• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun dan Diajukan Oleh. Asriani Nomor Stambuk :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Disusun dan Diajukan Oleh. Asriani Nomor Stambuk :"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN POLISI KEHUTANAN DALAM PENCEGAHAN ILLEGAL LOGGING DI DESA KO’MARA KECAMATAN POLUT KABUPATEN TAKALAR

Disusun dan Diajukan Oleh Asriani

Nomor Stambuk : 10564 01547 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

ii

HALAMAN PENGAJUAN

PERAN POLISI KEHUTANAN DALAM PENCEGAHAN ILLEGAL LOGGING DI DESA KO’MARA KECAMATAN POLUT KABUPATEN TAKALAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh Asriani

Nomor Stambuk : 10564 01547 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi ABSTRAK

Asriani. Peran Polisi Kehutanan Dalam Pencegahan Illegal logging di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar (dibimbing oleh Abdul Kadir Adys dan Nuryanti Mustari).

Pengawasan adalah fungsi dalam menajemen fungsional yang harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan/manejer semua unit/satuan kerja terhadap pelaksanaan pekerjaan terhadap lingkungannya. Oleh karena itu berarti setiap pemimpin/ manejer memiliki fungsi yang melekat di dalam jabatannya untuk melaksanakan pengawsan terhadap pelaksanaan pekerjaan atau personil yang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok masing-masing.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif dengan bertujuan penelitian memilh sampel secara sengaja,6(enam).orang sebagai informan yang terdiri dari polisi kehutanan dan masyarakat setempat di Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Data dikumpulkan dengan observasi dan dokumentasi serta dikembangkan dengan wawancara informan.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Perlindungan yang dilakukan polisi hutan belum maksimal dimana perlindungan dilakukan tidak hanya pada usaha meminimalkan penebangan pohon yang ditebang bagi pelaku yang memiliki izin.

2) Penyidikan yang dilakukan oleh polisi hutan akan semakin kuat disamping pencegahan penebangan pohon secara liar di kawasan hutan sehingga akan memudahkan perlindungan dengan adanya ketentuan pasal 107 KUHAP akan sangat membantu polisi kehutan dalam penyidiakn atas tindak pidana penebangan pohon secara liar dan.3) Penindakan atas tindak pidana penebangan pohon secara liar dikawasan hutan telah di atur oleh Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas pasal 2 ayat (1) menyebutkan” setiap ornag yang secra melawan hukum yang melakukan perbuatan memperkaya diri yang dapat merugikan keuangan Negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 2000.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah).Dengan demikian maka penebangan pohon secara liar dikawasan hutan akan dapat diatasi. Adapun factor- faktor yang mempengaruhi peran polisi hutan di antaranya meliputi factor luas kawasan hutan, keterbatasan personil,polisi hutan, kesadaran masyarakat, dan sara dan prasarana.

Kata Kunci: Polisi hutan,Pengawasan ,Illegal logging.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

“Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Puji syukur penulisan panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat limpah rahamat dan karunia-Nya semoga kita senantiasa berada dalam lingdungan- Nya.Teririrng salam dan salawat pada junjungan Rasulullah SAW dan keluarga yang di cintainya beserta sahabat-sahabatnya,sehingga skripsi yang berjudul

“Peran Polisi Kehutanan Dalam Pencegahan Illegal Logging di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten takalar” dapat penuliasan diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu. Penulisan menyusun skripsi ini sebagai karya ilmiah yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar serjana pada program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulisan menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi isinya. Untuk itu, penulisan menerima segala bentuk usul, saran atau kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan berikutnya. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulisan tidak terlepas dari berbagi rintangn, mulai dari pengumpulan literatul, pengumpulan data pada sampi pengelolaan data maupun dalam tahap penulisan. Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, baik material maupun moril, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada

(8)

viii

waktunya. Pada kesempatn yang baik ini pula, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan pengharaan kepada:

1. Abdul Kadir Adys. SH.MM, selaku Pembimbing I, yang telah mendidik, membantu, dan mengarahkan penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

Dan Ibu Nuryanti Mustari S.IP .M.Si, selaku pembibing II, yang telah melungkan waktu membimbing dan mengarahkan penulisan serta memeberikan motivasi dan mengarahkan hingga penyelesain skripsi ini.

2. Bapak DR.H.Muchils Madani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh stafnya.

3. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP , M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh stafnya.

4. Bapak DR. H Irwan Akib, M.Pd selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesiakan studi starata Satu (SI) yang telah membina Universitas ini dengan sebaik-baiknya.

5. Bapak Polisi kehutanan beserta Anggotanya dan Masyarakat Desa. Terima kasih atas segala kerjasama dan bantuan yang telah diberikan selam penlisan dan melaksanakan penelitian.

6. Untuk kedua orang tuaku Muhammad Dg Gassing dan ibunda tercinta B.

Dg tanang yang selam ini selalu membimbing serta mengarahkan kearah yang lebih baik, dan telah memberikan dukungan moril serta pengorbanan

(9)

ix

materi selam ini dengan sabar mengajariku disetiap kesalahanku. Untuk kasih sayang yang selalu diberikan. Terima kasih untuk semuanya.

7. Suamiku tercinta Hendra yang selama ini yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan motivasi beserta kasihsayangnya.

8. Seluruh keluarga besar yang senantiasa memeberikan motivasi dan bantuannya kepada penulis untuk menyelesaikan studi, terima kasih atas bantuan moril dan materi yang selalu diberikan kepada penulis

9. Terima kasih teman-teman sekelas dan sahabat-sahabatku yang tak dapat kusebut satu persatu.

Selain itu, penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam- dalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak penulis menginjakkan kaki pertama kali di Universitas Muhammadiyah Makassar hingga selesainya studi penulis. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga semua ini dapat bernilai ibadah disisi-Nya sekian dan terimakasih.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 27 April 2015 Asriani

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep dasar teori peran ... 7

1. Pengertian Peranan ... 7

2. Polisi Hutan ... 10

3. Peraturan Perlindungan Hutan ... 13

4. Jenis-jenis Hutan Menurut Fungsinya ... 20

5. Pelaksanaa Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Kawasan ... 21

6. Usaha-usaha Mengatasi Kerusakan Hutan ... 23

7. Peraturan terkait Perlindungan Hutan ... 29

8. Sarana dan Prasarana Pengamanan ... 34

B. Kerangka Pikir ... 35

C. Fokus dan Deskripsi ... 38

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 38

(11)

xi BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 40

B. Tipe dan Jenis Penelitian ... 40

C. Informan ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 42

F. Keabsahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakter Objek Penelitian ... 45

B. Informan Penelitian ... 48

C. Faktor Penghambat ... 67

D. Faktor pendukungpolisi hutandalam pencegahan ilegal logging di desa Ko’mara kecamatan polongbangkeng utara kabupatn Takalr ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hutan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang diberikan untuk kita, yang dapat memberikan manfaat multiguna kepada manusia yang wajib disyukuri, diurus dan dijaga kelestariannya. Hutan merupakan kekayaan alam yang tidak ternilai harganya karena dapat memberikan manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi.Untuk itu hutan harus dikelola secara professional agar manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Dengan nilai ekonomis yang tinggi ada saja orang yang berlomba untuk dapat memetik manfaat hutan secara instan dengan mengeluarkan modal yang sekecil-kecilnya dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan aspek legalitas, keadilan dan kelestarian hutan.

Masalah yang sering terjadi dalam hutan yaitu penebangan liar (illegal logging) yang dimana merupakan suatu rangkaian kegiatan penebangan dan pengangkutan kayu ke tempat pengolahan hingga kegiatan ekspor kayu yang dilakukannya secar tidak sah karena tidak mempunyai ijin dari pihak yang berwenang. Perbutan yang demikian bertentangan dengan hukum yang berlaku dan dipandang sebagai suatu perbutan yang dapat merusak hutan dan berdampak pada timbulnya kerugian baik dari aspek ekonomi, ekologi maupun sosial budaya.

1

(13)

2

Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang kehutanan Nomor 41 Tahun 1999, disubutkan bahwa kerusakan hutan adalah terjadinya perubahan fisik hutan, sifat fisik atau hayatinya yang menyebabkan hutan terganggu atau tidak dapat berperan sesuai fungsinya. Perusakan hutan adalah suatu tindakan nyata yang melawan hukum dan bertentangan dengan kebijakan atau tanpa persetujuan pemerintah dalam bentuk perijinan yang dapat menimbulkan dampak negatif (merugikan) negara dan masyarakat serta lingkungan hidup.

Sebagai suatu negara yang memiliki hutan yang luas, pemerintah dihadapkan dengan berbagai masalah. Salah satu masalah yang paling krusial adalah permasalahan kerusakan hutan yang disebabkan oleh penebangan liar atau lebih dikenal dengan istilah illegal logging.

Seperti yang terjadi di Desa ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, yang dimana telah mengalami kerusakan hutan dan lahan yang cukup serius disebabkan oleh penebangan liar (illegal logging).Dengan adanya masalah penebangan liar (illegal logging) yang ada di Deasa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar telah mengakibatkan bencana alam yang berulang-ulang seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan.

Bencana tersebut telah menimbulkan kerugian besar berupa kerusakan infrastruktur, berbagai aset pembangunan serta tergangtungnya tatanam kehidupan masyarakat. Penyebab utama terjadinya bencana tersebut adalah kerusakan lingkungan.Untuk menanggulangi hal tersebut perlu dilakukan perlindungan, pengawasan lahan dan hutan. Menurut data Dinas Kehutanan Kabupaten

(14)

3

Takalar.Pada tahun 2012 luas hutan yang rusak tidak dapat berfungsi secara optimal.

Sejalan dengan itu pemerintah Kabupaten Takalar telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi dan mengawasi kawasan hutan dalam berbagai permasalahan yang timbul melalui Tim Koordinasi pengamanan Hutan Terpadu (TKPHT) yang bekerja sama dengan polisi Hutan dalam menjaga atau melestarikan hutan lindung yang ada di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. melakukan berbagai upaya kegiatan merehabilitasi hutan dan lahan seperti penghijauan dan reboisasi, gerakan kecil menanam dewasa memanen. Di setiap Desa yang ada di Kabupaten Takalar melakukan kegiatan sosialisasi ke masyarakat untuk menanam pohon-pohon sebanyak 25.0000 batang tiap desanya. Namaun upaya tersebut belum berjalan dengan efektif dan efesiensi. Perlindungan hutan ini tidak hanya dalam membentuk, mencegah dan membatasi kerusakan hutan, tetapi juga mempertahankan hak-hak Negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan dan hasil hutan serta investasi yang perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Penyelenggaraan perlindungan hutan dan pengelolaan hutan dan mencegah terjadinya kerusakan hutan dari praktek-praktek illegal logging oleh manusia yang bertanggung jawab di perlukan adanya penjagaan dan pengawasan oleh aparat yang berwenang, dalam hal ini adalah polisi hutan Kabupaten Takalar. Disahkannya Undang-undang kehutanan harus mampu di jadikan sebagai senjata bagi aparat penegak hukum menindak para pelaku illegal logging Penegak

(15)

4

hukum yang tegas dan tanpa pada bulu sepanjang sesuai koridor hukum yang diyakini akan dapat menimalisir praktek illegal logging Pada pasal 51 ayat (1) Undang-undang kehutanan ditentukan bahwa untuk menjamin terselanggaranya perlindungan hutan, maka kepada pejabat kehutanan tertentu sesuai dengan sifat pekerjaan yang diberikan wewenang kepolisian khusus.

Menyadari arti pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup bagi umat manusia pada umunya, masyarakat Kabupaten Takalar khususnya di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara. Maka mutlak melakukan pelestarian hutan serta melindungi keberadaanya demi kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri sehingga dapat mencegah aksi para pelaku illegal logging. Yang hanya mencari keuntungan pribadi semata.

Berdasarkan urain tersebut, penulis termotivasi untuk melakukan suatu kajian ilmiah dalam bentuk penelitian yang sistematis dan mendasar dengan judul

“Peran Polisi Hutan Dalam Pencegahan Illegal Logging di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari masalah Polisi Kehutanan di atas, penulis dapat mengemukakan rumusan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana Peran Polisi Kehutanan (Polhut) dalam Pencegahan illegal logging di Desa Ko”mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ?

(16)

5

b. Faktor-Fakator apa saja yang menghambat Polisi Kehutanan (Polhut) dalam pemberantasan illegal logging di Desa Ko”mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ?

C. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Peran Polisi Kehutanan dalam pencegahan illegal logging di Kesa Ko”mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

b. Untuk mengetahui faktor yang menghambat Polisi Kehutanan dalam pemberantasan illegal logging di Desa Ko”mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan manfaat bagi tugas, fungsi dan wewenang Polisi Kehutanan di Desa Ko”mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat secara teoritis bagi peneliti lain yang meneliti hal-hal yang hampir bersamaan atau melanjutkan penelitian tentang Polisi Kehutanan di Desa Ko”mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar .

b. Manfaat Praktis

Adapun mamfaat praktisnya adalah:

1) Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat secara praktis bagi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Takalar untuk pengambilan

(17)

6

kebijakan kinerja Polisi Kehutanan menangani penegakan hukum di Desa Ko”mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

2) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi mamfaat secara praktis pada dinas-dinas terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan tentang peranan Polisi Kehutanan di Desa Ko”mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

(18)

7

BAB II

TINJAUN PUSTAKA A. Konsep Peran Polisi Hutan

1. Pengertian peranan

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisah- pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menentukan pada fungsi, penyusaian diri dan sebagai suatu proses (soerjono soekanto, 200:268-269)

Menurut Soerjono Soekonto (2002:441), unsur-unsur peranan atau role adalah:

a. Aspek dinamis dari kedudukan b. Perangkat hak-hak dan kewajiban

c. Perilaku sosial dari dari pemegang kedudukan d. Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang

Hubungan-hubungan soosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu sendiri di atur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.jadi seorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Peran mencakup tiga hal yaitu:

7

(19)

8

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang sebagai organisasi

b. Membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai Organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto 2002:246)

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu- individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu:

a. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak di pertahankan kelangsungannya.

b. Peranan tersebut diletakkan pada individu-individu yang oleh masyarkat dianggap mampu melaksanakan. Mereka harus lebih dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan perannanya sebagai sebagaimana diharpakan oleh masyarakatnya, karena mungkin pelaksanakannya melakukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak .

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perannanya, belum tentu masyarakat akan memberikan peluang-peluang yang seimbang, bahakan seringkali terlihat betapa masyarakat membatasi peluang-peluang tersebut.(Soerjono Soekanto 2002:247).

Menurut komaruddin (1994:768), yang di maksud peranan yaitu:

(20)

9

a. Bagaian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam manajeman

b. Pola penilain yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

c. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok pranata.

d. Fungsi yang diharpakan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada apanya.

e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Peran disini adalah suatu yang mamainkan role, tugas dan kewajiban, peran merupakan sesuatu yang di harapkan lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat memeberi pengaruh pada lingkungan tersebut. Permasalahan yang dihadapi ini disini adalah tentang permasalahan kemiskinan yang mengakibatkan perpecahan dalam keluarga dan permasalahan perekonomian dimana sebagai akibatnya adalah keterlantaran anak serta kekurangan kasih sayang dan perhatian yang seharusnya diperoleh anak dari keluarganya. Sebagaimana kita ketahui keluarga adalah bagian terkecil dalam masyarakat yang sangat mempengaruhi pertumbuhan perkembangan watak, mental, karakteristik, atau kepribadian anak

Begitu pentingnya peranan keluarga dalam perkembangan dan pertumbuhan anak maka fungsi keluarga haruslah tercukupi agar perkembangan serta pertumbuhan anak dapat berkembang dengan baik dan tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi pernan menunjukkan keterlibatan diri atau keikutsertaan individu, kelompok yang melakukan suatu usaha untuk

(21)

10

menapai tujuan tertentu atas suatu tugas atau bukti yang sudah merupakan kewajiban dan harus dilakukan sesuia dengan kedudukannya.

2. Konsep Polisi Hutan a. Pengertian Polisi Hutan

Menurut Zain (1997:54) polisi hutan atau jagawana adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Kehutanan dan instansi yang diberikan tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh perlindungan hutan yang pusat yang berwenang untuk melaksanakan perlindungan hasil hutan.

Dalam pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan, ynag dimaksud dengan Polisi Kehutanan adalah pejabat tertentu dalam lingkungan instansi kehutanan pusat dan daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya, meyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha perlindungan hutan yang oleh kuasa undang-undang diberikan wewenang kepolisian khususnya di bidang kehutanan perusakan dan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Polisi Hutan merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab atas pengamatan hutan. Polisi kehutanan indonesia atau biasa disebut polhut adalah nama sebuah jabatan fungsional dalam lingkungan pegawai instansi kehutanan pusat maupun daerah.polisi ini bukan merupakan bagian dari kepolisian Negara Republik Indonesia. Sesuai dengan namanya, polisi ini mempunyai tugas khusus yaitu menjaga usaha perlindungan hutan. Karena sifat pekerjaannya dalam menjaga usaha perlindungan hutan maka pejabat tertentu diberikan wewenang kepolisian khusus di bidang kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati

(22)

11

dan ekosistem. Pembina polisi hutan dilakukan oleh Kementerian Kehutanan Indonesia, sedangkan struktur operasional disesuaikan dengan perangkat pemerintah daerah.

b. Tugas Polisi hutan

Polisi hutan merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab atas pengamanan hutan dari bahaya perusakan hutan. Tugas pokok polisi kehutanan adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau, dan mngevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan serta peredaran hasil hutan.(pasal 4 Permanpam/Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor. 17 2011).

Adapun fungsi polisi hutan menurut Zain (1997:55), sebagi berikut:

a. Menegakkan dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan hasil hutan yang disebabkan perbuatan manusia, binatang ternak dan lain-lain

b. Mempertahankan dan menjaga hal-hal Negara atas hutan dan hasil hutan.

c. Peran Polisi Hutan

Untuk melindungi hutan dari praktek-praktek pencurian dan penebangan liar, polisi hutan harus melaksanakan fungsinya dengan baik. Adapun fungsi polisi hutan menurut Zain (1997:56), adalah sebagai berikut:

a. Menjaga keutuhan batas kawasan hutan

b. Melarang penduduk dalam pengerjaan lahan hutan tanpa izin dan wewenang yang sah.

c. Melarang pengelolaan tanah hutan secara tidak sah yang dapat ,menimbulkan kerusakan tanah.

(23)

12

d. Melarang penebangan tanpa izin

e. Melarang pemungutan hasil hutan dan perburuan satwa liar tanpa izin f. Mencegah kebakaran hutan dan pembakaran hutan tanpa izin

g. Melarang pengangkutan hasil hutan dan perburuan satwa liar tanpa izin, melarang pengembalaan ternak atau rumput yang serupa dari dalam hutan kecuali terdapat kawasan yang disediakan untuk itu.

h. Mencegah dan menaggulangi kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan daya alam, hama dan penyakit.

i. Mencegah terjadinya kerusakan sumberdaya alam hayati dan lingkungan j. Mencegah terjadinya kerusakan terhadap bangunan-bangunan dalam

rangaka upaya konservasi tanah dan air.

d. Fungsi polisi hutan

Fungsi polisi hutan yaitu terhadap sosialisasi dalam menjaga kelestarian hutan lindung menurut Zain (1997:57) yakni:

a. Sebagai bentuk antisipasi kepada suatu yang di anggap penting bagi kalangan tertentu tidak terkecuali para petugas polisi hutan lindung.

b. Menjaga kerusakan hutan dari segala bentuk potensi yang di timbulkan oleh masyarakat.

c. Mempertahankan atau memulihakan kelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya.

3. Peraturan Perlindungan Hutan

Dalam ketentuan umum Bab I pasal 1 (satu) dalam keputusan kepala badan kepegawaian Negara tentang jabatan fungsional polisi kehutanan

(24)

13

menyatakan bahwa polisi kehutanan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan perlindungan dan pengamanan hutan serta peredaran hasil hutan. Dalam keputusan diatas dan terdapat juga berbagi macam pengertian sebagai berikut:

a. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselanggarakan secara terpadu.

b. Kepolisian kehutanan adalah proses perlindungan dan pengawasan peredaraan hasil hutan untuk menjamin pelestarian hutan dan lingkungannya serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

c. Pejabat yang berwenang mengangkat, membebaskan sementara dan memberhentikan dalam pejabat polisi kehutanan adalah pejabat pembina kepegawain masing-masing instansi atau pejabat lain yang ditujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Instansi pembina Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan adalah Departemen Kehutanan.

Untuk menjamin tingkat kinerja polisi kehutanan dalam mencapai angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat, maka pengangkatan polisi kehutanan harus memperhitungkan keseimbangan antara beban kerja dengan jumlah polisi kehutanan sesuai jenjang jabatannya selanjutnya harus didasarkan pada formasi yang ditetapkan Meteri pendayagunaan, Aparatur Negara setelah mendapat

(25)

14

pertimbangan teknis kepala Badan Kepegawaian Negara Polisi Kehutanan diberhentikan jabatannya apabila:

a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali jenis hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat,

b. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatnnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1), tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.

c. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan.

Unsur dan sub unsur kegiatan jabatan fungsional polisi kehutanan terdiri dari:

1. Pendidikan, meliputi:

a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar

b. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang kepolisian kehutanan dan memperoleh surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan

2. Perlindungan dan pengamanan hutan, meliputi:

1. Penyusunan rencana kerja perlindungan dan penagamanan kawasan 2. Pelaksanaan tindak preventif melalui pembinaan dan bimbingan

masyarakat.

3. Pelaksanaan penjagaan, patrol dan operasi 4. Pelaksanaan penyidikan

(26)

15

5. Sebagai saksi/ saksi ahli 6. Pelaksaan gelar perkara

7. Penanggulangan ganguan satwa dan biota air 8. Penyusunan data dan kondisi kawasan konservasi

9. Pelaksanaan pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran hutan lahan.

10. Pengawasan peredaran hasil huran, tumbuhan dan satwa 11. Pengembangan profesi

12. Pendukung kegiatan polisi kehutanan.

Tugas pokok polisi kehutanan (pasal 4 Kepmenpan No.

55/KEP/MEMPAN/7/2003) adalah menyiapkan ,melaksanakan, mengembangkan, memantau, dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan serta peredaran hasil hutan.

Untuk meningkatkan kemampuan polisi kehutanan secara profesional sesuai kompetensi jabatan, departemen kehutan selaku instansi pembina, antara lain melakukan:

a. Penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis fungsional bagi polisi kehutanan.

b. Penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis fungsional bagi polisi kehutanan.

c. Penetapan standar kompetensi jabatan polisi kehutanan.

d. Penyusunan formasi jabatan polisi kehutanan.

e. Pengembangan system informasi jabatan polisi kehutanan dan

(27)

16

f. Fasilitas penyusunan dan penetapan etika profesi polisi kehutanan.

Wewenang polisi kehutanan di antaranya :

a. Mengadakan patroli/perondaan didalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.

b. Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan didalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.

c. Menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan

d. Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.

e. Dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada yang berwenang.

f. Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan. (pasal 51 ayat (2) UU No. 41 th 1990) polis kehutanan atas perintah pimpinan berwenang untuk melakukan penyidikan, dalam rangka mencari dan menangkap tersangka.(PP No.45 tahun 2004).

Jenjang jabatan polisi hutan dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah:

a. Polisi kehutanan pelaksanaan pemula;

Adalah polisi kehutanan yang terdiri dari pangkat pengatur mudah dan golongan ruang II/a

(28)

17

b. Polisi kehutanan pelaksanaan;

Adalah polisi kehutanan yang terdiri dari pangkat muda Tk,I, dan golongan ruang, II/b, pangkat pengatur dan golongan II/c serta pangkat pengatur Tk.I dan golongan ruang II/d.

c. Polisi kehutanan pelaksanaan lanjutan;

Adalah polisi kehutanan yang terdiri dari pangkat penat muda dan golongan ruang III/a, pangkat penata Muda Tk, I dan golongan III/b.

d. Polisi kehutan penyelia

Adalah polsi kehutan yang terdiri dari pangkat penata dan golongan ruang III/c, pangkat penata Tk I dan golongan III/d 2.3 upaya perlindungan pengamanan kehutanan.

Tingginya laju kerusakan hutan yang disebabkan oleh perambahan dan penebangan liar ini sangat mengkhwatirkan, karena berdampak pada ketidakseimbangan dan kerusakan ekosistem dan tata. Daerah Aliran sungai (DAS) serta terganggunya kehidupan masyarakat sekitar hutan. Apabila hal ini tidak di atasi secara tepat maka sumber daya hutan akan bertambah rusak dan akan mempengaruhi iklim global. Pengerusakan hutan oleh masyarakat ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya:

a. Rendahnya kesadaran dan keinginan masyarakat sekitar hutan untuk mencegah kegitan-kegiatan perusakan hutan.

b. Kemiskinan dan pengangguran di Desa sekitar hutan dimanfaatkan oleh investor/pemodal dengan memprovokasi masyarakat untuk mengekploitasi hasil hutan dan penyorobotan lahan.

(29)

18

c. Kurangnya kebijakan dan pengawasan yang menandai terhadap gangguan keamanan hutan.

d. Rendanya ketegasan dan penegakan hukum terhadap pelaku yang melanggar Undang-undang dibidang kehutanan.

e. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan kegiatan- kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan.

Tingginya tingkat laju kerusakan hutan tersebut tidak terlepas dari upaya pengamanan dan keberadaan tenaga pengamanan hutan (polisi kehutanan). Polisi kehutanan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan di Kabupaten Takalar saat ini sebagai besar diantar tenaga polisi kehutanan yang ada sebagian sudah berusia lanjut sehingga kurang maksimal dalam operasional pengamanan di lapangan, untuk mengawasi kawasan hutan seluas 53,017,46 Ha, dari luas kawasan hutan tersebut menurut fungsinya terdiri dari hutan 1,1400 Ha.

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 62 tahun 1998 tentang penyerahan sebagai urusan pemerintah di bidang kehutanan kepada daerah selanjutnya Undang-undang Nomor 32 tahum 2004 tentang pemerintahan daerah sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah pengganti Undang- undang (Perpu) Nomor 3 tahun 2005 bahwa taman nasional, Hutan wisata alam (HWA) secara teknis merupakan tanggungjawab Departemen Kehutanan tetapi secara administrasi kewilyahan merupakan tanggungjawab pemerintah Kabupaten Takalar. Sehinnga secara langsung pengawasan terhadap ( taman nasional kerinci seblat) TNKS maupun HWA (hutan wisata alam), juga merupakan tanggung

(30)

19

jawab pemerintah khususnya Dinas Kehutanan dan perkebunan yaitu polisi kehutanan.

Jumlah polisi kehutanan kontrak dinas kehutanan dan perkebunan saat ini 60(enam puluh) orang, sedangkan polisi kehutanan Pegawai Negeri Sipil 8(delapa) yang rata-rata sudah berusia lanjut, dengan jumlah tersebut polisi kehutanan mengawasi idealnya rata-rata 1000 -1500 Ha dari luas kawasan hutan seluas 53,017,46. Ha

Semua hutan didalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat penguasa hutan oleh Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memeberi wewenang kepada pemerintah untuk:

a. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.

b. Menetapkan status wilyah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai kawasan hutan, dan

c. Mengatur dan menetapkan hubungan antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.

Didalam undang-undang tentang Kehutanan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 (satu) Terdapat beberapa uraian:

a. Hutan adalah suatu kesatuan okosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan dalam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

(31)

20

b. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkuat paut dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang dilaksankan secara terpadu.

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditujukan dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

c. Hasil hutan ,benda-benda hayati, nonhayati dan turunnya, serta jasa yang berasal dari hutan.

4. Jenis-Jenis Hutan Menurut Fungsinya

Hutan LindungYaitu kawasan hutan, karena sifat alamnya digunakan untuk:

1) Mengatur tata air.

2) Mencegah terjadinya banjir dan erosi.

3) Memelihara kesuburan tanah.

a. Hutan Produksi

Yaitu kawasan hutan untuk memproduksi hasil hutan, yang dapat memenuhi:

1) Keperluan masyarakat pada umunya.

2) Pembangunan industri.

3) Keperluan Ekspor b. Hutan Suaka Alam

Yaitu kawasan hutan yang kedaan alamnya sedemikian rupa, sangat penting bagi ilmu pengetahuan dan teknologi. Hutan suaka alam di bagi menjadi dua jenis yaitu:

1) Kawasan hutan yang dengan keadaan alam yang khas, termasuk flora,dan fauna diperuntukkan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi.

(32)

21

2) Hutan suaka margasatwa, yaitu kawasan hutan untuk tempat hidup magasatwa (binatang liar) yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudyaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional.

c. Hutan Wisata

Merupakan kawasan wisata yang diperuntukkan secara khusus, dan dibina dan dipelihara bagi kepentingan parawisata dan atau wisata baru.

Hutan wisata di golongkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Hutan Taman Wisata

Yaitu kawasan yang memiliki keindahan alamnya sendiri yang mempunyai corak yang khas yang dimanfaatkan bagi kepentingan reaksi dan kebudayaan.

2) Hutan Taman Buru

Yaitu kawasan hutan didalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan di selanggarakan pemburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi.

5. Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Perlindungan dan pengamanan kawasan pada dasarnya adalah upaya melindungi dan mengamankan kawasan dari gangguan manusia, baik yang berada disekitarnya maupun yang dari kawasan namun mempunyai akses yang tinggi terhadap kawasan tersebut, atau bentuk gangguan lainnya, kebakaran, gangguan ternak, hama dan penyakit. kegiatan pengamanan meliputi,(Marpaung,2007:78):

(33)

22

a. Pre-emtif

Pengamanan pre-emtif merupakan salah satu bentuk pengamanan, baik fungsi maupun gabungan, yang dilaksanakan melalui pembinaan dan penyuluhan terhadap masayarakat gangguan kawasan, dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya fungsi kawasan konservasi bagi pembangunan nasional/daerah dan kehidupan, manusia, serta dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum masyarakat untuk tidak ikut terlibat dalam pelanggaran/kejahatan dibidang kehutanan.

b. preventif

Merupakan salah satu bentuk pengamanan, baik fungsional maupun gabungan, yang bersifat pengawasan dan pencegahan, dalam rangka mencegah masyarakat melaksanakan pelanggaran/kejahatan dibidang kehutanan, antara lain.

1) Penjagaan. Penjagaan adalah kegiatan pengamanan, baik fungsional maupun gabungan, yang dilaksanakan dengan menetapkan petugas pengamanan dalam pos-pos penjagaan dalam rangka pengawasan di dalam kawasan.

2) Patroli. Patroli adalah bentuk pengamanan bergerak yang dilakukan baik secara fungsional maupun gabungan, antara lain melalui:

a. Patroli rutin. Kegiatan pengamanan,baik fungsional maupum gabungan,yang dilaksanakan dengan frekuensi tertentu, dengan menggunakan alat transportasi speed boat maupun “floating rangers station” (FRS)

(34)

23

b. Patroli insidenti/Mendadak. Kegitan pengamanan, baik fungsional maupun gabungan yang dilakukan secara mendadak insidentil, c. Apabila mendapat informasi akan terjadinya pelanggaran/tindak

pidana bidang kehutanan, yang perlu segera di lakukan pencegahannya.

c. Represif

Kegiatan pengamanan baik fungsional maupun gabungan dalam rangka penggulangannya atau tindakan hukum terhadap pelaku pelanggaran/kejahatan dibidang kehutanan yang dilaksanakan dengan cara dan sistem yang bersifat strategis dan dilakukan secara simultan.

d. Penyidikan

Serangkain tindakan penyidik dalam hal mencari dan mengumpulkan bukti-bukti untuk menjelaskan tentang tindak pidana di bidang hutan dan kehutanan serta dalam rangka menemukan tersangka, dalam hal dan menurut tata cara yang di atur dalam Perarturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang perlindungan Hutan dan peraturan perundangan lainnya. (Marpaung,2007:81):

6. Usaha-usaha Mengatasi Kerusakan Hutan

Mencegah dan membatasi kerusakan hutan lindung dalam kawasan hutan dan hasilnya yang disebabkan oleh perbuatan manusia adalah:

a. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan dibidang kehutanan.

b. Melakukan investarisasi permasalahan

(35)

24

c. Mendorong peningkatan produktivitas masyarakat.

d. Memnfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat.

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan.

f. Melakukan kerja sama dengan pemegang hak atau izin.

g. Meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan.

h. Mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat.

i. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya ganguan keamanan hutan.

j. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan huatan.

k. Mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum.

Usaha-usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan lindung yang disebabkan oleh daya alam yang berupa gunung meletus, tanah longsor, gempa, badai, banjir, dan kekeringan dilaksanakan kegiatan (Riyanto, 2004:56) sebagai berikut:

a. Membantu bro. Fisik lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam.

b. Membuat peta lokasi kerawanan bencana.

c. Membangun bangunan civil teknis.

d. Melakukan pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat.

e. Menjaga kelestarian dan fungsi hutan serta lingkungan.

f. Menjaga mutu, nilai dan kegunan hasil hutan.

(36)

25

Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan, hasil hutan dan lingkungannya, agar fungsi hutan lindung, fungsi hutan konservasi dan fungsi hutan produksi tercapai secara optimal dan lestari.

Prinsip-prinsip perlindungan hutan (Zain, 2005:67), meliputi:

a. Hutan merupakan investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Perlindungan hasil hutan dilaksanakan untuk menghindari pemanfaatan hutan lindung secar berlebihan dan atau tidak sah dan perlindungan hutan dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan, pengawasan, dan penerbitan. Pemanfaatan hutan lindung dan penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan apabila telah mendapat izin dari pejabat yang berwenang, yang termasuk dalam kegiatan pemanfaatan hutan tanpa izin (zain,2005:78), adalah:

1) Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan diluar area yang diberikan izin.

2) Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan lindung melebihi target volume yang di izinkan,

3) Pemegang izin melakukan penangkapan/pengumpulan flora dan fauna melebihi target quota yang telah ditetapkan.

4) Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan dalam radius dari lokasi tertentu yang dilarang Undang-undang.

Dalam kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan degan ciri tertentu yang mempunyai ciri pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,

(37)

26

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dengan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnnya.

b. Mengadakan kegitan pemeriksaan langsung dilapangan

1) Mengadakan penelitian berdasarkan laporan pimpinan dan pemegang izin pemanfaatan hutan masyarakat pariwisata alam yang bersangkutan.

2) Melaporkan hasil kegiatan pengawasan kepada menteri kehutanan dan perkebunanan.

Dalam pengawasan dan pelestarian hutan lindung mempunyai beberapa fungsi (ikhsan,2006:88) sebagi berikut:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijkan program dibidang pengawasan hutan.

b. Pelaksanaan upaya pengawasan kawasan hutan.

c. Mengidentifikasi potensi dan metode pengawasan hutan.

d. Melaksanakan koordinasi kegiatan dan tugas polisi kehutanan.

e. Berkoordinsi dan memonitor kegiatan dan tugas polisi kehutanan.

f. Pemberian masukan yang perlu kepada atasan sesuai bidang tugas dan fungsinya.

g. Pelaporan dan pertanggunagjawaban atas pelaksanaan tugas kepada atasan.

h. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan atasan.

Adapun manfaat hutan lindung adalah:

a. Penghasilan kayu bangunan.

b. Sumber hasil hutan Non-kayu.

c. Cadangan Karbon.

(38)

27

d. Habitat bagi fauna.

e. Sumber tambang dan mineral berharga lainnya.

f. Lahan.

g. Hiburan.

Fungsi pengawasan dan pelestarian hutan lindung yang dimaksud harus dapat dilaksanakan oleh setiap instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam pengawasan dan pelestarian hutan lindung. Karena selam ini dengan pelaksanaan pengawasan dan pelestarian hutan lindung tidak jarang pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan dan pelestarian hutan lindung terlalu memperdulikan fungsi-fungsi pengawasan dan pelestarian hutan yang sudah ada, bahkan ada instansi yang sama sekali tidak memiliki fungsi-fungsi pengawasan dan pelestarian hutan lindung yang transparan dan akuntabel.

Tata hutan merupakan kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, yang dalam pelaksanaannya dan keadaan hutan. Tata hutan mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya, dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya bagi masyarakat secar lestari.

Dalam pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara keadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. Pemenfaatan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona rimba pada taman nasional.

Pemanfaatan kawasan hutan pelestarin alam dan kawasan hutan dan suaka alam

(39)

28

serta taman baru diatur sesuai dengan perturan perundang-undangan.

(Emil,2001:30)

Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pengumutan hasil hutan bukan kayu.

Pemanfaatan hutan lindung dilaksanakan melalui pemberian izin pemungutan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan apabila telah memiliki izin dari pejabat yang berwenang.

Adapun yang termasuk dalam kegiatan pemanfaatan hutan tanpa izin (Edi, 2006:59) adalah

a. Pemegang izin melakukan pemanfaatan, hutan di luar areal yang diberikan izin.

b. Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan melebihi tingkat areal yang diberikan izin.

c. Pemegang izin melakukan penagkapan/pengumpulan flora dan fauna melebihi target/quota yang telah ditetapkan.

d. Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan yang dilarang Undang-undang.

Untuk menjamin terselanggaranya perlindungan hutan, maka kepada pejabat kehutanan tertentu sesuai dengan sifat pekerjannya diberikan wewenang kepolisin khususnya, ditetapkan standar susunan organisasi personal dan standar peralatan polisi kehutanan.

(40)

29

Dalam rangka pengamanan tugasnya sesuai prinsip-prinsip perlindungan hutan polisi kehutanan memiliki wewenang melaksankan tugasnya diwilayah hukumnya.Wewenang kepolisian meliputi kegiatan dan tindakan kepolisian khususnya dibidang kehutanan yang bersifat prevensif, tindakan administristif dan operasi represif.

Adapun wewenang polisi kehutan adalah:

a. Melakukan patrol/perondaan didalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.

b. Memeriksa surat-surat/ dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.

c. Menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut kehutanan dan kawasan hutan dan hasil hutan.

d. Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

e. Dalam hal tertangkap tangan, wajib menagkap tersangka, untuk diserahkan kepada yang berwenang,dan

f. Membuat laporan dan menandatangani tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan (emil, 2001:76)

Oleh sebab itu para penebang pohon dengan sembarangan dikawasan hutan lindung harus ada izin dari dinas kehutanan atau polisi kehutanan karena kawasan hutan lindung itu merupakan kawasan hutan akibat ulah manusia. Maka dari itu pemerintah memperketat pengawasan dan pelestarian hutan lindung dari akibat ulah manusia.

(41)

30

7. Peraturan terkait Perlindungan Hutan

Hutan adalah sumber daya alam karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai fungsi sangat penting untuk pengaturan tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah dan lingkungan hidup, sehingga dapat di manfaatkan secara lestari. Untuk itulah maka hutan harus dilindungi dari kerusakan yang di sebabkan oleh perbuatan manusia dan ternak, kebakaran, daya- daya alam, hama, dan penyakit (PP No.28 Tahun 1998).

Berikut Undang-undang nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Bab V Pengelolaan Hutan tertera pada pasal-pasal:

a. Pasal 46

Penyelanggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari.

b. Pasal 47

Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk:

1) Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya- daya alam, hama, serta penyakit ; dan

2) Mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

(42)

31

c. Pasal 48

1) Pemerintah mengatur perlindungan hutan, baik didalam maupun diluar kawasan hutan.

2) Perlindungan hutan pada hutan negara dilaksanakan oleh pemerintah.

3) Pemegang izin usaha pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 dan pasal 29, serta pihak-pihak yang menerima wewenang pengelolaan hutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34, diwajibkan melindungi hutan dalam areal kerjanya.

4) Perlindungan hutan pada hutan hak dilakukanoleh pemegang haknya.

5) Untuk menjamin pelaksanaanya perlindungan hutan yang sebaik-baiknya masyarakat diikut sertakan dalam upaya perlindungan hutan. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana di maksud pada ayat (1), ayat (2), ayat(3), ayat(4), dan ayat (5) diatur dengan peraturan pemerintah.

d. Pasal 49

Pemegang hak atau izin bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran hutan diareal kerjanya.

e. Pasal 50

1) Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan.

2) Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkunagan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.

(43)

32

3) Setiap orang dilarang.

a) Mengerjkan dan atau menggunakan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah.

b) Merambah kawasan hutan.

c) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan:

1) 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau.

2) 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di derah rawan.

3) 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai.

4) 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai.

5) 2 (dua) kali kedalam jurang dari tepi jurang.

6) 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.

d) Membakar Hutan

e) Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan didalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.

f) Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memilki hasil hutan yang di ketahui atau patut didga berasal dari kawasan hutan yang di ambil atau di pungut secara tidak sah.

g) Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin menteri

(44)

33

h) Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan.

i) Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak di tunjukan secra khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang di dalam kawasan berwenang.

j) Membawa alat-alat berat atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut di duga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang.

k) Membawa alat-alat yang lazim di gunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.

l) Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan.dan

m) Mengeluarkan, membawah, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak di lindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabta yang berwenang.

f. Pasal 51

1) Untuk menjamin terselanggaranya perlindungan hutan, maka kepada pejabat kehutanan tertentu sesuai dengan sifat pekerjaannya diberikan wewenang kepolisisn khusus.

2) Pejabat yang diberi wewenang kepolisisn khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:

(45)

34

a) Mengadakan patroli/perondaan didalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.

b) Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.

c) Menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

d) Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.

e) Dalam hal tetangkap tangan, wajib menagkap tersangka untuk diserahkan kepada yang berwenang.dan

f) Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadi tindak pudana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasl hutan.

8. Sarana dan Prasarana Pengamanan

Didalam pelaksanaan tugas polisi kehutanan dilengkapi dengan sarana dan prasarana perlindungan.yang termasuk sarana perlindungan hutan dapat berupa alat pemadam kebakaran baik perangkat lunak maupun perangkat keras, alat komunikasi, perlengkapan satuan pengaman hutan, tanda batas kawasan hutan, pelarangan atau tanda-tanda larangan, alat mobilitas antara lain dapat berupa kendaraan roda empat dan roda dua serta kendraan air, yang termasuk prasarana perlindungan hutan dapat berupa asrama satuan pengamanan hutan, rumah jaga, jalan-jalan pemeriksaan, menara pengawasan, dan parit batas (PP No.45 Tahun 2004).

(46)

35

B. Kerangka Pikir

Polisi hutan merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab atas u di bawah penagamatan hutan dari bahaya perusakan hutan, polisi Hutan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga hutan, sehingga perlu kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan penebangan liar terhadap hutan lindung.polisi hutan sebagai personil terdepan dalan tugas pembinaan atau perlindungan hutan ditempatkan di satuan tugas masing-masing, bagi polisi hutan dalam satuan tugas mobil ditempatkan dibawah unit pelaksanaan Teknis (UPT) di bawah Cabang Dinas Kehutanan (CDK) atau dibawah administrasi perhutani.

Bagi jagawana atau polisi hutan teritorial ditempatkan dibawah Kesatuan Pengangkutan Hutan (KPH) dibawah asisten Perhutani (Pembentukan Perusahaan-Perusahaan Kehutanan Negara) atau Resort Pemangkau Hutan (RPH) pertanggungjawaban atas semua pelaksanaan tugas kegiatan operasional pembinaan personil. Jagawana atau polisi hutan berada dalam kewenangan para pemimpin instansi tempat kedudukan jagawana. Selain itu banyak cara yang dilakukan polisi hutan dalam menjaga hutan lindung yakni, menjaga keutuhan batas kawasan hutan, melrang penduduk dalam pengerjaan lahan hutan tanpa izin dan wewenang yang sah, dan mencegah kebakaran hutan dan pembakaran hutan tanpa izin.

Akan tetapi dalam menjaga hutan lindung sering di pengaruhi beberapa faktor yaitu, faktor pendukung dan faktor penghambat. Apabila polisi hutan serta masyarakat bisa meminimalisir faktor penghambat dan memaksimalkan faktor pendukung yang ada melalui upaya-upaya yang baik dan tepat maka akan terjadi

(47)

36

kelestarian hutan lindung, pendukung yang ada melalui upaya-upaya yang baik dan tepat maka akan terjadi kelestarian hutan lindung.

(48)

37

Peran Polisi Hutan Dalam Pencegahan Illegal Logging Di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

Peran Polisi Hutan 1. Menjaga Keutuh Batas Kawasan Hutan

2. Melarang Penduduk Dalam Pengerjaan Lahan hutan tanpa Izin Dan Wewenang Yang Sah

3. Melarang Penebangan Tanpa izin

4. Mengadakan Ptroli perondaan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya

5. Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan ,kawasan hutan, dan hasil hutan

Faktor Penghambat 1. Luas Wilayah

2. Keterbatasan Personil 3. Kesadaran Masyarakat 4. Sarana dan Prasarana Kelestarian

Hutan Terpelihara Faktor Pengdukung

Kerja sama dengan Kepolisian

(49)

38

C. Fokus Penelitian

1. Peran polisi hutan dalam pencegahan Illegal Logging Di desa ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

2. Faktor penghambat dan pendukung polisi hutan dalam pencegahan Illegal Logging Di desa ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan Kerangka pikir sebelumnya maka dapat di kemukakan sebagai berikut:

1. Polisi Hutan adalah nama sebuah jabatan fungsional pegawai negeri sipil dalam lingkungan pegawai instansi kehutanan pusat maupun daerah, polisi hutan merupakan bagian dari kepolisian Negara Republik Indonesia yang dimana polisi hutan mempunyai tugas pokok yaitu menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau, dan mengevaluasi, serta melaporkan kegiatan dalam perlindungan dan pengamanan hutan serta pengawasan dan peredaran hasil hutan.

2. Menjaga keutuhan batas kawasan hutan, merupakan tugas dari polisi hutan dalam menjaga hutan lindung dari orang-orang asing yang masuk tanpa memiliki surat izin dari kepala dinas setempat.

3. Melarang penduduk dalam pengerjaan lahan hutan tanpa izin dan wewenag yang sah, adalah tindakan atau giat-giat yang dilakukan polisi hutan agar hutan lindung bisa terjaga kelestariannya dari orang-orang yang tidak memiliki kesadaran dalam menjaga hutan lindung.

(50)

39

4. Mengadakan patroli perondaan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya

a. Patroli rutin. Kegiatan pengamanan,baik fungsional maupum gabungan,yang dilaksanakan dengan frekuensi tertentu, dengan menggunakan alat transportasi speed boat maupun “floating rangers station” (FRS)

b. Patroli insidenti/Mendadak. Kegitan pengamanan, baik fungsional maupun gabungan yang dilakukan secra mendadak insidentil,

c. Apabila mendapat informasi akan terjadinya pelanggran/tindak pidana bidang kehutanan, yang perlu segera di lakukan pencegahannya.

5. Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan. (pasal 51 ayat (2) UU No. 41 th 1990) polis kehutanan atas perintah pimpinan berwenang untuk melakukan penyidikan, dalam rangka mencari dan menangkap tersangka.(PP No.45 tahun 2004).

6. Faktor penghambat adalah suatu keadaan diman terdapatnya kendala- kendala dalam melaksanakan siatu kegiatan.

7. Kelestrarian hutan, merupakan usah kerja sama antar polisi hutan dengan masyarakat setempat dalam menjaga kelstarian hutan dari penebangna secara liar.

(51)

40

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari 18 april s/d 18 juni. Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Alasan memilih lokasi ini didasarkan pada pertimbangan kesesuaian dengan topik penelitian. Karena dearah tersebut merupakan daerah yang memiliki hutan yang cukup luas dan sangat relevan dengan judul yang akan diteliti.

B. Tipe dan jenis Penelitian

Jenis penelitian ini di gunakan adalah kualitatif yaitu metode penelitian yang di gunakan pada observasi wawancara untuk orang, sebagai lawannya adalah gambaran kondisi objektif secara ilmiah, dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dolakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Tipe penelitian penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memeberikan gambaran umum berbagai macam data yang dikumpulkan dari lapangan secara objektif, sedangkan dasar penelitiannya adalah survey yakni tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah menggambarkan mengenai situasi-situasi kejadian-kejadian secara sistematis factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari kondisi penebangan pohon secara liar di kec.polut kab.takalar

40

(52)

41

C. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada perusahaan dan wawancara langsung dengan pimpinan beserta stafnya yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa dokumen- dokumen dan buku literature serta laporan tertulis diluar perusahaan yang ada hubungannya dengan penulisan proposal ini.

D. Informan penelitian

Informan yang dijadikan sumber penelitian setidaknya mengetahui hal- hal yang mengenai atau mengetahui illegal logging yang ada di desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng utara Kabupaten Takalar. Ada 6 informan yang di jadikan sumber data dalam penelitian.

Adapun informan penelitian di cantumkan dalan tabel berikut:

Tabel 1: Informan

No NAMA KETERANGAN

1. Mustafa S.sos Kepala Koordinator Pengawas Polhut 2. Jalaluddin SH Anggota Polhut

3. Amran Anggota Polhut

4. Islamet Bendahara/Anggota Polhut 5. Hasrullah S.sos Masyarakat

6. Jamaluddin Masyarakat

(53)

42

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab terhadap informan guna mendapatkan /memperolah hal-hal yang

2. Observasi yaitu suatu cara mengumpulkan data melalui pengamatan indrawi, dengan melakukan pencatatn terhadap gejala-gejala yang terjadi pada objek penelitian secara langsung.

3. Dokumentasi yaitu teknik ini dilakukan dengan cara data dan mengumpulkan dokumen berupa buku-buku dan sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

F. Teknik Analisi Data

Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara kualitatif yang meliputi beberapa langkah (Miles dan Huberman) yaitu:

1. Reduksi data (data reducation)

Tahap pertama meliputi pada editing, pengelompokan, dan meringkas data, tahap kedua meliputi menyusun kode-kode dan catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan denagn akktivitas serta proses-proses sehingga penelitian menemukan tema-tema dan pola data. Reduksi data dilakukan terus menerus selam proses penelitian berlangsung. Pad tahap ini setelah data dipilih kemudian disederhanakan.

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data di maksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data dalam suatu

(54)

43

bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data kelompoknya dan susun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk di tampilkan agar selaras dengan permasalahan yang di hadapi termasuk dengan kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu dan data direduksi.

3. Penarikan serta pengujian kesimpulan(drawing and verifying conclusions) Penelitian kualitatif , verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan .Sejak pertama memasuki lapangan dan selam proses pengumpulan data, penelitian berusaha untuk menganalisi dan mencari makna dari data yang di kumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan ,hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.

G. Keabsahan data

Data yang telah di catat dan di kumpulkan harus di jamin vadilitasnya.

Hal ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan informasi dari perolehan data yang sudah diperoleh. Salah satu teknik yang di gunakan untuk mengukur vadilitas data adalah dengan menggunakan tringulasi. Tingkat vadilitas data adalah dengan tringulasi data.

Tringulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Triangulasi dengan sumberyakni membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara serta membandingkan dengan dokumen yang berkaitan

(55)

44

2. Triangulasi dengan metode yakni dengan strategi pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberpa teknik pengumpulan data yaitu melakukan wawancara dengan pemeriksaan dokumen serta pengamatan langsung oleh penelitian, serta pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi dengan teori, yakni untuk pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian dengan beberapa teori sebagai mana yang tertuang dalam

landasan teori penelitian ini.

Gambar

Tabel 1: Informan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan teknologi eSP yang disematkan pada spesifikasi Honda Vario 150 eSP membuat motor matik ini makin sempurna dan juga menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah dan lebih

Upaya pengelolaan sumber daya perikanan jaring purse seine sebaiknya dilakukan dengan mengikuti prioritas strategi yang dihasilkan yaitu peningkatan SDM pelaku kegiatan penangkapan

penurunan tingkat kecemasan yang berarti. Hasil Analisis Bivariat.. Hasil Cross Tabulation Data Demografi Responden Kelompok Sebelum Pemberian Intervensi Terapi Dzikir

Hasil penelitian yang berkaitan dengan kemampuan pengetahuan, yaitu mengetahui tujuan UPPKS untuk meningkatkan pendapatan keluarga; yang berkaitan dengan kemampuan

di bawah 4 menit. Sedangkan untuk waktu retensi di atas 4 menit diperoleh kelimpahan yang kecil. Pada fraksi 2, terdapat puncak pada waktu retensi 4,15 menit yang sama

Bab IV Analisis Data, bab ini akan menjelaskan mengenai peran Badan Wakaf Indonesia Jawa Timur dalam memberikan literasi terkait wakaf pada masyarakat, serta

Dalam rangka pemilihan Umum anggota DPR, DPD, DPRD tahun 2014 di Provinsi Kepulauan Riau melalui DKPP telah dilaporkan dan disampaikan aduan terhadap dugaan

Dari hasil penelitian mengenai atribut produk yang diinginkan konsumen, dapat disimpulkan ada 4 atribut yang merepresentasikan keinginan konsumen terhadap produk