5
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Signage dan Wayfinding 2.1
Menurut Calori (2015), signage dan wayfinding merupakan sebuah bentuk dari cara menyampaikan suatu komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media visual yang dimana media visual juga merupakan salah satu komponen Environmental Graphic Design, area yang saling berhubungan, dan jaringan, misalnya adalah sebuah sistem transportasi. Perancangan sign yang benar dan baik secara visual dapat menghasilkan suatu kesatuan dari suatu tempat atau wilayah, sehingga penempatan signage akan sangat berpengaruh dalam membangun citra dan keunikan dari tempat tersebut. Desain visual wayfinding dan signage memiliki tujuan untuk dapat memudahkan setiap orang dalam mencari jalan menuju sebuah lokasi yang ingin pengunjung datangi secara efektif (hlm. 5-7). Environmental Graphic Design merupakan sebuah istilah yang paling sering digunakan dalam dunia design terutama pada suatu lingkungan (hlm. 2)
Gibson (2009) menyatakan dalam saat ini manusia sudah sangat banyak sekali melakukan aktivitas dan perpindahan yang sangat tinggi terhadap suatu tempat, hal ini yang membuat mereka merasa kesulitan dan merasa kegilangan arah dalam menentukan tujuan. Maka dari itu peranan signage sangat dibutuhkan untuk membuat sebuah perjalanan yang dilakukan seseorang menjadi terasa nyaman dan dapat dengan mudah mengenali lingkungan di sekitarnya (hlm. 12). .
2.1.1 Fungsi Signage
Chris Calori (2012) dalam bukunya yang berjudul Signage and Wayfinding, mengatakan fungsi signage dalam Environtmental Graphic Design (EGD) adalah untuk mengkomunikasikan informasi dengan jelas sekaligus dapat memberikan penjelasan mengenai tempat atau lokasi. Tanpa adanya sebuah informasi, signage hanya sebuah papan penanda yang berada pada sebuah satu lingkungan. Selain dapat memberikan sebuah informasi,
6
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
fungsi dari signage itu sendiri adalah memberikan suatu interaksi kepada pengunjung serta memberikan pengalaman untuk seseorang ketika berada dalam sebuah lokasi. Signage juga memberikan sebuah kompleksitas dan meningkatkan experience bagi pengujung yang datang ke lokasi tersebut.
2.1.2 Jenis-jenis Signage
Gibson (2009) dalam bukunya yang berjudul The Wayfinding Handbook membedakan signage kedalam 4 jenis berdasarkan kegunaanya (hlm 48-54).
a. Identification Sign
Merupakan jenis tanda yang diciptakan untuk dapat mempermudah dalam mengidentifikasi suatu tempat. Biasanya Identification Sign ditampilkan dalam bentuk nama, fungsi, dan karakter dari tempat yang mewakilinya.
Visualisasi ini dapat menggambarkan secara visual citra identitas dari sebuah tempat.
Gambar 2.1 Contoh Identification Sign di Lax Aiport Sumber : https://xpressshuttles.com/los-angeles-airport-shuttle/
b. Directional Sign
Merupakan jenis tanda yang biasanya bentuk visual yang diberikan berupa bentuk tanda panah yang secara sistematis artinya sebagai petunjuk sebuah arah. Fungsi dari orientational sign, yaitu agar dapat mempermudah
7
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
pengunjung untuk bernavigasi. Sign ini menampilkan informasi berupa petunjuk grafis seperti berupa tipografi, simbol, dan panah. Desain yang digunakan pada Directional Sign sebaiknya mempunyai kesinambungan dengan arsitektur disekitarnya dan harus dapat dengan mudah teridentifikasi.
Gambar 2.2 Contoh Directional Sign di Melbourne Docklands Sumber : https://www.picfair.com/pics-docklands-melbourne-australia
c. Regulatory Sign
Merupakan jenis tanda yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai larangan, peraturan, peringatan, yang dapat dilakukan maupun tidak boleh dilakukan. Pengunaan bahasa dalam regulatory sign harus dengan bahasa yang baik dan tidak menyinggung pengunjung. Pemilihan kalimat pada regulatory sign juga harus diperhatikan agar dapat memberikan penegasan pada peraturan yang berlaku dan tidak menggangu kenyamanan pengunjung. Misalnya: dilarang merokok, hati-hati kolam dalam.
8
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.3 Contoh Regulatory Sign di London Undergroud Sumber: David Gibson (2009)
d. Orientation Sign
Merupakan jenis tanda yang menampilkan gambaran pada suatu tempat dengan sederhana yang bisa dalam berbentuk peta disertai dengan informasi dan juga petunjuk lokasi. Sign ini merupakan pengabungan antara 2 jenis sign yaitu identification sign dan directional sign. Pada umumnya, peta yang berada pada suatu area memberikan informasi mengenai titik keberadaan pengunjung, untuk membantu mereka dalam bernavigasi.
Gambar 2.4 Contoh Orientation Sign di London, England Sumber: David Gibson (2009)
2.1.3 Hirarki dalam Signage
Calori (2015) menyebut bahwa informasi yang terdapat pada suatu tempat memiliki perbedaan kepentingan. Semakin penting informasi yang diberikan, maka semakin diprioritaskan. Maka dari itu dalam merancang signage desainer perlu terlebih dahulu menganlisis dan mengkategorikan bentuk-bentuk informasi dari yang tingkat kepentingan tinggi ke tingkat
9
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
kepentingan terendah. Hirarki pesan dan informasi diurutkan menjadi;
primer, sekunder, dan tersier berdasarkan tingkat kepentingan informasinya. Informasi primer diletakkan pada bagian paling atas atau lebih besar informasinya daripada informasi sekunder dan juga informasi tersier yang diletakkan paling bawah dari informasi sekunder (hlm.98).
Dalam Visualisasinya biasanya pada sebuah signage, informasi primer akan dibuat dalam bentuk font atau gambar lebih besar daripada sekunder dan tersier. Dalam membuat signage diperlukan juga penyederhanaan informasi agar ruang yang digunakan menjadi lebih maksimal. Dengan tujuan untuk meningkatkan efisensi dan efektifitas sebuah komunikasi yang diberikan pada signage. Hal ini disebut dengan hierarchy of content.
2.1.4 Komponen Konten Grafis dalam Signage
Menurut Calori (2015), pemberian nama informasi pada signage juga dapat digunakan untuk memberikan ruang desain pada signage tidak menjadi penuh dan juga untuk mencegah kelebihan informasi yang diberikan. Dengan demikian nantinya signage hanya akan memberikan informasi esensial yang dibutuhkan oleh pengunjung dengan seminimal mungkin (hlm 108)
1. Tipografi
Menurut Calori dan Vanden-Eynden (2015), tipografi merupakan elemen utama pada perancangan signage. Tipografi menjadi elemen grafis yang mendominasi dalam pemberian informasi pada signage jika dibandingkan dengan elemen grafis lainnya. Pemilihan typeface menjadi kunci utama dalam keefektifan signage, maka dari itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tipografi adalah sebagai berikut (hlm 130)
10
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.5 Anatomi Huruf Sumber: Calori & Vanden-Eyden (2015)
a. Formal Suitabilty
Menurut Calori (2015), Formal Suitability adalah suatu hal yang mengacu pada harmonisasi typeface dengan rancangan signage, berdasarkan pada kecocokan visual dengan lingkungan sekitarnya.
Tipografi yang dimaksud dibagi menjadi 2 jenis yaitu, serif dan sans serif. Serif memiliki pengait pada setiap ujung font, sedangkan Sans Serif tidak memiliki pengait pada ujung-ujung setiap font. Pembeda lainnya adalah pada pengunaan masing-masing huruf sering sering digunakan pada kesan formal, sedangkan sans serif untuk kesan santai dan modern (hlm. 132).
Gambar 2.6 Serif & Sans Serif Font
Sumber: https://jalls94796.weebly.com/section-10---document-production/serif-and- sans-serif-fonts
b. Stylistic Longevity
Calori (2015) berpendapat bahwa stylistic longevity hanya mengikuti trend saja dan nantinya pengunaanya sudah tidak relevan lagi dimasa yang akan datang. Diperlukan perhatian untuk melihat kemungkinan
11
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
yang akan terjadi dalam perkembangan atau pembeharuan informasi atau pesan (hlm.133).
Gambar 2.7 Contoh Pembaharuan Typeface Sumber: Calori (2015)
c. Legibility
Menurut Calori (2015) typeface harus dapat dibaca dengan mudah oleh user atau semua audiens. Hal ini lah yang menjadi penentu pemilihan dalam sebuah typeface. Karakteristik jenis typeface berdasarkan keterbacaanya terdiri dari; bentuk hurufnya yang mudah teridentifikasi dan jelas, memiliki “x-height” yang besar, stroke huruf yang tidak terlalu tebal atau tipis, dan bentuk hurufnya tidak terlalu condensed atau terlalu expanded (hlm.133).
2. Pictogram
Calori (2015) pengunaan pictogram dapat lebih efektif jika visualisasinya dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Seperti contoh, pengunaan simbol “pria” dapat diganti dengan penulisan kata “toilet pria” dan simbol
“pesawat” dapat digantikan dengan kata “bandara”. Kegunaan signage antara lain:
a. Menghemat ruang desain pada signage
b. Makna yang terkandung dapat melampaui hambatan bahasa
12
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
c. Dapat memberikan informasi atau pesan dengan jelas dan ringkas dibanding pengunaan kata atau kalimat (hlm. 123)
3. Diagram
Menurut Calori (2015) diagram memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi secara visual melalui media gambar. Fungsi diagram pada perancangan signage adalah pada jenis site map. Tujuan dari pengunaan diagram itu sendiri adalah untuk menampilkan tinjauan mengenai informasi yang diberikan pada sebuah signage.
Gambar 2.8 Site Map
Sumber: Calori & Vanden-Eyden (2015)
4. Tanda-tanda Panah
Panah merupakan bagian dari simbol yang dapat dengan mudah dimengerti oleh user sebagai bentuk dari petunjuk arah. Calori (2015) mengatakan bahwa tanda panah adalah simbol yang dapat dengan mudah dipahami oleh manusia sebagai seperangkat arah yang memiliki fungsi dapat menjadi penganti identifikasi dalam bentuk verbal yang panjang.
Misalnya sebuah visualisasi anak panah yang menunjuk kearah atas berarti
13
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
“naik atas”. Oleh karena itu kata naik atas digantikan menjadi visualisasi tanda panah yang menunjuk kearah atas. Dan ini berlaku untuk semua anak panah sesuai fungsi masing-masing (hlm.144).
Gambar 2.9 Pengunaan Tanda Panah Petunjuk Arah Sumber: Calori (2015)
2.1.5 Lokasi Penempatan Signage
Dalam pembuatan signage diperlukan sebuah pertimbangan lokasi keberadaan signage tersebut. Menurut Calori (2015), lokasi penempatan sebuah signage ditentukan dari hasil sebuah analisis sirkulasi rute pengunjung dan pertimbangan dari decision point. Sign Programming merupakan proses analisis untuk menentukan lokasi yang sesuai untuk penempatan sebuah signage. Nantinya desainer melakukan sebuah peninjauan gambar pada denah lokasi dengan memberikan sebuah tanda dimana letak sirkulasi rute pengunjung dan letak decision point. Lalu setelah desainer mempelajari sirkulasi peredaran dari rute yang pengunjung lewati, desainer langsung menentukan jenis signage yang akan digunakan dan sesuai ditempatkan pada lokasi tersebut (hlm 101-103).
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan lokasi penempatan sebuah signage yang perlu desainer perhatikan, pertimbangan ini diperlukan agar signage dapat lebih efektif sesuai dengan fungsinya.
Berikut cara dalam penempatan sebuah signage menurut Calori
1. Tempatkan signage sejajar dan tegak lurus dan sejajar dengan pandangan pengunjung
2. Directional Sign ditempatkan pada lokasi decision point dengan tujuan agar pengunjung menyadari mereka berada pada jalur yang sesuai
14
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.10 Tinjauan Directional Sign Sumber: Calori (2015)
3. Memberikan tinjauan pada directional sign dengan tujuan dalam situasi tertentu, terutama pada sebuah tanda untuk kendaraan, dimana membutuhkan waktu untuk reaksi dalam faktor-faktor tertentu.
4. Penempatan identification sign dan juga tanda-tanda pada lokasi yang pernah sebelumnya dikunjungi oleh pengunjung lainnya. Hal ini bertujuan agar pengunjung dapat menyadari bahwa sudah sampai lokasi tersebut.
Gambar 2.11 Tinjauan Directional Sign & Identifictaion Sign Sumbr: Calori (2015)
2.1.6 Bentuk dasar Pemasangan Signage (Sign Mounting)
Menurut Calori (2015), Signage tidak bisa melayang diudara dengan sendirinya. Signage harus ditempatkan dan dipasang pada suatu objek tertentu, baik itu permukaan horizontal atau vertikal. Terdapat empat bentuk dasar dalam pemasangan signage (hlm 193-197)
1. Freestanding atau ground-mounted, adalah bentuk pemasangan signage pada bidang dengan permukaan datar atau horizontal biasanya berupa lantai atau tanah. Bentuk pemasangan Freestanding dibagi menjadi 3 bagian yaitu,
15
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
a. Pylon atau Monolith, dimana keseluruhan dari signage dipasang atau diletakkan di permukaan tanah.
b. Lollipop, dimana signage diletakkan pada sebuah tanah namun dengan bantuan satu tiang penyangga yang sesuai dengan ukuran dari signage c. Multiple-posted, dimana signage berdiri tegak pada sebuah tanah, namun dengan bantuan dua tiang penyangga yang sesuai dengan ukuran dari signage tersebut.
Gambar 2.12 Pemasangan Freestanding Sumber: Calori (2015)
2. Suspended atau Ceiling hung, adalah bentuk pemasangan signage yang dilakukan dengan cara digantungkan pada langit-langit atau pada bagian horizontal namun dipasang diatas permukaan langit-langit. Pemasangan suspended atau ceiling hung dibagi menjadi 3 jenis yaitu,
a. Suspended Monolith, dimana keseluruhan dari signage dipasang atau digantungkan pada langit-langit.
b. Suspended Pendant, dimana signage digantukan pada langit-langit namun menggunakan satu tiang penyangga yang juga digantungkan c. Suspended Multiple-posted, dimana signage digantungkan pada langit- langit namun menggunakan dua tiang yang juga digantungkan
Gambar 2.13 Pemasangan Suspended Sumber : Calori (2015)
16
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
3. Project atau flag-mounted, adalah bentuk pemasangan signage yang dilakukan dengan cara digantungkan pada dinding atau pada bagian vertikal namun dipasang pada bidang dinding. Pemasangan suspended atau ceiling hung dibagi menjadi 3 jenis yaitu, projecting monolith, lolippop, dan multiple-posted
Gambar 2.14 Pemasangan Projecting Sumber : Calori (2015)
4. Flush-Mounted, adalah bentuk pemasangan signage yang dilakukan dengan cara ditempel pada sebuah bidang vertikal, biasanya dalam bentuk dinding. Biasanya signage ditempel pada jenis wall-plaque.
Gambar 2.15 Pemasangan Flush-Mounted Sumber: Calori (2015)
2.1.7 Faktor Pertimbangan Perancangan Signage
Dalam perancangan sebuah signage, terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan, agar dalam proses pembuatan signage dapat bermanfaat sesuai dengan fungsinya. Menurut Calori (2015) dalam bukunya berjudul Signage and Wayfinding, terdapat 2 faktor dalam perancangan signage, yaitu Ketinggian dalam Pemasangan Signage, dan Pencahayaan.
17
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
2.1.7.1 Ketinggian Pemasangan Signage
Pada pemasangan sebuah signage diperlukan penempatan ketinggian yang tepat agar signage tersebut menjadi efisien. Terdapat dua zona dasar dalam penempatan ketinggian pemasangan sebuah signage, yaitu zona overhead dan eye-level. Biasanya peletakan ketinggian pemasangan signage juga berdasarkan kepentingan dari sebuah informasi yang terkandung didalam signage tersebut. Signage yang diletakan pada zona overhead biasanya mengandung informasi primary ataupun secondary information, maka dari itu sign harus dapat mudah dilihat oleh pengunjung dan dibuat lebih menonjol daripada lingkungan sekitarnya. Sedangkan untuk sign yang diletakkan pada eye-level biasanya jenis signage directional sign, diletakkan pada ketinggian eyelevel dengan tujuan agar pengunjung dapat dengan mudah membaca informasi dengan posisi yang nyaman. Signage yang menggunakan ketinggian pemasangan eye- level tidak perlu lagi untuk membuatnya lebih menonjol dengan lingkungan sekitar, namun diusahakan agar letak nya harus disesuaikan dengan lingkungan signage itu berada (hlm. 204).
Pemasangan signage pada ketinggian tertentu ini sangatlah krusial dan harus dipertimbangkan dengan baik, karena hal ini sangat berkaitan langsung dengan kenyamanan pengunjung saat berada di area. Bentuk penempatan dalam signage overhead tidak hanya dipasang atau diletakkan melalui penempatan suspended, tetapi juga bisa diletakkan pada jenis penempatan ground-mounted sign.
Audiens yang berjalan kaki dapat lebih mudah menggunakan jenis ketinggian eye-level, sedangkan audiens yang berkendara dapat lebih mudah dengan ketinggian pada area overhead. Namun sayangnya pada perancangan signage terdapat kemungkinan besar adanya bentuk vandalisme atau dengan mudah terhalang objek disekitarnya jika diletakkan pada tempat yang cenderung lebih rendah. (hlm.205)
18
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.16 Sign Mounting Sumber: Calori (2015)
Tinggi eye-lavel mata berada pada 3’- 0” sampai 6’- 8” diatas permukaan tanah atau lantai yang full finishes. Jika hal ini dikonversikan kedalam satuan meter maka letak ketinggian eye-lavel mencapai pada ketinggian 0,9144 m sampai 2,032 m sedangkan untuk signage overhead dipasang pada ketinggian kurang lebih mencapai ketinggian 6’-8”, yang berarti pemasangan signage dimulai pada ketinggian 2,032 m keatas.
Selain itu faktor terpenting dalam pemasangan signage lainnya adalah sudut pandang penglihatan (angle of vision). Dalam hal ini manusia tidak bisa melihat seluas 360o secara horizontal, selain itu juga manusia tidak akan memutarkan kepala untuk dapat melihat objek tersebut, kecuali dalam hal ini memang harus dilakukan. Maka dari itu signage harus dipasang sejajar dengan
19
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
pengelihatan manusia. Secara horizontal, sudut penglihatan memanjan 20o – 30o atau 40o – 60o dari tengah vertikal apabila mata sedang melihat lurus kedepan.
Gambar 2.17 Signage untuk kendaraan dipasang 60o horizontal Sumber: Calori (2015)
Secara vertikal, sudut penglihatan mata mencapai 10o – 15o ke bawah arah garis horizontal dari arah titik mata. Jika semakin jauh signage yang dilihat oleh mata, objek disekitarnya cenderung tidak jelas informasinya terutama pada bagian bawah garis horizontal mata. Karena audience tidak akan memutarkan kepalanya untuk kembali membaca informasi yang diluar sudut pandang horizontal, sama juga dengan audiens tidak akan melihat keatas untuk melihat informasi pada signage overhead (hlm. 207)
Gambar 2.18 Pemasangan Signage jika dilihat secara Vertikal Sumber: Calori (2015)
20
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
2.1.7.2 Pencahayaan
Menurut Calori (2015), terdapat beberapa faktor dalam keputusan untuk menyalakan dan cara untuk menerangi signage, yaitu suatu tingkat cahaya disekitar lingkungan signage, keadaan pada interior dan eksterior, biaya yang akan dikeluarkan, regulasi lokal, efek dari visual yang diciptakan, urutan hirarki, dan lain-lain. Terdapat jenis- jenis pencahayaan yang dapat diterapkan pada perancangan signage yaitu :
1. Pencahayaan Eksternal
Pencahayan ini diberikan melalui luar yang diarahkan secara langsung menuju signage, biasanya pengunaan pencahayaan eskternal digunakan pada signage yang berada di luar atau eksterior. Tujuan dari pencahayaan eskternal adalah untuk memperjelas signage terutama pada malam hari (hlm. 214)
Gambar 2.19 Penerapan pencahayaan Eksternal Sumber: https://foamcraft.info/monument-signs.php
21
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
2. Pencahayaan Internal
Pencahayaan ini dilakukan dengan sengaja memasukkan penerangan kedalam signage. Sehingga sumber cahaya sepenuhnya tersembunyi didalam signage. Pencahayaan Internal dapat bermanfaat bagi signage interior dan eksterior. Biasanya bentuk signage yang cocok menggunakan pencahayaan internal berbentuk persegi atau persegi panjang dengan menggunakan bahan plastik berwarna putih.
Gambar 2.20 Penerapan pencahayaan Internal
Sumber: https://id.pinterest.com/alitabatabaiepo/signage-light/
3. Tanpa Pencahayaan
Biasanya signage yang tidak mengunakan pencahayaan memiliki letak dengan tingkat pencahayaanya cukup tinggi. Sehingga tanpa harus diberikan cahaya, signage tersebut dapat mudah dipahami dan dimengerti. Jika meilih tanpa pencahayaan, maka bisa mengurangi pengeluaran karena tidak perlu bayar instalasi listrik. Pengunaan ini bisa pada signage yang berada pada lingkungan interior dan eksterior (hlm. 128).
22
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.21 Tanpa Pencahayaan
Sumber: https://blog.spothero.com/chicago-winter-overnight-parking-ban-2016/
2.1.8 Material Utama ( Calori (2015) )
Calori (2015) mengatakan bahwa sebuah signage memerlukan bahan-bahan material sebagai dasar utama nya, pemilihan material yang baik dan sesuai merupakan kunci utama dari keberhasilan signage tersebut dapat mudah dipahami dan tersampaikan dengan baik. Dalam pemilihan bahan material tidak ada spesifikasi yang membatasi, sehingga desainer dapat memilih jenis material apapun yang baik digunakan untuk signage, dan nantinya signage tersebut memiliki keselarasan dengan lingkungan sekitarnya (hlm. 219-220).
Dalam pemilihan bahan material pembuatan signage yang baik dan tepat diharapkan mampu memiliki ketahanan dan kekuatan dari signage itu sendiri ketika dipasang pada lingkungan apapun signage itu berada. Terdapat beberapa macam material utama yang dapat digunakan sebagai pembuatan signage:
1. Logam
Logam merupakan salah satu material yang paling banyak dipakai dalam pembangunan arsitektur. Bahannya yang tergolong kuat dan kokoh, logam merupakan bahan yang mudah dibentuk dan dilebur.
Untuk menambah esensi dari logam tersebut tidak jarang yang melakukan pengecatan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya karatan (hlm. 224). Terdapat beberapa jenis logam yang biasa digunakan untuk bahan pembuatan signage , yaitu : Alumunium, Baja Karbon, Perunggu atau Kuningan, dan Stainless.
23
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
2. Plastik
Plastik merupakan material yang mudah ditemukan dimana saja.
Karena mudah ditemukan dan digunakan, bahan plastik ini cukup diminati karena memiliki bahan yang transparan, bisa dibentuk, tidak mudah pecah, dan tidak berat. Biasanya pengunaan bahan plastic digunakan pada bagian terluar dari signage itu sendiri.
Bahan plastik yang biasanya digunakan untuk pembuatan signage diantaranya adalah akrilik, vinil, polikarbonat, dan potopolimer (hlm. 226)
3. Kaca
Pengunaan kaca sudah terlebih dulu daripada plastik, bahan kaca ini dipilih sebagai bahan material signage dikarenakan memiliki kesan yang mewah, tahan lama, dan tidak memerlukan lapisan tambahan untuk pelindung, dan juga tidak sulit pembersihannya.
Kaca memiliki bahan yang transparan, maka untuk pengunaanya disertai dengan material pendukung lainnya. Seperti digunakan sebagai material pelindung directory signage. Kaca yang biasa digunakan untuk bahan signage adalah jenis kaca tempered glass (hlm. 231).
4. Kayu
Pengunaan bahan material kayu sudah sangat jarang ditemukan, orang-orang sudah lebih banyak mengunakan bahan yang berunsur logam, sebagai bahan untuk pembuatan signage. Bahan kayu cenderung lebih mahal daripada bahan-bahan lainnya, dikarenakan tekstur dari kayu itu sendiri susah untuk dibentuk ataupun di berikan tambahan informasi. Pengunaan kayu sendiri biasanya untuk pembuatan papan nama, dan juga beberapa directory sign.
Selain karena mahal, pengunaan bahan kayu juga cenderung mudah rusak karena terkena sinar matahari, dan air hujan yang mungkin bisa berlebihan secara berkala (hlm. 231-232).
24
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
5. Kain
Kain memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi. Pengunaan kain biasanya digunakan pada eksterior signage, bahannya yang terbuat dari kain katun, atau yang memiliki serat sintetis. Namun dalam pengunaan kain sangatlah beresiko dikarenakan mudah luntur jika berada di luar ruangan, jika tidak dilapisi dengan UV inhibitor (hlm. 233)
6. Batu (Masonry)
Pengunaan batu cukup banyak digunakan terutama pada jenis signage identificational sign yang berbentuk sebuah monumen.
Jenis batu yang dapat digunakan untuk pembuatan signage adalah batu granit, marmer, batu kapur, dan batu pasir. Bahan batu ini cocok digunakan pada signage eksterior. Bahan batu tergolong cukup bagus karena memiliki daya tahan lama dan tinggi, memiliki penampilannya bagus, walaupun proses pembuatannya tergolong cukup sulit (hlm. 233)
Desain 2.2
Landa (2011) mengatakan bahwa desain merupakan sebuah bentuk komunikasi visual yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan dan informasi kepada audiens. Desain juga merupakan sebuah representasi visual dari sebuah ide yang mengandalkan proses penciptaan yang berguna untuk menyampaikan pesan dengan lebih baik dan memiliki arti yang sesuai (hlm. 2).
Desain memiliki peranan cukup penting dalam kehidupan sehari-hari, semua hal yang berada di sekitar merupakan bentuk dari sebuah visualisasi desain, seperti misalnya ketika menonton tv, kita bisa menemukan iklan produk yang sering bermunculan. Selain itu juga pada produk kemasan, dan juga signage. Banyak elemen-elemen desain dan penerapan prinsip-prinsip desain yang tentunya berguna untuk digunakan pada keseluruhan aspek visual.
2.2.1 Prinsip Desain
25
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
Landa (2011) mengatakan bahwa untuk mencipatakan sebuah komposisi desain yang baik dan benar dalam prosesnya diperlukan suatu pemahaman dan pengaplikasian dari prinsip-prinsip desain itu sendiri. Prinsip-prinsip desain itu sendiri terbagi menjadi 4 bagian yaitu balance, emphasis, rhytm, dan unity (hlm 24):
1. Balance
Menurut Landa (2011), balance merupakan salah satu prinsip desain yang mengandalkan intuitive dari seorang desainer, tentang sebuah stabilitas dan juga ekuilibrium dalam pembuatan sebuah visual. Dalam penerapannya, prinsip balance selalu dikaitkan dengan berat visual. Berat visual nantinya yang menjadi sebuah tolak ukur saat melakukan penataan terhadap suatu elemen (hlm.
26). Balance terdiri menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Symmetry, pembagian berat visual secara merata pada setiap sisi dari komponen yang terbagi oleh suatu garis tengah, sehingga nantinya memberikan efek seperti cermin dari elemen visual itu sendiri.
b. Asymmetry, pembagian berat visual secara merata tidak adanya sebuah efek pantulan seperti cermin pada komponen elemen visual. Namun tetap memberikan kesan berat visual yang seimbang pada sebuah desain.
c. Radial, elemen visual yang memancar dari titik tengah pada suatu komposisi. Keseimbangan yang tercapai melalui keseimbangan simetri dengan penggabungan horizontal dan vertikal.
26
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.22 Bentuk Balance Sumber: Landa (2011)
2. Emphasis
Menurut Landa (2011), emphasis adalah prinsip desain yang mengatur mengenai penekanan untuk menyatakan sebuah kepentingan dari elemen-elemen desain maupun informasi pada komponen visual. Emphasis berguna untuk membuat suatu elemen menjadi lebih dominan dari elemen desain lainnya.
Sehingga audiens dapat lebih mudah mengetahui informasi atau pesan apa yang harus diperhatikan (hlm. 28-29).
3. Rhytm
Calori (2015) mengatakan sebuah pengulangan warna merupakan salah satu cara untuk menciptakan sebuah rhytm pada sebuah signage. Dalam proses perancangan signage, diperlukan sebuah pengkodean warna untuk membedakan rute satu dengan rute lainnya terutama pada directional sign (hlm. 164).
Menurut Landa (2011), rhytm dalam sebuah desain memiliki sebuah prinsip yang sama dengan ritme pada sebuah tarian dan seni musik. Dalam desain grafis ritme tercipta melalui sebuah pola yang berulang. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sebuah ritme antara lain adalah warna, tekstur, emphasis, balance, dan figure and ground. Kunci utama dalam membuat sebuah ritme adalah dengan memahami repetisi dan variasi. Variasi didapatkan
27
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
dengan menciptakan atau memodifikasi pola pada elemen desain menjadi bervariasi, sedangkan untuk Repetisi didapatkan dari mengulang beberapa elemen visual (hlm. 30).
4. Unity
Unity merupakan sebuah kesatuan, menurut Landa (2011) mengatakan bahwa unity merupakan unsur yang paling penting untuk menciptakan integrasi dari sebuah visual secara menyeluruh. Unity diciptakan dengan menggunakan elemen- elemen desain, seperti posisi, komposisi, illusrtasi, dan pemilihan warna (hlm. 31). Perancangan signage sangat diperlukan sebuah kesatuan, baik dari material, maupun bentuk yang akan digunakan dalam proses perancangannya. Hal ini disampaikan oleh Gibson (2009), kesatuan signage merupakan hal yang sangat penting dan krusial untuk memberikan citra pada sebuah tempat (hlm. 69).
2.2.2 Elemen Desain
Komposisi pada sebuah visual terdiri dari beberapa gabungan elemen visual. Maka dari itu, terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan. Landa (2011) menjelaskan bahwa terdapat elemen- elemen desain yang terdiri dari bentuk, garis, warna, tekstur, figure and ground, dan value (hlm. 16).
1. Garis
Landa (2011) mengatakan bahwa garis merupakan sebuah elemen yang terbentuk dari sekumpulan titik yang memanjang (hlm. 16).
Pengunaan garis pada perancangan signage sangatlah penting, menurut Calori (2015), pada tahapan design development, pemanfaatan garis sebagai penada alur bagi pengunjung dan menunjukkan tanda-tanda secara akurat pada sebuah area yang pengunjung datangi (hlm. 46).
2. Bentuk
28
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
Landa (2011) berpendapat bahwa bentuk merupakan sekumpulan garis yang tertutup setiap ujungnya. Bisa diartikan sebagai bidang area dua dimensi yang divisualkan dengan garis, warna, maupun tekstur baik secara keseluruhan, atau sebagian (hlm. 17).
Calori (2015) mengatakan bahwa dalam penerapannya pada sebuah signage, bentuk harus sesuai dengan visual yang diinginkan, juga harus membentuk sebuah visual yang sesuai dan bisa membangun citra yang khas dalam bentuk tiga dimensi.
Dalam merancang signage, desainer tidak bisa hanya terpaku pada satu bentuk dasar saja, namun juga perlu mengkombinasikan beberapa bentuk sehingga nantinya menghasilkan sebuah bentuk kesatuan yang memiliki ciri tersendiri (hlm. 193).
3. Figure and Ground
Landa (2011) mengungkapkan figure and ground atau yang biasa disebut dengan positive and negative space. Merupakan elemen desain yang sangat dasar untuk mengenal persepsi visual yang mengacu pada bentuk visual dua atau tiga dimensi. Figure merupakan objek yang berada pada permukaan, yang disebut dengan positive space. Sedangkan untuk ground merupakan area permukaan dari pengambaran figure, yang biasa disebut dengan negative space. Figure merupakan inti dari sebuah visual, sehingga harus terlihat jelas penggambarannya jika dibandingkan dengan ground (hlm. 18). Keduanya berfungsi untuk memberikan informasi dua pesan sekaligus dalam satu bentuk visual.
4. Warna
Warna merupakan suatu elemen desain yang sangat mendominasi dalam kehidupan. Landa (2011) mengungkapkan bahwa warna merupakan sebuah penjabaran dari energi cahaya, warna juga merupakan sebuah sensasi yang dapat dengan mudah dirasakan dan ditangkap oleh mata saat energi cahaya mengenai suatu
29
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
benda. Sedangkan menurut Paulin (2011), warna dapat sangat mempengaruhi pesan dari sebuah visual, maka dari itu warna sering digunakan sebagai alat untuk mencari rasa perhatian (hlm.
59)
Landa (2011) menjelaskan mengenai pigmen merupakan sebuah zat kimia yang dibentuk untuk menghasilkan warna-warna cetak untuk plastik, kertas, dan sebagainya. Warna pigmen biasa disebut juga sebagai warna yang subtraktif (hlm. 19-20).
Gambar 2.23 Warna Subtraktif Sumber: Calori (2015)
Menurut Calori (2015), warna memiliki perangan sangat penting dalam perancangan sebuah signage. Warna digunakan untuk membedakan signage dengan lingkungan sekitarnya, dapat mendominasi pesan dalam hirarki dengan pesan-pesan lainya, dan juga memberikan sebuah gambaran pembeda terhadap sebuah zona, dan fungsi dalam pembentukannya (hlm. 157). Elemen - elemen pada sebuah warna menurut Landa (2011) terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Hue, merupakan sebutan pada nama warna, contoh merah, biru, kuning, dan hijau
30
Perancangan Signage Kebun Raya Cibodas…, Pebrianto, Universitas Multimedia Nusantara
b. Value, merupakan sebuah tingkat gelap terang pada suatu warna, misalnya hijau tua atau kuning tua
c. Saturation, merupakan sebuah tingkat kecerahan dan kekusaman dari sebuah warna, seperti misalnya merah cerah, biru cerah, hijau kusam (hlm. 23).
5. Tekstur
Menurut Landa (2011) tekstur memiliki dua jenis, yaitu tekstur visual dan tekstur actual. Tekstur Visual merupakan tekstur yang dibuat dengan dua dimensi hanya menggunakan tangan dan hanya dengan mudah dilihat dengan mata tanpa bisa dirasakan oleh tangan, sedangnkan Tekstur Aktual merupakan tekstur yang dibuat secara nyata dan juga bisa dirasakan, memiliki sifat tiga dimensi (hlm. 23)