HUBUNGANLATA
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar a Pendidikan PadaProdi Pendidikan Guru
KATA PENGANTAR
Segala puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan Kasih dan karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
yang berjudul “ Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orangtua dengan
Kecerdasan Emosional Anak di Yayasan Pendidikan Kristen Taman
Kanak-Kanak Elida Tanjung Selamat Medan”.
Tulisan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Medan. Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat kesulitan berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini, oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis, menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Edward Purba, M.A selaku Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan saran hingga selesainya skripsi ini.
2. Ibu Dra. Damaiwaty Ray, M.Pd, Ibu Dra. Dorlince Simatupang, M.Pd, dan
Ibu Dra. Sariana Marbun, M.Pd selaku Dosen Penyelaras yang telah
banyak memberikan masukan dan motivasi demi kesempurnaan skripsi
ini.
3. Kepala sekolah Yayasan Pendidikan Kristen TK Elida Ibu Sabtika Juliasti
Am.Pd dan ibu Nurhayati Am.Pd selaku guru TK yang telah membantu
penulis selama dalam penelitian.
5. Seluruh civitas akademika FIP UNIMED, dosen dan pegawai yang tidak
disebutkan namanya dalam tulisan ini.
6. Penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua saya Sastra
Nainggolan dan Dameria Br Purba yang memberikan dana, motivasi dan
doa kepada penulis, demikian juga buat saudara saya Onma Herliza
Nainggolan, serta keluarga P. Tobing (mama), Rina Singarimbun (mami),
(bg Wil, Agam, Sory, Andi, Sri Febriani Sihombing dan adikku kevin).
7. Teman-teman PAUD 2008 yang tidak saya sebutkan namanya satu
persatu.
8. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih pada Dekan FIP
UNIMED Bapak Drs. Nasrun, M.S
9. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, M.S dan Bapak Drs. Aman Simaremare, M.S,
selaku Pembantu Dekan FIP UNIMED.
10.Teman-teman PERMATA GBKP Km. 4 Padang Bulan Medan.
Semoga bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Tuhan Yang maha Esa. Penulis menyadari keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua,
khususnya para pembaca.
Medan, Agustus 2012 Penulis,
i
ABSTRAK
ROULINTA NAINGGOLAN, NIM
:
108314020, Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orangtua dengan Kecerdasan Emosional Anak di Yayasan Pendidikan Kristen Taman Kanak-Kanak Elida Jl. Flamboyan Raya IV No. 2 Tj. Selamat Kecematan Medan Tuntungan Tahun Ajaran 2011/2012Masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat hubungan latar belakang pendidikan orangtua dengan kecerdasan emosional anak di Yayasan Pendidikan Kristen TK Elida Tj Selamat Medan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan latar belakang pendidikan orangtua dengan kecerdasan emosional anak di Yayasan Pendidikan Kristen TK Elida Tj Selamat Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua/wali di Yayasan Pendidikan Kristen Taman Kanak-Kanak Elida Tanjung Selamat Medan yang berjumlah 24 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil sampel total yakni seluruh populasi yang berjumlah 24 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif pengumpulan data penelitian dilakukan melalui kuesioner melalui angket tertutup. Analisa data dilakukan melihat hubungan latar belakang pendidikan orangtua dengan kecerdasan emosional anak di Yayasan Pendidikan Kristen Taman Kanak-Kanak Elida Tj. Selamat Medan, dengan menggunakan teknik analisis data product moment dari Karl Person.
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi antara tingkat pendidikan (X) dengan kecerdasan emosional (Y) diketahui bahwa terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan orangtua dengan kecerdasan emosional anak yang dinyatakan dengan (0,543) > (0,404). Variabel latar belakang pendidikan berkontribusi sebesar 29,49% terhadap kecerdasan emosional anak di YPK TK Elida Tanjung Selamat Medan.
DAFTAR ISI
2.1.1Pengertian Pendidikan ... 10
2.1.2 Fungsi Pendidikan ... 11
2.1.3 Latar Belakang Pendidikan Orangtua dalam Mendidik Anak di Keluarga ... 12
2.1.2. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 17
2.1.2.1 Klasifikasi Kecerdasan Emosiona ... 19
2.1.2.2 Faktor Penentu Kecerdasan Emosional ... 21
2.1.2.3 Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orangtua Terhadap Pembianaan Kecerdasan Emosional ... 23
3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 28
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.5 Teknik Analisis Data ... 32
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.1.1. Deskripsi Data Instrumen Penelitian ... 35
4.1.3. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional Anak ... 38
4.2 Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 39
4.2.1. Latar Belakang Pendidikan ... 39
4.2.2. Kecerdasan Emosional Anak ... 40
4.3. Pengujian Hipotesis ... 41
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1. Kesimpulan ... 44
5.2. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1:Kisi-kisi angket Latar Belakang Pendidikan Orangtua (X) .. 29
Tabel 3.2: Kisi-kisi Angket Kecerdasan Emosional Anak (Y) ... 30
Tabel 3.3: Perincian Kegiatan Penelitian ... 34
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Data Variabel Latar Belakang Pendidikan Orangtua (X) ... 37
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Data Variabel Kecerdasan
Emosional Anak (Y) ... 38
Tabel 4.3: Tingkat Kecenderungan Variabel Latar Belakang
Pendidikan Orangtua (X) ... 39
Tabel 4.4: Tingkat Kecenderungan Variabel Kecerdasan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Histogram Skor Latar Belakang Pendidikan Orangtua (X) .. 37
Gambar 2: Histogram Skor Kecerdasan Emosional Anak (Y) ... 39
Gambar 3: Histogram Skor Latar Belakang Pendidikam Orangtua (X) 40
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Angket Latar Belakang Pendidikan Orangtua... 47
Lampiran 2: Angket Kecerdasan Emosional Anak ... 52
Lampiran 3: Validitas Angket Latar Belakang Pendidikan Orangtua (X) 57
Lampiran 4: Reliabilitas Angket Latar Belakang Pendidikan Orangtua (X) ... 58
Lampiran 5: Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket
Latar Belakang Pendidikan Orangtua (X) ... 59
Lampiran 6: Validitas Angket Kecerdasan Emosional Anak (Y) .... 65
Lampiran 7: Reliabilitas Angket Kecerdasan Emosional Anak (Y) . 66
Lampiran 8: Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket
Kecerdasan Emosional Anak (Y) ... 67
Lampiran 9: Jawaban Angket Latar Belakang Pendidikan
Orangtua (X) ... 72
Lampiran 10: Jawaban Angket Kecerdasan Emosional Anak (Y) .... 73
Lampiran 11: Data Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orangtua
dengan Kecerdasan Emosional Anak ... 74
Lampiran 12: Perhitungan Harga Rata-rata (M), Standar Deviasi (SD)
dan Distribusi Frekuensi ... 75
Lampiran 13: Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Anak merupakan perwujudan cinta kasih orangtua yang patut
disyukuri. Orangtua harus mempersiapkan anaknya agar dapat menjalankan
kehidupan masa depannya dengan baik. Usia lahir sampai dengan
memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa
kritis dalam tahap manusia yang akan menentukan perkembangan anak
selanjutnya.
Usia 0-6 tahun merupakan usia yang sengat menentukan
pembentukan karakter dan kecerdasan seorang anak. Anak pada usia dini
berada pada proses perkembangan yang sangat pesat. Di mana
pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini merupakan
landasan bagi bentuk kepribadian dimasa yang akan datang. Selain itu juga
pada masa ini merupakan masa yang tepat untuk melaksanakan dasar-dasar
perkembangan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni, moral dan
nilai-nilai agama sehingga upaya perkembangan anak tercapai secara
optimal.
Dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional N0.20 Tahun 2003
pasal 7 ayat (1), dituliskan bahwa orangtua bertugas serta dalam memilih
satuan pendidikan dan memproleh informasi tentang perkembangan
pendidikan anaknya. Dan di dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional
2
usia dini adalah satu usaha pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Nasional tersebut
berkaitan erat dengan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu orangtua
berkewajiban memberikan anaknya pendidikan supaya anak tersebut lebih
berpotensi dan berkualitas dalam perkembanganya. Dan berdasarkan
Undang-Undang Pendidikan Nasional tersebut akan terlaksana tujuan
PAUD yaitu untuk membentuk anak yang berkualitas dimana anak akan
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga
memiliki kesiapan yang optimal dalam mengarungi masa depanya.
Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Nasional di atas
menyatakan tujuan Pendidikan Nasional secara menyeluruh akan terealisasi
dengan baik apabila lembaga pendidikan dalam hal ini keluarga turut
berperan aktif di dalamnya. Ini berarti keberhasilan penyelenggaran
pendidikan di sekolah dan di masyarakat memiliki hubungan yang sangat
erat dengan penyelenggaran pendidikan keluarga.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama.
Orangtua adalah pendidik yang pertama secara kodrati, dan orangtua
bertanggungjawab dalam memelihara, merawat, melindungi, membina,
membimbing dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan
3
dimana kita mengalami kedekatan dan kebersamaan yang sangat intensif,
lingkungan tempat menjalani proses sosialisasi berbagai nilai dasar
kemanusiaan”.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan suatu kesatuan
hidup, dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan
hidup bersama, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan keluarga
membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan
anatarpribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan
akan kewibawaan. Semantara itu, yang berkenaan dengan keluarga
menyadiakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan anak-anak sangat
bergantung kepada orangtua, baik karena keadaan jasmaniahnya maupun
kemampuan intelektual, sosial, emosi, dan moral. Anak-anak belajar
menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orangtua.
Cara orangtua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus
diri, seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa,
sungguh-sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan erat dengan
perkembangan dirinya sebagai pribadi. Dan sikap orangtua sangat
mempengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap
kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap
melindungi atau membiarkan secara langsung mempengaruhi reaksi
emosional anak.
Menurut Ihsan (2010: 57)“ bentuk dan isi serta cara-cara
pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan
4
Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh
anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya”. Tugas dan
tanggung jawab orangtua dalam keluarga terhadap pendidikan
anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak, latihan keterampilan,
pendidikan emosi, seperti berempati, memahami perasaan sendiri dan
perasaan orang lain.
Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan keluarga
sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Peranan keluarga
terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup. Agar orangtua dapat
memainkan peranan tersebut, orang tua perlu dibekali dengan pengetahuan
dan keterampilan pendidikan. Dimana pendidikan orang tua baik atau
semakin tinggi tentu pengetahuanya juga semakin banyak untuk
membimbing anaknya khususnya dalam kecerdasan emosional anak.
Jika pendidikan yang diterima anak dalam keluarga tidak baik
maka anak akan mencerminkan hal yang tidak baik tersebut di luar
lingkungan keluarga. Oleh karena itu landasan yang diletakkan pada masa
kanak-kanak adalah titik awal yang menentukan cara anak untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain. Dan orangtua adalah orang yang
kerap berhubungan/berintraksi dengan anak dan waktu yang paling banyak
bagi anak adalah di rumah. Maka secara tidak langsung anak dapat dibentuk
sesuai dengan keinginan orang tua karena orang tualah yang banyak
memberikan pengaruh dan warna kepribadian anak. Pendidikan dalam
keluarga merupakan pendidikan yang diterima anak, dan dipengaruhi oleh
5
menunjukkan bahwa orangtua harus dapat menjadi panutan bagi
anak-anaknya. Melalui proses pendidikan yang pernah dijalani orang tua, yang
berpendidikan tinggi akan memiliki wacana pengetahuan, keterampilan
yang luas sehingga bisa mendidik dan membina kecerdasan emosional
anaknya, karena pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan
sikap dan perilaku. Hal ini tentunya berbeda sekali dengan orang tua yang
memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Sehingga kemampuan
dalam mengasuh dan mendidik anak bisa menjadi kurang baik, walaupun
tidak semua orang tua yang berpendidikan rendah dapat dikatakan
demikian. Sebab ada kemungkinan orang tua seperti itu dapat bersifat
positif terhadap kecerdasan emosional anak. Berdasarkan pengalaman
penulis dalam lingkungan sekitar tempat tinggal bahwa orangtua yang tidak
tamat sekolah atau hanya tamat SD, SMP dalam membina dan mendidik
anak kurang baik, seperti orangtua sangat mudah memberi hukuman kepada
anak jika anak melakukan sedikit kesalahan, orangtua yang kurang
memperhatikan kebutuhan anak baik secara psikologis maupun akademis,
dan orangtua sangat suka mengucapkan kata-kata kasar kepada anak,
dimana sangat mudah untuk ditiru anak itu sendiri.
Anak usia dini mempunyai tingkat emosional yang tinggi dimana
anak-anak sering kali mudah marah apabila mainannya diambil oleh anak
lain dan bila diganggu anak lain, anak bertindak agresif
(menyerang/memukul) anak lain, pemurung, cengeng, menentang setiap
larangan terhadap dirinya. Dan anak yang terlalu sering mengalami
6
dikucilkan/dijauhi oleh temanya, tidak dapat menyesuaikan diri dengan
baik, pemarah, terbentuknya sikap egois yang tinggi, munculnya rasa rendah
diri. Oleh sebab itu pendidikan pada masa kanak-kanak amatlah penting
karena masa anak-anak adalah sebagai fase kritis pertumbuhan dan
perkembangan dalam bidang intelektual dan emosional anak.
Tentu tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya mengalami
hambatan dan perkembangan apalagi sampai anak mengalami kelainan
dalam tingkah lakunya. Namun pada kenyataannya orangtua kurang
memiliki kepekaan/kepedulian terhadap perkembangan anak, orangtua
kurang sadar bahwa anak belajar mengembangkan kecerdasan
emosionalnya dari dalam keluarga, sikap orangtua yang otoriter dan
memanjakan anak secara berlebihan. Itu semua karena kurangnya
pengetahuan orangtua dalam membimbing kecerdasan emosional anaknya.
Pada saat ini kebanyakan orangtua berfokus kepada kecerdasan intelligensi
saja tanpa memperhatikan kecerdasan emosional anak. Dimana banyak
orang tua yang memaksa anaknya untuk berhasil secara akademis tanpa
menyadari bahwa kecerdasan intelligensi yang tinggi bukanlah satu-satunya
jaminan kesuksesan anak dimasa yang akan datang. Menurut Goleman
(dalam Desmita, 2008: 170)“ kecerdasan emosional merujuk kepada
kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda tetapi
kemampuan-7
kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ”. Dan dalam banyak
hal masalah emosional pada anak akan menjadi lebih menonjol
dibandingkan kesulitannya dalam mengikuti pelajaran sekolah. Oleh karena
itu kecerdasan emosional perlu dibina pada masa kanak-kanak karena
pengalaman emosional awal sangat menentukan kepribadian anak dan
keberhasilan anak dalam proses belajar anak selanjutnya dan masa yang
akan datang. Menurut Beck (2003 : 46) “ bahwa sampai umur 5 tahun otak
anak sedang berkembang membuat anak harus belajar hal-hal baru. Dalam
umur seperti ini anak suka menirukan segala sesuatu yang dilakukan
orangtuanya. Ini semua merupakan keuntungan besar bagi orangtua untuk
berperan sebagai guru. Sayangnya banyak orangtua tidak siap untuk
mengajar anaknya dengan baik, kerena kurangnya pendidikan formal
maupun keterampilannya”.
Untuk itu latar belakang pendidikan orangtua sangat berhubungan
dengan kecerdasan emosional anak, karena pada umumnya semakin tinggi
pendidikn orang tua tentu pengetahuanya juga semakin banyak dan luas.
Maka ia akan lebih mengerti dan memahami bagaimana cara yang baik
dalam membimbing dan membina kecerdasan emosional anaknya. Adapun
alasan penulis memilih latar belakang pendidikan orangtua sebagai variabel
yang di gunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
kecerdasan emosional anak, karena peranan orangtua sebagai pendidik
dalam keluarga akan bisa optimal untuk menanamkan sikap dan perilaku,
manakala didukung oleh pengetahuan dan kemampuan mereka dalam
8
kebiasaan meniru yang kuat terhadap seluruh gerak dan perbuatan dari
figure yang menjadi idolanya. Oleh karena itu seorang anak secara naluriah
akan menirukan perbuatan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Setelah penulis mengamati, masalah yang ada di Yayasan
Pendidikan Kristen Taman Kanak-Kanak Elida Tanjung Selamat Medan ada
beberapa anak yang bersikap mau menang sendiri, bersikap cengeng, mudah
marah jika mainanya diambil oleh temanya, bertindak agresif, dan manja.
Realitas yang demikian perlu mendapat perhatian, karena perkembangan
emosional anak akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang
terdapat dalam keluarganya.
Pendidikan orangtua/wali murid di Yayasan Pendidikan Kristen
Taman Kanak-Kanak Elida Tanjung Sari Medan adalah mulai tamatan SD
2 orang, SMP 7 orang, SMA/SMK 11 orang dan Perguruan Tinggi 4 orang.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “
Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orang Tua dengan Kecerdasan
Emosional Anak di Yayasan Pendidikan Kristen Taman Kanak-Kanak
Elida Tanjung Selamat Medan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
masalah penelitian sebagai berikut :
a. Orangtua kurang menyadari bahwa anak belajar mengembangkan
emosional dari dalam keluarga.
b. Orangtua kurang menyadari bahwa anak belajar dari cara orangtua
9
c. Kurangnya pemahaman orangtua dalam membina dan
mengembangkan kecerdasan emosional anak.
d. Anak yang mudah marah, bertindak agresif, mau menang sendiri
dan manja.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah :“ Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orangtua dengan
Kecerdasan Emosional Anak di Yayasan Pendidikan Kristen Taman
Kanak-Kanak Elida Selamat Medan”.
1.4Rumusan Masalah
Adapun permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan
yaitu:Apakah terdapathubungan latar belakang pendidikan orangtua
dengan kecerdasan emosional anak di Yayasan Pendidikan Kristen
Taman Kanak-Kanak Elida Tanjung Selamat Medan.
1.5Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui
Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orangtua dengan Kecerdasan
Emosional di Yayasan Pendidikan Kristen Taman Kanak-Kanak Elida
Tanjung Selamat Medan
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan masukan kepada orangtua betapa pentingnya
pendidikan untuk membimbing dan membina kecerdasan
10
b. Sebagai bahan informasi bagi orangtua supaya bisa
membimbing dan membina kecerdasan emosional anak dengan
baik.
c. Sebagai bahan informasi bagi guru-guru dalam memperhatikan
kecerdasan emosional anak.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan acuan bagi penyelenggara PAUD dalam
membantu kegiatan belajar masyarakat khususnya keluarga
tentang pengaruh tingkat pendidikan orangtua terhadap
perkembangan kecerdasan emosional anak.
b. Sebagai sumbangsih pemikiran dari peneliti bagi Prodi PG
PAUD kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV, maka dapat
disimpulkan :
1. Tingkat pendidikan orangtua murid YPK TK Elida Tanjung Selamat
Medan tergolong cukup hal ini terlihat dari tingkat pendidikan lulusan
perguruan tinggi sebanyak 4 orang (16,7%), sekolah menengah atas
sebanyak 11 orang (45,83%), sekolah menengah pertama 7 orang
(29,17%) dan sekolah dasar 2 orang (8,3%).
2. Kecerdasan emosional anak berada dalam kategori kurang hal ini terlihat
dari pada kategori tinggi 7 orang (29,17%), kategori cukup 3 orang
(12,5%), kategori kurang 8 orang (33,33%), dan kategori rendah 6 orang
(25%).
3. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecerdasan
emosional, hal ini terbukti dari korelasi yang diperoleh (0,543) >
(0,404).
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut penelitian ini
disarankan hal-hal berikut :
1. Diharapkan kepada orangtua untuk meningkatkan pendidikannya
melalui jalur formal, non formal dan informal ke jenjang pendidikan
yang setinggi-tingginya, karena semakin tinggi pendidikan orangtua
keterampilan dan pengetahuan orangtua semakin luas sehingga dapat
membimbing anak dengan baik dan benar khususnya kecerdasan
emosional anak.
2. Hendaknya orangtua memperhatikan perkembangan emosi anak dari
dini serta mengarahkannya agar perkembangan emosinya lebih baik.
3. Diharapkan para orangtua dapat melaksanakan peranannya sebagai
pengasuh, pembimbing, motivator, dan tokoh teladan.
4. Guru dan orangtua sebaiknya menjalin bekerjasama yang baik dalam
mengarahkan anak pada perkembangan emosional anak agar sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, dkk.2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Beck, Joan. 2003. Meningkatkan Kecerdasan Anak. PT. Pustaka Delapratasa.
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Goleman, D. 2001. Kecerdasan Emosi Anak Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta:
PT. Gramedia.
Gottman, John. 2008. Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Jakarta: PT
Gramedia.
Hasbullah. 2008.Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Ihsan, Faud. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Jakarta : Balai Pustaka.
Masher, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Purwanto, Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teorotis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Shapiro, Lawrence. 2003. Mengajarkan Emotional Inteligence pada Anak.
Jakarta : Gramedia
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.