• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. ZUBIR MAHMUD KABUPATEN ACEH TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. ZUBIR MAHMUD KABUPATEN ACEH TIMUR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JurnalEdukes, Vol.2, No.2, Maret 2019| 29

ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. ZUBIR MAHMUD

KABUPATEN ACEH TIMUR

Bambang Irawan1, Zahra Putri2

¹Dosen STIKes Bustanul Ulum Langsa-Aceh

²Mahasiswa STIKes Bustanul Ulum Langsa-Aceh zzzahra.putri@gmail.com

ABSTRAK

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diupayakan bagi seluruh pekerja rumah sakit termasuk pekerja radiasi. Instalasi radiologi merupakan salah satu pelayanan medis spesialis penunjang di rumah sakit. Pemeriksaan radiologi memanfaatkan sinar-X untuk keperluan diagnosis. Sinar-X selain dapat memberikan manfaat juga dapat menimbulkan bahaya. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan aspek-aspek manajemen keselamatan radiasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui implementasi sistem manajemen Keselamatan radiasi di Instalasi Radiologi RSUD dr.

Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 9 s/d 31 Agustus 2021 di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur. Jenis penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data wawancara dengan 4 informan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan dari 3 variabel yang diteliti yaitu variabel Sumber daya manusia (Personil) yang terdiri dari 4 kriteria telah memenuhi yaitu telah tersedia dokter spesialis radiologi, radiografer, PPR dan tenaga administrasi. Dari variabel Peralatan Protektif Radiasi (APD) memenuhi 2 dari 6 kriteria yang ada yaitu tersedianya apron dan pelindung tiroid, peralatan protektif radiasi lain seperti kacamata, sarung tangan, pelindung gonad dan tabir/tirai belum tersedia.

Sedangkan dari variabel Pelatihan Proteksi dan Keselamatan Radiasi belum pernah difasilitasi oleh rumah sakit sehingga tidak memenuhi 2 kriteria yaitu tanggung jawab dalam proteksi dan keselamatan radiasi dan pentingnya menerapkan proteksi dan keselamatan radiasi selama melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan radiasi. Saran yang direkomendasikan bagi radiografer agar selalu menggunakan alat protektif radiasi dengan konsisten dan bagi pihak rumah sakit agar melengkapi peralatan proteksi radiasi (APD) yang terdapat di Instalasi Radiologi.

Kata Kunci : keselamatan dan kesehatan kerja, k3, radiasi, radiologi

ABSTRACT

Occupational Health and Safety (OHS) should be strived for all hospital workers including radiologist. Radiology department is one of the supporting specialist medical services in hospitals.

This radiology utilizes X-rays for diagnostic purposes. X-rays are apart from providing benefits, can also cause harm. To prevent this, it can be done by implementing aspects of radiation safety management. This study aims to determine the implementation of the radiation safety management system in the Radiology Department of RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur in 2021.

This research was conducted from 9th to 31st of August 2021 at the Radiology Department of RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur. This research used qualitative descriptive method with collecting data from interviews with 4 research informants. The showed that from the 3 variables studied, the human resources variable (personnel) consists of 4 criteria, they had met the availability of radiology specialists doctor, radiographers, Radiation Protective Officer and administrative staff.

From the Radiation Protective Equipment (PPE) variables only met 2 out of 6 existing criteria which is apron and thyroid protector, the other Radiation Protective Equipment such as glasses, gloves, gonadal protection and screens/curtains were not yet available. Meanwhile the radiation protection and safety training varible has never been facilitated by the hospital so it does not meet the 2 criteria, namely the responsibility for radiation protection and safety and the importance of applying radiation

(2)

JurnalEdukes, Vol.2, No.2, Maret 2019| 30 protection and safety while carrying out work related to radiation. The suggestion offered by researcher is for the radiographer to use radiation protective equipment consistently and for the hospital to complete the entire set of radiation protection equipment (PPE) in the Radiology Department.

Keywords : occupational safety and health, ohs, radiation, radiology

PENDAHULUAN

Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan prosedur terapi dengan menggunakan panduan Radiologi, termasuk teknik pencitraan dan Penggunaan Radiasi dengan sinar-X dan zat radioaktif (BAPETEN, 2011).

Radiasi dapat menimbulkan kerusakan sel-sel jaringan tubuh dan kerusakan genetik mutasi sel-sel reproduksi (Sari, 2011). Tubuh berisiko terhadap efek radiasi akibat paparan radiasi baik secara seluruh tubuh maupun hanya pada bagian tubuh tertentu atau lokal. Serendah apapun dosis radiasi selalu berpotensi adanya risiko atau probabilitas terjadinya efek stokastik yang berupa kerusakan pada sistem biologik dimana dalam jangka waktu yang relatif lama akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Sedangkan Efek deterministik yang berupa kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan terjadi karena terpapar radiasi diatas dosis ambang (threshold dose) beberapa saat setelah terpajan (Alatas et al., 2013).

Dengan adanya kedua jenis efek yang berbahaya ini maka setiap aplikasi radiasi harus diatur dan diawasi melalui suatu sistem pengawasan keselamatan yang ketat agar aplikasi tersebut tidak membahayakan nyawa dan lingkungan hidup (Hiswara, 2015). Keselamatan radiasi di bidang medik merupakan tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya Radiasi (BAPETEN, 2011). Karena itu, istilah

‘proteksi dan keselamatan radiasi’ dapat

pula disebut sebagai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Radiasi (K3 Radiasi) (Hiswara, 2015).

Sumber daya Manusia (Personil) merupakan kunci dalam keberhasilan kegiatan penyelenggaraan pelayanan radiodiagnostik dan imejing di rumah sakit.

Pada dasarnya kegiatan radiologi harus dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh atau memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan di bidang yang menjadi tugas atau tanggung jawabnya (Instalasi Radiologi Diagnostik, 2019).

Ketersediaan perlengkapan Protektif Radiasi yang berupa Alat Pelindung Diri (APD) sangat berperan dalam melindungi pekerja terhadap paparan radiasi. Proteksi radiasi internal dengan demikian dapat dilakukan dengan menutup jalan masuk ke dalam tubuh, atau dengan menghalangi kemungkinan diteruskannya radioaktivitas dari sumber ke manusia. Upaya penghalangan dapat dilakukan pada manusianya sendiri dengan menggunakan pakaian pelindung dan peralatan pelindung lain (Hiswara, 2015).

Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak tubuh akibat paparan radiasi disebut Proteksi Radiasi (BAPETEN, 2014). Pekerja radiasi mempunyai tanggung jawab untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan K3 dibidang radiasi untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman dalam Proteksi dan Keselamatan Radiasi (BAPETEN, 2013).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sari (2011), menunjukkan bahwa unit radiologi masih perlu memastikan terlaksananya sistem manajemen keselamatan radiasi sinar-X, agar pekerja radiasi memiliki rasa aman dan dapat

(3)

JurnalEdukes, Vol.2, No.2, Maret 2019| 31 bekerja secara profesional. Hasil penelitian

terdahulu yang dilakukan Tri Dianasari (2016), menunjukkan dari 5 variabel, 16 komponen, 48 poin sebanyak 29 poin (60,42%) terpenuhi dan sesuai dengan standar/peraturan. Sebanyak 10 poin (20,83%) terpenuhi tetapi belum sesuai dengan standar/peraturan. Sebanyak 9 poin (18,75%) tidak terpenuhi oleh instalasi radiologi RSUD Ungaran.

Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zubir Mahmud adalah rumah sakit umum daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Timur. Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada petugas Instalasi radiologi yang berjumlah 2 orang di RSUD dr. Zubir Mahmud, mereka mengatakan bahwa pada tahun 2021 para petugas radiologi terdiri atas 1 dokter spesialis radiologi, 13 radiografer, 1 Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan 1 petugas administrasi, dengan 3 ruang pemeriksaan radiologi yang melayani pemeriksaan Radiologi Konvensional, USG, Dental Panoramic dan X-Ray Mobile, sehingga bila dilihat dari ketersediaan alatnya Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud termasuk kedalam Pelayanan Radiologi Klinik Pratama. Instalasi Radiologi RSUD dr.

Zubir Mahmud belum memiliki surveymeter sehingga pemantauan dosis hanya bergantung pada pemantauan dosis perorangan, untuk pemantauan dosis peruangan selama ini hanya dilakukan kalibrasi setahun sekali. Pentingnya surveymeter ialah untuk menilai adanya kebocoran tabung pesawat sinar-X atau tidak, memantau paparan radiasi dan memastikan agar paparan yang diterima pekerja radiasi dan anggota masyarakat serendah mungkin yang dapat dicapai sehingga Nilai Batas Dosis tidak terlampaui (BAPETEN Nomor 8, 2011).

Pengukuran dosis radiasi perorangan setiap bulan melalui Film Badge didapatkan rata-rata dosis perbulan 0,1 mSv. Hal ini menunjukkan rata-rata nilai dosis masih dibawah NBD (Nilai

Batas Dosis). Nilai Batas Dosis merupakan acuan limitasi dosis sebagai persyaratan proteksi dalam persyaratan keselamatan radiasi (BAPETEN Nomor 8, 2011).

Walaupun demikian apabila nilai dosis tidak dikendalikan maka nilai dosis akan terakumulasi dan dosis yang diterima akan semakin tinggi sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah limfosit secara drastis (Mayerni dkk, 2013). Kegiatan pemantauan kesehatan terhadap personil sudah dilakukan secara berkala setahun sekali dengan hasil yang baik, pemeriksaannya berupa hasil tes laboratorium dan kir mata. Untuk pelatihan terhadap personil tentang proteksi dan keselamatan radiasi belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga hanya bergantung pada Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang datang setiap hari kamis untuk melakukan sharing dan briefing untuk disampaikan kepada seluruh petugas radiologi mengenai keselamatan radiasi.

Selain itu, jumlah pasien masuk untuk melakukan pemeriksaan radiologi dalam sehari kurang lebih sebanyak 15 pasien, namun peralatan protektif radiasi (APD) yang tersedia yaitu hanya apron dan pelindung tiroid. Kondisi tersebut dalam memberikan perlindungan terhadap paparan radiasi tidak maksimal dan berpotensi menerima paparan radiasi yang berlebih. Instalasi radiologi memiliki potensi bahaya radiasi yang dapat berdampak pada kesehatan pekerja radiasi.

Salah satu cara mencegah dan meminimalisir radiasi yang diterima adalah dengan adanya sistem manajemen keselamatan radiasi.

Berdasakan gambaran diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2021.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud tahun 2021.

(4)

JurnalEdukes, Vol.2, No.2, Maret 2019| 32 METODE

Jenis dan rancangan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.Metode Penelitian dilakukan dengan cara melakukan Wawancara mendalam (in-depth interview) menggunakan pedoman wawancara (interview script) yang telah disiapkan sebelumnya.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur dari tanggal 9 s/d 31 Agustus 2021.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sumber daya manusia yang bertugas di Instalasi Radiologi RSUD dr.

Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur yang berjumlah 16 orang yaitu 1 orang dokter spesialis radiologi, 13 orang radiografer, 1 orang Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan 1 orang tenaga administrasi.Teknik pengambilan sampel

adalah dengan purposive

sampling,Informan yang dipilih untuk diwawancarai secara mendalam yaitu Kepala Ruang Radiologi (1 orang), Radiografer (2 orang) dan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) (1 orang)

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari Sumber Daya Manusia (Personil), Peralatan Protektif Radiasi (APD) dan Pelatihan Proteksi dan Keselamatan Radiasi. Data yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan ketentuan yang terdapat dalam Permenkes RI No. 24 Tahun 2020 tentang Pelayanan Radiologi Klinik, dan Perka Bapeten Nomor 4 Tahun 2020 tentang Keselamatan Radiasi dalam Produksi Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.

Analisis data kualitatif terdiri atasPengumpulan Data (Data Collection), Reduksi Data (Data Reduction), Penyajian Data (Data Display) dan Menarik

kesimpulan(Conclusion Drawing/Verification).

HASIL DAN PEMBAHASAN

RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur memiliki Instalasi Radiologi yang sesuai dengan Permenkes Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelayanan Radiologi Klinik, yaitu Pelayanan Radiologi Klinik diselenggarakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau swasta.

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini dibahas dalam implementasi 3 variabel penelitian yang terdiri atas : SumberDayaManusia (Personil), PeralatanProtektifRadiasi (APD) danPelatihanProteksidanKeselamatanRadi asi. Pembahasan masing-masing variabel sebagai berikut :

Implementasi Sumber Daya Manusia (Personil)

Penerapan Sumber Daya Manusia (Personil) di Instalasi Radiologi RSUD dr.

Zubir Mahmud sebagai berikut :

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud diperoleh hasil penerapan Sumber Daya Manusia (Personil) yang terdiri atas 4 kriteria diketahui bahwa untuk ketersediaan dokterspesialisradiologi, radiografer, PPR, dantenagaadministrasi telah terpenuhi di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud. Hal ini sesuai dengan standar acuan Permenkes RI No. 24 Tahun 2020 tentang PelayananRadiologiKlinik.

Implementasi Peralatan Protektif Radiasi (APD)

Penerapan Peralatan Protektif Radiasi (APD) di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud sebagai berikut : Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Instalasi Radiologi

(5)

JurnalEdukes, Vol.2, No.2, Maret 2019| 33 RSUD dr. Zubir Mahmud diperoleh hasil

penerapan Peralatan Protektif Radiasi (APD) di Instalasi Radiologi RSUD dr.

Zubir Mahmud diperoleh bahwa dari 6 kriteria yang terdiri dari apron, pelindungtiroid,kacamata, sarungtangan, pelindung gonad dantabir/tirai. Diketahui bahwa 2 kriteria telah terpenuhi dari 6 kriteria yang ada, yaitu di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud tersedia apron dan pelindung tiroid sebagai alat protektif radiasi. Peralatanprotektif lain seperikacamata, sarungtangan, pelindung gonad dantabir/tiraibelum terpenuhi.

Implementasi Pelatihan Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Penerapan Pelatihan Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud sebagai berikut : Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud diperoleh hasil penerapan Pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi belum pernah difasilitasi oleh rumah sakit sehingga tidak memenuhi dari 2 kriteria yang adadalam Perka BAPETEN No. 4 Tahun 2020, yaitu tanggung jawab dalam Proteksi dan Keselamatan Radiasi dan pentingnya menerapkan Proteksi dan Keselamatan Radiasi selama melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan Radiasi.

KESIMPULAN

Dari hasil Penelitian yang penulis laksanakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit dr. Zubir Mahmud, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zubir Mahmud telah memenuhi 6 kriteria dari 12 kriteria yang ada.

1. Aspek Sumber Daya Manusia (Personil) di Instalasi Radiasi dr. Zubir Mahmud yang terdiri dari 4 kriteria telah memenuhi yaitu tersedianya dokter

spesialis radiologi, radiografer, PPR, dan tenaga administrasi. Namun belum sesuai karena radiografer yang diajukan Instalasi Radiasi tidak lulus dan tidak memiliki SIB (Surat Izin Bekerja) untuk PPR sehingga PPR yang ada sekarang merupakan PPR kontrak dari rumah sakit lain.

2. Aspek Peralatan Keselamatan Radiasi (APD) di Instalasi Radiasi dr. Zubir Mahmud memenuhi 2 dari 6 kriteria yang ada yaitu hanya menyediakan apron dan pelindung tiroid. Peralatan protektif lain seperi kacamata, sarung tangan, pelindung gonad dan tabir/tirai belum tersedia.

3. Pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi belum pernah difasilitasi oleh rumah sakit sehingga tidak memenuhi dari 2 kriteria yang ada yaitu tanggung jawab dalam Proteksi dan Keselamatan Radiasi dan pentingnya menerapkan Proteksi dan Keselamatan Radiasi selama melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan Radiasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Z. et al. (2013) Buku Pintar Nuklir.

BATAN Press.

BAPETEN (2011) Perka Bapeten Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, Perka Bapeten Nomor 8 Tahun 2011.

BAPETEN (2013) Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

BAPETEN (2020) Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Keselamatan Radiasi Pada Penggunaan Pesawat Sinar-X Dalam Radiologi

(6)

JurnalEdukes, Vol.2, No.2, Maret 2019| 34 Diagnostik Dan Intervensional.

BAPETEN No. 15 (2014) Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Produksi Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.

Hiswara, E. (2015) Buku Pintar Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit. BATAN Press.

Instalasi Radiologi Diagnostik (2019)

‘Pedoman pelayanan Instalasi Radiologi Diagnostik’, RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarno, pp. 1–36.

Mayerni dkk (2013) ‘Dampak Radiasi

Terhadap Kesehatan Pekerja Radiasi di RSUD Arifin Achmad, RS Santa Maria Dan RS Awal Bros Pekanbaru’, Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. No 1. doi:

http://dx.doi.org/10.31258/jil.7.1.p.

114-127.

Permenkes (2020) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2020 Tentang Pelayanan Radiologi Klinik.

https://jdih.kemkes.go.id/pencarian /39/detail.

Sari, S. (2011) Pengembangan Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar-X di Unit Kerja Radiologi Rumah Sakit XYZ Tahun 2011.

Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat bahwa pembacaan nilai VSWR dengan menggunakan VSWR meter analog lebih sulit pembacaannya dari pada VSWR meter digital yang sudah bisa menampilkan nilai

Gaya kompen- sasi diperoleh dengan menggunakan pe- ngatur sikap satelit lainnya (sub-sistem sekunder) di orbit, misal sub-sistem (a) pendorong thruster atau (b)

Model pengembangan ini adalah pembelajaran dengan pendekatan lingkungan persawahan untuk meningkatkan kelincahan gerak anak yang meliputi: 1) penelitian dan

Admin akan diberi pilihan untuk menambah sebab atau kerusakan dengan gejalanya. Penambahan kerusakan yang baru haruslah diikuti pengisian sebab yang baru pula.. Bila memilih

Setelah melakukan perencanaan dan pembuatan sistem untuk simulasi pengontrol lampu lalu lintas pada persimpangan yang berdekatan dengan menggunakan logika

Pendaftar adalah lulusan SMA/SMK/MA/Paket C semua jurusan yang dibuktikan dengan ljazah/STTB dan SKHUN (khusus lulusan 2021 dibuktikan dengan Surat Keterangan Lulus disertai

1) Untuk mendapatkan data tentang konsep bimbingan agama untuk meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an melalui metode tikrar yang didapat dari kepala sekolah sebagai

Air limbah dari seluruh bagian Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum penghasil limbah cair (organik) akan dialirkan dengan pipa pralon (PVC) ke IPAL, masuk melalui inlet