• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman yang ditanam. Jenis-jenis tanaman tersebut yaitu bitti (V.

coffasus), johar (S. siamea), kayu angin (Casuarina sp.), dan sengon buto (E.

macrocarpum). Setiap jenis memiliki jumlah yang berbeda pada setiap plot.

Jumlah tanaman pada setiap lokasi ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah tanaman pada setiap lokasi penelitian (0,1 ha/plot)

No Lokasi Tahun

Tanam

Umur

(tahun) Plot

Jumlah Tanaman

Hidup

Keterangan

1 Harapan 2010 2 1 38 bitti 2, johar 16,

kayu angin 12, Sengon buto 8

2 49 bitti 2, johar 19,

kayu angin 6, sengon buto 22

2 Inalahi 2011 1 1 44 bitti 5, johar 24,

kayu angin 12, sengon buto 3

2 37 bitti 8, johar 24,

kayu angin 3, sengon buto 2

Jumlah tanaman yang ditanam pada setiap lokasi penelitian sebanyak 50 tanaman.

Rekapitulasi nilai rata-rata diameter pada tiap jenis tanaman disajikan pada Tabel 3. Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi pada tiap jenis tanaman disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3 Rekapitulasi nilai rata-rata diameter pada tiap jenis tanaman

No Tanaman Plot Rata-rata Diameter (cm)

Harapan Inalahi

1 Bitti 1 4,2 0,7

2 2,7 1,1

2 Johar 1 4,2 1,4

2 3,0 2,1

3 Kayu angin 1 3,0 0,9

2 3,7 1,8

4 Sengon buto 1 6,8 2,3

2 5,4 2,8

(2)

Tabel 4 Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi pada tiap jenis tanaman

No Tanaman Plot DiameterTinggi (cm)

Harapan Inalahi

1 Bitti 1 176,0 79,6

2 110,0 86,5

2 Johar 1 216,0 104,4

2 163,6 110,0

3 Kayu angin 1 231,5 94,3

2 226,3 97,0

4 Sengon buto 1 385,5 105,6

2 271,2 125,0

Rekapitulasi nilai rata-rata diameter dan tinggi terbesar pada setiap jenis didapatkan pada plot 2 di lokasi Harapan dan plot 1 di lokasi Inalahi. Persen tumbuh tanaman pada setiap plot pengamatan disajikan pada Tabel 5. Persen tumbuh yang disajikan pada Tabel 5 menyajikan persen tumbuh secara individu dan persen tumbuh total.

Tabel 5 Persen tumbuh tanaman pada setiap plot pengamatan

No Tanaman Plot

Persen Tumbuh (%)

Harapan Inalahi

Individu Total Individu Total

1 Bitti 1 40 4 100 10

2 40 5 100 10

2 Johar 1 100* 30 100* 30

2 100* 30 100 30

3 Kayu angin 1 100* 20 100* 20

2 60 12 30 6

4 Sengon buto 1 40 16 15 6

2 100* 40 10 4

*: adanya kemungkinan kesalahan teknis pada saat penanaman

Persen tumbuh tanaman terbaik terdapat pada jenis johar untuk persen tumbuh individu maupun persen tumbuh total. Persen kesehatan tanaman pada setiap jenis di plot pengamatan disajikan pada Tabel 6. Persen kesehatan menunjukkan plot- plot yang mengalami gangguan kesehatan sehingga nilai persen kesehatan yang didapat rendah.

Tabel 6 Persen kesehatan tanaman pada setiap jenis di plot pengamatan

No Tanaman Plot Persen kesehatan tanaman (%)

Harapan Inalahi

1 Bitti 1 0,0 40,0

2 50,0 80,0

2 Johar 1 26,6 53,3

2 53,3 66,6

3 Kayu angin 1 100,0 40,0

2 100,0 0,0

4 Sengon buto 1 12,5 100,0

2 25,0 50,0

(3)

Gejala yang ditunjukkan tanaman berbeda-beda pada setiap jenisnya. Pada tanaman bitti gejala yang ditunjukkan ialah bintik-bintik hitam dengan jumlah daun yang sedikit. Pada johar umumnya gejala yang terlihat berupa stagnasi, klorosis, nekrosis, rontok, hingga bercak hitam. Gejala yang ditimbulkan kayu angin berupa stagnasi dan sedikitnya daun yang tumbuh. Jenis sengon buto gejala yang ditimbulkan biasanya berupa klorosis yang menyerang daun tua kemudian menjalar ke daun muda. Pengamatan gejala karakteristik pada tanaman di setiap plot disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengamatan gejala gangguan kesehatan pada tanaman di setiap plot

Lokasi Plot Tanaman Gejala yang ditimbulkan

Harapan 1 Bitti klorosis pada daun tua, bercak hitam

Johar rontok, klorosis pada daun tua, bercak hitam

Kayu angin Stagnasi

Sengon buto rontok, klorosis pada daun tua, bercak hitam

2 Bitti stagnasi, bercak hitam

Johar stagnasi, rontok, klorosis pada daun tua, bercak hitam

Kayu angin -

Sengon buto rontok, daun tua hijau menguning dimulai dari bagian tepi

Inalahi 1 Bitti bintik hitam

Johar klorosis pada daun tua, daun rontok pada bagian muda

Kayu angin stagnasi, daun sedikit

Sengon buto -

2 Bitti bintik hitam

Johar klorosis, rontok, nekrosis

Kayu angin daun sedikit

Sengon buto Klorosis

Hasil analisis tanah pada setiap plot pengamatan disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis tanah ini menunjukkan adanya kekahatan unsur hara kedua lokasi penelitian. Tabel menunjukkan bahwa kedalaman 0−30 cm memiliki nilai unsur hara yang lebih tinggi dari kedalaman 30−60 cm. Hal ini karena pada kedalaman 0−30 cm merupakan tanah topsoil yang banyak memiliki kandungan unsur hara.

Selain itu, pH yang ditunjukkan pada Tabel 8 di setiap plot pengamatan berkisar antara 6,50−6,80. Nilai pH tersebut mendekati nilai pH netral, yaitu 7,00.

(4)

Tabel 8 Hasil analisis tanah pada setiap plot pengamatan Parameter

Tanah

Harapan Inalahi

Plot 1 Plot 2 Plot 1 Plot 2

A B A B A B A B

pH H2O 6,50 6,50 6,60 6,70 6,80 6,90 6,70 6,80

N (%) 0,04 0,04 0,03 0,03 0,06 0,04 0,08 0,06

P Bray l

(ppm) 3,50 3,10 3,90 3,30 4,10 3,60 4,60 4,30 K

(me/100g) 0,11 0,33 0,16 0,17 0,24 0,08 0,07 0,09

Ca

(me/100g) 0,28 0,49 1,57 0,88 0,48 0,43 0,45 0,47

Mg

(me/100g) 1,00 4,37 2,52 4,70 2,58 3,76 3,47 3,87

A: kedalaman 0−30 cm pada setiap plot, B: kedalaman 30−60 cm pada setiap plot

Plot 1 Lokasi Harapan

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanaman yang terdapat pada plot 1 lokasi Harapan sebanyak 38 tanaman. Persen tumbuh individu tertinggi dimiliki oleh tanaman johar dan kayu angin sebesar 100%, sedangkan persen tumbuh total tertinggi didapatkan oleh johar sebesar 30%. Persen kesehatan tanaman tertinggi di plot 1 terdapat pada tanaman kayu angin sebesar 100%. Hasil analisis tanah pada plot 1 lokasi Harapan menunjukkan bahwa kandungan N, P, K, Ca dan KTK memiliki nilai yang rendah, yaitu N 0,04%, P 3,3 ppm, K 0,22 me/100 g, Ca 0,38 me/100 g dan KTK 7,87 me/100 g. Hasil analisis tanah juga menunjukkan bahwa nilai Mg > Ca, dengan nilai Mg 2,68 me/100 g. Tekstur tanah pada plot ini di kedalaman 0 – 30 cm yaitu lempung liat berdebu, sedangkan pada kedalaman 30 – 60 cm adalah lempung.

Plot 2 Lokasi Harapan

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanaman yang terdapat pada plot 2 lokasi Harapan sebanyak 49 tanaman. Jumlah tanaman pada plot ini merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan plot lainnya. Persen tumbuh individu tertinggi dimiliki oleh johar sebesar 100% sedangkan persen tumbuh total tertinggi dimiliki oleh sengon buto sebesar 40%. Persen kesehatan tanaman tertinggi terdapat pada tanaman kayu angin sebesar 100%. Hasil analisis tanah yang terdapat pada plot 2 lokasi Harapan memiliki nilai N, P, K, Ca, dan KTK yang rendah, yaitu N 0,03%, P 3,6 ppm, K 0,16 me/100 g, Ca 1,23 me/100 g dan

(5)

KTK sebesar 6,17 me/100 g. Tekstur tanah yang terdapat pada plot ini yaitu lempung berdebu.

Plot 1 Lokasi Inalahi

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanaman yang terdapat pada plot 1 lokasi Inalahi sebanyak 44 tanaman. Persen tumbuh individu tertinggi dimiliki oleh bitti dan johar sebesar 100% sedangkan persen tumbuh total tertinggi dimiliki oleh johar sebesar 30%. Persen kesehatan tanaman tertinggi pada plot ini dimiliki oleh sengon buto sebesar 100%. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa plot ini memiliki kandungan N, P, K, Ca, dan KTK yang rendah, yaitu N 0,05%, P 3,85 ppm, K 0,16 me/100 g, Ca 0,45 me/100 g dan KTK 6,97 me/100 g. Tekstur tanah yang terdapat pada plot ini yaitu lempung berdebu.

Plot 2 Lokasi Inalahi

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanaman yang terdapat pada plot 2 lokasi Inalahi sebanyak 37 tanaman. Persen tumbuh individu tertinggi dimiliki oleh tanaman bitti, johar dan kayu angin sebesar 100% sedangkan persen tumbuh total tertinggi dimiliki oleh johar dengan nilai 30%. Persen kesehatan tanaman tertinggi dimiliki oleh bitti sebesar 80%. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa plot ini memiliki kandungan N, P, K, Ca, dan KTK yang rendah, yaitu N 0,07%, P 4,45 ppm, K 0,08 me/100 g, Ca 0,46 me/100 g dan KTK 6,6 me/100 g. Tekstur tanah yang terdapat pada plot ini yaitu lempung liat berdebu.

5.2 Pembahasan

Pertumbuhan tanaman merupakan perkembangan yang progresif dari suatu organisme yang bersifat kuantitatif yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di antaranya yaitu suhu, kelembaban, iklim, curah hujan, dan tanah. Pada lahan pasca tambang, faktor lingkungan seperti kondisi tanah menjadi salah satu hambatan dalam pertumbuhan tanaman. Apabila pertumbuhan tanaman terganggu maka tanaman akan menunjukkan gejala seperti daun menguning (klorosis), layu, mati cabang, dan stagnasi.

Tanaman johar pada setiap plot di setiap lokasi memiliki nilai persen tumbuh individu sebesar 100%, hal ini berarti tanaman johar memiliki daya

(6)

hidup yang baik dan bersifat adaptif pada setiap plot pengamatan. Dengan nilai tersebut maka tanaman johar telah memenuhi komposisi yang seharusnya yaitu 30% pada saat penanaman. Persen tumbuh total dimiliki oleh tanaman sengon buto sebesar 40% pada lokasi Harapan dan tanaman johar sebesar 30% pada lokasi Inalahi. Persen tumbuh dapat dipengaruhi oleh faktor teknis dalam penanaman, seperti menanam disaat musim kering, pembuatan lubang tanam yang tidak sesuai ukuran seharusnya, dan pemberian dosis pupuk yang tidak sesuai, serta pemeliharaan tanaman.

Tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh segar dan batang relatif lurus, bertajuk lebat dengan tinggi minimal sesuai standar dan bebas dari hama dan penyakit/gulma (Permenhut No 60/2009). Kayu angin di lokasi Harapan dan sengon buto di lokasi Inalahi memiliki nilai persen kesehatan tanaman sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kayu angin lebih tahan di plot-plot di lokasi Harapan dan sengon buto tahan di plot-plot lokasi Inalahi. Untuk nilai persen kesehatan yang rendah didapatkan dari adanya tanaman yang tidak sehat sehingga tanaman menunjukkan gejala gangguan kesehatan. Gejala gangguan kesehatan yang terjadi ditunjukkan pada Tabel 7 seperti adanya klorosis pada daun tua, bercak-bercak hitam, dan banyaknya daun yang rontok.

Gambar 2 Tipe nekrosis pada beberapa tanaman (a) dan b) tipe nekrosis pada johar (c) tipe nekrosis pada bitti

Gambar 2 menunjukkan beberapa tipe nekrosis yang terjadi pada tanaman johar dan bitti. Tipe nekrosis meliputi gejala-gejala yang terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel. Menurut Semangun (2001) nekrosis terjadi bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya. Nekrosis merupakan gejala yang muncul apabila tanaman kekurangan unsur hara seperti kalium.

A

[Type a quote from the

B

[Type a quote from the

C

[Type a quote from the

(7)

Gambar 3 Tipe klorosis pada tanaman (a) dan (b) klorosis pada sengon buto (c) klorosis pada tanaman johar

Klorosis merupakan rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gejala klorosis dapat timbul karena tanaman kekurangan unsur hara berupa nitrogen (N), fosfor (P), belerang (S), mangan (Mn), tetapi apabila kekuningan terjadi dengan bercorak gejala tersebut menandakan bahwa tanaman kekurangan magnesium (Mg).

Gejala lain yang terdapat pada tanaman yaitu stagnasi dan rontok. Hasil pengamatan di plot 2 lokasi Inalahi ditemukan bahwa beberapa tanaman kayu angin mengalami stagnan karena adanya genangan air. Genangan air terjadi karena adanya pemadatan tanah sehingga mengakibatkan rusaknya sistem tata air (water percolation) yang menyebabkan air tidak terserap ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan akar tidak dapat berkembang dengan baik dan peredaran udara juga terganggu. Faktor lain yang menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman (stagnasi) adalah adanya perbedaan kandungan unsur hara dimana Mg > Ca, sehingga mengakibatkan terganggunya apikal dominan tanaman dan ujung-ujung akar (titik-titik tumbuh) untuk tumbuh. Menurut Setiadi (2012), pada lahan yang normal rasio Ca > Mg. Dengan keadaan rasio Mg yang lebih besar, maka mineral Mg akan lebih dahulu diserap oleh tanaman. Penyerapan Mg oleh tanaman dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan tertutupnya bending site untuk mineral Ca. Berkurangnya penyerapan Ca mengakibatkan terganggunya pertumbuhan karena gejala-gejala yang ditimbulkan tanaman terjadi karena adanya kekahatan atau kelebihan satu atau beberapa unsur hara. Gangguan kesehatan tanaman yang terjadi sering disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tempat tumbuh yang terpusat pada kesuburan tanah (Widyastuti et al. 2005).

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa beberapa kandungan unsur hara memiliki nilai yang rendah sehingga terjadi gangguan kesehatan pada tanaman.

A

[Type a quote from the

B

[Type a quote from the

C

[Type a quote from the

(8)

Unsur hara yang memiliki nilai rendah yaitu N, P, K dan Ca. Masing-masing nilai unsur hara untuk nitrogen, kalium, dan fosfor yang disajikan pada Tabel 8 yaitu berada di bawah <0,01%; <10 ppm; <0,020 me/100 g; dan <10 me/100 g. Nilai- nilai tersebut menunjukkan unsur hara termasuk ke dalam kategori rendah dan sangat rendah.

Nitrogen (N) merupakan komponen penyusun semua protein dan klorofil pada tanaman sehingga nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang besar pada tanaman. Hasil analisis tanah menunjukkan kandungan nitrogen berkisar antara 0,03%−0,08% yang termasuk kategori sangat rendah. Nilai nitrogen yang rendah menyebabkan klorosis pada daun tua yang kemudian akan mengakibatkan tanaman mengalami kekeringan sehingga menyebabkan kematian. Gejala klorosis tersebut dapat dilihat pada tanaman johar dan sengon buto.

Fosfor (P) yang ditunjukkan hasil analisis tanah memiliki kisaran nilai 3−5 ppm, karena kandungan nilai berada <10 ppm maka nilai fosfor juga dikategorikan sangat rendah. Fosfor merupakan unsur hara esensial yang berperan dalam transfer energi sebagai penyusun ATP dan dalam penyusunan molekul DNA (deoxyribonucleid acid) dan RNA (ribonucleid acid). Suatu tanaman jika kekurangan fosfor akan menimbulkan gejala seperti kekuningan dan daun akan berubah menjadi kebiru-biruan.

Kalium (K) berfungsi sebagai aktivator enzim dalam proses fotosintesis dan respirasi. Hasil analisis tanah menunjukkan nilai K berada dikategori sangat rendah yaitu <0,1me/100 g. Kekurangan kalium pada tanaman ditunjukkan adanya bercak-bercak hitam (nekrosis) yang ditunjukkan pada tanaman bitti dan johar.

Berdasarkan klasifikasi Hanafiah (2005), hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur tanah yang terdapat pada plot pengamatan memiliki tekstur sedang, yaitu lempung, lempung liat berdebu, dan lempung berliat. Menurut Diagram Segitiga Tekstur Tanah USDA, tanah yang berkomposisi ideal yaitu 22,5%−52,5% pasir, 30%−50% debu dan 10%−30% liat yang disebut bertekstur lempung. Hasil analisis tanah juga menunjukkan bahwa kapasitas tukar kation (KTK) pada plot pengamatan umumnya bernilai 5−10 me/100 g. Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan kemampuan tanah dalam memegang unsur hara.

(9)

Menurut Hardjowigeno (1995), nilai KTK yang berkisar antara 5−16 me/100 g termasuk kategori rendah.

Unsur hara yang tersedia dalam jumlah rendah yang terdapat pada plot pengamatan yang menyebabkan gangguan kesehatan pada tanaman yaitu klorosis atau menguningnya daun. Salah satu langkah perbaikan unsur hara yang dapat dilakukan untuk mengurangi defisiensi unsur hara bagi tanaman adalah dengan dilakukannya pemupukan dengan dosis yang disesuaikan. Pemberian pupuk yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan pupuk urea sebagai penambah unsur nitrogen, pupuk TSP sebagai penambahan unsur fosfor, dan pupuk ZK sebagai penambahan unsur kalium.

Pengamatan gejala tanaman dapat lebih jelas apabila dilakukan pengamatan kondisi akar. Pengamatan kondisi akar dapat menunjukkan ada tidaknya keracunan unsur hara seperti alumunium (Al), pirit (FeS) dan besi (Fe), sehingga didapatkan keterangan yang lebih memadai mengenai evaluasi status pertumbuhan tanaman. Hasil evaluasi pertumbuhan pohon yang dilakukan di PTVI ini tidak mempengaruhi tingkat keberhasilan revegetasi pada PTVI, karena parameter yang digunakan tidak memenuhi syarat sebagai penilaian revegetasi dan penelitian ini ditujukan pada plot-plot yang mengalami gangguan kesehatan.

Gambar

Tabel 2  Jumlah tanaman pada setiap lokasi penelitian (0,1 ha/plot)
Tabel 4  Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi pada tiap jenis tanaman
Tabel 7  Pengamatan gejala gangguan kesehatan pada tanaman di setiap plot
Tabel 8  Hasil analisis tanah pada setiap plot pengamatan   Parameter
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009), monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat

[r]

Analisis data dilakukan dengan mengevaluasi dan menilai penggunaan terapi antibiotik profilaksis pada pasien yang dikaji berdasarkan kriteria rasionalitas yaitu

Hasil penelitian membuktikan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan analisis hasil belajar melalui In House Training (IHT) dari siklus I ke

Kecamatan Ciawi mengalami perubahan sebesar 2.577,79 ha yang didominasi oleh perubahan dari ladang ke pemukiman (301,59 ha). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

Allah yang sejati dari allah yang sejati,/ diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat dengan sang Bapa,/ yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat;/

Negosiator pun harus ‘berteman’ dengan negosiator lain. Selain informasi tersebut di atas yang tersedia untuk publik, informasi dari sesama negosiator pun dapat menjadi tambahan

b) Dengan adanya fitur cetak surat jalan dan ada modul laporan pengiriman barang semua proses pengiriman barang menjadi lebih cepat. c) Dengan adanya fitur cetak laporan