Hal-Hal yang Wajib Diketahui oleh Setiap Muslim dan Muslimah

(1)

(2)

Hal-Hal yang Wajib Diketahui oleh Setiap Muslim dan Muslimah

Judul Asli:

al-Wajibat al-Mutahattimat al-Ma'rifat 'ala Kulli Muslim wa Muslimat

Penulis:

Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al-Qar’awi Penerjemah:

Dr. Andy Octavian Latief, M.Sc

Yayasan Indonesia Bertauhid

(3)

| 2

Hal-Hal yang Wajib Diketahui oleh Setiap Muslim dan MuslimahHal-Hal yang Wajib Diketahui oleh Setiap Muslim dan Muslimah

(4)

Hal-Hal yang Wajib Diketahui oleh Setiap Muslim dan Muslimah

Judul Asli:

al-Wajibat al-Mutahattimat al-Ma'rifat 'ala Kulli Muslim wa Muslimat

Penulis:

Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al-Qar’awi Penerjemah:

Dr. Andy Octavian Latief, M.Sc ISBN:

...

Desain Sampul dan Tata Letak:

Bayu Prayuda Penerbit:

Yayasan Indonesia Bertauhid

Bekerjasama dengan Majelis Dakwah Remaja (MAJEEDR), Udrussunnah Bandung, dan Yayasan FSI Tunas Ilmu Solo.

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

(5)

| 4

(6)

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Dan shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Kemuliaan suatu ilmu ditentukan oleh dua hal. Yang pertama adalah apa yang dipelajari dalam ilmu tersebut.

Sesuai perkataan para ulama’, "Keutamaan suatu ilmu ditentukan oleh keutamaan apa yang diilmui.” Maka, ketika ilmu tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang iman kepada Allah, tentang Nama-Nama dan Sifat- SifatNya, dan tentang bagaimana mentauhidkanNya dalam ibadah kita, sungguh tidak ada lagi ilmu lain yang melebihi kemuliaan ilmu tauhid ini.

Yang kedua adalah seberapa besar kebutuhan kita kepada ilmu tersebut. Karena ilmu tauhid adalah kunci kebahagiaan kita di dunia dan akhirat, di mana seluruh amalan ibadah kita lainnya akan rusak jika tauhid kita rusak, maka menjadi sangat mulialah ilmu ini dan menjadi merugilah kita jika tidak menggunakan waktu kita untuk mempelajarinya dengan baik.

Oleh karena itu, berikut kami persembahkan kepada para pembaca sebuah buku kecil terjemahan dari kitab al- Wajibat al-Mutahattimat al-Ma’rifah ’ala Kulli Muslim wa Muslimah karya Syaikh ’Abdullah al-Qar’awiy, sebuah kitab yang menggabungkan antara ringkasnya pembahasan dan lengkapnya topik bahasan, yang kami jadikan sebagai

(7)

| 6 Kata PengantarKata Pengantar

buku panduan dalam program MASSE IB (Mahad Sepekan Sekali Indonesia Bertauhid) pada tahun 2018 ini.

Semoga Allah menerima amalan-amalan kita dan membuat dakwah tauhid menjadi tegak dan semarak di bumi nusantara yang kita cintai ini.

Penerjemah

(8)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... 5

Daftar Isi ... 7

Tiga Landasan Pokok ... 9

Empat Masalah Penting ... 10

Tiga Masalah Penting ... 11

Dua Landasan Pokok dan Kaidah Agama ... 12

Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallaah ... 13

Pembatal-Pembatal Keislaman ... 25

Tiga Kategori Tauhid ... 30

Lawan Tauhid adalah Syirik ... 33

Dua Jenis Kufur ... 39

Dua Jenis Nifaq ... 43

Makna Thaghut dan Jenis-Jenisnya ... 45

(9)

| 8 ^ss

s

(10)

Tiga Landasan Pokok

Tiga landasan pokok yang wajib diketahui oleh setiap muslim dan muslimah:

1. Mengetahui Tuhannya;

2. Mengetahui agamanya;

3. Mengetahui Nabinya.

Jika dikatakan kepada anda, “Siapa Tuhanmu?”

Maka katakanlah, “Tuhanku adalah Allah, yang telah memeliharaku dan memelihara semesta alam dengan nikmatNya. Dialah sembahanku, tidak ada bagiku tuhan yang berhak disembah selain Dia.”

Jika dikatakan kepada anda, “Apa agamamu?” Maka katakanlah, “Agamaku Islam, yaitu berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepadaNya dengan melakukan ketaatan, dan berlepas diri dari kesyirikan dan orang-orangnya.”

Jika dikatakan kepada anda, “Siapa nabimu?” Maka katakanlah, “Muhammad ibn ’Abdillah ibn ’Abdil- Muththalib ibn Hasyim, dan Hasyim adalah dari Quraisy, dan Quraisy adalah dari Arab, dan Arab adalah dari keturunan Isma’il ibn Ibrahim al-Khalil. Allah utus beliau dengan membawa peringatan dari kesyirikan dan dengan mengajak kepada tauhid.”

(11)

| 10 Empat Masalah PentingEmpat Masalah Penting

Empat Masalah Penting

Pertama: Ilmu, yaitu mengetahui tentang Allah, tentang nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tentang agama Islam dengan dalil-dalilnya.

Kedua: Mengamalkannya.

Ketiga: Mendakwahkannya.

Keempat: Bersabar atas gangguan di dalamnya.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

**اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّلِإ * ٍرْسُخ يِفَل َناَسنِْلا َّنِإ * ِرْصَعْلاَو**

ِْبَّصلِب اْوَصاَوَـتَو ِّقَْلِب اْوَصاَوَـتَو ِتاَِلاَّصلا

“Demi masa, sungguh manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasihati supaya menaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” [QS. al-’Ashr, 103:

1-3]

(12)

Tiga Masalah Penting

Pertama: Bahwa Allah menciptakan kita, memberikan kita rizki, dan tidak meninggalkan kita sia-sia. Akan tetapi, Allah mengutus seorang rasul. Barangsiapa yang menaatinya, maka ia masuk Surga. Dan barangsiapa durhaka kepadanya, maka ia masuk Neraka.

Kedua: Bahwa Allah tidak ridha’ bahwa sesuatu dijadikan sekutu bagiNya dalam ibadah, baik itu malaikat ataupun nabi.

Ketiga: Bahwa barangsiapa yang menaati Rasul dan mentauhidkan Allah, maka tidak boleh baginya untuk berwala’ kepada orang yang memerangi Allah dan RasulNya, walaupun ia adalah kerabat dekatnya.

(13)

Dua Landasan Pokok dan Kaidah Agama

Pertama: Perintah untuk beribadah hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, mengajak kepada hal tersebut, berwala’ dalam hal tersebut, dan mengkafirkan orang yang meninggalkannya.

Kedua: Memperingatkan dari syirik dalam ibadah kepada Allah, bersikap keras dan memerangi hal tersebut, dan mengkafirkan orang yang melakukannya.

(14)

Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallaah

Pertama: Ilmu, yaitu paham maknanya, baik secara penafian maupun secara penetapan.

Kedua: Yakin, yaitu tidak ragu-ragu dan bimbang.

Ketiga: Ikhlas, yaitu tidak melakukan kesyirikan.

Keempat: Jujur, yaitu tidak berdusta, sehingga terhindar dari kemunafikan.

Kelima: Cinta terhadap kalimat ini dan isi kandungannya, serta senang terhadapnya.

Keenam: Tunduk pada hak-haknya, yaitu mengerjakan amalan-amalan yang wajib secara ikhlas kepada Allah dan menginginkan ridha-Nya.

Ketujuh: Menerima, yaitu tidak menolak.

______

Dalil dari ilmu adalah firman Allah Ta’ala,

ُهـَّللا َّلِإ َهـَلِإ َل ُهَّنَأ ْمَلْعاَف

“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.” [QS. Muhammad, 47: 19]

(15)

| 14 Syarat-Syarat Laa Ilaaha IllallaahSyarat-Syarat Laa Ilaaha Illallaah

Dan firman Allah Ta’ala,

َنوُمَلْعَـي ْمُهَو ِّقَْلِب َدِهَش نَم َّلِإ

“Melainkan orang yang menyaksikan kebenaran dan mereka memahaminya.” [QS. az-Zukhruf, 43: 86]

Yang dimaksud dengan kebenaran di sini adalah kebenaran Laa ilaaha illallaah, dan yang dimaksud dengan mereka memahaminya adalah mereka memahami dengan hati apa yang diucapkan oleh lisan mereka.

Dalil dari sunnah adalah sebuah hadits shahih dari

’Utsman radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda,

ةنلجا لخد الله لإ هلإ ل هنأ ملعي وهو تام نم

“Barangsiapa yang meninggal dunia dan dia tahu bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah maka dia masuk Surga.”

Dalil dari yakin adalah firman Allah Ta’ala,

اوُدَهاَجَو اوُبَتْرَـي َْل َُّث ِهِلوُسَرَو ِهـَّللِب اوُنَمآ َنيِذَّلا َنوُنِمْؤُمْلا اََّنِإ

َنوُقِداَّصلا ُمُه َكِئـَلوُأ ِهـَّللا ِليِبَس ِف ْمِهِسُفنَأَو ْمِِلاَوْمَِب

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan RasulNya,

(16)

kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang- orang yang benar.” [QS. al-Hujurat, 49: 15]

Maka syarat benarnya iman mereka kepada Allah dan Rasul-Nya adalah bahwa mereka tidak ragu-ragu. Adapun orang yang ragu-ragu maka ia termasuk golongan orang- orang munafik.

Dalil dari sunnah adalah hadits shahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda,

دبع امبه الله ىقلي ل الله لوسر نيأو الله لإ هلإ ل نأ دهشأ امبه الله ىقلي ل :ةياور فو .ةنلجا لخد لإ امهيف كاش يرغ

ةنلجا نع بجحيف امهيف كاش يرغ دبع

“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah. Tidaklah seorang hamba berjumpa dengan Allah dengan membawa dua kalimat syahadat ini tanpa ada keraguan sedikitpun kecuali dia masuk Surga.” Dalam riwayat lain, “Tidaklah seorang hamba berjumpa dengan Allah dengan membawa dua kalimat syahadat ini tanpa ada keraguan sedikitpun kemudian dia dijauhkan dari Surga.”

Juga dari Abu Hurairah dalam sebuah hadits yang panjang,

انقيتسم الله لإ هلإ ل نأ دهشي طئالا اذه ءارو نم تيقل نم

ةنلجب هرشبف هبلق ابه

(17)

“Barangsiapa yang engkau temui di balik dinding ini, dia bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan hatinya meyakininya, maka berikanlah ia kabar gembira berupa Surga.”

Dalil dari ikhlas adalah firman Allah Ta‘ala,

ُصِلاَْلا ُنيِّدلا ِهـَّلِل َلَأ

“Ingatlah, hanya milik Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” [QS. az-Zumar, 39: 3]

َءاَفَـنُح َنيِّدلا ُهَل َينِصِلُْم َهـَّللا اوُدُبْعَـيِل َّلِإ اوُرِمُأ اَمَو

“Mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya, condong kepada kebenaran.” [QS. al-Bayyinah, 98: 5]

Dalil dari sunnah adalah hadits shahih dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هبلق نم اصلاخ الله لإ هلإ ل لاق نم تيعافشب سانلا دعسأ هسفن وأ

“Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku adalah yang berkata Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.”

(18)

Dari ’Itban ibn Malik radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يغتبي الله لإ هلإ ل لاق نم رانلا ىلع مرح الله نإ الله هجو كلذب

“Sungguh Allah mengharamkan untuk Neraka orang yang berkata Laa ilaaha illallaah dengan mengharapkan Wajah Allah.”

An-Nasa’iy meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

،دملا هلو كللما هل ،هل كيرش ل هدحو الله لإ هلإ ل لاق نم ،هناسل ابه قدصي ،هبلق ابه اصلم ريدق ءيش لك ىلع وهو لهأ نم اهلئاق لىإ رظني تىح اقتف ءامسلا ال الله قتف لإ

هلاؤس هيطعي نأ هيلإ الله رظن دبعل قحو ،ضرلأا

“Barangsiapa yang berkata dengan ikhlas dari hatinya dan dibenarkan oleh lisannya: Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku wa lahul-hamdu, wa huwa

‘alaa kulli syai’in qadiir, maka Allah akan membelah langit untuk melihat orang yang mengucapkannya, dan berhak bagi orang yang dilihat oleh Allah tersebut untuk dikabulkan permohonannya.”

Dalil dari jujur adalah firman Allah Ta’ala,

(19)

**َنوُنَـتْفُـي َل ْمُهَو اَّنَمآ اوُلوُقَـي نَأ اوُكَرْـتُـي نَأ ُساَّنلا َبِسَحَأ * لا** اوُقَدَص َنيِذَّلا ُهـَّللا َّنَمَلْعَـيَلَـف ْمِهِلْبَـق نِم َنيِذَّلا اَّنَـتَـف ْدَقَلَو *

َينِبِذاَكْلا َّنَمَلْعَـيَلَو

“Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, ‘Kami telah beriman,’

sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang jujur dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” [QS. al-’Ankabut, 29: 3]

َينِنِمْؤُِب مُه اَمَو ِرِخ ْلا ِمْوَـيْلِبَو ِهـَّللِب اَّنَمآ ُلوُقَـي نَم ِساَّنلا َنِمَو اَمَو ْمُهَسُفنَأ َّلِإ َنوُعَدَْي اَمَو اوُنَمآ َنيِذَّلاَو َهـَّللا َنوُعِداَُي * **ٌباَذَع ْمَُلَو اًضَرَم ُهـَّللا ُمُهَداَزَـف ٌضَرَّم مِِبهوُلُـق ِف * َنوُرُعْشَي**

َنوُبِذْكَي اوُناَك اَِب ٌميِلَأ

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,’ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [QS. al-Baqarah, 2: 8-10]

(20)

Dalil dari sunnah adalah hadits shahih dari Mu’adz ibn Jabal radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هلوسرو هدبع ادممح نأو الله لإ هلإ ل نأ دهشي دحأ نم ام رانلا ىلع الله همرح لإ هبلق نم اقدص

“Tidaklah ada orang yang bersaksi secara jujur dari hatinya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, kecuali Allah akan mengharamkan baginya Neraka.”

Dalil dari cinta adalah firman Allah Ta’ala,

ِهـَّللا ِّبُحَك ْمُهَـنوُّبُِي اًداَدنَأ ِهـَّللا ِنوُد نِم ُذِخَّتَـي نَم ِساَّنلا َنِمَو

ِهـَّلِّل اًّبُح ُّدَشَأ اوُنَمآ َنيِذَّلاَو

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” [QS. al-Baqarah, 2:

165]

ُهـَّللا ِتَْي َفْوَسَف ِهِنيِد نَع ْمُكنِم َّدَتْرَـي نَم اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّـيَأ َي َنيِرِفاَكْلا ىَلَع ٍةَّزِعَأ َينِنِمْؤُمْلا ىَلَع ٍةَّلِذَأ ُهَنوُّبُِيَو ْمُهُّـبُِي ٍمْوَقِب

ٍمِئ َل َةَمْوَل َنوُفاََي َلَو ِهـَّللا ِليِبَس ِف َنوُدِهاَُي

(21)

“Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang yang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” [QS. al- Ma’idah, 5: 54]

Dalil dari sunnah adalah hadits shahih dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هلوسرو الله نوكي نأ :نايملا ةولاح دجو هيف نك نم ثلاث هركي نأو ،لله لإ هبي ل ءرلما بي نأو ،اهماوس امم هيلإ بحأ فذقي نأ هركي امك هنم الله هذقنأ ذإ دعب رفكلا ف دوعي نأ

رانلا ف

“Tiga hal yang jika dimiliki oleh seseorang maka ia akan menemukan manisnya iman: Allah dan RasulNya lebih dia cintai daripada selainnya, dia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan dia membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia darinya sebagaimana dia benci untuk diceburkan ke dalam api.”

Dalil dari tunduk adalah firman Allah Ta’ala,

ُهَل اوُمِلْسَأَو ْمُكِّبَر َلىِإ اوُبيِنَأَو

“Dan kembalilah kalian kepada Tuhan kalian, dan berserah

(22)

dirilah.” [QS. az-Zumar, 39: 54]

ٌنِسُْمح َوُهَو ِهـَّلِل ُهَهْجَو َمَلْسَأ ْنَِّّمم اًنيِد ُنَسْحَأ ْنَمَو

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan.” [QS. an-Nisa’, 4: 125]

ِةَوْرُعْلِب َكَسْمَتْسا ِدَقَـف ٌنِسُْمح َوُهَو ِهـَّللا َلىِإ ُهَهْجَو ْمِلْسُي نَمَو ىَقْـثُوْلا

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” [QS.

Luqman, 31: 22]

Yaitu, kepada kalimat Laa ilaaha illallaah.

Dalil dari sunnah adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

هب تئج الم اعبت هاوه نوكي تىح مكدحأ نمؤي ل

“Tidaklah seseorang itu beriman (secara sempurna) sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”

Dan inilah ketundukan yang sempurna.

(23)

Dalil dari menerima adalah firman Allah Ta’ala,

اَهوُفَرْـتُم َلاَق َّلِإ ٍريِذَّن نِّم ٍةَيْرَـق ِف َكِلْبَـق نِم اَنْلَسْرَأ اَم َكِلَذَكَو **ْوَلَوَأ َلاَق * َنوُدَتْقُّم مِهِرَثآ ىَلَع َّنِإَو ٍةَّمُأ ىَلَع َنَءَبآ َنْدَجَو َّنِإ ِهِب مُتْلِسْرُأ اَِب َّنِإ اوُلاَق ْمُكَءَبآ ِهْيَلَع ُّْتدَجَو اَِّمم ىَدْهَِب مُكُتْـئِج**

**َينِبِّذَكُمْلا ُةَبِقاَع َناَك َفْيَك ْرُظناَف ْمُهْـنِم اَنْمَقَـتناَف * َنوُرِفاَك**

“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata,

‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak- jejak mereka.’ (Rasul itu) berkata, ‘Apakah (kalian akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untuk kalian (agama) yang lebih memberi petunjuk daripada apa yang kalian dapati bapak-bapak kalian menganutnya?’ Mereka menjawab,

‘Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.’ Maka Kami binasakan mereka, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” [QS. az-Zukhruf, 43: 23-25]

**اَّنِئَأ َنوُلوُقَـيَو * َنوُِبْكَتْسَي ُهـَّللا َّلِإ َهـَلِإ َل ْمَُل َليِق اَذِإ اوُناَك ْمُهَّـنِإ**

**َينِلَسْرُمْلا َقَّدَصَو ِّقَْلِب َءاَج ْلَب * ٍنوُنَّْم ٍرِعاَشِل اَنِتَِلآ وُكِراَتَل**

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, ‘Laa ilaaha illallaah,’ mereka menyombongkan diri.

(24)

Dan mereka berkata, ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?’ Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya).” [QS.

ash-Shaffat, 37: 35-37]

Dalil dari sunnah adalah hadits shahih dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يرثكلا ثيغلا لثمك ملعلاو ىدلا نم هب الله نيثعب ام لثم لأكلا تتبنأف ءالما تلبق ةيقن اهنم ناكف ،اضرأ باصأ الله عفنف ءالما تكسمأ بداجأ اهنم تناكو ،يرثكلا بشعلاو ىرخأ ةفئاط اهنم باصأو ،اوعرزو اوقسو اوبرشف سانلا ابه هقف نم لثم كلذف ،لأك تبنت لو ءام كستم ل ناعيق يه انإ عفري ل نم لثمو ملعو ملعف هب الله نيثعب ام هعفنو الله نيد ف

هب تلسرأ يذلا الله ىده لبقي لو اسأر كلذب

“Perumpamaan apa yang aku bawa dari Allah berupa petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang menjatuhi bumi. Maka di antara tanah tersebut ada tanah yang baik yang menerima air, maka ia pun menumbuhkan tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di antara tanah tersebut ada tanah yang tidak dapat menumbuhkan tanaman tetapi dapat menampung air, maka dengannya Allah memberi manfaat kepada manusia sehingga mereka bisa minum, memberi minum hewan ternak, dan menyiram tanaman. Namun air tersebut juga menimpa tanah yang lain yang tidak bisa menampung air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Maka perumpamaan

(25)

ini adalah seperti orang yang memahami agama Allah dan mendapat manfaat dari apa yang dibawa olehku dari Allah, sehingga dia memahami dan mengajarkannya, dan seperti orang yang acuh tak acuh dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.”

(26)

Pembatal- Pembatal Keislaman

Ketahuilah bahwa pembatal keislaman itu ada sepuluh.

Pertama: Syirik dalam ibadah kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

ُءاَشَي نَمِل َكِلَذ َنوُد اَم ُرِفْغَـيَو ِهِب َكَرْشُي نَأ ُرِفْغَـي َل َهـَّللا َّنِإ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu denganNya, dan Dia mengampuni dosa di bawahnya bagi siapa yang dikehendakiNya.” [QS. an- Nisa’, 4: 116]

Allah Ta‘ala berfirman,

اَمَو ُراَّنلا ُهاَوْأَمَو َةَّنَْلجا ِهْيَلَع ُهـَّللا َمَّرَح ْدَقَـف ِهـَّللِب ْكِرْشُي نَم ُهَّنِإ

ٍراَصنَأ ْنِم َينِمِلاَّظلِل

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” [QS. al-Ma’idah, 5: 72]

(27)

| 26 Pembatal-Pembatal KeislamanPembatal-Pembatal Keislaman

Di antara bentuk kesyirikan adalah berkurban untuk selain Allah, seperti orang yang berkurban untuk jin atau kuburan.

Kedua: Barangsiapa yang menjadikan sebagai perantara antara dia dan Allah, di mana dia berdoa kepadanya, meminta syafa’at kepadanya, dan bertawakkal kepadanya, maka dia telah kafir secara ijma’.

Ketiga: Barangsiapa yang tidak mengkafirkan kaum musyrikin, atau ragu-ragu atas kekafiran mereka, atau membenarkan keyakinan mereka, maka dia telah kafir.

Keempat: Barangsiapa yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu lebih sempurna, atau bahwa hukum selainnya itu lebih baik, seperti orang yang menganggap hukum thaghut itu lebih bagus, maka dia telah kafir.

Kelima: Barangsiapa yang membenci sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun dia mengamalkannya, maka dia telah kafir.

ْمَُلاَمْعَأ َطَبْحَأَف ُهـَّللا َلَزنَأ اَم اوُهِرَك ْمُهَّـنَِب َكِلَذ

“Yang demikian itu adalah karena mereka benci kepada apa yang diturunkan oleh Allah, lalu Allah menghapuskan amalan- amalan mereka.” [QS. Muhammad, 47: 9]

(28)

Keenam: Barangsiapa yang mengolok-olok sesuatu dari agama Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam atau pahalanya atau hukumannya ,maka dia telah kafir.

**ْدَق اوُرِذَتْعَـت َل * َنوُئِزْهَـتْسَت ْمُتنُك ِهِلوُسَرَو ِهِتَيآَو ِهـَّللِبَأ ْلُق**

ْمُكِناَيمِإ َدْعَـب ُتْرَفَك

“Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan RasulNya kalian selalu berolok-olok? Tidak usah kalian meminta maaf, karena kalian kafir sesudah beriman.” [QS. at- Taubah, 9: 66]

Ketujuh: Sihir, seperti sharf (sihir untuk memisahkan suami-istri -penj.) dan ’athf (ilmu pelet -penj.). Barangsiapa yang melakukannya atau ridha’ dengannya, maka dia telah kafir.

ْرُفْكَت َلاَف ٌةَنْـتِف ُنَْن اََّنِإ َلوُقَـي َّتىَح ٍدَحَأ ْنِم ِناَمِّلَعُـي اَمَو

“Keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorang pun sebelum mengatakan, ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.’” [QS. al-Baqarah, 2:

102]

Kedelapan: Mendukung kaum musyrikin dan membantu mereka melawan kaum muslimin.

(29)

| 28 Pembatal-Pembatal KeislamanPembatal-Pembatal Keislaman

َينِمِلاَّظلا َمْوَقْلا يِدْهَـي َل َهـَّللا َّنِإ ْمُهْـنِم ُهَّنِإَف ْمُكنِّم مَُّلَوَـتَـي نَمَو

“Barangsiapa di antara kalian mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.” [QS. al-Ma’idah, 5: 51]

Kesembilan: Barangsiapa yang meyakini bahwa sebagian orang boleh keluar dari syari’at Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana al-Khidhr boleh keluar dari syari’at Musa ‘alaihis-salam, maka dia telah kafir.

Kesepuluh: Berpaling dari agama Allah Ta’ala, tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya.

َينِمِرْجُمْلا َنِم َّنِإ اَهْـنَع َضَرْعَأ َُّث ِهِّبَر ِتَيِب َرِّكُذ نَِّمم ُمَلْظَأ ْنَمَو

َنوُمِقَتنُم

“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” [QS. as-Sajdah, 32: 22]

Tidak ada bedanya pada seluruh pembatal keislaman ini apakah dia melakukannya karena bercanda, serius, atau takut, kecuali orang yang dipaksa. Semua yang disebut

(30)

di atas termasuk yang paling besar bahayanya dan paling banyak terjadinya. Maka wajib bagi seorang muslim untuk berhati-hati darinya dan waspada agar tidak terjatuh ke dalamnya. Kita berlindung kepada Allah dari hal-hal yang menyebabkan murka-Nya dan pedihnya siksaan-Nya.

(31)

| 30 Tiga Kategori TauhidTiga Kategori Tauhid

Tiga Kategori Tauhid

Pertama: Tauhid Rububiyyah.

Ini adalah kategori tauhid yang juga diyakini oleh kaum kafir pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi itu tidak membuat mereka masuk Islam.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjuang memerangi mereka dan menghalalkan darah dan harta mereka. Kategori ini adalah mentauhidkan Allah dengan perbuatanNya.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

َعْمَّسلا ُكِلَْيم نَّمَأ ِضْرَْلأاَو ِءاَمَّسلا َنِّم مُكُقُزْرَـي نَم ْلُق ِّيَْلا َنِم َتِّيَمْلا ُجِرُْيَو ِتِّيَمْلا َنِم َّيَْلا ُجِرُْي نَمَو َراَصْبَْلأاَو

َنوُقَّـتَـت َلاَفَأ ْلُقَـف ُهـَّللا َنوُلوُقَـيَسَف َرْمَْلأا ُرِّبَدُي نَمَو

“Katakanlah, ‘Siapa yang memberi rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Mengapa kalian tidak bertakwa (kepadaNya)?’” [QS. Yunus, 10: 31]

Dan ayat-ayat tentang hal ini banyak sekali.

(32)

Kedua: Tauhid Uluhiyyah.

Ini adalah kategori tauhid yang terjadi banyak perdebatan di dalamnya sejak zaman dulu hingga sekarang.

Kategori ini adalah mentauhidkan Allah dengan perbuatan makhluk, seperti doa, nadzar, menyembelih, berharap, takut, tawakkal, dan segala macam bentuk ibadah yang ada dalilnya dalam al-Qur’an.

Ketiga: Tauhid Dzat, Asma’, dan Shifat.

Allah Ta’ala berfirman,

**نُكَي َْلَو * ْدَلوُي َْلَو ْدِلَي َْل * ُدَمَّصلا ُهـَّللا * ٌدَحَأ ُهـَّللا َوُه ْلُق**

ٌدَحَأ اًوُفُك ُهَّل

“Katakanlah, ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.’” [QS. al-Ikhlash, 112: 1-4]

Allah Ta’ala berfirman,

ِف َنوُدِحْلُـي َنيِذَّلا اوُرَذَو اَِبه ُهوُعْداَف َنْسُْلا ُءاَْسَْلأا ِهـَّلِلَو

َنوُلَمْعَـي اوُناَك اَم َنْوَزْجُيَس ِهِئاَْسَأ

“Hanya milik Allah Nama-Nama yang sempurna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut Nama-Nama yang sempurna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran tentang Nama-NamaNya. Mereka akan

(33)

| 32 Tiga Kategori TauhidTiga Kategori Tauhid

mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

[QS. al-A’raf, 7: 180]

ُيرِصَبْلا ُعيِمَّسلا َوُهَو ٌءْيَش ِهِلْثِمَك َسْيَل

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [QS. asy- Syura, 42: 11]

(34)

Lawan Tauhid adalah Syirik

Syirik terdiri atas tiga jenis: syirik akbar (syirik besar), syirik ashghar (syirik kecil), dan syirik khafiy (syirik yang tersembunyi).

Syirik Akbar

Syirik akbar tidak diampuni oleh Allah, dan amalan- amalan shalih tidak akan diterima selama syirik akbar dilakukan.

ُءاَشَي نَمِل َكِلَذ َنوُد اَم ُرِفْغَـيَو ِهِب َكَرْشُي نَأ ُرِفْغَـي َل َهـَّللا َّنِإ اًديِعَب ًل َلاَض َّلَض ْدَقَـف ِهـَّللِب ْكِرْشُي نَمَو

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendakiNya.

Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [QS. an- Nisa’, 4: 116]

(35)

| 34 Lawan Tauhid adalah SyirikLawan Tauhid adalah Syirik

َلاَقَو ََيْرَم ُنْبا ُحيِسَمْلا َوُه َهـَّللا َّنِإ اوُلاَق َنيِذَّلا َرَفَك ْدَقَل ْكِرْشُي نَم ُهَّنِإ ْمُكَّبَرَو ِّبَر َهـَّللا اوُدُبْعا َليِئاَرْسِإ ِنيَب َي ُحيِسَمْلا ْنِم َينِمِلاَّظلِل اَمَو ُراَّنلا ُهاَوْأَمَو َةَّنَْلجا ِهْيَلَع ُهـَّللا َمَّرَح ْدَقَـف ِهـَّللِب

ٍراَصنَأ

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,

‘Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putra Maryam,’ padahal al-Masih (sendiri) berkata, ‘Wahai Bani Isra’il, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian.’ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” [QS. al-Ma’idah, 5: 72]

اًروُثنَّم ًءاَبَه ُهاَنْلَعَجَف ٍلَمَع ْنِم اوُلِمَع اَم َلىِإ اَنْمِدَقَو

“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.”

[QS. al-Furqan, 25: 23]

َنيِرِساَْلا َنِم َّنَنوُكَتَلَو َكُلَمَع َّنَطَبْحَيَل َتْكَرْشَأ ْنِئَل

“Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [QS. az-Zumar, 39: 65]

(36)

َنوُلَمْعَـي اوُناَك اَّم مُهْـنَع َطِبََل اوُكَرْشَأ ْوَلَو

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”

[QS. al-An’am, 6: 88]

Syirik akbar terdiri atas empat jenis:

Pertama: Syirik dalam doa.

ْمُهاََّن اَّمَلَـف َنيِّدلا ُهَل َينِصِلُْم َهـَّللا اُوَعَد ِكْلُفْلا ِف اوُبِكَر اَذِإَف

َنوُكِرْشُي ْمُه اَذِإ َِّبْلا َلىِإ

“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan Allah.” [QS. al-’Ankabut, 29: 65]

Kedua: Syirik dalam niat, kehendak, dan tujuan.

اَهيِف ْمَُلاَمْعَأ ْمِهْيَلِإ ِّفَوُـن اَهَـتَـنيِزَو اَيْـنُّدلا َةاَيَْلا ُديِرُي َناَك نَم **َّلِإ ِةَرِخ ْلا ِف ْمَُل َسْيَل َنيِذَّلا َكِئـَلوُأ * َنوُسَخْبُـي َل اَهيِف ْمُهَو**

َنوُلَمْعَـي اوُناَك اَّم ٌلِطَبَو اَهيِف اوُعَـنَص اَم َطِبَحَو ُراَّنلا

(37)

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali Neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [QS. Hud, 11: 15-16]

Ketiga: Syirik dalam ketaatan.

َنْبا َحيِسَمْلاَو ِهـَّللا ِنوُد نِّم ًبَبْرَأ ْمُهَـناَبْهُرَو ْمُهَراَبْحَأ اوُذََّتا ُهَناَحْبُس َوُه َّلِإ َهـَلِإ َّل اًدِحاَو اًهـَلِإ اوُدُبْعَـيِل َّلِإ اوُرِمُأ اَمَو ََيْرَم

َنوُكِرْشُي اَّمَع

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib- rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [QS. at-Taubah, 9: 31]

Dan tafsir dari ayat ini yang tidak diragukan lagi kebenarannya adalah ketaatan kepada ulama’ dan manusia dalam hal maksiat, bukan berdoa kepada mereka.

Sebagaimana telah ditafsirkan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam kepada ’Adiy ibn Hatim ketika ’Adiy berkata,

’Kami tidak menyembah mereka,’ maka Nabi menyebutkan

(38)

bahwa ibadah kepada mereka adalah dalam bentuk ketaatan kepada mereka dalam hal maksiat.

Keempat: Syirik dalam cinta.

ِهـَّللا ِّبُحَك ْمُهَـنوُّبُِي اًداَدنَأ ِهـَّللا ِنوُد نِم ُذِخَّتَـي نَم ِساَّنلا َنِمَو

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” [QS. al-Baqarah, 2:

165]

Syirik Ashghar

Syirik ashghar adalah riya’.

ِةَداَبِعِب ْكِرْشُي َلَو اًِلاَص ًلاَمَع ْلَمْعَـيْلَـف ِهِّبَر َءاَقِل وُجْرَـي َناَك نَمَف اًدَحَأ ِهِّبَر

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” [QS. al-Kahf, 18: 110]

Syirik Khafiy

Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

(39)

ىلع ءادوسلا ةلمنلا بيبد نم ىفخأ ةملأا هذه ف كرشلا ليللا ةملظ ف ءادوس ةافص

“Kesyirikan dalam umat ini adalah lebih tersembunyi daripada jejak semut hitam di atas batu hitam dalam kegelapan malam.”

Cara menghilangkannya adalah sabda Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam,

كرفغتسأو ملعأ نأو ائيش كب كرشأ نأ كب ذوعأ نيإ مهللا ملعأ ل يذلا بنذلا نم

“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari berbuat syirik yang aku ketahui dan aku memohon ampunan kepada Engkau dari dosa yang tidak aku ketahui.”

(40)

Dua Jenis Kufur

Kufur Akbar

Yaitu, kufur yang mengeluarkan dari agama. Kufur akbar terdiri atas empat macam.

Pertama: Kufur karena mengingkari.

اَّمَل ِّقَْلِب َبَّذَك ْوَأ ًبِذَك ِهـَّللا ىَلَع ىَرَـتْـفا ِنَِّمم ُمَلْظَأ ْنَمَو

َنيِرِفاَكْلِّل ىًوْـثَم َمَّنَهَج ِف َسْيَلَأ ُهَءاَج

“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang haq tatkala yang haq itu datang kepadanya?

Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang- orang kafir?” [QS. al-’Ankabut, 29: 68]

Kedua: Kufur karena enggan dan sombong walaupun membenarkan.

َبَأ َسيِلْبِإ َّلِإ اوُدَجَسَف َمَد ِل اوُدُجْسا ِةَكِئ َلاَمْلِل اَنْلُـق ْذِإَو

َنيِرِفاَكْلا َنِم َناَكَو َرَـبْكَتْساَو

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para

(41)

| 40 Dua Jenis KufurDua Jenis Kufur

malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan sombong, dan ia termasuk golongan orang-orang kafir.” [QS. al-Baqarah, 2: 34]

Ketiga: Kufur karena ragu-ragu.

* اًدَبَأ ِهِذـَه َديِبَت نَأ ُّنُظَأ اَم َلاَق ِهِسْفَـنِّل ٌِلاَظ َوُهَو ُهَتَّـنَج َلَخَدَو اَهْـنِّم اًرْـيَخ َّنَدِجََلأ ِّبَر َلىِإ ُّتدِدُّر نِئَلَو ًةَمِئاَق َةَعاَّسلا ُّنُظَأ اَمَو **َكَقَلَخ يِذَّلِب َتْرَفَكَأ ُهُرِواَُي َوُهَو ُهُبِحاَص ُهَل َلاَق * اًبَلَقنُم َلَو ِّبَر ُهـَّللا َوُه اَّنِكـَّل * ًلاُجَر َكاَّوَس َُّث ٍةَفْطُّن نِم َُّث ٍباَرُـت نِم**

اًدَحَأ ِّبَرِب ُكِرْشُأ

“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zhalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata, ‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.’ Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya, ‘Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tetapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Tuhanku.” [QS. al-Kahf, 18: 35-38]

Keempat: Kufur karena berpaling.

(42)

َنوُضِرْعُم اوُرِذنُأ اَّمَع اوُرَفَك َنيِذَّلاَو

“Dan orang-orang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” [QS. al-Ahqaf, 46: 3]

Kelima: Kufur karena nifaq.

َنوُهَقْفَـي َل ْمُهَـف ْمِِبهوُلُـق ىَلَع َعِبُطَف اوُرَفَك َُّث اوُنَمآ ْمُهَّـنَِب َكِلَذ

“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti.”

[QS. al-Munafiqun, 63: 3]

Kufur Ashghar

Yaitu, kufur yang tidak mengeluarkan dari agama.

Kufur ashghar adalah kufur nikmat.

اًدَغَر اَهُـقْزِر اَهيِتَْي ًةَّنِئَمْطُّم ًةَنِمآ ْتَناَك ًةَيْرَـق ًلاَثَم ُهـَّللا َبَرَضَو ِعوُْلجا َساَبِل ُهـَّللا اَهَـقاَذَأَف ِهـَّللا ِمُعْـنَِب ْتَرَفَكَف ٍناَكَم ِّلُك نِّم

َنوُعَـنْصَي اوُناَك اَِب ِفْوَْلاَو

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya

(43)

| 42 Dua Jenis KufurDua Jenis Kufur

datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” [QS.

an-Nahl, 16: 112]

(44)

Dua Jenis Nifaq

Nifaq I’tiqadiy

Nifaq i’tiqadiy terdiri atas enam macam, dan pelakunya termasuk penduduk Neraka yang paling dalam.

Pertama: Mengingkari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua: Mengingkari sebagian dari apa yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga: Membenci Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Keempat: Membenci sebagian dari apa yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kelima: Senang dengan merosotnya agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Keenam: Benci dengan kemenangan agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nifaq ‘Amaliy

Nifaq ’amaliy terdiri atas lima macam.

Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

(45)

| 44 Dua Jenis NifaqDua Jenis Nifaq

اذإو ،فلخأ دعو اذإو ،بذك ثدح اذإ :ةثلاث قافنلا ةيآ ردغ دهاع اذإو ،رجف مصاخ اذإو :ةياور فو .ناخ نتمؤا

“Tanda nifaq ada tiga: Jika berbicara maka berbohong, jika berjanji maka melanggar, jika dipercaya maka berkhianat.”

Dalam riwayat lain, “Jika berdebat maka berucap kotor, jika membuat perjanjian maka melanggar.”

(46)

Makna Thaghut dan Jenis-

Jenisnya

Ketauhilah, semoga engkau dirahmati oleh Allah, bahwa sesuatu yang Allah wajibkan pertama kali untuk anak Adam adalah kufur kepada thaghut dan iman kepada Allah.

َتوُغاَّطلا اوُبِنَتْجاَو َهـَّللا اوُدُبْعا ِنَأ ًلوُسَّر ٍةَّمُأ ِّلُك ِف اَنْـثَعَـب ْدَقَلَو

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap- tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.’” [QS. an-Nahl, 16: 36]

Adapun kufur kepada thaghut, maka dengan cara meyakini bathilnya ibadah kepada selain Allah, meninggalkannya, membencinya, mengkafirkan dan memusuhi pelakunya.

Adapun iman kepada Allah, maka dengan cara meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, memurnikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah, menafikan ibadah kepada sembahan selain Allah, mencintai orang-orang yang memurnikan agamanya dan membela mereka, dan membenci orang-orang musyrik dan memusuhi mereka.

(47)

| 46 Makna Thaghut dan Jenis-JenisnyaMakna Thaghut dan Jenis-Jenisnya

Inilah agama Nabi Ibrahim, di mana orang yang berpaling darinya adalah orang yang bodoh. Inilah suri tauladan yang dikabarkan Allah pada firmanNya,

اوُلاَق ْذِإ ُهَعَم َنيِذَّلاَو َميِهاَرْـبِإ ِف ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ْمُكَل ْتَناَك ْدَق ْمُكِب َنْرَفَك ِهـَّللا ِنوُد نِم َنوُدُبْعَـت اَِّممَو ْمُكنِم ُءآَرُـب َّنِإ ْمِهِمْوَقِل ِهـَّللِب اوُنِمْؤُـت َّتىَح اًدَبَأ ُءاَضْغَـبْلاَو ُةَواَدَعْلا ُمُكَنْـيَـبَو اَنَـنْـيَـب اَدَبَو

ُهَدْحَو

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian daripada apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja.”

[QS. al-Mumtahanah, 60: 4]

Thaghut itu umum. Maka, semua yang disembah selain Allah, dan dia ridha’ dengan ibadah tersebut, baik dia sesuatu yang disembah, diikuti, atau ditaati di luar ketaatan kepada Allah dan Rasulnya, maka dia adalah thaghut.

Thaghut itu banyak sekali, dan jenis-jenisnya yang utama ada lima.

Pertama: Syaithan yang mengajak untuk beribadah kepada selain Allah.

(48)

ٌّوُدَع ْمُكَل ُهَّنِإ َناَطْيَّشلا اوُدُبْعَـت َّل نَأ َمَدآ ِنيَب َي ْمُكْيَلِإ ْدَهْعَأ َْلَأ

ٌينِبُّم

“Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian wahai Bani Adam supaya kalian tidak menyembah syaithan?

Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian.” [QS. Yasin, 36: 60]

Kedua: Pemimpin zhalim yang mengubah hukum Allah Ta’ala.

َلِزنُأ اَمَو َكْيَلِإ َلِزنُأ اَِب اوُنَمآ ْمُهَّـنَأ َنوُمُعْزَـي َنيِذَّلا َلىِإ َرَـت َْلَأ نَأ اوُرِمُأ ْدَقَو ِتوُغاَّطلا َلىِإ اوُمَكاَحَتَـي نَأ َنوُديِرُي َكِلْبَـق نِم

اًديِعَب ًل َلاَض ْمُهَّلِضُي نَأ ُناَطْيَّشلا ُديِرُيَو ِهِب اوُرُفْكَي

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?

Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaithan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya.”

[QS. an-Nisa’, 4: 60]

Ketiga: Orang yang memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.

(49)

َنوُرِفاَكْلا ُمُه َكِئـَلوُأَف ُهـَّللا َلَزنَأ اَِب مُكَْي َّْل نَمَو

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.”

[QS. al-Ma’idah, 5: 44]

Keempat: Orang yang mengaku mengetahui tentang hal ghaib.

**نِم ىَضَتْرا ِنَم َّلِإ * اًدَحَأ ِهِبْيَغ ىَلَع ُرِهْظُي َلاَف ِبْيَغْلا ُِلاَع اًدَصَر ِهِفْلَخ ْنِمَو ِهْيَدَي ِْينَـب نِم ُكُلْسَي ُهَّنِإَف ٍلوُسَّر**

“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” [QS. al-Jinn, 72: 26-27]

ِرْحَبْلاَو َِّبْلا ِف اَم ُمَلْعَـيَو َوُه َّلِإ اَهُمَلْعَـي َل ِبْيَغْلا ُحِتاَفَم ُهَدنِعَو َلَو ِضْرَْلأا ِتاَمُلُظ ِف ٍةَّبَح َلَو اَهُمَلْعَـي َّلِإ ٍةَقَرَو نِم ُطُقْسَت اَمَو

ٍينِبُّم ٍباَتِك ِف َّلِإ ٍسِبَي َلَو ٍبْطَر

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada

(50)

sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” [QS. al- An’am, 6: 59]

Kelima: Orang yang disembah dan dia rela.

َكِلَذَك َمَّنَهَج ِهيِزَْن َكِلَذَف ِهِنوُد نِّم ٌهـَلِإ ِّنيِإ ْمُهْـنِم ْلُقَـي نَمَو

َينِمِلاَّظلا يِزَْن

“Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan,

‘Sesungguhnya Aku adalah tuhan selain daripada Allah,’ maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zhalim.” [QS. al- Anbiya’, 21: 29]

Ketahuilah bahwa seseorang tidaklah menjadi beriman kepada Allah kecuali dengan kufur kepada thaghut.

ْرُفْكَي نَمَف ِّيَغْلا َنِم ُدْشُّرلا ََّينَـبَّـت دَق ِنيِّدلا ِف َهاَرْكِإ َل َل ىَقْـثُوْلا ِةَوْرُعْلِب َكَسْمَتْسا ِدَقَـف ِهـَّللِب نِمْؤُـيَو ِتوُغاَّطلِب

ٌميِلَع ٌعيَِس ُهـَّللاَو اََل َماَصِفنا

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang

(51)

sesat. Karena itu barangsiapa yang kafir kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. al- Baqarah, 2: 256]

Rusyd adalah agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan ghayy adalah agama Abu Jahl. Dan al-

’urwatul-wutsqa adalah syahadat Laa ilaaha illallaah, yang mencakup penafian dan penetapan. Ia menafikan seluruh bentuk ibadah kepada selain Allah Ta’ala, dan menetapkan seluruh bentuk ibadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatNya-lah dapat selesai amalan-amalan shalih.