• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERKOMUNIKASI ASERTIF MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2013-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERKOMUNIKASI ASERTIF MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2013-2014."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERKOMUNIKASI ASERTIF MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS

XI SMA NEGERI 11 MEDAN T.A 2013/2014

SKRIPSI

Oleh :

EMANOVITA BR SEBAYANG NIM 109351011

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena rahmat dan

nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Meningkatkan Kemampuan

Siswa Berkomunikasi Asertif Melalui Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas XI

SMA Negeri 11 Medan Tahun Ajaran 2013/2014.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan

baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya kepada Ibu Prof. Dr. Sri Milfayetty., M.S.,Kons.,

S.Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh ketekunan dan kesabaran

membimbing dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu dikesempatan ini tidak lupa juga penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si sebagai Rektor UNIMED yang telah

memberikan kesempatan untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan

2. Bapak Drs. Nasrun Nasution, Ms selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

UNIMED

3. Pembantu dekan I, Pembantu dekan II dan pembantu dekan III Fakultas Ilmu

Pendidikan UNIMED

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan beserta stafnya, yang telah memberikan kemudahan dalam

pengurusan pengajuan sidang Skripsi

5. Ibu Dra. Kemali Syarif, M.Pd, Ibu Dr. Rosmala Dewi, M.Pd, Kons, dan Ibu Dra.

Zuraida Lubis, M.Pd selaku dosen nara sumber yang telah memberikan

(7)

ii

6. Bapak/Ibu dosen UNIMED, khususnya jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan yang telah memberikan bekal ilmu hingga penulisan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Secara khusus kepada ayahanda (Tenang Sebayang, S.Pd) dan Ibunnda (Normina

Br Tarigan) yang telah mendidik dan memberikan dukungan kepada saya berupa

materi dan doa, sehingga dapat menyelesaikan studi kejenjang sarjana pendidikan

8. Bapak Kelapa Sekolah SMA Negeri 11 Medan, Drs. Lumbantoruan, M.Pd yang

telah mengijinkan saya penelitian di sekolah tersebut

9. Koordinator BK SMAN 11 Medan, yang mana telah membimbing kami selama

penelitian

10.Tak lupa pula buat saudara-saudaraku yang tercinta Febri Mansyah Sebayang,

S.Pd, Lirasida Br Sitepu, A.Md dan Ahmad Rivai Siregar yang telah memberikan

dukungan moril serta do’a kepada penulis

11.Buat para sahabat dan rekan seperjuangan khususnya Jurusan Bimbingan dan

Konseling Stambuk 09: (Feni Wulandary Hrp, Nurul Hikmah, Dewi Kartika P,

Asnita Siregar, Nisma Rambe, Novida Afriani Hsb, Efrida Yanti Pane, Fatma S

Simarmata, Rani anggraini, Naini Lubis, Dll) yang telah banyak memberikan

masukan dan saran, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan)

Dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk dijadikan perbaikan pada

penelitian berikutnnya.

Medan, Juli 2013

Penulis

(8)
(9)

ABSTRAK

Emanovita Br Sebayang. NIM: 109351011. Meningkatkan Kemampuan Siswa Berkomunikasi Asertif Melalui Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 11 Medan Tahun Ajaran 2013-2014. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Program Studi Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2013.

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan berkomunikasi asertif dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Medan. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui keefektifan konseling kelompok untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi assertif siswa. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research).

Subjek penelitian ini adalah 6 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Instrumen berupa angket yang diberikan langsung kepada siswa di masing-masing kelas. Instrumen ini dibuat untuk menjaring siswa yang bermasalah dalam berkomunikasi asertif. Berdasarkan hasil aplikasi instrumentasi diperoleh besar subyek penelitian adalah 6 orang dengan rincian 3 siswa bermasalah dan 3 siswa yang tidak bermasalah. Berdasarkkan analisis terhadap hasil penelitian dikemukakan bahwa pada siklus I (pertama) kemampuan berkomunikasi siswa masih berada pada kriteria C (cukup). Namun pada siklus II (Kedua) terjadi peningkatan kemampuan berkomunikasi asertif yaitu berada pada kriteria B (baik).

(10)

i

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1Latarn Belakang Masalah... 1

1.2Identifikasi Masalah... 5

1.3Pembatasan Masalah... 6

1.4Rumusan Masalah... 6

1.5Tujuan Penelitian... 6

1.6Manfaat Penelitian... 6

BAB II : KAJIAN TEORITIS... 8

2.1 Kerangka Teori... 8

2.1.1 Kemampuan Berkomunikasi Asertif... 8

a. Pengertian Komunikasi Asertif... 8

b. Karakteristik Kemampuan Komunikasi Asertif... 11

c. Manfaat Meningkatkan Komunikasi Asertif... 13

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Asertif... 13

2.1.2 Konseling Kelompok... 15

a. Pengertian Konseling Kelompok... 15

b. Konseling Kelompok Pendekatan Eklektik... 17

c. Tahap-tahap Kegiatan Konseling Kelompok... 19

d. Azas-azas Konseling Kelompok... 22

(11)

ii

2.1.3 Meningkatkan Kemampuan Siswa Berkomunikasi Asertif

Melalui Konseling Kelompok... 24

2.1.4 Kerangka Berpikir... 25

2.1.5 Hipotesis Penelitian... 26

BAB III : METODE PENELITIAN... 27

3.1 Jenis Penelitian... 27

3.2 Subjek Penelitian... 27

3.3 Operasional Variabel Penelitian... 27

3.4 Disain Penelitian... 28

3.4.1 Disain Penelitian Siklus I... 30

3.4.2 Disain Penelitian Siklus II... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 38

3.6 Uji Instrumentasi... 40

3.7 Teknik Analisis Data... 40

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian... 41

a. Lokasi... 41

b. Waktu Penelitian... 41

BAB VI : HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

4.1. Keadaan Fisik SMA Negeri 11 Medan... 42

4.2 Hasil Penelitian... 43

4.2.1 Hasil Penelitian Sebelum Tindakan... 43

4.2.2 Pra Siklus... 44

4.2.3 Hasil Penelitian Sesudah Tindakan Siklus I... 46

4.2.4 Hasil Penelitian Tindakan Siklus II... 65

(12)

iii

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 83

5.1 Kesimpulan... 83

5.2 Saran... 83

(13)
(14)

i

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.4.1 : Perencanaan Perangkat Penelitian Siklus I... 30

Tabel 3.4.2 : Perencanaan Perangkat Penelitian Siklus II... 34

Tabel 3.5 : Lay Out Skala Kemampuan Komunikasi Asertif... 39

Tabel 4.1 : Kemampuan komunikasi asertif sebelum konseling kelompok 43 Tabel 4.2 : Jadwal Pelaksanaan Konseling Kelompok Siklus I... 46

Tabel 4.2.3 : Analisis Hasil Verbatim Siklus I... 59

Tabel 4.2.4 : Jadwal Pelaksanaan Konseling Kelompok Siklus II... 65

(15)
(16)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Kemampuan Berkomunikasi Asertif... 87

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok... 91

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok... 93

Lampiran 4 : Penilaian Rancangan Layanan Konseling Kelompok... 99

Lampiran 5 : Alat Penilaian Proses Konseling Kelompok... 105

Lampiran 6 : Penilaian Verbatim Konseling Kelompok... 111

Lampiran 7 : Laiseg... 125

Lampiran 8 : Laijapen... 129

Lampiran 9 : Laijapan... 132

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

dengan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan

antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hubungan sosialnya manusia

tidak bisa lepas dari komunikasi. Oleh karena itu komunikasi merupakan suatu

usaha yang dilakukan setiap individu untuk menjalin hubungan dengan orang

lain. Akan tetapi komunikasi dapat juga menimbulkan perpecahan,

menimbulkan permusuhan, menanamkan kebencian kalau tidak berlangsung

dengan baik. Manusia berkomunikasi untuk saling mengisi kekurangan dan

membagi kelebihan dengan orang lain, selain itu ingin terlibat dalam proses

yang relatife tetap dan ingin menciptakan hubungan baru. Setiap melakukan

komunikasi bukan hanya menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan

tingkat hubungan interpersonal.

Pada kehidupan sehari-hari, orang yang penyesuaian sosialnya tinggi akan

mudah mendapatkan teman, berkomunikasi dengan baik, menanyakan atau

memberikan informasi selama berkomunikasi. Hal tersebut dilakukan tanpa

menyebabkan perasaan tegang atau perasaan tidak enak lainnya. Dalam

lingkungan, seseorang yang mampu bergaul dapat mengemukakan pandangan

atau pendapat pribadi secara jelas tanpa menyakiti perasaan orang lain serta

akan berhasil meyakinkan lawan bicaranya mengenai pendapat-pendapat yang

(18)

Namun dalam bergaul tidak jarang individu mengalami kesulitan.

Khususnya pada remaja, tidak sedikit remaja yang menjadi seorang

individualistik, acuh, dan tidak peduli dengan orang lain maupun lingkungan.

Remaja ini lebih memetingkan kesenangan sendiri tanpa peduli dengan situasi

dan kondisi lain maupun lingkungan. Seperti dikemukakan Calhoun dan

Acocella (1995) bahwa remaja yang mengalami kesulitan penyesuaian sosial

ditandai dengan kurang beraninya memulai percakapan, sulit berkata tegas

terhadap diri maupun orang lain, akibatnya tidak mempunyai teman akrab,

(online) dalam

http://bahasa.kompasiana.com/2010/11/26/komunikasi-asertif-1-321089.html, diakses 3 Januari 2013)

Agar berhasil membina hubungan sosial dengan lingkungannya remaja

harus mampu berkomukasi asertif. Karena mampu berkomunikasi asertif

merupakan salah satu faktor yang penting agar seseorang mampu melakukan

komunikasi yang bermakna dan menyenangkan dengan orang lain.

Komunikasi yang bermakna adalah keterbukaan percakapan yang realistik,

misal dapat mengkomunikasikan dengan baik pikiran, perasaan, kesalahan

atau kegagalan, masalah dan jalan keluarnya kepada orang lain. Calhoun dan

Acocela, 1995 mengemukakan bahwa individu yang mampu berkomunikasi

asertif dapat membantu seseorang dalam penyesuaian sosial di masyarakat,

(http://bahasa.kompasiana.com/2010/11/26/komunikasi-asertif-1-321089.html,

diakses 5 Januari 2013). Hal ini dikarenakan dalam proses penyesuaian sosial

dibutuhkan keterbukaa, kesadaran diri, kemampuan menyesuaikan diri dan

perhatian terhadap hak-hak orang lain. Mampu berkomunikasi asertif sangat

(19)

sosial yang sepanjang hidupnya selalu terlibat dengan orang lain maka

disadari atau tidak kemampuan berhubungan dengan orang lain sangat

dibutuhkan oleh manusia. Kemampuan berkomunikasi atau berhubungan

dengan orang lain memiliki andil yang besar baik di lingkungan sekolah,

pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat

Agustin (1993,

http://bahasa.kompasiana.com/2010/11/26/komunikasi-asertif-1/, diakses 15 Januari 2013)bahwa kemampuan berkomunikasi asertif dapat

menolong seseorang untuk mengkomunikasikan secara jelas dan tegas atas

kebutuhan-kebutuhan, keinginan dan perasaan kepada orang lain.

Berdasarkan uraian diatas nampaklah bahwa berkomunikasi asertif

mempunyai peranan yang penting bagi penyesuaian sosial. Bila individu

berkomunikasi asertif, mampu menyatakan perasaan dan keyakinan secara

terbuka, langsung, jujur dan sebagaimana mestinya akan mengembangkan

dirinya lebih percaya diri, lebih luwes, dan ramah serta lebih pandai bergaul

sehingga akan memiliki penyesuaian sosial yang baik.

Kenyataan di lapangan peneliti menemukan banyak siswa Menengah Atas

( SMA) usia remaja di Berastagi tempat penulis melaksanakan PPL selama 3

bulan tahun 2012 lebih dari 35% siswa di sekolah SMA Swasta Bersama

Berastagi mengalami masalah kurang mampunya berkomunikasi asertif. Hal

ini dapat dilihat dari tidak pernah bertegur sapa terlebih dahulu apabila

bertemu dengan guru, sulit mengawali dan mengakhiri pembicaraan dengan

orang yang lebih tua, sulit mengatakan tidak setuju akan sesuatu hal apabila

mereka merasa keberatan akan hal tersebut, dan masih banyak siswa yang

(20)

menyebabkan siswa sulit untuk beradaptasi secara langsung, tidak mampu

untuk menyatakan tidak, membuat permintaan serta mengekspresikan

perasaan secara penuh kepada orang lain. Permasalahan ini tidak dapat

dibiarkan karena dapat berpengaruh terhadap prestasi dan hubungan sosial

siswa, keterampilan komunikasi yang dimiliki siswa khususnya siswa dengan

guru, staf-staf sekolah dan siswa dengan seseorang yang belum mereka kenal

dapat berpengaruh bagi perkembangan dirinya, mereka kurang mendapatkan

informasi yang mungkin dapat berguna bagi perkembangan dirinya, bagi

mereka yang tidak mampu mengungkapkan pikiran, pendapat dan keinginan

kepada orang lain secara tidak langsung dapat berpengaruh bagi kemajuan

daya pikir dan prestasinya. Tampaknya peristiwa ini tidak hanya dialami siswa

di sekolah tersebut tetapi juga dialami oleh siswa di kota Medan

Dalam usaha pengentasan masalah ini, dalam bimbingan dan konseling

ada beberapa layanan yang dapat dipilih yaitu layanan orientasi, informasi,

penempatan dan penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok, konseling

kelompok, dan konseling individu. Tugas-menghadapi dan melalui tahap

perkembangannya, mengatasi hambatan yang timbul serta memperbaiki

penyimpangan perkembangan agar perkembangan individu berlangsung

secara wajar. Jadi secara prinsip melalui layanan bimbingan dan konseling

individu dapat dibantu dalam mencapai tugas-tugas perkembangan secara

optimal. Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang dipandang

tepat dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

asertif adalah melalui konseling kelompok. Layanan konseling kelompok

(21)

dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di

dalam kelompok tersebut. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah

perorangan dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi asertif yang

muncul di dalam kelompok tersebut.

Jika dilihat dari tujuan layanan konseling kelompok tersebut sangatlah

tepat bila dilaksanakan dalam usaha mengentaskan masalah dalam

meningkatkan kemampuanberkomunikasi asertif bagi siswa. Model

pendekatan yang dipilih peneliti dalam melakukan konseling kelompok adalah

pendekatan Eklektik dengan menggabungkan teori RET dan teori CBT.

Dengan model konseling seperti ini diharapkan siswa dapat mengentaskan

masalah untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi asertif dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penomena masalah pada latar belakang di atas maka penulis

merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan

Siswa Berkomunikasi Asertif Melalui Layanan Konseling Kelompok SMAN

11 Medan”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang dan fokus masalah, maka

peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi

asertif pada siswa SMAN 11 Medan.

2. Apa yang menjadi latar belakang munculnya permasalahan siswa

(22)

3. Apakah layanan konseling kelompok dapat meningkatkan kemampuan

siswa berkomunikasi asertif pada siswa SMAN 11 Medan

1.3Pembatasan Masalah

Agar peneliti dapat fokus dengan waktu yang tersedia maka peneliti akan

diarahkan fokus terhadap meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi

asertif melalui layanan konseling kelompok.

1.4Rumusan Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan

konseling kelompok kemampuan siswa berkomunikasi asertif di SMAN 11

Medan dapat ditingkatkan?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan ini adalah mendeskripsikan dan memberi

pemahaman tentang keefektifan konseling kelompok dalam meningkatkan

kemampuan siswa berkomunikasi asertif di SMAN 11 Medan.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain

bagi :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan ilmu pengetahuan,

khususnya dibidang konseling kelompok yang berhubungan dengan

meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi asertif.

(23)

a. Bagi Siswa

Agar meningkatkankemampuan komunikasi asertif

b. Bagi Sekolah

Untuk dapat memberikan solusi atau jalan keluar dalam upaya

meningkatkan kemampuan komunikasi asertif.

c. Bagi Guru BK

Untuk dapat mengembangkan layanan konseling kelompok dalam

(24)
(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan

sebagai:

1.Kemampuan berkomunikasi asertif dapat ditingkatkan melalui konseling

kelompok

2.Konseling kelompok pendekatan eklektik dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi asertif

3.Konseling kelompok pendekatan eklektik dapat meningkatkan kemampuan

siswa berkomunikasi asertif

1.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti

menyarankan:

1.Guru Bimbingan dan Konseling dapat menerapkan konseling kelompok

pendekatan eklektik sebagai salah satu pemilihan teknik konseling untuk

meningkatkan kemampuan berkomunikasi asertif siswa dan

masalah-masalah lainnya.

2. Orang tua dan pihak sekolah dapat bekerja sama dengan pihak sekolah

dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi asertif siswa

3.Sekolah perlu memperhatikan kemampuan berkomunikasi asertif siswa

(26)

4.Peneliti selanjutnya yang berminat terhadap masalah yang sama hendaknya

memperhatikan pengaruh teman sebaya dan orangtua dalam meningkatkan

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Rosmala.2010. Penelitian Pendidikan (Desaian Emperikal dan PTK). Medan: Pasca Sarjana Unimed.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta.

Gladding, Samuel T. 2012. Konseling Profesi Yang Menyeluruh, edisi keenam. Jakarta: PT Indeks.

Winkel W.S. 2011. Bimbingan dan Konseling di institut pendidikan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia

Supraktiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi.Yogyakarta: Penerbit Kansius

Mashudi, Farid. 2012. Psikologi Konseling. Jogjakarta: IRCiSoD

Wibowo, E.M. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. UPT UNNES Press

Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PTRefika Aditama.

Hafiz, Zed. 2012. Upaya Meningkatkan Self-efficacy Siswa Dalam

Mengemukakan Pendapat Di Kelas Dengan Menggunakan Konseling Eklektik Melalui Media Kreatif Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed. Skripsi tidak diterbitkan.

Septy, Pepi. 2012. Meningkatkan Internal Locus Of Control Melalui

KonselingEklektik Dengan Menggunakan Media Kreatif Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed. Skripsi tidak diterbitkan.

Pratiwi, Irma. 2010. Pengaruh Asertivitas Terhadap Prilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Perempuan. Medan: Fakultas Psikologi USU. Skripsi tidak diterbitkan.

(28)

http://besmartbepositif.blogspot.com/2012/07/komunikasi-efektif-dan-mengenal serta.html. Diakses tanggal 15 Januari 2013.

Gambar

Tabel 3.4.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, dengan menggunakan sample dalam penelitian yaitu laporan laba rugi dan neraca yang berisi data pendapatan premi dan rentabilitas dan laba dari

(2) Telah terjalin hubungan baik yang berlangsung dalam jangka waktu lama antara para agen dan kompetitor, seperti pemberian bonus serta berbagai macam potongan harga yang

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT 165 Dari kegiatan yang dilaksanakan maka hasil yang dicapai Dinas Kelautan dan. Perikanan Provinsi Sumatera Barat dalam Tahun

Survei tahap I, dilakukan pada bulan Mei 2003, dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : (1) Mempelajari catatan medis penderita yang dirawat di rumah sakit (RS) untuk

Tujuan penelitian ini adalah me- ngetahui status kerentanan (resistensi atau toleransi) nyamuk vektor malaria di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap

70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX 71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX 72 Pembayaran Pokok

Pada tanggal 31 Oktober 1517, Martin Luther, seorang biarawan dari Jerman menempelkan 95 dalil yang berisi pandangan terhadap doktrin gereja Katolik Roma pada