• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AUDIT FEE, UKURAN KAP, FINANCIAL DISTRESS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN TERHADAP AUDITOR SWITCHING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH AUDIT FEE, UKURAN KAP, FINANCIAL DISTRESS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN TERHADAP AUDITOR SWITCHING"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AUDIT FEE, UKURAN KAP, FINANCIAL DISTRESS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN TERHADAP AUDITOR

SWITCHING

RAHAYU SUSANTI B12.2012.02109

212201202109@mhs.dinus.ac.id UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh audit fee, ukuran KAP, financial distress, ukuran perusahaan dan pergantian manajemen terhadap pergantian KAP pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan metode purposive sampling jumlah perusahaan perbankan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 perusahaan selama 6 tahun pengamatan sehingga sampel yang digunakan adalah 144 sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) audit fee berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching selama 6 tahun pengamatan, (2) ukuran KAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching selama 6 tahun pengamatan, (3) financial distress berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching selama 6 tahun pengamatan, (4) ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching selama 6 tahun pengamatan, dan (5) pergantian manajemen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching selama 6 tahun pengamatan (2009-2014).

Kata kunci : Audit fee, ukuran KAP, financial distress, ukuran perusahaan, dan pergantian manajemen

ABSTRACT

This study aims to find the empirical evidence regarding the effect of audit fee, public accounting firms size (KAP), financial distress, firm size and management turnover on auditor switching on the banking companies listed in Indonesia Stock Exchange 2009 during to 2014. The population in this study are all banking companies listed in Indonesia Stock Exchange. Based on purposive sampling method the number of banking companies sampled in this research has been 24 companies during the six years of observation so that the sample used is 144 samples. The hypothesis in this research has been tested using logistic regression analysis.

Based on the results of logistic regression analysis, the results of this study show that (1) the audit fees significantly effect on the auditor switching over 6 years of observation, (2) public accounting firm size (KAP) does not significantly effect on the auditor switching over 6 years of observation, (3) financial distress effect

(2)

significantly on the auditor switching over 6 years of observation, (4) the firm size significantly effecton the auditor switching over 6 years of observation, and (5) management turnover does not significantly effect on the auditor switching over 6 years of observation (2009 to 2014).

keywords: Audit fee, public accounting firms (KAP) size, financial distress, firm size, and management turnover.

PENDAHULUAN

Kantor akuntan publik merupakan badan usaha yang sudah memperoleh ijin dari menteri keuangan sebagai tempat akuntan publik memberikan jasa. Terdapat dua m jenis jasa yang diberikan akuntan publik, Jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik dapat dibagi menjadi dua, yaitu jasa atestasi dan non-atestasi. Jasa yang sering diberikan oleh auditor kepada perusahaan kliennya adalah jasa untuk mengaudit laporan keuangan historis, dalam pemberian jasa ini auditor bertugas untuk memberikan pernyataan tertulis mengenai kesesuaian standar akuntansi keuangan dengan laporan keuangan perusahaan. Tujuan utama sebuah KAP adalah untuk memberikan jasa yang berkualitas, hal ini harus diberitahukan kepada semua staff di KAP secara teratur dan hasilnya dimonitor. Inilah peran kepemimpinan dan akuntabilitas yang dijanjikan KAP kepada publik (Tuannakotta, 2014). Untuk memberikan sebuah layanan profesional, KAP harus mampu menyakinkan kepada pihak-pihak pengguna laporan keuangan, seperti pihak investor, kreditor dan khususnya untuk pihak manajemen bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan mempunyai nilai kredibilitas yang baik. Maka dari itu saat menilai laporan keuangan auditor harus bersikap independen dan obyektif terhadap perusahaan yang menyajikan informasi mengenai laporan keuangan. Satriantini (2014) menyatakan bahwa independensi dan obyektifitas ini mempunyai maksud agar masyarakat dapat meninggikan keakuratan laporan keuangan yang dibuat perusahaan sehingga masyarakat dapat memperoleh data yang falid dan dapat difungsikan pada saat pengambilan keputusan.

Ketika menilai laporan keuangan perusahaan, auditor haruslah bersikap netral dan tidak memihak kepada pihak manapun. Auditor akan kehilangan independensinya apabila auditor terlalu dekat dengan klien sehingga hal itu akan mengganggu obyektifitas mereka ketika memberikan opini terhadap laporan keuangan klien. Untuk mencegah hal tersebut maka dibuatlah aturan pergantian KAP dan auditor secara mandatory (wajib), melalui Peraturan Pemerintah Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 yang diubah menjadi Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik yang kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa perusahaan diharuskan mengganti KAP yang telah melaksanakan audit laporan keuangan selama lima tahun berturut-turut.

Sesuai Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik pasal 4 yang mengatur tentang Pembatasan Pemberian Jasa ayat 1 yang mengemukakan bahwa Akuntan Publik atau KAP diberikan batas waktu tertentu dalam melakukan audit atas informasi keuangan historis suatu perusahaan, dan ayat 2 yang mengemukakan bahwa Peraturan Pemerintah mengatur mengenai batas waktu pemberian jasa audit laporan keuangan historis tersebut. Atas dasar Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2011 maka disusunlah Peraturan

(3)

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 pasal 11 ayat 1 yang mengatur bahwa suatu entitas dapat memperoleh jasa untuk mengaudit laporan keuangan historis perusahaan oleh KAP paling lama 5 (lima) tahun buku berturut- turut dan pasal 11 ayat 4 mengatur bahwa jasa seorang akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan historis sebuah entitas dapat diberikan kembali setelah 2 (dua) tahun buku berturut-turut tidak mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut.

Fee merupakan imbalan atas jasa yang dilakukan oleh KAP terhadap perusahaan kliennya yang meliputi jasa pemberi keyakinan maupun jasa konsultasi.

Pemegang saham berwenang dalam penunjukkan suatu KAP untuk perusahaan dan berhubungan mengenai total fee yang diberikan kepada suatu KAP. Peningkatan fee audit dapat terjadi apabila perusahaan sering melakukan pergantian auditor. Auditor baru yang ditugaskan untuk mengaudit laporan keuangan historis perusahaan, hal pertama yang wajib dilaksanakan adalah mengerti lingkungan kerja klien dan menentukan resiko audit. Untuk auditor yang sama sekali belum memahami kondisi tersebut, maka auditor akan membutuhkan biaya start-up yang lebih besar, yang akhirnya bisa mempertinggi sudit fee. Pergantian auditor (auditor switching) dapat disebabkan karena auditor merasa tidak puas atas fee yang dibayarkan oleh perusahaan. Imbalan dari jasa audit (fee) atas kontrak kerja audit merefleksikan nilai wajar atas pekerjaan yang telah dilakukan, dengan mempertimbangkan hal-hal dibawah ini :

1. Jenis pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan saat melakukannya

2. Pengalaman dan tingkat pendidikan sesuai pekerjaan tersebut 3. Pekerjaan yang mengandung tingkat tanggung jawab yang tinggi

4. Pekerjaan yang dikerjakan oleh semua personel yang membutuhkan waktu Hal ini menunjukkan bahwa seorang auditor tidak boleh melaksanakan jasa pengauditan jika imbalan jasa audit yang disetujui tidak mempertimbangkan faktor- faktor di atas. Dasar dalam menetapkan imbalan jasa untuk mengaudit laporan keuangan historis yang sudah menjadi kesepakatan harus didokumentasikan dan harus terikat dengan gambaran kontrak kerja dan konsisten dengan praktik industri (J.Elder, 2013). Penelitian yang dilakukan Astuti dan Ramantha (2014) serta Pradhana dan Suputra (2015) membuktikan adanya pengaruh audit fee terhadap auditor switching.

Pergantian KAP memberikan dampak positif bagi perusahaan yang tentunya baru saja melakukan aktivitas pendanaan, dengan dilakukannya pergantian auditor diharapkan nama perusahaan mereka juga akan terangkat dimata investor. Pihak investor sebagai pihak pemakai laporan keuangan cenderung lebih percaya dengan laporan keuangan yang dibuat dari KAP yang mempunyai reputasi yang baik dimata masyarakat. Untuk mendapatkan kepercayaan yang lebih dari para investor, perusahaan cenderung akan menggunakan jasa KAP bereputasi, contohnya KAP Big Four. KAP besar dinilai memiliki kemampuan lebih baik ketika melaksanakan audit, sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik daripada kualitas audit KAP kecil. KAP besar atau Big Four menjaga independensinya dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan agar dapat mempertahankan klien. KAP inilah

(4)

yang pada umumnya dianggap sebagai KAP yang memiliki reputasi baik dimata masyarakat dan juga sebagai penyedia laporan audit yang berkualitas tinggi (Harvianto, 2015). Hasil penelitian Pratini dan Astika (2013); Satriantini dan Sirnawati (2014); serta Suarjana dan Widhiyani (2015) menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak mempengaruhi pada pergantian KAP. Namun penelitian Pratitis (2012) serta Setiawan dan Aryani (2014) menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap pergantian KAP.

Financial distress adalah keadaaan apabila perusahaan mengalami kesulitan financial untuk membayar kewajiban atau kesulitan likuiditas yang dimulai dengan kesulitan kecil sampai kesulitan yang lebih serius, yaitu saat kewajiban lebih tinggi daripada aset. Kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut akan meningkatkan kehati-hatian auditor dalam melakukan tugasnya. Financial distress mungkin terjadi seiring dengan penggunaan hutang yang dilakukan oleh perusahaan. Logikanya, semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar pula bunga yang harus dibayarkan kepada kreditur, financial distress disebabkan semakin besarnya probabilitas. Hasil penelitian Pratini dan Astika (2013) menunjukkan adanya pengaruh financial distress terhadap pergantian KAP. Namun Pratitis (2012);

Setiawan dan Aryani (2014); Astuti dan Ramantha (2014); serta Pradhana dan Suputra (2015) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh financial distress terhadap pergantian KAP.

Ukuran perusahaan klien mencerminkan tingkat besar kecilnya perusahaan di lihat dari kondisi keuangan perusahaan. Harus ada kesesuain antara ukuran kantor akuntan publik dengan ukuran perusahaan klien yang di audit. Berakhirnya keterlibatan audit dapat terjadi apabila terdapat ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh kantor akuntan publik yang kecil (Juliantari, 2015). Ukuran perusahaan klien dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kesulitan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan besar dipercaya dapat diselesaikan daripada perusahaan kecil (Mutchler, 1985) dalam Wijaya dan Rasmini (2015). Hasil penelitian Astuti dan Ramantha (2014) menunjukkan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap pergantian KAP. Namun hasil penelitian Pratitis (2012); Pradana dan Suputra (2015); Suarjana dan Widhiyani (2015) menunjukkan tidak adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap pergantian KAP.

Manajemen merupakan proses pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya guna memperoleh tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Efektif mempunyai arti arti bahwa perusahaan bisa mencapai tujuan sesuai dengan apa yang direncanakan, sedangkan efisien dapat diartikan bahwa tugas yang ada dilakukan secara tepat, terorganisir dan sesuai dengan jadwalnya. Namun kadangkala pihak manajemen tidak mampu memenuhi target yang diinginkan perusahaan, hal itu dapat mengakibatkan menurunnya kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan sehingga perlu adanya pergantian manajemen untuk meningkatkan kepercayaan investor. Pergantian manajemen sebuah perusahaan dapat mempengaruhi adanya kebijakan yang di ubah dalam hal keuangan, akuntansi, maupun kedalam hal menetapkan KAP. Bergantinya KAP bisa terjadi dengan adanya pergantian manajemen pada sebuah perusahaan, sebab pihak manajemen akan menuntut KAP untuk mematuhi keinginan manjemen, seperti kebijakan akuntansi yang digunakan

(5)

perusahaan (Pratini, 2013). Hasil penelitian Satriantini dan Sirnawati (2014) menunjukkan tidak adanya pengaruh. Namun penelitian Pratini dan Astika (2013) serta Pradhana dan Suputra (2015) menunjukkan adanya pengaruh pergantian manajemen terhadap pergantian KAP.

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, maka penelitian sekarang memiliki tujuan untuk memperoleh bukti adanya pengaruh audit fee, ukuran KAP, financial distress, ukuran perusahaan, dan pergantian manajemen terhadap auditor switching pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2014.

Audit fee adalah imbalan yang diperoleh seorang auditor atas jasanya dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan klien (Mulyadi, 2002). Apabila fee audit yang diinginkan auditor cukup besar sehingga tidak terjadi kata sepakat antara klien dengan auditor tentang besaran audit fee yang diberikan, maka hal tersebut akan mengakibatkan auditor switching (Schwartz dan Menon dalam Astuti, 2014).

Chadegani et al (2011) menyatakan bahwa saat manajer perusahaan merasa tidak berkenan atau tidak merasa sesuia dengan audit fee auditor, maka pihak manajemen akan mencoba mendapatkan auditor sesuai dengan fee audit yang ditawarkan oleh perusahaan dengan melakukan pergantian KAP. Penelitian yang dilakukan Astuti dan Ramantha (2014) menunjukkan adanya pengaruh audit fee terhadap pergantian auditor, maka dari itu hipotesis yang dibuat adalah sebagai berikut :

H1: Audit fee berpengaruh terhadap auditor switching.

Klien cenderung akan memakai jasa Kantor Akuntan Publik yang mempunyai tingkat kredibilitas tinggi supaya menaikkan kualitas laporan keuangan perusahaan.

Perusahaan menganggap KAP Big Four lebih mempunyai tingkat independensi yang bagus dibandingkan Kantor Akuntan Publik kecil, dikarenakan kualitas sumber daya dan kemampuan financial yang dimiliki KAP Big Four dinilai lebih tinggi (Pratini, 2015). Dapat disimpulkan bahwa KAP Big Four akan lebih dipilih perusahaan dari pada KAP kecil karena dianggap lebih berkualitas. Oleh sebab itu, kemungkinan kecil perusahaan untuk mengganti KAPnya apabila perusahaan tersebut sudah menggunakan jasa KAP besar atau Big Four (Damayanti dan Sudarma, 2007).

Penelitian yang dilakukan Pratitis (2012) dan penelitian Setiawan (2014) menunjukkan adanya pengaruh ukuran KAP terhadap pergantian auditor, maka dari itu hipotesis yang dibuat adalah:

H2 : Ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap auditor switching.

Financial distress merupakan keadaan yang memperlihatkan bahwa suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan financial(Jayanti, 2014). Kesulitan financial yang sedang terjadi pada perusahaan bisa membuat perusahaan tersebut untuk berpindah KAP dengan alasan financial. Perusahaan yang bangkrut dan sedang mengalami posisi keuangan yang tidak sehat cenderung akan menggunakan Kantor Akuntan Publik yang memiliki independensi yang tinggi untuk meningkatkan kepercayaan diri perusahaan (Gunady, 2013). Penelitian yang dilakukan Pratini dan Astika (2013) menunjukkan adanya pengaruh financial distress terhadap pergantian auditor, dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah:

H3 : Financial Distress berpengaruh terhadap auditor switching.

(6)

Size perusahaan yang besar mempunyai kompleksitas operasional bisnis yang tinggi. Menurut Suryandari (dalam Suarjan 2015) pemilihan KAP akan dihubungkan dengan layanan yang digunakan dan dengan ukuran perusahaan klien. Perusahaan besar dituntut untuk menggunakan atau memilih Kantor Akuntan Publik ke Kantor Akuntan Publik yang besar atau Big Four dikarenakan klien besar mempunyai masalah usaha yang lebih rumit dan masalah yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil serta peningkatan pemisahan antara manajemen dengan kepemilikan, sangat membutuhkan KAP yang mampu mengurangi biaya agensi/agency cost dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Chadegani et al, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Ramantha (2014) menunjukkan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap pergantian auditor, maka dari itu hipotesis yang dibuat adalah:

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap auditor switching.

Bergantinya manajemen pada sebuah perusahaan disebabkan oleh pihak manajer perusahaan berhenti dikarenakan keinginan diri sendiri ataupun berhenti dikarenakan keputusan rapat umum pemegang saham atau investor, yang menyebabkan para investor harus melaksanakan pergantian dengan manajer yang baru yaitu direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer), dengan adanya direktur utama yang baru akan mengakibatkan perusahaan merubah ketentuan di dalam seperti misalnya dalam hal keuangan, akuntansi, dan dalam hal pemilihan sebuah Kantor Akuntan Publik. Manajemen yang baru biasanya akan menggunakan metode akuntansi baru sehingga manajer pengganti berharap mereka akan lebih mampu bekerja sama dengan KAP yang baru. Klien akan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik yang sesuai dengan kebijakan pelaporan akuntansi perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratini dan Astika (2013) serta Pradhana dan Suputra (2015) menunjukkan adanya pengaruh pergantian manajemen terhadap pergantian auditor, maka dari itu hipotesis yang dibuat adalah:

H5 : Pergantian manajemen berpengaruh terhada auditor switching.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kantor cabang Kota Semarang atau dapat diperoleh dengan cara akses data sekunder yaitu laporan keuangan yang telah diaudit yang dapat diperoleh melalui situs homepage Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id. Populasi pada penelitian ini merupakan semua perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011. Industri perbankan dipilih karena industri ini masih jarang diteliti. Selain itu, fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh audit fee, ukuran KAP, financial distress, ukuran perusahaan dan pergantian auditor terhadap auditor switching pada industri perbankan.

Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2014 berjumlah 40 perusahaan, dengan melihat data Kantor Akuntan Publik yang telah melakukan audit pada perusahaan selama tahun 2009- 2011. Dari populasi yang terdapat dalam penelitian ini, hanya ada 24 perusahaan perbankan saja yang dapat memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini.

(7)

Sampel dalam penilitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu metode teknik pengambilan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Kriteria penentuan sampel terdiri atas :

1. Perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2014.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama 2009-2014

3. Menyajikan informasi lengkap sesuai variabel penelitian

Pembahasan dalam penelitian ini memakai metode teknik analisis kuantitatif.

Analisis kuantitatif didapatkan melalui cara analisis satu masalah yang dapat diwujudkan melalui data kuantitatif. Dalam penelitian, analisis kuantitatif dapat dilaksanakan melalui cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan didalam penelitian.

Analisis regresi logistik dipakai pada penelitian ini sebagai alat pengujian hipotesis.

Alasan peneliti menggunakan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah dikarenakan peneliti ingin melakukan prediksi pada variabel terikat yang memiliki skala dikatomi. Skala dikatomi yang dimaksudkan merupakan skala data nominal yang memiliki dua kategori (melaksanakan pergantian KAP dan tidak melaksanakan pergantian KAP). Asumsi normal distribution tidak bisa diwujudkan karena variabel bebas adalah campuran antara variabel kontinyu (metrik) dengan variabel kategorial (non-metrik). Dalam hal ini bisa dianalisis dengan menggunakan regresi logistik (logistik regression) dikarenakan tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria, disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini :

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015 Tabel 2

Menguji Kelayakan Model Regresi

(8)

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015

Tabel 2 menunjukkan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menghasilkan nilai chi-square sebesar 2,082 dengan nilai signifikansi sebesar 0,978

> 0,05, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak, dan disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara model dengan data. Hal ini menyatakan bahwa model dalam penelitian bisa memprediksi nilai dari observasinya atau dengan kata lain model bisa diterima dikarenakan model pas dengan data observasinya.

Tabel 3

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai -2LL awal adalah sebesar 87,316, setelah dimasukkan 5 variabel independen, maka nilai -2LL akhir yang ditunjukkan pada tabel 3 mengalami penurunan sebesar 46,816. Penurunan pada nilai likelihood (-2LL) ini membuktikan bahwa model regresi dalam penelitian ini lebih baik atau dapat dikatakan model yang dihipotesiskan fit dengan data.

Tabel 4

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015

Bukti bahwa penurunan nilai -2 log likelihood adalah hasil uji yang menunjukkan ke bentuk model fit bisa ditentukan melalui nilai chi-square (nilai penurunan -2 log likelihood) yang terdapat dalam omnibus test of model coefficients.

Hasil dari uji omnibus test memperoleh nilai chi square senilai 40,500 dengan tingkat signifikansi yaitu 0,000. Nilai signifikansi yang lebih rendah dari 0,05 tersebut maka bisa dikatakan bahwa pergantian KAP secara voluntary maupun mandatory mampu diprediksi oleh audit fee, ukuran KAP, financial distress, ukuran perusahaan dan pergantian manajemen.

Tabel 5

Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square

(9)

Sumber : Data yang diolah tahun 2015

Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar yang berarti bahwa variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 53,9%, sedangkan sisanya sebesar 46,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian.

Tabel 6

Matrik Korelasi

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015

Tabel 6 memperlihatkan bahwa tidak ada nilai koefisien korelasi antara variabel independen yang nilai melebihi 0,90. Sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel independen.

Tabel 7

Matrik Klasifikasi

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa kekuatan prediksi dari model regresi untuk memperoleh prediksi kemungkinan perusahaan melaksanakan auditor swiching adalah sebesar 38,5%. Hal ini

(10)

membuktikan bahwa dengan memakai model regresi yang dipakai ada sebanyak 5 perusahaan (38,5%) yang dimungkinkan akan melaksankan pergantian Kantor Akuntan Publik dari total 13 perusahaan yang akan melaksanakan pergantian Kantor Akuntan Publik. Kekuatan prediksi model perusahaan yang tidak melaksanakan pergantian Kantor Akuntan Publik adalah senilai 99,2% yang menunjukkan bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 130 (99,2%) yang diprediksi tidak melaksanakan pergantian Kantor Akuntan Publik dari total 131 perusahaan yang tidak melaksanakan pergantian Kantor Akuntan Publik.

Tabel 8

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015

Variabel audit fee memperlihatkan koefisien regresi positif sebesar21,982 dengan nilai signifikansi sebesar 0,043, lebih rendah daripada α = 5%. Dikarenakan nilai signifikansinya lebih rendah daripada α = 5%, maka hipotesis ke-1 dapat diterima. Penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya pengaruh audit fee pada pergantian Kantor Akuntan Publik. Audit fee dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan current ratio sebagaimana yang dinyatakan Agoes (2012) indikator audit fee bisa diketahui melalui resiko penugasan, kompleksitas jasa yang dilakukan, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesi lainnya serta ukuran Kantor Akuntan Publik. Rasio lancar atau current ratio berperan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan. Ketika perusahaan mengalami likuiditas yang tinggi maka akan menaikkan resiko audit, saat resiko audit semakin tinggi tentunya fee yang dibayarkan akan semakin besar. Fee audit yang besar inilah yang mendorong perusahaan untuk melakukan auditor switching. Ketika sebuah KAP menawarkan fee audit kepada auditor lebih besar maka perusahaan akan mempertimbangkan untuk melakukan pergantian KAP. Hal ini dilakukan agar perusahaan mendapatkan KAP yang bersedia memberikan jasanya dengan fee audit yang cukup terjangkau.

Variabel ukuran Kantor Akuntan Publik memperlihatkan koefisien regresi negatif sebesar 1,673 dengan nilai signifikansi sebesar 0,090, lebih tinggi daripada α

= 5%. Dikarenakan nilai signifikansinya lebih tinggi daripada α = 5%, maka hipotesis ke-2 tidak dapat diterima atau ditolak. Penelitian ini tidak dapat menunjukkan adanya pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap pergantian KAP.Hasil pengujian dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa ukuran Kantor

(11)

Akuntan Publik tidak memiliki pengaruh secara signifikan pada pergantian Kantor Akuntan Publik yang memiliki arti bahwa klien yang sudah memakai jasa Kantor Akuntan Publik Big Four sebelumnya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk melaksanakan pergantian Kantor Akuntan Publik.

Kualitas jasa auditor mampu diperlihatkan dari seberapa besar ukuran Kantor Akuntan Publik yang menaunginya. Kantor Akuntan Publik kecil atau Kantor Akuntan Publik Non Big Four cenderung memiliki pengalaman audit yang lebih sedikit daripada Kantor Akuntan Publik besar atau Kantor Akuntan Publik Big Four.

Kantor Akuntan Publik Big Four diyakini mempunyai keahlian yang lebih tinggi ketika melaksanakan audit dan dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik daripada Kantor Akuntan Publik Non Big Four. Sehingga untuk menarik minat investor dan untuk menaikkan kredibilitas laporan keuangan, perusahaan akan memakai jasa audit dari Kantor Akuntan Publik besar atau KAP Big Four. Hal ini yang menjadi alasan klien yang telah memakai jasa Kantor Akuntan Publik Big Four untuk tidak berganti ke Kantor Akuntan Publik Non Big Four.

Penelitian ini tidak dapat menujukkan bahwa ukuran Kantor Akuntan Publik mempengaruhi pergantian KAP. Hal ini didukung oleh tabel yang menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan sampel sudah menggunakan KAP besar atau KAP Big Four untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Bisa diperlihatkan juga bahwa selama tahun 2009-2014 dari 24 sampel dengan total 144 unit analisis diketahui bahwa perusahaan perbankan yang melaksankan pergantian KAP lebih banyak dilakukan oleh perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four yaitu sebanyak 7 unit analisis dari total 4 perusahaan. Sehingga teori sinyal mengenai perpindahan KAP tidak dapat diterapkan pada perusahaan keuangan.

Perusahaan tetap mempertahankan KAP untuk mengaudit laporan keuangannya karena mencerminkan kesesuian antara KAP dengan kliennya. KAP kecil akan kesulitan dalam mengaudit kliennya jika ukuran perusahaan klien terlalu besar, sedangkan KAP besar akan kehilangan reputasinya apabila menerima klien dengan ukuran perusahaan yang tergolong kecil. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Pratini dan Astika (2013); Satriantini dan Sirnawati (2014); serta Suarjana dan Widhiyani (2015). Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Pratitis (2012) serta Setiawan dan Aryani (2014).

Variabel financial distress memperlihatkan koefisien regresi positif sebesar 52,778 dengan nilai signifikansi sebesar 0,012, lebih rendah daripada α = 5%.

Dikarenakan nilai signifikansinya lebih rendah daripada α = 5%, maka hipotesis ke-3 bisa diterima. Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh financial distress terhadap pergantian KAP. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa financial distress berpengaruh secara signifikan pada pergantian KAP yang berarti bahwa klien yang sedang memiliki masalah financial distress atau terancam bangkrut cenderung akan melakukan pergantian Kantor Akuntan Publik.

Perusahaan yang mengalami kesulitan dalam bidang financial cenderung akan memakai jasa KAP yang mempunyai independensi tinggi untuk memperoleh kepercayaan para investor, kreditur dan untuk mengurangi resiko litigasi. Perusahaan yang mengalami kesulitan dalam bidang financial juga akan lebih memilih untuk berganti KAP dibandingkan perusahaan yang kondisi financialnya sehat. Auditor pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mempunyai waktu audit yang lebih singkat daripada dengan teman-teman audit mereka pada perusahaan klien

(12)

yang lebih sehat dan pada akhirnya akan cenderung diganti. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Pratini dan Astika (2013). Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Pratitis (2012); Setiawan dan Aryani (2014); Astuti dan Ramantha (2014); serta Pradhana dan Suputra (2015).

Variabel ukuran perusahaan memperlihatkan bahwa koefisien regresi negatif sebesar 4,566 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002, lebih rendah daripada α = 5%.

Dikarenakan nilai signifikansinya lebih rendah daripada α =5%, dapat disimpulkan hipotesis ke-4 dapat diterima. Penelitian ini menunjukkan terdapat adanya pengaruh size perusahaan terhadap pergantian KAP. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pergantian auditor yang berarti bahwa perusahaan yang besar mempunyai kemungkinan yang rendah untuk melakukan pergantian Kantor Akuntan Publik.

Semakin besar size sebuah perusahaan maka akan semakin rumit proses bisnis yang dilaksanakan oleh klien tersebut, maka dalam hal ini perusahaan membutuhkan KAP yang berpengalaman untuk mengaudit perusahaan tersebut. KAP yang berpengalaman tersebut adalah KAP yang telah memiliki perikatan yang lama dengan klien karena telah mengetahui operasional perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nilai aset yang lebih rendah cenderung akan mengganti KAPnya ke Kantor Akuntan Publik selain Big Four, sedangkan klien yang memiliki nilai aset tinggi tetap akan menggunakan Kantor Akuntan Publik Big Four menjadi auditornya, yang memperlihatkan kesesuian ukuran antara Kantor Akuntan Publik dengan perusahaan kliennya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Astuti dan Ramantha (2014). Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Pratitis (2012);

Pradana dan Suputra (2015); Suarjana dan Widhiyani (2015).

Variabel pergantian manajemen memperlihatkan koefisien regresi positif sebesar 0,293 dengan nilai signifikansi sebesar 0,734, lebih tinggi daripada α = 5%.

Dikarenakan nilai signifikansinya lebih tinggi daripada α= 5%, maka hipotesis ke-5 tidak dapat diterima atau ditolak. Penelitian ini gagal menunjukkan adanya pengaruh pergantian manajemen terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik. Hasil pengujian dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa pergantian manajemen tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pergantian auditor yang memiliki arti bahwa perubahan kebijakan perusahaan khususnya dalam hal memakai jasa suatu KAP tidak selalu diakibatkan karena perusahaan tersebut melakukan pergantian manajemen.

Hal ini membuktikan bahwa kebijakan yang dibuat oleh manajer baru masih bisa disandingkan dengan kebijakan dan pelaporan akuntansi KAP yang lama dengan cara melaksanakan negosiasi ulang antara pihak auditor dengan perusahaan klien.

Peristiwa semacam ini berhubungan dengan kondisi perusahaan di Indonesia yang kebanyakan dipimpin dan dijalankan oleh orang-orang dalam satu keluarga.

Pergantian manajemen tidak membuktikan sebagai penyebab pergantian KAP karena pergantian manajemen merupakan perubahan yang terdapat didalam dan dikendalikan oleh organisasi, yang meliputi perubahan dalam hal teknologi, visi misi perusahaan, restrukrisasi tenaga kerja, kerjasama dengan perusahaan lain atau pengadaan program baru. Sedangkan keputusan untuk mengganti Kantor Akuntan Publik adalah perubahan yang berlangsung di eksternal organisasi. Maka dari itu dalam penelitian ini pergantian manajemen tidak mempengaruhi pergantian KAP.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Satriantini dan Sirnawati

(13)

(2014). Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Pratini dan Astika (2013) serta Pradhana dan Suputra (2015).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dibahas dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Audit Fee berpengaruh terhadap perpindahan KAP pada perusahaan perbankan di Indonesia. Hal ini dikarenakan resiko audit yang semakin tinggi maka akan fee audit yang dibayarkan tentunya akan semakin besar. Ketika fee audit yang dibayakan semakin besar maka hal tersebut cenderung mendorong perusahaan untuk melakukan auditor switching.

2. Ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap perpindahan KAP pada perusahaan perbankan diIndonesia. Karena sebagian besar perusahaan perbankan di Indonesia telah menggunakan jasa audit dari KAP yang tergolong Big Four yang mempunyai kualitas audit yang lebih baik daripada KAP yang tergolong non Big Four.

3. Financial distress berpengaruh terhadap pergantian KAP pada perusahaan perbankan di Indonesia. Karena perusahaan klien yang sedang mengalami masalah keuangan atau financial distress cenderung untuk memilih KAP lain untuk menaikkan kepercayaan para pemegang saham atau investor.

4. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pergantian KAP pada perusahaan perbankan di Indonesia. Karena perusahaan yang memiliki ukuran besar akan menunjuk KAP yang besar pula untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan mereka.

5. Pergantian manajemen tidak berpengaruh terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik pada perusahaan perbankan di Indonesia. Karena dengan digantinya tidak selalu diikuti dengan digantinya kebijakan dalam penggunaan jasa Kantor Akuntan Publik.

Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis ingin memberikan saran bagi penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut :

1. Peneliti yang selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan untuk memakai seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek penelitian karena menampung semua permasalahan yang ada di semua bidang perusahaan.

2. Peneliti yang selanjutnya diharapkan untuk mempertimbangkan variabel- variabel lain diluar penelitian yang memiliki kemungkinan mempengaruhi pergantian KAP, contohnya opini audit, presentasi perubahan ROA, kepemilikan pubik untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pergantian KAP di Indonesia.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2012). Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik). Jakarta: Salemba Empat.

Astrini, N., & Muid, D. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Auditor Switching Secara Voluntary. Diponegoro Journal Of Accounting, 1-11.

Astuti, P., & Ramantha, I. (2014). Pengaruh Audit Fee, Opini Going Concern,

Financial Distress dan Ukuran Perusahaan Pada Pergantian Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3, 663-676.

Chadegani, A., Mohamed, Z., & Jari, A. (2011). The Determinant Factors of Auditors Switch among Companies Listed on Tehran Stock Exchange.

International Research Journal of Finance and Economics, 159-168.

Elder, R., Beasley, M., Arens, A., & Jusuf, A. (2013). Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta: Salemba Empat.

Febrianty. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay

Perusahaan Sektor Perdagangan Yang Terdaftar Di BEI periode 2007-2009.

Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), 294-320.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IMB SPSS 19.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunady, F., & Mangoting, Y. (2013). Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012 Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik. Tax & Accounting Review, 1-13.

Harvianto, B. (2015). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik (Auditor Switching). Jom FEKON Vo.2 No.2 Oktober 2015, 1-15.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

Juliantari, N., & Rasmini, N. (2013). Auditor Switching dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 3.3 , 231-246.

(15)

Kartika, A. (2010). Kartika Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial.

Dinamika Keuangan dan Perbankan, 62-82.

Laily, N., & Juliardi, D. (2014). Financial Distress Sebagai Prediktor Pergantian Auditor Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Nominal/Volume III Nomor 1/Tahun 2014, 138-148.

Liyani, A., Purnamasari, P., & Maemunah, M. (2013). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Auditor Opinion dan Financial Distress terhadap Auditor Switching pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba, 330-336.

Mardiyah, A. (2002). Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Klien dan Faktor Auditor terhadap Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontijensi RPA (Recursive Model Algorithm). Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 3(2), 133-154.

Menteri Keuangan. (2008). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 "Jasa Akuntan Publik". Jakarta.

Messier, W., Glover, S., & Prawitt, D. (2014). Jasa audit dan assurance: Pendekatan Sistematis. Jakarta: Salemba empat.

Mulyadi. (2002). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Nazir, M. (2008). Metode Penelitian Edisi keenam. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pawitri, N., & Yadnyana, K. (2015). Pengaruh Audit Delay, Opini Audit, Reputasi Auditor, dan Pergantian Manajemen pada voluntary auditor switching. E- jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1, 214-228.

Pemerintah Republik Indonesia. (2015). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Praktk Akuntan Publik. Jakarta.

Pradhana, B., & Suputra, D. (2015). Pengaruh audit fee, going concern, financial distress,ukuran perusahaan,pergantian manajemen pada pergantian auditor. E- jurnalAkuntansi Universitas Udayana11.3, 713-729.

Pratini, I., & Astika, I. (2013). Fenomena Pergantian Auditor Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2, 470-482.

Pratitis, Y. (2012). Auditor Switching: Analisis Berdasar Ukuran KAP, Ukuran Klien dan Financial Distress. Accounting Analysis Journal, 28-32.

(16)

Putra, I. (2014). Pengaruh Financial Distress, Rentabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Pada Pergantian Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.2, 308-323.

Robbitasari, A., & Wiratmaja, I. (2013). Pengaruh Opini Audit Going Concern, Kepemilikan Institusional dan Audit Delay pada Voluntary Auditor Switching. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3, 652-665.

Satriantini, P., Sirnawati, N., & Musmini, L. (2014). Pengaruh Pergantian

Manajemen,Opini Audit, dan Ukuran KAP terhadap pergantian KAP pada perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI Periode 2009- 2013. E-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1.

Setiawan, A., & M.Aryani, L. (2014). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Auditor Opinion, Financial Distress dn Accounting Firm Size Pada Auditor Switching. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana 8.3, 423-441.

Sidhi, B., & Wirakusuma, M. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Penjualan Perusahaan, dan Reputasi KAP pada Pergantian KAP . E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana13.3, 723-736.

Suarjana, I., & Widhiyani, N. (2015). Faktor Klien Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 10.1, 78-90.

Sugiono. (2013). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Bandung.

Sulistiarini, E., & Sudarno. (2012). Analisis Faktor-faktor Pergantian Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010). Diponegoro Journal of Accounting, 1-12.

Tuanakotta, T. (2011). Berpikir Kritis Dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Tuanakotta, T. (2014). Audit Berbasis ISA (International Standars on Auditing).

Jakarta: Salemba Empat.

Wibowo, A., & Hilda, R. (2009). Faktor-faktor Determinasi Kulaitas Audit-Suatu Studi dengan Pendekatan Earning Surprice Benchmark. Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang, 1-34.

Wijaya, E., & Rasmini, N. (2015). Pengaruh Audit fee, opini going concern, financial distress, ukuran perusahaan, ukuran KAP pada pergantian auditor.

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.3, 940-966.

(17)

Wijayani, E., & Januarti. (2011). Analisis Fakto-faktor yang Mempengaruhi

Perusahaan di Indonesia Melakukan Auditor Switching. Simposium Nasional Akuntansi XIV,Aceh.

Referensi

Dokumen terkait

memiliki himpunan titik dan himpunan sisi yang merupakan himpunan fuzzy dimana sisi-sisi pada graf fuzzy adalah representasi dari relasi fuzzy simetris antara dua titik

Hasil penelitian menunjukkan penambahan maltodekstrin memberikan pengaruh nyata terhadap seluruh parameter sifat fisikokimia dan sifat organoleptik kesukaan warna

minat baca buku mahasiswa jurusan pendidikan sosiologi angkatan 2014 universitas muhammadiyah Makassar, dan observasi digunakan untuk mengkaji pola perilaku

Salah satu hak asasi yang dimiliki setiap orang sebagaimana yang disebutkan dalam berbagai instrumen hukum nasional dan internasional mengenai hak asasi manusia

Bagi calon karyawan yang telah memenuhi persyaratan akan dihubungi oleh pincap toko supaya datang ketoko pada hari berikutnya untuk tes wawancara, karyawan yang

hari pertama antara kelompok kohort dengan GCS +6lebih kecil dibanding dengan kelompok. kohort dengan CCS 7-8 (489 mg/dl dqn 4.89

1) Banyaknya prosedur ± prosedur atau aturan yang berlaku dipasar juga menjadi masalah dalam pemasaran produk kerupuk amplang ,karena dari hasil penelitian dapat

3. Masih terdapat fanatisme ke- agamaan pada beberapa warga masyarakat Bulu, sehingga mereka tidak mau ikut serta dalam kegiatan pendidikan Is-.. lam yang diselenggarakan