• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ZAKAT MAAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi) S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OPTIMALISASI PENGELOLAAN ZAKAT MAAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi) S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ZAKAT MAAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

(Studi Kasus di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:

APRIZAL NIM. 104170240

Pembimbing:

Dr. H. Bahrul Ma'ani, M.A Drs. A. Faruk, M.A

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1442 H/2021 M

(2)

i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Aprizal Nim : 104170240

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Syariah

Alamat : Desa Tanjung Lanjut RT. 01 Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:

"OPTIMALISASI PENGELOLAAN ZAKAT MAAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi)" adalah hasil karya pribadi. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah ditulis sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila pernyataan ini tidak benar, maka penulis siap mempertanggung jawabkan dan menerima sanksi sesaui hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Jambi, Maret 2021 Yang Menyatakan,

Aprizal

NIM. 104170240

(3)

ii

Jambi, Maret 2021 Pembimbing I : Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.A

Pembimbing II: Drs. A. Faruk, M.A

Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi

Jl. Jambi- Ma. Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren-Jambi 36363 Telp/Fas (0741) 533187 – 584118

Kepada Yth.

Bapak Dekan Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Di-

Jambi

PERSETUJUAN PEMBIMBING Assalamu‟alaikum wr. wb.

Setelah membuka dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari APRIZAL, NIM. 104170240 yang berjudul "OPTIMALISASI PENGELOLAAN ZAKAT MAAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi) telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat- syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Muamalat pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamu‟alaikum wr.wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.A Drs. A. Faruk, M.A

NIP. 196302171990031004 NIP. 196311151992031 002

(4)

iii

(5)

v MOTTO

ٌَِّإ ۗ ِ َّللَّٱ َذُِع ُِوُذِجَت ٍشٍَْخ ٍِّْي ىُكِسُفََ ِلِ ۟اىُيِّذَقُت اَيَو ۚ َة ٰىَكَّزنٱ ۟اىُتاَءَو َة ٰىَهَّصنٱ ۟اىًٍُِقَأَو اًَِِ َ َّللَّٱ

شٍِصَِ ٌَىُهًَْعَت

Artinya: "Dan laksanakanlah sholat, tunaikan zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkan (pahala) pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan"(QS.Al-Baqarah: 110).

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulilah Kepada Allah SWT, karya tulis ini merupakan wujud dari upaya kecil untuk mengharapkan rahmat dan ridho-Nya. Kuluangkan kakiku menuju kesuksesan, benturan demi benturan terus kulalui untuk meraih cita-cita

yang kudambakan.Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selain setia mendampingi saat aku lemah

dengan segala kekacauan pikiranku.Sebagai ucapan terimakasih cinta dan kasih sayang yang tulus.

Kupersembahkan ini kepada:

Bapakku Sabli dan ibuku Sakilah yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik dan berjuang demi anaknya yaitu saya, tanpa mengenal lelah demi lelah demi

kesuksesanku dan selalu memotivasiku untuk menyelesaikan skripsi ini, tidak terkecuali doa-doa dari bapak dan ibu yang selalu menyertai disetiap langlah

kaki dan usahaku.

Terimakasih kepada sahabatku Muhammad fadly, rozali, puja sptiawan, taupik dan nur rohman dan amin rais atas semangat dan dorongannya dalam penyelesaian skripsi ini.Terimakasih kepada semua temen-temenku yang maaf tidak bisa saya sebut satu persatu nama kalian intinya terimakasih untuk semua pihak yang telah membuatku kuat. Terlalu berat hidup ini untuk mengendalikan

diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Allah dan orang lain.

Terimakasih

(7)

v ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang optimalisasi pengelolaan zakat maal terhadap kesejahateraan masyarakat di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi sistem pengelolaan zakat maal di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi melakukan sistem pengelolahan zakat maal sesuai dengan tupoksi yang telah diatur dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2011 mengatur tentang tugas dan fungsi BAZNAS, yaitu antara lain dengan melakukan perencanan, pengorganisasian, pelaksanan, sosialisasi dan bekerjasama denga pihak bank. Kendala pengelolaan zakat maal di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi memiliki kendala-kendala yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar, kurang nya personil dan fasilitas penujang kegiatan dilapangan untuk mengoptimalkan penyaluran dana zakat. Upaya optimalisasi zakat maal untuk mensejahteraakan masyarakat di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi. Upaya optimalisasi zakat maal untuk mensejahteraakan masyarakat di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi dengan berupaya mengumpulkan dana zakat sebanyak-banyak nya agar dapat menyalurkan dana zakat lebih banyak yang bisa di sejaterahkan, masyarakat-masyarakat yang di utamakan mendapat bantuan adalah orang yang yang tidak terjaring dalam bantuan sejenis PKH dan BLT yang tidak mampu agar bantuan masyrakat miskin merata dan dapat mensjaterahkan masyarakat lebih banyak dan merata.

Kata Kunci: Optimalisasi, Pengelolaan Zakat Maal, Kesejahteraan Masyarakat.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.

Skripsi ini berjudul Optimalisasi Pengelolaan Zakat Maal Terhadap Kesejahateraan Masyarakat (Studi Kasus Di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi) merupakan kajian baru pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Muaro Jambi karena zakat merupakan salah satu untuk mensejaterakan ekonomi masyarakat.

Kemudian dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit terdapat hambatan dan rintangan yang dihadapi dan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya.Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, teutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang Terhormat:

1. Bapak Prof Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA, Ph.D sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag, M.H, Sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag, M.H, Sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Agus Salim, S. Th.I., M.A., M. IR., Ph Sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag, M.H, Sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

(9)

vii

6. Bapak Dr. Agus Salim, S. Th.I., M.A., M. IR., Ph Sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H, M. Hum., Sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Bapak Dr. H. Ishaq, M.Hum, Sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Dr. Rasito, S.H., Hum dan Pidayan Sasnifa, S.H., M.Sy Sebagai Kajur dan Senjur Fakultas SyariahSyariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

10. Dr. H. Bahrul Ma‟ani, M.A dan Bapak Drs. A. Faruk, MA Sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

11. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Kariawan /Kariawati Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

12. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik langsung dan tidak langsung.

Disampin itu , didasari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karen itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberkan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita memohon apunan- Nya dan kepada manusia kita mohon manfaatnya.Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Jambi, Maret 2021 Penulis

Aprizal

NIM. 104170240

(10)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN………..…………. i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...……… ii

NOTA DINAS ……….……… iii

PENGESAHAN PANITIA ……….………....……... iv

MOTTO ……….... v

PERSEMBAHAN ……….... vi

ABSTRAK ………..……… vii

KATA PENGANTAR ………...……… viii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR TABEL ………..……… xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….………1

B. Rumusan Masalah ……….……….7

C. Batasan Masalah ……… 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……...……….... 7

E. Kerangka Teori ………..8

F. Tinjauan Pustaka ………..………...……. 37

BAB II METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………...40

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ………….……….. 40

C. Jenis dan Sumber Data …………...……….. 41

D. Unit Analisis ………...………..42

E. Instrumen Pengumpulan Data .………. 42

F. Teknik Analisis Data ………...………...…. 43

G. Sistematika Penulisan …..………. 44 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

(11)

ix

A. Sejarah BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi ….………46

B. Visi Misi BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi ….……….46

C. Program BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi ………...……47

D. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi ………...50

E. Dasar Hukum BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi ………..51

F. Keadaan Sarana dan Prasarana BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi ……53

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Sistem Pengelolaan Zakat Maal BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi………55

B. Kendala Pengelolaan Zakat Maal BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi………...………..………60

C. Upaya Optimalisasi Zakat Maal Untuk Mensejahterakan Masyarakat BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi……….62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………..………... 63

B. Saran ……… 64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

(12)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Untuk mencapai pembangunan perekonomian yang baik, pemerintah Indonesia perlu mengoptimalkan potensi sumber daya manusiannya. Hal ini perlu diperhatikan karena pembangunan ekonomi yang baik, haruslah disesuaikan dengan karakter dan potensi dari suatu masyarakat untuk mencapai keberhasilan dalam suatu pembangunan. Dan masyarakat muslim sebagai masyarakat mayoritas di Indonesia, memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai sarana mencapai optimalisasi pembangunan.

Potensi pengembangan perekonomian umat Islam tercermin dengan baik pada ajaran Islam baik dari Al-Qur'an maupun Hadist. Keduanya memiliki perhatian besar dalam membangun kesejahteraan ekonomi umat. Hal ini terbukti dari ajuran agama Islam untuk membantu sesama manusia yang kurang beruntung seperti memberikan santunan kepada orang miskin, fakir, yatim dan kepada sesama manusia lainnya yang membutuhkan. Ini dapat dijadikan sebuah bukti akan sebuah potensi yang dimiliki umat Islam, mengenai prinsip pembangunan perekonomian yang memperlihatkan kepedulian akan kondisi sosial.1

Islam merupakan agama yang universal, ajaran islam mencangkup banyak aspek yang di butuhkan manusia dalam bermasyrakat. Didalamnya tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia (habbuminanna), tetapi islam juga

1Sahri Muhammad. 1982. Pengembangan Zakat dan Infaq Dalam Upaya Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (Malang: Yayasan Pusat Studi Avicenna), hal. 33.

(13)

mengatur hubungan manusia dengan tuhannya (habluminallah) serta mengatur hubungan manusia dengan lingkungan tempat mareka tinggal.

Untuk itu zakat membutuhkan pemahaman terhadap ketauhidan, kesadaran yang tinggi terhadap sesama manusia dalam pelaksanaanya. Agama Islam telah menjelaskan dengan tegas bahwa zakat merupakan salah satu rukun dan fardhu yang mewajibkan ditunaikan oleh setiap muslim yang hartanya sudah memenuhi kriteria dan syarat tertentu.2

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu (al- barakatu) keberkahan, (al-namaa) pertumbuhan dan perkembangan, (ath- thaharatu) kesucian dan (ash-shalahu) keberesan. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah Swt mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Surat At-Taubah 103 dan Surat Ar-Ruum 39.3

2Akmad Muhajidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 59.

3Dr. K. H. Didin Hafidhuddin, M. Sc., Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Depok: Gema Insani, 2008), hlm. 7.

(14)

Didalam Islam zakat merupakan rukun Islam yang ke-3 yang wajib dikeluarkan. Zakat diwajibkan bagi setiap orang muslim merdeka (bukan budak) dan memiliki harta yang jumlahnya mencapai nishab. Apapun bentuk kekayaan itu harus dikeluarkan zakatnya.

Agama Islam telah menjelaskan dengan tegas bahwa zakat merupakan salah satu rukun dan fardhu yang mewajibkan ditunaikan oleh setiap muslim yang hartanya sudah memenuhi kriteria dan syarat tertentu.4

Saat ini, ada bagian zakat yang terlupakan untuk mensucikan harta, yaitu zakat hasil perkebunan. Sudah menjadi sunnatullah atau ketetapan dari Allah SWT untuk mendapatkan rezeki. Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja dan mencari rezeki dimanapun dengan halal dan baik.

Allah tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya dan berharta banyak.

Bahkan Allah memerintahkan umatnya untuk menjadi kaya dan mencari rezeki sebanyak-banyaknya sebagai upaya mengetahui kebesaran dan kemurahan Allah SWT. Allah perintahkan hambanya untuk berjalan di bumi untuk bekerja dan mencari rezeki. Dari bekerjalah Allah SWT turunkan rezeki kepada hambanya.

Namun, harta yang diperoleh ketika sudah mencapai batasannya, ada hak seseorang muslim lainnya.

Di Indonesia zakat diatur secara khusus pengelolaan pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Menurut Undang-undang tersebut terdapat 2 (dua) badan yang berhak mengelola zakat antara lain, yang

4Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam,... hlm. 61.

(15)

pertama Badan Amil Zakat yang dikelola pemerintah dan kedua Lembaga Amil Zakat yang dikelola masyarakat. Dalam konteks kehidupan bernegara 2 (dua) lembaga pengelolaan dana zakat, keduanya merupakan lembaga penting yang akan menentukan keberhasilan dari pengelolaan potensi ekonomi masyarakat Indonesia dan berperan penting untuk mewujudkan syiar agama Islam. Sehingga 2 (dua) lembaga ini diharapkan mampu mengembangkan agar tujuan pengelolaan zakat dapat tercapai.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu- satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penangulan kemiskinan, dalam rangkan meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dalam pengelolaan zakat.

(16)

Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat yaitu:

1. Bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing untuk beribadah menurut agamanya dan kepercyaanya itu.

2. Bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat islam yang mampu sesuai dengan syariat islam.

3. Bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahateraan masyarakat.

4. Bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat islam.

5. Bahwa undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehinga perlu diganti.5

Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang belum menjalankan kewajibannya mengeluarkan zakat mal atau harta di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi. Zakat penghasilan ini yang mana tidak adanya faktor pendorong masyarakat untuk melaksanakan atau mengeluarkan zakat penghasilan dan pengetahuan masyarakat tentang adanya zakat maal yang harus dikeluarkan oleh masyarakat di Kabupaten Muaro Jambi apabila sudah memenuhi kriteria-kriteria atau syarat-syarat yang sudah ditetapkan.

5http://www.jogloabang.com/pustaka/uu-23-2011-pengelolaan-zakat 14 November 2020.

(17)

Menurut bapak Kasmadi selaku ketua BAZNAS di Kabupaten Muaro Jambi beliau mengatakan bahwa:

“Selama ini uang zakat yang diterima di kantor BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi sangat sedikit dari kabupaten lainnya di karenakan kurangnya kesadaran masyarakat membayar zakat mal atau harta mereka, tetapi masyarakat lebih cenderung mengeluarkan uang untuk infaq atau shodaqoh”.6

Distribusi zakat oleh BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi dapat mempengaruhi perekonomian mustahik walaupun kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh bantuan zakat yang diberikan tidak banyak sehingga peluang mustahik untuk maju berjalan lambat sehingga menimbulkan kekecewaan pada mustahik dan tidak adanya pendampingan terhadap mustahiq. serta kurang optimalnya pengelolahan zakat di karenakan kurangnya kesadaran muzaki dalam membayar zakat. Pengelolaan zakat juga belum optimal, banyak kendala yang dihadapi BAZNAS dalam proses pendistribusian zakat, yaitu kurangnya dana operasional serta fasilitas dari pemerintah. Berdasarkan uraian tersebut di atas.

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai zakat dengan judul:

Optimalisasi Pengelolaan Zakat Maal Terhadap Kesejahateraan Masyarakat (Studi Kasus Di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi).

B. Rumusan Masalah

Berdasaran latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sistem Pengelolaan Zakat Maal di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi?

6Wawancara dengan bapak Kasmadi selaku ketua BAZNAS di Kabupaten Muaro Jambi 10 Agustus 2020.

(18)

2. Apakah Yang Menjadi Kendala Pengelolaan Zakat Maal di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi?

3. Bagaimana Upaya Optimalisasi Zakat Maal Untuk Mensejahteraakan Masyarakat di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu melebar dan keluar dari jalur judul mengingat waktu yang tersedia sangat terbatas, pembahasan masalah sangat diperlukan dalam penelitian ini. Maka penulis membatasinya pada pengamatan terhadap pengelolaan zakat maal terhadap optimalisasi kesejahteraan masyarakat.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang dirumuskan sebelumnya, maka dalam penelitian ini ditetapkan

a. Ingin Mengetahui Bagaimana Sistem Pengelolaan Zakat Maal di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi.

b. Ingin Mengetahui Apakah Yang Menjadi Kendala Pengelolaan Zakat Maal di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi.

c. Ingin Mengatahui Bagaimana Upaya Optimalisasi Zakat Maal Untuk Mensejahteraakan Masyarakat Di BAZNAS Kabupaten Muaro Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

Dengan tercapainya tujuan-tujuan tersebut maka ada beberapa kengunaan yang dapat diambil, antara lain:

(19)

a. Memberikan Sumbangsih pemikiran terhadap para pecinta ilmu pengetahuan umum dan dalam bisnis Islam khususnya.

b. Ingin menambah cakrawala berfikir bagi penulis dan untuk menambah keilmuan yang dipersembahkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

c. Ingin menjadikan salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Syariah bagu Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifudin Jambi.

E. Kerangka Teori

1. Pengertian Zakat Maal

Zakat Maal adalah zakat yang wajib diberikan karena menyimpan (memiliki) harta (uang, emas dan sebagainnya) yang cukup syarat-syaratnya.

Sedangkan dalam bahasa Arab yang artinya harta atau kekayaan (al-amwal, jamak dari kata maal) adalah segala hal yang diinginkan manusia untuk disimpan dan dimiliki. Oleh karena itu, pengertian zakat maal adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat maupun substansi perolehannya tidak bertentangan dengan ketentuan agama.

Menurut istilah zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah swt. diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.7Sedangkan menurut ulama fiqih, zakat adalah memberikan harta tertentu yang dimiliki untuk orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu. Sementara madzhab Hambali mendefinisikan zakat dengan makna: hak orang lain yang wajib dikeluarkan dari

7 Nurul Huda dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro, hlm. 3.

(20)

harta tertentu untuk golongan tertentu dan waktu tertentu.8 Definisi Madzhab Hambali ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan definisi para ulama lainnya.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan uasaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat merupakan salah satu rukun Islam dari lima rukun yang membentuk Islam. Oleh karena itu hukum berzakat bagi orang yang sudah memenuhi syarat adalah fardhu ‟ain.9

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 zakat maal meliputi emas, perak, logam, uang, surat berharga, perniagaan, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, perindustrian, pendapatan jasa dan rikaz.10

Berdasarkan definisi-definisi zakat di atas dapat dipahami bahwa zakat merupakan kewajiaban seorang muslim mengeluarkan sebagian hartanya yang telah mencapai nisab dalam waktu tertentu dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat untuk menyucikan dan membersihkan jiwa dan hartanya sesuai yang disyariatkan dalam Al-Qur‟an.

Menurut bahasa harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali sekali oleh manusian untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya.

Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim).

8 Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fiqih Empat Madzhab, jilid 2 (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2015), hlm. 422.

9Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fiqih Empat Madzhab, jilid 2 (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2015), hlm. 422.

10 https://m.merdeka.com/jabar/pengertian-zakat-mal-beserta-syarat-dan-cara- menghitungnya-kln.html?page=3 18 Maret 2021

(21)

Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:

a. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun dan dikuasai.

b. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.11

Zakat penghasilan atau yang dikenal juga sebagai zakat profesi; zakat pendapatan adalah bagian dari zakat mal yang wajib dikeluarkan atas harta yang berasal dari pendapatan / penghasilan rutin dari pekerjaan yang tidak melanggar syariah. Nishab zakat penghasilan sebesar 85 gram emas per tahun. Kadar zakat penghasilan senilai 2,5%.12

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan, penghasilan yang dimaksud ialah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain- lainnya yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai, karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya.

Alasan diwajibkannya zakat maal atau harta yaitu:13

a. Karena zakat adalah salah satu penyempurna keimanan bahkan pada saat Abu Bakar menjadi khalifah ketika ada orang-orang yang tidak mau membayar zakat, boleh diperangi. Karena, zakat merupakan salah satu syarat sahnya keislaman seseorang. Zakat merupakan rangkaian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Bagi yang menolak membayar zakat, maka tidak dijamin keamanan darah dan hartanya.

11https://www.globalzakat.id/tentang/zakat-maal 14 November 2020.

12https://baznas.go.id/id/zakat-penghasilan 14 November 2020.

13https://ihram.asia/wawasan/inilah-alasan-mengapa-zakat-diwajibkan 14 November 2020.

(22)

b. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima kewajiban zakat ini adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. Menurut perhitungan Dr. Yusuf Al- Qaradhawi, dalam Al Quran disebut kata zakat secara terminologis sebanyak 30 kali.

c. Zakat adalah bentuk kepedulian terhadap sesame kewajiban zakat membuktikan bahwa agama ini bukan hanya mementingkan sisi ubudiyah dan penghambaan kepada tuhan dalam bentuk ibadah dan penyembahan, tapi juga mengatur umatnya agar memiliki kepedulian sosial terhadap sesama.

d. Harta yang dicampuri harta zakat (yang belum dikeluarkan) akan merusak harta itu.

e. Tidak mengeluarkan zakat bisa mendatangkan kemelaratan yang dikirim Allah

2. Dasar Hukum Zakat Maal

Hukum zakat adalah wajib, orang yang menunaikannya akan mendapat pahala, sedangkan yang tidak menunaikannya akan mendapatkan dosa. Kewajiban zakat tersebut telah di tetapkan melalui dalil-dalil qath‟i (pasti dan tegas) yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis.14

Adapun dasar hukum dari kewajiban zakat perkebunan adalah sebagai berikut.

a). Al-Qur’an

a. Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah:

14 El Madani, Fiqh Zakat Lengkap,… hal 16.

(23)

ٍَِّي ىُكَن اَُ ْجَش ْخَأ َٰٓاًَِّيَو ْىُتْبَسَك اَي ِتَٰبٍَِّط ٍِي ۟اىُقِفََأ ۟آَٰىَُُياَء ٌٍَِزَّنٱ اَهٌَُّأٌََٰٰٓ

۟اىُضًِْغُت ٌَأ َٰٓ َّلَِإ ٌِِّزِخاَ ـِِ ىُتْسَنَو ٌَىُقِفُُت ُُِّْي َثٍِبَخْنٱ ۟اىًًٍَََُّت َلََو ۖ ِضْسَ ْلِٱ َو ۚ ٍِِّف ذًٍَِح ٌّىَُِغ َ َّللَّٱ ٌََّأ ۟آَٰىًَُهْعٱ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu...”.15

Dari ayat diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwa usaha apa saja yang menghasilkan uang dengan cara perniagaan, peternakan, pertanian yang didapat dengan cara halal dan juga baik, ataupun perkebunan, maka wajib dikeluarkan zakat.

b. Firman Allah SWT dalam Surat Al-An‟am:

َّق َح ۟اىُتاَءَو ِِِداَصَح َوْىٌَ ۥُّ

Artinya: “...Dan tunaikanlah haknya (zakatnya) pada hari memetik hasilnya”.16

Ayat ini menjelaskan tentang haul (masa pembayaran) dari zakat hasil perkebunan tidak ditetapkan berdasarkan tahun melainkan berdasarkan waktu memanen getahnya, artinya zakatnya segera dikeluarkan setelah memanen getahnya, karna haulnya adalah pada waktu memanen itu apabila sudah mencapai nishab.

15 Al-Baqarah (2): 267.

16 Al-An’am (6): 141.

(24)

c. Kemudian Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah yang berbunyi:

ِف ْمُق ۖ ِشِسًٍَْْنٱَو ِشًَْخْنٱ ٍَِع َكََىُهَ ـْسٌَ

َٰٓاًَُهًُْثِإَو ِساَُّهِن ُعِفََُٰيَو شٍِبَك ىْثِإ َٰٓاًَِهٍ

ُىُكَن ُ َّللَّٱ ٍٍَُِّبٌُ َكِن َٰزَك ۗ َىْفَعْنٱ ِمُق ٌَىُقِفٌُُ اَراَي َكََىُهَ ـْسٌََو ۗ اًَِهِعْفََّ ٍِي ُشَبْكَأ ٌَوُشَّكَفَتَت ْىُكَّهَعَن ِتٌَٰاَءْلٱ

Artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan, Katakanlah: "yang lebih dari keperluan. "Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu supaya kamu berpikir".17

Dalam pandangan hukum Islam, Zakat penghasilan adalah zakat yang diambil dari hasil usaha yang telat mencapai nishab zakat dan telah mencapai haul (masa satu tahun). Zakat dikeluarkan apabila harta yang diperoleh dari penghasilan itu lebih dari keperluan. Penghasilan yang mencapai nisbah, wajib diambil zakatnya.

b). Hadis

1). Diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :

:ِحْضَُّنِاِ ًَِقُس اَيَو ،ُشُشُعْنا : ًاٌّشَثَع ٌَاَك ْوَأ ، ٌُْىٍُُعْناَو ُءاًََّسنا ِتَقَس اًٍَِْف ِشُشُعْنا ُفْصَِ

Artinya:"Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang menggunakan penyerapan akar (atsariyan) diambil sepersepuluh dan yang disiram dengan penyiraman maka diambil seperduapuluh". [HR.Al-Bukhari]

17 Al-Baqarah (2): 219.

(25)

2). Hadis Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu bahwa beliau mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ًٍَِْف ِشُشُعنْا ُفْصَِ :ِتٍََِاَّسناِِ ًَِقُس اًٍَِْفَو ،ُسْىُشُعْنا :ُىٍَْغْناَو ُساَهـََْلِا ِتَقَس ا

Artinya: "Semua yang diairi dengan sungai dan hujan maka diambil sepersepuluh dan yang diairi dengan disiram dengan pengairan maka diambil seperduapuluh". [HR. Muslim]

3). Dari Salim Ibnu Abdullah:

ًِِّبَُّنَا ٍَْع ,ٍَِِِّأ ٍَْع ,ِ َّ َاَللَ ِذْبَع ٍِِْ ِىِناَس ٍَْعَو -

ىهسو ٍّهع اَللَ ىهص -

:َلاَق ًَِقُس اًٍَِفَو ,ُشْشُعْنَا :اًٌِّشَثَع ٌَاَك ْوَأ ,ٌُىٍُُعْناَو ُءاًََّسنَا ِتَقَس اًٍَِف -

ْنَا ُف ْصَِ :ِحْضَُّناِِ

.ِشْشُع :َدُواَد ًَِِ ِلَِو ُ ّيِساَخُبْنَا ُِاَوَس -

: ًلًْعَِ ٌَاَك ْوَأ -

ِشْشُعْنَا ُف ْصَِ :ِحْضَُّنَا ِوَأ ي ٌِاَىَّسناِِ ًَِقُس اًٍَِفَو ,ُشْشُعْنَا .

Artinya:“Dari Salim Ibnu Abdullah, dari ayahnya r.a, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tanaman yang disiram dengan air hujan atau dengan sumber air atau dengan pengisapan air dari tanah, zakatnya sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan tenaga manusia, zakatnya seper dua puluh." Riwayat Bukhari. Menurut riwayat Abu Dawud: "Bila tanaman ba'al (tanaman yang menyerap air dari tanah), zakatnya sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan tenaga manusia atau binatang, zakatnya setengah dari sepersepuluh (1/20).18

Berdasarkan ayat-ayat dan hadis di atas, maka wajib dikeluarkan zakat darinya setiap panen berapapun jumlahnya dan tidak perlu menunggu satu tahun dan bisa di zakatkan saat setelah memperoleh hasilnya.

18 https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/386/zakat-perkebunan-kelapa-sawit-dan- karet/ 24 September 2020.

(26)

c). Ijma’

Kesepakatan ulama naik salaf maupun khalaf bahwa zakat merupakan kewajiban yang harus dilakukan pleh umat Islam dan haram mengingkarinya.19 Selain itu terdapat pula ulama wahbah al-zuhaili secara khusus mengemukakan kegiatan penghasilan atau pendapatan yang diusahakan sendiri (wirausaha) seperti dokter, insiyur, ahli hukum, penjahit dan lain sebagainya. Dan juga terkait dengan pemerintah (pegawai negeri) atau pegawai swasta yang mendapat gaji atau upah dalam waktu yang relative tetap, seperti sebulan sekali. Penghasilan atau pendapatan yang semacam itu dalam istilah fiqh dikatakan sebagai al- maalalmustafaad wahbah al-zuhaili mengemukakan bahwa zakat adalah penunaian hak yang wajib yang terdapat dalam harta.20

Para Ulama sepakat (ijmak) tentang wajibnya zakat sebesar 10% atau 5%

dari keseluruhan hasil tani, sekalipun mereka berbeda pendapat tentang ketentuan- ketentuan lain.21

d). Qiyas

Secara etimologis, kata „‟qiyas‟‟ artinya mengukur, membanding sesuatu dengan yang semisalnya. Al – Ghazali dalam al – Mustashfa memberikan defisini qiyas, adalah menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau meniadakan hukum

19 Suharsono, dkk, Modul Zakat Untuk Para Amil,(LAZNAS IZI).

20 Didin Hafidhuddin, Zakat Perekonomian Modern, hlm.93.

21Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: PT. Pustaka Litera Antarnusa,1996),hlm. 331.

(27)

dari keduanya disebabkan ada hal yang sama antara keduanya, dalam penetapan hukum atau peniadaan hukum.22

Hal-hal atau kasus yang ditetapkan Allah hukumnya sering mempunyai kesamaan dengan kasus lain yang tidak ditetapkan hukumnya. Meskipun kasus lain itu tidak dijelaskan hukumnya oleh Allah, namun karena ada kesamaan dalam hal sifatnya dengan kasus yang ditetapkan hukumnya, maka hukum yang sudah ditetapkan itu dapat diberlakukan kepada kasus lain tersebut.

Atas dasar keyakinan bahwa tidak ada yang luput dari hukum Allah, maka setiap muslim meyakini bahwa setiap kasus atau peristiwa yang terjadi pasti ada hukumnya. Sebagian hukumnya itu dapat dilihat secara jelas dalam nash syara‟, namun sebagian yang lain tidak jelas. Di antara yang tidak jelas hukumnya itu mempunyai kesamaan sifat dengan kasus yang sudah dijelaskan hukumnya.

Dengan konsep mumatsalah, peristiwa yang tidak dijelaskan hukumnya itu dapat disamakan hukumnya dengan yang ada hukumnya dalam nash. Meskipun secara jelas tidak menggunakan nash, namun karena disamakan hukumnya dengan yang ada nash-nya, maka cara penetapan hukum seperti ini dapat dikatakan menggunakan nash syara‟ secara tidak langsung. Usaha meng-istinbath dan penetapan hukum yang menggunakan metode penyamaan ini disebut ulama ushul dengan qiyas (analogy).23

22Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam (Hukum Transaksi Keuangan, Transaksi Jual Beli, Asuransi, Khiyar, Macam-macam Akad Jual Beli, Akad Ijarah) Jilid 5, Cet. Kesepuluh, Terj., (Damaskus: Darul Fikr, 2007 M-1428 H), hlm. 171

23 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, Cetakan Ke-5, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 170- 171.

(28)

e). Urf’

Kata „Urf berasal dari kata „arafa, ya‟rifu sering diartikan dengan „‟al- ma‟ruf‟‟ dengan arti sesuatu yang dikenal. Kalua dikatakan Si Fulan lebih dari yang lain dari segi „urfnya, maksudnya bahwa si Fulan lebih dikenal dibandingkan dengan yang lain. Pengertian „‟dikenal‟‟ ini lebih dekat kepada pengertian „‟diakui oleh orang lain‟‟.24

f). Undang - Undang Zakat Nomor 23 Tahun 2011

Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu diatur untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam. Undang - Undang Zakat Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat diundangkan untuk mengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti dengan yang baru dan sesuai.

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

Zakat sendiri artinya adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat berbeda dengan infaq dan sedekah. Infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk

24 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid II, Cetakan Ke-6, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 383.

(29)

kemaslahatan umum. Sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat kemaslahatan umum.

Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada presiden melalui menteri. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat,, masyarakat dalam membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri. LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariat dan keuangan.

3. Syarat Wajib Zakat Maal

Adapun syarat wajib zakat maal adalah25 : a. Islam

Zakat adalah kewajiban yang tidak diwajibkan kepada seseorang sebelum masuk Islam. Meskipun zakat itu adalah kewajiban sosial yang dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat, tetap saja zakat merupakan ibadah dalam Islam. Dan makna ibadah inilah yang lebih dominan sehingga tidak diwajibkan atas nonmuslim.

25Fakhruddin,Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang press, 2008), hlm.33.

(30)

b. Merdeka

Seseorang budak tidak dikenai kewajiban membayar zakat, karena dia tidak memiliki sesuatu apapun. Semua miliknya adalah milik tuannya. Hal ini berlaku pada masa perbudakan dulu dan tidak ada lagi di era sekarang.

c. Baliqh dan Berakal

Anak kecil dan orang gila tidak dikenal zakat pada hartanya, karena keduanya tidak dikenal khitab perintah.

d. Memiliki harta yang telah memenuhi syarat

Harta yang telah memenuhi syarat yaitu: harta yang baik (halal), dimiliki sepenuhnya oleh orang yang berzakat, telah mencapai nishab (jumlah tertentu), tersimpan selama satu tahun (haul).

Adapun syarat sahnya zakat maal adalah sebagai berikut :

a. Adanya niat muzakki (orang yang mengeluarkan zakat)

b. Pengadilan kepemilikan dari Muzakki ke Mustahiq (orang yang berhak menerima zakat).26

Harta (maal) yang wajib dikeluarkannya zakat adalah:

a. Emas dan Perak

Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai

26Ibid.,hlm 38.

(31)

harta yang (potensial) berkembang. Oleh karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain.

Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.

Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah. Yang melebihi keperluan menurut syara' atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.

b. Binatang Ternak

Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung).

c. Hasil Pertanian

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan.

d. Harta Perniagaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual- belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian,

(32)

makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti CV, PT, Koperasi.

e. Ma-din dan Kekayaan Laut

Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan.

f. Rikaz

Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya.

4. Macam-Macam Zakat

Adapun Zakat terdiri dari dua macam yaitu zakat fitrah dan zakat maal : a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim setelah matahari terbenam diakhir bulan ramadhan. Lebih utama jika dibayar sebelum shalat Idul Fitri, Karena jika dibayar setelah shalat Ied, maka sifatnya seperti sedekah biasa, bukan zakat fitrah.27

Seorang muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang- orang yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak dan pembantunya yang muslim. Akan tetapi boleh bagi seorang istri dan anaknya ataupun pembantu membayar zakatnya sendiri.

27Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm.285.

(33)

Zakat fitrah tidak mengenal nishab dan dibayar 1 (satu) sha‟ makanan pokok suatu masyarakat. 1 sha‟ adalah 1 mud dan ukuran 1 mudadalah genggaman 2 tangan orang dewasa ( atau kira-kira 2,176 kg). Jika ingin dibayar dengan uang menurut Imam Abu Hanifa dibolehkan, walaupun sebaiknya yang diberikan adalah makanan.28

b. Zakat Harta (Maal)

Zakat harta benda atau zakat maal telah di fardhukan Allah SWT sejak permulaan zaman Islam, sebelum nabi hijrah ke Madinah. Islam sangat memperhatikan urusan ini, karena zakat adalah soal tolong-menolong yang amat diperlukan dalam kehidupan masyarakat dari segala lapisan masyarakat.29

Zakat harta atau zakat maal adalah zakat boleh dibayarkan pada waktu yang tidak tertentu, mencakup hasil perniagaan, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, hasil perkebunan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi) yang masih- masing mempunyai perhitungan sendiri.30

Zakat maal yaitu zakat yang diwajibkan atas harta berdasarkan syarat- syarat tertentu. Dan zakat maal juga telah diatur dalam hukum-hukum yang disimpulkan dari sumber-sumber syariat Islam. Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut:

1) Zakat adalah kewajiban yang ditetapkan oleh Allah ta‟alah.

2) Zakat adalah salah satu rukun Islam.

28Ibid hlm. 287.

29Moh Rifa’i, Ilmu Fiqih Lengkap,(Semarang: Pt Karya Toha Putra, 1978), hlm. 368.

30Sri Nurhayati dan Wasilah,Akuntansi Syariah di Indonesia,(Makasar: Salemba Empat,2013), hlm. 285.

(34)

3) Zakat adalah ibadah maliyah (yang dengannya seorang mukmin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat dan rezekinya).

4) Zakat adalah harta tertentu yang terdapat dalam harta tertentu.

5) Zakat adalah yang bersifat hauliyah (tahunan). Artinya dapat dibayar pada akhir tahun haul (tahun), kecuali zakat hasil pertanian, buah-buahan, dan rikaz (harta karun).

6) Zakat disalurkan kepada orang-orang tertentu yang mana telah ditetapkan dalam firmannya, dalam Q.S.At-Taubah(9): 60.

7) Zakat tidak dapat ditinggalkan, karena dia adalah piutang Allah.

8) Tidak ada pengulangan dalam zakat.

9) Tidak boleh ada tipu muslihat dalam penunaian zakat.31 5. Para Penerima Zakat

Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat ada 8 (delapan) kelompok32 yang terdapat di dalam Al-Qur‟an surah At-Taubah ayat 60:

اَو ِءۤاَشَقُفْهِن ُتٰقَذَّصنا اًَََِّا ىِفَو ْىُهُِْىُهُق ِتَفَّنَؤًُْناَو اَهٍَْهَع ٍٍَِْهِياَعْناَو ٍٍِِْك ٰسًَْن

ُ ّٰاَللََوۗ ِ ّٰاَللَ ٍَِّي ًتَضٌِْشَف ۗ ِمٍِْبَّسنا ٍِِْاَو ِ ّٰاَللَ ِمٍِْبَس ًِْفَو ٍٍَِْيِساَغْناَو ِباَقِّشنا ىٍِْكَح ىٍِْهَع

Artinya :”Sesugguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang- orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk merdeka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.33

31Hussein Syahatah,Cara Praktis Menghitung Zakat, (Kalimantan Timur, Kalam Pustaka,2005), hal. 19-21.

32Dr.Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2008), hal. 276-277.

33At-Taubah(9): 60

(35)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa yang berhak menerima zakat ialah delapan kategori manusia.

Orang yang berhak menerima zakat adalah:34

a. Orang Fakir (Al-Fuqara'): Orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

b. Orang Miskin (Al-Masakin): Orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.

c. Para Pengurus Zakat atau Panitia Zakat (Al-'Amil): Orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

d. Mu‟allaf Yang Perlu Ditundukkan Hatinya: Orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

e. Memerdekakan Budak: Mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

f. Orang-Orang Yang Memiliki Utang: Orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya, adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

g. Orang Yang Berjuang Di Jalan Allah (Fi Sabilillah) yaitu untuk keperluan pertahan Islam dan kaum muslimin. Diantara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabililah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

34Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), hlm.505- 730.

(36)

h. Orang Yang Sedang Dalam Perjanan (Ibnu Sahib) yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. seoranf musafir yang telah jauh meninggalkan negerinya, sehingga ia layak mendapat zakat untuk menutupi kebutuhannya selama perjalanan, walaupun ia adalah orang yang kaya di negerinya.35

6. Zakat Hasil Bumi

Semua harta pencarian yang diperoleh ada hak orang lain pada harta itu.

Sebab, apapun bentuk rezeki yang didapat sebagiannya harus diinfaqkan sebagai tanda bersyukur kepada Allah SWT. Khusus mengenai hasil tanah yang dimanfaatkan untuk pertanian, juga harus dikeluarkan bagiannya, agar harta itu (hasil perkebunan itu) membawa berkah untuk diri pribadi dan keluarga.

Adapun zakat dari hasil bumi (perkebunan) merupakan harta, yang wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah memenuhi beberapa syarat sebagaimana dijelaskan oleh Yusuf Qardawi dalam bukunya “Hukum Zakat” , sebagai berikut:

Pertama, harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan yang halal.

Artinya harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat, karena Allah SWT tidak ada menerima hal ini sejalan dengan Firman Allah SWT:

َأ َٰٓاًَِّيَو ۡىُتۡبَسَك اَي ِتَٰبٍَِّط ٍِي ْاىُقِفََأ ْآَٰىَُُياَء ٌٍَِزَّنٱ اَهٌَُّأٌََٰٰٓ

ٍَِّي ىُكَن اَُ ۡجَش ۡخ

ِِ ىُت ۡسَنَو ٌَىُقِفُُت ُُِّۡي َثٍِبَخۡنٱ ْاىًًٍَََُّت َلََو ِۖض ۡسَ ۡلِٱ ْاىُضًِ ۡغُت ٌَأ َٰٓ َّلَِإ ٌِِّزِخا َ

ذًٍَِح ًٌَُِّغ َ َّللَّٱ ٌََّأ ْا َٰٓىًَُه ۡعٱَو ٍِِّۚف

35Yusuf Qardawi,Hukum Zakat,(Bogor: PT. Pustaka Litera Antar Nusa,2004), hlm. 505.

(37)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari usahamu yang baik-baik dan sebagain dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji“.36

Kedua, harta tersebut berkembang atau berproses untuk dikembangkan.

Pengertian “berkembang” menurut bahasa sekarang adalah bahwa sifat kekayaan itu memberikan keuntungan, bunga, atau pendapatan, keuntungan investasi, ataupun pemasukan, sesuai dengan istilah yang dipergunakan oleh ahli-ahli perpajakan. Ataupun kekayaan itu berkembang dengan sendiri, artinya bertambah dan menghasilkan produk. Inilah yang ditekankan dan dijelaskan oleh ahli-ahli fikih sejelas-jelasnya dan setuntas-tuntasnya.

Menurut ahli-ahli fikih itu, “berkembang” (nama‟) menurut terminologi berarti “bertambah”. Menurut pengertian terpakai (istilah) terbagi dua, bertambah secara konkrit dan bertambah tidak secara konkrit. Bertambah secara konkrit adalah bertambah akibat pembiakan dan perdagangan dan sejenisnya, sedangkan bertambah tidak secara konkrit adalah kekayaan itu berpotensi berkembang baik berada di tangannya maupun ditangan orang lain atas namanya.37

Ketiga, milik penuh, yaitu harta tersebut berada dibawah kontrol dan di dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu berada ditangan pemiliknya, didalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain, dan ia dapat menikmatinya.

36Al-Baqarah (2): 267.

37Yusuf Qardawi, Hukum Zakat,hlm.138.

(38)

Keempat, harta tersebut, menurut pendapat jumhur ulama, harus mencapai nishab, yaitu jumlah minimal yang menyebabkan hartaterkenakewajiban zakat.

Persyaratan adanya nishab ini merupakan suatu keniscayaan sekaligus merupakan suatu kemaslahatan, sebab zakat itu diambil dari orang yang kaya (mampu) dan diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu, seperti fakir dan miskin.

Indikator kemampuan itu harus jelas, dan nishab-lah merupakan indikatornya.

Jika kurang dari nishab, ajaran Islam membuka pintu untuk mengeluarkan sebagian dari penghasilan tanda adanya nishab, yaitu infak dan sedekah.

Kelima, sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, emas dan perak, harus sudah berada atau dimiliki ataupun diusahakan oleh muzakki dalam tenggang waktu satu tahun. Sedangkan zakat pertanian atau perkebunan, tidak terkait dengan ketentuan haul (berlalu waktu satu tahun), ia harus dikeluarkan pada saat memetiknya atau memanennya jika mencapai nisab.

Keenam, sebagian ulama Mazhab Hanafi mensyaratkan kewajiban zakat setelah terpenuhi kebutuhan pokok, atau dengan kata lain, zakat di keluarkan setelah terdapat kelebihan dan kebutuhan hidup sehari-hari yang terdiri atas kebutuhan sandang, pangan dan papan.

7. Sumber Zakat a. Zakat Maal

Zakat maal merupakan bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib di keluarkan untuk golongan tertentu, setelah dimiliki dalam jangka waktu tertentu, dan jumlah minimal tertentu. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pada pasal 4 ayat 2

(39)

menyebutkan bahwa harta yang di kenai zakat maal berupa emas, perak, uang, hasil pertanian 24 dan perusahaan, hasil pertambangan, hasil petemakan, hasil pendapatan dan jasa, serta rikaz.38

b. Zakat Fitrah

Zakat fitrah disebut juga sedekah fitrah. Ini merupakan jenis sedekah yang harus dikeluarkan pada akhir bulan Ramadhan. Zakat fitrah diwajibkan kepada muslim untuk membersihkan dan menyempumakan puasanya. Zakat fitrah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang memiliki persediaan lebih dari kebutuhan bagi setiap anggota keluarganya pada hari dan malam Idul Fitri.

Dengan kata lain, seorang ayah harus mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang menjadi langgungannya. Seseorang diwajibkan mengeluarkan z.akat fitrah apabila dia mempunyai harta untuk membeli beras lebih dari uang untuk makan pada malam hari raya dan makan pada hari raya, dan lebih dari uang untuk membayar utang. Yang wajib dikeluarkan dalam zakat fitrah adalah makanan pokok di suatu negara, kalau di Indonesia makanan pokoknya adalah beras yailu sebanyak satu sha‟ (2,5 kg).39

8. Fungsi dan Tujuan Zakat

Zakat merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan Allah (hablumminallah;verikal) dan sebagai kewajiban kepada sesama manusia (habluminnas;horizontal). Zakat juga sering disebut ibadah kesungguhan dalam harta (mualiyah ijtihadiyah). Tingkat pentingnya zakat terlihat dari banyaknya ayat yang menyandingkan perintah shalat. Sedangkan tujuan zakat adalah untuk

38 Pasai 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

39Segaf Hasan Baharun, Bagaimanakah Anda Menunaikan Zakat dengan Benar?.

(Pasuruan: YPP Darullughah Wadda'wah, 2005), him. 458.

(40)

mencapai keadilan sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si kaya dan si miskin.40

9. Hikmah di Wajibkannya Zakat Maal

Zakat apabila dikaji secara mendalam memiliki hikmah-hikmah yang sangat luas. Dan hikmah ini akan dapat dirasakan baik oleh muzakki selau pemberi maupun oleh mustahiq selaku penerima. Selain itu, hikmah zakat dapat pula dirasakan oleh masyarakat secara luas. Berikut ini akan penulis uraikan beberapa hikmah zakat yang dapat dirasakan oleh muzakki sebagai berikut:41 a. Seseorang yang telah mengeluarkan zakat, secara tidak langsung ia telah

melakukan semacam tindakan preventif (pencegahan) bagi terjadinya berbagai kerawanan sosial yang umunya dilatar belakangi oleh kemiskinan dan ketidak adilan.

b. Zakat yang telah dikeluarkan oleh orang kaya itu dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

c. Menunaikan zakat merupakan salah satu bentuk perjuangan melawan hawa nafsu dan melatih jiwa dengan sifa-sifat kedermawanan.

10. Optimalisasi Zakat

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai

40HikmahKurnia, dkk,.Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Qultum Media, 2008), hlm 8.

41Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1998), hlm. 79.

(41)

sebuah desain,system, atau kepuasan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif. Jadi, optimalisasi adalah sebuah proses yang dilakukan agar dapat mencapaisuatu hasil yang efektif dan ideal sehingga mencapai target yang diinginkan.42

Untuk mencapai zakat yang optimal maka dalam pengoptimalisasian zakat agar terkelola secara sistematis dan terstruktur yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka diperlukan suatu lembaga yang menjadi penghubung yang dapat menjadi mediator antara si penerima manfaat zakat dengan orang yang wajib mengeluarkan zakat.

Dalam perundang-undangan Nomor 38 Tahun 1999, diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat dan dana pada umumnya, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yaitu organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah, dan (2) Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu Organisasi pengelola zakat yang diprakarsai oleh swasta yang mendapatkan izin resmi dari pemerintah. Namun dalam UU No.

23 Tahun 2011, terdapat perbedaan organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat yang dikukuhkan oleh pemerintah. struktur institusi, dalam upaya untuk mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS propinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintahan nonstructural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepadaPresiden

42 Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,1994), hlm. 800

(42)

melalui Menteri, BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat dan dana fialntropi lainnya secara nasional.43

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariat dan keuangan, dengan demikian posisi LAZ tidak setara lagi dengan BAZ.

11. Kesejahteraan Masyarakat

Kata sejahtera yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sejahtera diartikan sebagai aman, sentosa, dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam ganguan kesukaran dan sebagainya). Sedangkan kata kesejahteraan adalah halatau keadaan sejahtera yang meliputi keamanan, ketentraman, keselamatan, kesenangan, kemakmuran, dan sebagainya.44Sedangkan dalam konsep dunia modern kesejahteraan diartikan sebagai suatu kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang

43Aan Nasrullah, Pengelolaan Dana Filantropi Untuk Pemberdayaan Pendidikan AnakDhuafa (Studi Kasus pada BMH Cabang Malang Jawa Timur). Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 12, No.1, 2015,hlm. 6.

44https://kbbi.web.id/sejahteran diakses pada tanggal 28 Januari 2021

(43)

dapatmenunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya.45

Dalam Islam Konsep kesejahteraan secara filosofi terdiri dari empat indikator utama, yaitu: Sistem nilai Islami, Kekuatan ekonomi (Industri dan Perdagangan), Pemenuhan kebutuhan dasar dengan system distribusi merata, dan Keamanan atau ketertiban sosial. Basis kesejahteraan manusia terletak pada ketika nilai ajaran Islam menjadi panglima dalam kehidupan perekonomian suatu masyarakat. Kesejahteraan sejati tidak akan pernah bisa diraih jika menentang secara diamaterial aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Penentangan terhadap aturan Allah Swt. justru mejadi sumberpenyebab hilangnya kesejahteraan dan keberkahan hidup manusia.46

Menurut Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya‟ Ulumuddin dalam masyarakat Islam terdapat lima aspek yang sangat berpengaruh dalam tercapainya kesejahteraan sosial yaitu tujuan utama syariat Islam atau yang disebut dengan maqashid syariah di antaranya adalah Agama, Hidup atau Jiwa, Keluarga atau keturunan, Harta atau kekayaan dan Intelek atau akal.47

Untuk pelaksanaan pembangunan dalam keluarga sejahtera Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994, pasal 2 tentang pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu olehmasyarakat dan keluarga.

45Asif Ulinnuha, “Konsep Kejahteraan Ekonomi Dalam Perspektif Islam Menurut Chapra”,dalam, http://childrenofsyariahal.blogspot.com/2013/06/konsep-kejahteraan-ekonomi- dalam.html di akses pada tanggal 28 Januari 2021

46IrfanSyauki Beik dan Laily Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Jakarta : PT.

Rajagrafindo Persada,2016), hlm.28.

47ElvanSyaputra,“AlGhazali dan Konsep Kesejahteraan”.

Referensi

Dokumen terkait

Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Muaro Jambi yang selanjutnya disebut BAZNAS Kabupaten adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat ditingkat kabupaten sesuai

Lahirnya hak kebendaan pada hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan, yaitu digantungkan pada penerapan dari asas publisitas, dengan mendaftarkan ke kantor pendaftaran

Self-help, pemikir realis berasumsi bahwa tidak akan ada satu Self-help, pemikir realis berasumsi bahwa tidak akan ada satu negara pun di dunia ini yang berani

Untuk menjelaskan semua gambaran umum data penelitian, maka akan dilakukan analisis statistic deskriftif yang akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut: Pada

Ada bahan piezoelektrik untuk suhu tinggi umumnya digunakan untuk pembangkit energi listrik dengan panas, batubara atau yang lain, panas yang dihasilkan tidak sia-sia

Ketika variabel dukungan sosial menjadi moderasi dalam hubungan tersebut maka ia memiliki peran dalam mengurangi pengaruh negatif yang dihasilkan dari konflik

Selanjutnya, penelitian ini di fokuskan pada pembuatan scaffold berpori dan coating scaffold berpori menggunakan larutan kitosan dengan metode dip-coating sehingga di

Tindak Pidana Illegal logging tidak dirumuskan secara eksplisit dan tidak ditemukan dalam Pasal -Pasal Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, namun