pada suhu rendah.
Derajat keasaman larutan holding (sukrosa 3% + asam salisilat 150 ppm) pada awal penelitian (1 HSP) menurut Nurfitria (2004) adalah 3.83, sedangkan pada akhir penelitian (29 HSP) adalah 3.66. Kisaran pH yang baik untuk bunga potong yaitu 3.5 – 5.0 (Gast, 2000). Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran terhadap pH larutan karena pH larutan awal pada penelitian sebelumnya sama dengan penelitian ini.
Gangguan yang terjadi pada bunga potong dalam penelitian ini adalah terdapatnya semut yang masuk kedalam botol larutan pengawet karena adanya gula pada larutan. Gangguan semut dapat diatasi dengan pemberian kapur serangga pada meja yang digunakan untuk tempat menyimpan botol perlakuan.
Kondisi ruang penelitian untuk meletakan posisi masing-masing kelompok percobaan yaitu kelompok 1 terletak pada posisi dekat rak meja laboratorium dan berdekatan dengan AC. Kelompok 2 terletak diantara pada posisi dekat rak meja laboratorium dan berada ditengah-tengah kelompok 1 dan 3, sedangkan kelompok 3 terletak pada posisi pinggir dekat jendela. Cahaya matahari yang masuk pada ruangan ini cukup banyak, namun tidak dilakukan pengukuran cahaya. Kondisi ruangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Kelompok 1 (5-10 kuntum bunga)
Kelompok 2 (11-15 kuntum bunga)
Kelompok 3 (16-20 kuntum bunga)
Gambar 3. Penempatan setiap kelompok percobaan dalam ruangan penelitian
Kualitas Bunga
Jumlah dan Persentase Total Kuntum Bunga
Bunga potong pada awal penelitian secara visual terlihat baik, karena tidak mengalami kelayuan dan gugur. Hal ini disebabkan pada saat pengangkutan bunga dari lapang sampai laboratorium dilakukan upaya pencelupan tangkai bunga anggrek kedalam ember yang berisi air. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat panas lapang, sehingga bunga anggrek tetap terlihat segar selama dalam perjalanan menuju laboratorium sampai pada saat dimulainya penelitian. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga anggrek pada awal percobaan dapat dilihat dari Tabel 1, 2 dan 3.
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Total Kuntum Bunga di Awal Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
(menit) 0 80 160 240 Waktu
----kuntum bunga---- 30
13.9 (100%)
13.7 (100%)
13.9 (100%)
14.3 (100%)
13.9 (100%) 60
13.3 (100%)
13.6 (100%)
12.6 (100%)
14.0 (100%)
13.4 (100%) 90
13.7 (100%)
12.9 (100%)
14.2 (100%)
13.4 (100%)
13.6 (100%) 120
13.2 (100%)
13.8 (100%)
13.9 (100%)
14.4 (100%)
13.8 (100%) Rata-rata
konsentrasi
13.5 (100%)
13.5 (100%)
13.7 (100%)
14.0 (100%)
13.7 (100%)
Total jumlah kuntum bunga merupakan penjumlahan dari jumlah bunga yang masih kuncup dengan bunga yang sudah mekar di awal percobaan. Tabel 1 menunjukan bahwa rata-rata jumlah total kuntum bunga pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 13.7 kuntum dengan nilai persentase 100%. Rata-rata jumlah kuntum ini baik untuk bunga potong karena jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, bila tangkai bunga terlalu banyak kuntum kemungkinan posisi tangkainya tidak akan tegak saat di pajang, sementara bila jumlah kuntum terlalu sedikit kemungkinan masa kesegarannya tidak tahan lama.
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga yang Masih Kuncup di Awal Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
(menit) 0 80 160 240 Waktu
----kuntum bunga---- 30
8.2 (58.9%)
8.3 (60.6%)
9.7 (69.8%)
8.6 (60.1%)
8.7 (62.4%) 60
8.6 (64.7%)
7.9 (58.1%)
7.9 (62.7%)
9.3 (66.4%)
8.4 (62.9%) 90
8.8 (64.2%)
8.7 (67.4%)
8.9 (62.7%)
8.9 (66.4%)
8.8 (65.0%) 120
7.4 (56.9%)
8.2 (59.4%)
10.1 (72.6%)
9.9 (68.8%)
8.9 (64.4%) Rata-rata
konsentrasi
8.3 (60.9%)
8.3 (61.3%)
9.1 (67.0%)
9.2 (65.4%)
8.7 (63.7%) Tabel 3. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga yang Sudah Mekar di Awal
Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
(menit) 0 80 160 240 Waktu
----kuntum bunga---- 30
5.7 (41.1%)
5.4 (39.4%)
4.2 (30.2%)
5.8 (39.9%)
5.2 (37.6%) 60
4.8 (35.3%)
5.7 (41.9%)
4.7 (37.3%)
4.7 (33.6%)
5.0 (37.1%) 90
4.9 (35.8%)
4.2 (32.6%)
5.6 (37.3%)
4.6 (33.6%)
4.8 (35.0%) 120
5.8 (43.1%)
5.6 (40.6%)
3.8 (27.4%)
4.6 (31.2%)
5.0 (35.6%) Rata-rata
konsentrasi
5.3 (39.1%)
5.2 (38.7%)
4.6 (33.0%)
4.9 (34.6%)
5.0 (36.3%)
Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata jumlah kuntum bunga yang masih kuncup pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 8.7 kuntum dengan nilai persentase 63.7 %, sedangkan tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata jumlah kuntum bunga yang sudah mekar pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 5 kuntum dengan nilai persentase 36.3%. Kondisi awal percobaan ini mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya kuntum bunga baru yang mekar, layu, gugur dan terserang hama penyakit pada saat penelitian.
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Gambar 4. Penampilan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ’Woxinia’
pada 8 HSP, Beberapa Perlakuan Sudah Mengalami Kelayuan pada Kuntum Bunga yang Paling Bawah.
CaCl2
Aquades
CaCl2
0 ppm CaCl2
80 ppm
CaCl2
160 ppm CaCl2
240 ppm
CaCl2
Aquades
CaCl2
0 ppm CaCl2
80 ppm
CaCl2
160 ppm CaCl2
240 ppm
CaCl2
Aquades
CaCl2
0 ppm CaCl2
80 ppm
CaCl2
160 ppm CaCl2
240 ppm
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Gambar 5. Penampilan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ’Woxinia’
Pada 22 HSP, Bunga yang Gugur Terdapat di Tangkai Bawah dan Tangkai Tengah Bunga pada Beberapa Perlakuan
CaCl2
Aquades
CaCl2
0 ppm CaCl2
80 ppm
CaCl2
160 ppm CaCl2
240 ppm
CaCl2
Aquades
CaCl2
0 ppm CaCl2
80 ppm
CaCl2
160 ppm CaCl2
240 ppm
CaCl2
Aquades
CaCl2
0 ppm CaCl2
80 ppm
CaCl2
160 ppm CaCl2
240 ppm
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar
Hasil sidik ragam pada lampiran 1 dan 2 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2, lama waktu perendaman CaCl2 dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga mekar, sedangkan kelompok berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga mekar. Hal ini disebabkan pada setiap pengelompokkan jumlah awal kuntum bunga berbeda-beda. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga mekar 1 - 29 HSP dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar 1 - 29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
(menit) 0 80 160 240 Waktu
----kuntum bunga mekar----
30 9.3
(78.4%)
8.8 (82.0%)
9.5 (85.8%)
10.4 (86.3%)
9.5 (83.1%)
60 9.7
(86.9%)
8.5 (79.8%)
8.3 (81.7%)
10.1 (88.9%)
9.1 (84.3%)
90 9.3
(85.9%)
8.1 (86.9%)
9.3 (80.6%)
8.7 (84.9%)
8.8 (84.6%)
120 8.3
(78.7%)
9.2 (78.7%)
11.1 (90.2%)
9.1 (87.4%)
9.4 (83.8%) Rata-rata
Konsentrasi
9.2 (82.5%)
8.6 (81.9%)
9.5 (84.6%)
9.6 (86.9%)
9.2 (83.9%)
Tabel 4 menunjukan bahwa jumlah dan persentase kuntum bunga mekar dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal hingga akhir pengamatan (1-29 HSP) yaitu 9.2 kuntum mekar atau 83.9%. Jumlah kuntum bunga mekar dari awal sampai akhir pengamatan (1-29 HSP) hanya mengalami kenaikan 47.6% dari jumlah awal kuntum bunga mekar (36.3%), sehingga kuntum bunga tidak mekar sampai maksimal (100%). Hal ini disebabkan perlakuan CaCl2 tidak memberikan pengaruh dalam mendorong pemekaran kuntum bunga, diduga larutan CaCl2
tidak terserap optimal oleh jaringan kuntum bunga karena metode perendamannya hanya dilakukan pada tangkai bunga saja, bukan pada bunga secara keseluruhan atau tidak dilakukan penyemprotan larutan CaCl2 langsung pada kuntum bunga.
Selama pengamatan jumlah kuntum bunga mekar mengalami perubahan dari 1 – 29 HSP. Perubahan itu dapat dilihat pada Tabel 5 .
Tabel 5. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Mekar 1 - 29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2
Perlakuan HSP
1 7 15 21 29
---kuntum bunga mekar--- Konsentrasi CaCl2 (ppm)
0 8.3 10.1 10.0 9.3 6.9
80 8.3 9.9 9.4 8.4 6.3
160 9.1 10.8 10.5 9.3 6.8
240 9.2 10.9 10.3 7.1 7.1
Waktu (menit)
30 8.7 10.4 10.2 9.8 7.4
60 8.4 9.9 10.1 9.2 6.8
90 8.8 10.4 9.7 8.4 5.9
120 8.9 10.8 10.3 9.2 7.0
Tabel 5 menunjukan bahwa selama penelitian, kuntum bunga mekar mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Rata-rata jumlah kuntum bunga mekar mengalami peningkatan pada 7 dan 15 HSP, selanjutnya kuntum bunga mekar terus mengalami penurunan sampai 29 HSP. Hal ini disebabkan sebagian bunga tersebut mengalami layu dan gugur.
Pemanenan menentukan tingkat kemekaran bunga. Jumlah bunga mekar yang terlalu banyak pada saat panen, mengakibatkan bunga cepat mengalami kelayuan. Hal ini disebabkan cadangan energi yang terdapat dalam bunga sudah mulai berkurang saat digunakan selama pemekaran. Begitu juga sebaliknya apabila bunga yang dipanen masih kuncup atau belum ada bunga yang mekar, dimana persediaan gula atau karbohidrat sedikit diproduksi, maka bunga tidak akan dapat melakukan pemekaran. Hal ini disebabkan energi yang tersimpan hanyalah sedikit saat digunakan selama pemekaran, sehingga umur simpan bunga semakin pendek.
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu
Hasil sidik ragam pada lampiran 3 dan 4 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2, lama waktu perendaman CaCl2 dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga layu, sedangkan pengaruh kelompok sangat nyata terhadap jumlah kuntum bunga layu. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga layu dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu (menit)
Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
0 80 160 240 Waktu
----kuntum bunga layu----
30 0.6 (4.7%) 0.5 (5.1%) 0.6 (7.0%) 0.4 (3.0%) 0.5 (5.0%) 60 0.4 (2.8%) 0.5 (5.2%) 0.5 (5.2%) 0.5 (4.1%) 0.5 (4.3%) 90 0.6 (5.5%) 0.6 (7.5%) 0.5 (5.0%) 0.6 (5.5%) 0.6 (5.9%) 120 0.6 (5.4%) 0.5 (4.7%) 0.3 (2.7%) 0.8 (6.9%) 0.5 (4.9%) Rata-rata
Konsentrasi 0.6 (4.6%) 0.5 (5.6%) 0.5 (5.0%) 0.6 (4.9%) 0.5 (5.0%)
Tabel 6 menunjukan bahwa jumlah dan persentase kuntum bunga layu dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal hingga akhir pengamatan (1- 29 HSP) yaitu 0.5 kuntum layu atau 5.0 %. Selama penelitian, kuntum bunga layu mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian.
Tabel 7 menunjukan bahwa selama penelitian kuntum bunga layu mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Rata-rata jumlah kuntum bunga layu mengalami peningkatan pada 7 HSP, selanjutnya kuntum bunga layu terus mengalami penurunan sampai 29 HSP. Hal ini dapat dikatakan bahwa bunga mengalami tingkat kelayuan maksimal pada 7 HSP.
Penurunan bunga layu disebabkan oleh banyaknya bunga yang mengalami gugur dan mekar selama masa peragaan.
Tabel 7. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Layu 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2
Perlakuan HSP
1 7 15 21 29
---kuntum bunga layu--- Konsentrasi CaCl2 (ppm)
0 0 0.9 0.9 0.7 0.4
80 0 1.3 0.7 0.4 0.4
160 0 0.9 0.5 0.5 0.3
240 0 1.3 0.6 0.5 0.3
Waktu (menit)
30 0 0.9 0.4 0.8 0.4
60 0 0.7 0.8 0.4 0.3
90 0 1.4 0.8 0.4 0.3
120 0 1.3 0.8 0.5 0.3
Bunga mengalami kelayuan karena terjadi kerusakan akibat jaringan pada bunga mengalami kematangan. Selain itu kelayuan pada bunga dapat terjadi karena pasokan air yang tidak lancar atau tertutupnya tangkai atau batang bunga karena mengalami kontaminasi oleh mikroorganisme sehingga penyerapan air terganggu. Layu adalah terkulai atau mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis karena menurunya tegangan turgor. Kelayuan berhubungan dengan potensial air pada jaringan (Halevy and Mayak, 1979).
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur
Hasil sidik ragam pada lampiran 5 dan 6 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2, lama waktu perendaman CaCl2 dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga gugur, sedangkan pengaruh kelompok berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuntum bunga gugur, tetapi pada persentase kuntum bunga gugur tidak berpengaruh nyata.
Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga gugur dapat lihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
(menit) 0 80 160 240 Waktu
----kuntum bunga gugur----
30 0.4 (4.1%) 0.4 (5.9%) 0.4 (8.0%) 0.3 (2.7%) 0.4 (5.2%) 60 0.4 (4.9%) 0.4 (5.4%) 0.4 (6.0%) 0.4 (4.9%) 0.4 (5.3%) 90 0.4 (4.8%) 0.5 (8.6%) 0.5 (6.4%) 0.5 (6.5%) 0.5 (6.6%) 120 0.4 (4.8%) 0.4 (5.6%) 0.4 (5.0%) 0.5 (7.0%) 0.4 (5.6%) Rata-rata
Konsentrasi 0.4 (4.7%) 0.4 (6.4%) 0.4 (6.4%) 0.4 (5.3%) 0.4 (5.7%)
Tabel 8 menunjukan bahwa jumlah dan persentase kuntum bunga gugur dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal hingga akhir pengamatan (1-29 HSP) yaitu 0.4 kuntum gugur atau 5.7 %. Selama penelitian, kuntum bunga gugur mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian.
Perubahan jumlah kuntum bunga gugur dapat dilihat pada Tabel 9 .
Tabel 9. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Gugur 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2
Perlakuan HSP
1 7 15 21 29
---kuntum bunga gugur--- Konsentrasi CaCl2 (ppm)
0 0 0.3 0.4 0.1 0.9
80 0 0.2 0.6 0.4 0.9
160 0 0.1 0.4 0.6 0.9
240 0 0.1 0.2 0.4 0.7
Waktu (menit)
30 0 0.3 0.3 0.4 0.8
60 0 0.1 0.4 0.4 0.8
90 0 0.2 0.5 0.2 0.8
120 0 0.1 0.4 0.4 0.9
Tabel 9 menunjukan bahwa rata-rata jumlah kuntum bunga mulai gugur pada 7 HSP, kemudian terus meningkat sampai 29 HSP. Peningkatan jumlah kuntum gugur bunga dari 1-29 HSP disebabkan terdapatnya kuntum yang sudah layu karena faktor umur bunga semakin tua selama penelitian dan gugurnya kuncup bunga yang masih muda yang tidak mengalami proses pemekaran. Rata- rata bunga mengalami gugur setelah melalui fase layu dan kering terlebih dahulu, sehingga gugurnya bunga berlangsung normal.
Masa Pajang (Vase Life) Bunga
Masa pajang (vase life) bunga potong merupakan lamanya umur relatif bunga potong dalam keadaan tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induknya (Wiryanto, 1993). Vase life bunga potong anggrek dihitung sejak bunga mulai dipanen sampai 50 persen dari total bunga mengalami kelayuan. Hasil sidik ragam pada lampiran 7 menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi CaCl2 dengan lama waktu perendaman CaCl2 dan kelompok berpengaruh nyata terhadap vase life bunga potong anggrek, sehingga dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %.
Hasil uji lanjut interaksi antara konsentrasi dan lama waktu perendaman CaCl2
dapat di lihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji Lanjut Duncan Taraf 5 % terhadap Vase Life Bunga Potong Anggrek Dendrobium ‘ Woxinia’ pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
(menit) 0 80 160 240 Waktu
----hari----
30 28.8 a 26.8 a 23.9 ba 29.0 a 27.1 a 60 26.8 a 25.9 a 23.7 ba 27.0 a 25.8 ab
90 27.2 a 18.9 b 27.2a 26.1 a 24.9 ab
120 26.8 a 26.5 a 27.9 a 23.4ab 26.2 ab Rata-rata Konsentrasi 27.4 a 24.5 ab 25.7 ba 26.4 ab 26.0 ab Keterangan :
Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom dan baris sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji lanjut Duncan pada taraf 5 %
Tabel 10 menunjukan bahwa masa pajang (vase life) dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal hingga akhir pengamatan (1-29 HSP) yaitu 26 hari. Pada perlakuan konsentrasi CaCl2 80 ppm dengan lama waktu perendaman 90 menit hasilnya terlihat berbeda nyata dengan perlakuan yang lain yaitu 18.9 hari. Pada perlakuan kontrol atau konsentrasi 0 ppm (tanpa perendaman CaCl2) hasil rata-ratanya sedikit lebih besar daripada yang menggunakan perendaman CaCl2, sehingga perlakuan CaCl2 hanya sedikit memberikan pengaruh dalam memperpanjang vase life bunga. Hal ini diduga larutan CaCl2 tidak terserap optimal oleh jaringan kuntum bunga, karena metode perendamannya hanya dilakukan pada tangkai bunga saja bukan pada bunga secara keseluruhan.
Rendahnya vase life bunga potong anggrek pada perlakuan konsentrasi CaCl2 80 ppm dengan lama waktu perendaman 90 menit diduga bahwa proses metabolisme bunga ini berlangsung lebih tinggi sehingga cadangan energi yang tersimpan digunakan lebih banyak yang menyebabkan energi pada bunga habis terpakai.
Volume Larutan Terserap
Hasil sidik ragam pada lampiran 8 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2, lama waktu perendaman CaCl2, interaksi, dan kelompok tidak berpengaruh nyata terhadap volume larutan yang terserap pada taraf 5 %. Rata-rata data volume yang terserap pada bunga potong anggrek dapat dilihat dari Tabel 11.
Tabel 11. Volume Larutan Terserap 29 HSP dikurangi 1 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
(menit) 0 80 160 240 Waktu
----ml----
30 26.7 25.0 21.1 27.8 25.1
60 31.7 23.3 30.0 23.9 27.1
90 28.9 25.6 21.1 28.9 26.1
120 27.2 28.9 28.9 23.3 27.1
Rata-rata Konsentrasi 28.6 25.7 25.3 26.0 26.4
Tabel 11 menunjukan bahwa volume larutan terserap pada kuntum bunga dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal pengamatan (1 HSP) dikurangi akhir pengamatan (29 HSP) yaitu 26.4 ml. Perlakuan CaCl2 tidak memberikan pengaruh dalam meningkatkan volume larutan yang terserap. Hal ini disebabkan CaCl2 tidak dapat mempercepat proses tranpirasi pada bunga.
Bunga akan mengalami transpirasi atau kehilangan air dalam melakukan aktivitas metabolismenya. Transpirasi merupakan proses hilangnya air karena adanya penguapan dari jaringan bunga selama melakukan aktivitasnya. Semakin lama bunga melakukan kegiatan respirasi dan aktivitas lainnya maka semakin banyak terjadinya transpirasi dari bunga, karena makin banyak terjadi transpirasi pada bunga maka larutan yang terserap selama masa keragaan makin banyak pula.
Dengan demikian bunga yang makin banyak menyerap larutan mampu bertahan hidup lebih lama karena dapat menggantikan air yang hilang selama proses hidupnya.
Waktu Terserang Hama dan Penyakit
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hama yang menyerang bunga.
Kemungkinan hal ini terjadi karena penelitian ini dilakukan dalam ruangan laboratorium yang steril dari hama. Selain itu, diduga konsentrasi perlakuan dapat mempertahankan bunga dari serangan hama.
Hasil sidik ragam pada lampiran 9 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2, lama waktu perendaman CaCl2, interaksi, dan kelompok tidak berpengaruh nyata terhadap waktu terserang penyakit sehingga hasil analisis tidak dapat di uji lanjut.
Hal ini berarti setiap perlakuan memiliki pertahanan yang baik terhadap serangan penyakit tanaman. Rata-rata waktu terserang penyakit tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Waktu Terserang Penyakit 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2
Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata
(menit) 0 80 160 240 Waktu
----hari----
30 29.0 29.0 29.0 29.0 29.0
60 28.8 27.9 29.0 29.0 28.7
90 29.0 29.0 29.0 29.0 29.0
120 29.0 29.0 29.0 29.0 29.0
Rata-rata Konsentrasi 28.9 28.7 29.0 29.0 28.9
Tabel 12 menunjukan bahwa pada umumnya setiap perlakuan relatif aman dari serangan penyakit, hanya ada 2 perlakuan yang terserang penyakit yaitu pada perlakuan konsentrasi CaCl2 0 dan 80 ppm dengan lama waktu perendaman selama 60 menit. Perlakuan tersebut mulai terserang penyakit pada hari ke-28.8 dan 27.9. Rata-rata serangan penyakit mulai terjadi pada hari ke 28.9, akan tetapi ada beberapa perlakuan yang tidak terserang penyakit sampai akhir pengamatan.
Rendahnya serangan penyakit disebabkan oleh kondisi alat-alat yang digunakan saat penelitian bersih, suhu ruangan yang baik untuk menghambat pertumbuhan penyakit dan kondisi awal bunga anggrek pada saat prapanen relatif bebas dari penyakit.
Penyakit yang menyerang pada bunga potong ini adalah penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Cendawan yang tumbuh pada bunga botong dalam penelitian diduga jenis Corticium salmonicolor (jamur upas), berdasarkan ciri-ciri yang tampak yaitu hifa atau miselia cendawan berwarna putih kemerahan. Ciri- ciri jamur upas adalah miselia tampak seperti sarang laba-laba/sutera mengkilap yang kemudian warnanya berubah menjadi merah jambu (Deptan, 2009).
Uji Hedonik
Uji hedonik adalah uji tingkat kesukaan (Soekarto, 1981). Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala hedonik dapat direntangkan menurut
rentangan skala yang dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan, dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis secara statistik.
Uji hedonik dilakukan diakhir pengamatan yaitu pada hari ke 29. Jumlah panelis pada uji hedonik ini berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 25 mahasiswa putra dan 25 mahasiswa putri. Seluruh panelis memberikan skor tingkat kesukaannya kepada masing-masing sampel bunga yang mewakili setiap perlakuan. Tingkat kesukaan pada uji ini dilakuakn terhadap warna, aroma, kesegaran dan overall atau penampilan menyeluruh bunga potong. Pengolahan data pada uji hedonik dari penelitian ini menggunakan metode uji Friedman.
1. Hasil Uji dari Panelis Perempuan a. Warna
Hasil uji Friedman untuk warna pada lampiran 10 menunjukkan bahwa warna bunga yang paling banyak disukai panelis perempuan adalah warna bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 0 ppm dengan lama waktu perendaman 90 menit. Fungsi uji warna pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan warna bunga yang paling disukai panelis. Warna bunga anggrek pada penelitian ini umunya berwarna putih cerah, namun selama penelitian, tingkatan kecerahan warna bunga anggrek ini berbeda-beda. Tingkat kecerahan warna terjadi karena adanya bunga yang masih putih cerah dan ada juga yang mengalami proses pencoklatan pada kuntum bunga akibat bunga tersebut mengalami kelayuan.
b. Aroma
Hasil uji Friedman untuk aroma pada lampiran 11 menunjukkan bahwa aroma bunga yang paling banyak disukai panelis perempuan adalah aroma bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 240 ppm dengan lama waktu perendaman 90 menit. Fungsi uji aroma pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keharuman bunga yang paling disukai panelis dari setiap perlakuan. Pada awal penelitian (1 HSP) rata-rata kuntum bunga memiliki tingkat aroma harum yang sama, namun selama penelitian tingkat keharuman dari setiap perlakuan bunga berbeda-beda.
c. Kesegaran
Hasil uji Friedman untuk kesegaran pada lampiran 12 menunjukkan bahwa kesegaran bunga yang paling banyak disukai panelis perempuan adalah kesegaran bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu 60 menit.
d. Penampilan Keseluruhan Bunga (Overall)
Hasil uji Friedman untuk overall pada lampiran 13 menunjukkan bahwa penampilan keseluruhan bunga yang paling banyak disukai panelis perempuan adalah bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit.
2. Hasil Uji dari Panelis Laki-laki a. Warna
Hasil uji Friedman untuk warna pada lampiran 14 menunjukkan bahwa warna bunga yang paling banyak disukai panelis laki-laki adalah warna bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit. Fungsi uji warna pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan warna bunga yang paling disukai panelis. Warna bunga anggrek pada penelitian ini umunya berwarna putih cerah, namun selama penelitian, tingkatan kecerahan warna bunga anggrek ini berbeda-beda. Tingkat kecerahan warna terjadi karena adanya bunga yang masih putih cerah dan ada juga yang mengalami proses pencoklatan pada kuntum bunga akibat bunga tersebut mengalami kelayuan.
b. Aroma
Hasil uji Friedman untuk aroma pada lampiran 15 menunjukkan bahwa aroma bunga yang paling banyak disukai panelis laki-laki adalah aroma bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 80 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit. Fungsi uji aroma pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keharuman bunga yang paling disukai panelis dari setiap perlakuan. Pada awal penelitian (1 HSP) rata-rata kuntum bunga memiliki tingkat aroma harum yang sama, namun selama penelitian tingkat keharuman dari setiap perlakuan bunga berbeda-beda.
c. Kesegaran
Hasil uji Friedman untuk kesegaran pada lampiran 16 menunjukkan bahwa kesegaran bunga yang paling banyak disukai panelis laki-laki adalah kesegaran bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit.
d. Penampilan Keseluruhan Bunga (Overall)
Hasil uji Friedman untuk overall pada lampiran 17 menunjukkan penampilan keseluruhan bunga yang paling banyak disukai panelis laki-laki adalah bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit.
Hasil uji hedonik panelis perempuan menunjukan bahwa warna, aroma, kesegaran dan penampakan keseluruhan bunga (overall) masing-masing memiliki tingkat kesukaan yang berbeda dari setiap perlakuan. Sementara panelis laki-laki memberikan hasil bahwa warna, kesegaran dan overall memiliki tingkat kesukaan yang sama yaitu pada perlakuan 160 ppm dengan lama waktu 120 menit, sedangkan pada aroma berbeda. Rata-rata laki-laki menyukai bunga pada perlakuan 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit. Pada penampakan keseluruhan bunga dari panelis laki-laki dan peremuan menunjukan hasil bahwa perlakuan 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit merupakan perlakuan yang paling banyak disukai oleh seluruh panelis.