• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Penyaluran Program Raskin di Kabupaten Tabanan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Penyaluran Program Raskin di Kabupaten Tabanan."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

I GEDE URIF BAYU RAHAYU 1205315027

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa hidup sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Menjaga ketahanan pangan nasional perusahaan yang ditugaskan dari pemerintah yaitu BULOG (Badan Urusan Logistik) sebagai badan usaha milik negara yang mempunyai kontribusi yang cukup berpengaruh karena BULOG melakukan kegiatan operasional, stabilitas harga beras di tingkat produsen maupun konsumen dan memiliki stok beras BULOG yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, pemerintah menugaskan BULOG untuk menjalankan suatu program yaitu program Raskin (beras miskin) untuk masyarakat yang miskin.

(3)

Pada tahun 2002, nama program diubah dengan Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin) (BULOG, 2012).

Program Raskin ini berlanjut hingga saat ini dengan tujuan utama mengurangi beban rumah tangga sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Selain itu Raskin bertujuan untuk meningkatkan akses pangan keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang telah ditentukan. Program Raskin merupakan program nasional yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Melalui program ini pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat untuk mendapatkan hak atas pangan. Masyarakat pada umumnya lemah dalam memenuhi kebutuhan pokok dasarnya karena daya beli rendah. Program Raskin yang dilakukan pemerintah yakni, dalam bentuk transfer pendapatan, dalam bentuk barang, dengan harapan program ini dapat memenuhi sebagian dari program pokok keluarga miskin ( Harianto, 2001 ).

(4)

3

yakni dapat membeli beras berkualitas baik dengan harga terjangkau, dengan tujuan agar lebih dapat tepat sasaran. Keluarga yang tidak miskin akan menjadi malu untuk ikut dalam antrian mendapatkan jatah beras Raskin. Keberhasilan Program Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6T, yaitu: tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Program ini terus berjalan sampai dengan saat ini dengan mengikuti kemampuan subsidi yang dapat diberikan pemerintah kepada keluarga miskin dan perkembangan data keluarga miskin yang terus dilakukan penyempurnaan. Pengalokasian pelaksanaan program beras Raskin untuk masing-masing kabupaten dibali pada tahun 2013 ditunjukkan pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Alokasi Pelaksanaan Program beras Raskin tahun 2013

No Kabupaten/ Kota Jumlah Kec. Jumlah Desa Kel. (TD) Sasaran (RTS-PM) Pagu/ Anggaran perbulan (Kg) Pagu/ Anggaran pertahun (Kg) 1 Jembrana 4 51 10.953 164.295 1.971.540 2 Tabanan 10 133 19.114 286.710 3.440.520 3 Badung 6 61 10.979 164.685 1.976.220 4 Gianyar 7 70 21.279 319.185 3.830.220 5 Klungkung 4 59 9.431 141.465 1.697.580

6 Bangli 4 72 10.529 157.935 1.895.220

7 Karangasem 8 78 24.063 360.945 4.331.340 8 Buleleng 9 148 42.075 631.125 7.573.500

9 Denpasar 4 43 3.501 52.515 630.180

Jumlah 56 715 151.924 2.278.860 27.346.320

Sumber : Pedoman Raskin (2013)

(5)

lebih dominan untuk membeli beras, sehingga masyarakat yang berpengahasilan rendah akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap pangan khususnya pada beras. Sedangkan pada Kota Denpasar alokasi pelaksanaan program raskin yang terkecil, karena masyarakat Kota Denpasar dilihat dari penghasilannya yang sudah cukup besar dibandingkan didaerah pedesaan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangannya masyarakat Kota Denpasar tidak mengalami kesulitan. Sedangkan untuk pengalokasian pelaksanaan program beras Raskin untuk masing-masing kabupaten dibali pada tahun 2014 ditunjukkan pada Tabel 1.2

Tabel 1.2

Alokasi Pelaksanaan Program beras Raskin tahun 2014

No Kabupaten/ Kota Jumlah Kec. Jumlah Desa Kel. (TD) Sasaran (RTS-PM) Pagu/ Anggaran perbulan (Kg) Pagu/ Anggaran pertahun (Kg) 1 Jembrana 5 51 10.953 164.295 1.971.540 2 Tabanan 10 133 19.114 286.710 3.440.520

3 Badung 6 59 9.883 148.245 1.778.940

4 Gianyar 7 70 21.266 318.990 3.827.880 5 Klungkung 4 59 9.431 141.465 1.697.580

6 Bangli 4 71 10.529 157.935 1.895.220

7 Karangasem 8 78 23.873 358.095 4.297.140 8 Buleleng 9 148 42.075 631.125 7.573.500

9 Denpasar 4 43 3.501 52.515 630.180

Jumlah 57 712 150.625 2.259.375 27.112.500

Sumber : Pedoman Raskin (2014)

(6)

5

(7)

Tabel 1.3

Alokasi Pelaksanaan Raskin di Kabupaten Tabanan Tahun 2013 dan 2014 NO Kabupaten/Kota Total Pagu/ Anggaran Pagu/ Anggaran Kecamatan Jumlah kk perbulan (Kg) pertahun (Kg)

1 Tabanan 1.755 26.325 315.900

2 Penebel 1.402 21.030 252.360

3 Kediri 2.891 43.365 520.380

4 Selemadeg 1.619 24.285 291.420

5 Baturiti 2.902 43.530 522.360

6 Pupuan 2.945 44.175 530.100

7 Kerambitan 1.338 20.070 240.840

8 Marga 1.677 25.155 301.860

9 Selemadeg barat 1.082 16.230 194.760 10 Selemadeg timur 1.503 22.545 270.540

Total 286.710 3.440.520

Pada Tabel 1.3 dapat dilihat alokasi pelaksanaan Raskin di Kabupaten Tabanan tahun 2013 dan 2014 dengan total anggaran perbulan yang diberikan oleh BULOG sebesar 286.710 dan total anggaran pertahun sebesar 3.440.520. Sehingga nantinya anggaran tersebut bisa efektif dan terealisasi kemasyarakat miskin.

Berdasarkan uraian di atas perlu diadakannya penelitian dan pembahasan “Efektifitas Penyaluran Program Raskin di Kabupaten Tabanan”.

1.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana proses penyaluran Raskin di Kabupaten Tabanan pada tahun 2013 dan 2014?

(8)

7

kualitas, dan tepat administrasi) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2013 dan 2014?

3. Apa saja masalah yang ditimbulkan dalam proses penyaluran Raskin di Kabupaten Tabanan pada tahun 2013 dan 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Proses penyaluran Raskin di Kabupaten Tabanan pada tahun 2013 dan 2014. 2. Efektifitas penyaluran program Raskin dengan menggunakan kriteria 6T

(tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2013 dan 2014.

3. Permasalahan yang ada dalam proses penyaluran Raskin di Kabupaten Tabanan pada tahun 2013 dan 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan dilaksanakannya penelitian ini seperti yang sudah diuraikan diatas, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut.

(9)

2. Bagi rumah tangga penerima manfaat (RTS-PM), diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai keefektifitasan pelaksanaan penyaluran Raskin dan manfaat yang dapat mereka terima dari program Raskin.

3. Mahasiswa dan peneliti selanjutnya, penulis juga berharap penelitian ini dapat menambah bahan referensi dalam membahas lebih dalam tentang efektifitas Program Raskin.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(10)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Efektifitas

(11)

Richard M Steers (1985:208-209) efektivitas digolongkan dalam 3 (tiga) model, yaitu :

1. Model optimasi tujuan, penggunaan model optimasi bertujuan terhadap efektivitas organisasi memungkinkan diakuinya bahwa organisasi yang berbeda mengejar tujuan yang berbeda pula. Dengan demikian nilai keberhasilan atau kegagalan relatif dari organisasi tertentu harus ditentukan dengan membandingkan hasil-hasil dengan tujuan organisasi.

2. Prespektif sistem, memusatkan perhatiannya pada hubungan antara komponen-komponen baik yang berbeda didalam maupun yang berada diluar organisasi. Sementara komponen ini secara bersama-sama mempengaruhi keberhasilan atau keberhasilan organisasi. Jadi model ini memusatkan perhatiannya pada hubungan sosial organisasi lingkungan.

(12)

11

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam efektivitas organisasi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah sebagai berikut:

a. Adanya tujuan yang jelas, b. Struktur organisasi,

c. Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat, d. Adanya sistem nilai yang dianut.

Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Tujuan organisasi adalah memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi. Struktur dapat mempengaruhi efektifitas dikarenakan struktur yang menjalankan organisasi. Struktur yang baik adalah struktur yang kaya akan fungsi dan sederhana. Selanjutnya, tanpa ada dukungan dan partisipasi serta sistem nilai yang ada maka akan sulit untuk mewujudkan organisasi yang efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi harus mendapat perhatian yang seriuas apabila ingin mewujudkan suatu efektivitas. Richard M Steers (1985:209) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yaitu : 1. Karakteristik Organisasi

2. Karakteristik Pekerja 3. Prestasi Kerja

4. Karakteristik Lingkungan

(13)

Kemudian, empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:8) peneliti uraikan sebagai berikut : 1. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti

susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.

2. Karakteristik Lingkungan mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi.

3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu organisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.

(14)

13

Dalam melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme kerja saja. Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan inovasi organisasi. Menurut pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa:

a. Organisasi terdiri atas berbagai unsur yang saling berkaitan, jika salah satu unsur memiliki kinerja yang buruk, maka akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan;

b. Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang baik dengan lingkungan;

c. Kelangsungan hidup organisasi membutuhkan pergantian sumber daya secara terus menerus. Suatu perusahaan yang tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya, tetapi apabila suatu perusahaan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dapat lebih mudah tercapai hal itu dikarenakan efektivitas akan selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

2.1.2 Pengukuran Efektifitas

(15)

makin tinggi efektifitasnya. Untuk peningkatan efektifitas ditingkat RTS pemerintah menerapkan sistem manajemen yang baik, manajemen waktu dan pengelolaan. Dalam perhitungan persentase efektifitas, dikategorikan efektif apabila mencapai minimal satu persen dan maksimal seratus persen. (Sugiyono, 2010).

Selain itu skala dan klasifikasi pengukuran kinerja instansi pemerintah yang disajikan dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Skala dan Klasifikasi Pengukuran Efektifitas Kinerja Instansi Pemerintah Pengukuran Ketepatan (%) Kriteria Keefektifan

≤ 20% Sangat tidak efektif

21% - 40% Tidak efektif

41% - 60% Cukup efektif

61% - 80% Efektif

81% - 100% Sangat efektif

Sumber: Depdagri, Permendagri, Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 2.1 di atas, untuk pendistribusian Raskin yang dilakukan oleh BULOG kepada RTS apabila hasilnya menunjukkan persentase yang semakin besar dapat dikatakan bahwa pendistribusian Raskin semakin efektif. Demikian sebaliknya, semakin kecil hasilnya persentase maka menunjukkan pendistribusian Raskin semakin tidak efektif.

2.3 Program Raskin

(16)

15

meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kg/Rumah Tangga Miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp 1600,00 per kg (netto) di titik distribusi. Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh Perum Bulog (Badan Urusan Logistik). Menurut Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Program Raskin adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat berupa bantuan beras bersubsidi kepada rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan rentan miskin) (BULOG, 2012).

Istilah-istilah yang digunakan dalam petunjuk teknis antara lain adalah:

1. Tim koordinasi program Raskin tingkat provinsi adalah tim koordinasi yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur dan terdiri dari unsur opemerintah daerah provinsi (Biro Sarana Perekonomian, Biro Bina Produksi, Bapperda, BPS (Badan Pusat Statistik), Perum Bulog, Kepolisisan, Kejaksaan serta stakeholders yang terkait.

2. Tim Koordinasi Divisi Regional (Divre) provinsi adalah satuan kerja Perum Bulog Divre provinsi yang dibentuk Kadivre yang bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinasi dalam pelaksanaan program Raskin di Sub Divre. 3. Satuan kerja Raskin adalah satuan kerja perum Bulog Sub Divre ytang

(17)

4. Pelaksana Distribusi adalah kelompok kerja di titik distribusi yang dibentuk berdasarkan musyawarah desa/kelurahan yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa/Lurah, terdiri dari aparat desa/kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur masyarakat yang bertugas dan berwenang mendistribusikan Raskin kepada penerima manfaat Raskin.

5. Titik Distribusi adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh Satuan Kerja Raskin Sub Divre kepada pelaksana distribusi di desa/kelurahan yang dapat dijangkau penerima Raskin atau lokasi lain yang ditetapkan atas dasar kesepakatan secara tertulis antara pemerintah daerah dan Sub Divre.

6. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah penerima manfaat Program Raskin di desa/kelurahan sesuai hasil pendataan BPS dengtan kategori sangat miskin, miskin, dan sebagian hampir miskin.

7. Musyawarah desa/kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat desa/kelurahan untuk menetapkan RTM yang berhak menerima Raskin. 8. Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium, kondisi baik, dan

tidak berhama.

9. Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) adalah lembaga yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur di provinsi dan keputusan Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota yang berfungsi menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung termasuk media cetak dan elektronik.

2.3.1 Tujuan Program Raskin

(18)

17

Lebih jauh, program raskin bertujuan untuk membantu kelompok miskin dan rentan miskin mendapat cukup pangan dan nutrisi karbohidrat tanpa kendala. Efektivitas Raskin sebagai perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan sangat bergantung pada kecukupan nilai transfer pendapatan dan ketepatan sasaran kepada kelompok miskin dan rentan.

2.3.2 Kebijakan Program Raskin

Program Raskin telah mengalami beberapa kali penyesuian, namun efektifitasnya masih diperdebatkan. Oleh karena itu, Bappenas meminta lembaga penelitian SMERU untuk menjadi efektifitas program Raskin dan memperoleh pelajaran dalam rangka perbaikan program. Kajian ini menggunakan pendekatan tinjauan dokumen dan analisis data sekunder atau (metaevaluasi ) yang didukung dengan wawancara informan kunci di tingkat pusat dan studi lapangan. Berikut ini adalah temuan utama hasil kajian. Program Raskin adalah program pemerintah untuk memberikan bantuan beras dengan harga penjualan bersubsidi kepada masyarakat miskin. Melalui program ini pemerintah menyediakan beras kepada masyarakat miskin sebanyak 15 kg/KK/bulan. Beras diberikan tidak dengan cuma-cuma. Penerima bantuan Raskin harus membayar dengan harga Rp 1.600 per kg netto di titik distribusi. Sehingga selisih antara harga pasar yang seharusnya dibayar dengan harga yang sesungguhnya dibayar ( Rp 1.600/ kg ) oleh keluarga miskin menjadi besaran subsidi yang ditanggung oleh pemerintah per kilogramnya (Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog, 2006).

2.3.3 Indikator Program Raskin

(19)

administrasi. Bila kita anggap beras raskin ini sama kualitasnya dengan beras yang paling murah dijual di pasar, dan harganya di pasar local adalah Rp 5.060/ kg, maka untuk setiap kg, penerima Raskin mendapat subsidi per kg sebesar Rp 3.460. Bila mengacu pada jumlah normatif yang disalurkan per KK per bulan tersebut diatas, maka setiap bulan satu keluarga miskin akan mendapat subsidi pangan sebesar Rp 51.900. Hal ini dapat dipandang sebagai pendapatan suplementer bagi keluarga miskin. Efektivitas distribusi Raskin ditinjau dari beberapa indikator yaitu ketepatan sasaran bagi rumah tangga yang benar-benar miskin, ketepatan jumlah beras yang diterima rumah tangga miskin yaitu sebanyak 15 kg/KK, ketepatan harga yaitu Rp 1.600/kg di titik distribusi, ketepatan waktu pendistribusian serta terpenuhinya persyaratan administrasi dengan benar. Pendistribusian Raskin akan efektif jika keenam indikator tersebut terpenuhi dan mekanisme pendistribusian berjalan dengan lancar. DistribusiRaskin dianggap efesien jika mampu menyampaikan beras untuk keluarga miskin ke penerima manfaat dengan biaya distribusi yang serendahrendahnya dan dalam waktu yang sesingkatnya.

Ada dua implikasi langsung dari pemberian Raskin ini bagi keluarga miskin yang menerimanya. Pertama, dengan mendapatkan jumlah Raskin seperti yang ditetapkan, maka diharapkan keluarga miskin akan dapat mempertahankan asupan kalori dan gizinya. Kedua pendapatan suplementer yang timbul diharapkan dapat digunakan oleh keluarga miskin dapat memenuhi kebutuhan lainnya.

2.4 Teori Distribusi (Penyaluran)

(20)

19

(21)

2.4.1 Fungsi Saluran Distribusi

Mengingat saluran distribusi merupakan suatu struktur yang menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai macam lembaga usaha (seperti produsen, pedagang besar dan pengecer), maka kegiatan saluran distribusi harus dapat dipertimbangkan dan dilakukan secara efisien dan efektif. Saladin (2000 : 121), mengatakan bahwa saluran distribusi merupakan elemen penting dalam pemasaran yang merupakan salah satu proses pada perusahaan dalam penyetokan barang serta penawaran produk ke pasar. Swastha (2003 : 61), menjelaskan bahwa fungsi saluran distribusi meliputi delapan hal sebagai berikut: 1. Menjembatani antara produsen dan konsumen.

2. Saluran distribusi memberikan fungsi-fungsi tambahan atas fungsi pemasaran, misalnya penjualan kredit.

3. Saluran distribusi ikut serta dalam penetapan harga. 4. Saluran distribusi aktif dalam promosi.

5. Melalui sarana distribusi konsumen dapat membeli barang dan jasa yang dibutuhkan.

6. Saluran distribusi dapat menurunkan dana dan biaya.

7. Saluran distribusi sebagai komunikator antara produsen dan konsumen 8. Saluran distribusi memberi jaminan atas barang atau jasa kepadakonsumen. 9. Saluran distribusi memberikan pelayanan tambahan kepada konsumen.

(22)

21

pemasaran) ini mempunyai beberapa tugas. Adapun beberapa tugas yang

termasuk dalam kegiatan distribusi fisik tersebut diantaranya: 1. Perencanaan

2. Pengimplementasian, dan

3. Pengendalian arus material, barang jadi dan informasi yang berkaitan secara fisik dari tempat asalnya ke tempat konsumen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Secara terperinci kegiatan-kegiatan yang ada pada distribusi fisik dapat dibagi dalam lima kelompok, yaitu :

1. Penentuan lokasi persediaan dan sistem penyimpanan 2. Penentuan sistem penanganan barang.

3. Penggunaan sistem pengawasan persediaan. 4. Penetapan prosedur untuk memproses pesanan 5. Pemilihan metode pengangkutan.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa distribusi fisik merupakan aktifitas pendistribusian suatu produk yang sangat penting dalam setiap perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tugas yang tercakup dalam pendistribusian fisik seperti perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian arus material yang ada dalam perusahaan sehingga barang yang akan didistribusikan dapat didistribusikan sesuai dengan alur dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam proses penyalurannya.

2.4.2 Kebijakan Saluran Distribusi

(23)

Dalam melakukan saluran distribusi, maka sebaiknya menetapkan tujuan dalammenggunakan saluran distribusi terlebih dahulu.Warren J. Keegan (2001 : 23), menerangkan bahwa saluran distribusi sebagai organisasi jaringan kerja yang terdiri dari agensi dan lembaga yang bersama-sama melakukan semua kegiatan yang diperlukan untuk menghubungkanprodusen dengan pemakai untuk menyelesaikan tugas pemasaran. Adapun menurut Philip Kotler (1999 : 98), yang menjadi tugas-tugaspenting dan harus dijalankan oleh para anggota saluran distribusi adalah :

1. Penelitian, mengumpulkan informasi-informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran.

2. Promosi, pengembangan dan penyebaran komunikasi yang persuasive mengenai penawaran.

3. Kontrak, pencapaian dan menjalin hubungan dengan calon pembeli.

4. Penyelaras, mempertemukan penawaran sesuai dengan permintaan pembeli 5. Negosiasi, usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga danhal-hal

lain sehubungan perpindahan hak pemilik atau penguasaan bisa dilakukan. 6. Distribusi fisik, transportasi dan penyimpanan barang.

7. Pembiayaan, permintaan dan penyebaran dana untuk menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut.

8. Pengambilan resiko, perkiraan mengenai resiko sehubungan dengan pekerjaan saluran distribusi.

2.4.3 Standar Pelayanan Distribusi

(24)

23

mereka.Distribusi fisik diawali oleh suatu pertimbangan yaitu pemenuhan kebutuhan konsumen. (Gugup Kismono, 2001 : 364) Menurut Moenir (2000 : 16), Pelayanan adalah proses pemenuhankebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.Kertajaya (2000 : 421), Pelayanan merupakan salah satu komponen nilaiyang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat. Sebab pada dasarnya hanyaakan melakukan transaksi dengan perusahaan yang akan memberikan nilai terbaik baginya.

Dalam setiap transaksi distribusi, banyak produsen maupun konsumen selalu menghendaki adanya ketentuan kualitas dan jenis barang yang akan diperjual belikan sehingga diperlukan pembakuan standar barang agar barang yangakan disalurkan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini standar pelayanan distribusi berisikan dasar hukum, persyaratan, prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, kompetensi petugas dalam memberi pelayanan, pengawasan intern,penanganan pengaduan serta jaminan pelayanan distribusi.

2.5 Pengertian Perum BULOG

(25)

direvisi melalui Keppres No. 39 tahun 1969 tanggal 21 Januari 1969 dengan tugas pokok melakukan stabilisasi harga beras, dan kemudian direvisi kembali melalui Keppres No 39 tahun 1987, yang dimaksudkan untuk menyongsong tugas BULOG dalam rangka mendukung pembangunan komoditas pangan yang multi komoditas. Perubahan berikutnya dilakukan melalui Keppres No. 103 tahun 1993 yang memperluas tanggung jawab BULOG mencakup koordinasi pembangunan pangan dan meningkatkan mutu gizi pangan, yaitu ketika Kepala BULOG dirangkap oleh Menteri Negara Urusan Pangan. Pada tahun 1995, keluar Keppres No 50, untuk menyempurnakan struktur organisasi BULOG yang pada dasarnya bertujuan untuk lebih mempertajam tugas pokok, fungsi serta peran BULOG. Oleh karena itu, tanggung jawab BULOG lebih difokuskan pada peningkatan stabilisasi dan pengelolaan persediaan bahan pokok dan pangan.

(26)

25

Dalam Keppres tersebut, tugas pokok BULOG dibatasi hanya untuk menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke mekanisme pasar. Arah Pemerintah mendorong BULOG menuju suatu bentuk badan usaha mulai terlihat dengan terbitnya Keppres No. 29 tahun 2000, dimana didalamnya tersirat BULOG sebagai organisasi transisi (tahun 2003) menuju organisasi yang bergerak di bidang jasa logistik di samping masih menangani tugas tradisionalnya. Pada Keppres No. 29 tahun 2000 tersebut, tugas pokok BULOG adalah melaksanakan tugas Pemerintah di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras (mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah – HPP), serta usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Arah perubahan tesebut semakin kuat dengan keluarnya Keppres No 166 tahun 2000, yang selanjutnya diubah menjadi Keppres No. 103/2000. Kemudian diubah lagi dengan Keppres No. 03 tahun 2002 tanggal 7 Januari 2002 dimana tugas pokok BULOG masih sama dengan ketentuan dalam Keppers No 29 tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi waktu masa transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI no. 7 tahun 2003 BULOG resmi beralih status menjadi Perusahaan Umum (Perum) BULOG (Badan Urusan Logistik, 2011).

2.6 Penelitian Terdahulu

(27)

sasaran, tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas, dantepat administrasi) dan metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kulitatif dan untuktujuan kedua digunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian diperoleh bahwa proses pelaksanaan program Raskin sudah berjalan dengan baik. Proses pelaksanaannya sesuai dengan proses pelaksanaan yang ada di Pedoman Umum Raskin. Secara umum efektifitas pelaksanaan Raskin sudah berjalandengan baik, dengan indikator keberhasilan tepat sasaran 57%, tepat harga 100%, tepat jumlah 100%, tepat waktu 69%, tepat administrasi 69%, dan tepat kualitas 33%. Agar proses pelaksanaan Program Raskin dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan indikator keberhasilannya, maka disarankan agar pemerintah memverifikasi data menganai jumlah RTS-PM raskin, menambah jumlah pagu Raskin dengan menyediakan dana Raskin daerah, menyediakan dana talangan dan meningkatkan kualitas layanan.

(28)

27

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di atas merupakan referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Secara umum untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program Raskin digunakan indikator keberhasilan keberhasilan tepat sasaran, tepat harga, tepat jumlah, tepat waktu, tepat administrasi, dan tepat kualitas.

2.7 Kerangka Pemikiran

Efektifitas pelaksanaan penyaluran Raskin merupakan proses penilaian keefektifan penyaluran beras kepada penduduk miskin yang telah terdata sebagai masyarakat yang berhak menerima beras Raskin. Harga Raskin yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp 1600/kg namun, harga tersebut bisa berbeda diterima oleh rumah tangga penerima Raskin di titik distribusi, karena dibebankan biaya distribusi. Alur pelaksanaan pendistribusiaan Raskin dikatakan efektif jika keenam indikator tersebut terpenuhi sesuai standar ketetapan di BULOG serta mekanisme pelaksanaan pendistribusian berjalan sesuai ketentuan standar mekanisme pelaksanaan pendistribusian Raskin.

Adapun tujuan dilaksanakannya pelaksanaan penyaluran program Raskin untuk meningkatkan akses pangan kepada keluargamiskin untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam rangka menguatkan kebutuhan pangan rumah tangga, mencegah penurunan konsumsi energi dan protein. Dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut, Program Raskin perlu dilaksanakan agar masyarakat miskin benar-benar bisa merasakan manfaatnya, yakni dapat membeli beras berkualitas baik dengan harga terjangkau.

(29)

pelaksanaan penyaluran Raskin, masalah pelaksanaan penyaluran Raskin dan ketepatan pelaksanaan penyaluran Raskin. Kerangka pemikiran akan dijelaskan pada Gambar 2.1 berikut

Keterangan : alur/ urutan/ mekanisme Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penyaluran Program Raskin

Kantor kepala desa (Titik Distribusi) Perum BULOG

Divre Bali

Gudang Raskin BULOG Kabupaten Tabanan

Kesimpulan

Rekomendasi Proses

penyaluran Raskin

Masalah pada proses penyaluran

Raskin

Efektifitas menggunakan indikator enam

Gambar

Tabel 1.1 Alokasi Pelaksanaan Program beras Raskin tahun 2013
Tabel 1.2 Alokasi Pelaksanaan Program beras Raskin tahun 2014
Tabel 1.3
Tabel 2.1 Skala dan Klasifikasi Pengukuran Efektifitas Kinerja Instansi Pemerintah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Implementasi Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin (Studi Deskriptif Pada

HasH analisis menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Am dalam penyaluran Beras untuk Romah Tangga Miskin Raskin dilaksanakan dengan mengacu

sekolah. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang ikut melaksanakan program raskin. Meskipun harga raskin lebih murah

Pagu  Alokasi  Raskin  Tahun  2010  Kota  Bandar  Lampung berjumlah 51.578 RTS dengan pagu raskin  8.046,16  ton.  Tim  Program  Raskin  Kota  Bandar  Lampung 

Dari hasil analisis data dan fakta hasil penelitian telah mengantarkan kita pada kes- impulan bahwa implementasi program Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin) di

Kelancaran penyaluran beras Raskin sangat tergantung dari disiplin seluruh pelaku yang terlibat dalam Raskin. Salah satu yang terpenting adalah kelancaran pembayaran. Keluarga

Dari hasil analisis data dan fakta hasil penelitian telah mengantarkan kita pada kes- impulan bahwa implementasi program Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin) di

Berdasarkan analisa mengenai Implementasi Program Pendistribusian Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di kecamatan Minggir bahwa proses pelaksanaan sesuai mekanisme