139 DAFTAR PUSTAKA
Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Management of Mangroves. IUCN Wetlands Programme. IUCN, Bangkok, Thailand.
Alongi, D.M. 2002. Present state and future of the world‟s mangrove forest.
Environ. Conser. 29: 331 -349.
Anna, S. 2001. Model Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu. Usulan Penelitian Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anonim, 1999. Provinsi NTT sesuai laporan IPB Bogor kerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi NTT. Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove di Pulau Timor dan Alor.
Anonim, 2007. Pengelolaan Sumber Daya Alam Skala Kecil Small Scale Natural Resurces Management (SNRM) Kabupaten Kupang.
Laporan Akhir Tahun Anggaran 2007. PT. Ecoplan Rekabumi Interconsult.
Anonim, 2010. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Rencana Zonasi.
Anonim, 2011. Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi NTT. Potensi Sumberdaya Pesisir dan Laut.
Anwar, C dan Subandiono, E. 1996. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove.
Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Arief, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – IPB, Bogor.
Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove, Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor.
BPS. 2013. Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka .2013. Badan Pusat Statistik. Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Claridge, D. and Burnett, J. 1993, Mangroves in Focus.Wetpaper Publications, Ashmore.
140 Dahuri, R,J.Rais,S.P.Ginting dan M.J.Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT.Pramadya Paramita, Jakarta.
Dahuri, R.1997. Aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Perencanaan dan Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Pesisir.
Makalah Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. PKSPL – IPB.
Dahuri, R. 2001. PengelolaanSumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Dahuri, R. 1999. Strategi Pembangunan Sumber Daya Pesisir dan Lautan dalam Konteks Nasional dan Propinsi NTT. Dalam Marine Resource Evaluation and Planning/MREP.Bappeda Ngada.
Davies, J., G Claridge, Endah Natarita. 1994. Manfaat Lahan Basah, Potensi Lahan Basah dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan.
Ditjend. Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan – Asian Wetland Buereau Indonesia (AWB). Jakarta.
Davis, Keith. 2001. Perilaku Organisasi, Penerjemah Erly Suandy, Salemba Empat, Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2002. Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Kebijakan Departemen Kehutanan Dalam Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove.Fungsi dan Manfaatnya untuk Kesejahteraan Masyarakat.Workshop Rehabilitasi Mangrove Nasional Diselenggarakan oleh INSTIPER.Yogyakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Laporan Tahunan Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007.Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarta : Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil, Direktorat Bina Pesisir.
Direktorat Jenderal Kehutanan. 1978. Pedoman Silvikultur Hutan Payau. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan No. 60/kpts/DJ/I/1978.
Jakarta: Direktorat Jenderal Kehutanan.
Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan [Ditjen RLL]. 1999. Inventarisasi dan Identifikasi Hutan Bakau (Mangrove) yang Rusak di Indonesia.
Laporan Akhir. PT Insan Mandiri Konsultan. Jakarta.
141 Djuwito. 1985. Analisa Struktur Komunitas Ikan di Segara Anakan Cilacap.
Tesis. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor.
Efendi, Yempita. 1998. PengelolaanHutan Mangrove di Kelurahan Sungai Pisang.Kotamdya Padang. Prosindings Seminar VI Ekosistem Mangrove 94-98. LIPI.
Fakuara, Y. 1991. Teknologi Mikroba Hutan. Potensi dan Peranannya dalam Pembinaan Hutan Hujan Tropik. Bogor. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB.
Fitriadi. 2004. Peran Pemerintah dan Partisipasi Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan Mangrove Kasus di KecamatanPemangkatKabupaten Sambas Kalimantan Barat. Tesis.Yogyakarta :PascaSarjana. UGM.
Food and Agricultural Organization.2007. The World‟s Mangroves 1980 – 2005.A thematic study prepared in the freamwork of the global forest Resources Assessment 2005. Food and Agricultural Organization of the united Nation. Rome.
Giesen W. S. Wulffraat, M. Zieren and L. Scholten. 2006. Mangrove guidebook for Southeast Asia. RAP Publication 2006/7.. FAO and Wetlands International. Bangkok, Thailand.
Hardjosentono, H.P. 1978. Hutan Mangrove di Indonesia dan Peranannya dalam Pelestarian Sumber Daya Alam. Proseding Seminar III Ekosistem Mangrove, Denpasar 5-8 Agustus 1986. LIPI, Jakarta.
Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.
Bandung.
HubiesSyafri. 1990. PartisipasiMasyarakatdalam Pembangunan,Makalah disampaikan pada Sarasehan Lahan Kering di GunungWalad Sukabumu, 15 – 17 Juni.
Irawan, Z.D.,1990. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta.
kesemat.blogspot.com. Mangrove Pantai Selatan Jawa. Diakses pada 21 Desember 2012.
Khazali, M. 1999. Panduan Teknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat.
Wetland International – Indonesia Programme. Bogor, Indonesia.
Khazali, M. 1998. Panduan Teknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat.
Wetland International-Indonesia Programme. Bogor, Indonesia.
142 Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Kusmana, C. 2002. Pengelolaan Ekosistem Mangrove secara Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Lokakarya Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Kusmana, C., S. Wilarso, I. Hilwan, P. Pamoengkas, C. Wibowo. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Kusmana, C.2005. Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai Pasca Tsunami di NAD dan Nias. Makalah dalam lokakarya Hutan Mangrove Pasca Tsunami.
Kustiawan, I. 1996. Permasalahan Konversi Lahan Pertanian dan Implikasinya Terhadap Penataan Ruang Wilayah Pantura Jawa Barat. Jurnal PWK. Vol.8, No. 1/Januari 1996.
Lawrence, D. 1998. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu.
(Terjemahan) Mack T. Dan Anggraeni M. S. Buku Pedoman Teori dan Praktek untuk Peserta Pelatihan. GBRMPA, AUSAID.
Australia.
Macnae. 1968. A General Account of the Fauna of the Mangrove Swamps of Inhaca Island.
Manu, A.M. Charisal. 2003. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pemanfaatan Hutan Mangrove di Bagian Timur Laut Kupang. Tesis Pascasarjana. Universitas Nusa Cendana Kupang.
Martodiwirjo, S. 1994. Kebijaksanaan Pengelolaan dan Rehabilitasi Hutan Mangrove dalam Pelita VI.
Martosubroto, P. 1978. Sumbangan Hutan Mangrove terhadap Perikanan. Dalam:
pross. Seminar I Ekosistem Mangrove: (S. Soemodihardjo, A.
Nontji, A. Djamali eds).
Mastaller, M. 1997. Mangroves: The Forgotten Forest between Land and Sea.
Tropical Press Sdn.Bhd., Kuala Lumpur.
Nazir, Moh. 1985. MetodePenelitian.Ghalia Indonesia. Jakarta.
143 Noor, Y.R., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor: Wetlands International – Indonesia Programme.
Nugraheni, E. 2002. Sistem Pengelolaan Ekowisata Bebasis Masyarakat di Taman Nasional(Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun). Tesis Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Nugroho, I., Dahuri, R.2004. Pembangunan Wilayah, Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. LP3ES Indonesia . Jakarta.
Nursidah. 1996. Hutan Mangrove Kita. Majalah Kehutanan Indonesia edisi No. 5 tahun 1996/1997. Departemen Kehutanan Jakarta.
Patang. 2012. Analisis Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove(Kasus di Desa Tongke-Tongke Village, Sinjai Regency). Jurnal Agrisistem. 2 (1) : 4 – 8.
Poedjirahajoe, E. 2007. Bahan Kuliah Ekologi Perairan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Purwanto. H, 1999. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Rahmawaty. 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Ramli. 1998. Kajian Ekosistem Di Teluk Lasongko Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Tesis Pascasarjana.
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT.GramediaPustaka Utama.
Rebhung, N. 1997. Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Terumbu Karang dengan peran serta Masyarakat dalam penanaman Bakau di Pantai Paradiso Oesapa Kabupaten Kupang. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam. Lembaga Penelitian Undana.
Saenger, P. E. J. Hegerland and J.D. S. Davie (eds). 1983. Global Status of Mangrove Ecosystem. IUCN-UNEP & WWF.
Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta.
144 Savitri, L.A. dan Khazali, M. 1999. Pemberdayaan Masyarakat
dalamPengelolaan Wilayah Pesisir. PSKPL-IPB. Bogor.
Sihite, J., Lense, O., Surartri, R., Gustiar, C., dan Kosamah, S. 2005. The Nature Conservancy (TNC). Southeast Asia Center for Marine Protected Areas (SEA CMPA). Bali.
Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Penerbit Kanisius.
Yogyakrta.
Steenis, C.G.G.J. 1978. Flora untuk sekolah di Indonesia. P.T. Pradnya Paramita Jakarta.
Sugiyono. 2002. Statistik untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Thoha. M, 1983. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Fisipol Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tim Penyusun Pedoman Umum Direktorat Bina Pesisir. 2004. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Bina Pesisir. Jakarta.
Turner, R. E. 1975. Intertidal Vegetation and Comercial Mangrove. Queensland.
London.
Tomlinson, P.B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press, Cambridge, U.K.
UNDANA, Ditjen Pembangunan Daerah, Depdagri dan Bappeda NTT . 1995.
Studi Kondisi Hutan Mangrove Di kawasan Kecamatan Kupang Timur.
Wantasen, A. 2002.Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Mangrove di Desa Talise, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.Disertasi.Program Doktor SPS Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Watson, J.G. 1928. Mangrove Forests of the Malay Peninsula. Malayan Forest Records No. 6, Federated Malay States Government, Singapore.
Wibisono. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta.
145 Wightman, G.M. 1989. Mangroves of the Northern Territory. Northern Territory Botanical Bulletin No. 7. Conservation Commission of the Northern Territory, Palmerston, N.T., Australia.
www.walhi.or.id. Hutan Bakau Indonesia Kritis.Diakses pada 19 Oktober 2012.
Zaitunah, A. 2005. Meninjau Keberadaan Hutan Mangrove di Indonesia. Program Doktor SPS IPB. Bogor.
Perundang-undangan:
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Peraturan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 2 tahun 1994 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 : Ketentuan – Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-UndangNomor 23 Tahun 1997 : Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 : Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Undang-UndangNomor 32 Tahun 2009 : Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup