• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

2.1.1.Pengertian Bank

Mendengar kata bank sudah tidak asing lagi bagi kita, terutama yang hidup diperkotaan. Bahkan, dipedesaan sekalipun saat ini kata bank bukan marupakan kata yang asing dan aneh. Menyebut kata bank setiap orang pasti mengaitkannya dengan uang sehingga mereka beranggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan uang. Hal tersebut tidak salah karena bank merupakan lembaga keuangan yang bergerak dibidang keuangan.

Pengertian bank yang dikutip berikut ini, pada dasarnya satu dengan yang lain mempunyai pengertian yang berbeda. Kalaupun ada perbedaan nampak pada tugas atau usaha bank. Ada yang mendefinisikan bank adalah perantara keuangan dari dua pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Sedangkan pengertian lain mengatakan bahwa lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kamsir (2012 : 13) mendefinisikan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut

(2)

ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan. Dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau keduanya menyalurkan dan menghimpun dana.

Sedangkan Menurut Joseph Sinkeymendefinisikan pengertian bank adalah departement store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan (Taswan, 2010, hal. 6)

Menurut Dictionary of Banking and Financial by Jerry rosenberg mengatakan bahwa bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga.

Pendapat lain yang dikemukakan Sinungan (1993 : 3) bank adalah lembaga financial Intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana.

Kemudian menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masayrakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

(3)

kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya yaitu:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang dengan tujuan agar uangnya aman. 2) Menyalurkan dana mempunyai arti bahwa melemparkan kembali dana yang diperoleh melalui simpanan giro, tabungan dan deposit ke masyarakat dalam bentuk kredit yang mengajukan permohonan.

3) Memberikan jasa bank lainnya merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan simpanan maupun kredit. Jasa perbankan lainnya antara lain: jasa setoran telepon, jasa Letter of Credit (L/C), jasa kliring, jasa pembayaran gaji, jasa penjualan mata uang asing (Valas) serta jasa bank lainnya.

2.1.2.Jenis- jenis Bank

Praktik perbankan di indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-undang perbankan, memiliki beberapa jenis bank.

(4)

Didalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 terdapat beberapa, perbedaan jenis perbankan. Maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu:

a. Bank Umum

Pengertian bank umum sesuai dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (Commercial Bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat

Sedangkan Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpun dan menyalurkan

(5)

dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR dengan modal awal yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan bank umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing (Kamsir, 2012, hal.23).

2.1.3.Laporan Keuangan

Menurut Harahap (dalam Lestari, 2012), laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasidan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaandaam suatu periode, dan arus dana perusahaandalam peride tertentu. Laporan keuangan yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, Laporan laba/rugi, dan laporan perubahan modal. (Ramadhan, 2013 :2).

Seperti halnya lembaga lainnya, bank juga memiliki jenis laporan keuangan. Menurut Kamsir (dalam dwi, 2009) Jenis-jenis laporan keuangan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

(6)

a. Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu.Posisi keuangan dimaksud adalah posisi aktiva (harta), Passiva (kewajiban dan modal) suatu bank.

b. Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable)dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi c. Laporan laba/rugi merupakan laopran keuangan bank

yang menggambarkan hasl usaha bank dalam suatu periode tertentu.

d. Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang yang berssangkutan baik yang ada dalam negeri maupun diluar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya.

2.1.4.Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan rakyat adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Fungsi dari BPR itu sendiri adalah penghimpun dana dan penyalur dana dari masyarakat, namun dengan semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat,

(7)

tugas BPR tidak hanya ditujukan bagi masyarakat pedesaan saja tetapi juga mencakup pemberian jasa perbnakan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah didaerah perkotaan (yanti, 2014 :2). 2.1.5.Kepemilikan, Asas dan Usaha Bank Perkreditan rakyat

2.1.5.1. Kepemilikan BPR

a. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara indonesia, badan hukum indonesia yang seluruh pemiliknya warga negar indonesia, pemerintah daerah atau dapat dimiliki bersama diantara ketiganya.

b. BPR berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan dalam undang-undang tentang perkoprasian yang berlaku

c. BPR yang bentuk badan hukumnya perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan dalam bentuk saham atas nama.

d. Perubahan kepemilikan BPR wajib dialaporkan kepada Bank Indonesia

e. Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin mentri keuangan yang sebelumnya telah mendengar pertimbangan pertimbangan Bank Indonesia.

(8)

2.1.5.2. Asas BPR

Dalam melaksanakan usahanya BPR beasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945.

2.1.5.3. Usaha BPR

Meliputi usaha menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR dieroleh dari spread effect dan pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah sebagai berikut :

a) Menghimpun dana dari masayarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lainnya

b) Memberikan Kredit kepada masyarakat

c) menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada pihak lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over liquiditas.

2.1.6.Kesehatan Bank

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang

(9)

sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan untuk posisi Maret, Juni, September, dan Desember. Untuk menilai kesehatan bank dapat dilakukan berbagai metode. Penilaian kesehatan bank akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis CAMEL yang terdiri dari Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity.

Sebagaimana layaknya manusia, bank sebagai perusahaan perlu juga dinilai kesehatannya. Tujuannya adalah mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya apakah dalam keadaan sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Apabila bank dalam kondisi sehat, maka perlu dipertahankan kesehatannya. Akan tetapi jika, kondisinya dalam keadaan tidak sehat maka segera perlu diambil tindakan untuk mengobatinya. Dari penilaian kesehatan bank ini pada akhirnya akan ketahuan kinerja bank tersebut. Kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut sehingga apabila kinerja ini buruk maka bukan tidak mungkin direksi akan diganti. Kinerja ini juga merupakan pedomanhal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya (Kamsir, 2012, hal.300).

(10)

2.1.7.Analisis CAMEL

Analisis rasio CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi danperkembangansuatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank. (Kamsir,1999, hal. 52). Unsur –unsur penilaian dalam analisi CAMEL adalah sebagai berikut:

2.1.7.1. Capital (Permodalan)

Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital adequacy Ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

2.1.7.2. Asset (Kualitas Aset)

Penilaian didasarkan pada kualitas aktiva yang dimili bank. Rasio yang diukur ada dua macam yaitu : Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan.

2.1.7.3. Management (Manajemen)

Penialaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen

(11)

liquiditas, dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.

2.1.7.4. Earning (Rentabilitas)

Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank bdalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan pada dua macam, yaitu: Rasio laba terhadap total asset (Return on Asset). Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

2.1.7.5. Liquidity (Liquiditas)

Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas didasarkan pada dua macam, yaitu: Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktivitas lancar. Rasio antar kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.

2.1.8.Penilaian Kesehatan Bank Pengkreditan Rakyat

Penilaian kesehatan BPR mengacu pada Surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997 tentang tatacara Penilaian Tingkat Kesehatn Bank Umum dan BPR. Untuk menilai kesehatan BPR pada dasarnya menggunakan pendekatan kuantitatif atas berbagai faktor-faktor pemodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), dan Liquiditas

(12)

(Liquidity)dan selanjutnya disingkat dengan CAMEL (Taswan, 2010, hal. 509).

Untuk langkah pertama dengan cara mengkuantitatifkan komponen-komponen yang ada dalam faktor penilaian, penilaian terhadap faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit (Reward System)yang dinyatakan angka 0-100. Hasil penilaian atas bobot komponen dan faktor dapat dikurangi dengan nilai kredit atas ketentuan pelaksanaan yang sengsinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan BPR.

Berikut adalah faktor-faktor penilaian dari faktor CAMEL 2.1.8.1. Faktor Permodalan

Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), tinggi rendahnya CAR dalam perbankan akan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu jumlah aktiva tertimbang menurut risiko dan besarnya modal yang dimiliki oleh suatu bank. Penilaian terhadap Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Pemenuhan KPMM atau CAR sebesar 8% diberikan predikat sehat dengan nilai kredit 81 untuk setiap kenaiakan 0,1% dan

(13)

pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100

b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9%, nilai kredit dikurangi 1 dengan minimum 0 (Taswan, 2010, hal. 511).

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001 bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR (Aktiva Tertinggi Menurut Risiko). Bank yang tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut akan ditempatkan dalam pengawasan khusus. Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) mengikuti rincian bobot sebagai berikut:

a. Kas, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Kredit dengan agunan berupa SBI, tabunga dan deposito yang dibkolir pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuas pencairan, emas, dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet. Bobot 0%

(14)

b. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain atau Pemerintah Daerah. Bobot 20%

c. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan tujuan untuk dihuni. Bobot 40%

d. Kredit kepada atau yang dijamin oleh Bank Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dan kredit kepada pegawai/ pensiunan yang memenuhi persyaratan sesuai yang ditentukan. Bobot 50%

e. Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit dengan usaha mikro adalah dengan plafon sampai dengan Rp. 50. 000.000 (Lima puluh juta rupiah) – 500.000.000 (Lima ratus juta rupiah). Bobot 85%

f. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan , koperasi atau kelompok, dari perusahaan lainnya, aktiva tetap dan inventaris, aktiva lainnya selain tersebut diatas. Bobot 100%.

(15)

2.1.8.2. Faktor Kualitas Aktiva

Yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara periode kepada Bank Indonesia.

Penyisihan penghapusan aktiva produktf adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.PPAP yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap adalah 1,25% dari ATMR (Aktiva Tertinggi Menurut Risiko).APYD yang sudah atau yang mengandung potensi yang tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, besarnya APYD ditetapkan sebagai berik ut: (Siamat, 2005, hal. 210).

a. 25% dari aktiva produktif digolongkan dalam Perhatian Khusus (Spesial Mention)

(16)

b. 50% dari aktiva produktif diglongkan Kurang Lancar (Substandar)

c. 75% dari aktiva produktif digolongkan Diragukan (Doubtful)

d. 100% dari aktiva produktif digolongkan Macet (Loss)

APYD (aktiva produktif yang diklasifikasikan) terhadap aktiva produktif sebesar 22,5% atau lebih diberi nilai kredit 0 sedangkan setiap penurunan 0, 15% mulai dari 22,5% maka nilai kredit ditambah nilai 1 dengan batas maksimum yang ditentukan adalah 100. Sedangkan PPAP yang dibentuk oleh bank terhadap PPAP yang wajib dibentuk oleh bank sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dimulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Untuk rasio ini nilai kreditnya dapat ditentukan dengan rumus:

(17)

Berikut adalah Bobot nilai kredit rasio Kualitas Asset yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2:

Tabel 2 .1

Bobot Nilai Kredit dan Predikat kesehatan PPAP

Bobot (a) Rasio (b) Nilai Kredit Standar (c)

Bobot Nilai Kredit Dalam Komponen (d=axc) Predikat 5% *81 s/d 100 81 s/d 100 4,05 s/d 5,00 Sehat 66 s/d <81 66 s/d <81 3,30 s/d <4,05 Cukup Sehat 51 s/d <66 51 s/d <66 2,55 s/d <3,30 Kurang Sehat **0 s/d< 51 0 s/d< 51 0,00 s/d <2,55 Tidak Sehat Sumber: SK DIR BI Tanggal: 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank BPR

*Jika rasionya diatas 100% maka otomatis berpredikat sehat

**kalau rasionya minus atau lebih kecil nol, maka berpredikat tidak sehat

Tabel 2.2

Bobot Nilai Kredit dan Predikat Kesehatan KAP Bob ot (a) Rasio (b) Nilai Kredit Standar (c) Bobot Nilai Kredit dalam Faktor (d=axc) Predikat 25% *7.50 s/d <10.35 81 s/d 100 24,30 s/d 30,00 Sehat 10.35 s/d <12.60 66 s/d< 81 19,80 s/d <24,30 Cukup Sehat 12.60 s/d <14.85 51 s/d<66 15,30 s/d <19,80 Kurang Sehat **14.85 s/d 22.50 0 s/d<51 0 s/d <15,30 Tidak Sehat Sumber: SK DIR BI Tanggal: 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank BPR

*Predikat sehat rasionya dibawah 10.35% atau lebih kecil dari 7.5% ** untuk predikat tidak sehat rasionya 14.85 s/d 22.50

2.1.8.3. Faktor Manajemen

Manajemen merupakan kemampuan bank untuk merencakan, mengorganising, mengukur, mengawasi danmengontrol risiko yang mungkin ditimbulkan melalui kebijakan serta peratruran-peraturan yang digunakan untuk mencapai suatu keberhasilan. Dari manajemen bank dapat

(18)

diukur dengan komponen yang sudah diklasifikasikan dan dikatagorikan sehat jika mempunyai nilai minimum 81% dari seluruh aspek.

Taufik (2012 : 27) menyatakan untuk menilai kegiatan bank yang dikelola sehari-hari dari kualitas manajemen dilihat dengan menggunakan dua faktor, yaitu manajemen umum dan manajemen Risiko. Dalam penilaian faktor manajemen dilakukan dengan media kuisioner yang ditunjukkan bagi pihak manajemen bank. Terdapat 25 pertanyaan yang terdiri dari 10 dari manajemen umum dan 15 dari manajemen risiko. (Taswan, 2010, hal. 516).

Bobot komponen Nilai kredit faktor manajemen dapat dilihat pada tabel 2.3 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3

Bobot Nilai Kredit dan Predikat Kesehatan Faktor Manajemen

Bobot (a) Nilai Kredit Faktor Nilai Kredit Standar (c)

Bobot Nilai Kredit

Dalam Komponen (d=axc) Predikat 20% 81 s/d 100 81 s/d 100 16,20 s/d 20,00 Sehat 66 s/d <81 66 s/d <81 13,20 s/d <16,20 Cukup Sehat 51 s/d <66 51 s/d <66 10,20 s/d <13,20 Kurang Sehat 0 s/d <51 0 s/d <51 0,00 s/d 10,20 Tidak Sehat

Sumber: SK DIR BI Tanggal: 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank BPR

2.1.8.4. Faktor Rentabilitas

Pada aspek rentabilitas yang dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisien usaha yang

(19)

dicapai. Penilaian ini yaitu rasio Laba terhadap total asset (Return on Asset), Rasio Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) (Pujiyanti, 2009).

Berikut ini adalah Bobot Nilai Kredit Faktor ROA yang dapat dilihat pada tabel 2.4:

Tabel 2.4

Bobot Nilai Kredit dan Predikat Kesehatan ROA

Bobot (a)

Rasio ROA (b) Nilai Kredit

Standar (c)

Bobot Nilai Kredit Dalam Komponen (d=axc) Predikat 5% 1,22% s/d < 1,50 81 s/d 100 4,05 s/d 5,00 Sehat 0,99% s/d < 1,22 66 s/d <81 3,30 s/d <4,05 Cukup Sehat 0,77% s/d < 0,99 51 s/d <66 2,55 s/d < 3,30 Kurang Sehat 0 s/d < 0,77 0 s/d <51 0,00 s/d < 2,55 Tidak Sehat

Sumber: SK DIR BI Tanggal: 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank BPR

Berikut ini adalah Bobot Nilai Kredit Faktor BOPO yang dapat dilihat pada tabel 2.5:

Tabel 2.5

Bobot Nilai Kredit dan Predikat Rasio BOPO

Bobot (a)

Rasio BOPO (b) Nilai Kredit

Standar (c)

Bobot Nilai Kredit Dalam Komponen (d=axc) Predikat 5% 92,22 s/d < 93,52 81 s/d 100 4,05 s/d <5,00 Sehat 93,52 s/d < 94,72 66 s/d <81 3,30 s/d < 4,05 Cukup Sehat 94,72 s/d < 95,92 51 s/d <66 2,55 s/d < 3,30 Kurang Sehat 95,92 s/d < 100 0 s/d <51 0,00 s/d < 2,55 Tidak Sehat Sumber: SK DIR BI Tanggal: 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank BPR

2.1.8.5. Faktor Liquiditas

Penilaian terhadap faktor ini didasarkan pada 2 Rasio yaitu: rasio terhadap alat liquid terhadap utang lancar dan Rasio kredit terhadap rasio yang diterima oleh bank

(20)

sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap untuk penurunan 1% mulai rasio 115% nilai kreditnya ditambah 4 dengan maksimum 100.

Bobot nilai kredit faktor liqiditas dapat dilihat pada tabe 2.6:

Tabel 2.6

Bobot Nilai Kredit dan Predikat LDR

Bobot (a)

Rasio LDR (b) Nilai Kredit

Standar (c)

Bobot Nilai Kredit Dalam Komponen (d=axc) Predikat 5% 89,00 s/d 93,75 81 s/d 100 4,50 < 5,00 Sehat 93,75 s/d < 97,50 66 s/d <81 3,30 s/d < 4,05 Cukup Sehat 97,50 s/d < 101,25 51 s/d <66 2,55 s/d <3,30 Kurang Sehat 101,25 s/d < 115,00 0 s/d <51 0,00 s/d < 2,55 Tidak Sehat Sumber: SK DIR BI Tanggal: 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank BPR

2.1.9.Predikat Penilaian Kesehatan BPR

Predikat penilaian tingkat kesehatan BPR dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan sebagai berikut : Nilai kredit 81 s/d 100 predikat Sehat, nilai kredit 66 s/d < 81 predikat cukup sehat, nilai kredit 51 s/d < 66 predikat kurang sehat, nilai kredit 0 s/d <51 predikat tidak sehat. Dalam melakukan penilaian kesehatan bank faktor dan komponen-komponen yang diberikan bobot sesuai dengan besarnya pengaruh dalam kesehatan bank.

(21)

Penilaian kesehatan BPR dapat dilihat pada tabel 2.7 : Tabel 2.7

Faktor Penilaian dan Bobot Penilaian Kesehatan BPR

Faktor yang dinilai

Komponen yang dinilai Bobot

Modal Rasio/Modal/terhadap/ATMR 30% Kualitas Aktiva Produktif a. Rasio Aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif.

25%

b. Rasio PPAP yang

dibentuk terhadap PPAP yang wajib dibentuk. 5% Manajemen a. Manajemen Umum 10% b. Manajemen Risiko 10% Rentabilitas

a. Rasio Laba terhadap

Rata-rata Volume Usaha 5% b. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional 5%

Liquiditas a. Rasio alat liquid

terhadap Utang

Lancar

5%

b. Rasio Kredit terhadap dana yang diterima

5%

Sumber: SK DIR BI Tanggal: 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank BPR

2.2.Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah melakukan penelitian tentang peniaian tingkat kesehatan bank. Penelitian tersebut akan digunakan sebagai bahan rujukan dan sebagai perbandingan dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut: Dwi (2009), Yanti (2014), Pujiyanti (2009), Lestari (2012).

(22)

Dwi (2009 ) melakukan penelitian di bank-bank pemerintah periode 2006-2008 dengan menggunakan metode CAMELS dan fungsi diskriminan. Dengan hasil tingkat kesehatan pada 16 bank pemerintah selama 2006-2008 terdapat 2 bank yang mendapat predikat tidak sehat yaitu PT. BTN pada tahun 2008 dan PT. BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2007-2008.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yanti (2014) yang berjudul analisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan CAMEL. Temuannya adalah tingkat kesehatan BPR diseluruh kecamatan buleleng dari tahun 2010-2012 bahwa selama 3 tahun berturut-turut mendapat predikat sehat karena nilai kredit CAMEL yang diperoleh berada diatas 81% nilai diatas standar minimal.

Hasil penelitian Pujiyanti (2009) yang berjudul analisis kinerja keuangan mengenai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL Menunjukkan bahwa PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Bukopin Tbk dapat dikatakan sebagai bank sehat, meskipun bank tersebut dikatakan bank sehat tetapi jika dibandingkan antara keduanya maka PT Bank Bukopin Tbk lebih sehat dibandingkan dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk hal ini dapat dilihat dari aspek Asset, Management, Earning, dan Liquidity.

Lestari (2012) menganalisis tingkat kesehatan bank pada PT. Bank Mualat Syariah Tbk cabang denpasar. Dari penelitian tersebut secara

(23)

umum PT Bank Muamalat Syariah berpredikat sehat periode tahun 2007 s/d 2011. Hal ini dibuktikan dengan alat analisis rasio CAMEL.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah dijelaskan diatas maka dapat dilihat dalam tabel 2.8:

Tabel 2.8

Rangkuman Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis Variabel Metode Analisis Hasil 1 Venny Dwi Lestari (2009) CAR, KAP, ROA, BOPO, LDR menggunakan metode CAMELS dan fungsi diskriminan

Tingkat kesehatan pada 16 bank pemerintah selama periode 2006-2008 terdapat 2 bank yang mendapatkan predikat tidak sehat yaitu PT BTN pada tahun 2008 dan PT. BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2007-2008

2 Luh Putu Ayu (2013) CAR KAP PPAP, Manajemen Umum dan Risiko, ROA, BOPO, CR dan LDR Metode CAMEL

berdasarkan analisis tingkat

kesehatan BPR diseluruh

kecamatan buleleng dari tahun 2010-2012 bahwa selama 3 tahun berturut-turut mendapat predikat sehat karena nilai kredit CAMEL yang diperoleh berada diatas 81% nilai diatas standar minimal 3 Sri Pujianti (2009) CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, LDR Metode CAMEL

dengan menggunakan metode

CAMEL PT Bank Negara

Indonesia Tbk dan PT Bank Bukopin Tbk dapat dikatakan sebagai bank sehat, meskipun bank tersebut dikatakan bank sehat tetapi jika dibandingkan antara keduanya maka PT Bank

Bukopin Tbk lebih sehat

dibandingkan dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk hal ini dapat dilihat dari aspek Asset,

Management, Earning, dan

Liquidity. 4 Eka Puji (2012) CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, LACRL, LDR Metode CAMEL

secara umum PT Bank Muamalat Syariah berpredikat sehat pada

tahun 2007-2011 hal ini

dibuktikan dengan alat analisis rasio CAMEL

(24)

Dari beberapa penelitian-penelitian diatas, tentang tingkat kesehatan bank dengan metode CAMEL. Ada beberapa hal yang membedakan dengan penelitian yang akan dlakukan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada beberapa aspek yaitu:

a) Variabel analisis yang digunakan CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, dan LDR.

b) Penulis menggunakan data sekunder dari laporan keuangan PD. BPR Bank Jepara Artha periode 2009 sampai dengan 2013.

2.3.Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan dari telaah pustaka dan penelitian terdahulu diatas. Maka kerangka pemikiran teoritisnya dapat digambarkan pada gambar 2.1:

(25)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Sumber: Pujiyanti (2009)

Berdasarkan gambar 2.1 dapat diuraikan sebagai berikut:

Hal yang pertama harus dilakukan yaitu mengumpulkan laporan keuangan PD. BPR Bank Jepara Artha kemudian menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL, dan diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi tingkat kesehatan PD. BPR Jepara Artha apakah dalam keadaan sehat atau tidak sehat.

Laporan Keuangan PD. BPR Bank Jepara Artha

Metode CAMEL

Kesimpulan

CAR KAP PPAP M.Risiko& Umum ROA BOPO LDR

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa atas lingkungannya terhadap perilaku konsumsi siswa dengan diintermediasi prestasi belajar ekonomi berpengaruh secara

Sistem pencernaan manusia dalam prosesnya akan melibatkan dua komponen penting yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan adalah organ

Kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan menghadapi ujian dengan hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan

Dalam kaitannya dengan colinearity lengkap seperti antara gen dan polipeptida, dikatakan bahwa konsep colinearity kaku antara gen dan polipeptida, itu adalah konsep yang kaku

Perencanaan jalan dan pemeliharaan jalan di ruas-ruas jalan Kota Bogor khususnya wilayah Tanah Sareal sub wilayah kota bogor kecamatan tanah sareal zona B

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi hakim tentang alat bukti saksi dan untuk mengetahui apa yang menjadi alasan dan