• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam meneliti kepuasan berwirausaha single mother, teori ini juga yang akan membantu peneliti dalam meriset fenomena yang terjadi pada single mother terhadap kepuasan berwirausahanya. Hal-hal yang akan dibahas pada bab ini adalah kepuasan berwirausaha yang diawali dengan penjelasan kepuasan kerja, apa itu kewirausahaan dan alasan memutuskan menjadi wirausaha, dan wirausaha wanita.

Kemudian single mother, masalah yang dihadapi single mother dan resiliensi yang terjadi, dan kepuasan berwirausaha single mother.

2.1. Kepuasan Berwirausaha 2.1.1. Pengertian Berwirausaha

Wijono (dalam Syaiin, 2007) mengemukakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang setelah membandingkan hasil yang didapat dari usahanya dengan harapan yang dimilikinya. Sedangkan Hariandja (dalam Susanto, 2010) mendefinisikan kepuasan kerja hingga sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya.

Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja nampak dalam sikap positif pegawai terhadap pekerjaanya dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Dole and Schroeder (dalam Teman. K 2005)

12

(2)

mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan dan reaksi atau sikap individu terhadap lingkungan pekerjaannya.

Reaksi atau sikap para pegawai terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya pasti juga dirasakan oleh wirausaha atau wirausahawan. Lingkungan kerja para wirausaha bukan berarti hanya di kantor, tetapi pada setiap tempat yang terdapat peluang bisnis di dalamnya karena wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis;

mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan sehingga dapat mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat guna agar mencapai kesuksesan (Meredith et al dalam Noersasongko, 2005).

Kepuasan wirausaha adalah tingkat dimana wirausaha menyukai kegiatan wirausahanya sebagai mana yang diungkapkan (Suyatini, 2004) berdasarkan hasil penelitian dalam menyelesaikan tesisnya. Begitu pula kepuasan berwirausaha yang diungkapkan oleh (Carree dan Verheul, 2011) dapat dijelaskan atau dapat diukur dengan melihat berbagai aspek yaitu pendapatan, psychological well-being,

dan waktu luang sehingga harus dijelaskan atau diukur dengan keseluruhan aspek tersebut.

Jadi dari beberapa definisi diatas, maka peneliti berpendapat bahwa kepuasan berwirausaha adalah tingkat dimana wirausaha merasakan kesenangan setelah mencapai harapan yang dimilikinya setelah melakukan usahanya dengan segala pengorbanannya yang ditinjau dari pendapatan yang didapatkan, kesejahteraan psikologis,dan waktu luang yang dimiliki.

(3)

2.1.2. Aspek Kepuasan Berwirausaha

Kepuasan berwirausaha terdiri dari tiga aspek kepuasan yaitu kepuasan terhadap pendapatan, kesejahteraan psikologis, dan waktu luang (Carree dan Verheul, 2011).

1. Pendapatan

Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tetapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Imbalan yang didapatkan wirausaha diharapkan dapat mengganti kerugian waktu (ekuivalen dengan upah) dan dana (ekivalen dengan tingkat bunga) yang telah dikeluarkan dalam usaha mendapat laba (Longenecker et al, 2001).

2. Psychological Well-Being

Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Beberapa wirausahawan menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan suatu kesenangan tersendiri.

Psychological Well-Being adalah dukungan dari dalam dan dari luar. Dukungan

dari dalam dapat diperoleh dari kecerdasan emosional pada diri tiap pengusaha, dan dukungan dari luar dapat diperoleh dari dukungan sosial dari orang di sekitar pengusaha.

Psychological Well-Being yang mereka dapatkan berasal dari kebebasan mereka, kebebasan untuk menjalankan secara bebas usahanya merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha. Psychological Well-Being tersebut merefleksikan pemenuhan kerja secara pribadi. Keinginan yang kuat untuk membuat keputusan

(4)

sendiri, mengambil risiko, dan mendapatkan imbalan untuk diri sendiri dapat tercapai ketika seorang wirausaha memiliki kebebasan sehingga dapat mengatur kehidupan pribadinya (Longenecker et al, 2001).

3. Waktu luang

Seseorang dapat mengatur waktunya sendiri untuk memulai membuka usahanya sendiri, bahkan jika usahnya mengambil tempat di rumah, maka seseorang tidak perlu meninggalkan rumah. Beberapa orang memulai usaha dengan memiliki jam kerja yang lebih fleksibel untuk menggabungkan jam kerja dirumah tangga dan tanggung jawab pekerjaan, mereka tidak terikat dengan jam kerja untuk mengatur usaha yang mereka jalani. Wirausaha menggunakan kebebasan untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara fleksibel. (Longenecker et al, 2001).

2.1.3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wirausaha

Faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kewirausahaan yaitu adanya pengaruh dari karakteristik usaha, motif untuk start-up dan karakteristik pribadi (Cooper dan Artz dalam Carree dan Verheul, 2011).

1. Karakteristik usaha

Pengaruh karakteristik usaha berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kewirausahaan. Pada beberapa penelitian membedakan antara tiga karakteristik utama pada usaha yaitu :

a) Ukuran

Usaha baru yang ukurannya lebih besar biasanya datang dengan tanggung jawab yang lebih tinggi dan harapan dan dapat mengakibatkan lebih banyak stres.

(5)

Memulai dan menjalankan bisnis di luar rumah mungkin menjadi indikator kehati- hatian dari pihak pengusaha, dan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan waktu luang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria ukuran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :

1) Usaha Mikro

Usaha Mikro adalah Peluang Usaha Produktif milik orang perorangan atau badan Usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Contoh usaha mikro adalah pedagang kaki lima.

2) Usaha kecil

Usaha Kecil adalah Peluang Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh seseorang atau badan usaha yang bukan cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian dari Usaha menengah atau Usaha besar baik langsung maupun tidak langsung yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Contoh usaha kecil adalah pedagang grosiran di pasar.

3) Usaha menengah

Usaha Menengah adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh seseorang atau badan Usaha yang bukan cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian Usaha Kecil

(6)

atau Usaha besar baik langsung maupun tidak langsung dengan. Contoh usaha menengah adalah industri makanan dan minuman.

b) Kompleksitas

Kompleksitas lingkungan yang lebih besar dapat menyebabkan ketidakpuasan pada pengusaha, karena adanya sumber-sumber tak terduga yang dapat menurunkan kepuasan. Ukuran yang digunakan dalam kompleksitas yaitu:

apakah start-up dalam high-sektor teknologi, dan apakah pengusaha percaya bahwa ia mampu bersaing dengan semua perkembangan yang akan terjadi.

c) Keterlibatan

Keterlibatan setiap wirausaha dalam menjalankan tugas kewirausahaan mungkin bervariasi di setiap start-up. Pengusaha yang dihadapkan dengan tekanan waktu yang cukup besar mungkin merasakan kepuasan yang rendah. Hal ini sejalan dengan efek negatif dari jam kerja terhadap kepuasan kerja.

2. Motif memulai usaha (Start-up motivation)

Motif memulai usaha sangat mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang dalam berwirausaha. Individu yang memulai usahanya dengan dorongan yang negatif atau terpaksa biasanya mereka akan lebih tidak puas daripada individu yang memulai usaha dengan dorongan yang positif atau keinginan sendiri (Longenecker et, al, 2001). Motivasi yang berbeda dalam memulai usaha

mempunyai pengaruh yang penting dalam tingkat kepuasan individu dan perubahan motivasi memulai usaha dari motivasi ektrinsik menjadi motivasi

intrinsik dapat memicu kepuasan yang lebih besar.

(7)

3. Karakteristik pribadi

Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik pribadi adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas-tugas hingga selesai atau memecahkan masalah atau dapat menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. Karakteristik pribadi dapat dipengaruhi oleh faktor sosial-demografi seperti :

a. Umur

Grafik U terbentuk dari hubungan umur dengan kepuasan kerja karyawan maupun pada wirausaha sendiri (Van den Heuvel dan Wooden dalam Suyatini, 2004). Adanya hubungan positif antara kepuasan kerja dengan lamanya orang bekerja. Semakin tinggi kepuasan kerja semakin lama juga dia bekerja disana karena adanya keuntungan menjadi senior, ekspetasi kerja yang rendah.

b. Pasangan hidup

Pasangan hidup berguna untuk mengurangi stres yang didapat dari pekerjaan dengan berbagi masalah dan juga dapat membantu keuangan dari wirausaha itu sendiri. Clark, Oswald, & Warr (dalam Carree dan Verheul, 2011) menemukan bahwa pekerja yang menikah memiliki kepuasan kerja yang tinggi, terutama kepuasan pada pendapatan. Penelitian dari Blanchflower dan Oswald (dalam Carree dan Verheul, 2011) menunjukkan bahwa adanya efek positif antara pernikahan dengan kebahagiaan pekerja, baik itu pekerja yang digaji maupun wirausaha. Selain itu, mereka juga mendapatkan efek negatif terdapat pada

(8)

pekerja tanpa pasangan hidup seperti pada janda, orang yang bercerai, dan individu yang telah berpisah.

c. Risk tolerance

Wirausaha biasanya memiliki toleransi resiko yang tinggi daripada karyawan yang bekerja. Risk tolerance dimana ketika ada masalah wirausaha lebih suka menganggapnya sebagai sebuah hal yang positif atau sebagai tantangan bagi dirinya dan ketika masalah dapat diselesaikan akan merasakan kepuasan.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara risk tolerance dan mendapatkan kepuasan.

d. Gender

Beberapa peneltian menemukan bahwa wanita memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada yang dimiliki pria (Van den Heuvel dan Wooden dalam Suyatini, 2004). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011)

ditemukan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, meskipun mereka memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah. Hal ini didukung oleh penelitian dari Cooper dan Artz (dalam

Carree dan Verheul, 2011) yang menyatakan bahwa wirausaha wanita lebih puas dalam menjalankan bisnisnya daripada wirausaha pria yang memiliki kepercayaan diri berlebih dalam menjalankan bisnisnya dan biasanya memiliki ketergantungan

kerja yang tinggi pada usahanya karena karakter maskulin yang memiliki jiwa kewirausahaan.

(9)

2.2. Wirausaha Wanita

Dalam dekade ini, jumlah wirausaha wanita sangat drastis seperti yang telah dicatat oleh Badan Pusat Statistik. Biasanya wanita memulai bisnisnya dari awal dan tidak banyak yang memulai bisnis hanya dari bisnis yang telah mereka lakukan sebelumnya, mereka membuka bisnis baru karena adanya ambisius akan perencanaan pertumbuhan usaha dan laba yang akan dijalankannya. Wanita cukup mudah dalam memulai wirausaha dari unit kecil yang mudah didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar (karena tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik) dan kesiapan organisasi dan manajemen dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012).

Wirausaha wanita secara nyata menghadapi persoalan yang umum bagi semua wirausaha (Longenecker et al, 2001). Mereka mengalami kesulitan yang berhubungan dengan peran mereka yang baru, kurangnya akses untuk mendapatkan kredit merupakan permasalahan yang sering muncul bagi wanita yang memasuki suatu bisnis. Wanita sering mendapatkan diskriminasi sehingga menjadi hambatan untuk memulai bisnis (Longenecker et al, 2001).

Wanita sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha karena wanita pengusaha lebih bertanggung jawab dan lebih dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan keuangan usaha dan wanita cenderung lebih peka terhadap kebutuhan pasar sehingga membuka peluang usaha. Wanita pengusaha cenderung memperlakukan orang lain lebih secara bebas dan cenderung lebih berpandangan ke masa depan ketika membuat suatu keputusan. Dan wanita pengusaha

(10)

cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka (Septianingsih, 2011).

Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Septianingsih (2011) disimpulkan bahwa wirausaha wanita tergolong sangat mandiri baik dalam hal siap memulai usaha dan mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap usahanya walaupun dengan modal secukupnya yang dimiliki. Wirausaha wanita memiliki sifat risk-taking yang besar dan lebih berani mengambil resiko dibandingkan pria dan wirausaha wanita juga memiliki toleransi yang tinggi pada usaha yang dijalankannya dibandingkan pria yang berarti dapat menjalankan berbagai tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan tetap berwirausaha.

Dan berikut ini karakteristik wirausaha wanita oleh Thomas, Z dan Scarborough, M. N. (2002):

Karakteristik Wirausaha Wanita

Motivasi - Prestasi – pencapaian tujuan

- Kebebasan – melakukan segalanya sendiri Titik Awal - Frustasi di tempat kerja

- Minat

- Perubahan keadaan pribadi Sumber pembiayaan - Tabungan dan asset pribadi

- Hutang pribadi Karakteristik pribadi - Fleksibel dan toleran

- Orientasi tujuan - Kreatif dan realistis

- Kepercayaan diri yang sedang - Antusias dan energik

- Memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan sosial dan ekonomi Latar Belakang - Usia saat memulai usaha sekitar 35-45 tahun

- Ayah seorang wirausaha - Kuliah jurusan seni - Anak pertama

Tipe dari Usaha awal - Ada kaitannya dengan usaha jasa – pendidikan, konsultan atau kehumasan

(11)

Dan berdasarkan kepuasan dalam berwirausaha, dalam penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) ditemukan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, meskipun mereka memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah.

2.3. Single mother

2.3.1. Pengertian Single mother

Menurut Perlmutter & Hall (dalam Ayu, D, 2012) ada beberapa sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu karena kematiaan suami atau, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa nikah. Exter (dalam Tizar, 2010) mengatakan bahwa menjadi single mother merupakan pilihan hidup yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin hubungan intim dengan orang lain. Anderson dkk (dalam Tizar, 2010) mengartikan single mother sebagai wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping dikarenakan perpisahan atau perceraian.

Single mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang

punggung keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang tidak harmonis (Anderson dkk dalam Tizar, 2010). Menurut Papalia, dkk (2002) single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan

hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-

anaknya seorang diri.

Jadi dari beberapa definisi diatas, maka peneliti berpendapat bahwa single mother adalah wanita yang ditinggalkan pasangan hidupnya karena kematian,

(12)

perceraian atau perpisahan dan adanya hubungan tanpa ada ikatan pernikahan yang berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas finansial, emosional maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh wanita tersebut.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu, D (2012), single mother memiliki karakteristik setelah hidup tanpa pasangan. Single mother terbiasa bekerja keras dan selalu mau berusaha, sanggup menghadapi tantangan, dan berani menghadapi resiko, dan terbiasa pula untuk memainkan peran ganda yang membesarkan anak dan mencari nafkah.

2.4. Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single mother

Single mother yang harus melanjutkan kehidupan keluarga bersama anak-

anaknya dapat memilih berwirausaha sebagai jalan keluar agar mendapatkan penghasilan dan membantu perekonomian keluarga. Single mother seperti halnya wanita pada umumnya terutama di UKM, wanita mendapat kemudahan untuk memulai usaha yang dapat didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar, tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik, bahkan dapat dijalan dirumah dan tanpa harus memiliki kemampuan manajemen atau keahlian khusus dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012).

Dalam berwirausaha, ketika wirausaha mampu menjalani usaha yang diinginkannya dan berhasil sesuai harapannya, ia akan merasakan kepuasan berwirausaha (Suyatini, 2004). Kepuasan berwirausaha yang dikemukakan Carree dan Verheul (2011) dapat dilihat dari pendapatan/ penghasilan, kesejahteraan

(13)

psikologis, dan waktu luang. Kepuasan berwirausaha didorong banyak faktor, karakteristik usaha, motif memulai usaha, dan karakteristik peribadi. Faktor-faktor tersebut yang juga mempengaruhi kepuasan single mother dalam berwirausaha.

Karakteristik pribadi single mother yang pekerja keras dan selalu mau

berusaha, berani menghadapi resiko, dan sanggup menghadapi tantangan (Ayu, D, 2012) mempengaruhi kepuasan mereka dalam berwirausaha.

Single mother memiliki karakteristik sebagai pekerja keras dan selalu mau

berusaha, single mother berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan berwirausaha. Single mother seperti kebanyakan dari wanita-wanita pengusaha lainnya memilih usaha pada industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi sesuai dengan hal yang disenanginya atau sesuai keahliannya (Tulus, 2012).

Ketika single mother merasakan kesenangan karena usaha yang dijalaninya, ia akan merasakan kepuasan pada kesejahteraan psikologisnya karena memiliki kebebasan merefleksikan kesenangannya atau mengembangkan keahliannya pada bisnis yang dijalankannya..

Sifat single mother yang pekerja keras dan selalu mau berusaha mendorongnya untuk selalu bekerja keras agar dapat menghasilkan pendapatan,

terlepas dari waktu yang harus dihabiskannya dalam menjalani usaha dan tanggung jawabnya mengurus rumah tangga. Namun jika usahanya

menghasilkan pendapatan sesuai dengan harapan, usahanya dalam mengatur

waktu dan kerugian waktu yang dirasakannya dapat tergantikan.

Dengan demikian single mother akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya tersebut (Longenecker et, al, 2001).

(14)

Single mother memiliki karakter yang berani menghadapi resiko, hal ini

membuatnya lebih berani menggunakan modal yang cukup besar dan berani membuka usaha yang cukup besar. Usaha baru yang ukurannya lebih besar

biasanya mendatangkan tanggung jawab dan harapan yang lebih tinggi (Cooper &

Artz, 1995; Carree & Verheul, 2011). Single mother yang menggunakan modal besar harus lebih bertanggung jawab atas usahanya untuk menghindari kegagalan

yang mungkin terjadi, sehingga pendapatan dari usahanya tersebut mengganti modal yang telah ia keluarkan. Dan ketika pendapatan dari usahanya tersebut dapat mengganti besarnya modal yang ia gunakan untuk memulai usahanya, ia akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya

(Longenecker et, al, 2001).

Karakteristik single mother yang berani mengambil resiko membuatnya bisa menerima berbagai resiko yang mungkin terjadi ketika memilih berwirausaha. Pada fase awal memulai wirausaha, single mother harus menghabiskan waktu dalam berwirausaha karena di awal mulainya usaha cukup sulit (Carree & Verheul, 2011). Single mother harus bisa merelakan waktu bersama keluarga dan teman dan fokus menjalani usaha hingga modal awal terganti dan mendapatkan laba yang menunjukkan keberhasilan. Namun, single mother akan merasakan fleksibilitas dalam mengatur waktu untuk menjalani

usahanya setelah usahanya berhasil. Dengan demikian, single mother merasakan kepuasan dapat meluangkan waktu bersama keluarga dan teman.

Karena single mother terbiasa menghadapi tantangan, membuat mereka memiliki karakter sanggup menghadapi tantangan. Single mother harus bisa

(15)

menghadapi tantangan dalam berwirausaha dengan meluangkan banyak waktu dalam berwirausaha agar menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginan, namun single mother harus mengorbankan urusan rumah tangganya. Oleh karena itu single mother harus dapat mengatur waktu, agar waktu yang diluangkannya dalam berwirausaha cukup untuk menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginannya dan waktunya mengurus rumah tangga juga cukup. Sehingga ketika single mother telah menemukan cara yang tepat untuk mengatur waktu

berwirausaha dan mengurus rumah tangga, ia akan merasakan kepuasan karena dapat mengatur waktunya sendiri untuk membuka usahanya dan menggunakan kebebasan untuk mengurus kehidupannya secara fleksibel (Longenecker et al, 2001).

Ketika ada masalah dalam berwirausaha, single mother lebih suka

menganggapnya sebagai tantangan. Single mother juga telah terbiasa menjalani berbagai tugas di dalam keluarga sendirian. Tetapi, jika ada dukungan dari orang di sekitarnya akan sangat berarti. Single mother akan merasakan kepuasan karena dengan adanya dukungan dari orang di sekitarnya seperti keluarga dan teman, single mother semakin semangat

menjalani usaha walaupun dengan adanya masalah. Dan ketika masalah dapat diselesaikan single mother akan merasakan kepuasan terutama pada kesejahteraan psikologisnya (Longenecker et, al, 2001).

Keberadaan pasangan yang juga mempengaruhi kepuasan seseorang dalam berwirausaha (Cooper dan Artz dalam Carree dan Verheul, 2011) tidak menjadi penghalang single mother dalam mencapai kepuasannya dalam berwirausaha

(16)

karena single mother juga dapat mencapai kepuasan dalam menjalankan usahanya tanpa suami disisinya. Masih ada dukungan dari orang di sekitarnya seperti anak, saudara, dan teman yang bisa mendukunganya walaupun single mother menghadapi tantangan-tantangan dalam berwirausaha.

Walaupun penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) menunjukkan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, tidak dapat diambil kesimpulan secara langsung bahwa kepuasan berwirausaha yang dirasakan single mother hanya dari pendapatan/ penghasilan yang didapatnya. Perlu diperhatikan aspek lain dari kepuasan berwirausaha yang lain seperti waktu luang dan psychological well-being. Dan seperti yang diungkapkan oleh (Carree dan Verheul, 2011) bahwa kepuasan berwirausaha dapat dijelaskan atau dapat diukur dengan melihat berbagai aspek yaitu pendapatan, psychological well-being, dan waktu luang sehingga harus dijelaskan atau diukur dengan keseluruhan aspek tersebut.

(17)

KERANGKA TEORITIS

Faktor yang mempengaruhi kepuasan berwirausaha

Karakteristik usaha

Motif memulai usaha

Karakteristik pribadi

Single mother

Aspek-aspek kepuasan berwirausaha (Carree dan

Verheul, 2011)

Penghasilan Psychological well-being

Waktu luang Kepuasan

berwirausaha

Karakteristik single mother (Ayu, D,

2012):

Pekerja keras dan selalu mau

berusaha

Berani menghadapi

resiko Sanggup menghadapi

tantangan

Referensi

Dokumen terkait

Pemrograman merupakan suatu proses pemilihan program- program tertentu yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dan bilamana, berapa dan sumber daya mana yang akan

informasi publik ini dibatasi dengan hak individual dan privacy seseorang terkait dengan data kesehatan yang bersifat rahasia (rahasia medis). Jadi dalam hal ini dapat dianalisis

g) Keputusan Presiden RI tentang pengangkatan menjadi Perwira (Untuk proses penetapan gaji/inpassing). DIREKTORAT AJUDAN JENDERAL ANGKATAN DARAT SUBDITBINMINPERSPRA.. a)

membangun masyarakat yang lebih maju, baik dari sisi rohani, jasmani, sosial, dan ekonomi. Bentuk dari membangun masyarakat yang berkemajuan pada sisi rohani ialah

Kuadran ini merupakan prestasi Divisi Jasa Layanan Laboratorium LT- IPB Bogor dalam memberikan pelayanan dan karenanya atribut-atribut kualitas jasa yang mempengaruhi

Dengan meningkatkan upah yang diberikan perusahaan maka akan meningkatkan semangat para pekerja dalam memproduksi barang sehingga dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan

Hal ini dilihat dari hasil temuan auditor internal dalam pengevaluasian kinerja karyawan yang dapat dijadikan acuan oleh manajemen untuk membuat teguran atau hukuman