PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah pembunuh utama, menyebabkan 1,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun, menjadikannya kedua setelah penyakit coronavirus (COVID-19) sebagai penyebab kematian penyakit menular terbesar pada tahun 2020 (WHO, 2021). Selain efek kesehatan langsung dari COVID-19, efek sekunder dari pandemi COVID-19, termasuk penguncian, gejolak ekonomi, penyakit dan pengurangan tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan yang kewalahan, dan ketakutan akan fasilitas kesehatan, dapat memengaruhi penyediaan layanan Kesehatan (MS et al., 2021).
Kekhawatiran telah dikemukakan bahwa COVID-19 dapat mempengaruhi diagnosis, pengobatan, dan pencegahan penyakit TB, membalikkan kemajuan terkini dalam meningkatkan deteksi kasus TB dan mengurangi kematian, meskipun tindakan perlindungan yang digunakan untuk COVID-19 juga dapat mengurangi penularan TB (StopTBPartnership, 2021). Data empiris dari rangkaian dengan beban TB tinggi sangat dibutuhkan untuk mengkaji dampak COVID-19 terhadap TB dan untuk menentukan strategi mitigasi (StopTBPartnership, 2021).
Menurut data profil Puskesmas Kecamatan Mampang pada tahun 2020 ketika masa pandemi ditemukan sebanyak 536 kasus terduga tuberkulosis. Jumlah kasus yang terduga ini mengalami penurunan beberapa kasus dari tahun sebelumnya yaitu berjumlah 549 kasus Angka ini bisa dipengaruhi beberapa faktor host yang
kemungkinan dapat membaik ketika pandemi COVID – 19, namun di awal tahun 2021 sudah mencapai sekitar 56 orang yang terdiagnosis TB BTA positif.
Beriringan dengan penderita diabetes di wilayah DKI Jakarta mengalami peningkatan dan memperburuk perjalanan penyakit COVID – 19 per tanggal 13 Juli 2020 ditemukan 3.656 kasus meninggal akibat dari komorbid diabetes mellitus di Indonesia (Kemenkes RI, 2020). Studi terbaru pada masa pandemi menunjukkan peningkatan intoleransi gula berpengaruh terhadap tingginya insidensi TB. Efek hiperglikemia meningkatkan kerentanan sesoerang terhadap infeksi TB dan ini terjadi pada pasien DM Prevalensi TB pada pasien DM di Jakarta adalah 42% dengan usia penderita rata-rata usia 55 (55 ± 9.52 tahun). Pasien yang memliki penyakit diabetes dilaporkan memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh bawaan akibat dari tingginya kadar glukosa darah (Ika et al., 2020).
Adanya pandemi COVID-19 ini, bahaya rokok dan konsumsi alkohol semakin tinggi. Merokok mempengaruhi paru paru dan saluran napas kearah yang lebih buruk bahkan menimbukan penyakit mulai dari bronchitis kronis hingga kanker paru paru dan tentunya akan menyebabkan turunnya fungsi paru-paru dalam mengikat oksigen dari udara. Ketika terinfeksi corona fungsi paru akan terus menurun dan bisa berujung kepada kematian. Pada rentang usia 15 hingga 19 tahun, pengonsumsi alkohol mencapai hingga 3,7 persen, dan pada usia 20-24 tahun jumlahnya kembali naik yaitu 6,4 persen. Dari jumlah tersebut, jumlah laki-laki peminum alkohol lebih banyak ketimbang perempuan. Yakni, 6,1 persen laki-laki dan 0,4 persen perempuan (Riskesdas, 2018)
Pemerintah menemukan beberapa landasan peraturan untuk PSBB selama 3 bulan mulai dari 15 Mei 2020 menyatakan status darurat corona, hal ini berdasarkann survei yang dilakukan Komnas Pengendalian Tembakau kepada 612 responden dari berbagai daerah. (KomnasPengendalianTembakau, 2020).
Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa merokok berhubungan dengan tuberkulosis. Resiko merokok 3 kali menderita Tuberkulosis dibandingkan dengan yang tidak merokok (AR and Hermiyanti, 2021). Penurunan daya tubuh merupakan hal penting yang disebabkan oleh konsumsi alkohol yang sangat berpengaruh pada perjalanan penyakit Tuberkulosis paru dan pada penelitian (Ayu et al., 2017) dibuktikan bahwa konsumsi alkohol mempengaruhi makrofag alveolar yang sangat penting untuk proteksi paru paru
Menurut penelitian (Mangngi, 2019) secara ekonomis umur paling produktif yang paling banyak menderita penyakit tuberkulosis paru yaitu 15 hingga 50 tahun..
Berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih rendah tingkat kerentanan terhadap infeksi tuberkolsis 1,5 kali lipat dibandingkan laki laki. Menurut notoatmodjo jika seseorang memiliki pengetahuan tinggi akan lebih peka pula terhadap perilaku dalam kegiatan kesehatannya dan terhindar dari penyakit.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait analisis faktor risiko kejadian tuberkulosis paru BTA positif di Puskesmas Mampang pada masa pandemi COVID-19 tahun 2021
I.2 Rumusan Masalah
Jumlah kasus TB paru terinfeksi di daerah Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta pada masa pandemi COVID - 19 terus mengalami peningkatan. Penelitian ini dilakukan dengan kebaruan pada masa pandemi COVID -19 dimana pada masa ini pandemic COVID-19 tidak menekan angka perilaku merokok namun sebaliknya. Pada masa pandemi tingkat ekonomi cenderung terganggu yang menyebabkan ketidakteraturan pangan mempengaruhi status gizi. Maka dari itu peneliti tertarik untuk menganalisis faktor resiko terhadap kejadian tuberkulosis paru BTA positif di Puskesmas Kecamatan Mampang pada masa pandemi COVID-19.
I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis faktor resiko kejadian tuberkulosis paru BTA positif di Puskesmas Kecamatan Mampang pada masa pandemi covid-19
I.3.2 Tujuan Khusus
a) Mendeskripsikan gambaran kejadian TB paru di Puskesmas Kecamatan Mampang Jakarta Selatan pada masa pandemi COVID - 19
b) Mengetahui karakteristik usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, riwayat DM, derajat berat merokok, riwayat konsumsi alcohol di Puskesmas Kecamatan Mampang Jakarta Selatan pada masa pandemi COVID - 19 c) Menganalisis tingkat pendapatan dengan kejadian TB paru di Puskesmas
Mampang Jakarta Selatan pada masa pandemi COVID – 19
d) Menganalisis derajat berat merokok dengan kejadian TB paru di Puskesmas Mampang Jakarta Selatan pada masa pandemi COVID - 19
e) Menganalisis riwayat konsumsi alkohol dengan kejadian TB paru di Puskesmas Mampang Jakarta Selatan pada masa pandemi COVID – 19 f) Menganalisis penyakit diabetes melitus dengan kejadian TB paru di
Puskesmas Mampang Jakarta Selatan pada masa pandemi COVID – 19 g) Menganalisis tingkat pengetahuan penyakit TBC dengan kejadian TB paru di
Puskesmas Mampang Jakarta Selatan pada masa pandemi COVID – 19 h) Menganalisis faktor resiko yang paling berpengaruh dengan kejadian TB paru
di Puskesmas Mampang Jakarta Selatan pada masa pandemi COVID – 19
I.4 Manfaat Penelitian I.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat yang diberikan dari penelitian ini adalah memberi kontribusi pengembangan studi tentang kesehatan masyarakat terkait TB Paru khususnya daerah Jakarta Selatan dengan faktor resiko yang memungkinkan terjadi I.4.2 Manfaat Praktis
a. Responden
Responden diharapkan mendapat pengetahuan lebih terkait faktor resiko yang ada dan dapat mencegah kejadian TB paru
b. Institusi
Universitas dengan jurusan Kesehatan mendapat informasi dari data hasil peneliti yang dapat digunakan sebagai usaha prefentif TB paru dengan mengetahui analisis faktor resiko
c. Peneliti
Hasil penelitian ini menambah wawasan peneliti dengan mengetahui kejadian TB paru dari factor resiko yang meningkatkan prevalensi dari TB paru