• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan dua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan dua"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur

1.1 Defenisi Tidur

Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang- ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari (Chopra, 2003).

1.2 Fisiologi Tidur

Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hipotalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi atau desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblongata disebut sebagai pusat penggugah (Japardi, 2002).

Salah satu rangsangan bagi tumbuh kembang otak adalah tidur. Bahkan, aktivitas yang satu ini jadi ‘pintu’ dari tumbuh kembang otak anak selanjutnya agar cerdas, berakal, dan berpikiran jernih. Karena, sekitar 75% hormon pertumbuhan dikeluarkan pada saat anak tidur, khususnya awal tahap ke-3 dan

(2)

ke-4 tidur. Tingginya kadar hormon pertumbuhan ini erat hubungannya dengan kondisi fisik anak karena hormon ini punya tugas merangsang pertumbuhan

tulang dan jaringan, serta mengatur metabolisme tubuh, termasuk juga otak bayi.

Di samping itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh anak memperbaiki dan memperbaharui seluruh sel yang ada di tubuh. Mulai dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Kemudian, proses pembaharuan sel ini akan berlangsung lebih cepat lagi ketika anak terlelap dari pada saat anak bangun.

Selama tidur, aliran darah ke otak juga meningkat selama tahap tidur REM (Rapid Eye Movement) atau tahap tidur aktif. Hal ini berperan penting dalam kesehatan

psikis anak dan aktivitas otak bayi, sehingga memungkinkan optimalnya tumbuh kembang otak bayi. Bahkan, menurut teori autostimulation, tingginya komponen tidur REM pada anak menunjukkan stimulasi yang terjadi di otak juga berlangsung lebih maksimal. Stimulasi ini tentulah sangat penting bagi pertumbuhan sistem susunan saraf pusat anak (Tricia, 2010).

Pusat saraf tidur yang terletak pada otak akan mengatur fisiologis tidur yang teratur dan penting bagi kesehatan. Pada saat tidur ktivitas saraf parasimpatik akan bertambah dengan efek perlambatan pernafasan (bronchokonstriksi) dan turunnya kegiatan jantung serta stimulasi aktivitas saluran pencernaan (peristaltik dan sekresi getah lambung diperkuat), sehingga proses pengumpulan energi dan pemulihan tenaga dalam tubuh dipercepat. Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang otak

(3)

RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005).

Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik.

1.2.1 Sistem Serotonergik

Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM (Japardi, 2002).

(4)

1.2.2 Sistem Adrenergik

Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga (Japardi, 2002).

1.2.3 Sistem Kholinergik

Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM.

1.2.4 Sistem Histaminergik

Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur

1.2.5 Sistem Hormon

Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin,

(5)

1.3 Tahapan Tidur

Penelitian tentang tidur telah menunjukkan bahwa tidur tidak saja merupakan satu keadaan tidak sadar, tetapi sesungguhnya mengandung 2 jenis tidur yang berbeda yaitu Non Rapid Eye Movement Sleep (NREM) yaitu tidur dimana mata tidak bergerak dengan cepat dan Rapid Eye Movement Sleep (REM) yaitu tidur dimana mata bergerak dengan cepat waktu mimpi (Azizah, 2013).

Elektroensefalogram (EEG) memberikan gambaran jelas mengenai apa yang terjadi selama tidur. Elektroda dipasang di berbagai bagian kulit kepala orang yang sedang tidur. Elektroda menyalurkan energi listrik dari korteks serebral ke pena yang mencatat gelombang otak pada kertas grafik (Kozier, 2002)

1.3.1 Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Tidur NREM adalah tidur yang dalam dan tenang dan menurukan beberapa fungsi fisiologis. Pada dasarnya, semua proses metabolik yang meliputi tanda-tanda vital, metabolisme dan kerja otot menjadi lambat. Bahkan mewnelan dan produksi saliva juga berkurang. Tidur NREM juga disebut sebagai tidur gelombang lambat karena gelombang otak orang yang sedang tidur lebih lambat dibandingkan gelombang alfa dan beta orang yang sedang bangun atau terjaga (Kozier, 2002).

Tahap ini akan dibagi menjadi empat (4) tahap a. NREM tahap 1

Tahap ini adalah tahap tidur yang sangat ringan. Selama tahap ini, individu merasa mengantuk dan relaks, bola mata bergerak dari satu sisi kesisi lain, dan denyut jantung serta frekuensi pernapasan sedikit

(6)

menurun. Orang yang tidur dapat dibangunkan dengan cepat dan tahap ini hanya berlangsung selama beberapa menit (Kozier, 2002).

b. NREM tahap 2

Tahap ini adalah tahap tidur ringan dan selama tahap ini proses tubuh terus menerus menurun. Mata secara umum tetap bergerak dari satu sisi ke sisi lain, denyut jantung dan frekuensi pernapasan sedikit menurun, dan suhu tubuh menurun. Tahap dua hanya berlangsung sekitar 10-15 menit tetapi merupakan 40 % -50 % bagian dari tidur total (Kozier, 2002).

c. NREM tahap 3

Tahap ini termasuk tidur dimana denyut jantung dan frekuensi pernapasan, serta proses tubuh lain, terus menurun karena dominasi saraf parasimpatik selama tahap ini berlangsung. Orang yang tidur menjadi lebih sulit bangun. Individu tidak terganggu dengan stimulus sensorik, otot rangka menjadi sangat relaks, refleks menghilang, dan dapat terjadi dengkuran (Kozier, 2002).

d. NREM tahap 4

Tahap ini merupakan tahap tidur yang dalam, disebut tidur delta.

Denyut jantung dan frekuensi pernafasan orang yang tidur menurun sebesar 20 % - 30 % dibandingkan denyut jantung dan frekuensi pernapasan selama jam terjaga. Orang yang tidur sangat relaks, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan. Tahap ini diduga memulihkan tubuh

(7)

secara fisik. Selama tahap ini, mata biasanya berputar, dan terjadi mimpi (Kozier, 2002).

1.3.2 Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Tidur REM biasanya kembali terjadi sekitar setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak setenang tidur NREM dan mimpi paling sering terjadi selama tidur REM. Dan mimpi ini biasanya diingat.

Selama tidur REM otak sangat aktiv dan metabolisme oak dapat meningkat sebesar 20%. Tipe tidur ini disebut juga tidur paradoksikal karena tanpaknya bertentangan bahwa tidur dapat terjadi secara simultan dengan tipe aktivitas otak ini, dimana individu yang sedang tidur dapat sulit dibangunkan atau dapat bangun secara spontan, tonus otot ditekan, sekresi lambung meningkat dan denyut jantung serta frekuensi pernapasan seringkali tidak teratur (Kozier, 2002).

1.4 Siklus Tidur

Selama siklus tidur, individu melalui tidur NREM dan REM, siklus komplet biasanya berlangsung sekitar 1,5 jam pada orang dewasa. Dalam siklus tidur pertama, orang yang tidur melalui ketiga tahap pertama tidur NREM dalam total waktu 20-30 menit. Kemudian, tahap 4 dapat berlangsung sekitar 30 menit, setelah itu tidur kembali ke tahap 3 dan 2 sekitar 20 menit. Setelah itu, terjadi tahap REM 1, yang berlangsung sekitar 10 menit, melengkapi siklus 1. Orang tidur biasanya mengalami 4-6 siklus tidur selama 7-8 jam. Orang tidur yang dibangunkan di tahap manapun harus memulai tahap 1 tidur NREM yang baru dan berlanjut ke seluruh tahap tidur REM. Durasi tahap tidur NREM dan REM

(8)

bervariasi selama periode tidur. Seiring dengan berlalunya malam, orang tidur menjadi tidak terlalu lelah dan meluangkan lebih sedikit waktu di tahap 3 dan 4 tidur NREM. Tidur Rem meningkat dan mimpi cenderung memanjang. Apabila orang tidur sangat lelah, siklus REM seringkali terjadi sangat singkat. Sebelum tidur berakhir, terjadi periode hampir terbangun, dan didominasi tahap 1 dan 2 tidur NREM dan REM (Kozier, 2002).

Skema 1. Satu siklus tidur normal Mengantuk

Stadium 1NREM Stadium 2 NREM Stadium 3 NREM Stadium 4NREM

REM

Stadium 2 NREM Stadium 3 NREM

Skema 1: Siklus tidur (dari Fundamental of Nursing by Potter & Perry, 2001)

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry, 2001).

(9)

1.5 Pola Tidur Normal

Pola tidur individu berbeda-beda tergantung pada usia, jenis kelamin, pekerjaan dan gaya hidup.Pola tidur normal berdasarkan usia adalah bayi baru lahir membutuhkan tidur 14 – 18 jam/ hari, pernafasan teratur dan 50 % tidur REM, infant membutuhkan tidur 12 – 14 jam/ hari dan 20 – 30% tidur REM, toodler membutuhkan tidur 11 – 12 jam/ hari dan 25% tidur REM, preschooler

membutuhkan tidur 11 jam dan 20% tidur REM, usia sekolah tidur 10 jam/ hari dan 18,5% tidur REM, adolescent membutuhkan tidur 8,5 jam/ hari dan 20% tidur REM, usia dewasa muda membutuhkan tidur 7 – 8 jam/ hari dan 20 – 25% tidur REM, usia dewasa tengah membutuhkan tidur 7 jam/ hari dan 20% tidur REM, usia lanjut membutuhkan tidur 6 jam/ hari dan 20 – 25% tidur REM (Kozier, 2004; Hidayat, 2005).

Pola tidur seseorang berubah sepanjang kehidupan seseorang. Shwam &

Keith (2002) mengatakan bahwa ada perubahan dalam pola tidur anak.

1.5.1 Bayi

Beberapa bayi tidur selama 22 jam perhari, bayi lain tidur selama 12-14 jam perhari. Sekitar 20 % - 30 % tidur adalah tidur REM. Pertama-pertama bayi terbangun setiap 3 – 4 jam, makan, dan kemudian kembali tidur. Pada bulan keempat, sebagian besar bayi tidur sepanjang malam dan menetapkan pola tidur siang yang bervariasi pada setiap individu. Di akhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak 1 atau 2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam (Kozier, 2002).

(10)

1.5.2 Batita ( Todler )

Kebutuhan tidur batita menurun menjadi 10 -12 jam sehari. Sekitar 20% - 30% tidur berupa tidur REM. Sebagian besar batita tetap memerlukan tidur siang, tetapi kebutuhan untuk tidur dipertengahan pagi hari secara bertahap menurun.

Siklus bangun tidur normal batita biasanya pada usia 2 atau 3 tahun. Batita dapat memberikan penolakan besar untuk tidur. Anak yang terbangun di malam hari mungkin takut gelap atau memiliki pengalaman buruk di malam hari atau mimpi buruk (Kozier, 2002).

1.6 Konsep Batita

1.6.1 Defenisi Batita

Anak batita adalah sekelompok penduduk yang berusia 1-3 tahun (batita tetapi tidak termasuk bayi). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.

1.6.2 Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah dan besarnya seldiseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan proses bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui kematangan dan belajar (Wong, et al., 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi secara fisik, intelektual,

(11)

maupu n emosional. Pada semua dimensi tumbuh kembang terdapat urutan yang jelas dan dapat diperkirakan tetapi laju perkembangan setiap anak tidak sama.

Terdapat variasi yang besar dalam hal usia pencapaian tahap perkembangannya.

Sebagian tumbuh dan berkembang cepat sedangkan lainnya lambat dalam mencapai maturitas (Wong, et al., 2009).

Periode usia perkembangan dapat dimulai dari usia prenatal (konsepsi – lahir), masa bayi (lahir – 1 tahun), kanak-kanak awal (toddler dan prasekolah), kanak-kanak pertengahan (6 – 12 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (11- 19 tahun). Masing-masing periode memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai yaitu serangkaian ketrampilan dan kompetensi yang harus dikuasai pada tahap perkembangannya agar anak mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya (Wong, et al., 2009).

1.6.3 Perkembangan Batita a. Motorik

Perkembangan motorik kasar anak yaitu mampu melangkah dan berjalan dengan tegak, pada umur 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang dan pada akhir tahun kedua sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola dan mulai mencoba melompat. Perkembangan motorik halus mampu menyusun atau mampu membuat menara pada kubus (Aziz, 2005).

b. Bahasa

Kemampuan bahasa pada anak sudah mulai ditunjukkan dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata, kemampuan meniru dan mengenal serta responsif terhadap orang lain, mampu menunjukkan dua gambar, mampu

(12)

mengombinasikan kata-kata dan mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan (Aziz, 2005).

c. Adaptasi Sosial

Pada perkembangan adaptasi sosial mulai membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju (Aziz, 2005).

1.6.3.1 Teori Perkembangan

1. Sigmeunfreud (Perkembangan Psikoseksual) a. Fase Oral (0-1 tahun)

Pusat aktivitas yang menyenangkan di dalam mulutnya, anak mendapat kepuasan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan tangannya atau benda-benda sekitarnya.

b. Fase Anal (2-3 tahun)

Meliputi retensi dan pengeluaran feses. Pusat kenikmatannya pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.

c. Fase Urogenital atau faliks (usia 3-4 tahun)

Tertarik pada perbedaan anatomis laki-laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan anak laki-laki pada ibunya menimbulkan gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut oedipus compleks.

(13)

2. Erikson (Perkembangan Psikososial)

Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.

a. Trust vs Misstrust (0-1 tahun)

Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaan menyebabkan konflik basictrust dan misstrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.

b. Autonomy vs shame and doubt (2-3 tahun)

Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berpikir ragu-ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.

3. Kohlberg (Perkembangan Moral) a. Pra-konvensional

Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku anak. Penilaian terhadap perilaku didasarkan pada akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyusaikan diri dengan harapan-harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.

(14)

b. Konvensial

Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.

c. Purna Konvensional

Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prisip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan disekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.

4. Hurolck (Perkembangan Emosi)

Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembangan emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan.

1.7 Fungsi Tidur

Tidur adalah saat memulihkan dan mempersiapkan energi untuk periode bangun berikutnya, denyut nadi saat tidur juga menurun yang dapat memelihara jantung (McCante & Hueter, 2002 dalam Potter & Perry, 2003). Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah

(15)

memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Potter &

Perry, 2001).

Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Secara umum, ada dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang dapat memulihkan kepekaan dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh (Hidayat, 2005).

2. Dampak kurang tidur

Pada anak-anak dan bayi mempunyai dampak yang sangat merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Tidur merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh anak kecil terhadap infeksi. Jika tidurnya sampai terganggu, kadar sel darah putih dalam tubuh akan menurun yang kemudian efektivitas sistem daya tahan tubuh anak juga akan menurun. Sehingga anak sangat mudah untuk sakit dan pertumbuhan anak juga terganggu. Masalah tidur pada anak juga membawa berbagai dampak, yang belum didefinisikan secara lengkap, di antaranya adalah gangguan pertumbuhan, kesehatan kardiovaskular, fungsi kognitif dan perilaku sehari-hari. Kemampuan akademik pada berbagai tingkatan usia juga dapat dipengaruhi oleh gangguan tidur yang tidak terdiagnosis.

Kurang tidur yang berdampak pada tumbuh kembang otak anak adalah ketidakmampuan dalam berpikir secara efisien karena tubuhnya lelah yang

(16)

mengakibatkan tidak mampu untuk berkonsentrasi. Akibatnya kualitas kemampuan berpikirnya menjadi rendah. Selain itu, bayi yang kurang tidur menjadi lebih rewel, cengeng, dan sulit diatur (Kozier, 2002).

3. Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).

Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta (Guytton & Hall, 1997).

Selain itu, kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami (Hidayat, 2006).

(17)

3.1 Kualitas tidur pada batita

Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya bagus artinya fisiologi/faal tubuh dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti semula saat bangun tidur (Kozier, 2002).

Kualitas tidur batita tidak hanya berpengaruh pada perkembangan fisik, tapi juga sikapnya keesokan hari. Batita dikatakan mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya kurang dari 9 jam, terbangun lebih dari 3 kali dan lama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur batita terlihat selalu rewel, menangis dan sulit jatuh tidur kembali.

Bila hal tersebut sering terjadi pada kebiasaan tidur batita, maka akan sangat mempengaruhi pertumbuhan anak, baik secara fisik maupun psikis.

Besaran jumlah jam tidur anak, disesuaikan dengan tingkatan umurnya. Bayi baru lahir biasanya tidur selama 16-20 jam per hari, bayi usia 2-12 bulan jumlah waktu tidurnya mencapai 9-12 jam pada malam hari dengan tidur siang 1-4 kali sehari.

Sedangkan anak usia 12 bulan-3 tahun, biasanya tidur 12-13 jam sehari dengan rata-rata tidur siang satu kali saja (Ramli, 2010).

Kualitas tidur batita dapat dinilai dari keadaan tidur yang dialami batita meliputi lama waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur pada malam hari, total jam waktu tidur malam hari, frekuensi terbangun dari tidur pada malam hari, kepuasan tidur yang dialami batita dan jumlah jam tidur pada siang hari (Foreman,1995).

(18)

3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur dan kualitas tidur pada batita

Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Diantaranya yang dapat mempengaruhinya adalah:

3.2.1 Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi batita dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Lingkungan fisik tempat batita tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Atur suasana kamar sehingga nyaman untuk tidur yang meliputi tata cahaya, ventilasi, tata warna, suhu, dan juga keadaan boksnya.

Boks dapat diletakkan di dalam kamar tidur, di samping ranjang orang tua atau di kamar tersendiri. Dihindari suara bising yang membuat membuat anak mudah terjaga. Tidak menggunakan pewangi ruangan dan obat pengusir nyamuk yang bisa membuat anak sesak. Nyamuk memang sering membuat anak tidak nyenyak tidur. Menggunakan kelambu bisa melindungi batita dari serangan nyamuk. Keadaan lampu yang sangat terang akan membuat anak sulit membedakan siang dan malam. Keadaan yang gelap akan merangsang otak untuk memproduksi melatonin, hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pinela untuk memberitahu otak bahwa diluar hari sudah gelap (Kozier, 2002).

(19)

3.2.2 Latihan Fisik

Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut dapat terlihat bila batita melakukan aktivitas sehari-hari atau setelah melakukan pemijatan dan mencapai kelelahan. Latihan 2 jam atau lebih dalam hal ini pemijatan batita yang dilakukan sebelum waktu tidur membuat tubuh menjadi dingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang dapat meningkatkan relaksasi (Hidayat, 2006).

3.2.3 Nutrisi

Faktor penting untuk memaksimalkan periode emas pertumbuhan otak adalah terpenuhinya nutrisi dan kecukupan tidur batita. Batita sulit tidur atau sering terbangun dari tidurnya karena merasa belum kenyang. Karena itu, perlu diperhatikan kebutuhan makanan dan minuman batita sebelum tidur. Seperti pemberian minuman susu formula sebelum tidur merupakan cara pemenuhan minuman batita. Jika kebutuhan fisiknya dipenuhi, batita tidak akan sering terbangun di tengah malam. (Potter and Perry, 2006).

3.2.4 Penyakit

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan masalah tidur. Pada batita adanya gangguan atau rasa sakit pada gigi, telinga, kulit, saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, otot atau tulangnya merupakan hal yang dapat mengganggu kenyamanan tidur batita (Potter

& Perry, 2006).

(20)

4 Susu Formula

4.1 Pengertian Susu Formula

Susu formula adalah minuman yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya sehingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Susu formula ada dalam bentuk cairan dan bubuk dengan formula tertentu, yang diberikan pada bayi dan anak-anak. Susu formula memiliki peranan yang penting dalam makanan atau minuman bayi dan anak-anak karena seringkali bertindak sebagai satu-satunya sumber gizi (Judarwanto, 2012) .

Susu formula efektif diberikan pada usia 6 bulan ke atas, dimana setelah pemberian susu eksklusif selama 6 bulan setelah lahir. Pada batita jumlah susu yang diberikan adalah 600-700 ml setiap harinya (Nenglita, 2011).

Susu formula merupakan makanan paling utama karena susu kaya akan gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu susu juga kaya akan karbohidrat, lemak, protein serta vitamin dan garam mineral yang bermacam- macam.

4.1.1 Karbohidrat. Kandungan karbohidrat pada susu formula antara 5.4 dan 8.2 gr setiap 100 ml. Dianjurkan supaya sebagai karbohidrat hanya atau hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau destrin-maltosa.

Tidak dibenarkan pada pembuatan susu formula untuk memakai tepung atau madu, maupun diasamkan (acidified) karena belum diketahui efek sampingannya dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Laktosa dalam usus dicerna oleh

(21)

laktose pada bayi baru lahir memuaskan, sebagian masukan laktosa akan mengalami proses fermentasi oleh kuman-kuman usus besar dan diubah menjadi asam laknat, asam lemak dengan berat molekul rendah. Dengan demikian laktosa merupakan faktor penting untuk menurunkan pH tinja. PH yang rendah ini disertai kapasitas buffer yang rendah pula karena rendahnya kandungan protein dan fosfat, memberi dampak yang baik untuk menekan pertumbuhan Escherichia Coli pada usus anak (Suhardjo, 2001).

4.1.2 Lemak. Berbentuk cair yang terdapat di dalam susu sangat mudah dicerna dalam takaran yang mencukupi susuai dengan kebutuhan aktivitas keseharian. Dengan kata lain lemak itu terbakar dan tidak akan tertimbun dalam tubuh.

4.1.3 Protein. Yang terdapat di dalam susu dapat memberikan asam amino utama kepada seseorang untuk membentuk jaringan tubuh dan membangun sel-sel tubuh yang beragam. Sehingga susu sangat penting bagi pertumbuhan anak, juga untuk orang dewasa pada masa penyembuhan. Protein juga berfungsi untuk menambah stamina dan meningkatkan imunitas tubuh manusia. Asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh juga dapat diganti dengan asam amino lain yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan atau nabati (Zarnadi, 2012).

4.1.4 Glukosa. Adalah gula yang mengandung dua unsur yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa manis susu 1/6 manis sukrosa, sehingga susu tidak terlalu berbahaya, karena susu hanya sedikit sekali mengandung galaktosa (Zarnadi, 2012).

(22)

4.1.5 Vitamin. Beberapa unsur vitamin yang terkandung dalam susu, diantaranya vitamin A berbentuk cair dan terdapat di dalam lemak, vitamin ini adalah sangat baik untuk anak-anak dan remaja untuk pertumbuhannya, karena ini merupakan unsur yang paling utama dalam pembentukan selaput retina pada mata yang disebut rods dan cons, dalam penyempurnaan fungsi penglihatan. Fungsi lain dari vitamin A ini adalah berperan dalam perawatan kulit dan kesehatan lendir, karena merupakan benteng pertahanan terhadap serangan mikroba dan virus.

Selain vitamin A susu juga mengandung vitamin D yang berperan penting dalam tubuh dan bekerja sama dengan mineral serta kalsium dalam pembentukan jaringan tulang, sehingga susu sangat penting bagi pertumbuhan anak dan bayi yang masih menyusui (Zarnadi, 2012).

Selain itu, terdapat kandungan tambahan di dalam susu seperti AA-DHA, karoten, selenium, sphingomyelin, nukleotida, laktoferin, laktulosa, asam linoleat, asam linolenat, zat besi dan prebiotik .

4.1.1 AA (Asam Arakidonat)-DHA (Dokosaheksaenoat) merupakan komponen dari asam lemak essensial yang terdapat pada otak. AA dan DHA berfungsi untuk perkembangan syaraf otak, untuk perkembangan organ penglihatan yang optimal dan pertumbuhan jaringan tubuh serta prostaglandin (Ardinasari, 2011).

4.1.2 Karoten berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh, memelihara sel-sel sehat dan melindungi bahaya kumulatif radikal bebas (Ardinasari, 2011).

(23)

4.1.3 Selenium yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh sekaligus sebagai antioksidan (Ardinasari, 2011).

4.1.3 Sphingomyelin berfungsi dalam mempercepat rangsangan dari satu sel saraf ke sel saraf yang lain (Ardinasari, 2011).

4.1.4 Nukleotida yang berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan hidrobakteria di dalam usus, menurunkan kejadian diare dan membantu absorpsi zat besi (Ardinasari, 2011).

4.1.5 Laktoferin yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan bakteri berbahaya dan mengikat zat besi yang dibutuhkan bakteri tersebut sebagai sumber makanan (Ardinasari, 2011).

4.1.6 Laktulosa yang berfungsi untuk membantu kesehatan sistem pencernaan dan memperbaiki penyerapan zat gizi (Ardinasari, 2011).

4.1.7 Asam Lino leat (Omega 6) dan Asam Linolenat (Omega 3) yang berfungsi membuat lentur pembuluh darah dan menghindari terjadi sumbatan pada pembuluh darah (Ardinasari, 2011).

4.1.8 Zat besi yang berfungsi untuk pembentukan sel darah merah, berperan dalam mylenisasi otak dan meningkatkan daya konsentrasi (Ardinasari, 2011).

4.1.9 Prebiotik berperan dalam menstimulir pertumbuhan dan berfungsi mencegah sembelit (Ardinasari, 2011).

4.2 Pengaruh susu terhadap tidur

(24)

Intervensi gangguan tidur pada batita dapat dilakukan dengan intervensi makanan yang mengandung alfa protein yang kaya triptofan. Susu mengandung Alfa Protein cukup tinggi yang berperan dalam mengatur pola tidur bayi dan membuatnya dapat tidur lelap serta mempengaruhi keadaan prilaku bayi. Keadaan ini meliputi lama waktu yang dibutuhkan bayi sebelum terlelap, tidur tenang, menangis, dan keadaan terbangun. Adanya triptofan pada susu menjadi prekursor dari hormon melatonin dan serotin yang bertugas sebagai penghubung antarsaraf (neurotransmitter) serta pengatur pola kebiasaan (neurobehavioral). Dan ini berdampak pada pola kesadaran, persepsi atas rasa sakit dan pola tidur (Wahyu, 2005).

Triptofan merupakan faktor penting dalam menentukan perkembangan otak, sebab itu zat ini penting dikonsumsi bayi dan anak. Triptofan adalah asam amino essensial yang berfungsi sebagai prekusor pembentukan serotonin.

Triptofan akan dikonversi menjadi serotonin di dalam tubuh. Konversi triptofan menjadi serotonin dibantu oleh vitamin B6 dan vitamin C. Serotonin merupakan neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap transfer impuls-impuls saraf ke otak.

Serotonin juga berperan dalam menginduksi rasa kantuk dan relaksasi serta memiliki efek meredakan rasa sakit. Fungsi serotonin di dalam otak adalah mempengaruhi mood/perasaan seseorang, mempengaruhi keinginan/hasrat seseorang terhadap aktivitas, memunculkan rangsangan lapar, mengantuk, mengatur suhu tubuh dan berperan penting dalam aktivitas memory dan regulasi

(25)

Serotonin di dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon melatonin.

Melatonin merupakan hormon yang dibuat oleh kelenjar pineal, sebuah kelenjar kecil di otak. Hormon ini diproduksi secara alami dalam tubuh apabila matahari sudah mulai tenggelam (mendekati senja). Melatonin membantu mengendalikan siklus tidur dan bangun. Melatonin mulai meningkat di pertengahan sampai larut malam, tetap tinggi untuk hampir sepanjang malam, dan kemudian turun di pagi hari. Cahaya mempengaruhi berapa banyak tubuh Anda memproduksi melatonin.

Hormon melatonin mempunyai kecenderungan menurun jumlah dan kadarnya di dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kemampuan sel untuk melaksanakan fungsinya, memperlambat regenerasi dan meningkatkan resiko timbulnya sel-sel abnormal sehingga seseorang tersebut menjadi tidak teratur ritme hidupnya karena sukar, mudah terjaga dan mudah mengalami kecemasan (Ali, 2006).

Manfaat penggunaan melatonin adalah untuk memperbaiki kua litas tidur (sulit tidur, jet lag serta gangguan irama biologis lainnya yang mengganggu tidur), membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mempunyai potensi sebagai antioksidan, mempertahankan kesehatan jantung (termasuk menstabilkan kadar kolesterol di dalam darah dan menurunkan resiko timbulnya ketidakteraturan detak jantung yang biasa timbul pada orang tua), mencegah kanker serta mendukung pengobatan kanker (Ali, 2006).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendukung tidur lelap adalah rasa santai dan rileks di seluruh tubuh. kecepatan metabolisme tubuh dan ketegangan pikiran harus dirilekskan sebelum tidur. Salah satu cara yang sering

(26)

digunakan dapat membantu tidur lelap adalah meminum susu sebelum tidur. Susu dapat menimbulkan efek rileks dan nyaman pada tubuh. Mekanisme menuju kenyamanan dalam tidur merupakan interaksi molekul-molekul dalam susu dan merupakan reaksi yang terjadi dalam tubuh akibat asupan susu tersebut. Substansi utama dalam susu yang dapat membantu relaksasi adalah mineral susu dan protein susu. Susu dapat memperlambat metabolisme tubuh dan menimbulkan rasa kantuk. Vitamin B6 dan vitamin C yang ada pada susu turut membantu pembentukan serotonin dan hormon melatonin (Made, 2006).

Referensi

Dokumen terkait

In case Independent Commissioner occupies in Audit Committee, the relevant Independent Commissioner only can be reappointed in Audit Committee for 1 (one) period of

Pembuatan matriks ini didasarkan pada pembuatan tingkat kenyamanan yang didasarkan pada empat parameter yaitu kerapatan vegetasi dan kepadatan bangunan yang diperoleh dari

n Hasil yang diperoleh dari metoda ini sangat baik, sehingga metoda ini dapat diterapkan sebagai tindakan sementara untuk konstruksi terowongan dibawah dasar sungai atau kebocoran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, atau huruf d, dilakukan oleh Dewan Kehormatan Organisasi Advokat sesuai dengan kode etik profesi

Manajemen (GR. Terry) adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari POAC yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia

Penapisan awal 24 senyawa aktif temu lawak secara in silico menggunakan teknik penambatan molekular pada 16 protein induser iNOS dan COX-2 yang berperan dalam patogenesis

Setelah memperoleh informasi, benda tersebut dapat mengolah informasi itu sendiri, bahkan berkomunikasi dengan benda-benda lain yang memiliki alamat IP dan terkoneksi dengan

Ketrampilan etika yang dibutuhkan dalam pelayanan publik menekankan empat hal: (i) tingkat kesadaran penalaran moral sebagai dasar pengambilan keputusan etis; (ii) kemampuan