• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Tentang Yayasan

A. Pengertian Yayasan

Yayasan adalah lembaga nirlaba berasal dari 2 kata yaitu nir yang artinya tidak dan laba yang artinya mendapatkan keuntungan / profit, dengan demikian arti nirlaba adalah tidak mendapatkan keuntungan/profit. Dengan demikian lembaga nirlaba dapat diberi pengertian sebagai suatu lembaga yang didalamnya terjadi berbagai aktivitas yang berkaitan dengan pencapaian tujuan-tujuan yang berbeda ukurannya, yaitu bukan untuk memperoleh profit yang dibagikan untuk para anggota ataupun pengurus, bila dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga-lembaga yang bergerak untuk memperoleh profit.1

Yayasan merupakan organisasi nirlaba atau organisasi yang dalam menjalankan aktivitas tidak berorientasi untuk menghasilkan keuntungan bisnis (non profit organization). Yayasan (stichting) sudah dikenal masyarakat sejak zaman Hindia Belanda. Pengaturannya telah mengalami perkembangan yang sangat dinamis dari masa ke masa. Yayasan sebagai badan hukum telah diterima dalam suatu yurisprudensi tahun 1882 Hoge Raad, yang merupakan badan peradilan tertinggi di negeri Belanda berpendirian bahwa yayasan sebagai badan hukum adalah sah menurut hukum dan karenanya dapat didirikan. Pendirian Hoge Raad tersebut diikuti oleh Hoode Gerech Shofdi Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dalam putusannya dari tahun 1889.2

Untuk dapat mengetahui apakah yayasan itu ada beberapa pandangan para ahli, antara lain:

1 Dyah Hapsari Prananingrum, “Aspek Hukum Penggalangan Sumber Daya Oleh Lembaga Nirlaba,” 29 Mei 2008, Http://Dyahhapsariprananingrum.Blogspot.Com/2008/05/Aspek- Hukum-Penggalangan-Sumber-Daya.Html, Dikunjungi Pada Tanggal 24 Juni 2021 Pukul 21.26.

2 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, 2002, Hukum Yayasan Di Indonesia, Jakarta, Pt.

Abadi, H.,18-19.

(2)

1. Menurut Poerwadarminta dalam kamus umumnya memberikan pengertian yayasan sebagai berikut:

a. Badan yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti sekolah dan sebagainya.

b. Gedung-gedung yang teristimewa untuk sesuatu maksud yang tertentu (seperti: rumah sakit dsb).3

2. Menurut Zainul Bahri dalam kamus umumnya memberikan suatu definisi yayasan sebagai suatu badan hukum yang didirikan untuk memberikan bantuan untuk tujuan sosial.4

3. Yayasan adalah suatu paguyuban atau badan yang pendiriannya disahkan dengan akte hukum atau akte yang disahkan oleh notaris, di mana yayasan itu aktivitasnya bergerak di bidang sosial, misalnya mendirikan sesuatu atau sekolah.5

4. Menurut penulis, yayasan adalah badan hukum yang tidak berorientasi pada keuntungan (non profit organization) dan melakukan aktivitas sosial guna mencapai maksud dan tujuan awal yayasan.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU 16 tahun 2001 tentang Yayasan merupakan titik terang bagi lembaga Yayasan yang sudah lama tumbuh dan berkembang tanpa adanya landasan hukum formal yang mengatur di Indonesia. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 atas perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Kenyataan di dalam praktek, memperlihatkan bahwa apa yang disebut Yayasan adalah suatu badan yang menjalankan usaha

3 Wjs. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986, H., 1154

4 Zainul Bahri, Kamus Umum Khusus Bidang Hukum Dan Politik, Bandung: Pt Angkasa, Cet. Ke-1, 1996, Hlm.367

5 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Semarang: Aneka Ilmu H.,925

(3)

yang bergerak dalam segala macam badan usaha, baik yang bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun yang secara tidak langsung bersifat komersial.6

B. Dasar Hukum Yayasan

Dalam rangka menjamin kepastian dan ketertiban hukum Yayasan maka diatur dalam Pasal 365, Pasal 899, Pasal 900, Pasal 1680, Pasal 1852, dan Pasal 1954 KUH Perdata, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (UU Yayasan), pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Tentang Yayasan yang menjadi dasar bagi pelaksanaan Yayasan.7

Tetapi peraturan utamanya adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah mengenai yayasan dan menjadi dasar hukum yang kuat dalam mengatur yayasan di Indonesia.

Namun ternyata dalam perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-undang tersebut. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat sehingga dibuatlah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, Undang-Undang ini dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar pada masyarakat mengenai yayasan, sehingga dapat mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

6 Chatamarrasjid Ais. Badan Hukum Yayasan. Bandung: Pt Citra Aditya Bakti. 2002. H.,81

7 Dyah Hapsari Prananingrum, Hukum Yayasan Di Indonesia Kajian Filosofi Dan Yuridis, Gentha Publishing, Yogyakarta, 2016, H.3.

(4)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan pasal 1 angka 1, yang dimaksud dengan yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Pasal ini juga bersangkutan dengan tujuan awal dari Yayasan.

C. Pendirian Yayasan

Pendirian yayasan dapat dilakukan oleh satu orang pendiri saja maupun lebih. Pasal 9 UU No. 16 Tahun 2001 mengatur bahwa yayasan dapat didirikan baik orang perorangan ataupun badan hukum dengan cara memisahkan harta kekayaan maupun dengan surat wasiat. Mengenai bagaimana mendirikan yayasan tersebut diatur dalam pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan:

Ayat (1)

“Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.”

Ayat (3)

“Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat.” 8

dalam pendirian yayasan juga tidak mengabaikan syarat formal yang telah ditetapkan di UU Yayasan. prosedur pendirian yayasan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap pembuatan akta pendirian yayasan oleh notaris

Tahap pembuatan akta pendirian yayasan merupakan aktivitas awal yang harus dilakukan pendiri untuk mendirikan yayasan. Dimulai dari kesepakatan pendiri baik secara orang perorangan maupun badan hukum kemudian mempersiapkan dokumen yang diperlukan dan harta yang telah

8 Nadia Septia Paulina, Dyah Hapsari Prananingrum, Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit Swasta Di Indonesia, Hal., 188, Vol. 1, No. 2, 2018

(5)

dipisahkan sebagai syarat pendirian yayasan, kemudian pembuatan akta pendirian yang ditandatangani oleh pendiri dihadapan notaris.9

2. Tahap pengesahan badan hukum yayasan

Tahap pengesahan merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan akta pendirian yayasan. Tahap ini merupakan syarat mutlak bagi yayasan untuk menerima status sebagai badan hukum. Tahap pengesahan badan hukum yayasan dilakukan oleh pemerintah melalui Menteri kehakiman dan HAM Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM yang wilayah kerja disesuaikan dengan tempat kedudukan yayasan10

3. Tahap pengumuman dalam berita negara

Pada tahap pengumuman dalam berita negara dapat dilakukan setelah yayasan mendapat pengesahan sebagai badan hukum. akta pendirian yang telah disahkan sebagai badan hukum kemudian wajib mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.11 Apabila tidak melakukan tahap pengumuman, maka ada konsekuensi bagi pengurus yayasan karena tidak melakukan kewajibannya, yaitu pengurus yayasan menerima sanksi perdata, pengurus bertanggung-jawab secara tanggung renteng atas seluruh kerugian yayasan.12

Saat semua tahapan pendirian yayasan sudah selesai dan yayasan sudah mendapatkan pengesahan menjadi badan hukum maka, yayasan akan segera melakukan pelaksanaan kegiatan. Dalam menjalankan kegiatan yayasan, yayasan membutuhkan kekayaan yayasan untuk membantu memperlancar pelaksanaan kegiatannya, selain dari pemisahan kekayaan pendiri yayasan, menurut Pasal 26 ayat (2) kekayaan yayasan dapat diperoleh dari:

2) Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kekayaan Yayasan dapat diperoleh dari:

9 Dyah Hapsari Prananingrum, Hukum Yayasan Di Indonesia Kajian Filosofi Dan Yuridis, Gentha Publishing, Yogyakarta, 2016, H.65.

10 Ibid. H.68.

11 Ibid. H.70.

12 Ibid. H. 71.

(6)

a. sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;

b. wakaf;

c. hibah;

d. hibah wasiat; dan

e. perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.13 Berdasarkan pasal 26 ayat (2) huruf a Salah satu kekayaan yayasan berasal dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, sehingga dibuatlah suatu kegiatan yayasan untuk membuka donasi kepada masyarakat untuk membantu yayasan dalam menjalankan kegiatan yayasan dalam mencapai tujuan utama yayasan, dikarenakan jaman yang sudah semakin maju dan wilayah Indonesia yang luas yayasan dapat melakukan permohonan untuk melakukan donasi dengan sistem elektronik (donation based crowdfunding).

Yayasan dapat melaksanakan donasi dengan sistem elektronik (donation based crowdfunding) karena sudah diatur oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Yayasan dapat melakukan permohonan perizinan berusaha karena tercantum pada pasal 6 ayat (3) huruf g yang menyatakan “Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: g. badan usaha yang didirikan oleh yayasan”.14 Yang nantinya akan diawasi oleh Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah, apabila terjadi penyimpangan akan diberikan Tindakan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam pasal 81 ayat (2) dan (3):

2) Dalam hal hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan, kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah mengambil tindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:

13 Pasal 26 Ayat (2) Undang-Undang No.16 Tahun 2001

14 Pasal 6 Ayat (3) Huruf G Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2018

(7)

a. Peringatan;

b. Penghentian sementara kegiatan berusaha;

c. Pengenaan denda administratif; dan/atau

d. Pencabutan Perizinan Berusaha, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.15

D. Organ-Organ Yayasan

Sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari Pembina, Pengurus dan Pengawas. Sebelum lahirnya UU No.28 Tahun 2004, organ Yayasan terdiri dari Pendiri, Pengurus, dan Pengawas, Maka yayasan yang terdiri dari Pembina, Pengurus dan Pengawas dijelaskan dalam:

UU No.28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU 16 tahun 2001 tentang Yayasan Pasal 2. Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

1. Pembina

Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus. Diciptakan organ Pembina, sebagai pengganti pendiri, disebabkan dalam kenyataannya, pendiri yayasan pada suatu saat dapat tidak ada sama sekali, yang diakibatkan karena pendiri meninggal dunia, ataupun mengundurkan diri. Mengenai organ yayasan ini dijelaskan pasal 28 ayat 1 UU Yayasan No.28 Tahun 2004. Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh undang-undang ini atau Anggaran Dasar.16 Pembina yayasan memiliki kewenangan sebagai berikut:

a. Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar;

b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas;

15 Pasal 81 Ayat (2) Dan (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2018.

16 Chatamrasjid Ais, Loc.,Cit

(8)

c. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan;

d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan;

e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.17

Lebih dalam pengaturan mengenai Pembina dalam UU Yayasan diatur dalam Pasal 28-30 UU Yayasan. Dengan kewenangan di atas yang telah diatur di dalam UU Yayasan dapat diketahui bahwa Pembina hanya bertindak secara ke dalam, sesuai dengan kewenangan tersebut terutama dalam hal yang bersifat kebijakan umum yang mendasari kegiatan yayasan.18

2. Pengurus Yayasan

Sebagaimana diatur dalam UU Yayasan, pengurus memiliki tugas dan wewenang. Menurut Pasal 31 ayat (1) UU Yayasan pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan. KBBI memberikan pengertian kepengurusan merupakan hal-hal yang bersangkut paut dengan cara mengurus sesuatu.19 Dalam pengertian di atas pengurus melakukan pengurusan atas sesuatu untuk yayasan artinya pengurus melaksanakan perbuatan-perbuatan hukum untuk yayasan atau mewakili yayasan, pengurus tidak melakukan perbuatan hukum untuk kepentingan pribadi. Lebih dalam UU Yayasan mengatur ketentuan mengenai pengurus yayasan tertuang dalam Pasal 31 sampai 39 UU Yayasan. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas.20 Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan.21 Ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan, tugas, dan tanggung jawab dari organ Yayasan yang dapat merugikan kepentingan

17 Pasal 28 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112).

18 R. Murjiyanto, Badan Hukum Yayasan Aspek Pendirian Dan Tanggung Jawa, Liberty, Yogyakarta, 2011, H.,30.

19 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Https://Kbbi.Kemdikbud.Go.Id/Entri/Pengurusann, Diakses Pada Tanggal 16 November 2020 Pada Pukul 17.30 Wib.

20 Pasal 31 Ayat (1) Dan (3) Uu Nomor 16 Tahun 2001.

21 Pasal 35 (1) UU Nomor 16 Tahun 2001

(9)

Yayasan. Pada Pasal 35 ayat (2) disebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya Pengurus wajib menanamkan itikad baik, dan penuh tanggungjawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. Adapun kewajiban dari Pengurus Yayasan ialah:

1. Membuat dan menyimpan catatan atau tulisan yang berisi keterangan mengenai hak dan kewajiban serta hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha Yayasan;

2. Membuat dan menyimpan dokumen keuangan Yayasan berupa bukti pembukuan dan data pendukung administrasi keuangan;

3. Dalam hal Yayasan mengadakan transaksi dengan pihak lain yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi Yayasan, transaksi tersebut wajib dicantumkan dalam laporan tahunan sebagai cerminan dari asas keterbukaan dan akuntabilitas pada masyarakat yang harus dilaksanakan Yayasan dengan sebaik-baiknya22

Dalam pengelolaan situs donation based crowdfunding, pengurus yang akan mengurus segala urusan teknis mulai dari penerimaan, pendaftaran dari kreator, menyeleksi dan menyempurnakan ide kreatif dari kreator, desain dan tata letak situs, mencatat dan mengelola uang donasi yang masuk, hingga pembuatan laporan23

Apabila pengurus melakukan penyimpangan dalam kepengurusannya yang merugikan Yayasan, masyarakat maupun negara, berdasarkan putusan pengadila dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan, memperoleh kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat diangkat menjadi pengurus Yayasan manapun dan apabila pengurus melakukan penyimpangan yang merugikan yayasan, maka pengurus tersebut dapat diberhentikan sebelum masa kepengurusannya berakhir berdasarkan rapat pembina. Ketika sudah ada pergantian pengurus, maka pengurus yang baru wajib memberitahukan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggantian.

22 Chatamrasjid Ais, Loc.Cit, H., 12

23 Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiyani, Loc.Cit. H., 13

(10)

3. Pengawas Yayasan

Menurut Pasal 40 ayat (1) UU Yayasan, pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan.24 Pengawas yayasan dalam melakukan kewenangannya perlu ada mekanisme di mana pengurus menjalankan kegiatannya dengan kontrol dari pengawas, sehingga pengurus tidak berindak sewenang-wenang dan merugikan yayasan. dalam melakukan tugas dan kewenangannya pengawas wajib melakukannya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan. ketentuan lebih dalam mengenai Pembina diatur dalam Pasal 40 sampai 47 UU Yayasan.

E. Maksud dan Tujuan Yayasan Dalam UU Yayasan serta Peraturan Pelaksana

Entitas Yayasan sebagai badan hukum yang memiliki maksud dan tujuan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

Organ yayasan tidak dapat merangkap jabatan, masing-masing memiliki tugas dan kewenangannya, pemisahan tugas dan wewenang secara tegas dalam UU Yayasan diperuntukkan untuk dapat melakukan perbuatan hukum mewakili yayasan dengan benar tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan yayasan serta untuk menghindari terjadinya konflik internal yayasan yang dapat merugikan yayasan maupun pihak lain.25

Dengan perkembangan jaman yang pesat, cakupan UU yayasan saat ini sangatlah kecil sehingga banyak sekali hal-hal yang tidak tercantum atau tidak diatur oleh UU yayasan maka UU yayasan sangatlah memerlukan penyempurnaan kembali termasuk yang menyangkut pada organ yayasan untuk memastikan organ yayasan tidak melakukan pelanggaran hukum dan

24 Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112).

25 Chrisdiar.Angella. Kajian Yuridis Terhadap Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Menurut Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Pada Yayasan.Skripsi Februari 2021.

(11)

lalai dalam menjalankan tugasnya, pengaturan penghimpunan donasi secara online, maupun pengaturan sanksi yang jelas atas penyalahgunaan kewajiban yayasan seperti penyalahgunaan penghimpunan donation based crowdfunding dan penyalurannya. Dengan begini UU yayasan akan lebih memudahkan yayasan dalam menggapai maksud dan tujuan awalnya.

F. Harta Kekayaan Yayasan

Pemenuhan kebutuhan dan menjalankan kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan diperlukan suatu kekayaan untuk memenuhi hal tersebut, sehingga harta kekayaan dalam yayasan merupakan hal yang cukup krusial. Yayasan dalam menjalankan kegiatan sosial selain hanya dari kekayaan Yayasan, Yayasan juga dibantu dengan menghimpun bantuan sosial dari berbagai pihak seperti negara, perusahaan-perusahaan, perorangan, dan lain-lain. Pasal 26 UU Yayasan menyatakan bahwa kekayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang. Pasal 1 ayat (1) UU Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Dari ketentuan diatas maka, kekayaan pada yayasan pada dasarnya adalah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang yang ditujukan untuk mencapai tujuan yayasan dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak memiliki yayasan. pelaksanaan kegiatan yayasan dalam mencapai maksud dan tujuan yayasan dibiayai oleh kekayaan yayasan. Pasal 26 ayat (2) UU Yayasan mengatur kekayaan yayasan bersumber dari:

a. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;

b. Wakaf;

c. Hibah;

d. Hibah wasiat;

(12)

e. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.26 Yang dimaksud dengan "perolehan lain" misalnya deviden, bunga tabungan bank, sewa gedung, atau perolehan dari hasil usaha Yayasan.27 Adapun dalam UU No.17 tahun 2013 pasal 37 ayat (1) diatur bahwa:

(1) Keuangan Ormas dapat bersumber dari:

a. iuran anggota;

b. bantuan/sumbangan masyarakat;

c. hasil usaha Ormas;

d. bantuan/sumbangan dari orang asing atau lembaga asing;

e. kegiatan lain yang sah menurut hukum; dan/atau

f. anggaran pendapatan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan belanja daerah.28

Salah satunya adalah mengandalkan donasi dari masyarakat atau disebut juga dengan donation basedcrowdfunding.

G.

Teori Badan Hukum Yayasan

1. Teori Harta Kekayaan Bertujuan

Teori harta kekayaan bertujuan yang berasal dari Brinz, bahwa hanya manusia yang dapat menjadi subjek hukum. Badan hukum bukan merupakan subjek hukum, oleh karena itu hakikatnya hak-hak yang diberikan pada badan hukum merupakan hak-hak yang tidak menjadi subjek hukum, sehingga kekayaan badan hukum adalah kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan dan terlepas dari yang memegangnya.29 Pandangan ini memberikan pengertian bahwa badan hukum memiliki hak-hak yang dipisahkan dari hak-hak pribadi.

Teori ini guna menjelaskan keberadaan yayasan sebagai subyek hukum dan

26 Pasal 26 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112).

27 Pasal 26 Ayat (2) Huruf E Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

28 Pasal 37 Ayat (1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

29 Kusrini Purwijanti Dan Iman Prihandono, “Pengaturan Karakteristik Beneficiary Owner Di Indonesia” Notaire, Vol. 1, No. 1, 2018, H., 59.

(13)

badan hukum.30 Teori ini mendukung bahwa yayasan adalah milik masyarakat. Yayasan bukanlah miliknya pendiri atau pengurus melainkan adalah pihak yang dituju oleh pendirian/keberadaan yayasan tersebut. Dari pernyataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya yayasan tidak jelas siapa pemiliknya. Sebagai konsekuensi dari ketiadaan kepemilikan yayasan, maka muncul adanya larangan bagi organ yayasan untuk mendapatkan gaji, upah, atau honor. Selain itu, dalam Undang-undang yayasan dicantumkan larangan untuk memberikan kepada pihak ketiga, kecuali pemberian tunjangan sumbangan yang bersifat sosial dan kemanusiaan. Oleh karena itu kegiatan usaha yayasan bukan ditujukan untuk kepentingan pengurusnya, melainkan dipergunakan untuk kepentingan umum. Jadi penekanannya bukan pada keuntungan (profit) melainkan pada kemanfaatan (benefit).31

2. Teori Harta Kekayaan yang Dipisahkan (Vermogen)

Harta kekayaan yang dipisahkan, harta pendiri yang diberikan untuk tujuan suatu badan hukum dengan suatu kekayaan namun harta tersebut sudah menjadi harta kekayaan badan hukum tersebut. Kekayaan yang dipisahkan itu kemudian statusnya berubah menjadi badan hukum (Yayasan). Hal ini memberi makna bahwa kekayaan Yayasan terpisah dari kekayaan pribadi para pendiri. Selain itu, Yayasan merupakan subyek hukum (entitas hukum) mandiri yang tidak bergantung dari keberadaan organ Yayasan. Artinya, organ Yayasan bukanlah pemilik Yayasan melainkan sebagai pengelola kelangsungan hidup Yayasan. Organ Yayasan bertanggungjawab penuh terhadap pengelolaan kekayaan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

Teori ini menjadi elemen penting dalam yayasan, yaitu harta kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendirinya. Perbuatan hukum tersebut mengandung kesukarelaan dari pendiri untuk melepaskan suatu kekayaan32 Pemisahan sebagian harta kekayaan dari para pendiri untuk mendirikan

30 Dyah Hapsari Prananingrum, Hukum Yayasan Di Indonesia Kajian Filosofi Dan Yuridis, Gentha Publishing, Yogyakarta, 2016, H., 15.

31 Nurul Hudayanti. “Distribusi Aset Dan Kekayaan Yayasan: Perspektif Perundang- Undangan”. Jurnal Daulahi. Vol. 6. No. 2. 2017

32 Y. Sogar Simora, “Karakteristik, Pengelolaan Dan Pemeriksaan Badan Hukum Yayasan Di Indonesia” Jurnal Rechtsvinding,Vol. 1, No. 2, 2012, H., 178.

(14)

yayasan dapat dipahami maksud secara tersirat bahwa ketentuan tersebut menegaskan agar dalam mendirikan yayasan semata-mata bukan untuk kepentingan pribadi melainkan sebuah kegiatan amal dengan memberi derma secara terorganisir dan tersistematis yang merupakan salah satu hakikat keberadaan Yayasan. Sehingga eksistensi dan gerakan yayasan pada hakikatnya tidak terlepas dari misi dan kegiatan nirlaba yang didasarkan pada prinsip filantropis (kedermawanan, amal, dan sukarela) yang diorganisir dalam suatu organisasi yang rapi dalam mewujudkan suatu tujuan yang telah ditetapkan di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.33 Apabila pemisahan harta kekayaan tidak dilakukan maka tujuan dari pendirian Yayasan secara filosofi akan sulit untuk dicapai, bahkan dapat mengakibatkan penggunaan Yayasan sebagai alat pencari keuntungan bagi para pendiri.

3. Good Corporate Government

Good corporate government pada dasarnya merupakan suatu mekanisme yang mengatur tentang tata cara pengelolaan perusahaan berdasarkan rules yang menaungi perusahaan, seperti anggaran dasar serta aturan-aturan tentang perusahaan. Good corporate government tidak hanya berkaitan dengan hubungan antara perusahaan dengan pemiliknya tetapi juga dengan para pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.34

Prinsip transparansi dan akuntabilitas yang terdapat dalam Good corporate government diperlukan yayasan dalam hal pemeriksaan terhadap yayasan, untuk memastikan bahwa organ yayasan menjalankan tugas dan kewenangannya untuk mewujudkan tujuan yayasan, serta untuk memastikan organ yayasan tidak melakukan pelanggaran hukum dan lalai dalam menjalankan tugasnya. Keterkaitan yayasan menerapkan good corporate government dapat dilihat dalam Penjelasan Pasal 52 ayat (2) UU Yayasan yang menyatakan:

33 Hendra Nurtjahno, “Perkembangan Hukum Nirlaba Di Indonesia”, Karangan Yang Dimuat Dalam Buku Filantropi Dan Hukum Di Asia, Asia Pasific Philanthropy Consosrtium, Ghalia, Jakarta, 1999, H., 82.

34 Dyah Hapsari Prananingrum, Loc. Cit. H., 15.

(15)

“Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar bantuan yang diterima oleh Yayasan atau Yayasan yang mempunyai kekayaan dalam jumlah tertentu, dapat diketahui oleh masyarakat sesuai dengan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.”

2. Tinjauan Umum Tentang Crowdfunding A. Pengertian Crowdfunding

Tindakan pengumpulan dana dari masyarakat untuk tujuan tertentu, dikenal dengan istilah “crowdfunding”. Terminologi crowdfunding adalah turunan daricrowdsourcing yang diterjemahkan dengan kata urun daya35 Crowdsourcing adalah pelibatan yang tidak terbatas dan tanpa memandang latar belakang pendidikan, kewarganegaraan, agama, pekerjaan, bagi setiap orang yang ingin memberikan kontribusinya atau solusinya atas suatu permasalahan yang dilemparkan oleh individu, perusahaan, institusi, baik dibayar maupun secara cuma-cuma. Crowdsourcing memiliki bentuk yang berbeda-beda, salah satunya Crowdfunding terdiri dari 2 (dua) akar kata yakni crowd dan funding, Crowd berarti “keramaian atau kerumunan” dan funding berarti “pembiayaan atau pendanaan”, maka crowdfunding dapat diartikan pendanaan beramai-ramai yang berasal dari konsep gotong royong36

Indonesia belum memiliki undang-undang khusus tentang crowdfunding sehingga belum ditemukan pengertian crowdfunding dalam produk hukum apapun di Indonesia. Istilah crowdfunding dapat ditinjau dari rumusan pengertian para ahli hukum, ekonomi dan teknologi informatika.

Berikut ini beberapa pengertiannya:

1. Frank Kleeman, seorang pakar ekonomi dalam tulisannya di jurnal Science, Technology & Innovation Studies 9, menyatakan pengertian crowdfunding adalah:

“Crowdfunding is defined as an open call over the Internet for financial resources in the form of a monetary donation, sometimes in

35 Thommy Budiman, Rahel Octora, Op.Cit. H.,223

36 Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiyani, Op.Cit. H., 6.

(16)

exchange for a future product, service, or reward. Crowdfunding uses web technologies and existing online payment systems to facilitate transactions between creators (people who request funds) and funders (people who give money).”

Crowdfunding didefinisikan sebagai panggilan terbuka (publikasi) melalui internet untuk sumber pendanaan dalam bentuk sumbangan, terkadang hal ini dilakukan dalam bentuk pertukaran antara uang dengan produk yang dihasilkan di kemudian hari, jasa, atau hadiah. Crowdfunding menggunakan teknologi web dan sistem pembayaran online yang ada untuk memfasilitasi transaksi antara pencipta (orang-orang yang meminta dana) dan penyandang dana (orang-orang yang memberi uang).

2. Paul Belleflame, Guru Besar bidang ilmu Ekonomi Manajemen di_Université Catholique de Louvaindi Journal of Business Venturing, menyatakan: “Crowdfunding is defined as the request for financial resources on and offline in exchange for a reward offered by the creator, such as an acknowledgment, an experience, or a product”.

Crowdfunding didefinisikan sebagai permohonan atas sumber pendanaan secara online dan offline dengan cara menukarkannya dengan timbal balik yang ditawarkan oleh kreator (pemohon dana), misal dalam bentuk penghargaan, pengalaman atau produk.

B. Pengelompokan Crowdfunding

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejauh ini mengelompokkan crowdfunding dalam 4 (empat) jenis yaituequity based crowdfunding (crowdfunding berbasis permodalan / kepemilikan saham, lending based crowdfunding (crowdfunding berbasis kredit / utang piutang, reward based crowdfunding (crowdfunding berbasis hadiah, dan donation based crowdfunding (berbasis donasi).37

37 Indra, 2014. The Rout Of OJK In Promoting Financing For Innovative And Creative Business Activities, Disampaikan Di Seminar Internasional “Crowdfunding, Alternative Funding For Creative Business”, Jakarta.

(17)

1. Basis Pinjaman (Consumer Lending atau Lending-Based)

Crowdfunding berbasis pinjaman sangatlah mirip dengan mekanisme pinjaman pada umumnya, di mana individu dapat meminjam dana kepada suatu proyek dengan ekspektasi pengembalian. Berikut beberapa bentuk crowdfunding basis pinjaman yang umum:

a. Perjanjian Pinjaman Tradisional (Traditional Lending Agreement) Model crowdfunding jenis ini model paling tradisional, di mana terdapat termin standar dan tingkat bunga. Mekanisme crowdfunding ini dapat dikatakan sangat mirip dengan mekanisme institusi keuangan di mana perusahaan meminjamkan sejumlah uang (bernominal kecil) dengan tingkat bunga yang cukup tinggi bagi debiturnya. Pada prakteknya terdapat beberapa situs crowdfunding yang memberikan pinjaman kepada pelanggan dengan sejarah kredit yang buruk. Di Indonesia sendiri, praktik ini mirip dengan praktik rentenir (dikelola oleh individual dan dalam sektor informal) sedangkan bila dikelola oleh sektor keuangan formal, praktik ini mirip dengan personal loan.

b. Forgivable Loan Pada model ini, untuk menagihkan uangnya kembali, maka lender (pemberi pinjaman) bisa memenuhi salah satu dari dua syarat dibawah:

a. jika dan ketika proyek mulai berjalan dan menghasilkan pendapatan atau

b. jika dan ketika proyek mulai memperoleh laba.

c. Pre-Sales (Pre-Selling atau Pre-Ordering) Dalam model ini, pencari dana meminta dana sebagai modal untuk memproduksi sesuatu. Dana dikembalikan kepada donor dalam bentuk produk akhir yang dijanjikan sesuai dengan nominal dana yang diberikan. Umumnya, semakin besar dana yang diberikan, maka semakin banyak atau semakin berkualitas produk akhir yang diberikan.

(18)

2. Basis Hadiah (Reward-Based)

Jenis crowdfunding basis hadiah sering dioperasikan bersamaan dengan crowdfunding basis donasi. Pada jenis ini, jumlah kontribusi yang akan diberikan individu telah dipaketkan sesuai dengan hadiah yang akan diberikan. Hadiah dapat berupa pencantuman nama pada kredit proyek, penamaan (acknowledgements) pada merchandise, kesempatan untuk bertemu dengan creator proyek, undangan untuk menghadiri acara khusus yang berkaitan dengan proyek, dan sebagainya. Pemberian hadiah ini bervariasi dan umumnya semakin besar sumbangan yang diberikan, semakin banyak atau semakin berkualitas hadiah yang diberikan. Contoh dari crowdfunding basis hadiah adalah: www.rockethub.com, www.wujudkan.com (juga basis donasi).

3. Basis Ekuitas (Equity-Based)

Kegiatan crowdfunding basis ekuitas seperti investasi pada umumnya di mana seseorang akan mendapatkan hak kepemilikan pada sebuah perusahaan yang merupakan sebuah bentuk imbalan atas dana yang diberikan.

Meskipun memiliki market-share yang paling kecil, baik dari segi dana terkumpul maupun penetrasi pasarnya, kategori inilah yang paling banyak mendapatkan perhatian media 38 (Lee, et al., 2013). Disimpulkan oleh Canada Media Fund (2012) terdapat dua subkategori standar dari crowdfunding basis ekuitas:

a. Model Investasi Surat Berharga (Securities Investment Model) yaitu saham perusahaan dibeli oleh seorang investor sehingga kontributor memiliki hak atas kepemilikan dari perusahaan atau dari sebuah proyek tersebut.

b. Model Bagi Hasil (Profit or Revenue-sharing Model). Adanya perbedaan dari kategori yang sebelumnya, yaitu pada kategori ini kontributor mendapatkan bagi hasil atau (share) dari revenue atau

38 Lee, K.C., Lim, Y.H., Lingesh, T.M., Tan, S.Y. And Teoh, Y.S. The Determinants Influencing Liquidity Of Malaysia Commercial Banks And Its Implication For Relevant Bodies: Evidence From 15 Malaysia Commercial Banks. Tesis, Agustus 2013

(19)

keuntungan dari sebuah proyek dan bukan saham pada perusahaan persangkutan. Kategori ini sering disebut dengan istilah “Collective Investment Scheme” atau Skema Investasi Kolektif. 39

4. Basis Donasi (Donation-Based)

Sebagaimana tersirat pada namanya, crowdfunding basis donasi adalah jenis crowdfunding yang didasari oleh donasi, filantropi, dan sponsorship di mana goals utamanya adalah mencari sumbangan. Jenis ini sering disebut sebagai micropatronage. Dalam crowdfunding jenis ini, para donatur berkontribusi dalam suatu proyek tanpa memiliki ekspektasi pengembalian dana yang telah dikontribusikan nya. Portal crowdfunding yang menjalankan model donasi umumnya memberikan penghargaan (reward), hadiah (gift), atau cinderamata (token) untuk menstimulasi individu agar menyumbang pada suatu proyek. Dengan demikian, tidak jarang pengertiannya tumpang- tindih (overlapping) dengan crowdfunding basis hadiah (reward-based).40

C. Tinjauan Umum Donation Based Crowdfunding

Donation based crowdfunding pertama kali dipopulerkan di Amerika Serikat yang kemudian ditiru di Inggris, Itali, Spanyol, Jerman, Australia, Kanada, hingga akhirnya Indonesia dengan munculnya situs kitabisa.com, rumahzakat.org dan ACT.ID (Aksi Cepat Tanggap). Platform-platform tersebut memiliki cara yang berbeda-beda dalam menggalang dana serta penyaluran dana donasinya. Donation based crowdfunding biasanya digunakan oleh organisasi non-pemerintah (LSM) untuk mendanai proyek 41

Donation based crowdfunding secara sederhana diartikan crowdfunding yang berbasis pada donasi (sumbangan sukarela). Donation based crowdfunding merupakan kegiatan penggalangan dana massal di mana orang- orang memberikan uangnya untuk aktivitas yang ditawarkan oleh pelaku

39 Canada Media Fund. Crowdfunding In A Canadian Context: Exploring The Potential Of Crowdfunding In The Creative Content Industries, Cmf Publication, Toronto, 2012.

40 Https://Www.Kajianpustaka.Com/2020/10/Crowdfunding.Html Di Kunjungi Pada Tanggal 28 Juni 2021 Pukul 22.24 Wib

41 Selly Erisha, Kewenangan Pengawasan Terkait Kegiatan Donation Based Crowdfunding Di Indonesia, Tesis Desember 2019.

(20)

usaha kreatif, dunia hiburan ataupun organisasi tertentu. Donation based crowdfunding menawarkan kemudahan yakni luasnya jangkauan pemberitaan kepada masyarakat melalui internet, murahnya biaya publikasi, cepatnya memperoleh donasi seiring pula dengan meningkatnya pamor sebuah karya kreatif.

Ide utama donation based crowdfunding adalah patungan sukarela tanpa imbalan untuk membantu sesama. Bentuk ini adalah bentuk dasar dari crowdfunding yang telah ada sejak berabad-abad lamanya, bahkan jauh sebelum istilah crowdfunding lahir. Sistem ini menempatkan masyarakat pemberi dana sebagai donatur yang berbasis pada kerelaan.

Berdasarkan pembahasan tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa hakikat donation based crowdfunding adalah pemberian donasi secara massal dari masyarakat kepada orang, organisasi, atau perusahaan dalam lingkup usaha kecil dan menengah, untuk tujuan tertentu antara lain sosial, kesehatan, pendidikan, industri kreatif, baik secara sukarela maupun untuk mendapatkan keuntungan yang dilakukan melalui internet (secara online) dengan difasilitasi oleh pihak pengelola situs donation based crowdfunding sebagai perantara (intermediaries).42 Untuk yayasan, tujuan untuk mendapatkan keuntungan tidak berlaku, donation based crowdfunding hanya untuk membantu yayasan dalam mewujudkan tujuan awal yayasan.

Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 Tentang Pengumpulan Uang atau Barang. Setiap aktivitas penggalangan dana harus melapor ke Walikota atau Bupati, namun tidak semua organisasi menjalankan aturan tersebut. selain itu, UndangUndang tersebut juga mengatur bahwa yang dapat menjadi penggalang dana hanya perkumpulan atau organisasi kemasyarakatan. Sedangkan dalam donation based crowdfunding, individu juga dapat menjadi penggalang dana. Dalam Perkembangannya, donation based crowdfunding mulai memunculkan berbagai masalah.

42 Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiyani, Op.Cit. H., 8-9.

(21)

D. Legalitas Crowdfunding di Indonesia

Di Indonesia, donation based crowdfunding berakar pada donasi dan tunduk pada UU Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang dan Barang dan PP Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan. Baik UU Nomor 9 Tahun 1961 dan PP Nomor 29 Tahun 1980 sama-sama tidak menyebutkan secara tegas tentang bentuk badan usaha atau organisasi yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pengumpulan sumbangan uang atau barang secara berkelanjutan. Kedua peraturan tersebut hanya menyebutnya sebagai organisasi kemasyarakatan43

1. Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang

Undang-undang ini merupakan aturan yang bersifat umum mengenai kegiatan pengumpulan uang atau barang. Ruang lingkup aturan ini adalah untuk kegiatan pengumpulan dana dengan metode konvensional, tanpa melibatkan teknologi internet. Menurut Pasal 2 UU No 9 tahun 1961,

“legalitas penyelenggaraan pengumpulan sumbangan harus didasarkan pada keberadaan izin dari pejabat yang berwenang, terkecuali untuk kegiatan pengumpulan uang atau barang yang diwajibkan oleh hukum agama, hukum adat dan adat-istiadat, atau yang diselenggarakan dalam, lingkungan terbatas.”

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 dinyatakan bahwa “ Izin untuk menyelenggarakan pengumpulan uang atau barang diberikan kepada perkumpulan atau organisasi kemasyarakatan dengan maksud sebagai mana tersebut dalam Pasal 1 yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang- undangan”.44

Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, Pejabat yang berwenang memberikan izin pengumpulan uang atau barang ialah: Menteri Kesejahteraan Sosial untuk ruang lingkup seluruh wilayah negara atau melampaui daerah tingkat I atau untuk menyelenggarakan/membantu suatu

43Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiyani, Op.Cit, H., 6-9.

44 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 Tentang pengumpulan Uang dan Barang

(22)

usaha sosial di luar negeri, Gubernur apabila pengumpulan itu diselenggarakan di dalam seluruh wilayahnya yang melampui suatu daerah tingkat II dalam wilayah daerah tingkat I yang bersangkutan, dan Bupati/Walikota, Kepala Daerah tingkat II, apabila pengumpulan itu diselenggarakan dalam wilayah daerah tingkat II yang bersangkutan. Pasal 8 ayat (1) undang-undang ini mengancam sanksi pidana bagi pelaksana kegiatan pengumpulan uang atau barang yang tidak berizin, dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.10.000,-(sepuluh ribu rupiah).

2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan.

Peraturan ini merupakan peraturan pelaksana dari Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang.

a. Pasal 1 angka 3 pengumpulan sumbangan adalah setiap usaha mendapatkan uang atau barang untuk pembangunan dalam bidang kesejahteraan sosial, mental/agama/kerohanian, kejasmanian, pendidikan dan bidang kebudayaan.45

b. Pasal 3 ayat (1), menyebutkan bahwa “Usaha pengumpulan sumbangan dilakukan oleh organisasi dan berdasarkan sukarela tanpa paksaan langsung atau tidak langsung”.46

c. Pasal 5 ayat (2) UU No. 9 Tahun 1961 menentukan syarat permohonan izin penyelenggaraan pengumpulan uang atau barang yang harus mencangkup 6 hal, yaitu:

(1) Maksud dan tujuan pengumpulan uang atau barang;

(2) Cara menyelenggarakan;

(3) Siapa yang menyelenggarakan;

(4) Batas waktu penyelenggaraan;

(5) Luasnya penyelenggaraan (wilayah, golongan);

(6) Cara penyalurannya.47

45 Thommy Budiman, Rahel Octora, Op.Cit. H.,225-226

46 Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiyani, Op.Cit. H.,9

47 Pasal 5 Ayat (2) UU No. 9 Tahun 1961 Tentang Pengumpulan Uang Atau Barang.

(23)

Meski dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b berisi mengenai cara penyelenggaraan pengumpulan uang atau barang, namun hal ini belum cukup rinci mengenai ketentuan penyelenggaraan. PP No. 29 Tahun 1980 sebagai peraturan pelaksanaannya juga belum mengatur hal tersebut. Salah satunya adalah penyelenggaraan pengumpulan sumbangan dengan memakai jaringan internet. Padahal kegiatan yayasan saat ini marak dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dan jaringan internet48, sehingga di dalam peraturan perundang-undangan ini menunjukkan kekosongan hukum yaitu peraturan ini tidak mengatur tentang tanggung jawab hukum dalam penghimpunan sumbangan dana (donation based crowdfunding) dan penyaluran dana sosial pada Yayasan yang memanfaatkan media online dalam berdonasi. Hal ini dapat berpotensi menimbulkan penyalahgunaan dana tersebut yang tidak sesuai dengan tujuan awal yayasan.

d. Pasal 6 ayat (1), Pelaksana kegiatan pengumpulan sumbangan diperkenankan memotong hasil pendapatan sumbangan sebanyak- banyaknya 10% (sepuluh persen) dari hasil pengumpulan sumbangan yang bersangkutan.

e. Pasal 13, pengawasan pemberian izin menjadi tanggung jawab dari Menteri.

f. Pasal 14 ayat (1) dan (2) memberikan kewajiban pada Pemegang izin / penyelenggara pengumpulan sumbangan, untuk mempertanggungjawabkan penggunaannya sumbangan yang dikumpulkan kepada pemberi izin. Pejabat pemberi izin wajib membuat laporan berkala kepada Menteri.

g. Dalam hal terjadi tindakan yang menimbulkan potensi penyimpangan, maka menurut Pasal 18, akan dilakukan usaha penertiban dengan tindakan preventif dan represif.

adanya pengawasan internal dan eksternal untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas. Pengawas internal menegakkan kode etik organisasi dan

48 Rr. Dyah Citra Harina. Politik Hukum Pembaruan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 Tentang Pengumpulan Uang Atau Barang Dalam Kegiatan Filantropi Di Indonesia. Jurnal Lex Renaissance. No. 1. Vol. 4. 2019. H., 189

(24)

memutuskan pemberian sanksi di internal organisasi. Pengawasan eksternal dilakukan masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah. Salah satu bentuknya berupa pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah.49 Dalam rangka pengendalian penyelenggaraan pengumpulan sumbangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara benar sesuai ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku, maka Langkah-langkah pengawasan yang dilakukan bersifat preventif (pencegahan) diatur dalam pasal 19 dan represif.

h. Pasal 19, pejabat pemberi izin wajib melakukan usaha penertiban dalam batas–batas kewenangannya.

Pengelola situs donation based crowdfunding, baik berbentuk perkumpulan berbadan hukum ataupun yayasan, mengajukan permohonan izin penyelenggaraan pengumpulan sumbangan kepada Kementerian Sosial.

Kementerian Sosial kemudian mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Sosial Republik Indonesia. Jadi, pengawasan preventif dilakukan oleh Kementerian Sosial sebagai pejabat fungsional yang berwenang melakukan penertiban.50

i. Pasal 20 ayat (1), tugas di bidang pengawasan dilaksanakan oleh Pegawai-pegawai Departemen Sosial.51 Kementerian Sosial lalu mendelegasikan kewenangan pengawasan preventif kepada Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.52 Penyimpangan penggunaan dana yang memenuhi unsur tindak pidana akan diproses lebih lanjut oleh Penyidik.53

Donation based crowdfunding juga tunduk terhadap Undang-Undang Nomor 9 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, apabila kegiatan Donation based crowdfunding ini

49 Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiyani, Op.Cit. H., 16

50 Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiyani, Op.Cit. H.17

51 Thommy Budiman, Rahel Octora, Op.Cit. H.,226

52 Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiyani, Op.Cit. H.,17

53 Thommy Budiman, Rahel Octora, Op.Cit. H.,226

(25)

diklasifikasikan sebagai kegiatan pencucian uang dan pendanaan untuk terorisme.

a. Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris.54

b. Pasal 2 ayat (1) huruf a menyatakan bahwa Undang-Undang ini berlaku terhadap “Setiap Orang yang melakukan atau bermaksud melakukan tindak pidana pendanaan terorisme di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan/atau”.55

c. Pasal 4 menyatakan bahwa “Setiap Orang yang dengan sengaja menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud digunakan seluruhnya atau sebagian untuk melakukan Tindak Pidana Terorisme, organisasi teroris, atau teroris dipidana karena melakukan tindak pidana pendanaan terorisme dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.56

d. Apabila dilakukan oleh korporasi pasal 8 ayat (4) dan (5) menyatakan bahwa korporasi akan:

4) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap Korporasi berupa pidana denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

5) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (4), terhadap Korporasi juga dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

a) pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan Korporasi;

54 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.

55 Pasal 2 ayat (1), Ibid.

56 Pasal 4, Ibid

(26)

b) pencabutan izin usaha dan dinyatakan sebagai Korporasi terlarang;

c) pembubaran Korporasi;

d) perampasan aset Korporasi untuk negara;

e) pengambilalihan Korporasi oleh negara; dan/atau f) pengumuman putusan pengadilan.57

e. Untuk mencegah terjadinyadonation based crowdfunding yang disalahgunakan, pasal 11 menyatakan bahwa “Upaya pencegahan tindak pidana pendanaan terorisme dilakukan melalui:

a) penerapan prinsip mengenali Pengguna Jasa Keuangan;

b) pelaporan dan pengawasan kepatuhan PJK;

c) pengawasan kegiatan pengiriman uang melalui sistem transfer atau pengiriman uang melalui sistem lainnya; dan

d) pengawasan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia.”58

Pengawasan donation based crowdfunding dapat termasuk pada pasal 11 huruf c dan d yang menyatakan kegiatan pengiriman melalui sistem lain dan instrumen pembayaran lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia.

Donation based crowdfunding termasuk sebagai sistem atau instrumen lain.

f. Pasal 20 ayat (1) dan (2) mengatur tentang Pengawasan Kegiatan Pengiriman Uang Melalui Sistem Lainnya menyatakan,

1) PJK yang menyelenggarakan kegiatan pengiriman uang melalui sistem lainnya wajib memperoleh izin dari dan/atau terdaftar di LPP.

2) PJK yang menyelenggarakan kegiatan pengiriman uang melalui sistem lainnya wajib menyampaikan laporan tertulis mengenai penyelenggaraan kegiatan pengiriman uang ke LPP 59

57 Pasal 8 ayat (4) dan (5), Ibid

58 Pasal 11, Ibid

59 Pasal 20 ayat (1) dan (2), Ibid

(27)

g. Yang melakukan pengawasan terhadap pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain yang terkait Pendanaan Terorisme adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ini sesuai dengan pasal 21.

h. Apabila dana dari donation based crowdfunding yang secara langsung atau tidak langsung atau yang diketahui atau patut diduga digunakan atau akan digunakan, baik seluruh maupun sebagian, untuk Tindak Pidana Terorisme maka dana itu akan diblokir sesuai dengan pasal 22.60 i. Pemblokiran dapat dilakukan oleh dilakukan oleh PPATK, penyidik,

penuntut umum, atau hakim dengan penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk meminta atau memerintahkan PJK atau instansi berwenang untuk melakukan pemblokiran sesuai dengan pasal 23.61

60 Pasal 22, Ibid

61 Pasal 23, Ibid

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa menunjukkan bahwa dengan variasi konsentrasi gom arab dapat memperkecil variasi keseragaman bobot, meningkatkan kekerasan, menurunkan % kerapuhan dan

Pada proses transferifikasi ini jenis alkohol yang akan digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas bahan bakar yang akan di hasilkan. Jenis alkohol yang banyak

Berdasarkan Gambar 4.20 – – – 4.28 untuk sistem Fouad dan 4.28 untuk sistem Fouad dan Anderson 3 Generator 9 Bus, menunjukkan bahwa metode ini mampu untuk menentukan CUEP

Manfaat-manfaat tersebut meliputi adanya alur tukar- menukar informasi mengenai IMS, HIV/AIDS dan cara-cara untuk meminimalisir faktor-faktor risiko yang ada tanpa harus merasa

Jumlah blok yang di- XOR untuk menghasilkan codeword disebut degree distribution (d). Codeword LT dikirimkan melalui BEC yang bersifat dapat menghilangkan

Uji coba instrumen dilakukan pada 30 siswa SMA kelas X di SMAN 22 Bandung. 30 soal yang dibuat dibagi menjadi dua bagian sehingga terdapat dua kode soal yaitu kode soal A dan kode

Terkait dengan bentuk penalaran dalam tradisi ilmu al-bayan (istidlal bayani) ini, al-Jabiri menemukan karakter “pemaksaan epistemologis” dalam kegiatan bernalar,

Perkawinan didasarkan pada kebutuhan manusia baik secara fisiologis, psikologis, sosial, religi dan biologis. Perkawinan sebagaimana yang telah diatur hukum agama