38
Penelitian ini dilaksanakan di Poli Okupasi Terapi RSUP Sardjito Yogyakarta selama 2 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai November 2019. Jumlah anak ADHD yang memenuhi kriteria sampel mampu mehamami instruksi sederhana dan tidak ada gangguan motorik/mampu mobilitas adalah 14 anak.
Langkah - langkah pengambilan data sebelum dilakukan penelitian antara lain, mendapatkan sampel, lalu memberikan informed consent kepada orang tua anak yang ditandatangani sebagai persetujuan menjadi sampel penelitian. Setelah itu dilakukan intervensi oleh peneliti berupa modified ludo game berdasarkan modul penelitian. Pada pelaksanaan intervensi terdapat beberapa modifikasi seperti modifikasi pemberian mainan pada jalur yang akan dilewati anak dengan jumlah yang disesuaikan dengan titik pada dadu yang diperoleh anak. Hal tersebut dilakukan untuk menarik perhatian anak serta memudahkan anak yang belum mengerti angka.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi
(anak) Presentase (%)
1 Laki-laki 9 64,3
2 Perempuan 5 35,7
Jumlah 14 100
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sampel laki – laki mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebesar 64,3 %.
Tabel 4.2 Data Rerata Skor ADHD Rating Scale pretest dan posttest Berdasarkan Karakteristik ADHD
Karakteristik Rerata skor ADHD Rating Scale Pretest Posttest
Hiperaktif-impulsif 7,0 3,8 3,2
Inatensi 12,2 7,6 4,6
Total 19,2 11,5 7,7
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi karakteristik inatensi mengalami penurunan rerata skor ADHD Rating Scale lebih banyak dibandingkan hiperaktif-impulsif yaitu sebesar 4,5, sedangkan karakteristik hiperaktif-impulsif selisih reratanya adalah 3,2. Selain itu, secara total diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi terdapat penurunan skor ADHD Rating Scale yaitu sebesar 7,7.
B. Analisis Uji Prasyarat
Uji prasyarat dalam penelitian ini diperlukan untuk mengetahui apakah sebaran data tersebut normal atau tidak. Dengan mengetahui distribusi data dalam penelitian ini maka peneliti dapat menentukan metode statistik yang digunakan. Pada penelitian ini jumlah responden kurang dari 50, sehingga digunakan uji Shapiro-Wilk. Data dikatakan normal jika nilai (p) > 0,05. Hasil uji normalitas sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas skor ADHD rating scale pretest dan posttest Shapiro-Wilk
Statistik Df Sig.
Sebelum Intervensi .894 14 .092
Sesudah Intervensi .886 14 .070
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh nilai (p) pada pre-test = 0,92 >
0,05 dan nilai (p) pada post test = 0,070 > 0,05. Data pada penelitian berdistribusi normal maka uji analisis yang digunakan adalah uji t-test.
C. Analisis Uji Hipotesis
Pada uji beda dilakukan analisis dengan uji parametrik t-test berpasangan karena data berdistribusi normal. Uji beda pre dan post test dilakukan untuk mengetahui perbedaan skor ADHD Rating Scale sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis t-test berpasangan
T Df Sig. (2-tailed)
Pre-test – Post-test 9,098 13 .001
Pada analisis uji t-test diperoleh hasil nilai pretest dan posttest p value = 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh modified ludo game terhadap hiperaktivitas, impulsivitas, dan inatensi anak ADHD di RSUP Sardjito Yogyakarta.
D. Pembahasan
Hasil hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh modified ludo game terhadap hiperaktivitas, impulsivitas, dan inatensi anak ADHD.
Permainan ludo dinilai efektif mengurangi tanda dan gejala dari ADHD (Yusman dan Nurhasanah, 2017; Sikhah, 2018). Beberapa manfaat yang diperoleh dari permainan ludo antara lain melatih kesabaran anak dalam menunggu giliran, melatih menyelesaikan permasalahan sederhana, meningkatkan kemampuan motorik, mengasah kemampuan bersosialisasi, melatih kemampuan mengingat, dan belajar pra matematika.
Azrin et al (2006) menjelaskan bahwa permainan ludo yang terjadwal dapat meningkatkan atensi dan ketenangan pada anak ADHD dari 3 detik menjadi 60 detik. Permainan ludo dapat meningkatkan level
neurotransmitter sehingga akan meningkatkan dopamin dalam central nervous system. Dopamin dapat memberikan perasaan senang dan gembira pada anak sehingga memudahkan anak dengan ADHD untuk mengontrol diri dalam menurunkan impulsivitas dan meningkatkan atensi (Bahrami, 2012).
Permainan ludo yang diterapkan pada penelitian ini adalah permainan ludo yang telah dimodifikasi (modified ludo game) berupa permainan quick game atau short version ludo dengan teknik perluasan pada ukuran papan ludo serta bidak yang diperankan anak. Permainan diawali dengan membacakan aturan permainan dalam posisi duduk.
Teknik yang digunakan dalam membacakan aturan yaitu lisan dengan disertai contoh gerakan dan media kartu bergambar. Setelah paham aturan permainan, anak kemudian diajak berdiri dan menempatkan diri pada sudut papan ludo untuk memulai permainan. Selanjutnya, anak mengambil dan melempar dadu yang telah dimodifikasi ukurannya. Setelah dilempar, anak menghitung jumlah titik pada dadu yang keluar. Anak kemudian berjalan sesuai jumlah hitungan. Setelah itu, anak menunggu giliran dari pemain lain sampai gilirannya tiba. Pemenang dalam permainan ini adalah pemain yang dapat dengan cepat mencapai finish.
Permainan diawali dengan membacakan aturan. Peraturan yang dibacakan dalam modified ludo game yaitu tidak meninggalkan kotak permainan, berlari-lari, dan bicara berlebihan. Peraturan dapat menyalurkan emosi dan dorongan anak, sehingga dapat membuat
penurunan pada karakteristik hiperaktif-impulsif anak ADHD (Hikmawati
& Hidayati, 2014). Penurunan tersebut dilihat dari hasil observasi tiap sesi ketika melakukan modified ludo game. Pada minggu pertama anak berbicara berlebihan dan suka berlari-lari. Pada minggu keempat anak sudah tidak berbicara berlebihan namun masih suka berlari-lari. Pada minggu kedelapan anak sudah tidak berbicara berlebihan dan menjadi lebih tenang.
Teknik yang digunakan dalam membacakan aturan yaitu secara lisan dengan disertai contoh gerakan dan media kartu bergambar. DSM V- TR (2013) menyatakan bahwa kekurangan konsentrasi menjadi hambatan anak dengan ADHD dalam menangkap informasi yang ada. Sehingga penggunaan media visual berupa contoh gerakan dan media kartu bergambar dapat meningkatkan konsentrasi anak dalam menangkap dan memahami informasi yang ada. Dalam penelitian ini yaitu informasi tentang aturan permainan. Peningkatan konsentrasi dapat dilihat dari hasil observasi tiap sesi ketika membacakan aturan modified ludo game. Pada minggu pertama anak memahami aturan dengan pembacaan yang disertai contoh gerakan dan media kartu bergambar. Pada minggu keempat anak memahami aturan hanya dengan media kartu bergambar saja. Pada minggu kedelapan anak sudah hafal aturan permainan.
Pada saat membacakan aturan permainan dalam posisi duduk, anak harus diam, tenang, dan memperhatikan terapis. Setelah selesai dibacakan, anak ditanya apakah sudah paham peraturannya atau belum. Kemampuan
untuk memahami ini salah satunya dipengaruhi oleh atensi. Sehingga aktivitas ini bisa melatih atensi serta membuat penurunan pada karakteristik inatensi anak ADHD. Penurunan tersebut dilihat dari hasil observasi tiap sesi ketika membacakan aturan modified ludo game. Pada minggu pertama rata-rata rentang atensi anak 30 detik. Pada minggu keempat rata-rata rentang atensi anak 1 menit. Pada minggu kedelapan rata-rata rentang atensi anak 2 menit. Selama sesi intervensi terdapat perbedaan yang signifikan dilihat dari kemampuan dalam mempertahankan atensi. Hal ini sama dengan penemuan Buckle et al (2011) menyatakan bahwa perilaku anak saat ditempat duduk dan mempertahankan perhatian terhadap tugas menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Setelah anak memahami aturan permaninan, anak diajak berdiri dan menempatkan diri pada ujung papan ludo untuk memulai permainan.
Kemampuan atensi diperlukan dalam mendengarkan instruksi dan mengetahui ujung matras. Anak dengan atensi yang bagus akan secara mandiri menempatkan diri pada ujung papan ludo. Sedangkan anak dengan inatensi cenderung tidak mendengarkan instruksi dan menempatkan diri pada ujung papan ludo. Kemudian, anak diminta untuk mengambil dan melempar dadu yang telah dimodifikasi ukurannya.
Saat anak melempar dadu, anak melakukan gerakan yang melibatkan mata-tangan dan koordinasi bilateral. Gerakan koordinasi mata dan tangan pada saat melempar dadu dapat membuat penurunan pada
karakteristik inatensi anak ADHD. Yusuf et al (2017) menyatakan bahwa kegiatan yang melibatkan koordinasi mata dan tangan dapat membiasakan diri anak untuk fokus serta berkonsentrasi. Penurunan karakteristik inatensi dilihat dari hasil observasi tiap sesi ketika melakukan modified ludo game. Pada minggu pertama anak sering memandang ke arah lain tiap mendengar suara. Pada minggu keempat anak sudah mulai fokus namun beberapa kali masih memandang ke arah lain tiap mendengar suara. Pada minggu kedelapan anak menjadi mampu mempertahankan fokus dan tidak terpengaruh suara. Penggunaan kedua tangan saat melemparkan dadu merupakan salah satu aktivitas koordinasi bilateral yang dapat meningkatkan motor skills. Shahbazi et al (2016) menyatakan bahwa koordinasi bilateral merupakan salah satu aktivitas dalam perceptual motor yang dapat memperbaiki motor skills pada anak ADHD. Aktivitas anak melempar dadu juga dapat digunakan menurunkan karakteristik hiperaktif anak ADHD. Saat melempar dadu, anak dengan hiperaktif cenderung melempar dengan sekuat tenaga yang akan membuat lemparan dadu menjadi tidak terarah. Sehingga membiasakan anak untuk tidak melempar dadu terlalu keras, dapat melatih anak untuk menurunkan hiperaktivitasnya.
Setelah dadu dilempar, anak menghitung jumlah titik pada dadu yang keluar. Anak membutuhkan konsentrasi saat mengitung jumlah titik pada dadu agar tidak keliru. Sehingga aktivitas ini dapat melatih anak dengan ADHD untuk meningkatkan konsentrasinya. Kemudian, anak
berjalan menyesuaikan jumlah hitungan. Aktivitas ini bisa melatih atensi serta membuat penurunan pada karakteristik inatensi anak ADHD. Yusuf et al (2017) menyatakan bahwa kegiatan seperti mencocokan urutan dapat membiasakan diri anak untuk fokus serta berkonsentrasi. Penurunan karakteristik inatensi dilihat dari hasil observasi tiap sesi ketika melakukan modified ludo game. Pada minggu pertama anak tidak mau bermain dan mengikuti instruksi. Pada minggu keempat anak mulai mau bermain dan mengikuti instruksi. Pada minggu kedelapan anak sudah senang bermain dan mengikuti instruksi.
Selain penurunan pada karakteristik inatensi anak ADHD, saat anak berjalan pada papan ludo juga dapat meningkatkan motor skills dan kemampuan berhitung anak. Peningkatkan motor skills terjadi karena dalam modified ludo game terdapat sensory input. Kemampuan motorik yang optimal didorong oleh asupan sensori yang efisien dan akurat serta pengolahan sensory input yang optimal (Reynolds & Lane, 2008). Sensory input yang didapat berupa input proprioceptive dan vestibular. Input proprioceptive terdapat saat anak menggerakan otot sendinya untuk berjalan. Sedangkan input vestibular terdapat saat anak menjaga keseimbangan. Kemampuan berhitung anak terstimulasi melalui pengenalan lambang bilangan dan konsep bilangan yang dilanjutkan dengan menyebutkan urutan bilangan saat anak berjalan sesuai titik pada dadu yang keluar. Selama sesi intervensi terdapat peningkatan pada kemampuan berhitung anak. Hal ini sama dengan penemuan Diana (2012)
yang menyatakan bahwa permainan ludo dapat meningkatakan kemampuan berhitung bagi anak ADHD sebagai alat bantu pembelajaran matematika.
Saat anak menunggu giliran dari pemain lain sampai gilirannya tiba, anak harus sabar dan tidak diperbolehkan keluar dari kotak permainan. Kegiatan ini dapat membuat penurunan pada karakteristik impulsif anak ADHD. Penurunan tersebut dilihat dari hasil observasi tiap sesi ketika melakukan modified ludo game. Pada minggu pertama anak menangis karena tidak mau bermain secara bergiliran. Pada minggu keempat anak sudah tidak menangis dan mulai mau bermain secara bergiliran. Pada minggu kedelapan anak sudah senang bermain dan mau menunggu giliran. Selama sesi intervensi anak mengalami peningkatan pada kemampuan mengontrol impulsivitasnya. Hal ini sama dengan penemuan Pankespp (2007) menyatakan bahwa dengan bermain bergiliran dapat memfasilitasi perkembangan frontal lobe inhibitory skills yang secara bertahap dapat mengontrol impulsivitas anak. Selain penurunan pada karakteristik impulsif, saat menunggu giliran juga dapat melatih keterampilan sosial. Keterampilan sosial yang dilatih dalam permainan ludo diantaranya kemauan mengikuti dan mematuhi aturan permainan, bermain secara bergiliran (Sriningsih, 2008).
Selain beberapa aspek diatas, penurunan hiperaktivitas, impulsivitas dan inatensi pada anak ADHD juga didukung oleh adanya reinforcement berupa senyuman dan pujian ketika dapat mengerti aturan
atau menyelesaikan modified ludo game. Ketika diberikan renforcement anak merasa harga dirinya naik, bahagia, dan anak paham perilaku yang diinginkan. Kegiatan tersebut akan diulang-ulang anak karena memberikan akibat yang menyenangkan, sehingga dapat menyalurkan dorongan perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas serta meningkatkan konsentrasi anak (Hatiningsih, 2013; Hikmawati dan Hidayati, 2014). Gerakan yang ada dalam permainan ludo juga dapat menigkatkan kemampuan motorik anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yusman et al (2017) mengungkapkan bahwa koordinasi anggota tubuh dengan aktif saat bermain mampu meningkatkan kemampuan motorik.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian tentang pengaruh modified ludo game terhadap hiperaktivitas, impulsivitas, dan inatensi anak ADHD di RSUP Sardjito Yogyakarta, peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa kelemahan dan memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaan, diantaranya, yaitu : 1. Keterbatasan jumlah sampel karena terbatasnya jumlah pasien yang
memenuhi kriteria sampel.
2. Hasil penelitian ini terdapat bias karena responden tidak murni hanya mendapat perlakuan dari peneliti saja.
3. Ruangan terapi yang menjadi satu dengan anak lain membuat anak mudah terdistraksi.