BUPATI BANYUASIN
SAMBUTAN BUPATI BANYUASIN
Dengan ridho dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, Pemerintah Kabupaten Banyuasin dapat menyelesaikan ” Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuasin Tahun 2007 ” yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Banyuasin dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin.
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuasin Tahun 2007 tersebut, sangat relevan dengan semakin meningkatnya aktivitas pembangunan di segala bidang terutama pembangunan ekonomi yang memerlukan dukungan data statistik yang akurat menyeluruh dan mutakhir guna membantu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen pembangunan Kabupaten Banyuasin.
Sebagai indikator pembangunan ekonomi makro, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memberikan gambaran ekonomi secara sektoral yang sangat penting artinya dalam menyusun kerangka acuan rencana pembangunan di Kabupaten Banyuasin, sehingga pembangunan ekonomi dapat diarahkan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi sektor ekonomi yang ada.
Manfaat tersebut memiliki arti yang sangat strategis, oleh karena itu kami sangat menghargai terbitnya ” Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuasin Tahun 2007 ini.
Kepada semua pihak yang ikut serta dalam penerbitan publikasi ini kami ucapkan terima kasih.
Pangkalan Balai, 2008
BUPATI BANYUASIN
Ir. H. AMIRUDDIN INOED
BANYUASIN REGENT
PREFACE by BANYUASIN REGENT
By alacrity and grant from God, government of Banyuasin Regency finished the "
Gross Domestic Regional Product (GDRP) of Banyuasin Regency 2007", It’s cooperation between government of Banyuasin Regency with Statistic of Banyuasin Regency.
Gross Domestic Regional Product (GDRP) of Banyuasin Regency 2007, very relevant with the increasing of development activities in all area especially economics development need support by accurate totally and recent statistic utilize to execute the function of management of Banyuasin Regency development.
As macro economic development indicator, Gross Domestic Regional Product (GDRP) give the sectorally economic picture, It’s very important to compile reference frame of development plan in Banyuasin, so that economic development can be instructed to grow and expand as according potency of economic sector.
The benefit have strategic mean, therefore we appreciate with publishing of " Gross Domestic Regional Product (GDRP) of Banyuasin Regency 2007.
Pangkalan Balai, 2008
BANYUASIN REGENT
Ir. H. AMIRUDDIN INOED
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN
BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Alamat : Jalan Lingkar Komplek Perkantoran Pemkab Banyuasin
SAMBUTAN
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN
Atas rihdo dan karunia Tuhan Yang Maha Esa maka penyusunan PDRB Tahun 2007 telah selesai dilaksanakan atas kerjasama BAPPEDA Kabupaten Banyuasin dan BPS Kabupaten Banyuasin.
Buku PDRB tahun 2007 merupakan lanjutan dari publikasi pada tahun sebelumnya yang memuat informasi dan gambaran makro perekonomian Kabupaten Banyuasin seperti : Struktur Perekonomian, Pertumbuhan ekonomi, Inflasi, Pendapatan perkapita dan indikator lainnya.
Data yang disajikan dalam buku PDRB Tahun 2007 ini akan terus mengalami penyempurnaan, akurasi dan aktualisasi data . Oleh Karena itu jika ada saran, kritik maupun masukan lainnya yang bersifat membangun dapat disampaikan ke BAPPEDA Kabupaten Banyuasin.
Dengan selesainya Penyusunan PDRB Tahun 2007, kami sebagi Kepala BAPPEDA Kabupaten Banyuasin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya atas bantuan semua pihak dalam menghimpun dan menganalisa data sampai terbitnya Publikasi Buku PDRB Tahun 2007
Pangkalan Balai, 2008
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN
BADRI SATRIA THALIB,SE, M.Si NIP. 44 023 311
GOVERNMENT OF BANYUASIN REGENCY REGENCY DEVELOPMENT PLANNING BOARD
addres : Jalan Lingkar Komplek Perkantoran Pemkab Banyuasin
PREFACE
HEAD OF BANYUASIN REGENCY DEVELOPMENT PLANNING BOARD
By alacrity and grant from God, hence The Gross Domestic Regional Product (GDRP) of Banyuasin Regency 2007 have been compiled by Banyuasin Regency Development Planning Board (BAPPEDA) with BPS-Statistics of Banyuasin Regency in associaton. The Book of GDRP 2007 represent the continuation from publicizing in previously year, It was contained information and macro economic of Banyuasin Regency, i.e.: economic strucrure, economic growth, inflation, earnings per capita and others indicator.
The compilation and admission filling of GDRP of Banyuasin Regency in 2007 will be non- stoped to experience of the completion of data accuration and data actuality. Therefore, suggestion, criticize and also include constructive communicable to BAPPEDA of Regency Banyuasin.
The compilation of GDRP of Banyuasin Regency in 2007 all through, us as Head of Banyuasin regency development planning board render thanks to all party in mustering and analysing data publishing of Banyuasin in Figure 2007
Pangkalan Balai, 2008
HEAD OF BANYUASIN REGENCY DEVELOPMENT
PLANNING BOARD
BADRI SATRIA THALIB, SE, M.Si NIP. 440 023 311
KATA PENGANTAR
Perekonomian Daerah yang digambarkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu informasi Statistik Ekonomi Makro yang banyak dimanfaatkan oleh Birokrasi Pemerintah dalam menyusun Kerangka Kebijakan Pembangunan Daerah.
Untuk itu Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Banyuasin c.q Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) menyusun buku publikasi PDRB setiap tahunnya.
Publikasi PDRB 2007 yang diterbitkan, ini merupakan partisipasi aktif dari berbagai Dinas/Instansi terkait, Dunia usaha dalam memberikan informasi/data-data yang kami perlukan.
Mudah-mudahan respon dari semua pihak tersebut dapat membantu Pemerintah Daerah dalam meningkatkan laju pembangunan di Daerah ini
Atas bantuan dan kerja sama yang baik, khususnya dari Pemerintah Daerah c.q Bappeda Banyuasin buku publikasi ini dapat diterbitkan, dan akhirnya disampaikan terima kasih.
Pangkalan Balai, 2008
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASINK e p a l a,
SARING, B.St NIP. 340007881
F O R E W O R D
The Region Economy which is illustrated by The Gross Domestic Regional Product (GDRP) is one of macro economy statistics information which is much used by the government bureaucracy in arranging the policy Framework of the region development.
Based on that, BPS-Region Statistics Agency of Banyuasin Regency co-operates with The Government of Banyuasin Regency c.q The Region Development Planning Board (Bappeda) to arrange the publication book of the Gross Domestic Regional Product (GDRP) every year.
The publication of the Gross Domestic Regional Product (GDRP) 2007 which is published is one of active participation from many instances, world of commerce, in giving the information/data is needed. I hope the response from many people will help the region government to increase the development of this area.
Thanks for all of supporting from many people and good work, especially from The Region Government c.q the Agency for Regional Development (Bappeda) of Banyuasin Regency.
Pangkalan Balai, 2008
Head of BPS-Region Statistics Agencyof Banyuasin Regency
SARING, B.St NIP. 340007881
DAFTAR ISI/CONTENT
Halaman/Page
Foto Bupati Banyuasin/Picture of Banyuasin Regent...
i
Peta Wilayah Kabupaten Banyuasin/ The Map of Banyuasin Regency... ii
Sambutan Bupati
Banyuasin...
iii
Preface of Banyuasin
Regent...
iv
Sambutan Kepala Bappeda
Banyuasin...
v
Preface of Head of BAPPEDA of
Banyuasin...
vi
Kata Pengantar Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin... vii Preface by Chief of BPS-Statistics of Banyuasin Regency... viii
Daftar
Isi/Contents...
ix
Daftar Tabel/List of
Table...
xi
Daftar Gambar/List of
Picture...
xiii
Daftar Lampiran/List of
Enclosure... xiv
...
BAB I/
CHAPTER I
PENDAHULUAN INTRODUCTION
...
1
1.1. Pengertian Pendapatan Regional Regional Income Meaning.
...
1
1.2. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional
Regional Income Benefit statistic...
6 1.3. Ruang Lingkup & Metode Penghitungan
Coverage and Estimate Methode.
...
8
BAB II/
CHAPTER II
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN ECONOMY GENERAL DESCRIPTION ...
47
2.1. Gambaran Umum Perekonomian General Descript of
Economic...
47
2.2 Pertumbuhan Ekonomi Economic
Growth...
49
2.3 Struktur Ekomomi Economic
Structure...
53
2.4 Laju Inflasi Sektoral Sectoral
Inflation...
57
2.5 Pendapatan Perkapita
Income per Capita...
60
BAB III/
CHAPTER III
PERKEMBANGAN PDRB SEKTORAL
GROWTH OF SECTORAL GDRP 63
...
3.1. Sektor Pertanian Agriculture
Sector...
63
3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian.
Mining and Quarrying
Sector...
70
3.3 Sektor Industri Pengolahan
Manufacturing Industry Sector...
73 3.4. Sektor Listrik Gas dan Air Bersih
Electricity, Gas and Water Supply Sector...
75 3.5. Sektor Bangunan/
Construction...
77
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Trade, Hotels, and Restaurants Sector...
78 3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Tansportation and Communications Sector...
80 3.8. Sektor Keuangaan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Financial, Property and Bussines sector...
83 3.9. Sektor Jasa-Jasa
Services
sector...
85
LAMPIRAN/
ENCLOSURE ...
...
88
DAFTAR TABEL/LIST OF TABLE
Halaman/Pages
Tabel/Table 2.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuasin Tahun 2003 – 2007
Economic Growth of Banyuasin Regency in 2003 – 2007... 52 Tabel/Table 2.2 Peranan Masing-masing Sektor dalam Pembentukan PDRB dengan
Migas atas dasar harga berlaku
Contributed by Sectors to GDRP at Current Prices ...
56
Tabel/Table 2.3. Laju Inflasi Sektoral Kabupaten Banyuasin Inflation Rate of Sectoral GDRP
Banyuasin………...
59
Tabel/Table 2.4. Pendapatan Perkapita Kabupaten Banyuasin Atas Dasar Harga Berlaku Earning per Capita of Banyuasin Regency at Current Prices
……… 61
Tabel/Table 3.1. Kontribusi dan Pertumbuhan Sub Sektor dalam Sektor Pertanian Tahun 2004-2007/Contribution and Growth Sub Sector in griculture Sector at
2004- 2007... 65 Tabel/Table 3.2. Kontribusi dan Pertumbuhan Sub Sektor dalam Sektor Pertambangan dan
Penggalian Tahun 2004-2007
Contribution and Growth Sub Sector in Mining and Quarrying. Sector at 2004- 2007... 71
Tabel/Table 3.3. Kontribusi dan Pertumbuhan Sub Sektor dalam Sektor Industri Pengolahan Tahun 2004-2007
Contribution and Growth Sub Sector in Manufacturing Sector Sector at
2004- 2007... 75
Tabel/Table 3.4. Kontribusi dan Pertumbuhan Sub Sektor dalam Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Tahun 2004-2007
Contribution and Growth Sub Sector in Electricity, Gas and Water
Supply Sector at 2004- 2007... 76
Tabel/Table 3.5. Kontribusi dan Pertumbuhan Sub Sektor dalam Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2002-2004/
Contribution and Growth Sub Sector in Trade, Hotel, and Restaurant
Sector at 2004- 2007... 79
Tabel/Table 3.6. Kontribusi dan Pertumbuhan Sub Sektor dalam Sektor Angkutan dan Komunikasi Tahun 2004-2007
Contribution and Growth Sub Sector in Transportation and
Communication Sector at 2004- 2007... 81 Tabel/Table 3.7. Kontribusi dan Pertumbuhan Sub Sektor dalam Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun 2004-2007
Contribution and Growth Sub Sector in Own Sector at 2004-
2007………
………..…..
84
Tabel/Table 3.8. Kontribusi dan Pertumbuhan Sub Sektor dalam Sektor Jasa-Jasa Tahun 2004-2007
Contribution and Growth Sub Sector in Services Sector at 2004-
2007...
...
86
DAFTAR GAMBAR/LIST OF PICTURE
Halaman/Pages
Gambar/
Picture 2.0.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia/ Economic Growth of Indonesia in
2003-2007 ... 48
Gambar/
Picture 2.1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuasin Tahun 2001 – 2007
Economic Growth of Banyuasin Regency in 2001 – 2007... 50
Gambar/
Picture 2.2
Peranan Masing-masing Sektor Dalam Pembentukan PDRB derngan Migas Atas Dasar Harga berlaku/Contributed by Sector to GDRP at Current Prices.. 54
Gambar/
Pictiure 2.3
Laju Inflasi Sektoral Kabupaten Banyuasin Tahun 2001- 2007
Inflation Rate of Sectoral GDRP Banyuasin Regency in 2003 – 2007... 58
DAFTAR LAMPIRAN/LIST OF ENCLOSURE
Halaman/Pages Tabel/Tab1e 1. PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku (Juta Rupiah)/ GRDP of Banyuasin Regency at Current Prices by Industrial Origin (Million Rupiahs
88
Tabel/Table 2 PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (juta Rupiah)/ GRDP of Banyuasin Regency at Constant 2000 Prices by Industrial Origin
90
Tabel/Table 3 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Dengan Migas (persen)/ Persentage of GRDP of Banyuasin Regency at Current Prices by Industrial Origin With Oil and Natural Gas (Percent)
92
Tabel/Table 4 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Migas (Persen)/ Persentage of GRDP of Banyuasin Regency at Current Prices by Industrial Origin Without Oil and Natural Gas (Percent)
94
Tabel/Table 5. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Dengan Migas (persen)/ Persentage of GRDP of Banyuasin Regency at Constan Prices by Industrial Origin With Oil and Natural Gas
96
Tabel/Table 6. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tanpa Migas (persen)/ Persentage of GRDP of Banyuasin Regency at Constan Prices by Industrial Origin With Oil and Natural Gas
98
Tabel/Table 7 Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku/ Growth Index of GRDP of Banyuasin Regency at Current Prices by Industrial Origin
100
Tabel/Table 8. Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000/ Growth Index of GRDP of Banyuasin Regency at Constan 2000 Prices by Industrial Origin
102
Tabel/Table 9. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku/ Growth Index of GRDP of Banyuasin Regency
104
at Constan 2000 Pricesby Industrial Origin
Tabel/Table 10. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000/ Economic Growth of Banyuasin Regency at Constan 2000 Prices by Industrial Origin
106
Tabel/Table 11. Implisit PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha/ Implistind ex of GDRP of Kabupaten Banyuasin Regensy by industrial Origin
108
Tabel/Table 12. Laju InflasiPDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha/
Inflation Rate of GDRP of Banyuasin Regensy by industrial Origin
110
Tabel/Table 13 Pendapatan Regional dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuasin Atas Dasar Harga berlaku (Dengan Migas) / Regional Income and income per Capita Of of Banyuasin Regensy by at Current Prices With Oil and Natural Gas
112
Tabel/Table 14. Pendapatan Regional dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuasin Atas Dasar Harga berlaku (Tanpa Migas) / Regional Income and income per Capita Of of Banyuasin Regensy by at Current Prices Without Oil and Natural Gas
113
Halaman/Pages Tabel/Table 15. Pendapatan Regional dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuasin
Atas Dasar Harga Konstan (Dengan Migas) / Regional Income and income per Capita Of of Banyuasin Regensy at Constan Prices With Oil and Natural Gas
114
Tabel/Table 16. Pendapatan Regional dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuasin Atas Dasar Harga Konstan (Tanpa Migas) / Regional Income and income per Capita Of of Banyuasin Regensy at Constan Prices Without Oil and Natural Gas
115
• Pengertian Pendapatan Regional Regional Income Meaning
• Kegunaan Statistik Pendapatan Nasional Regional Income Statistic Benefits
• Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan
Coverage And Estimate MethodQuickTime™ and a decompressor are needed to see this picture.
I
Pendahuluan
Introduction
1.1Pengertian Pendapatan Regional
alah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai nilai tambah seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
1.1 Regional Income Meaning
ne of the important economic indicator for a certain period and area is shown by Gross Domestic Regional Product (GDRP), at current and constant prices. GDRP is defined as total value added created from all economic units in a certain region, or is a total final goods and services produced by all economic units. The current price of GDRP are derived when the products calculated according to the exsisting price in year, while the constant prices are when the products calculated at fix prices of base year, which in this case is 2000. The current prices have advantages for showing economic structures, and the constant prices for knowing economic progress.
S O
I. PENDAHULUAN
1. INTRODUCTION
Untuk menghitung angka-angka PDRB ada tiga pendekatan, yaitu :
a.Menurut Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi diwilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Unit – unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yaitu ;
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4 Listrik, Gas dan Air Bersih, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7.
Pengangkutan dan Komunikasi, 8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa – jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.
b. Menurut Pendekatan Pendapatan,
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Balas jasa faktor produksi yang
The GDRP data can be
estimated by three approaches, namely:
a.Production approach, GDRP is a total of final product produced from all production units in country for certain period (usually a year).
The production are grouped into 9 sectors
of origin, these are :
1. Agriculture, live stock, forestry and fishery 2.Mining and quarrying;
3.Manufac turing; 4. Electricity, gas and water supply; 5. Construction 6.
Trade, ho tel and restaurant; 7 Transport and communication; 8.
Bank, rental and business services;
9. Services including services provided by government.
b.Income approach,
GDRB is a total of compensations of production factors engaged in production process in a country and for a certain period (u sually in a year). The compensations are wages, land rental, capital interest and profit s, all before taxes. In this
dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan;
semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu produk domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
c.
Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti : (1) pengeluaran konsumsi Rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan moda l tetap domestik bruto, (4) perubahan stok, dan (5) ekspor neto,dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi imporSecara konsep ketiga pendekatan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan
definition GDRP includes also depreciation and net indirect taxes.
Total of the income components in a sector is called gross value added. It therefore, the GDRP is a total value added of all economic sectors (sectors of origin).
c. Expenditure approach,
GDRP is total components of final demand, which are : (1) Household and period non profit institution expendi tures; (2) Government consumt on; (3) Gross domestic fixed capital formation; (4) Change in stock, and (5) Net export in a certain period
Conceptually, the three approaches give the same results for total
expenditure, total final goods and services and total income of production
harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya.
Selanjutnya PDRB atas dasar harga pasar, mencakup komponen pajak tidak langsung neto.
Disamping PDRB sebagai salah satu indikator ekonomi, beberapa ukuran penting lainnya yang diturunkan dari data PDRB yakni
1. Produk Regional Bruto merupakan produk domestik bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk Kabupaten Banyuasin yang diterima dari luar negeri
dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh dari Kabupaten Banyuasin.
2. Produk Regional Neto merupakan produk regional bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama satu tahun.
3. Produk Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi
factors. Further, GDRP at current prices includes net indirect taxes.
Other figures, derived from GDRP, are also valuable for economic
indicators, namely :
1. Gross Regional Product, it is derived from GDRP plus net income from abroad. Term net refers to the income of production factors ( labor and capital) received by Banyuasin resident in abroad minus income
2. Net Regional Product, at current price, which is derived from Gross Regional Product minus depreciation of capital goods used in production process for a year.
3. Net Regional Product at factor cost, defined as the product at
adalah produk regional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi subsidi pemerintah. Baik pajak tidak langsung
maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaik kan harga jual sedangkan subsidi
sebaliknya. Selanjutnya, produk
regional neto atas dasar biaya produksi disebut sebagai Pendapatan Regional.
4. Angka - angka per kapita adalah ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan diatas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
current price minus net indirect taxes The term net is the indirect taxes minus government subsidy.
The indirect taxes and subsidies are levied on goods and services produced or sold. The indirect taxes affect in increasing prices, whereas the subsidy conversely.
The Net Regional Product at factor cost is well known as Regional Income.
4. Per capita figures are obtained by dividing the indicators above by the total population at mid year.
1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Nasional
ata pendapatan Regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun.
1.2 Regional Income Statistics Benefits
egional income data is an economic indicator used for showing region economic condition annually.
D R
Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah :
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar.
2. PDRB harga berlaku menjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
3. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan besarnya struktur ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara
5. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan bagaimana produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
6. Distribusi PDRB menurut penggunaan
The benefits from this data are :
1. GDRP at current prices shows the capability of economic resources to produce products in a region. A large value of GDRP shows a strong economic capability.
2. GDRP at current prices shows the income received by the residents of a region.
3. GDRP at constant prices gives a picture for economic growth either for the whole or specific sector annually.
4. Distribution of GDRP at current prices shows the economic structure of a country. A big share of the sector plays as a basis of the country economy
5. GDRP at current prices by expendi ture shows the use of goods and services for consumption, investment, and trade with overseas.
6. Distribution of GDRP by
menunjuk kan peranan kelembagaan menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor ekonomi.
7. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
8. PDRB dan PRB per kapita atas harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan PRB per kepala atau per satu orang penduduk.
9. PDRB dan PRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
1.3. Ruang Lingkup Dan Metode Penghitungan
raian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub-sektor, cara-cara
perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
expenditure explains the share of institution products by economic sectors.
7. GDRP at constant prices by expen diture has benefits for exposing the real growth of consumption, investment, and external trade.
8. Per capita GDRP and GRP at current prices give a clue of GRP and GNRP per person. These data also conclude the GDRP and the GRP distributed equally to population in a year.
9. Per capita GDRP and GRP have benefit for exposing economic growth adjusted by population growth.
1.3. Coverage And Estimate Method
ectoral description presented in this chapter includes
coverage and definition for sector and sub-sector, estimation of value added both at current and constant 2000 market prices, and is data sources.
U S
harga konstan 2000, serta sumber datanya
.
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
1.1 Tanaman Bahan Makanan
Sub-sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah kacang kedele, kacang-kacangan lainnya; sayur – sayuran, buah-buahan, padi- padian serta bahan makanan lainnya.
1.2 Tanaman Perkebunan
Sub-sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang
diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, jahe, jambu mete jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, panili, serat karung, tebu, tembakau, serta tanaman perkebunan lainnya.
1.3 Peternakan dan Hasilnya
Sub-sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan iambil hasilnya, baik yang
1. Agriculture, Forestry and Fishery
1.1 Farm Food Crops
This sub sector includes commodities such as paddy, maize, cassava, sweet potatoes, root crops, peanuts, soy bean, other bean and nuts, vegetable and other form food crops.
1.2 Estate Crops
This sub-sector covers all kinds of estate crops activities, for example clove, ginger, cashew fruit, castor, cocoa, rubber, cotton, kapok, cinnamon, coconut, oil palm, candle nut, quinine, caffee, pepper, vanilla, sackfibre, sugar cane, tobacco, tea and other estate crop
1.3 Livestock and Its Products
This sub-sector covers activities all kinds of animal husbandry and poultry for to breeding, growing up, slaughtering and obtain its product
dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis
ternak yang dicakup adalah : sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya.
1.4 Kehutanan
Sub-sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup meliputi:
kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya.
1.5 Perikanan
Sub-sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan mas, ikan mujair, ikan sepat.
Ikan gabus, ikan baung, ikan lele, udang dan ikan darat lainnya.
1.6 Jasa Pertanian
Jasa pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan
undertaking by people and livestock company. Kind of animal husbandry coverscattle, buffalo, goat, pig, horse, chicken, duck, eggs, fresh milk, and other caring animals
1.4 Forestry
This Sub-sector involves cutting of wood, gathering products such as leaves, saps and roots, including hunting. Commodities covered are log (from extensive jungle and cultivated forest), fire wood, rattan, charcoal, bamboo, turpentine, gandarukem, peel, deer, wild pig and other forest
products.
1.5 Fishery
Fishery Sub-sector includes all kind of cultivating fish, both in
freshwater Fishery products are mas fish, majair fish,sepat fish and other freshwater fishes
1.6 Agriculture Service
Agriculture service are identified as supporting activity for agriculture
suatu pungutan atau kontrak tertentu.
Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan
operatornya dengan syarat pengelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada masing- masing sub-sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub-sektor peternakan, jasa
memetik kopi pada sub-sektor perkebunan).
Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai tersebut dianggap terwakili dalam besarnya persentase mark-up untuk tiap- tiap sub-sektor pertanian.
1.7 Metode penghitungan Output dan Nilai Tambah
Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian adalah melalui pendekatan produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian.
Secara umum, nilai output setiap
economic such as contractual work and percentages to results. Included in this sub-sector is agriculture equipment rental with operator under condition that the organizing and activity risk are separately. Value added of agriculture sector, conceptually, included in agriculture service and distributed into each sub-sector (such as animal doctor services in the livestock sub-sector, coffee picking service
in estate crops). Because of the incomplete in information the agriculture services, calculated by a certain percentage as mark-up value to the each agriculture sub-sector.
1.7 Estimation Methods of Value Added and Output
Approach that is used in estima ting the agriculture sector value added is through production approach. This approach based on the availability of production and price data for each agriculture commodity.
In generally, output of each
komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan.
Menurut sifatnya, output dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disamping itu diperkirakan melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survey khusus.
Total output suatu sub-sektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu sub-sektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi.
NTB ini didapat dari pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya-biaya antara, yang dalam prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar konstan 2000 (2000=100), digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000. Khusus untuk sub-sektor peternakan, penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang
menggunakan tiga peubah, yakni : banyaknya
commo dity is obtained by multiplying both production and commodity producer’s price. According to its characteristic, output is divided into two kinds, namely main output and by product.Commodities of other agriculture sub sectors which have not data available are estimated through mark-up percentage, obtained from several specific survey. Total output of the sub-sector is resulted from summing the main products, by products and some mark-up. Value added is derived trough a total of all value added of each commodity. The value added it self is a residual of output at producer prices minus intermediate inputs, production and costs are valued at 2000 prices. For The livestock, is product can not be estimated directly, but is used a certain formula using three variables: number of slaughtering plus changes stock and export of animals
ternak yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak.
2. Pertambangan dan Penggalian
Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian, dikelompokkan dalam tiga sub-sektor, yaitu : pertambangan minyak dan gas bumi (migas) pertambangan tanpa migas dan penggalian.
2. 1 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau dipasarkan.
Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi. Berbeda dengan penghitungan sebelumnya, pada penghitungan seri 2000, cakupan komoditi sub-sektor ini diperluas dengan
menambahkan uap panas bumi, dimana pada penghitungan seri 1983 komoditi tersebut belum diperhitungkan karena masih belum tersedia datanya
Metode penghitungan yang
.
2. Mining and quarrying
All commodities covered in this sector are grouped into three sub- sector; oil and gas mining, non oil-gas mining and quarrying.
2.1 Oil and Gas Mining
The oil gas mining covers activities of getting and finding oil and gas, exploring, mining, evaporating, gas, exploring, mining, evaporating,
separating and obtaining these commodities in order to sell and marketed them. Commodities obtained are crude oil, condensate and natural gas. Other than previous estimation, this 2000 series extended to include natural hot steam from earth, whereas this steam has not include in 1983 estimation yet due to the lack of data.
The estimation method used is
digunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku, diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan out put tersebut dengan rasio NTB terhadap output pada masing- masing tahun. Sedangkan out put atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Melalui perkalian antara output dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000.
2.2 Pertambangan tanpa Minyak
Pertambangan tanpa migas meliputi pengam bilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun diatas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil dari kegiatan ini adalah batu bara, pasir besi, biji timah, biji
production approach. Output current prices is obtained through multiplying the quantum and per unit price for respective year. While output at constant prices is derived through multiplying those quantum and per unit prices at 2000 year. By multiplying the output with ratio of value added we get value added at 2000 prices.
2.2 Non-Oil-Gas Mining
This sub-sector includes obtaining and preparation of further processing of solid object, whether beneath,
under or above earth and also all activities to utilize those products. The commodities are coal, iron ore, tin, nickel, ferrous nickel, nickel mates,
nikel, ferro nikel, nikel mattes, biji bauksit, biji tembaga, bijih emas dan perak, bijih mangan, belerang, yodium, fosfat, aspal alam serta komoditi tambang selain tersebut diatas.
Untuk memperoleh output beberapa komoditi tambang seperti batubara, bijih bauksit, bijih timah, bijih tembaga, bijih nikel, ferro nikel, nikel, nikel mates, bijih emas dan bijih perak tetap digunakan metode pendekatan produksi. Cara yang digunakan untuk memperoleh output dan NTB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 ditempuh cara yang sama dengan cara yang digunakan pada sub-sektor pertambangan migas, yaitu revaluasi.
Untuk memperoleh output dan NTB komoditi pasir besi, bijih mangan dan belerang
menggunakan cara yang berbeda dengan komoditi-komoditi diatas.
2.3 Penggalian
Sub-sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan
bauxite, gold and silver, manganese, sulfur, iodine, phosphate, natural asphalt and others.
To estimate output of commodities like coal, iron ore, tin, nickel, ferrous nickel, nickel mates, bauxite, gold and silver used production approach. The methode to estimate output and value added at current prices and constant prices 2000 used the same at oil and gas mining, it’s revaluasi
For iron, manganese and sulfur commodities, the estimation of their output and value added is obtained by applying other procedures than explaned above.
2.3 Quarrying
This sub-sector covers quarrying and gathering all kinds of stone, sand and soil which are generally
tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat.
Output penggalian lainnya atas dasar harga konstan tahun 2000 diestimasi melalui pergeseran output tahun 1993 menjadi output tahun 2000, dengan menggunakan perubahan output sektor bangunan atas dasar harga konstan
(1993=100). Lalu output ini dikalikan dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 sehingga diperoleh NTB atas dasar harga konstan tahun 2000. Output harga berlaku diperoleh setelah output atas dasar harga konstan 2000 dikalikan dengan indeks HPB penggalian (2000=100). Selanjutnya untuk memperoleh NTB atas dasar harga berlaku, output ini dikalikan dengan rasio NTB terhadap output pada masing-masing tahun.
3. Industri Pengolahan
Seperti halnya pada seri tahun dasar 2000, industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri
pengolahan minyak dan gas bumi (migas),
available on earth. The products are mount stones, river stones, lime stones, pebbles, corals, marbles, sand used in material construction, silicate, kaolin, quartz.
Output of other quarrying products at 2000 constants prices also based on 1993 output and extrapolated to 2000 by using indicator of
construction change at real value (1993
= 100). This output then multiplied with the value added ratio to obtain value added at constant 2000 price. The current values are derived through using index of whole saleprices of quarrying for the output, and further multiply it with value added ratio to get the value added current values.
3. Manufacturing
As in the previous 1983 series data, the manufacturing sub-sector is divided into first, oil and gas processing
industry and second, non-oil-gas manufacturing.
kedua industri pengolahan tanpa migas.
3.1 Industri tanpa Migas
Sejak tahun 2000 Industri pengolahan tanpa migas disajikan menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Industri (KLUI) yaitu industri makanan, minuman dan tembakau (31); industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (32); industri kayu, bambu dan rotan (33); industri kertas dan barang dari kertas (34); industri kimia dan barang-barang dari kimia dan karet (35); industri barang galian bukan logam (36); industri logam dasar (37); industri barang dari logam, mesin & peralatannya (38); dan industri pengolahan lainnya (39).
Didalam perhitung pada tahun dasar 2000=100 digunakan sebagai acuan adalah Tabel Input-Output Indonesia tahun 1993 sehingga semua kode KLUI yang dimulai dengan angka 3 (tiga) sudah dimasuk dalam sektor industri.
Seperti halnya pada seri tahun dasar 1993, maka pada industri pengolahan tanpa migas ini juga dibedakan atas tiga bagian yaitu : industri pengolahan tanpa migas besar sedang (tenaga kerja > 20 orang), industri pengolahan tanpa migas
3.1 Non Oil-Gas Industry
Start in 2000, the
manufacturing industry of non-gas presents in 2 digits of industrial classification (KLUI) that is : foods, tobacco and beverages industries (31);
textile, garment and leather industries (32); wood, bamboos, and rattan industries (33); paper and paper industries (34); chemical and rubber product industries (35); cement and non metallic mineral industries (36); iron and basic steel industries (37);
transport equipment, machinery industries (38); and other manufacturing industries (39).
Estimation of the base year 2000 = 100 based on the 1993 I-O tables where the classification (KLUI) used the starts with the number 3 as industry code.
As it has shown in data series of 1993, the manufacturing non oil gas for 2000 series is also the divided into 3 groups: large and medium industry (labors > 20 person), small industry (5- 19 labors); and household industry
kecil (tenaga kerja 5-19 orang) dan industri pengolahan tanpa migas kerajinan rumah tangga (tenaga kerja < 4 orang).
Industri Besar Sedang
Metode penghitungannya
menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh nilai tambah brutonya. Pada prinsipnya metode estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun pada seri baru tidak berbeda yaitu menggu nakan cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas dasar harga konstannya.
Industri kecil dan Kerajinan Rumah tangga
Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga IKKR) sama dengan cakupan dan definisi kegiatan industri
Besar/Sedang tanpa migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut.
Suatu perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai 19 orang.
(labors <4 persons).
Large and Medium Industry
Method of estimation used is production approach, that is to estimate output first and then
deducted it with intermediate input to get gross value added. In principle the method for the new series is the same as for the old series. The method is to use inflation method for estimating current values and extrapolation for the constant prices.
Small and House hold Industry
In principle, scope and definition of the small and house hold industry (IKKR) is the same as the large and medium industry of non oil gas
activities. The different only is in the use of labors. An establishment is defined as small industry if it uses 5 to 19 labors. Mean while an establishment is categorized as house hold industry if it uses less than 5 labors.
Sedangkan perusahaan digolongkan sebagai industri Kerajinan Rumah tangga jika tenaga kerjanya berjumlah kurang dari 5 orang.
Dengan adanya pergeseran tahun dasar 1983 ke 2000, serta penyempurnaan yang berkaitan dengan kelengkapan data pendukung, maka metode penghitungan output dan NTB sub-sektor ini diperbaiki dengan menggunakan pendekatan tenaga kerja, yang dihitung secara rinci menurut kegiatan industri yang dikelompokkan dalam tiga digit KLUI.
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
4.1 Listrik
Kegiatan ini mencakup pem bangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) mau pun oleh perusahaan Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual Listrik yang
dibangkitakn atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri.
Metode penghitungan untuk seri
As the base year changes from 1983 to 2000, and the improvement of estimation due to the more complete data, then the method of estimation for the value added is also improved by using labors used which was accounted detailed according to groups of 3 digit classification (KLUI).
4. Electricity, Gas and Water Supply
4.1 Electricity
This activity covers providing and distribution of electric power, either by central state company of electricity (PLN) or by establishment of regional states and personal or private own for the purpose of selling the power. Production of electricity consists of electric sold, own used, loss in transmission, and stolen electricity.
Method of estimation for 2000 series data of this sub-sector is the
2000 pada sub-sektor ini adalah sama dengan metode penghitungan yang dipakai pada seri 1993 yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi.
4.2 Air Bersih
Kegiatan sub-sektor air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk
menghasilkan air minum, serta
pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta.
Metode penghitungan yang digunakan pada seri 2000 ini masih sama dengan metode penghitungan yang
digunakan pada seri 4. Listrik, Gas dan Air Bersih yaitu dengan menggunakan
pendekatan produksi.
5. Bangunan
Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis kontruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut KLUI.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan NTB sektor bangunan adalah
same as method used for series of 1993 previously, that is the production approach.
4.2 Water supply
This sub-sector covers the refinery and processing of water and other chemical processing of water to produce clean water, including distri bution and supplying directly through pipe and other tool to satisfy house hold, government institution and privates.
Methode of estimation used for the 2000 series is also the same as the old 1993 series that is the production approach.
5. Construction
Activities of construction sector consists of various activities such as building, constructing,
installment and Maintenance (small and costly) all kinds of construction which are consistent as the KLUI remark.
Method to calculate value added of the construction sector is
melalui pendekatan arus barang (Commodity flows). Penggunaan metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa besarnya output pada sektor bangunan sejalan dengan besarnya input komiditi yang dipergunakan untuk bangunan. Metode estimasi untuk memperoleh output dan NTB sektor bangunan, menggunakan cara ektrapolasi yang mana output dan nilai tambah bruto dengan harga konstan harus diperoleh dahulu sebelum memperoleh output dan NTB harga berlaku.
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
6.1 Perdagangan
Kegiatan yang dicakup dalam sub- sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan
penyaluran/pendistribusian tanpa
mengubah sifat barang tersebut.
barang baru atau bekas oleh pedagang dari pro dusen atau importir ke pedagang besar Sub-sektor perdagangan dalam
perhitungannya dikelompokan kedalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi pengumpulan dan penjualan kembali
commodity flows, this method lays on the principle that output of the construction sector is on line with the input commodity used for construction.
Method for estimating value added and output are the extrapolation where output value added at constant prices are estimated first and then the current values at second.
6. Trade, Hotel and Restaurant
6.1 Trade
Activities cover in sub-sector trade are to buy and sell products, either the new or the used goods, for distribution without changing
characteristics of the products. Trade sub-sector consists of wholesale and retail sale. The wholesale includes activities that gathers and resold of new and used goods by the traders, purchased from producers and
importers and selling to whole sellers, retail sellers, establishments and non profit institutions. While retailers include the activities of trading which
lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung.
Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsu men perorangan atau rumahtangga tanpa merubah sifat, barang baru atau barang bekas.
Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin
perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang
diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan cara metode arus barang, output dihi tung berdasarkan margin perdagangan yang timbul akibat memperdagangkan barang-ba rang dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta barang- barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh berda sarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh total NTB sub-sektor perda gangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak penjualan dan bea masuk barang impor.
6.2 Hotel
Sub-sektor ini mencakup kegiatan
providing services to personal consumers or household without changing characteristics of new and used products.
Method used in this sub-sector is commodity flows. Output on trade margin is defined as a different of selling value and purchasing value of the traded goods and often free from transport cost paid by traded, with the commodity flows, the output is
accounted based on trade margin earned from trading the agriculture sector, mining and quarrying, manufacturing products including products from import. Value added is obtained through multiplication of out put total and ratio value added. Further for obtaining value added, the sub- sector of trade is to sum up the value added and the sales tax and custom duty of import.
6.2 Hotel
This sub-sectors includes providing accommodation by part or
penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginapan seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dengan
penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan.
NTB sub-sektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi, Indikator produksi yang digunakan adalah malam kamar dan indikator harganya adalah rata-rata tarif per malam kamar.
Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indicator harganya. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTBnya. Output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode ekstrapolasi.
whole of the building for temporarily staying. The accommodation defined here is the star hotels, non star hotels, and other for temporarily living such as inn, motel and the like. Including activities are providing and supplying foods and drinks and other facilities For the guests which are in the same management with the ac commodation.
Reasons to include this is due to the difficulties of data separa tion.
Value added of hotel sub-sector is obtai ned through production approach. Indicators of production used are numbers of room-nights and the indicators for pri ces are average prices of the rate of room-nights.
Output at current prices is obtained based on multiplication of production indicator and price indicators. On the hand the value added is derived by applying value added ratio to output.
Output and value added at constant prices are accounted by using extrapolation method
6.3 Restoran
Kegiatan sub-sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya
dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam sub-sektor ini seperti Rumah makan, warung nasi, warung kopi, catering dan kantin
Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB sub-sektor restoran yaitu pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar Rumah.
7. Pengangkutan dan Komunikasi
7.1 Pengangkutan
Kegiatan yang dicakup dalam kegiatan sub-sektor pengangkutan terdiri atas Jasa Angkutan Rel; Angkutan Jalan Raya; Angkutan Sungai dan Jasa penunjang angkutan.Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor.
Sedangkan jasa penunjang angkutan
mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan.
6.3 Restaurant
Activity of this sector is to supply a ready foods and drinks for consume which usually consume at the place of selling. These activities are for example restaurant all kinds, caffee shop, drinking place canteen and catering.
Aproach to estimate value added of sector restaurant is a consumption expen diture for foods and drink outside of home.
7. Transport and Communication
7.1 Transport
Transport sub-sector includes rail road transport; road transport; Sea transport and services allied to
transport. Those activities are intended to move people and goods from one to another places. Using a public
transport ether has a motor or without motor, Services activities are the one to support the transport activities for example terminal and storage.
Angkutan Rel
Meliputi pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kereta api yang sepenuhnya dikelola oleh
Perusahaan Kereta Api Indonesia (PT KAI).
Metode estimasi yang digunakan yaitu pendekatan produksi. Output dan NTB atas dasar harga berlaku diolah dari laporan keuangan PT KAI. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan metode ekstrapolasi yaitu dengan menggunakan penumpang dan barang sebagai ekstrapolatornya. NTB diperoleh
berdasarkan perkalian antara output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun 2000.
Angkutan Jalan Raya
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlakunya merupakan
Rail road Transport
It cludes at transportation of goods and passengers by using rail transport which is fully operated by state public company (Pt KAI)
Method of estimation is the production approach, output and value added at carrent prices are collected from financial report of the rail company. While the constant piece is estimated through the extrapolation method that is to use number of passengers and goods loaded as extrapolation. Value added is obtained through applying a value added ratio of 2000 base year.
Road Transport
This sub-sector cavers the transport of good and passangers using a road vehicle either has a motor or without motor. Including also a rental vehicles with or without drivers.
Method estimation is production approach. The current output is to multiplying production indicators and
perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk masing-masing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan
menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya.
Angkutan Sungai
Kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal/angkutan sungai baik bermotor maupun tidak bermotor. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi.
Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah penumpang dan barang. yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harga dari angkutan sungai. Untuk output atas dasar harga. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolsi. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya.
Jasa Penunjang Angkutan
Mencakup kegiatan yang bersifat
prices indicators for each kind of vehicles. Output at constant price is to apply an extrapolation method. Value added is accounted by using value added ratio to output.
River Transport
Activities coverd in this sub- sector are transporting goods and passengers using boats/vessels of river either having motorized or non
motorized. Mehod of estimation is the production approach. Production
indicator used is number of passengers and goods transported. Output at current prices is obtained from multiplication of the production indicators and price indicators for river transport. Output at constant prices is gathered through the
extrapolation method. The value added is obtained by applying value added ratio.
Transport Services
It covers all activities to
menunjang dan memperlancar kegiatan peng angkutan, yaitu meliputi jasa-jasa pengang kutan Sungai, pengang kutan darat
(Terminal dan Parkir), dan keagenan penumpang.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari pengolahan laporan keuangan BUMN yang terkait. Kegiatan lainnya diperhitungkan dengan mengalikan indikator produksi dengan NTB, rasio mark-up dan rasio lainnya yang sesuai.
7.2 Komunikasi
Sub-sektor ini terdiri dari kegiatan pos dan Giro, Telekomunikasi, dan Jasa Penunjang Komuni kasi.
Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh PT. Pos Indonesia. Kegiatan
telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan telex yang diusahakan oleh perusahaan seperti PT Telkom dan PT Indosat. Jasa penunjang Komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang
support and smoothing transportation for the river and land (terminals and parking) and agencies.
Method of estimation used is production approach. Output and value added at current prices for the monopolize activity are gathered from financial report of BUMN. Other activities are estimated by multiplying production and price indicators. Ratios that is used are value added and mark up.
7.2 Communication
This sub-sector consists of pos
& Giro, Telecommunication and Services allied to communication.
Pos & Giro activities include providing services to others in the form of sending letter, money order and packed which are operated by PT Pos Indonesian includes providing services to others in the form of sending information through telex, telephone operated companies such as by PT Tekom and PT Indosat. Services allied to communication such as