• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian adalah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat penelitian tersebut dengan pertimbangan : (1) Desa Situ Udik merupakan salah satu sentra pertanian yakni padi, (2) Kecamatan Cibungbulang dalam dua tahun terakhir telah menerima bantuan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (3) Desa Situ Udik sudah mendapat penyuluhan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. (4) Desa situ Udik telah mendapat penghargaan sebagai desa terbaik peringkat kedua tingkat Jawa Barat. Waktu pengambilan dan pengolahan data dimulai pada minggu pertama bulan Mei sampai dengan minggu pertama bulan Juni 2010.

4.2. Metode Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah anggota kelompoktani yang terdaftar dalam rencana kerja tahunan penyuluh (RATP) BP3K tahun 2010 yang berjumlah lima kelompoktani padi. Kemudian dari masing-masing kelompoktani didata berapa jumlah anggota petani, sehingga diketahui nilai total populasi petani di Desa Situ Udik. Adapun data kelompoktani wilayah binaan Situ Udik tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Kelompoktani Wilayah Binaan Situ Udik Tahun 2010 No Nama Kelompok Jumlah

Anggota Nama Ketua Tahun Pembentukan

1 Mitra Tani 60 H. Lamsuni 1989

2 Bina Sejahtera 62 Surya 1985

3 Tani Barokah 45 Gopar 1988

4 Rukun Setia 57 Tolib 1990

5 Sugih Mukti 42 Idis 1985

Sumber : Rencana Kerja Tahunan Penyuluh BP3K Cibungbulang Tahun 2010

(2)

Penentuan jumlah responden didasarkan pada metode Gay dalam Husein Umar (2003) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi yaitu minimal 10 persen dari total populasi, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 27 orang. Namun untuk memberikan lebih besar peluang untuk menghasilkan distribusi normal, sebagai salah satu asumsi yang mesti dipenuhi dalam analisa (statistika) maka jumlah yang diambil sebanyak 30 sampel.

Pemilihan sampel petani padi dengan pertimbangan bahwa sebagian besar anggota kelompoktani di Kecamatan Cibungbulang memiliki usaha bercocok tanam padi, sehingga dengan adanya karakteristik tersebut memudahkan peneliti untuk menentukan dan mengambil sampel.

Selanjutnya sampel yang tergabung dalam kelompoktani, diambil masing- masing sampel petani tergantung jumlah anggota kelompoktani sesuai proporsi antara 5-7 orang perkelompoktani. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan dua metode yang berbeda yaitu metode purposive sampling (sengaja) dan metode simple random sampling (acak sederhana). Perwakilan sampel pertama diambil menggunakan metode purposive yakni ketua kelompoktani. Pemilihan ketua kelompoktani dengan pertimbangan bahwa ketua kelompoktani memiliki informasi yang lebih banyak seputar implementasi penyuluh pertanian, serta dapat memberikan informasi pendukung lainnya yang lebih jelas lagi untuk penelitian ini. Sedangkan perwakilan sampel yang ke dua ditentukan dengan menggunakan metode simple random. Pengambilan sampel ditujukan kepada anggota kelompoktani.

Pengambilan sampel diawali dengan tahap mengurutkan nama-nama anggota kelompoktani disertai pemberian nomor urut yang ditulis di kertas kecil yang kemudian di gulung. Tahap berikutnya memasukkan gulungan kertas ke dalam botol untuk dilakukan pengundian. Gulungan kertas yang keluar dari hasil pengocokan pertama merupakan nama yang menjadi sampel kedua penelitian ini.

Penggunaan metode ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tiap anggota kelompoktani memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

(3)

4.3. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner dan wawancara langsung dengan para responden yaitu petani (anggota kelompoktani) serta kepada pengurus kelompoktani. Responden dalam penelitian ini difokuskan pada petani yang telah memperoleh penyuluhan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait meliputi BPS Pusat, BPS Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bogor, Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari penelusuran kepustakaan, internet dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian.

Data primer diperoleh melalui kuisioner, adapun tahapan - tahapan dalam mendesain kuesioner adalah sebagai berikut :

1. Menyusun daftar pertanyaan yang sesuai dengan variabel-variabel atribut kualitas pelayanan yang telah ditentukan.

2. Uji coba kuesioner (wawancara), dengan tujuan untuk menyesuaikan agar kuesioner yang dibuat benar-benar bisa dimengerti dan mudah dipahami.

Perbaikan kuesioner, pada tahap ini dilakukan jika pre sampling terdapat beberapa pertanyaan yang membingungkan responden, atau adanya pertanyaan yang tidak relevan oleh responden, atau adanya variabel baru yang menurut responden perlu dimasukkan sehingga kuesioner yang diberikan dapat mengenai pada sasaran.

Kuesioner yang dibuat diharapkan mempunyai reliabilitas/ keandalan dan validitas sehingga bebas dari varian kesalahan acak. Sebab kesalahan acak menurunkan keandalan pengukuran. Sebelum dilakukan penelitian maka diadakan uji reliabilitas dan validitas terhadap variabel-variebel tersebut. Validitas berkaitan dengan kemampuan alat ukur untuk mengukur secara tepat apa yang harus diukur, validitas dalam penelitian kuantitatif ditunjukkan oleh koefisien validitas. Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa kuat suatu alat tes melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Uji reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran.

(4)

Reliabilitas merupakan penilaian tingkat konsistensi terhadap hasil pengukuran bila dilakukan multiple measurement pada sebuah variable.

Setelah dilakukan uji reliabilitas dan validitas serta hasilnya menunjukkan valid dan reliabel maka dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner. Dalam penelitian ini data merupakan skala ordinal yang berfungsi untuk menunjukkan urutan peringkat. Menurut Aritonang (2005) data yang diperoleh melalui angket tipe Likert dapat dianggap sebagai skala interval. Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai nilai masing-masing atribut baik untuk persepsi dan keinginan pelanggan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :

1. Uji Validitas, dengan

a. menentukan hipotesis untuk pengujian validitas, yang mana : H0 = Skor butir pertanyaan valid H1 = Skor butir pertanyaan tidak valid b. menentukan nilai r tabel Untuk menentukan nilai r tabel, terdapat dua

hal yang harus diperhatikan yaitu df (degree of freedom) dan tingkat signifikansi. Rumus df = jumlah kuesioner – 2 dan tingkat signifikansi ditentukan sendiri oleh peneliti.

c. mencari nilai r hitung dimana r hitung didapatkan dengan melihat kolom Corrected Item-Total Correlation

d. mengambil keputusan, dengan dasar pengambilan keputusannya :

· apabila r hitung positif dan r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung

> r tabel), maka butir atau atribut dinyatakan valid

· apabila r hitung positif dan r hitung lebih kecil dari r tabel (r hitung

< r tabel), maka butir atau atribut dinyatakan tidak valid

· apabila r hitung bernilai negatif meskipun r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel). Yang berarti juga atribut tersebut dinyatakan tidak valid

Apabila dalam pengujian ini terdapat butir-butir yang tidak valid maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan. Dan kemudian proses analisis diulang untuk butir pertanyaan yang valid saja.

(5)

2. Uji reliabilitas, dengan :

a. menentukan hipotesis untuk pengujian reliabilitas, yang mana : H0 = Skor butir pertanyaan reliabel H1 = Skor butir pertanyaan tidak reliabel

b. menentukan nilai r tabel untuk menentukan nilai r tabel, terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu df (degree of freedom) dan tingkat signifikansi. Rumus df = jumlah kuesioner - 2 dan tingkat signifikansi ditentukan sendiri oleh peneliti.

c. mencari nilai r Alpha (hitung)

d. Dimana r hitung didapatkan dari nilai Alpha yang terletak diakhir output

e. mengambil keputusan, dengan dasar pengambilan keputusannya :

· apabila r Alpha positif dan r Alpha lebih besar dari r tabel (r Alpha

> r tabel), maka butir atau atribut tersebut reliabel

· apabila r Alpha positif dan r Alpha lebih kecil dari r tabel (r Alpha

< r tabel), maka butir atau atribut tersebut tidak reliabel

· apabila r Alpha bernilai negatif meskipun r Alpha lebih besar dari r tabel (r Alpha > r tabel). Yang berarti juga atribut tersebut tidak reliabel

Adapun atribut pre sampling kuesioner pertama yang digunakan sebanyak 23 atribut, hasil pengujian menunjukan data reliabel tapi ada 6 atribut yang tidak valid, dan hanya 17 atribut yang valid, kemudian dilakukan pengujian terhadap 17 atribut yang valid. Hasil pengujian tersebut menunjukkan hasil realibel tapi ada 2 atribut yang tidak valid, sehingga perlu dilakukan pengujian dengan menguji 15 atribut yang valid hingga data realibel dan valid. Hasil pengujian 15 atribut menunjukkan data telah valid dan reliabel. Atribut pre sampling kuesioner pertama yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

(6)

Tabel 2. Atribut Pre Sampling Kuesioner Pertama Sebanyak 23 Atribut

No Atribut

1. Penyuluh melibatkan petani dalam penyusunan program penyuluhan melalui lokakarya partisipatif.

2. Penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompoktani

3. Penyuluh memfasilitasi terbentuknya gabungan kelompoktani dan membinaannya.

4. Penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain.

5. Materi penyuluhan yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkan petani

6. Penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompoktani 7. Penyuluh cepat tanggap dalam memberikan pelayanan 8. Penyuluh merekap/ menanyakan masalah kepada petani dan

mencarikan solusi

9. Penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya.

10 Penyuluh yang menerima pertanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawab pertanyaan petani

11. Penyuluh menghadiri pertemuan/ musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani

12. Penyuluh mengikutsertakan petani dalam studi banding, seminar atau pelatihan pengembangan usahatani yang diadakan oleh kelembagaan penyuluhan.

13. Penyuluh menyampaikan berbagai informasi dan teknologi usahatani secara lengkap dan jelas

14. Penyuluh berusaha mengenal dan memberikan perhatian secara individu kepada petani yang sering melakukan konsultasi

15. Penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan

16. Kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat 17. Kemampuan penyuluh dalam memberikan penjelasan secara tertulis 18. Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas

dan kualitas komoditi usahatani

19. Memberikan jasa pelatihan/kursus/ penerapan teknologi kepada petani dengan sikap yang sopan dan ramah

20. Kerapian dan kebersihan penampilan penyuluh

21. Ketepatan datang penyuluh saat akan memberikan penyuluhan 22. Kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan

23 Penyuluh memiliki jiwa kepemimpinan, inisiatif dan kreativitas

(7)

4.4. Metode pengumpulan Data

Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni dengan metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuisioner dan studi literatur. Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan responden untuk memperoleh informasi secara langsung mengenai karakteristik responden, karakteristik usaha, pendapatan usaha serta tanggapan respon terhadap kinerja penyuluh pertanian. Penggunaan kuisioner bermanfaat sebagai pemandu agar pertanyaan-yang diajukan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Teknis penggunaan atau pengisian kuisioner oleh responden dipandu oleh peneliti.

Pengumpulan data dengan cara survei langsung dilapangan dengan melakukan wawancara dan memberikan kuesioner kepada petani yang berada di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dan dilakukan selama bulan Juni 2010. Kuesioner dibuat dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :

1. Bagian I : Latar belakang petani yaitu untuk mengetahui latar belakang petani di Desa Situ Udik.

2. Bagian II : Untuk mengetahui bagaimana harapan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian, yang dinyatakan dengan tingkat kepentingan/ urgensi masing-masing atribut yang mempengaruhi kualitas pelayanan. Masing- masing variabel dinyatakan dalam skala Likert dari 1 – 5 yang menunjukkan :

1. Sangat Penting diberi bobot 5;

2. Penting, diberi bobot 4;

3. Cukup Penting, diberi bobot 3;

4. Kurang penting, diberi bobot 2;

5. Tidak Penting, diberi bobot 1

3. Bagian III : Untuk mengetahui bagaimana persepsi petani terhadap kinerja penyuluh pertanian, masing-masing variabel dinyatakan dalam skala Likert 1 - 5 yang menunjukkan :

1. Sangat Baik diberi bobot 5;

2. Baik, diberi bobot 4;

3. Cukup Baik, diberi bobot 3;

4. Kurang Baik, diberi bobot 2;

(8)

5. Tidak Baik, diberi bobot 1

Penelitian ini menggunakan dua variabel penelitian, yaitu variabel penting- tidaknya pelayanan penyuluh pertanian yang merupakan harapan dari petani dan variabel kepuasan yang menunjukkan kinerja penyuluh pertanian. Sebelum digunakan, kedua alat ukur (kuesioner) telah diuji tingkat kesahihannya dan tingkat reliabilitasnya sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel dengan baik. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.5. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu agar data-data tersebut lebih sederhana dan rapi sehingga dalam penyajiannya nanti memudahkan peneliti untuk kemudian dianalisis. Tahap pengolahan data meliputi editing, tabulasi dan analisis. Setelah tahapan editing dan tabulasi selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah analisis. Tahap analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Importance and Performance Analysis.

Pengukuran kepentingan dilakukan dengan menggunakan skala lima tingkat Likert (Sugiyono, 2006) yang terdiri dari sangat penting (5), penting (4), cukup penting (3), kurang penting (2) dan tidak penting (1). Hal yang sama dilakukan bagi pengukuran kinerja, yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2) dan tidak baik (1).

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja, maka dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja penyuluh pertanian. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/ pelaksanaan dengan skor kepentingan. Tingkat kepentingan inilah yang menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan petani.

Dalam kajian ini terdapat dua buah peubah yang diwakilkan oleh huruf (X) dan huruf (Y), dimana (X) merupakan tingkat kinerja penyuluh dan (Y) merupakan tingkat kepentingan petani. Dalam ini digunakan rumus sebagai berikut :

(9)

Xi = ∑Xi Yi = ∑Yi , dimana : n n

Xi = skor rataan kinerja tiap atribut Yi = skor rataan kepentingan tiap atribut n = jumlah responden

Untuk mengetahui skor rataan kinerja seluruh atribut (Xi) dilakukan dengan menjumlahkan skor rataan (Xi) masing-masing atribut dibagi jumlah atribut jasa yang digunakan. Begitu juga dalam menghitung tingkat rataan kepentingan keseluruhan (Y), jumlah skor rataan kepentingan (Yi) seluruh atribut dibagi dengan jumlah atribut yang digunakan, atau rumusnya :

Xi = ∑Xi Yi = ∑Yi , dimana

K K K = jumlah atribut kepuasan pelanggan

Skor rataan kinerja (Xi) dan kepentingan (Yi) untuk tiap-tiap atribut skor rataan keseluruhan (X) dan skor rataan keseluruhan kepentingan (Y) digunakan untuk membentuk diagram kartesius dari atribut yang mempengaruhi kepusaan patani, dan berguna untuk penentuan titik berat usaha-usaha perbaikan untuk atribut yang benar-benar dianggap penting saja.

IPA menggabungkan pengukuran atribut tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dalam grafik dua dimensi yang memudahkan penjelasan data dan mendapatkan usulan praktis. Interpretasi grafik IPA, dimana grafik IPA dibagi menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran importance- performance Analysis sebagaimana terlihat pada Gambar 2.

(10)

1 2

3 4

Cenderung Berlebihan Prioritas

Rendah

Pertahankan Kinerja Tingkatkan

Kinerja

Rendah Tinggi

TinggiRendah

Kinerja

Kepentingan Rata-rata

Rata-rata

Gambar 2. Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis

(Sumber: John A. Martilla and John C. James, 1977, dengan modifikasi)13

Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran :

1. Kuadran Pertama, “Tingkatkan Kinerja” (high importance & low performance)

Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai atribut yang sangat penting oleh konsumen namun kinerja pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai fatribut tersebut. Atribut yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan.

2. Kuadran Kedua, “Pertahankan Kinerja” (high importance & high performance)

Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai atribut penunjang bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai.

3. Kuadran Ketiga, “Prioritas Rendah” (low importance & low performance) Atribut yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat kinerja yang rendah dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen,

13John A. Martilla and John C. James. The Journal of Marketing, Vol. 41, No. 1 (Jan,1977), pp.

(11)

sehingga pihak manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada faktor -faktor tersebut.

4. Kuadran Keempat, “Cenderung Berlebihan” (low importance & high performance)

Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber daya yang terkait dengan atribut tersebut kepada atribut lain yang mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan, semisal dikuadran keempat.

Ada dua macam metode untuk menampilkan data IPA yaitu: pertama menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata pada sumbu tingkat kinerja dan sumbu tingkat kepentingan dengan tujuan untuk mengetahui secara umum penyebaran data terletak pada kuadran berapa, kedua menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata hasil pengamatan pada sumbu tingkat kinerja dan sumbu tingkat kepentingan dengan tujuan untuk mengetahui secara spesifik masing-masing atribut terletak pada kuadran berapa. Metode yang kedua lebih banyak dipergunakan oleh para peneliti.

Berikut prosedur berkaitan dengan penggunaan metode IPA:

· Penentuan atribut yang akan dianalisis,

· Melakukan survey melalui penyebaran kuesioner,

· Menghitung nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja,

· Membuat diagram kartesius,

· Melakukan evaluasi terhadap atribut sesuai dengan kuadran masing- masing.

4.6. Variabel Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada 8 (delapan) sub-variabel dari variable fungsi pos penyuluhan sebagaimana diatur dalam pasal 16 UU Nomor 16 Tahun 2006, yakni : a. menyusun program penyuluhan; b. melaksanakan penyuluhan di desa/ kelurahan; c. menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya; d.

Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha; e. menumbuhkembangkan

(12)

kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha; f. melaksanakan kegiatan rembuk, pertemuan teknis, temu lapang, dan metode penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha; g. memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku utama dan pelaku usaha; dan h. memfasilitasi forum penyuluhan perdesaan. Dengan mempertimbangkan (lima) kriteria dimensi kualitas pelayanan Rangkuti (2002), yaitu: Responsiveness (ketanggapan), Reliabilitas (keandalan), Emphaty (empati), Assurance (jaminan), Tangibles (bukti langsung). Operasionalisasi variabel kedalam kriteria dimensi pelayanan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Operasionalisasi Variabel Kedalam Kriteria Dimensi Pelayanan

Kriteria Dimensi Atribut

Reliabilitas (Keterpercayaan)

1. Penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompoktani

2. Petugas membuat jalinan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain.

3. Kesesuaian materi penyuluhan yang ditawarkan dan apa yang dibutuhkan petani

Responsiveness (Ketanggapan)

1. Intensitas kunjungan petugas kepada kelompoktani dalam seminggu

2. Penyuluh cepat tanggap dalam memberi pelayanan 3. Penyuluh merekap/menanyakan masalah kepada

petani dan mencarikan solusi

4. Mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya.

5. Petugas yang menerima pertanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawan pertanyaan petani Emphati (Empati) 1. Petugas berusaha menghadiri pertemuan/

musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani

2. Menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan

Assurance (Jaminan)

1. Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi usahatani

(13)

dan ramah Tangibles

(Bukti Langsung)

1. Kemampuan petugas dalam menggunakan bahasa setempat

2. Kemampuan petugas dalam memberikan penjelasan secara tertulis

3. Kelengkapan dan kesiapan alat peraga

Selanjutnya, kedelapan variabel tadi dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk indikator-indikatornya, yang pengukurannya menggunakan skala Likert, yang dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknis persentase dan kemudian diinterpretasikan secara naratif. Operasionalisasi variabel kedalam indikator dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Operasionalisasi Variabel Kedalam Indikator

No Atribut Indikator

1. Penyuluh mengundang petani untuk

menghadiri pertemuan kelompoktani

1. Tidak pernah mengundang

2. Kurang dari sepuluh kali mengundang 3. Lebih dari sepuluh kali mengundang 4. Lebih dari duapuluh kali mengundang 5. Lebih dari tiga puluh kali mengundang 2. Penyuluh membuat

hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain.

1. Tidak ada kerjasama dengan pihak lain

2. Pernah direncanakan tapi belum dimusyawarahkan

3. Sudah pernah di musyawarakan, tapi tidak jadi

4. Sudah dibuat, tapi gagal

5. Kerjasama dengan pihak lain sudah berjalan 3. Materi penyuluhan

yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkan petani

1. Materi penyuluhan tidak sesuai dengan kebutuhan

2. Materi penyuluhan 25% sesuai dengan kebutuhan

3. Materi penyuluhan 50% sesuai dengan kebutuhan

4. Materi penyuluhan 75% sesuai dengan kebutuhan

(14)

kebutuhan 4. Penyuluh melakukan

kunjungan kepada kelompoktani

1. Penyuluh belum pernah melakukan kunjungan

2. Penyuluh 6 bulan sekali melakukan kunjungan

3. Penyuluh tiga bulan sekali melakukan kunjungan

4. Penyuluh sebulan sekali melakukan kunjungan

5. Penyuluh dua minggu sekali melakukan kunjungan

5. Penyuluh cepat tanggap dalam memberikan pelayanan

1. Acuh tak acuh dalam memberi pelayanan 2. Tidak langsung menanggapi dan diam saja 3. Langsung menanggapi tapi tidak memberikan

solusi

4. Langsung menanggapi dan memberikan solusi

5. langsung menanggapi dan memberikan solusi cepat

6. Penyuluh merekap/

menanyakan masalah kepada petani dan mencarikan solusi (sikap proaktif)

1. Penyuluh tidak pernah menanyakan masalah kepada petani

2. Tidak bertanya, tapi memberikan solusi 3. Bertanya, tapi tidak memberikan solusi 4. Kadang-kadang Bertanya dan memberikan

solusi

5. Penyuluh sering menanyakan masalah kepada petani dan memberikan solusi

7. Penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta

melakukan bimbingan dan penerapannya.

1. Penyuluh tidak pernah mengajarkan ketampilan

2. Keterampilan dilakukan setahun sekali 3. Keterampilan diberikan enam bulan sekali 4. Keterampilan diberikan tiga bulan sekali 5. Keterampilan diberikan sebulan bulan sekali 8. Penyuluh yang

menerima pertanyaan dapat langsung

menjawab dan mampu

1. Acuh tak acuh dalam memberi pelayanan 2. Tidak langsung menjawab dan diam saja 3. Langsung menanggapi tapi tidak bisa

(15)

petani 4. Langsung menanggapi tapi menunda memberikan jawaban

5. Langsung menjawab dan mampu menjawab dengan baik

9. Penyuluh menghadiri pertemuan/

musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani

1. Penyuluh tidak pernah menghadiri pertemuan kelompoktani dan tanpa alasan

2. Penyuluh tidak pernah menghadiri pertemuan kelompoktani tapi sudah izin

3. Penyuluh menghadiri pertemuan kelompoktani tapi diwakilkan

4. Penyuluh kadang-kadang menghadiri pertemuan kelompoktani

5. Penyuluh selalu menghadiri pertemuan kelompoktani

10. Penyuluh

menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan

1. Penyuluh tidak pernah menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan

2. Hanya menyediakan bahan bacaan selama penyuluhan

3. Hanya menyediakan makanan dan minuman selama penyuluhan

4. Kadang-kadang menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan 5. Selalu menyediakan bahan bacaan, makanan

dan minuman selama penyuluhan 11. Kemampuan penyuluh

dalam meningkatkan produktivitas,

kuantitas dan kualitas komoditi usahatani

1. Penyuluh tidak mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi.

2. Penyuluh mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi sebesar 25%

3. Penyuluh mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi sebesar 50%

4. Penyuluh mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi sebesar 75%

5. Penyuluh mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi sebesar 100%

(16)

12. Memberikan jasa pelatihan/kursus/

penerapan teknologi kepada petani dengan sikap yang sopan dan ramah

1. Tidak ramah dan kasar 2. Tidak ramah, tidak kasar 3. Ramah dan tidak kasar

4. Ramah dan menggunakan bahasa yang baik 5. Ramah, menggunakan bahasa yang baik dan

santun 13. Kemampuan penyuluh

dalam menggunakan bahasa setempat

1. Penyuluh tidak bisa bahasa setempat

2. Penyuluh bisa bahasa setempat, tapi masih gugup dan ragu

3. Penyuluh bisa bahasa setempat, kadang aktif tapi masih gugup

4. Penyuluh lancar menggunakan bahasa setempat

5. Penyuluh aktif dan respon berkomunikasi 14. Kemampuan penyuluh

dalam memberikan penjelasan secara tertulis

1. Penyuluh tidak bisa memberikan penjelasan secara tertulis

2. Penyuluh bisa memberikan penjelasan secara tertulis, tetapi masih gugup dan ragu

3. Penyuluh bisa memberikan penjelasan secara tertulis, kadang aktif tapi masih ragu

4. Penyuluh bisa memberikan penjelasan secara tertulis

5. Penyuluh Aktif dan respon memberikan penjelasan secara tertulis

15. Kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan

1. Tidak ada alat peraga yang digunakan 2. Alat peraga tidak lengkap dan tidak siap 3. Alat peraga lengkap tapi tidak siap 4. Alat peraga cukup lengkap dan siap

5. Alat peraga selalu lengkap dan siap digunakan

Gambar

Tabel 1.  Data Kelompoktani Wilayah Binaan Situ Udik Tahun 2010 No  Nama  Kelompok Jumlah
Tabel 2.  Atribut Pre Sampling Kuesioner Pertama Sebanyak 23 Atribut
Gambar 2.  Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis
Tabel 4.  Operasionalisasi Variabel Kedalam Indikator

Referensi

Dokumen terkait

Dua motivasi lain praktik perataan laba dikemukakan oleh Brayshaw dan Eldin, (1989) dalam Prihanto, (2002) yaitu: pertama, skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan

3) Aktivitas siswa dengan pembelajaran berbasis masalah adalah efektif. Pembelajaran ini juga membuat siswa antusias dan semangat belajarnya meningkat, tumbuh

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada keterampilan

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi terkait dengan transparansi layanan pengadaan barang dan jasa melalui e-procurement di LPSE Kota Banda

Tulisan ini bertujuan mengkaji struktur ketenagakerjaan di pedesaan yang dirinci atas aspek tenaga kerja, angkatan kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Metode

Sensor accelerometer ADXL335 diletakkan di bagian kepala pengguna kursi roda sehingga sensor ini akan membaca kemiringan sudut sebagai pendeteksi pergerakan kepala,

วิญญาณัง อนิจจัง วิญญาณ ไมเที่ยง รูปง อนัตตา รูป เปนอนัตตา เวทนา อนัตตา เวทนา เปนอนัตตา สัญญา อนัตตา สัญญา เปนอนัตตา

Sebagai contoh di desa Campa, meskipun dari hasil wawancara diketahui bahwa saat ini masyarakat desa sudah tidak melakukan perluasan areal kerja (perambahan)