• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA IDIOM YANG MENGGUNAKAN ANGGOTA TUBUH MATA (ME) DALAM NOVEL SATSUJIN YO, KONNICHIWA KARYA AKAGAWA JIROU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA IDIOM YANG MENGGUNAKAN ANGGOTA TUBUH MATA (ME) DALAM NOVEL SATSUJIN YO, KONNICHIWA KARYA AKAGAWA JIROU"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA IDIOM YANG MENGGUNAKAN ANGGOTA TUBUH MATA (ME) DALAM NOVEL SATSUJIN YO,

KONNICHIWA KARYA AKAGAWA JIROU

AKAGAWA JIROU NO SAKUHIN NO 「SATSUJIN YO, KONNICHIWA 」 TO IU SHOUSETSU NI OKERU ME TO IU SHINTAI NO ICHIIN WO

SHIYOU SURU KANYOUKU NO KOUZOU TO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi

dalam bidang ilmu sastra

Oleh :

AMELIA PUTRI ANANDA 170722003

PROGRAM STUDI EKSTENSI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA SASTRA JEPANG

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul Analisis Struktur dan Makna Idiom yang Menggunakan Anggota Tubuh Mata (Me) dalam Novel Satsujin Yo, Konnichiwa Karya Akutagawa Jirou ini penulis susun sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Sastra pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitan yang apabila direnungkan adalah hal wajar dalam upaya meraih sebuah keberhasilan. Selain itu, sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan, penulis pun tidak luput dari kesalahan-kesalahan.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dari pihak terkait. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof, Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum, selaku Dosean Pembimbing dan Dosen Wali, yang telah demikian besar memberikan waktu dan tenaga

(6)

untuk membimbing penulis dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Sastra Jepang dan DIII Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan Pendidikan kepada penulis.

5. Kepada orang tua tercinta penulis Bapak Marlinggom Siahaan dan Ibu Healthy Hutagalung yang selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sehat, selamat dan menjadi manusia yang berguna, memberikan dukungan moril dan material yang tak terhingga sampai penulis bisa menjadi sarjana seperti yang dicita-citakan, penulis tidak mampu membalasnya walau sampai kapanpun juga serta kepada adik Marcel Andreas yang telah mendukung dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada teman-teman penulis terutama Mita, Maya, Algis, Desy, dan Fari yang telah mendukung selama masa perkuliahan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta menjadi tempat berbagi cerita baik suka maupun duka, serta kepada semua teman-teman Ekstensi Sastra Jepang yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, selamat berjuang ya mudah-mudahan kita menjadi manusia yang berguna bagi Agama, orang tua, Nusa dan Bangsa.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri serta dapat berguna bagi para pembaca dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca yang ingin mengetahui dan mempelajari tentang

(7)

idiom atau kanyouku bahasa Jepang khususnya idiom atau kanyouku yang berasal dari anggota tubuh mata (me).

Medan, 15 Juli 2019 Penulis

Amelia Putri Ananda NIM : 170722003

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 11

1.6 Metode Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KANYOUKU, MORFOSINTAKSIS, MAKNA, DAN SINPOSIS NOVEL SATSUJIN YO, KONNICHIWA 2.1 Kanyouku ………..13

2.1.1 Pengertian Kanyouku………...13

2.1.2 Klarifikasi Kanyouku………...14

2.1.3 Unsur-unsur Terbentuknya Kanyouku……….17

2.2 Morfosintaksis………..18

2.2.1 Sintaksis………...…18

2.2.2 Morfosintaksis……….20

2.3 Pengertian dan Jenis Makna...………..21

2.3.1 Pengertian Makna………21

2.3.2 Jenis-jenis Makna………22

2.4 Sinopsis Novel………..23

(9)

BAB III ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA IDIOM

YANG MENGGUNAKAN ANGGOTA TUBUH MATA (ME) DALAM NOVEL SATSUJIN YO, KONNICHIWA

KARYA AKAGAWA JIROU

3.1 Struktur Idiom yang Menggunakan Anggota Tubuh Mata (me) ... 25 3.2 Makna Leksikal dan Makna Idiomatikal dalam Idiom yang

Menggunakan Anggota Tubuh Mata (me) ... 33 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 49 4.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan suatu maksud ataupun sebagai alat untuk berinteraksi dalam masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain (Sutedi 2003:2). Bahasa tidak pernah luput dari kehidupan manusia, selalu mempunyai keterkaitan dalam kegiatan atau peristiwa yang ada di lingkungan manusia. Bahasa juga tidak selalu statis dan berubah-ubah mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Setiap bahasa mempunyai keunikan masing-masing. Bahasa Indonesia tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Bahasa Jepang. Dari segi huruf yang dipakai dalam bahasa, bahasa Jepang memakai empat macam huruf yang beragam, yaitu huruf hiragana, katakana, kanji, dan romaji dalam penulisannya. Bahasa Jepang juga dikenal dengan bahasa yang sangat santun. Hal ini dikarenakan masyarakat Jepang yang selalu berhati-hati dalam memilih kosakata yang akan mereka pakai kepada lawan bicara, dengan tujuan agar lawan bicara dapat mengerti apa yang sebenarnya ingin disampaikan pembicara, tanpa menyakiti hati lawan bicara. Bahkan dalam bahasa Jepang ada ungkapan- ungkapan yang menyatakan bentuk sopan yang harus digunakan apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari penutur. Hal ini pun merupakan salah satu budaya masyarakat

(11)

Jepang yang selalu berpikir dan memilah-milah kosakata yang akan mereka utarakan kepada lawan bicara agar maksud yang sebenarnya dapat tersampaikan.

Dalam berbahasa, pada dasarnya bermaksud untuk menyampaikan inti atau makna dari sesuatu agar lawan bicara dapat menangkap atau memahami hal yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, ketika mempelajari bahasa juga harus mempelajari makna dari ungkapan yang digunakan dalam berbahasa. Hal ini dapat ditemukan dalam salah satu cabang linguistik, yaitu semantik.

Semantik membahas makna yang mempunyai beragam arti. Dalam KBBI (https://kbbi.web.id/makna) makna mengandung tiga hal yaitu, (1) arti, (2) maksud pembicara atau penulis, dan (3) pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Misalnya kata ‗lengan‘ yang memiliki makna ‗anggota tubuh dari pergelangan tangan sampai ke bahu‘.

Makna itu sendiri mempunyai banyak jenis, diantaranya adalah makna leksikal dan makna idiomatikal. Makna leksikal adalah makna yang nyata, sesuai dengan benda, peristiwa, dan lain-lain yang terdapat di dalam kata. Contohnya adalah kata ‗lengan‘ yang tadi disebutkan. Di samping itu, makna idiomatikal adalah makna kata yang ada dalam kelompok kata tertentu yang maknanya tidak dapat diartikan secara langsung sesuai dengan kata yang terdapat di dalamnya.

Makna idiomatikal sangat sering ditemukan di dalam sebuah idiom. Chaer (2002:74) menyatakan bahwa idiom adalah satuan-satuan bahasa yang dapat berupa kata, frase, ataupun kalimat yang maknanya tidak dapat ‗diramalkan‘ dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan tersebut.

Contohnya : Anak itu sangat tinggi hati. Kata tinggi hati dalam kalimat tersebut

(12)

bukan hati anak itu posisi atau letaknya tinggi tetapi itu merupakan idiom yang memiliki makna sombong.

Idiom dapat berupa kata, frasa, klausa, maupun kalimat. Namun, sangat jarang ditemukan idiom yang hanya terdiri dari satu kata, dan selalu digabungkan dengan kata kerja, kata sifat, dan sebagainya. Seperti idiom tinggi hati di atas adalah sebuah frasa yang terdiri dari kata sifat ‗tinggi‘ digabungkan dengan kata benda ‗hati‘.

Idiom dipakai dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Idiom dalam bahasa Jepang disebut dengan kanyouku (慣用句). Sutedi (2003:147) menyatakan kanyouku adalah idiom yang maknanya tidak bisa dipahami jika hanya mengetahui makna setiap kata yang membentuk idiom tersebut saja. Pembentukan kanyouki bahasa Jepang sangat beragam dan terbentuk dari berbagai unsur, seperti anggota tubuh, hewan, bilangan, dan sebagainya. Pembentukan struktur idiom kebanyakan dibentuk dengan memasukkan unsur idiom, lalu diikuti partikel, serta kata kerja atau kata sifat di dalamnya. Contoh : idiom 「顔が広い」‟kao ga hiroi‟. 顔 „kao‟ adalah salah satu anggota tubuh yaitu wajah, digabungkan dengan partikel が‟ga‟, dan kata sifat 広い „hiroi‟ yang berarti luas. Apabila diartikan secara leksikal, maka idiom tersebut bermakna wajahnya luas, namun maknanya secara idiomatikal yang sebenarnya ingin disampaikan adalah ‗terkenal/banyak dikenal orang‘.

Dalam tulisan ini, akan dibahas struktur dan makna idiom yang menggunakan anggota tubuh mata dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou karena idiom yang menggunakan unsur mata paling banyak di

(13)

Misalnya idiom 「 目 を 離 す 」 ‟me wo hanasu‟ atau ‗lalai/lepas dari pengawasan‘. Terdiri dari 目‟me‟ – mata, partikel を „wo‟ dan kata kerja 離す

„hanasu‟ – melepaskan, yang diartikan secara leksikal adalah ‗melepaskan/

mencabut mata‘. Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa idiom yang berunsur mata mempunyai makna yang masih berkaitan dengan fungsi mata sebagai indera penglihatan, karena ‟me wo hanasu‟ atau ‗lalai/lepas dari pengawasan‘ berarti lengah karena tidak menggunakan kedua matanya dengan benar untuk mengawasi sesuatu.

Untuk itu akan dibahas idiom yang menggunakan anggota tubuh mata berdasarkan struktur idiomnya, serta makna leksikal dan idiomatikal yang ingin disampaikan dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou.

Novel ini bercerita tentang seorang anak perempuan berumur 14 tahun yang bernama Yukiko. Yukiko adalah anak tunggal yang lahir dari keluarga yang cukup ternama. Namun, suatu hari Yukiko mendapatkan kabar bahwa ayahnya meninggal secara tiba-tiba. Hal tersebut membuat harta ayahnya diwariskan pada ibunya dan Yukiko. Beberapa bulan kemudian, Yukiko dan ibunya berencana untuk menghabiskan musim panas di villa milik keluarganya di sebuah pulau yang jauh dari Tokyo. Bagi Yukiko liburan musim panas yang panjang adalah sesuatu yang sangat membosankan, akan tetapi hal itu berubah ketika Yukiko dan menemukan mayat di pulau tersebut, yang membuat Yukiko mengalami tragedi dan menuntutnya untuk memecahkan misteri dibalik tragedi tersebut.

Novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou merupakan novel bertemakan misteri yang berkaitan dengan detektif, dan di dalam novel ini paling banyak ditemukan penggunaan idiom yang menggunakan anggota tubuh mata.

(14)

Contohnya adalah salah satu idiom yang ada di dalam novel ini, 目に映る „me ni utsuru‟ ―terlihat, tanpa sengaja melihat sesuatu‖. Apabila dikaitkan dengan konteks yang berhubungan dengan detektif, idiom ini tidak asing dalam kegiatan detektif yang sedang melakukan penyelidikan di Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Dalam mengumpulkan bukti atau petunjuk yang dapat membantu dalam penyelidikan meskipun hanya hal yang sangat kecil, seorang detektif pasti akan menemukannya meski tanpa sengaja melihat hal tersebut. Oleh karena itu idiom yang menggunakan anggota tubuh mata ini sangat berhubungan dengan novel yang berkonteks detektif ini.

Penulis bermaksud membahas idiom yang menggunakan anggota tubuh mata sebagai unsurnya dikarenakan konteks idiom berunsur mata yang berhubungan dengan sumber data, karena novel ini bercerita tentang misteri detektif yang penuh dengan pengamatan atau mengamati, yang adalah salah satu fungsi dari mata. Berdasarkan hal tersebut maka judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur dan Makna Idiom yang Menggunakan Anggota Tubuh Mata (Me) dalam Novel Satsujin Yo, Konnichiwa Karya Akagawa Jirou”.

1.2. Perumusan Masalah

Ketika berbicara tentang idiom, tidak sedikit orang yang belum sepenuhnya memahami idiom dan makna dari idiom yang digunakan baik dalam kata maupun kalimat. Namun idiom sering sekali digunakan terutama dalam bahasa Jepang, baik dalam berkomunikasi secara lisan ataupun secara tulisan, seperti karya sastra. Tidak hanya idiom yang dibentuk dari anggota tubuh, bahkan

(15)

idiom-idiom yang dibentuk dari alam, hewan, bahkan dari bentuk yang abstrak seperti perasaan 気 „ki‟, kata 言葉 „kotoba‟, dan sebagainya.

Jenis-jenis idiom yang dibentuk dengan menggunakan anggota tubuh mata paling banyak ditemukan di dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa dan karena novel ini bertemakan detektif yang dalam kegiatannya selalu menggunakan mata, sehingga mempunyai hubungan dengan idiom yang juga menggunakan mata sebagai unsur pembentuknya. Oleh karena hal ini penulis merasa topik ini pantas untuk dikaji.

Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis mengambil perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur idiom yang menggunakan anggota tubuh mata (me) yang terdapat dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa Karya Akagawa Jirou berdasarkan kategori kata pembentuknya?

2. Apakah ada kedekatan makna idiom antara makna leksikal dan makna idiomatikal yang menggunakan anggota tubuh mata (me) yang terdapat dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa Karya Akagawa Jirou?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang ada, diperlukan adanya ruang lingkup dalam pembatasan masalah. Hal ini bertujuan agar kajian terfokus pada masalah yang ingin dianalisis dan tidak semakin luas hingga keluar dari lingkup masalah yang sudah ditentukan.

Data yang digunakan adalah novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou dari versi bahasa Jepang yang diterbitkan oleh Kadokawa. Dalam

(16)

pembahasan skripsi ini, penulis hanya fokus membahas tentang idiom yang dibentuk dari anggota tubuh mata yang hanya terdapat di dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou. Dalam novel ini terdapat 10 idiom yang menggunakan anggota tubuh mata, yang diuraikan sebagai berikut :

1. 目を覚ます 6. 目をつぶる

2. 目が覚める 7. 目が回る

3. 目をやる 8. 目を逸らす

4. 目を丸くする 9. 目を疑う

5. 目に映る 10. 目を見張る

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa kajian yang berkaitan dengan tulisan ini, salah satunya yaitu skripsi berjudul ―Analisis Makna Idiom Bahasa Jepang yang Terbentuk Dari Kata 気 „Ki‟ Dalam Novel Watashi No Kyoto Karya Watanabe Jun‘ichi‖ yang ditulis oleh Andar Beny Prayogi dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010.

Penelitian tersebut membahas idiom bahasa Jepang yang dibentuk dari kata 気„ki‟ dalam novel Watashi No Kyoto karya Watanabe Jun‘ichi. Andar Beny Prayogi menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya. Selain itu, penelitian tersebut menjelaskan mengenai keterkaitan antara proses gramatikal dengan makna idiom yang ada.

Terdapat beberapa perbedaan dalam kajian Andar Beny Prayogi dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kajian Andar Beny Prayogi meneliti

(17)

Makna Idiom 気 „Ki‟ dalam Novel Watashi No Kyoto Karya Watanabe Jun‘ichi, membuatnya menjadi perbedaan mendasar pada kajian ―Analisis Struktur dan Makna Idiom yang Menggunakan Anggota Tubuh Me dalam Novel Satsujin Yo, Konnichiwa Karya Akagawa Jirou‖ yang penulis lakukan. Hal itu dikarenakan ruang lingkup kajian adalah menganalisis struktur idiom berdasarkan kategori anggota tubuh mata (me) sebagai kata pembentuk idiom beserta makna leksikal dan idiomatikalnya.

Namun, ada beberapa persamaan dari kajian yang dilakukan Andar Beny Prayogi dengan kajian yang akan dilakukan, yaitu pada pendekatan kualitatif, dan menganalisis kanyouki atau idiom, dengan mengambil sebuah karya sastra sebagai sumber datanya. Hal tersebut juga menjadi salah satu referensi dalam kajian ini.

Ni Wayan Eka Lisdaniati (2013) dalam skripsi yang berjudul ―Jenis dan Makna Kanyouku yang Menggunakan Anggota Tubuh dalam Cerpen Rashoumon dan Yabu No Naka Karya Akutagawa Ryunosuke‖ membahas mengenai jenis dan makna idiom yang dibentuk dari anggota tubuh dalam sebuah karya sastra.

Para penulis sebelumnya menganalisis idiom yang terdapat dalam sebuah karya sastra, meskipun mengambil idiom dengan kategori yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, dengan meninjau beberapa teori yang digunakan oleh penulis sebelumnya akan dikaji jenis idiom yang menggunakan anggota tubuh mata dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou serta menganalisis struktur dan makna yang terkandung dari idiom tersebut.

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam sebuah kajian dibutuhkan kerangka teori untuk memberikan batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan tulisan yang akan

(18)

dilakukan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Poerwadarminta, teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa (kejadian), dan asas-asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan; serta cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.

Untuk membahas idiom yang ada dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou, penulis menggunakan teori morfosintaksis. Morfosintaksis adalah sebuah bidang kajian dalam linguistik, yang keberadaannya sama dengan kajian morfologi dan sintaksis.

Siregar (2012) mengemukakan bahwa kajian morfosintaksis dapat diidentifikasi sebagai berikut : (1) Gabungan morfologi dan sintaksis secara bersamaan, (2) Kajian antarmuka morfologi dan sintaksis, (3) Pengkajian kategori gramatikal dan unit linguistik yang menggambarkan ciri-ciri morfologis dan sintaksis, dan (4) Seperangkat kaidah yang mengatur unit bahasa yang ciri-cirinya dapat dijelaskan dengan menggunakan kriteria morfologis dan sintaksis.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa morfosintaksis adalah kajian morfologi dan sintaksis yang saling berhubungan dan tidak dipisah secara masing-masing, yang dipakai untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan perubahan atau pembentukan kata (morfem) karena adanya penggabungan kata lain sehingga menjadi sebuah frasa, klausa, ataupun kalimat.

Selain teori morfosintaksis, tulisan ini juga menggunakan pendekatan semantik yakni teori semantik tentang makna. Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji seluk-beluk makna.

(19)

Tarigan (2015:7) mengatakan bahwa semantik adalah telaah mengenai makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup kata-kata, perkembangan dan perubahannya.

Dalam teori semantik pada umumnya menggunakan jenis-jenis makna.

Termasuk juga makna yang terkandung dalam idiom, yaitu makna leksikal dan makna idiomatikal. Sakata (1995:214) menyatakan bahwa :

慣用句は二つ以上の単語をつながり、それぞれの意味ではなく、別 の意味を表すもの。

Kanyouku wa futatsu ijou no tango wo tsunagari, sore zore no imi dewanaku, zentai toshite betsu no imi wo arawasu mono.

‗Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang maknanya dapat bermacam-macam, menerangkan arti masing-masing secara keseluruhan‘.

Sehingga dapat dikatakan bahwa idiom merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang mempunyai makna yang berbeda dengan makna secara leksikal dari idiom tersebut. Oleh karena hal itu, makna dari idiom perlu untuk dipahami lebih lanjut agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Chaer (2002:75) menyatakan bahwa makna idiomatikal adalah makna sebuah bahasa (bias berupa kata, frase, atau kalimat) yang ―menyimpang‖ dari makna leksikal atau gramatikal unsur-unsur pembentuknya.

Berdasarkan pernyataan Chaer, dapat dilihat bahwa makna dalam idiom tidak dapat dipahami jika hanya mengetahui makna dari unsur-unsur

(20)

pembentuknya, namun harus memahami makna leksikal dan idiomatikal yang ada dalam idiom tersebut.

Selain teori makna leksikal dan idiomatikal, skripsi ini juga menggunakan teori makna kontekstual. Hal ini agar tidak adanya penyimpangan makna dari idiom yang ingin disampaikan dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa sebagai sumber data.

Teori makna kontekstual adalah sebuah makna leksem atau kata-kata yang berbeda dalam suatu konteks, termasuk juga dapat berkenaan dengan situasinya (Chaer, 1994:290). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa teori kontekstual merupakan teori yang dapat digunakan untuk menganalisis idiom berdasarkan konteks kalimat agar dapat mengetahui makna yang ditimbulkan idiom yang berunsur anggota tubuh mata.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merangkum tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan struktur idiom yang menggunakan anggota tubuh mata dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou.

2. Untuk mendeskripsikan dan memahami makna idiom secara leksikal dan idiomatikal yang menggunakan anggota tubuh mata dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

(21)

1. Menambah wawasan mengenai struktur idiom yang memakai anggota tubuh sebagai kata pembentuknya yang terdapat dalam bahasa Jepang.

2. Menambah wawasan dan semakin memahami akan makna dari idiom yang ada dalam bahasa Jepang.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1987:3). Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai pegangan dalam penulisan. Dalam skripsi ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif.

Menurut Nazir (1988:63) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Metode perpustakaan juga dilakukan dalam skripsi ini untuk mendapatkan dan mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data pustaka, yaitu novel Satsujin Yo, Konnichiwa Karya Akagawa Jirou.

(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KANYOUKU, MORFOSINTAKSIS, MAKNA, DAN SINOPSIS NOVEL SATSUJIN YO, KONNICHIWA

2.1. Kanyouku

2.1.1 Pengertian Kanyouku

Mempelajari sebuah bahasa tertentu berarti mengetahui tentang morfem, kata-kata sederhana, kata-kata gabungan beserta artinya, dan juga termasuk mengetahui tentang frase yang terbentuk lebih dari satu kata. Frase dalam bahasa Jepang disebut dengan 句 „ku‟. Machida dan Moriyama (1997:114) memberi batasan, bahwa yang dimaksud dengan ku (frase) adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih. Pada frase biasa maknanya dapat dipahami hanya dengan mengetahui makna setiap kata. Namun pada kanyouku atau idiom, maknanya tidak dapat dipahami hanya dengan mengetahui makna setiap katanya.

Pada frase 「 鼻 が高 い」 ‟hana ga takai‟ ―sombong‖ meskipun kita mengetahui makna setiap katanya, namun belum tentu kita dapat memahami makna sesungguhnya dari frase tersebut. Jika diartikan per kata, „hana‟ artinya hidung, dan „takai‟ artinya tinggi. Secara leksikal maknanya adalah hidung tinggi, tetapi makna sesungguhnya tidak demikian. Contoh frase tersebut adalah contoh dari kanyouku.

Kanyouku adalah idiom dalam Bahasa Jepang. Kata idiom berasal dari bahasa Yunani `idioma` yang artinya khusus atau khas. Jadi sebuah idiom adalah sebuah bentuk ekspresi khusus terhadap suatu bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari unsur-unsur pembentuknya.

(23)

Ahli linguistik Jepang, Takao Matsumura (2001:221) menyatakan bahwa :

慣用句というのは二つ以上の単語を組み合わせ、ひと塊として一 つの意味を表すもの。

Kanyouku to iu nowa futatsu ijou no tango wo kumiawase, hitokatamari toshite hitotsu no imi wo arawasu mono.

‗Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang membentuk sebuah arti kelompok tersebut‘.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa idiom merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang mempunyai makna yang berbeda dengan makna leksikal dari idiom tersebut. Dengan kata lain bahwa, kanyouku terbentuk dari gabungan beberapa kata yang maknanya tidak tergantung pada unsur-unsur pembentuknya melainkan memiliki arti yang baru atau khusus.

2.1.2. Klasifikasi Kanyouku

Kanyouku atau idiom sangat banyak jumlahnya, sehingga tidak sedikit pembelajar Bahasa Jepang dan juga penutur yang mengalami kesulitan untuk memahami kanyouku. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna dari kanyouku atau idiom agar memudahkan dalam berkomunikasi.

Kanyouku memiliki beberapa jenis. Berikut klasifikasi kanyouku berdasarkan kelas kata dasar pembentuknya menurut Rahmah dalam jurnal Izumi (2014, vol. 3, No. 2) :

(24)

a. Doushi Kanyouku

Doushi kanyouku adalah idiom yang terbentuk dari gabungan kata benda (nomina) dan kata kerja (verba). Misalnya, 頭を抱える „atama wo kakaeru‟ yang artinya adalah ―bingung, tidak tahu harus berbuat apa‖. Kanyouku „atama wo kakaeru‟ dibentuk oleh nomina 頭 „atama‟ ―kepala‖, verba 抱える „kakaeru‟

―memeluk/memegang‖, dan partikel を „wo‟ sebagai kata bantu objek.

b. Keiyoushi Kanyouku

Keiyoushi kanyouku adalah idiom yang terbentuk dari gabungan kata benda (nimina) dan kata sifat (adjektiva), Misalnya, 口が軽い „kuchi ga karui‟

yang artinya adalah ―tidak bias menyimpan rahasia‖. Kanyouku „kuchi ga karui‟

dibentuk oleh nomina 口 „kuchi‟ ―mulut‖, adjektiva 軽い „karui‟ ―ringan‖, dan partikel が „ga‟ sebagai kata bantu penegas subjek.

c. Meishi Kanyouku

Meishi kanyouku adalah idiom yang terbentuk dari gabungan kata benda (nomina) dan kata benda (nomina). Misalnya, 目の毒 „me no doku‟ yang artinya adalah ―sesuatu yang membuat seseorang menginginkannya; godaan‖. Kanyouku

„me no doku‟ dibentuk oleh nomina 目 „me‟ ―mata‖, nomina 毒 „doku‟ ―racun‖,

dan partikel の „no‟ sebagai kata bantu yang menghubungkan kedua nomina tersebut.

Selain kanyouku berdasarkan kelas kata dara pembentuknya, kanyouku juga diklasifikasikan berdasarkan arti dan makna kanyouku menurut Inoue (1992:1), yaitu :

(25)

a. 感覚、感情を表す慣用句 „Kankaku, kanjou wo arawasu kanyouku‟

Adalah kanyouku yang menyatakan indera dan perasaan atau emosi.

Contoh : 頭に来る Atama ni kuru

―Kesal, marah‖

b. 体、性格、態度を表す慣用句 „Karada, seikaku, taido wo arawasu kanyouku‟

Adalah kanyouku yang menyatakan tubuh, sifat, dan watak seseorang.

Contoh : 背が高い Se ga takai

―Jangkung, tinggi‖

c. 行為、動作、高度をあらわす慣用句 „Koui, dousa, koudo wo arawasu kanyouku‟

Adalah kanyouku yang menyatakan perbuatan, gerakan/aktivitas, dan tindakan.

Contoh : 手を貸す Te wo kasu

―Membantu, menolong‖

d. 状 態、 程度 、 価 値 を 表 す 慣 用 句 „Joutai, teido, kachi wo arawasu kanyouku‟

Adalah kanyouku yang menyatakan keadaan atau situasi, tingkatan, dan nilai atau harga.

Contoh : 足が棒になる

(26)

Ashi ga bou ni naru

―Terlalu letih sehingga kaki kesemutan/pegal‖

e. 社会、生活、文化を表す慣用句 „Shakai, seikatsu, bunka wo arawasu kanyouku‟

Adalah kanyouku yang menyatakan masyarakat, kehidupan, dan budaya.

Contoh : 噂をすれば影がさす

Uwasa wo sureba kage wo sasu

―Ketika membicarakan seseorang, orang yang dibicarakan tersebut mendadak muncul‖

2.1.3. Unsur-unsur Terbentuknya Kanyouku

Menurut Sudaryat (2008:81-88) ada 6 unsur-unsur terbentuknya idiom atau kanyouku Bahasa Jepang yaitu :

a. Kanyouku dengan bagian tubuh Contoh : 顔が広い

Kao ga hiroi

(dikenal banyak orang) b. Kanyouku dengan nama warna

Contoh : 赤の他人 Aka no tannin

(orang yang sama sekali tidak ada hubungan apapun) c. Kanyouku dengan nama benda-benda alam

Contoh : 空がない

(27)

Sora ga nai

(perasaan tidak tenang, tidak niat melakukan apapun) d. Kanyouku dengan nama binatang

Contoh : 犬も食わない Inu mo kuwanai

(sama sekali tidak ada yang suka) e. Kanyouku dengan bagian tumbuh-tumbuhan

Contoh : 話に花が咲く

Hanashi ni hana ga saku

(dari awal sampai akhir muncul topik yang menarik) f. Kanyouku dengan kata bilangan

Contoh : 一から十まで Ichi kara juu made

(dari awal sampai akhir, semua)

2.2. Morfosintaksis 2.2.1. Sintaksis

Sintaksis atau 統 語 論 „tougoron‟ merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur kalimat dan unsur-unsur pembentuknya. Nita dalam Sutedi (2010:64) menjelaskan bahwa bidang bahasan sintaksis adalah kalimat yang mencakup jenis dan fungsinya, unsur-unsur pembentuknya, serta struktur dan maknanya. Oleh karena itu objek bahasan sintaksis berkaitan dengan struktur frasa, klausa dan struktur kalimat ditambah dengan berbagai unsur lainnya.

(28)

Kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai fungsi pengisi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.

Berikut adalah satuan-satuan sintaksis, yaitu : 1. Frasa

Frasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. (Chaer 2003:222)

Contohnya : - panjang tangan

- 私の眼鏡 „watashi no megane‟ ―kacamata saya‖

2. Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. (Chaer 2003:231). Klausa terdiri dari gabungan dari dua kata atau lebih. Sebuah klausa sekurang-kurangnya mengandung satu subjek, satu predikat dan secara fakultatif satu objek.

Contohnya : - saya makan

- 私は眼鏡を買います „watashi ha megane wo kaimasu‟ ―saya membeli kacamata‖

3. Kalimat

Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjugasi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. (Chaer 2003:240)

(29)

Contohnya : - Kemarin adik memancing ikan di kolam kecil di belakang rumah nenek.

- 遅刻しないように、今朝はやくご飯を食べて、学校に 行きました!‟chikoku shinai youni, kesa hayaku gohan wo tabete, gakkou ni ikimasu!‟ ―agar aku tidak terlambat, tadi pagi makan dengan cepat lalu pergi ke sekolah!‖

Sintaksis dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut : a. Kelompok pertama yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan adalah

kelompok fungsi sintaksis.

b. Kelompok kedua yaitu nomina, verba, adjektiva, dan numeralia adalah peristilahan dengan kategori sintaksis.

c. Kelompok ketiga yaitu pelaku, penderita, dan penerima adalah peristilahan yang berkenaan dengan peran sintaksis.

Nita dalam Sutedi (2010:64) menggolongkan jenis kalimat bahasa Jepang ke dalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pada struktur (構造上 „kouzou- jou‟) dan berdasarkan pada makna (意味上 „imi-jou‟). Penggolongan kalimat berdasarkan struktur mengacu pada peranan sintaksis di setiap bagian dalam kalimat, dan penggolongan kalimat berdasarkan makna mengacu pada makna dan fungsi dari kalimat secara sistematis maupun pragmatis.

2.2.2. Morfosintaksis

Morfosintaksis merupakan gabungan dari dua linguistik, yaitu morfologi dan sintaksis. Kedua bidang tersebut memang berbeda, morfologi membahas

(30)

struktur internal kata, sedangkan sintaksis membahas kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur lain sebagai satuan ujaran.

Siregar (2012) mengatakan bahwa kajian morfosintaksis dapat diidentifikasi sebagai berikut : (1) Gabungan morfologi dan sintaksis, (2) Kajian antarmuka morfologi dan sintaksis, (3) Pengkajian kategori gramatikal dan unit linguistik yang menggambarkan ciri-ciri morfologi dan sintaksis, (4) Seperangkat kaidah yang mengatur unit bahasa yang ciri-cirinya dapat dijelaskan dengan menggunakan kriteria morfologi dan sintaksis.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa morfosintaksis adalah kajian yang membahas perubahan atau pembentukan kata (morfem) karena proses gramatikal atau penggabungan kata lain sehingga menjadi sebuah frase, klausa, maupun kalimat.

Idiom ada yang berupa klausa ataupun frasa maupun kalimat. Oleh karena itu dalam skripsi ini struktur idiom akan dianalisis secara morfosintaksis, yaitu dengan membagi-bagi tiap kata di dalam idiom tersebut lalu akan dijabarkan juga satuan sintaksis dari idiom dan peran sintaksis dari kata di dalam idiom tersebut.

2.3. Pengertian dan Jenis Makna 2.3.1. Pengertian Makna

Dalam KBBI (https://kbbi.web.id/makna) makna mengandung tiga hal, yaitu (1) arti, (2) maksud pembicara atau penulis, dan (3) pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Contohnya kata ‗lengan‘ yang memiliki makna ‗anggota tubuh dari pergelangan sampai ke bahu‘. Setiap kata

(31)

memiliki keterkaitan dengan suatu hal, baik benda ataupun aktifitas, peristiwa, maupun keadaan.

2.3.2. Jenis-jenis Makna

Chaer (2002:60-77) membagi jenis makna secara berpasang-pasangan menurut beberapa sudut pandang berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada dan tidaknya konsep pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada dan tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna denotative dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus, lalu berdasarkan kriteria lain dapat disebutkan adanya makna- makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya (Chaer, 2002:60- 77).

Dalam membahas makna idiom atau kanyouku, Chaer memaparkan berikut jenis-jenis makna yang berkaitan dengan idiom yaitu :

1. Makna Leksikal

Djajasudarma (1993:13) mengatakan bahwa makna leksikal (lexical meaning, semantic meaning, external meaning) adalah makna unsur bahasa sebagai lambing benda peristiwa dan lain-lain. Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut 語彙的意味 „goiteki-imi‟. Contohnya kata ie dan kata isu yang memiliki makna leksikal ―rumah‖ dan ―kursi‖. Yang diacui dinamai ―referen‖

adalah tempat tinggal dan tempat untuk duduk. Dari contoh tersebut dapat dilihat

(32)

kalau referensi berhubungan dengan makna, jadi referensi merupakan salah satu sifat makna leksikal.

2. Makna Idiomatikal

Menurut Chaer (2002:74) makna idiomatikal adalah sebuah satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang ―menyimpang‖ dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Sehingga makna idiomatikal tidak selalu berkaitan dengan referennya, karena makna idiomatikal tidak tergambar dari makna leksikal pembentuk idiom tersebut.

Dalam bahasa Jepang makna idiomatikal disebut 慣用句意味 „kanyouku- imi‟. Contohnya adalah 喧嘩を売る „kenka wo uru‟ ―mengajak untuk berkelahi‖.

Dari contoh tersebut meskipun kita dapat mengetahui makna setiap kata dari idiom tersebut, namun belum tentu dapat memahaminya secara keseluruhan.

Apabila diartikan per kata, „kenka‟ artinya perkelahian dan „uru‟ artinya menjual, dapat dilihat bahwa makna leksikal dari idiom tersebut adalah ―menjual perkelahian‖. Oleh karena itu diperlukan pemahaman akan makna idiomatikal dalam mempelajari sebuah idiom.

2.4. Sinopsis Novel

Yukiko, seorang gadis berumur 14 tahun, mendapat kabar ayahnya meninggal dunia. Seluruh harta warisan ayahnya yang melimpah jatuh pada Ibunya dan dirinya sendiri. Tapi belum lagi sebulan berlalu, ibu Yukiko sudah mengenalkan Yukiko pada seorang pemuda tampan bernama Kanazawa dan hendak menikah setelah musim panas berakhir.

(33)

Satomi, sahabat Yukiko ikut serta liburan musim panas di villa milik keluarga Yukiko. Kanazawa juga ikut serta dalam liburan itu. Dan seketika itu juga, Satomi merasa tertarik pada Kanazawa.

Petualangan pun dimulai. Yukiko melihat wanita bergaun merah mencari alamat villanya. Lalu keesokan harinya wanita itu ditemukan tewas di dekat tebing yang tidak jauh dari villa Yukiko. Mengejutkannya, ternyata wanita yang tewas itu adalah mantan istri Kanazawa. Menjadikan Kanazawa tersangka utama, sayangnya alibinya dapat dipastikan oleh pak polisi yang tidak sengaja menahannya.

Rentetan peristiwa pun terjadi. Satomi diperkosa; Yaeko, pembantu Yukiko tewas; dan wanita bernama Ryoko pun tewas. Semuanya saling berhubungan, hanya saja bukti yang kuat belum ditemukan. Sampai akhirnya, Yukiko turun tangan untuk menghukum pelaku yang sebenarnya.

(34)

BAB III

ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA IDIOM YANG MENGGUNAKAN ANGGOTA TUBUH MATA (ME) DALAM NOVEL SATSUJIN YO,

KONNICHIWA KARYA AKAGAWA JIROU

Pada bab-bab sebelumnya telah diuraikan bahwa idiom dalam bahasa Jepang banyak sekali jumlahnya, termasuk idiom yang menggunakan anggota tubuh, salah satunya anggota tubuh mata (me).

Setelah diuraikan referensi yang ada pada bab II, maka dalam bab ini akan dianalisa struktur dan makna idiom yang menggunakan anggota tubuh mata (me) dalam novel Satsujin Yo, Konnichiwa karya Akagawa Jirou.

3.1. Struktur Idiom yang Menggunakan Anggota Tubuh Mata (me)

Dalam bab ini akan diuraikan struktur idiom bahasa Jepang yang menggunakan anggota tubuh mata (me).

1. Struktur idiom 目を覚ます (me wo samasu)

目 を 覚ます

me wo samasu

‗membangunkan mata‘

Idiom 目を覚ます (me wo samasu) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari :

- 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- を (wo) merupakan partikel yang mendukung verba.

- 覚ます(samasu) merupakan verba yang artinya adalah membangunkan.

(35)

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba 覚ます(samasu) di dalamnya. Nomina 目(me) adalah objek yang menerima pengaruh akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh verba. Partikel を (wo) menunjukkan adanya hubungan dari verba kepada nomina yang dapat disebut dengan peran objektif. Verba 覚 ま す (samasu) adalah verba transitif yang memberi pengaruh terhadap objek. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti bangun, dan berperan sebagai predikat di dalam kalimatnya.

2. Struktur idiom 目が覚める (me ga sameru)

目 が 覚める

me ga sameru

‗terjaga mata‘

Idiom 目が覚める (me ga sameru) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari :

- 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- が (ga) merupakan partikel yang mendukung objek.

- 覚める (sameru) merupakan verba yang artinya adalah terjaga.

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba 覚める(sameru) di dalamnya. Nomina 目 (me) objek yang berperan sebagai pasien atau penerima pengaruh yang mengalami tindakan dan pengaruh dari verba.

(36)

Partikel が (ga) berperan sebagai penanda pasien (nomina). Verba 覚める (sameru) adalah verba intransitif yang memberi pengaruh pada ‗mata‘ agar terbuka. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti segar/terjaga, dan berperan sebagai predikat di dalam kalimatnya.

3. Struktur idiom 目をやる (me wo yaru)

目 を やる

me wo yaru

‗memberikan mata‘

Idiom 目をやる (me wo yaru) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari : - 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- を (wo) merupakan partikel yang mendukung verba.

- やる (yaru) merupakan verba yang artinya adalah memberikan.

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba や る (yaru) di dalamnya. Nomina 目(me) adalah objek yang menerima pengaruh akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh verba. Partikel を (wo) menunjukkan adanya hubungan dari verba kepada nomina yang dapat disebut dengan peran objektif. Verba やる (yaru) adalah verba transitif yang memberi pengaruh terhadap objek. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti memandangi, dan berperan sebagai predikat di dalam kalimatnya.

(37)

目 を 丸くする me wo marukusuru

‗membulatkan mata‘

Idiom 目を丸くする (me wo marukusuru) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari :

- 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- を (wo) merupakan partikel yang mendukung verba.

- 丸 く す る (marukusuru) merupakan verba yang artinya adalah membulatkan.

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba 丸 く す る (marukusuru) di dalamnya. Nomina 目(me) adalah objek yang menerima pengaruh akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh verba. Partikel を (wo) menunjukkan adanya hubungan dari verba kepada nomina yang dapat disebut dengan peran objektif. Verba 丸 く す る (marukusuru) adalah verba transitif yang memberi pengaruh terhadap objek. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti membelalak karena takjub, dan berperan sebagai predikat di dalam kalimatnya.

5. Struktur idiom 目に映る (me ni utsuru)

目 に 映る

me ni utsuru

‗terpantul mata‘

(38)

Idiom 目に映る (me ni utsuru) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari : - 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- に (ni) merupakan partikel objektif.

- 映る (utsuru) merupakan verba yang artinya adalah terpantul.

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba 映る(utsuru) di dalamnya. Nomina 目(me) adalah objek yang berperan sebagai pasien atau penerima pengaruh yang mengalami tindakan dan pengaruh dari verba.

Partikel に (ni) menunjukkan adanya hubungan dari verba kepada nomina yang dapat disebut dengan peran objektif. Verba 映る (utsuru) adalah verba intransitif yang memberi pengaruh terhadap objek. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti terlintas, dan berperan sebagai predikat di dalam kalimatnya.

6. Struktur idiom 目をつぶる (me wo tsuburu)

目 を つぶる

me wo tsuburu

‗memejamkan mata‘

Idiom 目をつぶる (me wo tsuburu) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari :

- 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- を (wo) merupakan partikel yang mendukung verba.

(39)

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba つぶる(tsuburu) di dalamnya. Nomina 目(me) adalah objek yang menerima pengaruh akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh verba. Partikel を (wo) menunjukkan adanya hubungan dari verba kepada nomina yang dapat disebut dengan peran objektif. Verba つ ぶ る (tsuburu) adalah verba transitif yang memberi pengaruh terhadap objek. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti mengabaikan/membiarkan sesuatu berlalu, dan berperan sebagai predikat di dalam kalimatnya.

7. Struktur idiom 目が回る (me ga mawaru)

目 が 回る

me ga mawaru

‗berputar mata‘

Idiom 目が回る (me ga mawaru) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari :

- 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- が (ga) merupakan partikel yang mendukung objek.

- 回る (mawaru) merupakan verba yang artinya adalah berputar.

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba 回る(mawaru) di dalamnya. Nomina 目 (me) objek yang berperan sebagai pasien atau penerima pengaruh yang mengalami tindakan dan pengaruh dari verba.

(40)

Partikel が (ga) berperan sebagai penanda pasien (nomina). Verba 回る (mawaru) adalah verba intransitif yang memberi pengaruh pada ‗mata‘

agar berputar. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti berkunang- kunang, dan berperan sebagai keterangan di dalam kalimatnya.

8. Struktur idiom 目を逸らす (me wo sorasu)

目 を 逸らす

me wo sorasu

‗mengalihkan mata‘

Idiom 目を逸らす (me wo sorasu) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari :

- 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- を (wo) merupakan partikel yang mendukung verba.

- 逸らす (sorasu) merupakan verba yang artinya adalah mengalihkan.

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba 逸らす(sorasu) di dalamnya. Nomina 目(me) adalah objek yang menerima pengaruh akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh verba. Partikel を (wo) menunjukkan adanya hubungan dari verba kepada nomina yang dapat disebut dengan peran objektif. Verba 逸 ら す (sorasu) adalah verba transitif yang memberi pengaruh terhadap objek. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti mengalihkan pandangan, dan berperan sebagai predikat di

(41)

9. Struktur idiom 目を疑う (me wo utagau)

目 を 疑う

me wo utagau

‗mencurigai mata‘

Idiom 目を疑う (me wo utagau) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari :

- 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- を (wo) merupakan partikel yang mendukung verba.

- 疑う(utagau) merupakan verba yang artinya adalah mencurigai.

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba 疑う(utagau) di dalamnya. Nomina 目(me) adalah objek yang menerima pengaruh akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh verba. Partikel を (wo) menunjukkan adanya hubungan dari verba kepada nomina yang dapat disebut dengan peran objektif. Verba 疑う (utagau) adalah verba transitif yang memberi pengaruh terhadap objek. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti tidak percaya dengan sesuatu yang dilihat, dan berperan sebagai keterangan di dalam kalimatnya.

10. Struktur idiom 目を見張る (me wo miharu)

目 を 見張る

me wo miharu

(42)

‗mengawasi mata‘

Idiom 目を見張る (me wo miharu) adalah sebuah klausa yang terbentuk dari :

- 目(me) merupakan nomina yang artinya adalah mata.

- を (wo) merupakan partikel yang mendukung verba.

- 見張る (miharu) merupakan verba yang artinya adalah mengawasi.

Berdasarkan struktur sintaksis, idiom ini dapat disebut klausa karena terbentuk dari sekelompok kata dan mempunyai verba 見張る(miharu) di dalamnya. Nomina 目(me) adalah objek yang menerima pengaruh akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh verba. Partikel を (wo) menunjukkan adanya hubungan dari verba kepada nomina yang dapat disebut dengan peran objektif. Verba 見 張 る (miharu) adalah verba transitif yang memberi pengaruh terhadap objek. Di dalam konteks novel, idiom ini berarti membuka mata lebar-lebar, dan berperan sebagai predikat di dalam kalimatnya.

3.2. Makna Leksikal dan Makna Idiomatikal dalam Idiom yang Menggunakan Anggota Tubuh Mata (Me)

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan struktur dan peran masing-masing beserta makna leksikal dari idiom yang menggunakan anggota tubuh mata (me).

Pada bagian ini akan diuraikan makna leksikal dan idiomatikal idiom yang menggunakan anggota tubuh mata (me).

(43)

1. Cuplikan novel (hal 5) : 今日、パパが死んだ。

昨日かもしれないけど、私には分からない。そんなこと、どっちで もいいや。――朝、目を覚ますと、ママの顔が私の上、ほんの二十センチ くらいのところにあって、ギョッとした。

Terjemahan teks :

‗Hari ini, papa meninggal.

Mungkin saja kemarin, aku juga tidak tahu. Hal seperti itu, mau bagaimanapun tidak masalah. ---Pagi hari, begitu aku bangun, wajah mama ada di atasku dan jaraknya sekitar kurang lebih 20 cm, membuatku sangat terkejut.‘

Analisis :

Pada cuplikan di atas idiom yang digunakan adalah 目を覚ます (me wo samasu) terdiri dari 目(me) = mata dan 覚ます(samasu) = membangunkan, yang apabila diartikan secara leksikal adalah membangunkan mata. ‗Membangunkan mata‘ berarti membuka mata, sadar dan bangun dari tidur.

Pada cuplikan di atas terlihat kalau tokoh utama menyadari bahwa saat itu sudah pagi lalu dia membuka mata dan bangun (belum membangkitkan badan, masih posisi tidur) dari tidurnya. Setelah diamati berdasarkan cuplikan halaman di atas, makna idiomatikal yang sebenarnya ingin disampaikan adalah ―bangun dari tidur‖. Hal ini dapat dilihat dari hubungan sebab-akibat yang ada dari kalimat tersebut, begitu tokoh utama bangun dan menyadari kalau itu sudah pagi, dia kaget karena melihat wajah ibunya yang tiba-tiba ada di hadapannya. Hal inilah

(44)

yang ingin disampaikan dari idiom 目を覚ます (me wo samasu) dari konteks di atas.

2. Cuplikan novel (hal 7) :

「あーあ、日曜日なのに…。まだ九時じゃないの」私はアクビしな がら言った。

「有紀子さん、お父様が亡くなったんですよ、そんな欠伸なんかし て――」と、八重子さんが壁の造り付けのクローゼットを開けながら言う。

「眠いものは眠いわよ」と私は大きく伸びをした。

八重子「シャワーを浴びてらしたら?目が覚めますよ」

Terjemahan teks :

‗ ―Aah, padahal hari Minggu… Bukankah masih jam 9‖, kataku sambil menguap.

―Yukiko-san, ayah kamu telah meninggal lho, malah menguap seperti itu—‖ kata Yaeko-san sambil membuka lemari yang menempel di dinding.

―Mengantuk tetap saja mengantuk‖, kataku sembari meregangkan badan.

―Bagaimana kalau kamu mandi? Agar kamu jadi segar.‖‘

Analisis :

Pada cuplikan di atas idiom yang digunakan adalah 目が覚める (me ga sameru) terdiri dari 目(me) = mata dan 覚める(sameru) = terjaga, yang apabila diartikan secara leksikal adalah terjaga mata. ‗Terjaga mata‘ berarti mata kita terbuka dan tetap terjaga sepanjang hari.

(45)

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa Yukiko, si tokoh utama, masih merasa ngantuk dan terus menerus menguap meskipun sudah bangkit dari tempat tidurnya, yang menunjukkan kalau Yukiko belum sepenuhnya segar dan terjaga.

Oleh karena itu Yaeko yang menyaksikan hal tersebut menegurnya untuk tidak menguap seperti itu dan menyuruhnya untuk segera mandi agar Yukiko merasa segar dan dapat terjaga sepanjang hari. Hal inilah yang ingin disampaikan idiom 目が覚める (me ga sameru) dari konteks di atas.

3. Cuplikan novel (hal. 8) :

口をきく回数からいえば、ママよりも、よぽどこの八重子さんの方 が多いに違いない。

「いい天気?」と私は、明るい陽射しがレースのカーテンを白く輝 かせているのに目をやりながら立った。

「ええ、とても」と、八重子さんが言った。

Terjemahan teks :

‗Kalau dari segi mendengarkan perkataan orang, tidak salah lagi jauh lebih sering Yaeko-san bahkan daripada mama sekalipun.

―Cuacanya bagus?‖, kataku sembari berdiri sambil memandangi gorden berenda yang bersinar putih akan cerahnya sinar matahari.

―Ya, sangat bagus‖, jawab Yaeko-san.‘

Analisis :

Pada cuplikan di atas idiom yang digunakan adalah 目がやる(me wo yaru) terdiri dari 目(me) = mata dan やる(yaru) = memberikan, yang apabila diartikan

(46)

secara leksikal adalah memberikan mata. ‗Memberikan mata‘ berarti diri kita memerintahkan mata untuk memberi pandangan terhadap sesuatu. Pada konteks di atas tokoh utama memerintahkan matanya untuk melihat ke suatu arah, kemudian dia ‗memberikan mata‘ atau memberikan pandangan ke arah tersebut atau dapat disebut dengan memandangi.

Pada cuplikan di atas diceritakan bahwa saat berbicara dengan Yaeko, pandangan Yukiko sudah tertuju dengan cerahnya sinar matahari yang masuk melalui gorden kamarnya. Oleh karena itu dia menanyakan pada Yaeko kalau cuacanya bagus, karena memandangi gordennya yang bersinar cerah saat itu.

Setelah diamati berdasarkan cuplikan halaman di atas, makna idiomatikal yang sebenarnya ingin disampaikan adalah ―memandangi‖. Hal inilah yang ingin disampaikan idiom 目がやる(me wo yaru) dari konteks di atas.

4. Cuplikan novel (hal 26) :

「金沢週一。よろしくね」彼が私の手を握った。

「――さあ、入って」ママがホッとした様子で、先に立って居間へ 入って行く。

金沢が、ママの後から居間へ入って、「立派なもんだなあ」と、目 を丸くした。

Terjemahan teks :

‗ ―Saya Kanazawa Shuuichi. Salam kenal ya‖, dia menggenggam tanganku.

―—Ayo masuk‖ Sikap mama terlihat lega, lalu berdiri terlebih dahulu dan pergi masuk ke ruang tamu.

(47)

Kanazawa masuk ke ruang tamu setelah mama, ―bagus sekali ya‖, katanya membelalak takjub.‘

Analisis :

Pada cuplikan di atas idiom yang digunakan adalah 目を丸くする(me wo marukusuru) terdiri dari makna leksikal 目 (me) = mata dan 丸 く す る (marukusuru) = membulatkan, yang apabila diartikan secara leksikal adalah membulatkan mata. ‗Membulatkan mata‘ berarti membuat mata menjadi bulat, atau yang biasa kita ketahui seperti melotot. Membuka mata selebar mungkin untuk mengekspresikan terkejut atau kagum.

Pada cuplikan di atas dapat dilihat ada seseorang yang datang dan memperkenalkan diri kepada Yukiko, si tokoh utama, yang ternyata adalah teman dari ibu Yukiko. Setelah memperkenalkan diri, Kanazawa dipersilahkan masuk ke dalam ruang tamu tempat Yukiko berada. Dari kata-kata Kanazawa yang memuji ruangan tersebut sangat bagus, menunjukkan kalau dia kagum dan takjub akan ruangan tersebut, sehingga dia membuka matanya lebar-lebar sampai matanya seperti bentuk lingkaran/bulat karena dia sangat membelalakkan matanya hampir seperti melotot sambil melihat ruangan itu.

Setelah diamati berdasarkan cuplikan halaman di atas, makna idiomatikal yang sebenarnya ingin disampaikan adalah ―membelalak karena takjub‖. Hal ini dapat dilihat Hal inilah yang ingin disampaikan idiom 目を丸くする(me wo marukusuru) dari konteks di atas.

(48)

5. Cuplikan novel (hal 49) :

赤いものが見えた。ほんの一瞬だったけど、赤い布が――たぶんス カートの裾が、ひるがえったのが目に映った。でも、それはほんのちょっ との間で、もう何も見えなくなった。

Terjemahan teks :

‗Terlihat sesuatu yang berwarna merah. Hanya sekilas saja, terlihat kain berwarna merah –mungkin seperti pinggiran rok yang berkibar. Namun, hal itu hanya sebentar, lalu sudah tidak terlihat apa-apa lagi.‘

Analisis :

Pada cuplikan di atas idiom yang digunakan adalah 目 に 映 る (me ni utsuru) terdiri dari 目(me) = mata dan 映る(utsuru) = terpantul, yang apabila diartikan secara leksikal adalah terpantul mata. Mata tokoh utama pada awalnya hanya mengarah ke satu arah, namun tiba-tiba ada benda atau sesuatu yang masuk di area pandangan tokoh utama, sehingga benda tersebut ‗terpantul di mata‘ atau menjadi dapat terlihat di dalam pandangan mata tokoh utama secara tidak sengaja.

Pada cuplikan di atas mengarahkan kalau si tokoh utama tidak sengaja menemukan dan melihat sesuatu (terlihat tanpa sengaja olehnya) yang bahkan dia juga tidak begitu yakin dan menebak-nebak bentuk dari benda yang dia lihat sekilas itu. Setelah diamati berdasarkan cuplikan halaman di atas, makna idiomatikal yang sebenarnya ingin disampaikan adalah ―terlihat‖. Hal inilah yang ingin disampaikan idiom 目に映る(me ni utsuru) dari konteks di atas.

(49)

6. Cuplikan novel (hal 75) :

私は岩の凹凸をよけながら、横になった。――聡美は、じっと海を 見つめている。

聡美「ねえ、あの人出て来ないわよ」

有紀子「大丈夫よ。潜水が得意だって言ってたから」

聡美「そう?どこにいるのかしら」

有紀子「横になったら?」

「うん…」聡美は、そろそろと横になって、目をつぶった。

「陽射し、そんなに強くないね」と私は言った。

Terjemahan teks :

‗Aku berbaring sambil menghindari gundukan batu. –Satomi masih menatap laut.

―Hey, orang itu tidak muncul juga lho‖

―Tidak apa-apa. Karena katanya dia jago menyelam‖

―Oh begitu? Kira-kira dia ada dimana ya‖

―Bagaimana kalau kamu berbaring?‖

―Iya…‖ Satomi segera berbaring, dan membiarkan topik itu berlalu.

―Sinar mataharinya tidak terlalu terik ya‖ Kataku.‘

Analisis :

Pada cuplikan di atas idiom yang digunakan adalah 目をつぶる (me wo tsuburu) terdiri dari 目(me) = mata dan つぶる(tsuburu) = memejamkan, yang apabila diartikan secara leksikal adalah memejamkan mata. ‗Memejamkan mata‘

(50)

maksudnya adalah menutup mata agar tidak melihat sesuatu. Tidak melihat sesuatu berarti tidak mengetahui sesuatu itu dan akhirnya sesuatu itu berlalu.

Pada cuplikan di atas dapat dilihat kalau dari percakapan antara tokoh utama dan Satomi, ketika Satomi berbicara tentang seseorang, tokoh utama terlihat tidak begitu responsif bahkan saat Satomi menanyakan keberadaan orang tersebut. Yukiko mengalihkan pembicaraan dan menyuruh Satomi berbaring, sehingga Satomi memutuskan untuk menyudahi pembicaraan dan dia biarkan berlalu. Lalu Yukiko mengambil topik lain yaitu membicarakan teriknya matahari saat itu dan tidak membicarakan orang tersebut lagi.

Setelah diamati berdasarkan cuplikan halaman di atas, maka dapat disimpulkan makna idiomatikal yang sebenarnya ingin disampaikan adalah

―membiarkan sesuatu berlalu‖. Hal inilah yang ingin disampaikan idiom 目をつ ぶる (me wo tsuburu) dari konteks di atas.

7. Cuplikan novel (hal 121) :

エイっと頭から丸くなって、プールへ飛び込むようなつもりでジャ ンプした。とたんに世界が回り出す。落ちてるのやら、登ってるのやら、

もう何が何だか分からない。ただ砂が顔や手足をかすめて飛んで行って、

ギュッと目をつぶっていた。

「着いた!」聡美が叫んで立ち上ると、とたんにフラついてひっく り返る。私もしばらくは目が回って立てなかった。

(51)

Terjemahan teks :

Aku mengambil posisi meringkuk, lalu lompat seperti akan terjun ke dalam kolam renang. Saat itu dunia berputar. Aku terjatuh lalu naik kembali, sudah tidak mengerti apa-apa lagi. Namun pasirnya samar-samar terbang ke wajah dan kakiku, membuatku terkejut dan memejamkan mata.

―Aku sudah sampai!‖ Teriak Satomi sembari bangkit berdiri, saat itu dia berbalik dengan sempoyongan. Aku pun berkunang-kunang sejenak dan tidak bisa berdiri.‘

Analisis :

Pada cuplikan di atas idiom yang digunakan adalah 目が回る (me ga mawaru) terdiri dari 目(me) = mata dan 回る (mawaru) = berputar, yang apabila diartikan secara leksikal adalah berputar mata. ‗Berputar mata‘ maksudnya adalah mata kita yang pandangannya berputar karena adanya pengaruh dari suatu kegiatan, misalnya seperti konteks di atas yaitu tokoh utama yang menyebur ke dalam air dan terbawa arus sehingga badannya berputar mengikuti arus. Dengan berputar mengikuti arus, pandangan mata pun ikut berputar dan membuat tidak fokus melihat di satu arah sehingga membuat diri menjadi pusing atau pendangannya berkunang-kunang.

Cuplikan di atas juga mendeskripsikan Satomi yang berusaha berdiri dan berbalik meskipun sempoyongan, dan tokoh utama pun tidak sanggup berdiri karena dia juga merasa pusing/berkunang-kunang. Setelah diamati berdasarkan cuplikan halaman di atas, makna idiomatikal yang sebenarnya ingin disampaikan adalah ―berkunang-kunang‖. Hal inilah yang ingin disampaikan idiom 目が回る (me ga mawaru) dari konteks di atas.

(52)

8. Cuplikan novel (hal 204) : 金沢「ママは?」

有紀子「うん、元気そうだ。お医者さんと話したんだけど、あと二 日で退院できるだろうってことだった」

金沢「そう。良かった!」

有紀子「ホッとしたよ。これじゃ結婚式も取りやめかな、と覚悟し てたんだ」

「やるんじゃない?三度はできないでしょうからね」金沢は笑った。

私は目をそらして車の外を見た。雨は、少し小部りになって来たようだ。

Terjemahan teks :

‗ ―Mama bagaimana?‖

―Sudah lebih sehat. Aku sudah berbicara dengan dokter, dan katanya bisa keluar dari rumah sakit sekitar 2 hari lagi‖

―Oh begitu. Syukurlah!‖

―Aku lega. Tadinya aku sudah menyiapkan hati kalau upacara pernikahannya akan ditunda‖

―Tetap berjalan kan? Karena tidak bisa untuk ketiga kalinya kan‖

Kanazawa tertawa. Aku mengalihkan pandangan dan melihat ke luar mobil.

Hujan sepertinya sudah menjadi rintik-rintik.‘

Analisis :

Pada cuplikan di atas idiom yang digunakan adalah 目を逸らす (me wo sorasu) terdiri dari 目(me) = mata dan 逸らす(sorasu) = mengalihkan, yang apabila diartikan secara leksikal adalah mengalihkan mata. ‗Mengalihkan

(53)

mata‘maksudnya adalah mengalihkan mata kita dari satu arah ke arah lain, dengan kata lain memindahkan pandangan kita yang awalnya menetap melihat ke suatu arah lalu beralih ke arah lainnya.

Dalam cuplikan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama sedang berbicara dengan Kanazawa. Mereka membicarakan keadaan ibu tokoh utama yang sedang di rawat di Rumah Sakit dan memberi kabar kalau ibunya sudah diperbolehkan pulang 2 hari lagi. Setelah itu mereka mulai membicarakan pernikahan ibu tokoh utama dengan Kanazawa namun percakapan itu tidak berlangsung panjang karena setelah mendengar respon dari Kanazawa, tokoh utama hanya diam dan mengalihkan pandangannya tanpa membalas kata-kata Kanazawa.

Pada akhir kalimat cuplikan di atas mendeskripsikan tokoh utama yang beralih untuk melihat ke luar mobil, berarti sejak awal dia tidak melihat ke arah luar mobil dan mengalihkan pandangannya untuk melihat hujan di luar. Setelah diamati berdasarkan cuplikan halaman di atas, makna idiomatikal yang sebenarnya ingin disampaikan adalah ―mengalihkan pandangan‖. Hal inilah yang ingin disampaikan idiom 目を逸らす (me wo sorasu) dari konteks di atas.

9. Cuplikan novel (hal 211) :

「待って!おい、待って!」

温井刑事が叫んだけれど、タクシーは走り始めていた。叔父さんが いくら走っても、すぐに追いつかれてしまうだろう。

――そのときだった。

どこにいたのか、突然、タクシーの前に飛び出した人影があった。

私は目を疑った。

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

diterapkan dan menganalis kesesuaian perlakuan akuntansi pendapatan dan beban Rumah Sakit Medika Permata Hijau, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif

Dalam hal penggunaan alat dan bahan praktik di bengkel Teknik PemesinanSMK Muhammadiyah 2 Sragen, dimulai dengan proses peminjaman alat atau dengan kartu bon /

4.1 Pengelolaan pembentukan karakter melalui program pendidikan ketarunaan di SMK Negeri 2 Sragen. 1) Perencanaan pendidikan ketarunaan dilakukan pada awal tahun

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Textile craft art assessment tool patchwork is the format of textile craft products assessment art patchwork compiled based on several indicators of assessment

( flakes ), wol kayu ( excelsior ), pulp kayu dan sejenisnya merupakan bahan–bahan yang dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan papan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Resti Nurajijah 2014 Universitas

Dengan ini memberi kuasa kepada RS Mitra Keluarga Surabaya untuk memberikan data-data medis saya / keluarga saya, kepada:. Nama : ASI