• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONDISI OBJEKTIF KANTOR DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III KONDISI OBJEKTIF KANTOR DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KONDISI OBJEKTIF KANTOR DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

A. Biografi Kabupaten Majalengka

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat, memiliki luas 1.204,24 Km2 atau 3,25% dari luas wilayah daratan Provinsi Jawa Barat (37.095,28 Km2). Secara Geografis Kabupaten Majalengka berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu.

2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 246 Tahun 2004 tentang Batas Wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2009 tentang Batas Daerah Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.1

3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya.

4. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 tentang Batas Daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. 2

Secara geografis Kabupaten Majalengka berada di bagian Timur Provinsi Jawa Barat, dengan posisi astronomis : Bagian Barat antara 108° 03’-108° 19’ Bujur Timur, bagian Timur antara 108° 12’-108° 25’ Bujur Timur, bagian Utara antara 6° 36’-6° 58’ Lintang Selatan dan bagian Selatan antara 6° 43’-7° 03’ Lintang Selatan. Serta secara wilayah Kabupaten Majalengka diapit oleh Cirebon dan Bandung serta berada di perlintasan antara Jawa Barat (Bandung) dan Jawa Tengah (Semarang). Kondisi Kabupaten Majalengka yang strategis di dukung dengan adanya kebijakan pemerintah pusat melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Bandar Udara Internasional Jawa Barat yang akan dibangun di Kabupaten Majalengka, diharapkan mampu mengakselerasi perwujudan koridor dan sekaligus mengurangi beban aktivitas ekonomi di Jawa Barat Bagian

1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2009.

2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008.

(2)

Barat melalui guna mendukung kepada Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Cirebon dan pengembangan Jawa Barat Bagian Timur.

Kabupaten Majalengka secara umum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : landai atau dataran rendah (0 – 15 persen), berbukit bergelombang (15 – 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Sebesar 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen berada dalam kelas kemiringan lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15 persen.

Kondisi bentang alam yang melandai ke daerah Barat Laut, menyebabkan sebagian besar aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara, sehingga pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai dan daerah lereng Gunung Cakrabuana. Kondisi topografis ini sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga menyebabkan dampak yang mengakibatkan terdapatnya daerah yang rawan terhadap gerakan tanah yaitu daerah yang mempunyai kelerengan curam.

Adapun distribusi ketiga topografi yang ada di Kabupaten Majalengka sebagaimana disebutkan di atas, adalah sebagai berikut :

1. Dataran rendah, mempunyai kemiringan tanah antara 0-15%, meliputi semua kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka. Kecamatan yang mempunyai kemiringan 0-15%

seluruh wilayahnya terdiri atas Kecamatan Cigasong, Jatitujuh, Jatiwangi, Kadipaten, Kertajati, Ligung, dan Palasah.

2. Berbukit gelombang, kemiringan tanahnya berkisar antara 15%-40%, meliputi Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Dawuan, Kasokandel, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Rajagaluh, Sindangwangi, Sukahaji, Sindang, dan Talaga.

3. Perbukitan terjal, kemiringan tanahnya >40%, meliputi daerah sekitar Gunung Ciremai, Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Panyingkiran, Rajagaluh, Sindangwangi, Sukahaji, Sindang, Sumberjaya, dan Talaga.

(3)

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Majalengka

(4)

Secara adminstratif, wilayah Kabupaten Majalengka terdiri dari 26 Kecamatan, 13 kelurahan dan 330 desa. Potensi pengembangan wilayah terkait dengan kawasan budidaya yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka Tahun 2011 -2031.

Berdasarkan Perda dimaksud kawasan budidaya Kabupaten Majalengka terdiri atas : a. kawasan peruntukkan hutan produksi.

b. kawasan peruntukkan pertanian.

c. kawasan peruntukkan perikanan.

d. kawasan peruntukkan pertambangan.

e. kawasan peruntukkan industri.

f. kawasan peruntukkan pariwisata.

g. kawasan peruntukkan permukiman.

h. kawasan peruntukkan lainnya.3

B. Profil Kantor Dinas Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka Pengelolaan keuangan dan aset daerah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Maka dapatlah dikatakan langkah yang tepat ketika Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Makalengka dibentuk sebagai

“integrasi” dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Majalengka, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Majalengka, dan Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah Kabupaten Majalengka. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka menempati gedung eks-Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Majalengka di Jalan Ahmad Yani Nomor 9 Majalengka Kode Pos 45411. Telepon 0233 – 281167, Faksimili 0233 - 281167 Sebagai bagian dari sebuah sistem pemerintah yang memberi pelayanan baik kepada satuan kerja perangkat daerah maupun kepada masyarakat alangkah lebih baiknya apabila masyarakat dan pemangku kepentingan mengenal lebih jauh mengenai organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka. Guna kepentingan itulah, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka. 4

3 Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.

4 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka.

(5)

Pembentukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Majalengka agar mampu eksis dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang berubah sangat cepat seperti dewasa ini. Sekarang ini, suatu instansi pemerintah harus terus menerus melakukan perubahan ke arah perbaikan. Perubahan tersebut harus disusun dalam suatu tahapan yang konsisten dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi kepada pencapaian hasil.

Pada akhirnya, kinerja tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada pemegang amanah tertinggi yaitu masyarakat, dalam hal ini masyarakat Kabupaten Majalengka dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan. Kewajiban tersebut dijabarkan dengan cara menyiapkan, menyusun, dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik, dan melembaga. Sebagai tindak lanjut terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Majalengka melakukan reorganisasi Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Majalengka. Salah satunya adalah Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kedudukan, Tugas Pokok dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Majalengka Tanggal 28 Februari 2008.

Pembentukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menjadikan pengelolaan keuangan dan aset dari hulu sampai hilir berada dalam sebuah lembaga dinilai sebagai langkah yang tepat.

Hal ini memudahkan koordinasi antara bidang-bidang yang mengurusi pendapatan, pengelolaan keuangan, dan asset. Bidang-bidang tersebut pada awalnya dikelola oleh tiga lembaga yaitu Dinas Pendapatan Daerah, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, dan Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah Kabupaten Majalengka.

C. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 tahun 2009, Bagian Kesembilan, Paragraf 1, Pasal 27, ayat (2) Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas desentralisasi dan tugas pembantuan di bidang administrasi keuangan dan aset daerah. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka selain sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagaimana SKPD-SKPD lainnya di lingkungan Pemerintah Kabupaten Majalengka juga berfungsi sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah

(6)

(SKPKD).5 Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka selain sebagai kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang juga menjabat sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Kepala SKPD mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD).

Sebagai sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka, Bagian Kesembilan, Paragraf 1, Pasal 27, ayat (2), Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang administrasi keuangan dan asset daerah.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan pelayanan umum bidang administrasi keuangan dan asset daerah.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang administrasi keuangan dan asset daerah.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 6 Dalam kapasitas sebagai Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana diatur pada Bagian Ketiga, Pasal 7, ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka mempunyai tugas:

a. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.

b. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah.

c. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD).

d. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

e. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengolahan keuangan daerah.

5 Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009.

6 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka.

(7)

f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah. 7 D. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Dinas Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah 1. Visi

Visi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan. Visi harus bersifat praktis, realistis untuk dicapai, dan memberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka untuk mewujudkannya. Visi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka adalah: ”Mewujudkan Tata Kelola Keuangan Daerah yang Profesional dan Akuntabel”.

Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan menunjukkan tekad kuat dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka untuk mewujudkan pengelolaan keuangan yang profesioanal dan akuntabel.

2. Misi

Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka, misi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka adalah:

a. Memantapkan tata kelola anggaran yang tepat.

b. Meningkatkan pendapatan daerah.

c. Memantapkan penatausahaan keuangan daerah yang akuntable.

d. Memantapkan penatausahaan asset daerah yang tertib.

Dengan misi ini diharapkan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka menjadi sebuah lembaga yang mampu membiayai pembangunan Kabupaten Majalengka dan menatausahakan pengelolaan belanja daerah.

7 Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.

(8)

3. Tujuan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai berkaitan dengan Misi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan tata kelola anggaran yang berorientasi pada hasil.

b. Meningkatkan penggalian potensi dan pengelolaan pendapatan daerah.

c. Meningkatkan penatausahaan keuangan daerah yang akuntable.

d. Meningkatkan pelaksanaan kebijakan akuntansi pemerintah dan asset daerah.

e. Meningkatkan profesionalitas pengelolaan sistem dan prosedur administrasi pendapatan daerah.

4. Strategi

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut ditempuh strategi pelaksanaan sebagai berikut:

a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendapatan daerah.

b. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah lain, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, organisasi pemuda dan pramuka.

c. Mengembangkan sistem pengelolaan pendapatan, penganggaran dan belanja daerah dengan sistem terintegrasi.

d. Meningkatkan transfarasi dalam pengelolaan pendapatan, penganggaran dan belanja daerah.

e. Menggalang semua potensi sumber daya untuk bersinergi melalui kordinasi, integrasi, sinkronisasi, sosialisasi dan evaluasi. 8

8 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Dearah Kabupaten Majalengka.

(9)

E. Kebijakan Yang dilakukan Oleh Dinas Keuangan dan Pendapatan Daerah

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang merujuk pada visi, misi, sasaran, tujuan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka, telah ditetapkan kebijakan sebagai berikut:

1. Kebijakan di Bidang Anggaran

a. Melaksanakan sinkronisasi dan konsistensi penyusunan anggaran yang berbasis prestasi kerja.

b. Melaksanakan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan pelayanan aparatur dan kesejahteraan masyarakat.

c. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran Daerah, merupakan persyaratan utama untuk mewujudkan pemerintah yang baik, bersih dan akuntabel. Sebagai instrumen evaluasi pencapaian kinerja dan tanggung jawab, Pemerintah Daerah dalam mensejahterakan rakyat, maka APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau yang dianggarkan.

d. Disiplin Anggaran. Program harus disusun dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat tanpa meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan.

e. Keadilan Anggaran. Pendapatan pada hakekatnya diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi atau beban lainnya yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat. Untuk itu, Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaannya secara adil dan merata berdasarkan pertimbangan yang obyektif agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa dikriminasi dalam pemberian pelayanan.

f. Efisiensi dan efektifitas anggaran dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan secara optimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengendalikan tingkat efisiensi dan

(10)

efektifitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas arah dan tujuan, hasil, sasaran dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang diprogramkan.

g. Disiplin dalam penjadualan anggaran untuk mendukung efektivitas penganggaran.

h. Disiplin pengalokasian anggaran berdasarkan karakteristik sumber penerimaan.

Pendapatan yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan untuk membiayai belanja pegawai pada belanja tidak langsung dan kegiatan yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana dasar.

2. Kebijakan Pendapatan

a. Mendorong meningkatnya pendapatan daerah dari komponen-komponen penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang masih memiliki peluang dan potensi untuk diintensifikasi dan diekstensifikasi dengan berpegang kepada prinsip keadilan dan tidak memberatkan masyarakat.

b. Mengupayakan tercapainya laju pertumbuhan pendapatan daerah sebesar 5% per tahun dari pencapaian tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan yang terhitung sangat optimis ini didasarkan pada tren perolehan pendapatan asli yang cenderung naik, serta potensi sumber-sumber pendapatan yang belum tergarap secara optimal.

c. Dana Perimbangan diharapkan minimal sama besarnya dari realisasi tahun tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi masih terjadi celah fiskal antara pendapatan-belanja daerah, dengan mengupayakan ketepatan dan kelancaran dalam realisasinya.

d. Mendorong meningkatnya partisipasi publik dalam meningkatkan pendapatan daerah dengan melakukan berbagai penyuluhan dan simulasi tentang pajak dan retribusi.

e. Meningkatkan kualitas aparatur pengelola pendapatan daerah sehingga tercapai tertib dalam pencatatan, tertib dalam waktu penerimaan dan penyetoran pendapatan daerah ke kas daerah.

f. Penegakan peraturan baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan Peraturan Daerah di bidang pendapatan daerah.

g. Peningkatan kualitas hubungan dan kerjasama dengan dinas dan instansi terkait.

3. Kebijakan Bidang Perbendaharaan

(11)

a. Melaksanakan upaya peningkatan penatausahaan keuangan daerah yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Melaksanakan upaya peningkatan pengendalian pelaksanaan APBD yang didasari prinsip daya guna dan hasil guna anggaran.

c. Belanja Pegawai (terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung) digunakan untuk membiayai kegiatan aparatur di bidang pelayanan yang hasil, manfaat, dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, diarahkan agar lebih efisien, efektif, realistis, dan proporsional terhadap belanja langsung (urusan wajib dan urusan pilihan).

d. Belanja Bagi Hasil kepada Kecamatan/Desa merupakan belanja yang merupakan konsekuensi logis dari adanya penerimaan pajak bumi dan bangunan.

e. Belanja Bantuan yang besarannya mempertimbangkan kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten dan aspek keadilan serta pemerataan.

f. Belanja Tidak Terduga dianggarkan untuk pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Daerah diarahkan penggunaannya secara proporsional, tepat guna dan akuntabel.

g. Meningkatkan disiplin anggaran dengan menghindarkan setiap bentuk pembelanjaan yang tidak dianggarkan pada tahun anggaran berjalan, kecuali belanja yang disebabkan keadaan darurat sesuai ketentuan perundang-undangan dan dicantumkan dalam perhitungan anggaran.

4. Kebijakan Bidang Aset dan Akuntansi

a. Melaksanakan upaya peningkatan pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah yang akuntable.

b. Menyusun kebijakan pengelolaan aset daerah yang professional.

c. Untuk dapat mendayagunakan aset secara maksimal diperlukan data aset yang akurat.

Seiring dengan perubahan SOTK dan berlalunya waktu, data aset yang ada sekarang belum mengikuti perubahan SOTK dan perkembangan pengadaan sehingga diperlukan pendataan ulang aset secara menyeluruh agar tersedia data aset yang mutakhir.

d. Jumlah aset pemerintah Kabupaten Majalengka mencapai puluhan ribu item. Pengelolaan dengan sistem manual akan sangat menyulitkan dalam pengelolaannya sehingga

(12)

diperlukan sebuah sistem pengelolaan aset daerah atau sistem barang daerah yang terintegrasi. Apalagi kalau dibandingkan dengan jumlah sumber daya pengelola aset yang sangat minim (hanya 3 orang).

e. Aset Pemerintah Kabupaten Majalengka sebagian masih belum memiliki bukti kepemilikan, untuk mencegah terjadinya silang sengketa dengan pihak-pihak lain perlu upaya agar semua aset daerah memiliki bukti kepemilikan.

f. Seiring dengan sering berubahnya peraturan dalam pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan upaya-upaya asistensi atau bimbingan dalam penyusunan laporan keuangan kepada SKPD. Terlebih lagi tenaga yang berlatang belakang akuntansi di SKPD sangat sedikit. Perlunya meningkatkan kesadaran SKPD perlunya ketepatan waktu dan format dalam penyusunan laporan keuangan dan penyerahannya kepada DPKAD sebagai PPKD.

9

9 Dinas Pendapatan dan Keuangan Daerah Kabupaten Majalengka.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis pada Gambar 3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan P0 terhadap P2 dan P3, namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan

Model problem based learning (PBL) dapat juga digunakan sebagai alat untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. 15) menyebutkan bahwa: “Pengembangan sikap

Pernyataan yang setara dengan Parkes & Harris (2001), diberikan oleh Westwood (2008), bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa, tidak hanya berpusat pada

organisasi dengan memergerkan Ditlaptik dengan Ditifdok menjadi satu yaitu Direktorat Data dan Teknologi Informasi Komunikasi (DETIK), yang fungsinya sebagai regulator -

Dari penelitian diatas, yang membedakan dengan penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah dengan mengembangkan sebuah perangkat lunak game edukasi

Bentuk kegiatan ini adalah perekayasaan prototype teknologi untuk monitoring kualitas emisi atau gas buang yang berasal dari kapal dengan memanfaatkan aplikasi

Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan dari komponen- komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi, dan

Perkara seterusnya yang anda perlu lakukan adalah lancarkan report percuma terlebih dahulu untuk mengumpul senarai emel(mailing list). Saya ingin tegaskan di