• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI PERENCANAAN MESIN ROLL PRESS UNTUK MENGOLAH RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIFOLIUS) SEBAGAI FILLER MATERIAL KOMPOSIT...01

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR ISI PERENCANAAN MESIN ROLL PRESS UNTUK MENGOLAH RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIFOLIUS) SEBAGAI FILLER MATERIAL KOMPOSIT...01"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

PERENCANAAN MESIN ROLL PRESS UNTUK MENGOLAH RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIFOLIUS) SEBAGAI FILLER MATERIAL KOMPOSIT ...01

PENGARUH VARIASI PUTARAN ROLL PRESS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIFOLIUS) ...12

ANALISIS PENGERINGAN BIJI JAGUNG DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU MENGGUNAKAN METODE DRYER TIPE SILINDER ...20

ANALISIS PERLAKUAN ALKALI SERAT RUMPUT PAYUNG (Cyperus Alternifolius) TERHADAP KEKUATAN LENTUR PLAFON KOMPOSIT DENGAN MATRIX EPOXY ...26

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN TLOGOMAS, KOTAMADYA MALANG, PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN SPESIFIKASI BINA MARGA ...36

SISTEM INFORMASI SURAT KETERANGAN PENDAMPING IJAZAH (SKPI) BERBASIS

WEBSITE MENGGUNAKAN FRAMEWORK CODEIGNITER DI UNIVERSITAS KATOLIK

WIDYA KARYA MALANG ...42

(3)

Tim Redaksi

Penanggungjawab

• Dekan Fakultas Teknik Ketua Redaksi

• Antonius Prisma Jalu P., S.Si., M.Si.

Anggota

• Dr. Nereus Tugur Redationo, S.T., M.T.

• Danang Murdiyanto, S.T., M.T.

• Dr. Ir. Anna Catharina S. P. S., M.Si.

• Benedictus Sonny Yoedono, S.Pd., M.T.

• F. X. Agung Perkasa J., S.Kom., M.M.

• Vinno Christmantara, S.Kom., M.Kom.

Editor dan Sekretaris

• Maria Magdalena Sri P., S.Kom.

Pengantar Redaksi

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa patut kita haturkan kepada-Nya, sebab karena rahmat dan karunia-Nya Jurnal Penelitian “REAKSI” Vol. 01 No. 01 ini bisa terbit. Jurnal REAKSI merupakan fasilitas bagi para peneliti, dosen, dan mahasiswa untuk mempublikasikan karya penelitiannya secara luas.

Berdasarkan visi Universitas Katolik Widya Karya Malang yaitu menjadi komunitas akademik berkualitas dengan menerapkan IPTEKS dalam karya yang dijiwai nilai – nilai Katolik dan Pancasila, jurnal REAKSI merupakan salah satu hasil dedikasi atas visi tersebut. Penelitian yang merupakan salah satu cara dalam mengembangkan dan menerapkan ilmu sehingga dengan adanya jurnal penelitian ini dapat membantu para peneliti untuk mempublikasikan penelitiannya

Akhir kata, semoga kehadiran jurnal REAKSI ini mampu menjadi sarana bagi segenap peneliti dalam mengembangkan ilmu sehingga bisa menjadi inspirasi bagi peneliti – peneliti lain dalam ikut berperan membangun negeri ini

Salam Redaksi

(4)

20 | P a g e ANALISIS PENGERINGAN BIJI JAGUNG DENGAN VARIASI

TEMPERATUR DAN WAKTU MENGGUNAKAN METODE DRYER TIPE SILINDER

Adriel Aristarkus 1, Nereus Tugur Redationo2, Doko Kasmo 3

1Program Studi Teknik Mesin-Fakultas Teknik-Universitas Katolik Widya Karya Email: soe.adriel@gmail.com

ABSTRACT

Corn has an important role as a source of food and medicine, so the quality of corn very important in handling at harvest is useful for use next. To maintain corn quality and resilience, farmers usually dry corn. The process of preserving crop yields most often uses drying techniques by utilizing nature such as utilizing heat from the sun or drying techniques to increase crop yields. But the weather can change very suddenly which will slow down the production process agricultural product. This is a fact based on the need for a corn dryer using energy other than the sun. The drying process can use Lequefied Petroleum Gas (LPG) as a substitute for solar energy by using the Cylinder Type Dryer Method which can be used without depending on weather changes. Generally, corn is harvested at a moisture content of ± 20%. Forced drying is a method of drying corn kernels using the medium of beautiful pipes with the fire of gas and hot air in the space in the pipes being blown or dryer. Data were collected by testing the temperature variations at 40℃, 60, 80℃, with a heating time of 3 hours. The results showed that the ideal temperature for drying corn kernels was at 80℃ because it met the required quality standards with an ideal time of 1 hour 30 minutes.

Keywords: Temperature, corn kernels, final moisture content, Cylinder Type Dryer.

PENDAHULUAN

Jagung memiliki peranan penting untuk sumber makanan dan obat, jadi kualitas jagung sangat bergantung pada penanganan saat panen hal ini berpenggaruh untuk penggunaan selanjutnya.

Untuk menjaga mutu jagung dan ketahanan petani biasanya melakukan pengeringan jagung.

Pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan model penyerapan (absorpsi) ini menjadi sangat urgen saat diterapkan, hal ini dilakukan untuk menjaga agar kandungan karbohidrat dan protein tidak mengalami kerusakan selama proses pengeringan. Saat proses pegeringan dilakukan membutuhkan energi yang masih tinggi, sehingga pada saat proses pengeringan dilakukan menjadi tidak efisien.

Pengeringan makanan dan biji-bijian meliputi beberapa jenis, seperti pengeringan menggunakan panas matahari, pengeringan dengan menggunakan metode pemanasan konveksi meliputi oven dan fluidasi, pengeringan dengan metode vakum, dan pengeringan menggukan metode pendinginan (freeze drying). Pengeringan

dengan menggunakan panas matahari sangat sederhana, metode ini membutuhkan tempat yang luas untuk menjemur jagung dan waktu selama 2 sampai 7 hari tergantung tenaga buruh yang mengerjakan yang tergantung pada cuaca dan produk tidak higienis karena dikerjakan ditempat terbuka. Produk dari metode pemanas matahari ini kurang bahkan tidak laku dipasaran (Mastekbayeva,1998).

Pengeringan dengan metode pemanasan konveksi (oven dan fluidasi) yang udara panasnya dihasilkan dari proses pemanasan dengan bara api, listrik atau gas hasil pembakaran yang lebih handal dan efisien dari peneringan panas matahari. Waktu produksi lebih singkat dengan metode konveksi ini, kehigienisan produk lebih terjaga karena tidak kerkontaminasi dengan udara luar ataupun pekerja, kadar air pada produk dapat dikontrol, tidak bergantung dengan cuaca pada saat proses pengeringan, serta biaya pekerja yang bisa ditekan (kiranousdis dkk, 1996). Tetapi kualitas produk menurun akibat mengalami introduksi panas atau panas yang konstan, efisiensi produk boros energi

(5)

21 | P a g e karena membutukan bahan bakar fosil atau arang.

Kerusakan pada tekstur dan kandugan proteinnya akan terjadi kerusakan bila temperaturnya lebih dari 60⁰ C jika waktu yang digunakan untuk mengeringakan biji jagung terlalu lama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perpindahan panas, perpindahan massa, serta kinerja alat pengering biji jagung menggunakan metode dryer tipe silinder atau radial yang dirancang dengan bahan bakar Lequefied Petroleum Gas (LPG) yang nantinya akan memanaskan pipa sebagai pemanasnya (heater), mengetahui penerapan yang digunakan pada pengeringan serta mekanis untuk menurankan biaya dan waktu operasional dalam proses pengeringan biji jagung. Dan membantu petani ataupun perusahan untuk dapat mengurangi waktu produtifitas khususnya saat pengeringan.

Jagung dipanen dalam keadaan matang yang mengandung kadar air 22% dan dikeringkan secara buatan mencapai 15% untuk disimpan dan dijual.

Jagung dalam matang fisiologis masih dalam kadar air tinggi (diatas 35%), dan terjadi pengeringan jika di biarkan tetap tinggal di batang, hanya saja mudah diserang oleh serangga dan cuaca.

Keamanan selama penyimpanan tergantung pada kondisi biji, jenis, kondisi penyimpanan dan iklim.

Biji jagung dapat disimpanan lebih dari satu tahun jika kadar air 13% (Warisno, 2007). Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dari bahan sampai batas yang ditentukan untuk manghambat perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan.

Dengan pengeringan maka bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan yang lama (Taib, G. et al., 1988). Pengontrolan suhu serta waktu pengeringan dilakukan dengan mengatur kotak alat pengering dengan alat pemanas, seperti udara panas yang dialirkan ataupun alat (Muchamad, 2004).

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam perhitungan ini berlaku beberapa rumus perhitungan sebagai berikut:

a. Menghitung kadar air jagung kering akhir yang diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut:

ωf=[Wjk−Wj0]

Wjk x100% (1)

Keterangan:

ωf = Kadar air akhir jagung (%)

Wjk = Berat jagung setelah dikeringkan (kg) Wj0 = Berat jagung tanpa kadar air 20% (kg) b. Kandungan air setelah jagung dikeringkan

Wf = Wjk 𝑥 ωf (2)

Wf = Wjk − Wj0 (3) Keterangan:

𝑊f = Berat Kandungan air jagung akhir (kg) Wjb = Berat jagung basah hasil panen 1 kg

Kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk pengeringan jagung Qd (kkal)

Qd = Qt + (Qls × N) (4) Dimana:

Qd = Energi pengeringan jagung (kkal) Qt = Energi pemanasan jagung (kkal)

Qls = Energi yang masuk kedalam silinder (kkal) N = Lama pengeringan (jam)

Energi untuk pemanasan jagung Qt (kkal)

Qt = Wjb . Cp jagung (Td − Ta) (5) Dimana:

Cp jagung = Panas jenis jagung (kkal/kg⁰ C) Ta = Temperatur awal jagung (⁰ C)

Td = Temperatur rata-rata udara pengeringan Energi yang masuk kedalam silinder Ql (kkal)

Qls = U. A. ΔTmasuk (6)

𝑈 =

1 𝑙𝑛(𝑟1/𝑟2)

𝑘𝑝𝑙𝑎𝑡 .𝐴𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 + ∆𝑥

𝑘𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 .𝐴1/2 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (7) Dimana;

U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (kkal/m2h.⁰C)

ΔT = Temperatur rata-rata masuk dari pemanas pengeringan (⁰C)

k = Koefisien perpindahan kalor konduksi besi (kkal/mh⁰ C)

r1 = Jari-jari luar r0 = Jari-jari dalam L = Panjang silinder Δx = Diameter lingkaran Asilinder = Luas silinder

A1/2 lingkaran = Luas setengah lingkaran

Kehilangan energi pada proses pengeringan Qlt (kkal)

Qlt = (Qlw + Qlv) × 3 (8) Dimana;

Qlw = Energi yang hilang melalui dinding box pengering (kkal/jam)

N = Lama pengeringan (jam) Kehilangan pada dinding box

Qlv = U. A. ΔTdi dalam box (9) U =

1

∆𝑥

𝑘 . 𝐴 (10)

(6)

22 | P a g e Dimana:

U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (kkal/m2h.⁰ C)

A = Luas box (m2)

ΔT = Temperatur didalam box pengeringan (⁰C) K = Koefisien perpindahan kalor konduksi besi

(kkal/mh⁰ C) Δx = Tebal dinding

Total energi yang dibutuhkan untuk mengeringkan jagung QT (kkal):

QT = Qd + Qlt (11) Kebutuhan Bakar selama proses pengeringan jagung:

Kebutuhan bahan bakar = 𝑄𝑇

𝑁𝐾𝐵𝑘 (12) Dimana;

QT = Total energi yang dibutuhkan untuk mengeringakan jagung per siklus

NKBk = Nilai kalor bakar bahan bakar Kebutuhan Bahan bakar tiap jam (kg/jam) 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝐵 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑗𝑎𝑚 =𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝐵

𝑁 (13) Dimana: N = Lama Pengeringan

Jika bahan bakar yang digunakan merupakan Lequefied Petroleum Gas (LPG) termasuk dalam kategori Lower Heating Value (LHV), karena H2O pada produk pembakaran berbentuk gas.

Sedangkan jika Highest Heating Value (HHV), kategori H2O pada produk pembakaran berbentuk cairan.

Analisis titik impas (Break Even Point) merupakan Analisa yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara volume produksi, volum penjualan, harga jual, biaya produksi serta laba dan rugi. Dengan kata lain Analisa ini merupakan teknik untuk mengetahui besarnya pendapatan dari pengunaan alat pengering biji jagung, sehingga produksi biji jagung kering tidak mengalami kerugian. Nilai BEP dalam jumlah pengeringan dapat dihitung dengan:

𝐵𝐸𝑃 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 (14) Setelah diperoleh nilai BEP dalam jumlah pengeringan, maka dari hasil perhitungan BEP dapat dirubah dalam bentuk Rupiah (Rp) dan nilai BEP dapat dirubah dalam bentuk jumlah bahan yang akan dikeringkan (kg).

METODE PENELITIAN Variabel penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah:

1. Variabel Tetap

kadar air awal ± 20%. Dan berat jagung awal sebesar 1 kilogram.

2. Variabel Bebas

Temperatur sebesar 40℃, 60℃, 80℃ untuk mengeringkan biji jagung.

3. Variabel Terkontrol

Lama waktu dalam pengeringan biji jagung selama 3 jam.

Skema Alat Uji

Gambar 1. Pengering Biji Jagung Metode Dryer Tipe Silinder

Keterangan:

a. Blower merk Sunon 220Volt untuk menghembusakan udara panas kedalam box pengering.

b. Pemanas terbuat dari pipa persegi besi ukuran 2×2 cm.

c. Duct (terbuat dari plat dengan tebal 2 mm).

d. Box pengering biji jagung (terbuat dari plat dengan tebal 2 mm).

e. Silinder / tempat wadah jagung saat dikeringkan (terbuat dari plat kassa tebal 2 mm).

f. Corong untuk memasukan biji jagung.

g. Lubang yang bisa dibuka atau tutup untuk mengeluarkan biji jagung.

h. Thermometer 3 Wipro untuk mengetahui besar temperatur

Gambar 2. Alat Pegering Biji Jagung Peralatan kelengkapan merupakan alat yang digunakan untuk mengoperasikan alat pengering biji jagung selama proses pengeringan bahan seperti berikut:

a. Kompor gas Semar Mawar satu tungku.

b. Lequefied Petroleum Gas (LPG) 3 kg.

c. Korek api Nasional tembak

(7)

23 | P a g e d. Kunci pas dan ring 8 inch, 10 inch, 12 inch, 14

inch.

e. Timbangan Digital Sigma

Cara Kerja Alat Pengering Biji Jagung

Gambar 2. Skema Cara Kerja Alat Pengering Biji Jangung

Cara kerja alat pengering biji jagung yaitu, api dari Lequefied Petroleum Gas (A) melalui kompor akan memanaskan pipa-pipa dalam pemanas tetapi asap atau polusi (B) tidak akan masuk kedalam box melainkan keluar disini terjadi perpindahan panas secara radiasi merupakan panas dari cahaya api, konveksi merupakan panas dari api mengenai permukaan pipa, dan konversi merupakan panas dari permukaan pipa menuju keruang dalam pipa. Blower akan menghembuskan udara luar (C) kedalam pipa-pipa yang kondisinya panas maka udara panas (D) yang keluar akan masuk kedalam box pengering dan akan mengenai silinder disini terjadi perpindahan panas secara konveksi dari ruang pipa menuju permukaan silinder. Setelah Panas tersebut akan merambat masuk kedalam silinder mencapai temperatur yang ditentukan maka biji jagung akan dimasukan kedalam silinder untuk memberi udara panas pada bahan (F) silinder disini terjadi perpindahan panas secara konveksi dari permukaan silinder menuju kedalam silinder.

Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Metode Pengambilan Data

Pengujian yang akan dilakukan untuk mendapatkan distribusi temperatur pada 3 tempat yaitu udara panas masuk A, udara panas pada tabung tempat biji jagung B, dan udara panas pada dinding C. Selama proses pengeringan dengan menggunakan bahan bakar Lequefied Petroleum Gas (LPG) dengan temperatur yang diinginkan 40℃, 60℃, 80℃.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dari pengujian yang dilakukan didapatkan distribusi temperatur pada 3 titik yaitu udara panas masuk A, udara panas di dalam silinder B, dan udara panas pada di dalam box C. Dalam penelitian ini ada toleransi pada rata-rata temperatur di dalam silinder sebesar ± 4oC. Selama proses pengeringan dengan menggunakan bahan bakar Lequefied Petroleum Gas (LPG).

Distribusi Temperatur Pada Siklus Alat pengering biji jagung pada tiap variasi temperatur, disajikan pada Tabel 1. di bawah ini:

Tabel 1. Distribusi Temperatur Pengeringan.

Dari perhitungan persamaan (1) di dapatkan kadar air akhir dari tiap variasi perbandingan, sebagai berikut:

Tabel 2. Kadar air Akhir Jagung

Kebutuhan energi selama proses pengeringan merupakan energi dan jumlah bahan bakar untuk memanaskan biji jagung selama proses penguapan kadar air dengan 3 variasi temperatur, dapat diketahui melalui perhitungan persamaan (4) hingga (13), dengan penambahan data sebagai berikut:

Jari-jari luar (r1) = 10 cm = 0,1 m Jari-jari dalam (r0) = 9,8 cm = 0,098 m

(8)

24 | P a g e Koefisien perpindahan kalor konduksi plat (k)

= 45,4 kkal/mh oC →(1 kkal/mh oC = 1,163W/m oC) Panjang silinder (L) = 34 cm = 0,34 m

Luas Silinder (A) = 2

πr

(r + L)

= 2 x 3,14 x 10 (10 + 34) = 2763,2 cm2 = 0,28 m2 Luas box (A) = [2(pl + lt + pt)] – Luas lubang

= [2((40×40) + (40×60) + (40×60))] – (45×40)

= 11.000 cm2 = 1,1 m2

Tebal dinding (∆x) = 2 mm = 0,002 m Tebal silinder (∆x) = 2 mm = 0,002 m

Cpjagung = 0,486 kkal/kg oC

Dari hasil perhitungan maka dapat digambarkan kebutuhan energi selama proses pengeringan, yang disajikan pada Grafik 1. di bawah ini:

Grafik 1. Kebutuhan Energi Selama Proses Pengeringan

Pembahasan

Setelah melakukan pengujian spesimen dan pengolahan data, maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut:

Grafik 2. Perbandingan Kadar Air Biji Jagung Pada 3 Variasi Temperatur

Gambar 4. Tekstur Biji jagung hasil pengeringan

Berdasarkan perhitungan kadar akhir untuk memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia 9%-12% bias diperoleh pada variasi temperatur 60oC di waktu kisaran 3 jam dan 80oC pada waktu kisaran 1 jam 30 menit. Dalam variasi 60oC membutuhkan energi sebesar 4507,37 kkal dan dalam variasi temperatur variasi 80oC membutuhkan energi kalor sebesar 3281,6 kkal.

Dilihat dari Gambar 4. B dengan waktu 3 jam dan pada Gambar 4. C dalam waktu 1 jam 30 menit tekstur biji jagung sangat baik dapat dilihat dari warna biji jagung yang masih mengkilat. Dari asumsi tersebut maka temperatur yang ideal berada pada variasi 80oC. Untuk hasil dari 80oC kadar biji jagung mampu mencapai 3,75%, hasil tersebut mampu melebih kadar air biji jagung yang dimanfaatkan sebagai benih, dimana benih harus memenuhi kadar air sebesar 8%.

Dari rujukan Tabel 2. waktu yang ideal untuk mengeringkan biji jagung tergantung pada besar temperatur yang digunakan dalam pengeringan. Dalam penelitian ini waktu yang ideal adalah 1 jam 30 menit dengan temperatur 80\degc karena dengan waktu tersebut hasil produksi dapat lebih cepat dibandingkan 3 jam dengan temperatur 60oC untuk mencapai kadar air biji jagung akhir 9%-12%.

Untuk menghitung analisa biaya yang terjadi pada 1 variasi temperatur yang mampu mencapai kekeringan Standart Nasional Indonesia SNI 01-3173-1992 yaitu pada variasi temperatur 80℃, perlu dilihat data-data sebagai berikut:

Waktu (N) = 1 jam 30 menit 1. Biaya produksi

Biaya bahan baku biji jagung per siklus (Rp) Harga 1 kg jagung pipilan = Rp 3000 Bahan bakar (LPG)(3kg) = Rp 17.000

=𝑅𝑝.17.000

3 = 𝑅𝑝. 5.666, − Kebutuhan pada pengeringan

= 0,2904 kg x Rp 5.666 = Rp 1.645 Biaya variabel Rp 3.000 + Rp 1.645 = Rp 4.645 Total biaya produksi = Rp 3.000.000 + Rp 4.645

= Rp 3.004.645,- 2. Biaya penerima

Biaya penerimaan adalah biaya yang diterima melalui proses penjualan jagung yang telah dikeringkan. Biaya penerimaan ini dihitung untuk satu kali produksi pengeringan jagung.

Harga 1 kg jagung pipilan kering = Rp 3.400 Jadi Analisis Titik Impas (Break Even Point)

40oC A

B C

(9)

25 | P a g e BEP = Biaya tetap

Biaya Penerimaan − Biaya Variabel

BEP = 𝑅𝑝.3.000.000

𝑅𝑝.3.400 − 𝑅𝑝.4.645 = −2.409

Dari hasil perhitungan di atas, nilai BEP untuk pengeringan jagung dengan menggunakan bahan bakar kerosin adalah -2.409 kali pengeringan. Jadi dari segi biaya, pengeringan dengan menggunakan bahan bakar Lequefied Petroleum Gas mengalami kerugian. Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan menambah jumlah berat dalam satu siklus pengeringan biji jagung.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisi data yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Temperatur ideal untuk pengeringan biji jagung adalah 80℃ karena memenuhi standar pengeringan jagung.

2. Waktu yang ideal untuk pengeringan biji jagung adalah 1 jam 30 menit dengan menggunakan temperatur 80℃.

Saran

Adapun saran yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya temperatur untuk pengeringan biji jagung mampu dikondisikan agar tetap konstan.

2. Sebaiknya silinder penempatan biji jagung mampu berputar secara berkelanjutan (otomatisasi).

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Y. P., 2010 Perencanaan dan Pengujian Alat Pengering Jagung Dengan Tipe Cabinet Dryer Untuk kapasitas 9 kg Per- Silklus. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Brooker, D.B., Bakker-Arkema, F.W. dan Hall, C.W., 1992, Drying and Storage of Grains and Oil Seed. 4th edition, van Nostrad USA

Canene-Adam K., Clinton, S.K., King, J. L., Lindsheild, B. L., Wharton C., Jeffery, E.

& Erdman, J. Jr. 2004. The growth of the Dunning R-3327-h transplantable prostate adenocarcinoma in rats fed diets containing tomato, broccoli, lycopene, or receiving finasteride treatment, FASEB J.

18: A886 (159.4).

Diswandi Nurba, Dyah Wulandani, Y. Aris Purwanto, Raffi Paramawati, Leopold O.Nelwan. 2016. Analisis Sebaran Kadar Air Jagung Selama Proses Pengeringan

dalam In-Store Dryer (ISD). Bogor:

Institut Pertanian Bogor

Effendi, S. dan Sulistiati, N., 1991, Bercocok Tanam Jagung. CV Yasaguna, Jakarta Holman, Jp. 1998. Perpindahan Kalor. Penerbit

Erlangga. Edisi Keenam. Jakarta

Kiranoudis C.T.; Maroulis Z.B.; Marinos-Kouris D. Drying of solids: Selection of some continuous operation dryer types.

Computer & Chem. Eng. 1996, 20, Supplement 1, S177-182

Lilik T.Mulyantara, Leopold O.Newan, S. Endah Agustina, Teguh W.Widodo

Mastekbayeva G.A; Leon M.A; Kumar S. (1998).

Performance evaluation of a solar tunnel dryer for chilli drying. ASEAN Seminar and Workshop on Drying Technology, Bangkok, Thailand; 3-5 June

Moran, Michael j., Shapiro, Howard N.2004.

Termodinamika Teknik Jilid 2. Erlangga.

Edisi Keempat. Jakarta

Muchamad Taufiq. 2004. Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Pengeringan Jagung Pada Pengeringan Konvensional Dan Fluidized Bed. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Schwartz, M.M. (1984). Composite Materials Handbook. McGraw-Hill Book Co., New York.

Warisno. 2007. Budidaya Jagung Manis Hibrida.

Kanisius, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

maka dilakukan penelitian mengenai analisis teknis dan ekonomi terhadap alat pengering biji kenari khususnya alat pengering tipe cabinet dryer untuk mengetahui kadar

Alat penukar panas atau Heat Exchanger adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi

Untuk mengoptimalkan penggunaan dari mesin pengering ikan ini yang semula memiliki kecepatan 1500 RPM yang mampu melepaskan kalor sebesar 82 W dengan efisiensi 19 % maka

karyawan divisi Body Repair PT Agung Automall Pekanbaru. Hal ini dilihat dari nilai pada kolom signifikansi < dari level of significant yaitu 0,000 < 0,05 hal ini menunjukkan

Sedangkan berdasarkan PASAL 1 Angka 14 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat

Tujuan Mengecek apakah aplikasi dapat menggerakkan karakter dalam lingkungan virtual sesuai dengan gestur tangan yang telah ditentukan serta sesuai dengan arah

Beberapa latar belakang masalah yang dialami oleh suatu perusahaan dengan berpatokan pada adanya peran penting dari kualitas produk dan kualitas layanan pada suatu

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi siswa terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMPN 1 Teupah Barat Kabupaten Simeulue, yakni didapat