• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi penyakit hepatitis dengan pendekatan Agglomerative Hierarchical Clustering.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi penyakit hepatitis dengan pendekatan Agglomerative Hierarchical Clustering."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penyakit hepatitis merupakan salah satu jenis penyakit hati. Walaupun hepatitis memiliki

tipe yang bermacam-macam, tetapi gejala seseorang terkena penyakit hepatitis sangat mirip sehingga sangat sulit untuk menentukan bahwa orang tersebut terkena penyakit hepatitis tipe A, B atau C. Pada bidang teknik informatika, penelitian terkait hepatitis sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Estu Karunianingtyas. Pada penelitian tersebut hanya mendapatkan akurasi 51,11 % karena hanya menggunakan data gejala yang tidak pasti merujuk pada satu penyakit saja.

Pada penelitian ini menambahkan data laboratorium sehingga mempengaruhi hasil akurasi dimana data laboratorium dapat mendiagnosa dengan benar jenis penyakit hepatitis. Berdasarkan hal tersebut maka sistem cerdas dibuat untuk mengelompokkan pasien yang terinfeksi hepatitis A, B dan C sesuai dengan data gejala dan data laboratoriumnya. Tahap

pada penelitian ini menggunakan knowledge discovery in databases sehingga tujuan

penelitian dapat tercapai. Pengelompokkan ini menggunakan algoritma agglomerative

hierarchical clustering dengan pengukuran kemiripan single, average dan complete linkage. Ada empat pengujian yang dilakukan untuk menghitung akurasi, yaitu perhitungan data laboratorium yang mendapatkan hasil 100 %, data gabungan gejala dan laboratorium dengan hasil 82,72 %, data laboratorium dan data gejala yang sudah diproses dengan principal component analysisdengan hasil 80,90 % serta data laboratorium dan data gejala hasil dari

principal component analysisdengan 100 %. Hasil yang baik didapatkan oleh normalisasi

[0-1] dengan pengukuran kemiripan complete linkage. Data laboratorium yang digunakan untuk

(2)

Hepatitis is one of kind the liver diseases. There are many various types of hepatitis. However, the symptoms of hepatitis are very similar because of that it was very difficult to determine that the person was infected by hepatitis A, hepatitis B and hepatitis C. In informatics engineering’s field, the research about hepatitis diseases had been done by Estu Karunianingtyas. In that research, it just got accuracy about 51,11 % because it only used symptoms data that were not only indicated one disease.

This research added laboratory data to influence the result of accuracy in which laboratory data can diagnose the hepatitis diseases correctly. Based on the previous explanation, intelligent system was made in order to cluster the patients who were infected by hepatitis A, hepatitis B, and hepatitis C that were appropriate with the laboratory data and the symptoms data. The step of this research used knowledge discovery in databases so that the

purpose of this research can be achieved. The clustering’s algorithm that were

usedwereagglomerative hierarchical clustering with similarity measure of single, average and complete linkage.

(3)

i

IDENTIFIKASI PENYAKIT HEPATITIS DENGAN

PENDEKATAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL

CLUSTERING

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh : Christina Wienda Asrini

095314011

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

IDENTIFICATION OF HEPATITIS DISEASE BY USING

AGGLOMERATIVEHIERARCHICAL CLUSTERING

APPROACH

A Thesis

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering Study Program

By :

Christina Wienda Asrini 095314011

HALAMAN JUDUL (Inggris)

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)

iii

(6)

iv

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus,

Keluarga tercinta, Dosen serta sahabat yang terkasih

Terima Kasih atas segalanya

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 November 2013

Penulis

Christina Wienda Asrini

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Christina Wienda Asrini

NIM : 095314011

Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dhama karya ilmiah yang berjudul :

IDENTIFIKASI PENYAKIT HEPATITIS DENGAN PENDEKATAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL CLUSTERING

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada) dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, ….. November 2013

Yang menyatakan,

(10)

viii

IDENTIFIKASI PENYAKIT HEPATITIS DENGAN PENDEKATAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL CLUSTERING

ABSTRAK

Penyakit hepatitis merupakan salah satu jenis penyakit hati. Walaupun

hepatitis memiliki tipe yang bermacam-macam, tetapi gejala seseorang terkena penyakit hepatitis sangat mirip sehingga sangat sulit untuk menentukan bahwa orang tersebut terkena penyakit hepatitis tipe A, B atau C. Pada bidang teknik informatika, penelitian terkait hepatitis sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Estu Karunianingtyas. Pada penelitian tersebut hanya mendapatkan akurasi 51,11 % karena hanya menggunakan data gejala yang tidak pasti merujuk pada satu penyakit saja.

Pada penelitian ini menambahkan data laboratorium sehingga mempengaruhi hasil akurasi dimana data laboratorium dapat mendiagnosa dengan benar jenis penyakit hepatitis. Berdasarkan hal tersebut maka sistem cerdas dibuat untuk mengelompokkan pasien yang terinfeksi hepatitis A, B dan C sesuai dengan data gejala dan data laboratoriumnya. Tahap pada penelitian ini menggunakan

knowledge discovery in databases sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Pengelompokkan ini menggunakan algoritma agglomerative hierarchical

clustering dengan pengukuran kemiripan single, average dan complete linkage. Ada empat pengujian yang dilakukan untuk menghitung akurasi, yaitu perhitungan data laboratorium yang mendapatkan hasil 100 %, data gabungan gejala dan laboratorium dengan hasil 82,72 %, data laboratorium dan data gejala yang sudah diproses dengan principal component analysisdengan hasil 80,90 %

serta data laboratorium dan data gejala hasil dari principal component

analysisdengan 100 %. Hasil yang baik didapatkan oleh normalisasi [0-1] dengan

pengukuran kemiripan complete linkage. Data laboratorium yang digunakan untuk

(11)

ix

ABSTRACT

Hepatitis is one of kind the liver diseases. There are many various types of hepatitis. However, the symptoms of hepatitis are very similar because of that it was very difficult to determine that the person was infected by hepatitis A, hepatitis B and hepatitis C. In informatics engineering’s field, the research about hepatitis diseases had been done by Estu Karunianingtyas. In that research, it just got accuracy about 51,11 % because it only used symptoms data that were not only indicated one disease.

This research added laboratory data to influence the result of accuracy in which laboratory data can diagnose the hepatitis diseases correctly. Based on the previous explanation, intelligent system was made in order to cluster the patients who were infected by hepatitis A, hepatitis B, and hepatitis C that were appropriate with the laboratory data and the symptoms data. The step of this research used knowledge discovery in databases so that the purpose of this

research can be achieved. The clustering’s algorithm that were

usedwereagglomerative hierarchical clustering with similarity measure of single, average and complete linkage.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

limpahan kebaikan dan penyertaan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “Identifikasi Penyakit Hepatitis dengan Pendekatan

Aglomerative Hierarchical Clustering”. Pada proses penulisan tugas akhir ini,

saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Romo Dr. Cyprianus Kuntoro Adi, SJ, MA, M.Sc selaku dosen

pembimbing, terima kasih atas segala bimbingan dan kesabarannya

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom, M.T dan Ibu Sri hartati Wijono, S.Si,

M.Kom, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak kritik dan

saran terhadap tugas akhir saya.

3. Seluruh staff dosen dan laboran teknik informatika universitas sanata

dharma yang telah banyak memberikan bantuan selama saya menempuh

studi.

4. Kedua orang tua saya, bapak Dwi Budiyanto dan ibu Endang Retno yang

senantiasa mendukung saya dengan doa, kasih sayang dan perhatiannya

sehingga saya mampu menyelesaikan studi saya.

5. Adik satu-satunya Enggar Jati, saya juga mengucapkan terimakasih karena

(13)

xi

6. Keluarga saya yang lain, Eyang kakung dan eyang putri dari Magelang

dan Temanggung, Angga Satria, Dolorosa Lintang, Tante Woro dan Om

Dwi yang juga telah memberikan dukungannya serta doa.

7. Sahabat yang luar biasa dari SMP, Lucia Septi dan Gofenni yang

senantiasa mendengarkan keluh kesah setiap saat serta memberi saya

dukungan moril.

8. Teman-teman dari Teknik Informatika 2009, Cosmas Dipta, Mirella Tri,

Fiona Endah, Fidelis Adi, Audris Evan, Astriana Krisma, Rafaela Rosi,

Dyah Ayu Paramita, Ade Ignatio, Nicodimus, Laurentius Puji, Petrus Kiki,

Setyo Resmi, Wiwinniarti,Yoseph Dian, Agustinus Wikrama dan semua

yang tidak sempat disebutkan, terimakasih atas segala dukungan, bantuan,

canda-tawa dan doa sehingga saya dapat tetap semangat.

9. Teman-teman dari PBSID dan PBI 2009, Yohanes Marwan dan Paulina

Ine, yang membantu saya mengoreksi dan memberikan dukungan.

Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran untuk perbaikan tugas

akhir ini sangat diperlukan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Sekian dan terima kasih.

Yogyakarta, 11 November 2013

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL (Inggris) ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

2.1 Pengertian Knowledge Discovery in Databases (KDD) ... 6

2.2 Jenis-Jenis Metode Data mining ... 10

2.3 Metode Clustering ... 13

2.3.1 Pengertian Clustering ... 13

2.3.2 Agglomerative Hierarchical Clustering ... 19

2.4 Dimensionality Reduction ... 29

(15)

xiii

2.6 Pengujian Keakuratan Metode... 34

BAB III ... 37

METODOLOGI PENELITIAN... 37

3.1 Data ... 37

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.3 Teknik Analisa Data ... 39

3.4 Design User Interface ... 46

3.5 Spesifikasi Software dan Hardware ... 49

BAB IV ... 50

IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL ... 50

4.1 Hasil Penelitian dan Analisa... 50

4.2 Preprocessing Data ... 52

4.3 Hasil Uji Clustering dan Akurasi ... 56

4.4 Implementasi User Interface ... 83

4.4.1 Tampilan menu utama ... 83

4.4.2 Tampilan sub menu preprocessing ... 84

4.4.3 Tampilan sub menu clustering ... 86

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Proses KDD 7

2.2 Obyek dan atribut 9

2.3 Ilustrasi algoritma Apriori 11

2.4 Hasil clustering pada data

hipertensi

13

2.5 Dendrogram 16

2.6 Hasil ilustrasi clustering 19

2.7 Matriks jarak 21

2.8 Matriks jarak kedua single linkage 22

2.9 Matriks jarak ketiga single linkage 22

2.10 Matriks jarak terakhir single linkage

23

2.11 Dendrogram single linkage untuk jarak antara lima obyek

23

2.12 Matriks jarak kedua complete linkage

24

2.13 Matriks jarak ketiga complete linkage

25

2.14 Demdrogram complete linkage

untuk jarak antara lima obyek

25

2.15 Matriks jarak kedua average linkage

26

2.16 Matriks jarak ketiga average linkage

27

2.17 Matriks jarak terakhir average linkage

27

2.18 Demdrogram average linkage

untuk jarak antara lima obyek

28

2.19 Dendrogram yang sudah di

lakukan pemotongan (cut-off)

28

3.1 Diagram blok proses clustering 40

3.2 Dendrogram single linkage 41

3.3 Dendrogram average linkage 42

3.4 Dendrogram complete linkage 42

3.5 Halaman utama 47

3.6 Halaman preprocessing 48

3.7 Halaman clustering 49

4.1 Dendrogram complete linkage 60

4.2 Dendrogram complete linkage 61

(17)

xv

4.4 Dendrogram complete linkage 63

4.5 Dendrogram complete linkage 65

4.6 Grafik akurasi tanpa normalisasi 66

4.7 Dendrogram single linkage 68

4.8 Dendrogram average linkage 68

4.9 Dendrogram complete linkage 69

4.10 Dendrogram complete linkage 70

4.11 Dendrogram complete linkage 71

4.12 Dendrogram single linkage 73

4.13 Dendrogram average linkage 73

4.14 Dendrogram complete linkage 74

4.15 Hasil akurasi dengan normalisasi [0-1]

75

4.16 Dendrogram single linkage 76

4.17 Dendrogram complete linkage 78

4.18 Dendrogram complete linkage 79

4.19 Dendrogram complete linkage 80

4.20 Hasil akurasi dengan normalisasi

zscore

81

4.21 Halaman utama sistem 84

4.22 Halaman preprocessing sistem 85

4.23 Halaman clusterig sistem 87

4.24 Contoh Dendrogram 88

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Contoh data klasifikasi 11

2.2 Contoh data clustering 12

2.3 Contoh data 20

2.4 Contoh matrik similiarity 20

2.5 Cluster Evaluation 34

3.1 Data gejala hepatitis 40

3.2 Contoh matrik jarak dengan

Euclidean distance

43

3.3 Hasilcluster 45

3.4 Confusion matrix 46

4.1 Deskripsi data gejala hepatitis 51

4.2 Deskripsi data laboratorium

hepatitis

52

4.3 SGOT dan SGPT sebelum dan

sesudah normalisasi

54

4.4 Penanda hepatitis sebelum dan

sesudah normalisasi

55

4.5 Hasil tanpa normalisasi 59

4.6 Confusion matrix complete linkage 61 4.7 Confusion matrix complete linkage 62 4.8 Confusion matrix single linkage 63 4.9 Confusion matrix complete linkage 64 4.10 Confusion matrix complete linkage 65 4.11 Hasil akurasi dengan normalisasi

[0-1]

66

4.12 Confusion matrix single linkage, average lnkage, complete linkage

69

4.13 Confusion matrix complete linkage 70 4.14 Confusion matrix complete linkage 72 4.15 Confusion matrix complete linkage 74 4.16 Hasil akurasi dengan normalisasi

zscore

75

4.17 Confusion matrix single linkage 77 4.18 Confusion matrix complete linkage 78 4.19 Confusion matrix complete linkage 79 4.20 Confusion matrix complete linkage 80 4.21 Hasil pengelompokkan dengan

agglomerative hierarchical clustering

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan latar belakang yang menjadi landasan dalam penelitian

ini. Kemudian dari latar belakang yang ada dirumuskan permasalahan untuk

diselesaikan beserta batasan masalah yang diberikan pada penelitian ini. Pada bab

ini juga menjelaskan mengenai tujuan dari penelitian dan manfaat penelitian

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan perlu dijaga oleh

masyarakat. Dewasa ini, masyarakat mudah terserang penyakit karena perubahan

cuaca yang ekstrim, kondisi lingkungan yang tidak bersih, dan pola hidup yang

tidak teratur. Selain itu, penyakityang ada kinimemiliki beragam tipe. Penyakit

tersebut mulai mengalami perubahan (mutasi) sehingga menghasilkan tipe

penyakit baru, seperti flu burung dengan tipe baru yang lebih ganas dari tipe

sebelumnya. Penyakit yang sudah lama pun ada yang memiliki beragam tipe

seperti hepatitis, jantung dan diabetes.

Penyakit hepatitis merupakan salah satu penyakit yang sekarang ini mulai

banyak diderita terutama hepatitis B dan C (Abas, 2011). Penyakit hepatitis

mempunyai tipe-tipe yang berbeda, antara lain hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C,

hepatitis D, hepatitis E, hepatitis F dan hepatitis G. Hepatitis A merupakan tipe

hepatitis yang paling ringan, sedangkan hepatitis B merupakan tipe hepatitis yang

(20)

dan C di Indonesia akan menjadi penyakit hati kronik, sedangkan 10 persen

penderita menjadi penyakit liver fibrosis dan kanker hati (Dimyati, 2011). Istilah

hepatitisberasal dari bahasa latin yang dipakai untuk semua jenis peradangan pada

hati (Wening Sari, 2008:10). Penyakit inimemiliki penyebab antara lain, virus,

komplikasi dari penyakit lain, alkohol, obat-obatan atau zat kimia sampai karena

penyakit autoimun (Wening Sari, 2008:16). Proses pemeriksaan yang dilakukan

dokter dengan cara melakukan pemeriksaan fisik dananamnesisserta pemeriksaan

laboratorium.

Pemilihan penyakit hepatitis dilakukan karena banyak orang yang tidak

sadar terkena penyakit hepatitis tipe tertentu karena gejalanya yang mirip. Hal ini

dapat dijadikan studi kasus pada data mining. Data mining adalah bagian dari

knowledge discovery in databasesyang merupakan keseluruhan proses konversi

data mentah menjadi pengetahuan yang bermanfaat yang terdiri dari serangkaian

tahap transformasi meliputi data preprocessing dan postprocessing. Pengertian

data mining itu merujuk pada “extracting” atau “mining” pengetahuan dari

sekumpulan besar data (Han&Kamber,2004). Data mining memiliki beberapa

metode, antara lain classification, association dan clustering.

Penelitian terkait hepatitis sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu

“Sistem Diagnosa Penyakit Hepatitis dengan menggunakan Metode Naïve

Bayesian” oleh EstuKarunianingtyas. Penelitian tersebut menggunakan data

mining untuk menentukan pasien tertentu masuk pada kelas hepatitis A, B atau C

berdasarkan gejala. Akurasi pada penelitian sebelumnya tergolong rendah karena

(21)

per gejala. Penelitian ini akan memasukkan pemeriksaan laboratorium dalam

proses analisis. Metode clustering digunakan karena dengan menggunakan

pendekatan yang berbeda dan menambah feature yang lebih lengkap maka dapat

memberikan hasil pengelompokan yang berbeda dan lebih baik.Data gejala dan

data hasil laboratoriumhepatitis akan dikelompokkan sesuai dengan tipe

hepatitisnya dengan menemukan kemiripan antar data, maka akan terbentuk

kelompok yang berisi data pasien yang terkena hepatitis A, hepatitis B dan

hepatitis C.

Algoritmayang digunakandengan pendekatan hirarki yaituagglomerative

hierarchical clustering. Algoritma tersebut mengelompokkan data gejala yang

mirip ke dalam cluster yang sama, sedangkan yang jauh dikelompokkan pada

hirarki yang berbeda. Proses yang dikerjakan mulai dari Ncluster menjadi satu

kesatuan cluster, dimana N adalah jumlah data. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan. Selain itu, penelitian ini

juga menambahkan data hasil laboratorium sehingga akurasi pengelompokkannya

dapat lebih tinggi.Penelitian ini penting untuk dilakukan karena dapat membantu

dalam mengelompokkan data gejala pasien menurut tipe penyakit

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

- Sejauh mana metode agglomerativehierarchicalclustering secara akurat

mampu mengelompokkan pasien yang terkena hepatitis A, B atau C?

1.3 Batasan Masalah

Pada pengerjaan penelitian ini diberikan batasan-batasan masalah untuk

permasalahan yang ada antara lain,

1. Metode data mining yang digunakan adalah dengan menggunakan

agglomerativehierarchical clustering.

2. Jenis pengukuran kemiripan yang digunakan adalah single linkage,

average linkage dan complete linkage menggunakan prinsip jarak

minimum yang diawali dengan mencari dua obyek terdekat dan keduanya

membentuk cluster

3. Penyakit hepatitis yang akan diteliti hanya yang bertipe A, B dan C

sampelnya akan diambil dari kumpulan pasien yang berobat pada dokter

(23)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini, yaitu :

1. Menganalisa, merancang, mengimplementasikan sistem cerdas untuk

mengelompokan penyakit hepatitis.

2. Mengetahui hasil pengelompokan pasien yang terkena penyakit hepatitis

A, hepatitis B dan hepatitis C dengan metode agglomerative hierarchical

clustering.

3. Menguji kehandalan sistem dengan menghitung akurasi pengelompokan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diberikan penelitian ini, yaitu :

1. Membantu menganalisa permasalahan yang ada dibidang kedokteran

dengan metode data mining.

2. Menjadi referensi bagi penelitian-penelitian berikut yang relevan dengan

(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang dasar teori yang digunakan dalam penyusunan tugas

akhir ini untuk memperjelas materi-materi yang digunakan dalam penelitian.

Penjelasan dimulai dengan Knowledge Discovery in Databases, tentang penyakit

hepatitis, cara perhitunganagglomerative hierarchical clustering danmetode

akurasi yang akan dipakai.

2.1 Pengertian Knowledge Discovery in Databases (KDD)

Data mining adalah bagian dari Knowledge Discovery in Databases yang

merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan, pemakaian data historis untuk

menemukan keteraturan, pola atau hubungan dalam data yang berukuran besar

(Santoso, 2007). Data mining juga merupakan ilmu pengetahuan yang sekarang

sering digunakan untuk mencari informasi yang berada pada kumpulan data yang

berjumlah banyak. Pengertian data mining itu merujuk pada extracting atau

mining pengetahuan dari sekumpulan besar data (Han&Kamber,2004).

Knowledge discovery in databases memiliki proses yang harus dilakukan

dalam mencari pengetahuan yang diperlukan, yaitu data cleaning, data

integration, data selection, data transformation, data mining dan pattern

(25)

Gambar 2.1 : (Han& Kamber,2004)Proses KDD

1. Data cleaning

Langkah pertama adalah dengan melakukan pembersihan terhadap

data. Proses ini bertujuanuntuk menghilangkan noise dan data yang tidak

konsisten.

2. Data integration

Pada tahap ini, sumber data yang terpecah dan terpisah akan

digabungkan dari segala macam tempat penyimpanan menjadi satu tempat.

3. Data selection

Pada data selection, data yang relevan diambil dari database untuk

dianalisis. Atribut yang tidak relevan tidak akan digunakan dalam proses

selanjutnya.

4. Data transformation

Pada tahap ini data diubah menjadi bentuk yang tepat untuk

(26)

smooting, aggregation, generalization dan attribute construction atau

feature construction. Contoh metode normalisasi, yaitu [0-1] dan zscore.

Definisi rumus normalisasi[0-1], sebagai berikut .

�= �− � �

� − � �

Keterangan :

- Xi = nilai yang akan dinormalisasi

- Xmin = nilai minimum dari variabel

- Xmax = nilai maksimum dari variabel

Definisi rumus zscore, sebagai berikut :

= � − � �

(2.2)

Keterangan :

- X = nilai yang akan di normalisasi

- µ = rata-rata

- σ = standar deviasi

5. Data mining

Pada proses data mining ini merupakan suatu proses utama saat

(27)

6. Pattern evaluation

Pada tahap ini, mengidentifikasi pola yang benar-benar menarik

yang mewakili pengetahuan berdasarkan atas beberapa pengukuran yang

penting.

7. Knowledge presentation

Langkah terakhir ini informasi yang sudah ditambang akan

divisualisasikan dan direpresentasikan kepada user.

Langkah 1 sampai dengan 4 merupakan langkah preprocessing. Setelah

melakukan serangkaian proses diatas seperti data cleaning, data integration, data

selection dan data transformation, maka hasilnya siap untuk dilakukan proses

mining. Pada data mining, data yang dipakai merupakan sekumpulan obyek data

dan atribut. Atribut merupakan karakteristik yang dimiliki oleh sebuah obyek.

Gambar 2.2 memperlihatkan obyek serta atribut pada sekumpulan dataset yang

akan diukur dengan menggunakan metode pada data mining.

(28)

2.2 Jenis-Jenis Metode Data mining

Pada model data mining dibuat dari metode pembelajaran dengan

supervised dan unsupervised. Fungsi pembelajaran supervised digunakan untuk

memprediksi suatu nilai dan mempunyai keluaran berupa label dari setiap data.

Pada supervised memiliki proses training dan testing terhadap data yang ada.

Setelah dilakukan proses tersebut, maka dapat diketahui parameter yang

digunakan untuk menentukan model. Model ini yang akan melakukan tugas

prediksi atau peramalan. Contoh dari algoritma dengan pembelajaran supervised,

yaitu naïve Bayesian. Fungsi pembelajaran unsupervised tidak memerlukan label

dan datanya tidak perlu dilakukan proses training dan testing. Label yang ada

pada unsupervised adalah label dari data yang akan dikelompokkan sehingga

dengan label tersebut dapat diketahui bahwa data tersebut masuk ke dalam

kelompok tertentu. Contoh algoritma unsupervised, yaitu k-means clustering dan

agglomerative hierarchical clustering.

Data mining memiliki beberapa metode yang sering dibahas, antara lain

classification, association danclustering. Setiap metode memiliki berbagai macam

algoritma sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.

a. Classification mining adalah sebuah pengekstraksi pola pengelompokan

atau pengklasifikasian sebuah himpunan obyek atau data ke dalam kelas

tertentu berdasarkan atribut-atributnya. Contoh algoritma klasifikasi

adalah naïve bayesian, decision tree dan support vector machine. Berikut

(29)

Tabel 2.1 (Ali, 2006) contoh data klasifikasi

Pada contoh tersebut terdapat label pada setiap obyek data yang menjadi

kesimpulan bahwa orang tersebut terkena hipertensi atau tidak.

b. Association mining adalah sebuah cara untuk menemukan pola asosiasi

dalam data. Contoh pada association, mempunyai algoritma apriori,

FPTree. Berikut ini merupakan contoh kasus pada association.

(30)

Contohnya pada saat menganalisa keranjang belanja dengan menghitung

support dan confidence pada masing-masing item set, maka dapat

diketahui pola asosiasinya seperti barang-barang yang dibeli secara

bersamaan pada suatu transaksi pembelian. Pola tersebut berguna untuk

keperluan promosi, segmentasi pembeli, pembuatan catalog produk dan

melihat pola belanja pembeli.

c. Clustering mining adalah proses mencari cluster atau kelompok dari

sekumpulan obyek sehingga obyek-obyek di dalam sebuah cluster mirip

satu dengan lainnya, dan berbeda dengan obyek di luar cluster-nya. Ada 2

jenis clusteringyang biasa digunakan, yaitu hierarchical clustering dan

partition clustering. Contoh algoritma yang ada pada clustering adalah

K-Means dan agglomerative. Berikut ini contoh data pada clustering.

(31)

Pada gambar tersebut tidak terdapat label yang menyertakan orang tersebut

terkena hipertensi atau tidak. Pada clustering, ditentukan labelnya

berdasarkan tingkat kemiripan data. Seperti pada gambar dibawah ini

terdapat 2 buah cluster,cluster pertama berada pada tingkat gemuk dan

sangat gemuk serta terletak pada usia muda dan paruh baya. Sedangkan

cluster kedua pada tingkat terlalu gemuk dan usia paruh baya dan tua,

maka dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada cluster kedua

merupakan pasien yang terkena hipertensi. Sedangkan pada cluster

pertama tidak.

Gambar 2.4 (Ali, 2006) hasil clusteringpada data hipertensi

2.3 Metode Clustering

2.3.1 Pengertian Clustering

Metode data mining yang akan dipakai adalah clustering.Clustering

merupakan proses pengelompokan objek yang sama menjadi satu kelompok,

sedangkan obyek diantara kelompok tersebut berbeda satu sama lain. Pada proses

(32)

dalam cluster yang sama dan berbeda untuk objek dalam kelompok lain. Tujuan

dari cluster ini untuk menemukan kemiripan antara data, sesuai dengan

karakteristik yang ditemukan di dalam data dan pengelompokan data objek yang

sama ke dalam kelompok-kelompok tertentu (Han&Kamber.2004). Jadi, prinsip

dari clustering adalah memaksimalkan kesamaan antar anggota satu cluster dan

meminimumkan kesamaan antar cluster.

Pada clustering terdapat 2 jenis metode, yaituhierarchical clusteringdan

partition clustering. Hierarchical clusteringadalah teknik clustering yang

membentuk hirarki dimana data yang mirip akan ditempatkan pada hirarki yang

berdekatan dan yang tidak pada hirarki yang berjauhan. Metode ini terbagi

menjadi dua yaitu bottom-up (agglomerative) yang menggabungkan cluster kecil

menjadi cluster lebih besar dan top-down (divisive) yang memecah cluster besar

menjadi cluster yang lebih kecil. Sedangkan partition clustering adalah teknik

pengelompokan obyek ke dalam cluster tertentu dengan menentukan jumlah

cluster terlebih dahulu. Contohnya: algoritma K-Means dan Fuzzy K-Means.

Metode yang akan digunakan untuk penelitian ini menggunakan pendekatan

hirarki yaitu dengan menggunakan agglomerative hierarchical clustering.

Pemilihan metode agglomerative hierarchical clusteringkarena algoritmanya

yang sederhana, jarak untuk setiap gejala dapat diketahui, model

pengelompokannya dapat dilihat dengan dendrogram, dan tidak perlu menentukan

jumlah cluster yang diinginkan diawal. Metode tersebut bekerja dengan

mengelompokan data-data yang mirip ke dalam hirarki yang sama sedangkan

(33)

proses clustering dari Ncluster menjadi satu kesatuan cluster, dimana N adalah

jumlah data. Jenis pengukuran jarak yang akan digunakan adalah single linkage,

average linkagedan complete linkage. Penggunaan tiga pengukuran kemiripan

jarak karena dapat mengetahui mana hasil yang terbaik dengan melihat

dendrogram yang dihasilkan.

a. Single linkage merupakan jarak minimum antara elemen dari setiap

cluster. Jarak antara dua cluster didefinisikan sebagai

(2.3)

Keterangan :

- Sxy merupakan jarak antara dua data x dan y dari masing cluster A

dan B.

b. Average linkagemerupakan rata-rata jarak antara elemen dari setiap

cluster pada setiap data. Jarak antar cluster didefinisikan sebagai,

, = 1 { , }

� �

(2.4)

Keterangan :

- nA dan nB adalah banyaknya data dalam set A dan B.

(34)

c. Complete linkagemelihat jarak maksimum antar elemen dalam cluster.

Jarak antar cluster didefinisikan sebagai,

(2.5)

Keterangan :

- Sxy merupakan jarak antara dua data x dan y dari masing cluster A

dan B.

Ketiga jenis pengukuran jarak tersebutmenggunakan prinsip jarak minimum

yang diawali dengan mencari dua obyek terdekat dan keduanya membentuk

cluster yang pertama. Langkah selanjutnya dapat dipilih menjadi dua

kemungkinan, obyek ketiga akan bergabung dengan cluster yang telah terbentuk,

atau membentuk cluster baru. Proses ini akan berlanjut sampai akhirnya terbentuk

cluster tunggal. Hasil dari pengelompokan ini dapat ditampilkan dalam bentuk

dendrogram.

Gambar 2.5 : dendrogram

(35)

Pada dendrogram diatas terdapat jarak antar obyek. Garis vertikal

merupakan jarak, sedangkan garis horizontal merupakan obyek. Salah satu cara

untuk mempermudah pengembangan dendrogram untuk hierarchicalclustering ini

adalah dengan membuat similarity matrix yang memuat tingkat kemiripan antar

data yang dikelompokkan. Tingkat kemiripan bisa dihitung dengan berbagai

macam cara seperti :

a. Euclidean distance, pengukuran jarak yang biasa digunakan dan sering

disebut dengan formula phytagoras.

(2.6) Keterangan :

- n = jumlah atribut atau dimensi.

- pkdan qk= data.

b. Minskowski distance, merupakan generalisasi dari euclidean matrix.

(2.7)

Keterangan :

1. r = parameter

2. n = jumlah dimensi atau atribut,

(36)

c. Simple Matching Coefficients, biasa digunakan jika data hanya memiliki

atribut bertipe biner. Cara kerjanya adalah jumlah data yang cocok

dibagi dengan jumlah atribut.

SMC = (M11+ M00 ) / (M01 + M10 + M11+ M00 )

(2.8)

Keterangan :

1. M01 = jumlah atribut dimana p = 0 dan q = 1

2. M10 = jumlah atribut dimana p = 1 dan q = 0

3. M00 = jumlah atribut dimana p = 0 dan q = 0

4. M11 = jumlah atribut dimana p = 1 dan q = 1

d. Jaccard Coefficient, biasa digunakan jika data hanya memiliki atribut

bertipe biner. Cara kerjanya adalah jumlah biner 1 dan 1 yang cocok

dibagi dengan jumlah nilai atribut yang keduanya tidak 0.

J = (M11) / (M01 + M10 + M11)

(2.9)

Keterangan :

1. M01 = jumlah atribut dimana p = 0 dan q = 1

(37)

3. M00 = jumlah atribut dimana p = 0 dan q = 0

4. M11 = jumlah atribut dimana p = 1 dan q = 1

2.3.2 Agglomerative Hierarchical Clustering

Pada agglomerative hierarchical clustering, harus dihitung jarak

masing-masing obyek. Setelah jarak dari semua obyek dihitung, maka lakukan

langkah-langkah berikut ini :

1. Biarkan setiap data point menjadi sebuah cluster

2. Hitung matriks kemiripan

3. Kelompokkan data paling mirip untuk dimasukan ke dalam cluster yang

sama dengan melihat jarak dalam matriks kemiripan

4. Perbarui matriks kemiripan dengan jarak yang baru.

5. Ulangi sampai tersisa hanya satu cluster. (Tan,Steinbach,dkk 2004).

(38)

Rumus yang digunakan dalam menghitung jarak antar obyek

bermacam-macam dan salah satu yang digunakan adalah euclidean distance. Pada tabel

dibawah ini merupakan contoh data yang belum dihitung jarak kedekatannya. Dari

tabel inilah dapat dihitung dengan menggunakan rumus euclidean distance.

Tabel 2.3 Contoh Data

Setelah dihitung jarak antar obyek maka dibuatkan matriks jarak. Dalam

matriks ini jarak dari setiap pasang obyek dihitung dan nilai dalam satu masukan

menunjukan jarak antar obyek dari indeks dari kolom dan baris. Matriks jarak ini

bersifat simetris.

Tabel 2.4 Contoh Matriks Similiarity

1 2 3 4 5 6

(39)

Pada single linkage, akan mengelompokan data dengan cara melihat jarak

yang paling minimum.

Gambar 2.7 : matriks jarak

Pertama gabungkan dua item yang paling dekat, karena objek 5 dan 3

memiliki jarak yang minimum, maka kedua obyek tersebut digabung

min(dik ) = d53 = 2 untuk membentuk cluster (35). Kemudian untuk

menemukan cluster berikutnya, maka memerlukan jarak-jarak antara

cluster (35) dan objek-objek yang lain yang tersisa yaitu 1, 2 dan 4. Jarak

yang berdekatan, yaitu :

- d (35 )1 = min { d 31, d 51} = min {3, 11} = 3

- d (35 )2 = min { d 32, d 52} = min {7, 10} = 7

- d (35 )4 = min { d 34, d 54} = min { 9, 8} = 8

Kemudian menghapus baris dan kolom yang bersesuaian dengan objek 3,

(40)

Gambar 2.8 : matriks jarak keduasingle linkage

Dari matriks jarak yang baru tersebut, cari jarak terkecil antara

pasangan-pasangan cluster sekarang, yaitu d (35)1 = 3. Lalu menggabungkan cluster

(1) dengan cluster (35) untuk mendapatkan cluster berikutnya dengan

menghitung :

- d (135 )2 = min { d (35)2, d 12} = min {7, 9} = 7

- d (135 )4 = min { d (35)4, d 14} = min {8, 6} = 6

Kemudian hapus baris dan kolom dari cluster (35) dan (1), maka akan

mendapatkan matrik jarak untuk hasil cluster berikutnya, yaitu :

Gambar 2.9 : matriks jarak ketigasingle linkage

Jarak terdekat berikutnya yang paling kecil antara pasangan cluster adalah

(41)

Saat ini sudah mempunyai 2 cluster yang berlainan, (135) dan (24), maka

jarak terdekatnya, yaitu

- d (135 )24 = min { d (135 )2 , d (135 )4 } = min {7, 6} = 6

Proses perhitungan sudah selesai karena cluster sudah tersisa satu. Dari

hasil diatas menghasilkan matriks jarak yang terakhir dan dendrogramnya

sebagai berikut :

Gambar 2.10 : matriks jarak terakhirsingle linkage

Gambar 2.11: Dendrogram single linkage untuk jarak antara 5 obyek

b. Jarak maksimum antara elemen dalam cluster (complete linkage).

Pada complete linkage, semua item dalam satu cluster berada dalam jarak

paling jauh satu sama lain. Pada complete linkage ini menggunakan

(42)

Pada tahap pertama objek- objek 3 dan 5 digabung karena jaraknya paling

dekat. Perbedaan single linkagedengan complete linkageadalah pemilihan

jaraknya. Setelah dihitung maka akan menghasilkan matriks jarak baru.

Kolom dan baris 3 dan 5 akan dihapus untuk membentuk cluster 35.

- d (35 )1 = maks { d 31, d 51} = maks {3, 11} = 11

- d (35 )2 = maks { d 32, d 52} = maks {7, 10} = 10

- d (35 )4 = maks { d 34, d 54} = maks { 9, 8} = 9

Gambar 2.12 : matriks jarak keduacomplete linkage

Penggabungan berikutnya terjadi antara kelompok yang paling dekat 2 dan

4 untuk membentuk cluster (24) = 5. Pada tahap ini menghasilkan matrik

jarak yang baru dengan menghapus baris dan kolom yang bersesuaian.

- d (24)(35) = maks { d 2(35), d 4(35)} = maks {10, 9} = 10

(43)

Gambar 2.13: matriks jarak ketigacomplete linkage

Penggabungan berikutnya menghasilkan cluster (124). Pada tahap akhir

kelompok (35) dan (124) digabungkan menjadi cluster tunggal (12345)

pada perhitungan d (124)(35) = maks { d (1)(35) , d (24)(35) } = maks {11,

10} = 11. Dari hasil inilah maka dapat dibuat bentuk dendrogramnya

seperti pada gambar dibawah ini.

(44)

c. Rata-rata jarak antara elemen dari setiap cluster (average linkage).

Pada average linkage, jarak antara dua cluster dihitung sebagai jarak

rata-rata antara semua pasangan item-item yang ada pada tiap cluster. Pada

average linkageini juga masih menggunakan matriks jarak pertama. Pada

tahap pertama objek 3 dan 5 digabung karena mereka paling dekat

jaraknya. Pada tahap kedua, hitung jarak seperti dibawah ini.

- d (35 )1 = { d 31+ d 51}/ 2 = {3 +11}/ 2 = 7

- d (35 )2 = { d 32 + d 52}/2 = {7 + 10}/2 = 8,5

- d (35 )4 = { d 34 + d 54}/2 = { 9 + 8}/2 = 8,5

Gambar 2.15 : matriks jarak keduaaverage linkage

Kemudian cari jarak yang paling dekat berikutnya. Kelompok yang paling

mirip adalah 2 dan 4 untuk membentuk cluster (24) = 5. Pada tahap ketiga,

hitung gabungan cluster untuk menghasilkan matrik jarak yang baru.

- d (24)35 = {d (2,3) + d(2,5) + d(4,3) +d(4,5) }/4 = (7+10+9+8)/4 = 8,5

(45)

Gambar 2.16: Matriks jarak ketigaaverage linkage

Pada tahap ini, jarak yang paling dekat menghasilkan cluster (135).

Kemudian cluster (135) dan (24) digabungkan menjadi cluster tunggal

(13524). Perhitungan ini akan menghasilkan matriks jarak baru dan

dendrogram.

- d (135)(24) = { d (2,1)+ d (2,3) + d (2,5) + d (4,1)+ d (4,3) + d

(4,5) }/6 = 49/6 =8,17

Gambar 2.17: matriks jarak terakhir average linkage

(46)

Gambar 2.18 : Dendrogram average linkage untuk jarak 5 obyek.

Setelah proses perhitungan dengan single linkage, average linkage dan

complete linkage, maka dibuatkan dendrogram untuk mengetahui

pengelompokkan dari hasil perhitungan tersebut. Pada, agglomerative

hierarchical clustering, dapat menentukan jumlah cluster dengan cara memotong

dendrogram pada jarak tertentu. Contohnya pada gambar dibawah ini. Pada

gambar 2.21 dapat dilihat bahwa cluster terbagi menjadi 2. Cluster 1 berisi obyek

1, 3 dan 5, sedangkan cluster 2 berisi obyek 2 dan 4.

Gambar 2.19 : Dendrogram yang sudah dilakukan pemotongan (cut-off)

(47)

2.4 Dimensionality Reduction

Dimensionality reduction adalah proses pengurangan dimensi dari data yang

berdimensi besar menjadi data yang berdimensi kecil. Ada dua teknik dalam

dimensionality reduction ini, yaitu feature selection dan feature extraction.

Feature selection, memilih feature yang berpengaruh dari sekumpulan data asli.

Feature extraction, membentuk feature baru berdasarkan feature yang lama

dengan dimensi yang lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya.

Teknik yang digunakan adalah featureextraction dengan principal

component analysis. Tujuan dari principal component analysis adalah

mengekstrak informasi yang paling penting dari dataset, mengompres ukuran dari

dataset dengan hanya menjaga informasi yang penting, menyederhanakan

deskripsi dari dataset dan menganalisa struktur dari observasi dan variable

(Herve,Lynne2010). Dalam pencapaian tujuan diatas, principal component

analysis menghitung variabel baru yang disebut dengan principal component yang

diperoleh sebagai kombinasilinear dari variabel yang asli.Principal component

analysis menganalisa semua variance di dalam variabel dan mengatur ulang ke

dalam sekumpulan komponen yang baru yang sama dengan jumlah variabel asli.

Cara kerja dari principal component analysis, antara lain :

1. Pada data matrix, kurangi rata-rata dari setiap dimensi data (scalling).

2. Hitung covariance matrix dari kumpulan data matrix.

3. Hitung eigenvector dan eigenvalue dari covariance matrix.

4. Pilih component dan bentuk vector feature dan ambil principal

(48)

5. Menurunkan data set yang baru. (Smith, 2002).

2.5 Penyakit Hepatitis

Penyakit hepatitisadalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus

yang menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Penyakit

hepatitis mempunyai tipe-tipe yang berbeda, antara lain hepatitis A, hepatitis B,

hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, hepatitis F dan hepatitis G. Hepatitis A

merupakan tipe hepatitis yang paling ringan, sedangkan hepatitis B merupakan

tipe hepatitis yang berbahaya. Sebanyak 50 persen atau 15 juta penderita hepatitis

B dan C di Indonesia akan menjadi penyakit hati kronik dan 10 persen menjadi

liver fibrosis dan kanker hati (dimyati, 2011). Istilah hepatitisberasal dari bahasa

latin yang dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (Wening Sari,

2008:10). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus, komplikasi dari

penyakit lain, alkohol, obat-obatan atau zat kimia sampai karena penyakit

autoimun (Wening Sari, 2008:16).

Hepatitis merupakan penyakit yang sangat menarik untuk dijadikan bahan

penelitian. Sebelumnya sudah ada penelitian yang membahas permasalahan

hepatitis ini. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

metode yang digunakan. Metode yang digunakan adalah classification dengan

algoritma Naïve Bayesian. Hasil dari penelitian tersebut memiliki nilai akurasi

yang tergolong rendah. Akurasi per gejala menghasilkan 44,44 persen, sedangkan

kombinasi gejala menghasilkan akurasi 51,11 persen. Penulis beranggapan bahwa

(49)

hasil pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, maka

penelitian ini akan memakai data hasil pemeriksaan laboratorium sehingga hasil

akurasi yang didapatkan akan tinggi.

Penyakit yang akan dijadikan bahan penelitian adalah hepatitis karena

penyakit tersebut memiliki banyak tipe dan sulit untuk menggolongkan pasien

termasuk dalam tipe hepatitisyang ada karena memiliki gejala yang hampir sama.

Pada penelitian ini terbatas untuk hepatitis A, B dan C saja. Berikut ini

merupakan penjelasan mengenai hepatitistipe A, B dan C.

a. Hepatitis A

Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan

jarang sekali menyebabkan kematian. Virus hepatitis A penyebarannya

melalui kotoran atau tinja penderita yang penularannya melalui makanan

dan minuman yang terkontaminasi dan bukan melalui aktivitas seksual atau

melalui darah. Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi dari 2 sampai 6

minggu sejak penularan terjadi. Kemudian penderita menunjukkan beberapa

tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A. Pada gejala penyakit Hepatitis

A diantaranya yaitu pada minggu pertama, individu yang dijangkit akan

mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan,

muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi

adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu

(50)

b. Hepatitis B

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong

berbahaya didunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B yang

menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut, seperti hepatitis C,

kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.

Proses penularan hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak

dengan darah dari orang yang terinfeksi hepatitis B. Ada beberapa hal yang

menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi saat

melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun

penggunaan alat kebersihan diri secara bersama-sama. Hepatitis B dapat

menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia

produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini. Pada gejala penyakit

Hepatitis B, secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang

akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang

putih atau sklera). Namun, bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung

tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain

menjadi lebih beresiko.

c. Hepatitis C

Penyakit hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus

hepatitis C. Proses penularannya melalui kontak darah seperti transfusi, jarum

suntik. Penderitahepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan

(51)

dan terdeteksi sebagai kanker hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi hepatitis

C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati selama bertahun-tahun.

Penderita sering kali tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi

bertahun-tahun lamanya. Namun, beberapa gejala yang samar diantaranya

adalah lelah, hilang selera makan, sakit perut, urine menjadi gelap dan kulit

atau mata menjadi kuning yang disebut jaundice. Pada beberapa kasus dapat

ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine,

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis hepatitis

karena gejalahepatitis tidak khas. Berikut ini, tahap-tahap pemeriksaan untuk

hepatitis yang harus dilalui selain melihat dari sisi gejala yang tampak dari luar

(Marzuki Suryaatmadja, 2010).

1. Pemeriksaan untuk hepatitis akut:

 Enzim SGOT, SGPT

 Penanda hepatitis A (Anti HAV IgM)

 Penanda hepatitis B (HbsAg, Anti HBc IgM)

 Penanda hepatitis C (Anti HCV, HCV RNA)

2. Pemeriksaan untuk hepatitis kronis:

 Enzim SGOT, SGPT.

 Penanda hepatitis B (HbsAg, Hbe, Anti H Bc, Anti Hbe, HBV DNA).

(52)

2.6 Pengujian Keakuratan Metode

Pengujian keakuratan hasil pengelompokan hepatitis ini penting agar

hasilnya lebih valid. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk mengetahui

keakuratan hasil yang telah diperoleh. Pada clustering biasanya menggunakan 3

pendekatan untuk memastikan bahwa proses clustering tepat. Tiga pendekatan itu

adalah external test, internal test dan relative test.

a. Pengujian dengan metode external test, pada pengujian ini digunakan

untuk mengukur sejauh mana label pada cluster cocok dengan label class

yang disediakan. Seperti pada tabel 2.5 terdapat tabel untuk mengevaluasi

cluster. Kolom mewakili jenis hepatitis, sedangkan baris mewakili

kelompok clustering. Contohnya menggunakan confusion matrix, entropy

dan purity. Rumus yang digunakan untuk menghitung akurasi dengan

confusion matrix, yaitu :

�= � ℎ � � cluster

� ℎ 100 %

(2.7)

Tabel 2.5 : Cluster evaluation

(53)

b. Pengujian dengan metode internal test, pada pengujian ini penyelesaian

cluster digunakan untuk melihat kualitas cluster tanpa informasi yang

berasal dari luar (external). Contoh pengukuran pada internal test, yaitu

cluster separation dan cluster cohesion.

a) Cluster cohesion adalah jumlah dari lebar semua link yang ada di

dalam cluster. Cohesion adalah pengukuran di dalam cluster

dengan sum of square (SSE).

(2.6)

b) Cluster separation, pengukuran antar cluster dengan sum of

square (SSE).

(2.7)

c. Pengujian dengan metode relative test, pada pengujian ini beberapa

penyelesaian cluster yang berbeda dari data dibandingkan dengan

menggunakan algoritma yang sama dengan parameter yang berbeda. Pada

relative test ini sering menggunakan external index atau internal index

untuk mengukurnya. Contohnya dengan SSE atau entropy.

(54)

Metode evaluasi untukclustering yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

external test. External test bekerja dengan membandingkan hasil clustering yang

sudah didapat dengan class label yang sudah disediakan. Jadi dapat dilihat tingkat

kecocokan hasil clustering yang ada dengan label yang sudah tersedia. Hasil

pengelompokkan juga akan dihitung akurasinya sehingga dengan akurasi tersebut

(55)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai data yang digunakan pada penelitian dan

mengenai metode pengumpulan data. Selain itumembahas mengenai teknik

analisis dan evaluasi hasil.

3.1 Data

Pada penelitian yang dilakukan ini menggunakan data pasien yang berupa

data hasil laboratorium dan data dari hasil pemeriksaan dari dokter. Data

penelitian ini didapat dari rumah sakit di Yogyakarta. Data yang digunakan adalah

data gejala dan data laboratorium. Data hasil laboratorium sangat penting karena

hasil ini sangat berpengaruh langsung pada diagnosis akhir. Data gejala hasil

pemeriksaan dokter juga sama pentingnya untuk memberikan diagnosa awal pada

pasien tersebut dan dapat memperkuat hasil dari diagnosa akhir.

Data hasil pemeriksaan dokter yang dikumpulkan adalah hasil diagnosa

pada pasien dari tahun 2000 sampai dengan 2010. Data ini berupa data diri pasien,

gejala, diagnosa awal dan akhir. Data pasien yang digunakan terbatas pada pasien

yang terkena hepatitisA, B dan C.Sebelumnya, data gejala ini dipakai oleh

Karunia Estu pada skripsinya yang berjudul “Sistem diagnosa penyakit hepatitis

dengan menggunakan metode Naïve Bayesian”. Pada data hasil pemeriksaan

dokter yang digunakan terdapat 5 induk gejala, yaitu gejala otot, gejala perut,

gejala kulit, gejala mata dan gejala mirip flu. Jumlah data yang akan dipakai

(56)

Data hasil laboratorium merupakan hal yang sangat penting untuk

menetapkan pasien tersebut terkena hepatitis tipe tertentu. Pemeriksaan

laboratorium dibagi menjadi dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pada

pemeriksaan kualitatif hanya menetapkan bahwa pasien tersebut positif atau

negative terkena hepatitis, sedangkan pemeriksaan kuantitatif memiliki ukuran

atau kadar yang berasal dari penanda hepatitis. Pemeriksaan laboratorium untuk

hepatitis meliputi pemeriksaan fungsi hati, yaitu SGOT dan SGPT.Selain itu,

pemeriksaan yang paling penting untuk hasil diagnosa akhir adalah penanda

hepatitis, yaitu anti HAV untuk hepatitis A, HBsAg untuk hepatitis B dan anti

HCV untuk hepatitis C.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data- data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data yang

didapat dari hasil laboratorium dan hasil wawancara dengan dokter. Pada

pembuatan sistem data mining untuk pengelompokan data penyakit hepatitis

dengan menggunakan metode data mining, menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data dan variabel, yaitu :

1. Studi kepustakaan.

Proses ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit

hepatitis dan metode-metode data mining yang akan digunakan untuk

memecahkan masalah. Buku-buku yang akan digunakan terkait dengan

data mining dan aplikasinya.

2. Mengadakan wawancara dengan dokter terkait dengan penjelasan

(57)

Wawancara yang akan dilakukan ini secara lisan dan mempunyai tujuan

untuk mengetahui mengenai penyakit hepatitis itu beserta dengan gejala.

Tujuannya agar lebih mudah memahami mengenai penyakit hepatitis itu

sendiri yang nantinya dapat berguna dalam menentukan atribut untuk

menganalisa data-data pasien.

3. Mengajukan permohonan untuk meminta data sample pasien yang

berobat untuk mengetahui penyakit hepatitis yang diderita.

Proses pengajuan untuk meminta data pasien perlu dilakukan karena

data-data pasien yang ada tidak dapat secara langsung disebarluaskan

karena bersifat pribadi, maka diperlukan adanya surat izin untuk meminta

data pasien hepatitis.

3.3 Teknik Analisa Data

Sumber data yang digunakan diperoleh dari survey lapangan di rumah sakit.

Data yang akan diambil berupa hasil pemeriksaan laboratorium yang ditunjukan

oleh setiap pasien kepada dokter yang berobat di rumah sakit yang bersangkutan.

Sumber data ini akan terbatas pada data-data pasien yang hasil diagnosa akhirnya

terkena hepatitisA, B maupun C. Data-data yang sudah didapat akan dianalisa

untuk diketahui jenis pengelompokan berdasarkan tipe penyakitnya. Tahap-tahap

jalannya program, sebagai berikut.

Gambar 3.1 Diagram blok proses clustering

Data Preprocessing Clustering Output

Single Average Complete

Dendrogram

Akurasi Perhitun

(58)

a. Preprocessing

Data yang sudah dikumpulkan masuk pada tahap preprocessing yang ada

padaknowledge discovery in databases, yaitu data cleaning, data integration,

data selectiondan data transformation. Data gejala pasien hepatitis masih

terpisah berdasarkan hasil identifikasi penyakit antara satu sama lain sehingga

perlu digabungkan untuk mempermudah proses pengelompokkan seperti pada

tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Data gejala hepatitis

Feature

berkurang Normal kuning demam,batuk A

2

Normal

muntah,mual,nafsu

makan berkurang Normal normal

demam,pusing

makan berkurang Gatal kuning

demam,pusing,

lesu,batuk B

4

Pegal

mual, nyeri perut

sebelah kanan Normal normal lesu,batuk B

(59)

Dari data diatas gejalanya dikelompokkan menurut gejala masing-masing

seperti gejala otot, gejala perut, gejala kulit, gejala mata dan gejala mirip flu.

Setelah itu menjabarkan masing-masing gejala seperti pegal, nyeri sendi dan

normal untuk gejala otot. Gejala mual, muntah, diare, nyeri perut sebelah

kanan, kencing berwarna gelap, nafsu makan berkurang dan perut acites untuk

gejala perut. Gejala normal, kuning, lembab, gatal, kemerahan, kering untuk

gejala kulit. Gejala normal dan kuning untuk gejala mata Sedangkan gejala

demam, pusing, lesu, mialgia, lelah, menggigil, dan batuk untuk gejala mirip

flu. Dari gejala-gejala tersebut dilakukan proses binerisasi yang sudah

dilakukan pada penelitian Karunia Estu.

Kemudian, selain data gejala ditambahkan pula data laboratorium dengan

atribut SGOT, SGPT, anti HAV, HbsAg dan Anti HCV. Gejala laboratorium

memiliki range yang berbeda-beda sehingga perlu untuk di normalisasi agar

rentang nilai antar data tidak jauh. Jenis normalisasi yang diberikan adalah

zscore atau normalisasi [0-1]. Selain itu, pengurangan dimensi dengan

principal component analysis dapat dilakukan agar mengurangi dimensi data

tetapi tidak menghilangkan informasi penting yang terkandung pada data.

b. Pengukuran jarak

Data yang sudah di preprocessing akan dilakukan pengukuran jarak antar

data dengan menggunakan salah satu dari pilihan pengukuran jarak. Seperti

yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Ada pengukuran dengan

(60)

danjaccard coefficients. Hasil dari pengukuran jarak ini berupa matriks jarak

antar obyek data.

c. Clustering

Hasil dari matriks jarakakan masuk pada tahap clustering. Metode yang

dipakai untuk menyelesaikan pengelompokan data-data pasien yang terkena

hepatitis dengan memakai agglomerativehierarchical clustering. Data pasien

yang akan terkumpul pada masing-masing cluster menggunakan metode

pengukuran kemiripan single linkage (jarak minimum), average linkage (jarak

rata-rata) dan complete linkage (jarak maksimum)dengan memilih jarak

minimum atau yang paling mirip untuk tiap data.Berikut ini adalah tabel untuk

jarak keseluruhan antara ke enam data sample yang sudah dihitung dengan

menggunakan rumus jarak euclidean distance.

Tabel 3.2: Contoh matriks jarak dengan Euclidean distance

1. Pengukuran jarak dengan single linkage merupakan pengukuran jarak

minimum antara elemen dari setiap cluster. Dari matriks jarak yang ada,

(61)

Kemudian pasangkan obyek data lainnya dengan jarak yang minimum

agar mendapatkan hasil jarak baru pada matriks jarak dan masuk ke

dalam cluster.Hasil jarak baru yang sudah didapat, akan membentuk

matriks jarak baru sehingga dapat dibentuk dendrogram, sebagai berikut.

Gambar 3.2 : Dendrogram singlelinkage

2. Pengukuranaverage linkage yang merupakan pengukuran rata-rata jarak

antara elemen dari setiap cluster. Dari matriks jarak yang ada, jarak yang

paling minimum adalah 2 dari obyek 1 ke 2. Kemudian pasangkan

dengan seluruh data agar didapat hasil jarak baru pada matrik jarak dan

keseluruhan data sudah masuk ke dalam cluster.Pada average

linkageumlah jarak antar data dibagi dengan jumlah anggota di

dalamcluster. Hasil jarak baru yang sudah didapat, akan membentuk

(62)

Gambar 3.3 : Dendrogram untuk average linkage

3. Pengukuran complete linkagemerupakan pengukuranyang melihat jarak

maksimum antar elemen dalam cluster. Dari matriks jarak yang ada,

jarak yang paling minimum adalah 2 dari obyek 1 ke 2. Pemilihan jarak

diawal tiap iterasi tetap nilai yang paling minimum, sedangkan untuk

perhitungan kemiripan menggunakan nilai yang paling maksimum.

Pasangkan dengan seluruh data agar didapat hasil jarak baru pada matriks

jarak dan keseluruhan data sudah masuk ke dalam cluster.Hasil jarak

baru yang sudah didapat, akan membentuk matriks jarak baru sehingga

Gambar

Tabel 2.2 (Ali, 2006) contoh data clustering
Gambar 2.4 (Ali, 2006) hasil clusteringpada data hipertensi
Gambar 2.5 : dendrogram
Gambar 2.6 hasil ilustrasiclustering
+7

Referensi

Dokumen terkait

Glukosa merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dikarenakan gula memiliki begitu banyak fungsi. Salah satunya yaitu sebagai sumber energi utama bagi

Penilaian terhadap pemerintahan yang baik disampaikan oleh masyarakat, olehnya pasangan SMS akan selalu memiliki rasa tanggung jawab dan kekuatan dalam menjalankan

Tesis ini kami beri judul WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM; Studi Komparasi antara Hukum Islam dan Hukum Nasional dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi

Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder). Pengumpulan data dapat dilakukan melalui beberapa

Sedangkan hasil penelitian Nursidika (2018), terhadap 10 sampel lipstik stik yang diperjual belikan di pasar minggu kota Cimahi menggunakan spektrofotometri serapan

Hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara citra diri dengan intensi membeli produk fashion bermerek tiruan pada

Sebanyak 200 butir benih (4 ulangan masing-masing 50 butir) yang telah dipapar dengan gelombang mikro dan perlakuan fungisida benomil diuji kesehatan benih dengan

Setelah ditemukan bahwa ada kata umpatan dalam Pilkada Sumut 2018 yang didominai oleh pengguna Twitter berjenis kelamin laki-laki, maka langkah analisis yang dilakukan lebih