• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Akuntansi : Vol 30, No. 01 (Januari-Juni) 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Media Akuntansi : Vol 30, No. 01 (Januari-Juni) 2018"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

89

MENGOPTIMALKAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DENGAN INVESTASI INTELLECTUAL CAPITAL: STRATEGI BISNIS SEBAGAI PEMODERASI

(Pada Perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2014-2016)

Vitalis Ari widiysningsih, Fransisca Roosiana Kurniawati STIE St. Pignatelli Surakarta

Email : [email protected] , [email protected]

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris Intellectual Capital (IC) terhadap Pertumbuhan Pendapatan dengan Strategi Bisnis sebagai variabel moderasi. Model pengukuran IC menggunakan model Pulic (1998) dimana IC merupakan value added yang diciptakan oleh Structural Capital Efficiency (SCE)), Human Capital Efficiency (HCE), dan Capital Employee Efficiency (CEE). Variabel Strategi Bisnis sebagai variabel moderasi yang diproksikan dengan price premium capability.

Penelitian ini mengambil sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Perusahaan perbankan dianggap perusahaan yang sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM terutama pengetahuan untuk melakukan inovasi dalam persaingan bisnis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda dan untuk pengujian variabel moderating dilakukan dengan MRA (Moderating Regression Analisys).

Hasil penelitian menunjukan bahwa Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan, sedangkan Human Capital Efficiency (HCE) dan Capital Employee Efficiency (CEE) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan. Price Premium Capability (PPC) sebagai variabel moderasi, hanya Human Capital Efficiency (HCE) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan.

Kata kunci : Intellectual Capital, Pertumbuhan Pendapatan, dan Strategi Bisnis

PENDAHULUAN

Perkembangan digital, inovasi teknologi dan ketatnya persaingan memaksa perusahaan- perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Supaya perusahaan-perusahaan tetap survive dibutuhkan perubahan paradigma dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor- based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan. Kesadaran perusahaan terhadap pentingnya Intellectual Capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk lebih unggul dan kompetitif. Keunggulan perusahaan tersebut dengan sendirinya akan memberikan value added bagi perusahaan (Solikhah, Rohman, dan Meiranto, 2010).

Pada sektor perbankan, Intellectual Capital merupakan salah satu aset yang sangat signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Firer dan Williams (2003) yang menyatakan bahwa industri perbankan merupakan salah satu sektor yang paling intensif Intellectual Capitalnya.

Dalam rangka meningkatkan kinerjanya, industri perbankan banyak melakukan berbagai macam pelayanan berbasis teknologi informasi pada para nasabahnya. Terlebih, pada akhir-akhir ini banyak bank yang mulai menerapkan knowledge based business. Menurut Fifer dan Williams

(2)

90

(2003), manajemen berbasis pengetahuan telah menjadi terobosan baru bagi organisasi modern yang berharap dapat berkompetisi pada suatu lingkungan dengan tekanan yang terus meningkat.

Beberapa hasil penelitian yang sejalan diantaranya Tayles et al. (2007) yang menyatakan bahwa Intellectual Capital berperan dalam menciptakan dan memelihara keunggulan kompetitif dan nilai pemegang saham. Huei-Jen Shiu (2006) menyatakan bahwa di era modern, penentu value dari suatu organisasi adalah pengetahuan (knowledge), sumber daya manusia dan perubahan dalam structural expenditures. Zerenler, Hasiloglu dan Sezgin (2008) menginvestigasi pengaruh Intellectual Capital industri suplier otomotif Turki ter-hadap inovasi kinerja perusahaan. Rehman, Illyas dan Rahman (2011) menguji kinerja Intellectual Capital disektor asuransi untuk tahun 2009.

Perusahaan sektor ini mengindikasikan bahwa Intellectual Capital menentukan kualitas jasa perusahaan yang akan diberikan ke pelanggan. Zéghal dan Maaloul (2010) menyatakan bahwa saat ini beberapa perusahaan menginvestasikan dalam pelatihan karyawan, penelitian dan pengembangan, hubungan pelanggan, sistem komputer dan administrasi, dll.

Namun demikian, terdapat beberapa penelitian yang memberikan hasil bahwa IC tidak berpengaruh terhadap penciptaan nilai bagi perusahaan. Diez et al (2010) menyimpulkan bahwa walaupun terdapat relasi antara IC dan penciptaan nilai, namun tidak ada relasi yang signifikan antara penggunaan indikator human capital dan structural capital dengan variabel-variabel independen selain pertumbuhan penjualan, seperti ROA atau produktivitas. Maditinos et al (2011) menunjukkan bahwa IC secara keseluruhan dan komponen-komponen IC tidak berkolerasi dengan kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan. Wahdikorin (2010) menunjukkan bahwa secara agregat, IC berpengaruh signifikan dan negatif terhadap cost to asset (CTA) dan tidak berpengaruh terhadap ROA. Kuryanto, dan Syafruddin (2008) membuktikan bahwa Intellectual Capital (IC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Firer dan William (2003) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Hasilnya menunjukkan bahwa intellectual capital tidak berpengaruh terhadap profitablitas perusahaan.

Pengelolaan dan pengembangan sumber daya perusahaan yang baik merupakan bagian dari keberhasilan pertumbuhan dan keberlangsungan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan salah satunya terlihat pada pertumbuhan pendapatan. Pertumbuhan pendapatan perusahaan yang konsisten merupakan indikator penting dalam mempromosikan produk dan menjalankan usaha sebuah perusahaan. Menurut Kasmir (2012:107) rasio pertumbuhan merupakan rasioyang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usaha. Dengan strategi perusahaan yang mencakup inovasi serta pemasaran yang baik dan juga sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan yang baik pula, maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan. Dengan demikian semakin besar Intellectual Capital yang dimiliki perusahaan maka semakin besarpula kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Chen (2005) yang menemukan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perusahaan.

Banyak faktor yang dapat meningkatkan nilai perusahaan seperti strategi bisnis perusahaan.

Strategi mengindentifikasikan arah yang harus dijalani dari fungsi yang ada dalam perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan dan meningkatkan nilai perusahaan. Meitriana dkk, (2012) menyatakan bahwa strategi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pada kekuatan dan kelemahan serta kegiatan yang akan dilakukannya berdasarkan peluang yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi perusahaan.

Penelitian Chusnah, Zulfiati, dan Supriati (2014) menunjukkan bahwa model pengujian yang mempertimbangkan peran moderasi dari strategi dalam hubungan antara IC dengan kinerja menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian kembali pengaruh IC pada kinerja keuangan dengan strategi sebagai pemoderasi dengan mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soetedjo dan Mursida (2014). Peneliti menduga hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut disebabkan karena adanya kemungkinan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung beroperasi di lingkungan yang stabil dan menerapkan prosedur operasi standar, sehingga perusahaan yang menggunakan strategi inovasi justru akan

(3)

91

memberi dampak yang berbeda pada kinerjanya. Perusahaan yang mampu mengelola sumber daya intelektual yang dimilikinya dengan efektif dan efisien, maka keuangannya akan meningkat.

Penelitian ini mencoba fokus terhadap pengaruh ketiga elemen intelektual kapital yaitu human capital, struktur capital, dan customer capital hubungannya terhadap kinerja perusahaan.

Selain itu penelitian ini juga ingin melihat bagaimana peran strategi bisnis dapat mempengaruhi hubungan antara elemen intellectual capital terhadap pertumbuhan pendapatan. Penelitian ini bermaksud untuk menguji kembali atas penelitian Rahman dan Haryanto (2013). Alasan untuk melakukan pengujian kembali adalah peneliti ingin mengetahui apakah jika dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan jumlah sampel dan periode yang berbeda, hasil penelitian ini akan konsisten dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dari penggunaan jumlah sampel dan periode penelitian yaitu pada penelitian sebelumnya hanya satu periode tahun 2011, sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode 2014-2016 untuk mendapatkan data terbaru pada perusahaan jasa. Sektor perbankan dipilih karena menurut Firer dan William (2003) dan Saengchan (2008), industri perbankan adalah salah satu sektor yang memiliki IC paling intensif. Selain itu, dari aspek intelektual, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Ulum, 2008).

Penelitian Ulum (2008), Ting dan Lean (2009), serta Mavridis (2005) memberikan bukti empiris bahwa perusahaan perbankan sangat dipengaruhi oleh intellectual capital.

TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Teori yang sangat erat terkait dengan intellectual capital adalah stakeholder theory dan legitimacy theory (Guthrie, 2006). Teori stakeholder menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan/atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan.

Penelitian empiris terkait dengan pengujian pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan telah dilakukan oleh Clarke et al. (2011). Hasilnya menunjukkan adanya hubungan langsung antara VAIC dengan kinerja keuangan perusahaanyang go public. Deskripsi ini kemudian dikategorikan ke dalam tiga komponen yaitu: human capital, internal structural capital, dan relational capital. Human Capital (HC) mengacu kepada pendidikan karyawan dan keterampilannya dan jugatingkat profesionalitas yang dimiliki karyawan tersebut (Vergauwen et al, 2007) beserta efektifitas danefisiensi staf dalam melakukan improvisasi terhadap produktivitas perusahaannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kamukama et al. (2011) menyatakan bahwa modal intelektual dan kinerja keuangan memiliki hubungan yang positif. Dalam penelitiannya, data yang digunakan adalah data keuangan dari 78 institusi microfinance yang menjadi anggota dari Association of Microfinance Institutions (AMFIU) di Uganda tahun 2009. Dalam penelitian ini fokus pengujian yang dilakukan terkait dengan variabel keunggulan kompetitif yang memediasi hubungan antara modal intelektual dengan kinerja keuangan. Seluruh hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdukung.

Berdasarkan definisi di atas dan asumsi yang digunakan, VAIC bisa dihitung dengan menggunakan rasio:

1. Capital Employed Efficiency (CEE) = VA/CE 2. Human Capital Efficiency (HCE) = VA/HC 3. Structural Capital Efficiency (SCE) = SC/VA

Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia.

HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat diartikan juga sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008).

(4)

92

(SCE) adalah Structural Capital Efficiency indikator efisiensi nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007).

Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA terhadap CE. CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. CEE yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Wahdikorin, 2010).

Pertumbuhan (Growth) sangat berarti bagi perusahaan, pertumbuhan secara mudah dapat dikenali dengan peningkatan aset atau peningkatan penjualan (Prihadi, 2013. 29). Sedangkan pendapatan sering dijadikan ukuran besarnya perusahaan dalam laporan keuangan resmi. Menurut Mardani, (2011) Revenue Growth (RG) adalah rasio yang mengukur perubahan pendapatan perusahaan. Growth adalah ukuran yang paling tradisional yang menunjukkan pertumbuhan organisasi (Maditinos et al., 2011). Rasio ini mengukur perubahan pendapatan perusahaan, yaitu seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya. Pertumbuhan Pendapatan menunjukkan pertumbuhan per tahun terhadap pengembalian investasi.

Strategi merupakan alat bersaing yang perlu dimiliki oleh perusahaan dimana dalam penerapannya memerlukan perencanaan, pengkoordinasian, pengawasan serta pengevaluasian yang kuat dan akurat sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing bagi perusahaan.

Penyesuaian pilihan strategi dengan setiap aktivitas fungsi dalam organisasi akan menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) yang terlihat dari kinerja yang superior bagi perusahaan dan setiap tipe strategi yang dipilih oleh perusahaan sebaiknya memiliki keunikan dalam melayani pangsa pasar yang ditargetkan. Keunggulan bersaing merupakan dasar bagaimana perusahaan mampu menciptakan nilai untuk pembeli yang melebihi cost yang dikeluarkan perusahaan untuk penciptaan nilai tersebut (Porter, 1985). Nilai merupakan apa yang diinginkan oleh pembeli yang mempunyai keinginan untuk membayar, aliran penciptaan nilai yang superior yaitu bagaimana perusahaan menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaingnya untuk mendapatkan manfaat yang sama atau memberikan manfaat yang unik dengan harga yang lebih tinggi. Dua dasar keunggulan bersaing ini adalah adanya cost leadership dan differentiation.

H1: Terdapat pengaruh positif Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Pertumbuhan Pendapatan.

H2: Terdapat pengaruh positif Structured Capital Efficiency (SCE) terhadap Pertumbuhan Pendapatan.

H3: Terdapat pengaruh positif Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Pertumbuhan Pendapatan.

Pengelolaan operasional perusahaan yang baik secara otomatis akan meningkatkan kinerja perusahaan karena meningkatnya produktifitas karyawan. Salah satu indikator kinerja perusahaan bisa dilihat dari pertumbuhan pendapatannya. Peneliti menduka bahwa pengaruh intellectual capital terhadap pertumbuhan pendapatan akan diperkuat oleh strategi kompetitif yang diproksikan Price Premium Capabiity (PPC). Dukungan dari strategi kompetitif diduga dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan. Penelitian mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H4: Price Premium Capabiity (PPC) yang tepat memperkuat pengaruh positif Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Pertumbuhan Pendapatan .

H5: Price Premium Capabiity (PPC) yang tepat memperkuat pengaruh positif Structured Capital Efficiency (SCE) terhadap Pertumbuhan Pendapatan.

H6: Price Premium Capabiity (PPC) yang tepat memperkuat pengaruh positif Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Pertumbuhan Pendapatan.

(5)

93 METODE PENELITIAN

Metode Pemilihan Sampel

Unit analisis penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan. Popuasi penelitian adalah perusahaan jasa (Perbankan) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016.

Alasan perusahaan perbankan sebagai perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini karena anggapan peneliti bahwa perusahaan perbankan merupakan salah satu sektor industri yang banyak menggunakan Intellectual Capital dalam bisnisnya. Peran tersebut terlihat dalam inovasi, strategi untuk bersaing, dll. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yang dalam pemilihan sampelnya diperoleh dengan kriteria tertentu.

Model Penelitian

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat hubungan dari independent, dependent, dan moderating variable. Data-data yang ada kemudian diolah dengan menghitung nilai masing-masing independent (HCE, SCE, dan CEE), dependent (Pertumbuhan Pendapatan), dan moderating (strategi kompetitif) variable.

Model penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh elemen intelektual kapital terhadap pertumbuhan pendapatan, seperti yang dinyatakan dalam hipotesis 1,2 dan 3 maka model penelitian untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut,

RB = + + + + e

Model penelitian yang ditujukan untuk mengukur pengaruh moderasi strategi efisiensi biaya dan strategi inovasi terhadap hubungan antara elemen intelektual kapital dan kinerja keuangan perusahaan untuk menguji hipotesis 4, 5 dan 6 terlampir sebagai berikut:

RB = + + + + + + *PPC + + e

Keterangan:

RB = Revenue Growth (RG)

HCE = Human Capital Efficiency (HCE) SCE = Structural Capital Efficiency (SCE) CEE = Capital Employee Efficiency (CEE) PPC = Premium Price Capability (PPC) PPC*HCE = Strategi pada Human Capital Efficiency PPC*SCE = Strategi pada Structural Capital Efficiency PPC*CEE = Strategi pada Capital Employee Efficiency

= konstanta

= koefisien regresi

e = errors term

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Cara Pengukuran

1. Intellectual Capital

a. Formulasi dan tahapan perhitungan VAIC yang dikembangkan Pulic, (1998) adalah sebagai berikut :

b.

Tahap pertama : Menghitung nilai tambah atau Value Added (VA).

VA = OUT-IN Dimana :

OUT = output: total penjualan dan pendapatan lain

(6)

94

Teknik pengolahan dan analis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis. Selanjutnya, untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik mak dilakukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk pengujian hipotesis, dilakukan Uji , uji f, dan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan periode 2014-2016. Secara keseluruhan terdapat 40 perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 96, karena beberapa perusahaan datanya tidak lengkap dan outlier. Setelah data terkumpul, dhitung nilai statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.

Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan uji asumsi kalsik, didalam penelitian ini semua lolos uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.

IN = input: beban penjulan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan).

Tahap kedua : Menghitung Human Capital Efficiency (HCE).

HCE = VA/HC Dimana :

VA = Value Added ; OUT-IN

HC = Human Capital ; biaya gaji dan upah karyawan HCE = Human Capital Efficiency

Tahap ketiga : Mengitung Structural Capital Efficiency (SCE) SC = VA-HC

SCE = SC/VA Dimana :

SC = Structural Capital adalah total dari VA-HC HC = Biaya gaji dan upah karyawan

VA = Value Added ; OUT-IN SCE = Structural Capital Efficiency

Tahap keempat : Menghitung Capital Employed Efficiency (CEE) CEE = VA/CE

Dimana :

VA = Value Added ; OUT-IN CE = Aktiva bersih

CEE = Capital Employed Efficiency

Tahap kelima: Menghitung Vallue Added Intellectual Capital Coefficiient (

=VACA + VAHU + STVA 2. Revenue

Growth

RG = (Pendapatan tahun ke-t - Pendapatan tahun ke t-1)/ Pendapatan tahun ke-t .

3. Strategi Kompeptitif (Price Premium Capability)

penelitian ini menggunakan price premium capability (yaitu rasio gross margin terhadap total penjualan). Gross margin ratio adalah merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama (Munawir, 2001:99)

(7)

95 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan melalui analisis Moderated Regression Analysis (MRA).

Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengancara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan (Ghozali, 2013).

Model 1

Rangkuman hasil regresi pada pertumbuhan pendapatan terhadap variabel independen HCE, SCE, CEE dan variabel moderasi PPC tertera di tabel 4.1

Tabel 4.1

Hasil Persamaan Regresi Model 1 Variable Exp. Sign Coefficient t-Statistic Sig

(2-tailed)

Ket

HCE (+) 0,000 -0,301 0,764

SCE (+) 0,047 4,137 0,000 *

CEE (-) -0,031 -0,347 0,729

PPC (-) -1,690 -1,326 0,188

R-squared 0,191

Adjusted R-squared 0,156

F-statistic 5,386

Prob (F-statistic) 0,001

Keterangan:

HCE = Human Capital Efficiency, SCE = Structured Capital Efficiency, CEE = Capital Employed Efficiency, PPC = Premium Price Capability, *) signifikansi kurang dari 1%

Sumber: Data Olah Menggunakan Spss 17

Dari hasil output model 1 ditemukan nilai adalah 19% dan Adjusted sebesar 15%.

Artinya 15% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model 1. Nilai prob. F-statistik sebesar 0,001 menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa variabel independen HCE, SCE, CEE, dan PPC secara bersama – sama mempengaruhi secara signifikan variabel dependen pertumbuhan pendapatan.Koefisien regresi HCE bernilai positif yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan apabila keberadaan HCE semakin tinggi akan meningkatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 0,000 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Hipotesis pertama menyebutkaan bahwa “terdapat pengaruh positif dari Human Capital Efficiency (HCE) terhadap pertumbuhan pendapatan”. Hasil pengujian statistik menunjukkan tingkat signifikan HCE sebesar 0,764 lebih besar dari tingkat signifikan 0,01 sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama ditolak. Hal ini sejalan dengan penlitian Chrisnatty Chandra Dwipayani (2014) yang bahwa intellectual capital pada HCE tidak signifikan dan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam hal ini diproksikan ROA. Berbeda dengan teori dari Chen et al dalam Ulum (2008), menunjukkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Intellectual Capital merupakan bagian dari perusahaan yang bisa memberikan nilai tambah (value added). Hasil ini sejalan dengan penelitian Suhendah (2011) bahwa human capital yang diindikasikan dengan biaya gaji dan upah karyawan merupakan komponen biaya yang reaktif tidak mempengaruhi pendapatan atau penjualan. Komponen biaya ini merupakan baya tetap yang sulit diketahui kontribusinya secara langusng terhadap pendapatan atau penjualan. Penelitian Dian Nawangsari (2006) juga mendukung hasil bahwa human capital tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan.

(8)

96

Hipotesis kedua menyatakan bahwa “terdapat pengaruh signifikan dan positif dari SCE terhadap pertumbuhan pendapatan”. Tingkat signifikansi kurang dari 0,01, hasil pengujian statistik menunjukkan tingkat siknifikansi 0,000 berpengaruh positif terhadap pertumbuhan pendapatan, yang artinya hipotesis dua diterima.Pengaruh signifikan SCE terhadap pertumbuhan pendapatan sejalan dengan penelitian. Koefisien regresi SCE bernilai positif yaitu 0,047. Hal ini menunjukkan apabila keberadaan SCE semakin tinggi maka akan meningkatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 0,047 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.Penelitian ini hasilnya bertolak belakang dengan peelitian Dian Nawangsari (2006), Putri dan Purwanto (2013) bahwa SCE tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan. Berbeda dengan penelitian Dewi (2011) , Zuliyati dan Arya (2011) bahwa SCE berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan.

SCE merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal, serta kinerja bisnis secara keseluruhan. SCE mengukur jumlah structured capital yang dibutuhkan dalam menghasilkan 1 rupiah value added. Investasi structured capital juga akan membutuhkan dana pengadaan yang besar dan beban pemeliharaan yang besar.Semakin besar beban yang digunakan oleh perusahaan untuk mengelola structured capital makan akan semakin rendah nilai efisiensinya.

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa “terdapat pengaruh positif antara CEE dengan pertumbuhan pendapatan”. Hasil pengujian statistic menunjukkan tingkat signifikan CEE sebesar 0,729 yang lebih besar dari 0,1 sehingga CEE tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan.Atas hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga ditolak.

Koefisien regresi CEE bernilai negative yaitu -0,031. Hal ini menunjukkan apabila ukuran CEE meningkat maka akan menurunkan pertumbuhan pendapatan sebesar -0,031 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Hasil tersebut mendukung peneitian yang dilakukan oleh Putri dan Purwanto (2013) serta Pramudita (2012) bahwa modal intelektual tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan. Hasil ini disebabkan karena modal yang digunakan oleh perusahaan belum mampu mempengaruhi pertumbuhan pendapatan berarti perusahaan kurang mampu dalam memberdayakan CEE yang lebih baik. Istilah lain adalah bahwa perusahaan menunjukkan rendahnya efisiensi modal yang digunakan dimana seharusnya mampu mencapai 1 unit dari CEE untuk menghasilkan return yang lebih besar terhadap pertumbuhan pendapatan.

Hasil pengujian model satu menunjukkan bahwa PPC tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan.Hasil uji t menunjukkan -1,326 dengan tingkat signifikansi 0,743. Artinya, PPC tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan. Hasil penelitian ini berarti bahwa strategi perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan tidak memperlihatkan kontribusi langsung karena dampak dari strategi bersaing tidak dirasakan dalam jangka waktu dekat. Perusahaan yang mempunyai strategi bersaing melalui desain produk dan layanan ternyata belum tentu dapat memunculkan inovasi baru yang berimbas pada return karena inovasi baru membutuhkan biaya yang ekstra yang akan mengurangi pendapatan.

Model 2

Rangkuman hasil regresi pada Premium Proce Capability terhadap variabel independen HCE, SCE, CEE, HCExPPC, SCExPPC, CEExPPC dan variable moderasi PPC tertera di tabel 4.2

Tabel 4.2

Hasil Persamaan Regresi Model 2

Variable Exp. Sign Coefficient t-Statistic Sig (2-tailed)

HCE (+) 0,044 3,825 0,000 *

SCE (+) 0,038 3,348 0,001 *

CEE (-) 1,849 -3,919 0,000 *

PPC (-) 1,297 -1,709 0,091 *

HCExPPC (-) 7,327 -3,893 0,000 *

SCExPPC (+) 1,804 1,534 0,129 **

CEExPPC (+) 3,049 2,507 0,014 *

(9)

97

R-squared 0,337

Adjusted R-squared 0,284

F-statistic 6,386

Prob (F-statistic) 0,000

Keterangan:

HCE = Human Capital Efficiency, SCE = Structured Capital Efficiency, CEE = Capital Employed Efficiency, PPC = Premium Price Capability, *) signifikansi kurang dari 1%

Dari hasil output model satu didapat nilai sebesar 33,7% dan adjusted adalah 28%.

Hasil uji f menunjukkan bahwa nilai prop. F-statistik dari model satu sebesar 0,000, hal ini berarti dengan tingkat signifikansi 5%, secara statistik dapat disimpulkan bahwa variabel independen HCE, SCE, CEE, HCEPPC, SCEPPC, CEEPPC dan PPC secara bersama sama mempengaruhi secara signifikan variabel dependen pertumbuhan pendapatan.

Hipotesis keempat menyatakan bahwa “Strategi Bisnis yang baik memperkuat pengaruh positif human capital efficiency terhadap pertumbuhan pendapatan”. Hasil pengujian statistik menunjukkan t-hitung -3,894 dan tingkat signifikan HCEPPC sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 menunjukkan bahwa keberadaan PPC berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengaruh Human Capital Efficincy dan pertumbuhan pendapatan. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis empat diterima. Artinya, hasil pengujian menunjukkan bahwa PPC memperkuat pengaruh positif HCE terhadap pertumbuhan pendapatan.

Hipotesis kelima menyatakan bahwa “PPC yang baik memperkuat pengaruh positif structured capital efficiency terhadap pertumbuhan pendapatan”. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t-hitung 1,534 dengan tingkat signifikan SCEPPC 0,129 yang lebih besar dari tingkat signifikan 0,05 sehingga keberadaan PPC dalam hubungan memperlemah hubungan antara structure capital efficiency dan pertumbuhan pendapatan. Hipotesis kelima ditolak.

Hipotesis keenam menyatakan bahwa “PPC yang baik memperkuat pengaruh positif capital employe efficiency terhadap pertumbuhan pendapatan”. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa nilai t-hitung 2,507 dengan tingkat signifian CEEPPC 0,014 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 sehingga keberadaan PPC dalam hubungan memperlemah hubungan antara capital employe efficiency dan pertumbuhan pendapatan. Hipotesis keenam ditolak.

Keberadaan strategi bisnis (PPC) belum mampu secara maksimalmempengaruhi pertumbuhan pendapatan. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Chusnah et al., 2014 bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja (ROE) dengan strategi sebagai pemoderasi. Dalam penelitian Tewal (2010) diuji pengaruh strategi bersaing dan inovasi terhadap kinerja perusahaan perhotelan di Sulawesi Utara. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi bersaing perusahaan perhotelan di Sulawesi Utara berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian yang dilakukan daam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pertama, Human Capital Efficiency (HCE) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan (GR) menunjukkan ada indikasi bahwa gaji dan tunjangan yang diterima karyawan, belum dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan pendapatan tanpa disertai oleh pelatihan SDM yang baik ataupun pemberian reward kepaada karyawan yang berprestasi. Kedua, Structure Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhaadap pertumbuhan pendapatan (GR), menunjukkan adanya tanda bahwa structural capital yang dibutuhkan perusahaan mampu memenuhi kebijakan perusahaan berhubungan dengan kinerja, berarti karyawan yang produktif sangat mempengaruhi pertumbuhan pendapatan. Ketiga, Capital Employee Efficiency (CEE) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan (GR) menunjukkan bahwa modal yang digunakan

(10)

98

belum tentu berkontribusi secara langsung pada kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan karena dampak dari modal jangka panjang. Keempat, Price Premium Capacity (PPC) sebagai moderasi, hanya Human Capital Efficincy saja yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan. Ini menunjukkan bahwa dengan gaji dan tunjangan bisa meningkatkan kinerja keuangan yaitu pertumbuhan pendapatan dalam penelitian ini.

Keterbatasan Penelitian dan Saran

Penelitian ini mempunyai keterbatasan antara lain, hanya menggunakan sampel perusahaan jasa yaitu perbankan saja, hanya menggunakan pertumbuhan pendapatan sebagai ukuran kinerja keuangan serta periode terlalu pendek karena pengaruh perubahan modal intelektual itu akan terlihat kalau jangka panjang, misalnya 10 tahun.

Berdasarkan keterbatasan penelitian, peneliti dapat memberikan saran agar penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan sampel perusahaan jasa selain perbankan atau perusahaan dagang maupun manufaktur, menambahkan ukuran dari kinerja keuangan selain pertumbuhan pendapatan misalnya laba dan earning growth, dan periode penelitiannya diperpanjang minimal 5 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, M.C., Cheng, S.J, and Hwang, Y. (2005). An Empirical Investigation of the Relationship Between Intellectual Capital and Firms' Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital 6 (2).

Chusnah, Flourien Nurul., Lies Zulfiati., Diana Supriati. 2014. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Strategi sebagai Pemoderasi. Proceeding SNA XVII. Mataram.

Dewi, Citra Puspita. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terrdaftar Di BEI Tahun 2007-2009. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Firer, S. and Williams, S.M. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance, Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 No. 3, pp. 348-60.

Maditinos, Dimitrios, et al. 2011.The Impact of Intellectual Capital on Firms’ Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, MIBES Transactions, Vol 5, Issue 1, Spring 2011.

Rehman, W.U., Muhammad Ilyas and Hafeez ur Rehman (2011),“Intellectual Capital Performance and Its Impact on Financial Returns of Companies: An Empirical Study from Insurance Sector of Pakistan”, African Journal of Business Management,Vol. 5,(20), page 8041-8049.

Soetedjo, Soegeng dan Safrina Mursida. 2014. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan. SNA XVII. Mataram.

Tayles et al. 2007.“ Intellectual Capital, Management Accounting Practises and of Corporate Performance ” Journal Intellectual Capital, vol, 20. No. 4. pp.552-548.

Ulum, Ihyaul. 2008. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, November, halaman 77-84.

Wahdikorin, Ayu. 2010. “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2009”. Skripsi.

Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Semarang.

(11)

99

Zéghal, Daniel dan Maaloul (2010),“Analysing Value Added as an Indicator of Intellectual Capital and Its Consequences on Company Performance”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 11, No. 1, page 39-60.

Zuliyati & Ngurah Arya. 2011. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Keuangan & Perbankan, Vol.3 No.1 Nopember. Universitas Stikubank. Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan peran dan pengaruh human capital terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu dari hasil ketiga model regresi

Dari hasil pengujian menggunakan Random Effect Model pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Net Interest Margin, Non Performing Loan terhadap

(2017) analisis data menunjukkan bahwa publikasi sustainability report tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik pada indeks LQ45 maupun indek JII, pada

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan baik yang dihitung secara manual maupun dengan Software Expert Choice untuk mengimplementasikan metode AHP dalam

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian Hipotesis dapat disimpulkan bahwa implementasi aplikasi SAIBA di lingkungan satuan kerja yang ada di provinsi Gorontalo

Pengujian simultan bahwa terdapat pengaruh PAD (pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah) berpengaruh

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukan tabel diatas, dapat digunakan dapat digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut : - Hasil pengujian hipotesis antara kondisi sosial