PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN OTENTIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI
KELAS VII SMP NEGERI 1 SIANTAR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
RIANITA SIMAMORA NIM. 8126172030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN OTENTIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI
KELAS VII SMP NEGERI 1 SIANTAR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
RIANITA SIMAMORA NIM. 8126172030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
Rianita Simamora. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kelas VII SMP Negeri 1 Siantar. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan tingkat ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah; (2) mendeskripsikan tingkat ketuntasan dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah; (3) mendeskripsikan tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan masalah; (4) mendeskripsikan aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dalam pembelajaran berdasarkan masalah dan (5) mendeskripsikan respon siswa terhadap komponen dalam proses pembelajaran berdasarkan masalah. Jenis penelitian ini adalah pengembangan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 1 Siantar, dan sampelnya dipilih secara acak dengan VII-1 dan VII-2 yang masing- masing berjumlah 35 orang. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes komunikasi matematik siswa yang berbentuk uraian. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validasi serta memiliki koefisien realibilitas 0,835. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat ketuntasan belajar siswa diperoleh dari hasil daya serap siswa secara klasikal sebesar 88,57%; (2) tingkat ketuntasan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah yaitu secara klasikal sebesar 85,71% sedangkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada ujicoba I yaitu 2,76 meningkat menjadi 3,06 pada ujicoba II. Aspek kemampuan komunikasi matematis yang paling tinggi peningkatannya adalah pada aspek menggambar; (3) tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan masalah sudah dapat dikatakan efektif, sebab rata-rata kemapuan guru mengelola telah mencapai kriteria minimal; (4) aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dalam pembelajaran berdasarkan masalah sudah berada pada kriteria batasan keefektifan pembelajaran; dan (5) respon siswa terhadap komponen dalam proses pembelajaran berdasarkan masalah sudah menunjukkan respon yang positip.Peneliti menyarankan agar pembelajaran berbasis masalah menjadi alternatif bagi guru dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
ABSTRACT
Rianita Simamora . Development of Authentic Learning and Assessment Tools Through Problem Based Learning to Increase Mathematical Communication Ability and Creativity Students Through Problem Based Learning in The Linear Equations and Inequalities of One Variabels in VII SMP Negeri 1 Siantar. Thesis. Programs Postgraduate Mathematics Education State University of Medan, 2014.
The aims of this research is : (1) describe the level of mastery learning students with problem-based learning, (2) describe the level of mastery learning and
increasing students’ mathematical communication ability with problem-based learning, (3) describe the level of ability of teachers in managing with problem-based learning, (4) describe students’ activity during the learing process with problem-based learning, and (5) describe students’ response to the component during problem-based learning. This research is development research. The population of this research are all of students in SMP N 1 Siantar, and the sample chosen is random with VII - 1 and VII – 2 with 35 students for each class. The instrument used consisted of a test mathematical communication ability of student in description form. The instrumen has been declared eligible validation and had coefisien reability 0,835. The results of this research shown that : (1)the level of
students’ mastery learning obtained from the the absorption of students in the classical is 88,57 %, (2) the level of students’ mastery learning mathematical communication ability in the classical is 85,71% while the increasing of students’ mathematiucal communication abilityin first trial 2,76 increase to 3,06 in the second trial. The most increasing aspect from mathematical communication ability is drawing, (3) the level of ability of teachers in managing during the learing prosecc was efective, because the average level of teacher’s ability in managing has reach the minimum criteria, (4) students’ activity during learing process with problem based learning has on efektive criteria, and (5) students’ response to the component during problem-based learning has a positive respons. The research suggests to use problem based learning as the alternative way for teacher to increase students mathematical communication abilites.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa
atas limpahan rahmat dan kasihNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis
dengan judul: ” Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik melalui Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis di kelas VII SMP Negeri 1 Siantar” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran
matematika dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Sejak mulai
persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat,
dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan
ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini.
Semoga Tuhan YME memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut.
Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih,
M.Pd, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan
waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan
dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Ibu. Dr. Ani Minarni, M.Si., dan
Bapak Dr. Martua Manullang, M.Pd, selaku Narasumber yang telah
banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,
M.Pd selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNIMED yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan
dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis. Serta Bapak Dapot Tua
Manullang selaku staf pada program studi pendidikan matematika
Pascasarjana UNIMED yang telah membantu dan melayani dengan baik
dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan berkas penyelesaian
tesis.
4. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan tesis ini.
5. Ibu Syafrida purba, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Siantar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian lapangan, staf tata usaha, serta guru pelajaran matematika Bapak
Riduan Sinaga, S.Pd yang bersedia membantu dalam proses penelitian.
6. Ayahanda H Simamora, Ibunda M. Br.Situmeang, abang Aprido B
Simamora, M.Pd adik Jesika M Simamora, S.Pd serta anak saya Charlito
Iglesiaz Sirait yang telah memberikan rasa kasih sayang, perhatian dan
dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahaan
hingga menyelesaikan pendidikan ini.
7. Rekan-rekan satu angkatan Program Studi Pendidikan Matematika
Theresia M Siahaan, Juli A Sinaga, Juliana, Winmery, Yuli, yang telah
8. Pihak –pihak yang belum tersebutkan dan mungkin terlewatkan saya
mohon maaf
Diatas segalanya penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam tesis ini, dan dengan tangan terbuka penulis menerima segala
masukan dan saran untuk perbaikan terhadap dunia pendidikan kita.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 24
2.2 Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 28
2.3 Keefektifan Pembelajaran Matematika ... 33
2.4 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 35
2.5 Dukungan Teoritis Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 43
2.6 Pengertian Penilaian Otentik ... 46
2.7 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 57
2.8 Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel ... 63
2.9 Penelitian yang relevan ... 70
2.10 Kerangka Konseptual ... 71
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 81
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 81
3.3 Subjek Penelitan dan Obejek Penelitian ... 82
3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian ... 82 3.5 Instrumen Penelitian ... 92
3.6 Teknik AnalisisData ... 103
4.2 Revisi Berdasarkan Hasil Analisis Ujicoba I ... 135
4.3 Hasil Ujicoba II ... 142
4.4 Pembahasan Penelitian ... 164
4.5 Keterbatasan Dalam Penelitian ... 176
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 179
5.2 Saran ... 180
DAFTAR GAMBAR
2.1 Tahap Pendefinisian dalam Model 4-D ... 60
2.2 Tahap Perancangan dalam Model 4-D ... 60
2.3 Tahap Pengembangan dalam Model 4-D ... 62
3.1 Bagan pengembangan perangkat pembelajaran model 4-D ... 84
3.2 Bagan Rancangan Penelitian dengan Pretest-postest Group Design ... 91
4.1 Tingkat daya serap siswa terhadap proses pembelajaran pada ujicoba I ... 115
4.2 Tingkat ketuntasan daya serap siswa pada ujicoba I ... 116
4.3 Lembar jawaban salah satu siswa sebagai perwakilan yang bernilai rendah pada tes kemampuan komunikasi ... 120
4.4 Lembar jawaban salah satu siswa sebagai perwakilan yang bernilai sedang pada tes kemampuan komunikasi ... 121
4.5 Lembar jawaban salah satu siswa sebagai perwakilan yang bernilai tinggi pada tes kemampuan komunikasi ... 123
4.6 Tingkat kemampuan komunikasi matematis hasil postes pada ujicoba I ... 124
4.7 Persentase ketuntasan kemampuan komunikasi matematis siswa pada hasil pretes dan postes ujicoba I ... 127
4.8 Rata-rata Aspek Kemampuan Komunikasi Matematis pada Ujicoba I ... 129
4.9 Tingkat daya serap siswa terhadap proses pembelajaran pada ujicoba II ... 144
4.10 Persentase ketuntasan daya serap siswa terhadap proses pembelajaran pada ujicoba II ... 145
4.11 Lembar jawaban salah satu siswa sebagai perwakilan yang bernilai rendah pada tes kemampuan komunikasi ... 149
4.12 Lembar jawaban salah satu siswa sebagai perwakilan yang bernilai sedang pada tes kemampuan komunikasi ... 151
4.13 Lembar jawaban salah satu siswa sebagai perwakilan yang bernilai tinggi pada tes kemampuan komunikasi ... 153
4.14 Sambungan lembar jawaban salah satu siswa sebagai perwakilan yang bernilai tinggi pada tes kemampuan komunikasi ... 154
4.16 Persentase ketuntasan kemampuan komunikasi matematis siswa pada hasil pretes dan postes ujicoba II
... 157
4.17 Rata-rata Aspek Kemampuan Komunikasi Matematis pada Ujicoba II
... 159
4.18 Persentase ketuntasan daya serap siswa dalam ujicoba I dan ujicoba II
... 167
4.19 Tingkat ketuntasan kemampuan komunikasi pada hasil ujicoba I dan hasil ujicoba II
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN D LEMBAR VALIDASI DAN OBSERVASI….. 262
D.1 Lembar Validasi RPP ………... 263
D.2 Lembar Validasi LAS ………... 265
D.3 Lembar Validasi BPG & BAS ………... 267
D.4 Lembar Validasi Penilaian Sikap ………... 269
D.5 Lembar Validasi Penilaian Keterampilan ………... 271
D.8 Angket Respon Riswa Terhadap Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ………... 277
F.4 Hasil Validasi BAS ………... 307 F.5 Hasil Validasi Penilaian
Diri ………... 310 F.6 Hasil Validasi Tes Uraian ………... 312 F.7 Hasil Validasi Unjuk
Kerja ………... 314 F.8 Hasil Validasi Projek ………... 316 F.9 Hasil Validasi Instrumen
Pretes dan Posttes
Kemampuan Komunikasi
Matematis ………... 318
LAMPIRAN G HASIL UJI COBA ………... 320
G.1 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis
Secara Manual ………... 321 G.2 Hasil Uji Coba Instrumen
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Secara M.Ecxel ………... 325 G.3 Hasil Uji Coba Instrumen
Tes Kemampuan H.3 Deskripsi hasil ketuntasan
pretes kemampuan komunikasi matematis
pada ujicoba I ………... 333 H.4 Deskripsi hasil ketuntasan
postes kemampuan komunikasi matematis
pada ujicoba I ………... 335 H.5 Deskripsi hasil ketuntasan
pretes kemampuan komunikasi matematis
pada ujicoba II ………... 337 H.6 Deskripsi hasil ketuntasan
pada ujicoba II ………... 339 H.7 Deskripsi hasil
kemampuan guru
mengelola pembelajaran
pada ujicoba I ………... 341 H.8 Deskripsi hasil
kemampuan guru
mengelola pembelajaran
pada ujicoba II ………... 343 H.9 Deskripsi aktivitas siswa
dalam pembelajaran pada
ujicoba I ……… 345 H.10 Deskripsi aktivitas siswa
dalam pembelajaran pada
ujicoba II ……… 348 H.11 Deskripsi respon siswa
terhadap proses pembelajaran pada
ujicoba I ……… 351 H.12 Deskripsi respon siswa
terhadap proses pembelajaran pada
ujicoba II ……… 352
DAFTAR TABEL 1.1 Rata-rata hasil perolehan nilai rapot bulanan
siswa kelas VII SMP Pematangsiantar ... 5
2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (MPBM) ... 40 2.2 Contoh Variabel Peubah ... 64 2.3 Persamaan-persamaan yang ekivalen ... 66
3.1 Rangkuman hasil validasi perangkat
pembelajaran oleh ahli ... 94 3.2 Rangkuman hasil validasi penilaian
otentik oleh ahli ………. 96 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 97 3.4 Penskoran Kemampuan Komunikasi
Matematika ... 98 3.5 Hasil validasi instrumen pretes dan postes
kemampuan komunikasi matematis ... 99 3.6 Interpretasi nilai koefisien korelasi ... 105 3.7 Validasi butir soal tes kemampuan komunikasi
matematis ... 105 3.8 Interpretasi koefisien reliabilitas ... 106 3.9 Hasil perhitungan reabilitas tes kemampuan
komunikasi matematis dengan SPSS
... 106 3.10 Interpretasi daya pembeda ... 107 3.11 Daya pembeda soal tes kemampuan komunikasi
matematis ... 107
3.12 Kriteria interpretasi tingkat kesukaran ... 108 3.13 Tingkat kesukaran soal tes kemampuan komunikasi
matematis
………....
108 3.14 Persentase Waktu Ideal untuk Aktivitas Siswa ... 110
4.1 Tingkat daya serap siswa pada hasil ujicoba I ...
113 4.2 Tingkat ketuntasan daya serap siswa pada ujicoba I ...
116 4.3 Deskripsi hasil kemampuan komunikasi matematis
pada ujicoba I ... 117 4.4 Tingkat penguasaan kemampuan komunikasi
matematis siswa pada hasil pretes ujicoba I
komunikasi matematis siswa pada hasil postes ujicoba I
4.6 Tingkat ketuntasan kemampuan komunikasi
matematis pada ujicoba I ... 127
4.7 Rata-rata setiap aspek kemampuan
komunikasi matematis siswa pada ujicoba I ... 129
4.8 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
(Uji coba I) ... 130
4.9 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran (Uji
coba I) ... 133
4.10 Hasil analisis respon siswa terhadap
pembelajaran pada Ujicoba I ... 134
4.11 Rata-rata aspek daya serap siswa ... 136 412 Rata-rata Aspek Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ... 137
4.13 Hasil revisi ujicoba I yang dianalisis dari setiap aspek dinilai yang terdapat
kendalanya ... 140 4.14 Tingkat daya serap siswa pada hasil ujicoba
II ... 142 4.15 Tingkat ketuntasan daya serap siswa pada
ujicoba II ... 145 4.16 Deskripsi hasil kemampuan komunikasi
matematis pada ujicoba II ... 146 4.17 Tingkat penguasaan kemampuan komunikasi
matematis siswa pada hasil pretes ujicoba II ... 147 4.18 Tingkat penguasaan kemampuan komunikasi
matematis siswa pada hasil postes ujicoba II ... 148 4.19 Tingkat ketuntasan kemampuan komunikasi
matematis pada ujicoba II ... 157 4.20 Rata-rata setiap aspek kemampuan
komunikasi matematis siswa pada ujicoba II ... 159 4.21 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
(Uji coba II) ... 160 4.22 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran (Uji
coba II) ... 162 4.23 Hasil analisis respon siswa terhadap
pembelajaran pada Ujicoba II ... 163 4.24 Tingkat ketuntasan daya serap siswa pada
ujicoba I dan ujicoba II ... 166 4.25 Tingkat ketuntasan kemampuan komunikasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sejak abad 21 (abad pertengahan) dunia memasuki era globalisasi sebagai
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Untuk itu
sangat dituntut agar setiap orang dapat menguasai IPTEK dan beradaptasi dengan
keadaannya. Hal ini berarti sumber daya manusia tersebut harus mempunyai mutu
yang tinggi dan memiliki kemampuan komparatif, inovatif, kompetitif dan
mampu berkolaboratif sehingga lebih mudah menyerap informasi baru,
mempunyai kemampuan yang handal dalam beradaptasi untuk menghadapi
perubahan zaman yang semakin cepat.
Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan
pada tujuan pendidikan yang akan dicapai. Perubahan dalam tujuan pendidikan
selanjutnya diimplementasikan terhadap kurikulum yang berlaku. Sanjaya (2011 :
4) menyatakan bahwa :
Dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitannya dengan usaha untuk memperoleh ijazah. Ijazah sendiri pada dasarnya menggambarkan kemampuan. Artinya, apabila siswa telah berhasil mendapatkan ijazah berarti dia telah menguasai pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Kemampuan tersebut tercermin dalam nilai setiap mata pelajaran yang terkandung dalam ijazah itu. Siswa yang belum memiliki kemampuan atau belum memperoleh nilai berdasarkan standar tertentu tidak akan mendapat izasah, walaupun mungkin saja mereka tidak mempelajari kurikulum tersebut.
Kurikulum tahun 2013 yang mengusung paradigma belajar abad 21,
dan mengkomunikasikan apa yang diperoleh atau diketahuinya yang merupakan
tujuan pendidikan nasional, yakni jabaran UUD 1945 tentang pendidikan
dituangkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan
bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selain itu siswa diharapkan memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mewujudkan terciptanya
masyarakat belajar (learning society), dimana setiap anggota masyarakat berhak
mendapatkan pendidikan (education for all) dan menjadi pembelajaran seumur
hidup (longlife education). Hasbullah (2011 : 125) menyebutkan bahwa : “Setiap
warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu, setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat“.
Perubahan kurikulum matematika perlu memperhatikan beberapa hal yang
saling mempengaruhi satu dengan lainnya, yaitu RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), buku teks yang akan digunakan, tentu membutuhkan LAS
(Lembar Aktif Siswa), prosedur penilaian yang digunakan dari kebijaksanaan
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Alice (Sanjaya 2011 : 71) menyarankan
hal-hal sebagai berikut : “(1) Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan
dianggap berguna untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, (3) Anak
hendaknya ditempatkan sebagai subjek belajar yang berusaha untuk belajar
sendiri”. Artinya siswa harus didorong untuk melakukan berbagai aktivitas
belajar, bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru.
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19)
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun
2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu yakni penilaian otentik.
Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di Indonesia
cenderung rendah adalah hasil penilaian Internasional mengenai prestasi belajar
siswa khususnya matematika. Badan Penelitian dan Pengembangan
(Litbangkemdikbud, 2011) melaporkan hasil survey Trends in Internasional
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003 menunjukkan prestasi
belajar siswa SMP Indonesia berada di peringkat 34 dari 45 negara. Walaupun
rerata skor naik 411 dibanding 403 pada tahun 1999, Indonesia masih berada
dibawah rerata untuk wilayah ASEAN. Prestasi belajar siswa Indonesia pada
TIMSS 2007 lebih memprihatinkan lagi, karena skor siswa turun menjadi 397,
jauh lebih rendah dibandingkan rerata skor Internasional yaitu 500. Prestasi siswa
buruk ditunjukkan dari hasil penelitian terbaru pada TIMSS 2011 yakni peringkat
39 dari 43 negara (Litbangkemdikbud, 2011).
Tidak jauh dari TIMMS, pada Programme for Internasional Students
Assesment (PISA) prestasi belajar anak-anak Indonesia yang berusia sekitar 15
tahun masih rendah. Pada PISA 2003, Indonesia berada di peringkat 38 dari 40
negara, dengan rerata skor 360. Pada tahun 2006 rerata skor naik menjadi 391,
yaitu peringkat 50 dari 57 negara. Sedangkan pada tahun 2009, Indonesia hanya
menempati peringkat 61 dari 65 negara dengan rerata skor 371, sementara rerata
skor Internasional adalah 496 (Litbangkemdikbud, 2011). Hasil TIMMS dan
PISA yang rendah terhadap prestasi belajar anak Indonesia tentunya disebabkan
oleh banyak faktor.
Salah satu pokok bahasan yang diajarkan di SMP kelas VII adalah
Persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel. Penggunaan materi ini banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari serta banyak digunakan dalam disiplin
ilmu lain. Materi Persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel selain
diberikan di SD, SMP, dan SMA juga diberikan diperguruan tinggi. Hal ini
berarti konsep-konsep, prinsip dan aturan-aturan dalam Persamaan dan
pertidaksamaan linier satu variabel harus benar-benar dipahami dan dikuasai oleh
siswa secara mendalam. Dari hasil survey peneliti ke beberapa sekolah dengan
melihat daftar kumpulan nilai (hasil rapor bulanan) yang terkait dengan materi
Persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel, diperoleh hasil yang cukup
disekolah-sekolah sedikit kewalahan dalam menyampaikan materi Persamaan dan
pertidaksamaan linier satu variabel.
Tabel 1.1 Rata-rata hasil perolehan nilai rapot bulanan siswa kelas VII SMP Pematangsiantar
No Nama Sekolah Rata-rata nilai
1 SMP Negeri 1 Siantar 58,60
2 SMP Negeri 4 Pematangsiantar 60,30
3 SMP Negeri 2 Pematangsiantar 62,00
4 SMP Swasta Teladan Pematangsiantar 58,50
5 SMP Swasta Kartika Pematangsiantar 65,00
Sumber: DKN Siswa Kelas VII SMP Pematangsiantar pada Mata Pelajaran Matematika
Djamarah (2010 : 29) menyatakan bahwa : “Proses belajar mengajar
adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini
diatur serta diawasi agar kegiatan belajar mengajar terarah sesuai tujuan
pendidikan”. Selanjutnya Portal Dunia Guru menyatakan bahwa : “Terdapat
fenomena yang dapat dilihat bagaimana tindakan guru dikelas agar hasil Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) tercapai dengan optimal”. Namun kenyataan banyak
guru matematika tidak mampu melaksanakan KBM dengan baik, walaupun
seluruh guru telah dibekali kompetensi guru. Fenomena tersebut antara lain
adalah :
1. Banyak siswa malas belajar matematika hanya karena cara guru yang
mengajar tidak sesuai dengan keinginan siswa.
2. Siswa selalu merasa bosan dalam belajar matematika dan akibatnya
hasil belajar matematika tidak sesuai harapan.
3. Ada sebagian siswa berpendapat bahwa guru matematika dalam
penyampaian materi tidak dapat menyampaikannya dengan menarik
4. Guru matematika yang mengajar terlalu monoton bahkan cenderung
kurang dapat berkomunikasi dengan siswa sehingga suasana kelas
menjadi kaku.
Ternyata bukan materi pelajaran matematika sukar dicerna tetapi beberapa hal
yang dipaparkan diatas telah menjadi momok yang menyulitkan siswa dalam
belajar matematika.
Pembelajaran matematika di beberapa sekolah di Indonesia sejauh ini
masih didominasi pembelajaran konvensional dengan paradigma guru mengajar
hanya berorientasi pada hasil belajar yang dapat diamati dan diukur. Siswa pasif
dan guru cenderung memindahkan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada
siswa sehingga konsep, prinsip dan aturan-aturan sulit dipahami oleh siswa, tidak
dapat menerapkan konsep dan sukar untuk mengadaptasikan pengetahuannya
terhadap lingkungan belajarnya dan menjadikan matematika tidak bermakna bagi
siswa. Walaupun banyak siswa mampu menghafal materi yang diterimanya tetapi
sering kali tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Sebagian besar
siswa tidak mampu menghubungkan antara yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan. Hal ini juga mengakibatkan
prestasi belajar matematika Indonesia sangat rendah.
Guru yang baik adalah guru yang menguasai bahan, dan selama proses
belajar mengajar mampu menyampaikan materi tanpa melihat buku pelajaran.
William ( Usman 2010 : 21) menyatakan bahwa :”Teaching is the guidance of
learning activities, teaching is for pupose of aiding the pupil learn”. Yakni guru
berceramah dengan suara yang lantang. Materi pelajaran yang disampaikan sesuai
dengan GBPP atau apa yang telah tertulis didalam buku teks. Ceramah menjadi
pilihan utama strategi belajar.
Buku teks sebagai salah satu perangkat pembelajaran merupakan suatu
acuan yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan suatu materi pelajaran dan
prosedur penilaian merupakan tata cara yang digunakan untuk melihat hasil dari
suatu proses pembelajaran. Hasil pembelajaran mengacu pada tiga aspek yaitu
sikap, keterampilan dan pengetahuan. Antara buku teks dan prosedur penilaian
haruslah mengacu pada standar kompetensi lulusan (SKL). Topik-topik
matematika yang termuat dalam buku teks matematika telah berkembang dengan
mantap selama lebih dari ratusan tahun penerbitan. Dengan buku teks, seorang
guru dapat mendiagnosa dan mengevaluasi performa matematika siswa. Guru juga
dapat memberikan latihan-latihan untuk memberikan penguatan konsep dan
keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya serta dapat juga memberikan
pengayaan berkenaan dengan konsep matematika dan keterampilan matematika
yang dianggap penting dan baru bagi siswa.
Buku teks matematika tidak hanya merupakan kumpulan teori dan contoh
soal serta latihan. Buku teks matematika juga harus berisi konsep yang dapat
mencerminkan prinsip penting dari kurikulum matematika itu sendiri, seperti
permasalahan sesungguhnya, melakukan perkiraan dan perhitungan,
penerapannya dalam kehidupan siswa, literasi matematika, maupun strategi
pembelajaran aktif. Buku teks matematika yang selama ini digunakan tidak
konsep-konsep seperti teorema dan rumus-rumus yang kurang bermakna bagi
siswa. Buku teks matematika yang hanya berisikan konsep-konsep seperti teorema
maupun rumus-rumus kurang dapat dimengerti oleh siswa dengan baik, semakin
menurunkan minat siswa terhadap pelajaran matematika.
Proses pembelajaran berlangsung kebanyakan siswa masih belum mampu
mengungkapkan ide matematikanya dengan baik, masih malu-malu jika diberikan
kesempatan untuk berbicara menyampaikan ide maupun gagasannya mengenai
konsep-konsep matematika kepada khalayak ramai seperti rekan-rekan
sebayanya, masih banyak yang belum mampu menginterpretasikan data-data
matematika dalam bentuk gambar atau pun grafik, seperti pada contoh kasus
sistem persamaman dan pertidaksamaan satu variabel , tentukan
nilai x nya. Hampir semua siswa mendapat kesulitan dalam memahami dan
mengkomunikasikan tentang penggunaan sifat-sifat persamaan linier satu
variabel.
Usman (2010 : 22) mengatakan bahwa :”Aktivitas belajar murid adalah
aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental, aktivitas belajar murid memiliki
kadar atau bobot yang berbeda bergantung pada segi tujuan yang mana yang akan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar”. Tujuan ini dapat dicapai dengan
aktivitas dan pola pikir matematika yang dapat memfasilitasi siswa untuk belajar
menemukan kembali rumus ataupun teori matematika oleh sipembelajar itu
sendiri dibawah bimbingan guru (guided re-invention) sebagaimana para
dicapai hanya melalui hafalan, latihan pengerjaan soal bersifat rutin, atau dengan
proses pembelajaran konvensional.
NCTM (1989: 67) merekomendasikan ada 5 kompetensi standar
matematika (Doing math) yang utama yaitu kemampuan Pemecahan Masalah
(Problem Solving), Komunikasi (Communication), Koneksi (Connection),
Penalaran (Reasoning), Representase (Representation). Tujun ini dapat dicapai
dengan aktivitas dan pola pikir matematika yang dapat memfasilitasi siswa untuk
belajar menemukan kembali rumus ataupun teori matematika oleh sipembelajar
itu sendiri dibawah bimbingan guru (guided re-invention) sebagaimana para
matematikawan menemukan rumus teori tersebut. Hal ini tidak mungkin bisa
dicapai hanya melalui hafalan, latihan pengerjaan soal bersifat rutin, atau dengan
proses pembelajaran konvensional.
Dalam pembelajaran matematika, seorang siswa yang sudah mempunyai
kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk bisa
mengkomunikasikannya, agar pemahamannya tersebut bisa dimengerti oleh orang
lain. Dengan mengkomunikasikan ide-ide matematisnya kepada orang lain,
seorang siswa bisa meningkatkan pemahaman konseptual matematis kepada orang
lain. Kemampuan komunikasi matematis sangat penting dikuasai oleh siswa, hal
ini dikarenakan masyarakat membutuhkan kaum intelektual yang mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan mampu untuk menginterpretasikan
kedalam bahasa lisan maupun tulisan yang mudah dipahami.
Mengembangkan kemampuan komunikasi matematis sejalan dengan
pengetahuan kepada siswa, sedangkan para siswa dengan diam dan pasif
menerima trasfer pengetahuan dari guru tersebut. Namun pada paradigma baru
pembelajaran matematika, guru merupakan meneger belajar dari masyarakat
didalam kelas, guru mengkondisikan agar siswa aktif berkomunikasi dalam
belajarnya. Guru membantu siswa untuk memahami ide-ide matematis secara
benar serta meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat. Namun demikian,
mendesain pembelajaran sedemikian sehingga siswa aktif berkomunikasi tidaklah
mudah.
Komunikasi diperlukan untuk memahami ide-ide matematika secara benar.
Kemampuan komunikasi yang lemah akan berakibat pada lemahnya
kemampuan-kemampuan matematika lainnya. Siswa yang punya kemampuan-kemampuan komunikasi
matematis yang baik akan bisa membuat representasi yang beragam, hal ini akan
lebih memudahkan dalam menemukan alternatif-alternatif penyelesaian yang
berakibat pada meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan
matematika. Selain permasalahan di atas, bahasa yang digunakan dalam
menginformasikan konsep yang diberikan juga menjadi penting untuk
mengkomunikasikan apa-apa yang akan disampaikan. Bahasa yang digunakan
dalam buku teks akan menentukan tingkat penyerapan siswa terhadap informasi
yang diberikan. Semakin baik bahasa yang digunakan akan semakin baik tingkat
keterbacaan buku teks tersebut.
Hamalik (2001 : 90) menyatakan bahwa :”Lemahnya kemampuan siswa
tujuan siswa meliputi minat yang ingin dipuaskan dan kegiatan-kegiatan yang
timbul dalam diskusi”. Dalam memahami teorema dan rumus-rumus yang
terdapat dalam buku teks membuat lemahnya pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang diberikan. Penggunaan kata-kata maupun kalimat yang sulit
dipahami juga menjadi kendala tersendiri yang harus dihadapi siswa untuk
memahami materi yang terdapat dalam buku teks. Permasalahan-permasalahan
yang demikian menyebabkan siswa kurang berminat dalam mengkaji materi yang
terdapat dalam buku teks. Akibatnya, ada atau tidak adanya buku teks tidak terlalu
berpengaruh terhadap kemampuan siswa memahami materi pelajaran.
Selain itu, penilaian dalam buku teks hanya terbatas pada aspek
pengetahuan saja. Aspek penilaian yang lain seperti keterampilan dan sikap
masih kurang atau bahkan tidak ada. Akibatnya standar kompetensi lulusan yang
telah ditentukan tidak dapat tercapai seluruhnya. Minimnya penilaian yang
terdapat dalam buku teks mengharuskan guru untuk membuat seperangkat alat
untuk mengevaluasi hasil pencapaian siswa terhadap kompetensi inti dan
kompetensi dasar.
Walaupun banyak sekali lembar aktivitas siswa (LAS) yang diperjual
belikan di pasaran, tetap saja guru harus mempertimbangkan dengan bijak, lembar
aktivitas siswa (LAS) mana yang seharusnya digunakan. Penilaian yang ada
pada beberapa lembar aktivitas siswa (LAS) hanya merupakan pemberian
pemahaman terhadap materi, bukanlah bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Jadi dengan kata lain lembar aktivitas siswa (LAS) tersebut
hanyalah bentuk lain dari buku teks atau modul. Lembar aktivitas siswa (LAS)
siswa untuk memaksimalkan pemahaman siswa dalam upaya membentuk
kemampuan dasar sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar yang harus
ditempuh. Bentuk lembar aktivitas siswa (LAS) tidak memuat kegiatan tersebut,
permasalahan yang diajukan merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab siswa dengan menggunakan rumus yang telah diberikan. Ini berarti
lembar aktivitas siswa (LAS) tersebut hanya mengharapkan bahwa siswa mampu
mengaplikasikan rumus-rumus yang diberikan, bukan membantu siswa
menemukan konsep maupun rumus tersebut berdasarkan suatu kegiatan
pengamatan.
Buku teks sebagai salah satu perangkat pembelajaran yang digunakan
terkadang tidak sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan guru.
Kesesuaian antara buku teks dengan model pembelajaran yang digunakan akan
lebih meningkatkan efektivitas pembelajaran yang dilakukan guru. Zainal (2013 :
41) menyatakan bahwa : “Menggunakan alat bantu dan berbagai cara untuk
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi
siswa”. Apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya
prestasi belajar yang memuaskan, guru seyogianya mengganti metode tersebut
atau mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi. Gulo (2002 : 6)
mengatakan bahwa : “Materi pelajaran yang akan disampaikan didalam kelas, dan
yang dimuat dalam buku teks, akan makin asing dengan pesatnya perkembangan
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi”. Tidak ada cara belajar yang paling benar
intelektual, sikap dan kepribadian sehingga mereka mengadopsi
pendekatan-pendekatan yang berbeda untuk belajar yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing. Sehingga dengan menggunakan berbagai macam strategi belajar,
pengetahuan yang diperolehnya dapat lebih bermakna dan berkualitas. Hal ini
menjadi tantangan bagi guru matematika sehingga diharapkan guru matematika
harus dapat menggali seluruh kemampuannya mampu menciptakan model-model
pembelajaran matematika yang dapat memelihara suasana kelas dan iklim yang
serasi bagi siswa agar tercapai tujuan pembelajaran matematika yang optimal.
Dengan kata lain, guru sebagai perancang dan pengelolah pembelajaran harus
mampu merencanakan pembelajaran yang menyenangkan, mudah dipahami siswa,
dan dapat mengaktifkan siswa sehingga matematika semakin disenangi siswa.
Untuk mencapai tujuan di atas perlu adanya model pembelajaran yang bisa
mengatasi masalah pendidikan yang telah diungkapkan di atas, Istarani (2012 : 1)
menyatakan bahwa : “Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian
materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran
yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar”. Yang dimaksud
harus memiliki syarat antara lain dapat membuat siswa mampu mengonstruksi
pengetahuan, dapat membuat siswa mandiri dalam belajar, dapat meningkatkan
interaksi siswa, dapat melatih siswa untuk mengomunikasikan idenya dan dapat
meningkatkan pengetahuan siswa memecahkan masalah. Dengan ciri-ciri yang
dimiliki tersebut diharapkan model pembelajaran itu akan berakibat pada
menyatakan bahwa : “model pembelajaran yang sesuai adalah dengan
menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah, dan penggunaanya untuk
menumbuhkan dan mengembangkan berfikir tingkat tinggi dalam situasi-situasi
berorientasi masalah, mencakup bagaimana belajar. Hasil belajar dengan
pembelajaran berdasarkan masalah, dasar pengetahuan yang dapat diukur,
keterampilan sosial dan etika, kemampuan bekerja sama dalam tim, dan
keterampilan komunikasi. Lebih lanjut, Saragih (2007) menyatakan bahwa :
”keterampilan soft skill siswa seperti kemampuan bekerja sama, berkomunikasi,
semangat dalam melakukan tugas, mengelola waktu, mengembangkan berfikir
logis (keterampilan berfikir memecahkan masalah), dan menanamkan nilai moral,
budi pekerti dan akhlak mulia dapat diajarkan dan dilatihkan dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah”. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah
siswa mampu mengembangkan keterampilan berfikir dan memecahkan masalah,
sehingga siswa itu dengan sendirinya dapat menemukan bagaimana konsep itu
terbentuk. Sesuai dengan pendapat Nur (2008 : 38) menyatakan bahwa:
“pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction) dirancang
terutama untuk membantu siswa : (1) mengembangkan keterampilan berfikir,
memecahkan masalah dan intelektual; (2) belajar peran-peran orang dewasa
dengan menghayati peran-peran itu melalui situasi-situasi nyata atau yang
disimulasikan; dan (3) belajar mandiri, maupun siswa otonom.”
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdasarkan masalah diatas,
maka perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang
sesuai. Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan di atas maka
peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang Pengembangan perangkat
pembelajaran dan penilaian otentik melalui penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
pada pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel di
Kelas VII SMP Negeri 1 Siantar.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Prestasi belajar matematika siswa masih rendah
2. Lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan
3. Banyak buku teks yang hanya berisikan konsep-konsep seperti teorema
dan rumus-rumus yang tidak bermakna bagi siswa
4. Penilaian dalam buku teks hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja
5. Sebagian besar kemampuan guru mengelola pembelajaran belum
sesuai dengan harapan
6. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih rendah
7. Respon siswa terhadap matematika masih rendah
8. Strategi pembelajaran matematika kurang relevan dengan tujuan
pembelajaran.
9. Siswa belum mampu mengembangkan kemampuan komunikasi
10.Siswa belum mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan kehidupan
sehari-hari.
11.Pembelajaran matematika di sekolah-sekolah saat ini masih cenderung
menerapkan pembelajaran konvensional.
1.3Batasan Masalah
Berbagai masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang
cukup luas dan kompleks serta cakupan materi matematika yang sangat banyak.
Agar peneliti ini lebih fokus maka masalah yang diteliti fokus pada
pengembangan perangkat pembelajaran dan penilaian otentik dalam pembelajaran
matematika dengan penerapan pembelajaran berdasarkan masalah untuk pokok
bahasan Persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel di kelas VII SMP
Negeri 1 Siantar. Perangkat pembelajaran tersebut mencakup Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku petunjuk guru (BPG), Buku ajar siswa
(BS), lembar aktifitas Siswa (LAS), Lembar Penilaian Otentik (LPO).
1.4Rumusan Masalah
Berbagai latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah utama
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil/produk pengembangan perangkat pembelajaran yang valid
dan efektif dalam pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika pada pokok bahasan Persamaan dan
2. Bagaimana hasil/produk pengembangan perangkat penilaian otentik yang
valid dan efektif dalam pembelajaran berdasarkan masalah untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika pada pokok bahasan
Persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabeldi kelas VII SMP Negeri 1
Siantar.
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, keefektifan pembelajaran dapat
diukur melalui beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana tingkat ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran
berdasarkan masalah.
2) Bagaimana tingkat ketuntasan dan peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran berdasarkan
masalah.
3) Bagaimana tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
berdasarkan masalah
4) Bagaimana aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dalam
pembelajaran berdasarkan masalah
5) Bagaimana respon siswa terhadap komponen dalam proses
pembelajaran berdasarkan masalah
1.5Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian diatas, yang
1. Mendeskripsikan tingkat ketuntasan belajar siswa dalam
pembelajaran berdasarkan masalah.
2. Mendeskripsikan tingkat ketuntasan dan peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran berdasarkan
masalah.
3. Mendeskripsikan tingkat kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran berdasarkan masalah.
4. Mendeskripsikan aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran
dalam pembelajaran berdasarkan masalah.
5. Mendeskripsikan respon siswa terhadap komponen dalam proses
pembelajaran berdasarkan masalah
1.6Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasil penelitian
ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
Sebagai acuan bagi guru-guru matematika SMP yang ingin mengembangkan
perangkat pembelajaran dengan Pendekatan berbasis Masalah.
1. Sebagai masukan kepada guru-guru tentang alternatif pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
2. Sebagai masukan bagi segenap pembaca dan pemerhati yang perduli
pada peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan
1.7Asumsi dan Keterbatasan 1.7.1 Asumsi :
a. Siswa mengerjakan tes hasil belajar dengan sungguh-sungguh,
sehingga hasil tes mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.
b. Siswa mengisi angket respon siswa dengan jujur, sehingga hasil
angket mencerminkan tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
c. Para validator member penilaian dengan objektif, sehingga hasil
validasi mencerminkan kualitas perangkat dan instrument berdasarkan
teori yang digunakan.
d. Pengamat benar-benar mengamati dan mengisi data dengan
sesungguhnya sehingga data pengamatan menunjukkan kondisi
lapangan sesungguhnya.
e. Guru benar-benar mempersiapkan diri untuk tiap kelas sehingga
pembelajaran berlangsung sesuai dengan teori yang digunakan. Serta
berlaku seimbang, tidak mengutamakan kelas tertentu, sehingga
perbedaan hasil belajar siswa karena faktor guru benar-benar
terkontrol.
1.7.2 Keterbatasan
Dalam penelitian ini, subjek penelitian terbatas pada satu sekolah saja
yaitu sekolah SMP Negeri 1 Siantar yang menjadi populasi penelitian
dan terbatas pada pokok bahasan Persamaan dan pertidaksamaan linier
1.8Defenisi Operasional
1. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran
yang dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui
pemecahan masalah, masalah tersebut siswa belajar
ketrampilan-ketrampilan yang lebih mendasar dengan berorientasi siswa terhadap
masalah; mengorganisasi siswa untuk belajar; membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok; mengembangkan dan
menyajikan hasil karya; menganalisis dan mengevaluasi.
2. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan alat pendukung (rencana
pembelajaran, buku siswa, lembar aktivitas siswa, penilaian otentik)
yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan
pembelajaran.
3. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah proses untuk
mendapatkan perangkat pembelajaran yang baik, sesuai dengan
langkah-langkah pada model pengembangan perangkat pembelajaran
yang digunakan. Perangkat pembelajaran yang dikatakan baik apabila
tim validator (ahli dan praktisi) menyatakan perangkat yang
dikembangkan valid (didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan
terdapat konsistensi di antara komponen-komponen perangkat secara
internal), dan dalam pelaksanaan ujicoba perangkat memenuhi
syarat-syarat tertentu yaitu : (a) aktifitas siswa selama pembelajran sesuai
dengan batas toleransi waktu ideal; (b) kemampuan guru mengelola
positif terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran; serta
(d) tes hasil belajar valid.
4. Penilaian Otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan
atas hasil belajar peserta didik untuk kemampuan kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Dalam kompetensi sikap meliputi
penilaian diri sendiri; kompetensi pengetahuan meliputi tes tulis
berupa uraian; kompetensi ketrampilan meliputi unjuk kerja dan
projek.
5. Keefektifan Pembelajaran merupakan standar kompetensi yang
diterapkan dari indikator-indikator, yang ditunjukkan dengan i)
ketuntasan belajar siswa secara klasikal, ii) aktvitas siswa selama
kegiatan belajar memenuhi criteria toleransi waktu ideal yang
ditetapkan, iii) kemampuan guru mengelolah pembelajarn minimal
berada pada kategori cukup baik, iv) respon siswa yang positip
terhadap komponen-komponen perangkat pembelajarn dan kegiatan
peembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif jika tiga dari empat
indikator tersebut terpenuhi dengan syarat indikator pertama harus
dipenuhi.
6. Tingkat pencapaian ketuntasan belajar siswa untuk KD pada KD-3
dan KD-4, siswa dinyatakan sudah tuntas apabila nilai siswa secara
individual mencapai 2,66. Nilai siswa secara individual adalah
jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi skor maksimum dan dikali 4.
tuntas terdapat 80% siswa yang mengikuti tes telah mencapai skor
minimal 2,66.
7. Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran, meliputi: mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru/teman, membaca/memahami masalah, menyelesaikan
masalah/menemukan cara dan jawaban masalah , berdiskusi/bertanya
kepada teman/guru, menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur
dan perilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran seperti :
percakapan diluar pelajaran , berjalan-jalan diluar kelompok,
mengerjakan sesuatu topik diluar pembelajaran, dan lain-lain.
8. Kemampuan guru mengelolah pembelajaran adalah kualitas guru
dalam melaksanakan setiap tahap-tahap pembelajaran berdasarkan
masalah menggunakan perangkat pembelajaran. Kemampuan ini
diukur dengan menggunakan lembar pengamatan kemampuan guru.
9. Respon siswa adalah pendapat senang-tidak senang, baru-tidak baru,
terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran, siswa berminat
mengikuti pembelajaran pada kegiatan pembelajaran berikutnya,
komentar siswa terhadap keterbacaan (buku siswa dan tes hasil
belajar) dan penggunaan bahasa, dan penampilan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.
10. Kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran matematika
dilihat dari : (1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika
menggambarkannya secara visual; (2) Kemampuan memahami,
menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide Matematika baik
secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) Kemampuan
dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat ketuntasan belajar siswa diperoleh dari hasil daya serap siswa secara
klasikal sebesar 88,57%
2. Tingkat ketuntasan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran berdasarkan masalah yaitu secara klasikal sebesar 85,71%
sedangkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada ujicoba
I yaitu 2,76 meningkat menjadi 3,06 pada ujicoba II. Aspek kemampuan
komunikasi matematis yang paling tinggi peningkatannya adalah pada aspek
menggambar.
3. Tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan
masalah sudah dapat dikatakan efektif, sebab rata-rata kemapuan guru
mengelola telah mencapai kriteria minimal
4. Aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dalam pembelajaran
berdasarkan masalah sudah berada pada kriteria batasan keefektifan
pembelajaran.
5. Respon siswa terhadap komponen dalam proses pembelajaran berdasarkan
5.2Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah yang diterakan dengan
kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.
Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini baru sampai tahap pengembangan,
belum diimplementasikan secara luas disekolah-sekolah. Untuk mengetahui
perangkat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran berdasarkan
masalah yang efektif dan valid dalam berbagai materi pokok bahasan
pelajaran matematik dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan para guru
dan peneliti untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran dengan
model pembelajaran berdasrkan masalah ini pada ruang lingkup yang lebih
luas di sekolah-sekolah.
2. Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan yang lain pada
pelajaran matematika atai mata pelajaran yang sesuai (seperti : fisika, kimia,
biologi) dapat merancang/mengembangkan komponen-komponen pendekatan