llo
209 Tll
lo
WACANA
.BERNAS
JOGJA
Senin
Kliwon,
4
Agustus
2CHALAMAI
UNDANG-Undan,e
tentan g MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3)yang baru"telah dlsahkan.
Perubal.r-an
UU
Nomor27
Tahun 2009ini
memang sudah cukup lama
dibicara-kan,
narnunterkesan
sernbunyi-sembunyi.
Bahkan menimbulkan
tandatanya
besar karena keputusan itudiambil
dalarn Rapat
Paripurnatanggal 8 Juli 2014, sehari menjelang
Pemilihan Presiden (Pilpres).
Me-ngapa harus dilakukan di saal semua
orang
sedang terkonsentrasi pada pelaksanaan Pilpres? Apapun alas-annya,IIU
ini
sekarang menuaipo-lemik
karenadiduga
saratkepen-tingan
politik
pihak tertentu.Isi UU MD3 yang baru ini dapat
dibilang
tendensiusuntuk
melin-dungidiri
sendiri darijerat
hukum tindak pidana korupsi, tidak fair, danbertentangan dengan upaya pem-berantasan
korupsi yang saat
inidigembar-gemborkan. Secara khu-sus revisi
L{J ini
telah mencederaiprinsip equality before.the
law,
ke-samaan derajat
di
depan hukum.Dalam pasal 245 disebutkan bahwa penegak hukum harus mengantongi
izin
terlebihdulu dari
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) sebelum-memeriksa anggota dewan.
Ini
se-Politisasi
tlIJ
MD3
Oleh: Hendra Kurniawan
olah, hendak memperkuat benteng
imunitas anggota dewan
yangbermasalah hukum. Padahal bukan rahasia lagi anggota DPR yang
ter-San-skut
kasus
penyalahgunaan wewenang dan fertangkap tangankarena
korupsi hingga
perilaku
asusila sudah cukup banyak.
Bagai-mana jadinya apabila muncul upaya-upaya kebal hukum macam ini?
Selain
itu
hasil revisiUU
MD3juga
mernunculkan banyak pasalbaru
yang
dianggap memberikankewenangan
terlalu luas
padalegislatif. Misalnya dalarn Pasal 80
disebutkan bahwa anggota dewan
berhak
men-eajukanusul
pemba-ngunan di daerah pemilihannya dan berhak mendapatkan anggaran atasusulan
itu. Hal
ini
tentu dapatme-nyebabkan
terjadinya
abuse
of
poY)er yang ujung-ujungnya
mem-buka peluang terjadinya tindak pi-dana korupsi.
Menjegal
Tajamnya polarisasi kubu dalam Pilpres
2014ini
ternyata membawa pengaruh pula dalam proses revisiUU
MD3.
Ini
terbukti denganter-jadinya
tarik-menarik kepentinganantar partai politik. UU MD3 ini pada
akhirnya terjebak dalam
kepen-tin-qan politik yang melibatkan kedua
kubu
capres. Salah satu substansiyang menjadi persoalan
ialah
me-ngenai mekanisme pernilihan Ketua DPR (Pasal 84).Pasal ini mengatur bahwa Ketua
DPR
dipilih
melalui
musyawarahatau pemilihan. Ketentuan ini
meng-ubah
kebiasaanpartai
pemenangPernilu otomatis
menjadi
KetuaDPR. Tiga fraksi di DPR, terutama
PDIP yang menjadi pemenang
Pe-milu
2014, didukun-e PKB danHa-nura, memrotes keras dengan cara walk out dalam sidang. Akal-akalan
ini
yang tentu dapat menjegal danmerugikan posisi
merekadi
Se-nayan nantinya.
Rupanya para
wakil
rakyat kitaini
sungguh lihai memainkankewe-nangan yang mereka miliki. LrU MD3 ini terlihat sangatjitu menjadi sarana
perlindungan
bagi
anggota dewan yang nakal dengan bersembunyidi
balik legislasi yang mereka ciptakan sendiri. Seakan sudah tak memiliki rasa
malu lagi
mereka berusaha mencari pembenarandiri
sekalipunsalah. Barangkali mereka terrna
orang-orang yang
tidak
yakinngan kualitas mental dirinya
hingga mempersiapkan cara tatl sewaktu-waktu mereka butuh c<
urrtuk berlindung..
Demikian
pula
dengan uprnenjegal partai pemenang Pen
untuk duduk di kursi pirnpinan
j
menjadi tanda rnasih banyak or yang belum dapat legawa dan ikl
menerima kenyataan. Padahal ur menjadi orang-orang yang diperc dan rnendapat mandat rakyat har
lah
tulus.UU MD3 inijelas kontraprodu
dengan harapan
rakyat
bar.ryMeskipun sarat
dengan
keptingan
politik
danjustru
memllemah upaya
pemberantasanrupsi, bagairnanapun
UU
MD3telah
disahkan..
Satu-satunya jalan untuk meubahnya yaitu melalui gugatan :
uji
materi ke Mahkamah Konsti(MK). Mari
kita
dukung upaya sambil berharap semogaMK
mrmemiliki ketulusan hati untuk di memenangkan kehendak rakyat.
Hendra
Kurniawan MPd,
Dc