PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS III SDN 2 KUANYAR
Oleh NOVA AMALIA
201833174
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal penting dalam kelangsungan hidup manusia guna membentuk dan mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan sesorang yang mengarah kepada terbentuknya karakter seseorang yang bersangkutan. Melalui pendidikan dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal dengan aktif mengeksplorasi diri dan guru sebagai fasilitator untuk menciptakan kemudahan jalannya pembelajaran (Purwaningrum, 2018).
Pada era globalisasi 4.0 seperti sekarang ini yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi dunia pendidikan. Dalam menghadapi tantangan di era globalisasi 4.0 kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan (Amini et al., 2020). Salah satu cara dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui metode belajar yang diterapkan dalam pembelajaran. Khususnya penggunaan metode di sekolah dasar, dimana sekolah dasar merupakan jenjang dasar seseorang menempuh pendidikan. Sehingga metode yang digunakan harus tepat untuk dijadikan pondasi dalam menumbuhkan motivasi yang akan dibawa sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi guna mempebaiki mutu pendidikan sesuai perkembangan zaman. Mensikapi dimulainya industry 4.0 dunia pendidikan mendesain kurikulum dengan mengedepankan lima kompetensi yang harus dimiliki siswa, yaitu: 1) kemampuan berpikir kritis; 2) kreatif dan inofatif; 3) kemampuan berkomunikasi; 4) kemampuan bekerjasama; dan 5) percaya diri (Ardianti et al., 2018a). Kenyataannya, banyak siswa yang memiliki motivasi belajar rendah sehingga untuk memenuhi lima kompetensi tersebut masih belum maksimal.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan aspek kognitif, psikomorik, sosial, dan sikap. Dalam menerapkan kurikulum 2013 guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa dalam belajar agar dapat menarik minat siswa sehingga dapat menciptakan keaktifan siswa sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, yaitu: pembelajaran berpusat pada siswa; dapat memberikan pengalaman;
bersifat luwes; hasil belajar dapat berkembang sesuai minat; menggunakan prinsip belajar sambil bermain (Ardianti et al., 2018a). Pembelajaran tematik dikemas secara terpadu berdasarkan tema dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran dengan materi yang berkaitan guna memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Sardiman (2016) menjelaskan dalam kegiatan belajar, motivasi memiliki peran sebagai daya penggerak dalam diri siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dapat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, serta sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai yang dikehendaki. Motivasi pembelajaran yang ada pada diri siswa harus dioptimalkan dengan baik, agar tercapai pembelajaran yang berkualitas. Semakin tinggi motivasi siswa dalam belajar maka semakin tinggi pula kesempatan untuk memperoleh hasil yang maksimal (Hamdu & Agustina, 2011). Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor ekstrinsik yaitu faktor dari luar atau lingkungan belajar siswa.
Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh bagaimana guru menyelenggarakan pembelajaran. Sehingga guru dituntut untuk menguasai tiga kompetensi utama seorang pendidik yaitu kompetensi professional, pribadi dan sosial (Purwaningrum, 2018). Ketika guru dapat mengkombinasikan ketiga kompetensi tersebut, maka pembelajaran yang akan dihasilkan lebih berkualitas. Begitupn sebaliknya, apabila terdapat kompetensi yang kurang dikuasai maka akan berimbas pada segi kualitas yang diterima oleh peserta didik.
Pendidikan di Indonesia pada umumnya masih memposisikan guru sebagai sumber belajar. Metode yang sering digunakan guru dalam mengajar yaitu metode ceramah yang dianggap dapat mengatasi masalah kesulitan siswa,
terutama pada kelas rendah siswa sekolah dasar yang motivasi belajarnya kurang maksimal. Sehingga dalam mengatasi kesulitan tersebut guru dalam melaksanakan pembelajaran harus dapat menggunakan metode yang sesuai agar siswa dapat termotivasi sebagai langkah awal menangani kesulitan belajar.
Metode adalah cara yang digunakan untuk merealisasikan rencana yang telah dirancang guna mencapai tujuan yang optimal (Sanjaya, 2016).
Terkadang dalam kegiatan proses pembelajaran tematik guru tidak memperhatikan keadaan emosi dan psikologi anak sehingga menimbulkan persepsi terhadap guru yang kurang menyenangkang. Persepsi tersebutlah yang dapat menimbulkan rasa takut dalam kegiatan pembelajaran yang mengakibatkan rasa tidak senang dan tidak nyaman terhadap pelajaran yang akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran tematik, guru dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan agar peserta didik mudah manerima materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan hal tersebut, guru dalam mengajar perlu menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar yang tidak hanya berpengaruh terhadap fisik tetapi juga psikis.
Berdasarkan hasil observasi di SDN 2 Kuanyar pada tanggal 24 September 2021, dijumpai beberapa permasalahan. Dalam pembelajaran tematik siswa memiliki motivasi belajar rendah yang berdampak pada keaktifan siswa.
Sebagian siswa di awal pembelajaran memiliki motivasi yang tinggi tetapi saat pertengahan hingga akhir pembelajaran motivasi belajar siswa menurun. Hal ini terlihat dari beberapa siswa yang acuh terhadap materi yang disampaikan, beberapa siswa yang terlihat meletakkan kepalanya diatas meja, dan hanya beberapa siswa yang aktif bertanya dan menjawab. Faktor penyebabnya yaitu metode pembelajaran yang monoton, interaksi antara guru dan siswa saat pembelajaran kurang optimal. Selain itu dalam proses pembelajaran kurang adanya penguatan serta apresiasi terhadap pencapaian siswa yang dapat berdampak pada psikologis siswa, sehingga menimbulkan rasa kurang percaya
diri. Rendahnya motivasi belajar siswa SDN 2 Kuanyar kelas III diperkuat dengan hasil angket studi pendahuluan. Berdasarkan hasil angket tersebut diketahui bahwa rata-rata motivasi belajar siswa adalah 65,92. Berdasarkan data tersebut, rendahnya motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinik yang saling berpengaruh.
Dari berbagai faktor itulah yang menyebabkan motivasi belajar tematik siswa rendah. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa, perlu mendapatkan penanganan yang segera dengan menggunakan metode pembelajaran yang memperhatikan keadaan emosi dan psikologis siswa sesuai dengan karakteristik siswa SD, yaitu pembelajaran sambil bermain dan menyenangkan. Serta Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik yang berpusat pada keaktifan siswa, maka metode pembelajaran yang dipilih haruslah dapat merangsang motivasi siswa untuk berperan aktif, melatih siswa untuk percaya diri dan berani mencoba. Metode seperti inilah yang dibutuhkan siswa untuk kedepannya, karena dengan metode seperti ini akan berbekas pada ingatan sehingga menjadikan siswa untuk memiliki dasar yang kuat agar selalu termotivasi dalam belajar. Kompetensi sosial guru dalam hal ini memiliki peran penting untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan mengedepankan rasa simpati dan empati, tutur kata atau bahasa yang baik, dan pemberian sugesti. Pemberian sugesti dalam pembelajaran memiliki peranan penting, karena dapat mengubah persepsi negatif ke arah positif yang akan menumbuhkan motivasi siswa serta rasa percaya diri dalam belajar.
Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan maka perlu adanya penanganan guna mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai yaitu metode hypnoteaching. Metode hypnoteaching merupakan metode yang memfokuskan pada komunikasi melalui alam bawah sadar siswa (Asteria et al., 2018). Dalam penerapan metode hypnoteaching, guru menyampaikan dengan menggunakan sugesti positif dengan tujuan menumbuhkan
kenyamanan, motivasi, minat, serta perhatian peserta didik mengenai materi pembelajaran yang disampaikan.
Pemberian sugesti dalam penggunaan metode hypnoteaching dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti pemberian pujian sekecil apapun respon siswa dalam pembelajaran, icebreaking, dan menuntun siswa dalam pembelajaran menggunakan kata-kata positif. Sehingga metode hypnoteaching dapat direalisasikan melalui banyak cara salah satunya dengan mengubah perspektif negative ke arah positif (Miftakhurozaq, 2018). Melalui pemberian sugesti tersebut diharapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar secara optimal.
Penelitian mengenai penerapan metode hypnoteaching di sekolah dasar sebelumnya telah dilakukan oleh Mabruri Puput Wijanarko (2014) dari Universitas Muhammadiyah Surakarta berjudul “Penerapan Metode Hypnoteaching Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri I Gambiranom Wonogiri Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan metode hypnoteaching berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas 5 SD Negeri I Gambiranom Wonogiri tahun pelajaran 2013/2014.
Kemudian penelitian lainnya dilakukan oleh Prima Vidya Asteria, dkk (2017) dari Universitas Negeri Surabaya berjudul “Penerapan Metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran Bermain Peran”. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan metode hypnoteaching selama proses pembelajaran berlangsung, dalam pembelajaran bermain peran lebih kondusif, peserta didik merasa penting keberadaannya, aman, dan nyaman.
Beberapa kajian empiris tersebut, menjadi landasan peneliti dalam melaksanakan penelitian dengan menerapkan metode hypnoteaching dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti berminat untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching terhadap Motivasi Belajar Tematik Siswa Kelas III SDN 2 Kuanyar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Adakah pengaruh penerapan metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa kelas III SDN 2 Kuanyar?
2. Seberapa besar pengaruh penerapan metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa kelas III SDN 2 Kuanyar?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah.
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa kelas III SDN 2 Kuanyar.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa kelas III SDN 2 Kuanyar.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan keprofesionalan guru dalam proses pembelajaran, serta dapat dijadikan sebagai rujukan, bahan pembanding, dan bahan analisis untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Siswa
Melalui proses pembelajaran menggunakan metode hypnoteaching diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
1.4.2.2 Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi guru dalam menerapkan metode hypnoteaching dalam upaya penerapan serta pengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
1.4.2.3 Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengaruh penerapan metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar tematik siswa kelas III SDN 2 Kuanyar. Sumber data dan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III SDN 2 Kuanyar yang berlokasi di Desa Kuanyar Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Siswa kelas III di SDN 2 Kuanyar ini berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Adapun materi pembelajaran yang diambil dalam penelitian ini adalah pembelajaran tematik.
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi metode hypnoteaching dan motivasi belajar siswa.
1.6.1 Metode Hypnoteaching
Metode hypnoteaching merupakan suatu metode pembelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa yang dapat mengena pada alam sadar dan alam bawah sadar siswa untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut diartikan guru dapat memberikan perintah kepada siswanya dalam melakukan kegiatan tertentu sesuai intruksi tanpa adanya paksaan untuk mecapai keberhasilan belajar.
Metode hypnoteaching dapat diwujudkan dalam beberapa aksi, seperti: ice breaking dengan menirukan yel-yel baik sebelum, proses, dan akhir pembelajaran; menerapkan jam emosi; melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan memberikan pertanyaan bermutu; menuntun siswa dalam pembelajaran dengan kata-kata positif; dan meberikan apresiasi sekecil apapun pencapaian siswa dalam pembelajaran. Adapun Langkah-langkah penerapan metode
hypnoteaching yaitu: (a) niat dan motivasi (b) pacing; (c) leading; (d) kata-kata positif; (e) pujian; (f) modelling.
1.6.2 Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan darongan, tekanan, atau semangat yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan guna meraih keberhasilan yang dikehendaki. Dalam pembelajaran keberhasilan dapat tercapai apabila siswa mempunyai motivasi tinggi untuk belajar. Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal, sebarapa besar motivasi seseorang dapat menentukan kulitas perilaku baik dalam konteks belajar, bekerja, ataupun dalam kehidpan sehari-hari. Motivasi belajar memiliki beberapa indikator yaitu: (a) tekun dalam menghadapi tugas, (b) ulet menghadapi kesulitan, (c) menunjukkan minat terhadap bermacam- macam masalah, (d) lebih senang bekerja mandiri, (e) cepat bosan pada tugas rutin, (f) dapat mempertahankan pendapatnya, (g) tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, (h) senang mencari dan memecahkan masalah.
1.6.3 Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema, untuk dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Pengelaman bermakna dimaksudkan agar siswa dapat membangun pengetahuannya melalui konsep berdasarkan pengalaman langsung dan kondisi nyata, sehingga dalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat berpartisipasi aktif didalamnya.
Adapun prinsip pembelajaran tematik yaitu: 1) Pembelajaran tematik memiliki tema yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; 2) memilih materi beberapa muatan pelajaran yang saling keterkaitan; 3) pembelajaran tematik tidak bertentangan dengan kurikulum yang berlaku; 4) meteri pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi siswa; 5) fleksibel, materi pelajaran yang tidak dapat dipadukan tidak harus dipaksakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Hypnoteaching
2.1.1 Pengertian Metode Hypnoteaching
Secara bahasa, hypnoteaching merupakan gabungan dari dua suku kata hypno dan teaching. Hypnosis yang berarti mensugesti dan teaching yang berarti mengajar (Wati & Kusuma Shinta, 2020). Sehingga dapat diartikan hypnoteaching adalah cara mengajar guru dengan mensugesti siswa yang dilakukan dengan metode tertentu dengan tujuan memberikan pembelajaran yang lebih baik untuk meningkatkan prestasi siswa.
Menurut (Navis, 2017) menyebutkan hypnoteaching merupakan cara mengajar guru dengan menggunakan sugesti positif untuk memotivasi siswa dalam belajar. Sedangkan Hakim dalam (Hasbullah & Rahmawati, 2015) hypnoteaching merupakan keadaan seseorang ketika mudah menerima informasi, saran, dan sugesti yang dapat mengubah seseorang kearah yang lebih baik. Melalui sugesti yang diberikan, diharapkan siswa menyadari bahwa dalam diri mereka bahwa terdapat potensi luar biasa yang belum dioptimalkan dalam pembelajaran (Hana Pebriana et al., 2018).
Wati & Kusuma Shinta (2020) hypnoteaching merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar dalam menyampaikan materi. Pendapat Wati & Kusuma sejalan dengan (Taufik &
Suryanti, 2018) dalam pengaplikasian metode hypnoteaching guru berusaha menarik ketertarikan siswa dengan menggunakan bahasa bawah sadar dalam menyampaikan materi yang dapat menimbulkan ketertarikan tersendiri pada diri siswa sehingga materi yang disampaikan dapat diserap otak secara maksimal. Dengan ketertarikan siswa dalam belajar akan meningkatkan perhatian siswa (time of task), menumbuhkan semangat dan konsentrasi yang akan dapat berdampak pada keberhasilan belajar siswa.
Pada dasarnya, hypnosis sering kali diterapkan dalam dunia pendidikan.
Misalnya, seorang pendidik menggunakan tokoh idola siswa untuk memotivasi siswa dalam belajar. Contoh lain, dalam proses pembelajaran guru menyampaikan lelucon dengan spontan siswa ikut tertawa. Tanpa disadari sesungguhnya pendidik menggunakan metode hypnosis dalam pembelajaran.
Hypnoteaching merupakan cara mengajar dalam pembelajaran dengan memadukan alam sadar dan alam bawah sadar siswa. Hypnoteaching ini merupakan pembelajaran kreatif, unik, dan imajinatif yang dapat diterapkan di SD karena model ini sangat mudah beradaptasi dengan kondisi siswa (Hana Pebriana et al., 2018). Dimana sebelum pembelajaran guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar dengan memperhatikan kesiapan dalam aspek psikis dan psiklogis siswa.
Metode hypnoteaching dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam aktivitas yang menarik, seperti mengajak siswa menirukan yel-yel, menerapkan jam emosi, mengarahkan siswa dengan pemberian pembelajaran dengan pujian, dan memberikan pertanyaan berkualitas (Setiawan, 2018).
Hypnoteaching dapat dilakukan dengan guru mengemas pembelajaran sedemikian rupa agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
Pembelajaran yang menyenangkan bukan berarti siswa dapat tertawa terbahak- bahak, namun dalam artian siswa dapat belajar dengan suasana tanpa tekanan (enjoy), bebas mengemukakan pendapatnya, serta dapat terlibat baik secara fisik maupun psikis (Ardianti et al., 2018b).
Hypnoteaching merupakan penggabungan dari lima metode belajar mengajar, yaitu Quantum Learning, Accelerate Learning, Power Teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan Hypnosis (Wati & Kusuma Shinta, 2020). Hypnoteaching merupakan sebuah metode yang dapat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran agar tercipta interaksi dua arah.
Berdasarkan berbagai pendapat ahli tersebut mempunyai persamaan pendapat mengenai pengertian metode hypnoteaching. Maka dapat
disimpulkan bahwa metode hypnoteaching adalah metode pembelajaran dengan menggunakan sugesti-sugesti positif dengan memadukan pikiran sadar dan bawah sadar siswa agar dapat memposisikan siswa dalam keadaan belajar tanpa tekanan (enjoy) sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Pada dasarnya proses belajar akan berhasil apabila siswa memiliki motivasi dalam belajar, sehingga dalam proses pembelajaran guru harus menggunakan metode yang tepat.
2.1.2 Unsur-unsur Metode Hypnoteaching
Hypnoteacing dapat digunakan guru sebagai metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Wati & Kusuma Shinta (2020) menyabutkan beberapa unsur yang harus dimiliki guru dalam menerapkan metode hypnoteacing sebagai berikut.
a. Penampilan guru
Sesuai dengan peribahasa jawa “ajining raga ana ing busana” yang artinya penampilan mencerminkan kepribadian. Begitupan dengan seorang guru, penampilan merupakan sesuatu yang penting yang harus diperhatikan dalam pembawaan untuk mensukseskan kegiatan pembelajaran. Karenanya seorang guru dalam berpenampilan harus memperhatikan kerapian dan kepantasan yang akan membawa guru lebih percaya diri dan siswa akan lebih mempercayai kemampuan guru.
b. Sikap simpati dan empati
Guru memiliki pribadi yang mulia yang dapat dijadikan teladan bagi anak didiknya. Sebagai seorang guru yang berhadapan langsung dengan siswa dengan berbagai karakter dan kebutuhan penanganan yang berbeda. Hendaknya dapat menampilkan keramahan dan kebaikan hatinya yang tulus dengan diikuti sikap simpati dan empati.
1) Sikap simpati
Dalam menjalankan perannya seorang guru harus berbekal sikap simpati. Karenanya sikap simpati yang ditampilkan oleh guru akan melahirkan sikap simpati pula dari siswa ke guru yang dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran.
2) Sikap empati
Di lingkungan sekolah tidak dipungkiri terdapat bebrapa siswa yang memiliki permasalahan. Untuk itu guru tidak bisa mengadili mereka sebagai siswa yang bermasalah. Guru haruslah menunjukkan sikap empatinya dengan mencoba memahami dan mencoba memberikan solusi pemecahnya.
c. Penggunaan bahasa
Bahasa adalah alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi guna menyampaikan fikiran, gagasan, dan perasaan. Saat guru berinteraksi dengan anak ataupun membawakan materi, sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti anak agar tercipta pembelajaran yang interaktif. Dalam keberhasilan hypnoteaching seorang guru hendaknya menghindari kata-kata negatif dan ucapan dengan nada mengancam.
d. Ekspresi seorang guru
Keberhasilan dalam pembelajaran tidak terlepas dari ekspresi yang ditampilkan guru saat proses pembelajaran, begitupun dengan keberhasilan metode hypnoteaching dalam menyampaikan pesan atau sugesti,
e. Teknik penyampaian
Teknik penyampaian guru baik di kelas maupun di luar kelas saat dapat dijadikan patokan dalam keberhasilan hypnoteaching. Adapun teknik penyampaian yang dapat digunakan sebagai berikut.
1) Menyampaikan kisah inspirasi
Kisah inspiratif merupakan cerita yang benar-benar terjadi, yang dapat menggugah semangat, motivasi, serta rasa percaya diri seseorang. Penyampaian kisan inspirasi merupakan teknik penyampaian guru yang dapat mendukung keberhasilan hypnoteaching. Dalam pembelajaran penyampaian kisah inspirasi dapat dilakukan pada siswa yang mengalami permasalahan dan kemrosotan semangat belajar, dengan tujuan guru dapat menasihati
dan membimbing siswa untuk mendapatkan solusi secara tidak langsung.
2) Memberikan motivasi
Guru merupakan orang tua siswa di sekolah yang dapat memahami kondisi siswanya. Apabila siswa menghadapi persoalan maka guru akan berusaja membantu memberikan solusinya. Solusi yang diberikan dapat berupa motivasi agar siswa bangkit dari keterpurukan atas masalah yang dihadapinya. Dengan motivasi yang diberikan guru dapat membukan wawasa siswa guna mempermudah dalam memberikan arahan yang positif.
Sedangkan Noer Muhammad (2010) menyebutkan macam-macam unsur yang harus diperhatikan guru dalam menerapkan metode hypnoteaching.
a. Penampilan pendidik
Penampilan merupakan point terpenting dalam kepribadian guru yang menjadi faktor pendukung dalam proses pembelajaran. Penampilan yang ditampilkan pendidik akan diniliai pertama kali sebelum siswa menilai karakter pendidik, tingkat kepercayaan pendidik, kecerdasan pendidik, serta tingkat jiwa sosial pendidik. Sehingga dengan berpenampilan menarik dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik.
b. Perilaku empati
Empati merupakan keadaan seseorang ketika mampu merasakan apa yang dirasakan dan mampu memahami dari sudut pandang orang lain (Andayani, 2012). Dengan sikap empati yang dimiliki guru, dapat membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadap dengan menyelami penyebabnya untuk memberikan reaksi dengan tepat.
c. Perilaku simpati
Simpati merupakan suatu perasaan tertarik yang timbul akibat perbuatan, kejadian, atau masalah yang sedang dialami oleh seseorang (M Delila, 2017). Dalam proses pembelajaran rasa simpati harus diperlihatkan guru agar siswa marasakan bahwa keberadaannya dihargai.
d. Pemakaian bahasa
Guru yang baik adalah guru yang dapat memilih dan memilah kata yang baik dan santun dalam berkomunikasi kepada siswa. lain daripada itu, guru juga harus dapat menghargai peserta didiknya baik dari keberadaannya dan pendapat yang dikemukakan, menghindari kata-kata negatif dengan mengancam, merendahkan, memojokkan siswa.
e. Motivasi dengan kisah inspirasi
Penyampaian motivasi dengan kisah inspirasi dapat diaplikasikan guru dalam pembelajaran ketika mendapati siswa yang kurang bersemangat, guru dapat menasehati dan membimbingnya melalui cerita inspirasi. Misalnya, dengan menceritakan tentang kegigihan seseorang dalam menggapai cita-cita dengan ketekunan belajar yang dapat membantu memperkuat pola pikir siswa.
f. Ice breaking
Ice breaking dalam konteks pembelajaran di kelas digunakan untuk mencairkan suasana, menjaga konsentrasi, menjalin hubungan antar warga kelas, dan juga dapat digunakan untuk menajamkan ingatan dalam pembelajaran (Luthfi, 2014). Selain itu ice breaking juga bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan dan kebosanan dalam pembelajaran, sehingga dapat memunculkan gairah belajar pada diri siswa. Ice breaking dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas, misalnya dalam bentuk cerita lucu tetapi bermakna, tepukan, yel-yel, tebakan berhadiah, ataupun games.
g. Memutar musik pelan
Musik dapat mempengaruhi kinerja otak dan kondisi emosional manusia agar dapat lebih mudah diberikan sugesti. Dalam proses pembelajaran musik dapat mengubah lingkungan belajar menjadi menyenangkan dan memotivasi siswa dalam berpartisipasi dalam kegiatan yang membantu meraih tujuan dalam fungsi sosial, bahasa, dan motorik (Roffiq et al., 2017).
Berdasarkan pendapat kedua ahli mengenai unsur-unsur metode hypnoteaching memiliki persamaan. Maka dapat disimpulkan unsur-unsur metode hypnoteaching meliputi; penampilan guru, sikap simpati dan empati, penggunaan bahasa, motivasi, dan menyampaikan kisah inspirasi.
2.1.3 Langkah-langkah Metode Hypnoteaching
Kunci kesuksesan menerapkan metode hypnoteaching dalam pembelajaran terletak pada cara guru menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, baik secara fisik maupun psikis. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan terstruktur tentu terdapat langka-langkah yang harus diperhatikan.
Wati & Kusuma Shinta (2020) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran hypnoteaching sebagai berikut.
1) Pacing dalam hypnoteaching
Pacing artinya guru menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan para siswa. Setiap orang memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai banyak kesamaan dengan dirinya. Berdasarkan kesamaan tersebut seseorang akan nyaman dalam lingkungannya, sehingga dapat membuat setiap pesan yang disampaikan dari individu ke individu lainnya dapat diterima dan dipahami dengan baik. Sama halnya dengan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswanya.
2) Leading dalam hypnoteaching
Leading merupakan lanjutan dari pacing, sebab keduanya saling berurutan. Leading dapat diartikan memimpin atau mengarahkan suatu kegiatan. Guru mengarahkan para siswa untuk mendengarkan dan menyimak dengan fokus materi yang diberikan. Efek dahsyat dari teknik leading adalah para siswa merasa belajar semakin menyenangkan.
3) Kata-kata positif dalam hypnoteaching
Setelah menerapkan papcing dan leading, langkah selanjutnya adalah menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa atau kalimat-
kalimat positif. Kalimat positif yang digunakan oleh guru dapat berupa ajakan atau himbauan.
4) Pujian dalam hypnoteaching
Memberikan pujian dalam kelas merupakan suatu hal yang sering disepelekan, namun hal tersebut sangat penting. Dalam pembelajaran tidak hanya pujian yang diterapkan, namun juga hukuman. Pujian diberikan untuk meningkatkan harga diri para siswa atas prestasinya.
5) Modelling dalam hypnoteaching
Dalam penerapan teknik modelling, guru memberikan teladan atau contoh melalui ucapan dan tindakan. Modelling merupakan kunci penting dalam penerapan metode hypnoteaching.
Kasmaja (2016) mengemukakan langkah-langkah metode hypnoteaching dalam pembelajaran meliputi:
1) Perhatian yang terpusat atau terfokus
Kondisi hypnosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hypnosis ringan (light hypnosis) dan hypnosis dalam (deep hypnosis). Dalam proses kegiatan pembelajaran lebih menggunakan hypnosis ringan (light hypnosis), karena kondisi yang sesungguhnya dibutuhkan siswa dalam belajar adalah konsentrasi serta emosi yang stabil.
2) Relaksasi kondisi fisik
Relaksasi dalam pembelajaran merupakan suatu hal yeng penting dalam pembelajaran, yang dapat mendukung seseorang untuk lebih mudah dalam menyerap data, informasi, dan pengetahuan. Sebuah ketegangan dapat menghambat siswa dalam menyerap informasi dengan baik.
3) Doa dan visualisasi
Doa merupakan kekuatan yang dapat menghadirkan sugesti positif pada diri seseorang. Doa dapat mendorong kekuatan yang terpendam dalam diri. Sedangkan visualisasi bertujuan untuk memperjelas gambaran mengenai tujuan yang hendak dicapai siswa. Secara singkat, visualisasi
bertujuan untuk memperjelas impian dengan membangkitkan motivasi dan menemukan jalan untuk mewujudkannya.
4) Afirmasi (sugesti positif)
Afirmasi adalah sebuah pernyataan positif yang disampaikan dalam bentuk tulisan maupun pikiran bawah sadar untuk menyampaikan tujuan. Afirmasi dapat berbentuk doa yang diucapkan secara berulang yang ditanamkan ke dalam pikiran bawah sadar.
Sementara itu, Hanifah et al., (2019) menyebutkan langkah-langkah penggunaan metode hypnoteaching sebagai berikut.
1) Niat dan motivasi
Keberhasilan yang dicapai seseorang dapat terlihat dari niat dan tekad yang dibarengi dengan usaha serta kerja keras. Hal tersebut tidak lepas dari adanya motivasi dalam diri untuk merealisasikannya.
2) Pacing
Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain. Pada kenyataannya, seseorang lebih nyaman untuk berinteraksi kepada seseorang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Begitupun interaksi yang terjalin antara guru dan siswa dalam pembelajaran.
3) Leading
Leading berarti memimpin atau mengarahkan dalam pembelajaran.
Teknik leading merupakan langkah lanjutan dari pacing, sehingga siswa dapat menemukan kenyamanan dalam pembelajaran.
4) Menggunakan kata-kata positif
Penggunaan kata-kata positif merupakan langkah pendukung dalam keberhasilan pacing dan leading. Dalam kelas guru sebaiknya menghindari penggunaan kata negatif dengan menakut-nakuti atau dengan nada mengancam. Misalnya, ketika siswa merasa bosan dan meletakkan kepalanya di atas meja, guru tidak boleh mengatakan
“jangan letakkan kepala di meja”, lebih baik mengatakan “yuk jangan dlosor, kepalanya diangkan dulu”.
5) Memberikan pujian
Pemberian pujian kepada siswa dalam pembelajaran merupakan suatu hal yang penting. Pujian sendiri dapat dijadikan sebagai reward untuk siswa sebagai peningkatan harga diri. Dalam pembelajaran di kelas pemberian pemberian reward tidak hanya pujian, tetapi ada yang berupa hukuman.
6) Modelling
Modelling merupakan proses dimana guru memberikan contoh positif melalui ucapan ataupun tindakan. Tahap ini dilakukan apabila siswa sudah menemukan kenyamanan pada guru atau dengan suasana belajar.
7) Menguasai materi secara komprehensif
Pada tahap ini guru dapat menunjukkan kemampuannya dalam segi penguasaan materi. Guru juga dapat menyampaikan materi yang dikemas sebaik mungkin agar dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Di samping itu, Singgih Budiarso (2016) mengategorikan langkah-langkah metode hypnoteaching sebagai berikut.
1) Self hypnosis
Pada tahap ini penggunaan kata-kata positif memiliki peranan penting untuk menekankan niat siswa. Mengingat proses pengalaman belajar yang didapat siswa dapat mempengaruhi hasil belajar yang dimulai dari adanya niat serta motivasi dari diri siswa untuk senantiasa berusaha agar mendapatkan pengetahuan tersebut.
2) Pacing
Pacing merupakan langkah guru dalam menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan siswa. Dengan kesamaan gelombang otak antara guru dan siswa dapat memudahkan guru dalam
menyampaikan informasi atau pesan dalam pembelajaran, serta siswa dapat mudah menerimanya.
3) Leading
Leading merupakan lanjutan dari pacing yang memiliki arti memimpin atau mengarahkan. Pada tahap ini siswa telah merasakan kenyamanan pada guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
4) Penggunaan kata-kata positif
Penggunaan kata positif merupakan langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Sesuai dengan system kerja pikiran bawah sadar seseorang yang tidak dapat menerima kata-kata negatif.
Penggunaan kata yang digunakan guru dapat mempengaruhi kondisi psikis dan mental siswa.
5) Pemberian pujian
Pemberian pujian merupakan suatu hal penting dalam proses pembelajaran yaitu adanya reward dan punishment. Pujian merupakan reward untuk mengkatkan harga diri serta konsep diri seseorang, sehingga pemberian pujian yang tulus kepada siswa merupakan suatu hal yang penting.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut memiliki persamaan pendapat menganai langkah-langkah metode hypnoteaching. Dalam penelitian ini, peneliti merujuk pada langkah-langkah metode hypnoteaching menurut Hanifah, karena dalam langkah metode hypnoteaching tersebut pembelajaran dipusatkan pada pikiran alam bawah sadar siswa dengan pemberian sugesti positif serta penyampaian materi secara komprehensif. Karena proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat membangun interaksi, menciptakan inspirasi, menumbuhkan rasa senang, serta menghadirkan motivasi baik pada pendidik maupun peserta didik.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching 2.1.4.1 Kelebihan Metode Hypnoteaching
Setiap penerapan metode dalam pembelajaran memiliki kelebihan yang ditonjolkan. Begitupun dengan metode hypnoteaching. Wati & Kusuma Shinta (2020) mengemukakan kelebihan metode hypnoteaching sebagai berikut.
1) Pembelajaran menjadi aktif dan interaktif 2) Kemampuan imajinasi siswa akan berkembang 3) Proses belajar mengajar lebih dinamis
4) Meningkatkan motivasi siswa 5) Meningkatkan prestasi siswa
6) Pemantauan terhadap siswa lebih intensif
7) Pemahaman siswa mengenai materi menjadi lebih baik.
Dijabarkan oleh As’ari (2018) kelebihan dari metode hypnoteaching yaitu:
(1) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif; (2) Proses pembelajaran lebih aktif karena menggunakan simbol-simbol dan gerak-gerak motorik siswa, sehingga dapat memberikan pembaharuan dalam gaya belajar siswa; (3) Siswa lebih mudah dalam memhaami materi, karena termotivasi untuk belajar; (4) siswa dapat mengembangakan kreativitas dan imajinasinya; (5) Siswa dapat menyerap materi dengan baik.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut memiliki persamaan tentang kelebihan penggunaan metode hypnoteaching dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan kelebihan metode hypnoteaching dapat dilihat dari respon siswa saat pembelajaran. Apabila dalam pembelajaran terjalin interaksi yang baik antara guru dan siswa maka akan tercipta pembelajaran yang aktif, inovatif, dan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dengan demikian siswa akan lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.4.2 Kekurangan Metode Hypnoteaching
Disamping kelebihannya, metode hypnoteaching memiliki beberapa kelemahan. Wati & Kusuma Shinta (2020) menjabarkan kekuarangan metode hypnoteaching sebagai berikut.
1) Keraguan dalam menerapkan metode hypnoteaching
2) Memerlukan waktu yang lama untuk membangun simpati, empati, dan rasa saling memahami dengan siswa.
3) Memberikan perhatian kepada setiap siswa
4) Sarana dan prasarana untuk mengembangkan metode hypnoteaching belum memadai.
Sementara itu, As’ari (2018) menyebutkan beberapa kekurangan metode hypnoteaching yaitu: (1) Pada awal penerapan metode hypnoteaching memerlukan bimbingan guru untuk melaksankan kegiatan visualisasi dan afirmasi; (2) Waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama, karena membutuhkan waktu untuk konsentrasi dan penurunan gelombang otak; (3) Membutuhkan peralatan sebagai sarana pendukung, seperti alat musik; (4) Apabila terjadi gangguan di tengah pembelajaran, maka dapat mengganggu konsentrasi dan perhatian siswa; (5) Guru aktif memberikan sugesti dengan kalimat-kalimat positif.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut tentang kelemahan metode hypnoteaching dapat disimpulkan, bahwa kelemahan metode hypnoteaching dapat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai, alokasi waktu, serta pembawaan guru dalam menerapkan metode hypnoteaching.
2.2 Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan faktor penting yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Motivasi yang ada pada diri siswa dapat mendorong untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai prestasi belajar yang diinginkan.
Cleopatra (2015) menjelaskan istilah motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya penggerak dalam diri seseorang, yang menyebabkan seseorang melakukan suatu aktivitas dengan sukarela sebagai upaya mencapai tujuan yang dikehendaki. Suprihatin Siti (2015) mengemukakan motivasi merupakan kekuatan yang ada pada diri seseorang yang dapat menimbulkan kemauan untuk menjalankan suatu kegiatan. Mc Donald dalam (Cahyani et al., 2020) menyatakan motivasi sebagai suatu perubahan energi pada diri seseorang
ditandai dengan munculnya afektif (perasaan) dan reaksi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut mengenai pengertian motivasi, dapat disimpulkan motivasi adalah daya penggerak yang mendorong sesorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar yang positif akan mempengaruhi keinginan belajar serta hasil yang didapatkan, begitu pun sebalikanya. Saputra et al. (2018) menyatakan motivasi merupakan suatu energi baik dari dalam diri siswa (intrinsik) dan dari luar diri siswa (ekstrinsik) yang mendukung siswa untuk belajar. Nurmala et al. (2014) menyatakan motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan pembelajaran dengan tujuan menambah wawasan dan keterampilan dalam diri individu. Suharni & Purwati (2018) menyatakan motivasi sebagai kekuatan yang dapat menimbulkan kemauan yang berasal dari individu maupun luar individu untuk menjalankan kegiatan tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan motivasi belajar adalah perubahan yang ditimbulkan akibat adanya dorongan dari dalam individu (intrinsik) dan luar individu (ekstrinsik) untuk menambah wawasan dan keterampilan. Dalam menumbuhkan motivasi belajar peran guru dan siswa sangat penting dan saling mempengaruhi. Sebagaimana dalam motivasi terselip keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif yang harus direalisasikan (Nurmala et al., 2014).
2.2.2 Macam-macam Motivasi Belajar
Motivasi memiliki peran penting dalam pembelajaran, oleh karena itu dalam pembelajaran menumbuhkan motivasi merupakan salah satu peran penting seorang guru. Sihombing (2018) menyebutkan ada dua macam motivasi belajar yaitu: (1) motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ada dalam diri siswa dalam belajar yang sifatnya nyata (sound motivation); (2) motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang berasal dari luar diri siswa atau lingkungan belajar siswa.
Selanjutnya, Sadirman (2016) menyebutkan macam-macam motivasi dari berbagai sudut pandang sebagai berikut.
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif bawaan
2) Motif-motif yang dipelajari
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquiz 1) Motif atau kebutuhan organis
2) Motif-motif darurat 3) Motif-motif objektif
c. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah 1) Motif-motif timbulnya alasan 2) Momen pilih
3) Momen putusan
4) Momen terbentuknya kemauan d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motiv-motiv yang tumbuh dalam diri yang fungsinya tidak membutuhkan rangsangan dari luar, dikarenakan dalam diri seseorang terdapat dorongan untuk melakukan kegiatan sesuai harapan. Sedangkan motivasi intrinsik dalam pembelajaran merupakan keinginan seseorang untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Contohnya seseorang yang bersungguh-sungguh dalam belajar karena ingin menambah pengetahuan untuk mendapatkan nilai yang maksimal.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motiv-motiv yang tumbuh karena adanya rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran merupakan bentuk motivasi yang di dalam aktivitas awal hingga akhirnya pembelajaran berdasarkan dorongan dari luar yang tidak harus berkaitan dengan aktivitas pembelajaran. Sebagai contoh, siswa belajar karena mengetahui akan diadakannya ulangan
dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh kedua orang tuanya
` Berdasarkan pendapat ahli tentang macam-macam motivasi, dapat disipulkan bahwa macam-macam motivasi debedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari diri siswa sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari lingkungan belajar siswa. perlu dipahami bahwa siswa yang memiliki motivasi baik motivasi intrinsik dan ekstrinsik memiliki keinginan untuk menambah pengetahuan. Sehingga kedua motivasi tersebut saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi siswa dalam belajar dapat menentukan keberhasilannya. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki ketertarikan untuk melakukan aktivitas untuk dapat memperoleh hasil atau tujuan yang diinginkan. Uno (2019) menyatakan motivasi dan belajar merupakan hubungan yang saling memengaruhi. Adapun faktor yang memengaruhi motivasi belajar yaitu: (1) Faktor intrinsik, berupa keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita; dan (2) Faktor ekstrinsik, adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Ali Imron dalam (E. Siregar & Nara, 2014), mengemukakan enam faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu:
1) Cita-cita/aspirasi pembelajaran
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa. dapat dilihat pada siswa yang memiliki cita-cita akan memiliki motivasi yang tinggi karena sebelumnya sudah memiliki target yang harus dicapai.
2) Kemampuan pembelajaran
Setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda baik dari segi intelektual maupun psikomotorik. Seseorang yang memiliki kemampuan dalam suatu bidang akan termotivasi untuk lebih menguasai dan mengembangkannya pada bidang tersebut.
3) Kondisi pembelajar
Kondisi secara fisiologis dan psikologis dapat memengaruhi motivasi belajar siswa. Apabila siswa dalam kondisi sehat serta panca indera yang dapat berfungsi dengan baik, akan memiliki peluang untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
4) Kondisi lingkungan siswa
Kondisi lingkungan belajar siswa mempengaruhi motivasi, dapat dilihat baik dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial siswa. Karenanya lingkungan belajar dapat mendukung keefektifan dalam belajar.
5) Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran
Upaya memotivasi dapat dilakukan dengan penggunaan media pembelajaran, strategi atau metode pembelajaran, suasana belajar dan sebagainya yang dapat mendinamisasi proses pembelajaran. Semakin dinamis suasana belajar, maka akan menumbuhkan motivasi yang kuat dalam pembelajaran
6) Upaya guru dalam menyampaikan pembelajaran
Berdasarkan pendapat ahli tentang faktor yang mempengaruhi motivasi belajar tersebut dapat disimpulkan, bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: (1) faktor intrinsik, meliputi: cita-cita, kemampuan siswa, kondisi siswa; dan (2) faktor intrinsik, meliputi: kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis pembelajaran, dan upaya guru dalam menyampaikan materi. Motivasi dalam belajar dapat didapatkan secara internal maupun eksternal dimana keduanya saling mempengaruhi dalam perubahan tingkah laku,
2.2.4 Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Karena motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk mengikuti pembelajaran dengan tujuan menambah pengetahuan. Semakin besar motivasi yang dikeluarkan, maka semakin besar keberhasilan dalam belajar. Sadirman (2016) menyebutkan tiga fungsi motivasi sebagai berikut.
1) Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi merupakan roda penggerak pada diri manusia untuk memulai melaksanakan kegaiatan.
2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang akan dicapai.
Sehingga motivasi dapat memberikan arahan untuk melaksanakan kegiatan sesuai tujuan yang telah disusun sebelumnya.
3) Menyeleksi perbuatan, yaitu memilih dan memilah perbuatan yang sesuai untuk dilaksanakan guna mencapai tujuan. Seperti, seorang siswa yang akan menghadapi lomba dengan harapan mendapatkan juara, tentu akan menghabiskan waktunya untuk latihan bukan untuk membaca komik, sebab kegiatan tersebut tidak sesuai dengan tujuan.
Uno (2019) menyebutkan fungsi penting motivasi belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (1) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat dalam belajar; (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; (3) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar; (4) menentukan ketentuan belajar.
Kemudian Dimyati & Mudjiono (2013) menyatakan pentingnya motivasi belajar bagi siswa antara lain: (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil; (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan temannya; (3) mengarahkan kegiatan belajar; (4) membesarkan semangat belajar; (5) menyadarkan tentang adanya belajar.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi menumbuhkan, melandasi, mengarahkan untuk mencapai tujuan belajar sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Siswa dengan motivasi besar akan terlihat giat dalam belajar dan tidak pantang menyerah,
sedangkan siswa dengan motivasi rendah akan terlihat acuh dan mudah putus asa.
2.2.5 Kriteria Siswa Termotivasi
Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Begitupun dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran akan berjalan dengan semestinya apabila siswa memiliki motivasi untuk belajar dalam dirinya. Sadirman dalam (Santoso et al., 2018) merincikan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki beberapa kriteria, antara lain: a) tekun menghadapi tugas; b) ulet menghadapi kesulitan; c) tidak membutuhkan dorangan eksternal untuk beprestrasi; d) lebih senang kerja mandiri; e) cepat bosan dengan tugas yang rutin; f) dapat mempertahankan pendapatnya; g) tidak mudah melepaskan hal yang telah diyakini.
Winata (2021) menyebutkan siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam diri memiliki kriteria, antara lain: a) rajin mengerjakan tugas; b) semangat pantang menyerah; c) tidak takut menghadapi kesulitan; d) mandiri; e) mampu membela pendapat; f) memiliki keinginan untuk memecahkan masalah. Sedangkan, Tafanao (2018) menjabarkan siswa yang memiliki motivasi belajar memiliki beberapa kriteria, yaitu: 1) mampu memahami tujuan belajar; 2) merasakan serta menemukan suasana belajar yang menantang, merangsang, dan menyenangkan; 3) memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan orang lain; 4) merasa nyaman dalam pembelajaran meskipun mengalami kesulitan belajar.
Berdasarkan beberapa kriteria motivasi belajar yang dikemukakan ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya motivasi belajar dalam diri seseorang akan mempengaruhi hasil belajar yang didapatkan. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya rasa tekun, ulet menghadapi kesulitan, mandiri, semangat dan pantang menyerah, berusaha mempertahankan pendapat, keinginan untuk memecahkan masalah, serta kemauan untuk mencari tahu segala sesuatu. Dalam kegiatan pembelajaran peran guru sangatlah penting dalam mengoptimalkan
motivasi belajar siswa agar tercapai pembelajaran yang interaktif dan tidak terkesan monoton.
2.2.6 Indikator Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah darongan yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal untuk mendukung proses pembelajaran agar berjalan secara optimal. Uno (2019) menyebutkan indikator motivasi belajar meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;
(6) adanya lingkungan belajar yang kondusif .
Sadirman (2016) berpendapat motivasi belajar yang ada pada diri seseorang memiliki indikator seperti: (1) tekun menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi kesulitan; (3) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah; (4) lebih senang bekerja mandiri; (5) cepat bosan pada tugas yang rutin; (6) dapat mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini;
(8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Kemudian, Lesmana et al. (2020) merincikan indikator motivasi belajar meliputi: a) kuatnya kemauan untuk berbuat; 2) jumlah waktu yang diluangkan untuk belajar; 3) ketersediaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain; 4) ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Berdasarkan pendapat ahli tentang indikator belajar tersebut peneliti menggunakan indikator motivasi belajar yang diungkapkan oleh (Sardiman, 2016) yang meliputi: 1) tekun menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi kesulitan;
(3) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah; (4) lebih senang bekerja mandiri; (5) cepat bosan pada tugas yang rutin; (6) dapat mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini;
(8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Peneliti menggunakan indikator motivasi belajar dari (Sardiman, 2016) karena sesuai dengan hasil pra- penelitian yang didapatkan, motivasi belajar siswa kelas III SDN 2 Kuanyar
lebih sesuai apabila diteliti dengan menggunakan indikator dari (Sardiman, 2016).
2.2.7 Upaya Guru Dalam Memotivasi Siswa
Peranan motivasi dalam pembelajaran sangatlah penting, baik motivasi dari segi intrinsik maupun ekstrinsik. Dengan adanya Motifasi dapat mengembangkan aktifitas serta kreativitas, dapat mengarahkan dan menumbuhkan ketekunan dalam jalannya pembelajaran. Akan tetapi, motivisi yang dimiliki siswa terkadang tidak stabil. Sehingga perlu adanya upaya dalam mengoptimalkan motivasi tersebut. Sadirman (2016) merincikan bentuk-bentuk upaya guru dalam mengoptimalkan motivasi belajar siswa sebagai berikut:
1) Memberi angka, merupakan symbol yang digunakan untuk nilai belajarnya.
2) Hadiah, pemberian hadiah dalam pembelajaran terkadang perlu untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran. Yangmana siswa yang tidak memiliki ketertarikan pada mata pelajaran tertentu diberikan hadiah agar lebih termotivasi.
3) Saingan/kompetisi, persaingan yang dilakukan baik secara individual atau kelompok dapat digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Terkadang jika tidak memiliki saingan siswa akan malas untuk mencapai hasil yang terbaik.
4) Ego-involment, menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan untuk bekerja keras sebagai salah satu bentuk motivasi belajar.
5) Memberikan ulangan
6) Mengetahui hasil, dengan ini siswa yang mendapatkan nilaik jelas agar termotivasi untuk rajin belajar.
7) Pujian, dengan pujian dapat menambah suasana yang menyenangkan dan menambah keingininan siswa untuk belajar serta membangkitkan harga diri.
8) Hukuman, sebagian orang selalu memandang negative hal ini.
Kenyataannya, apabila diberikan dalam keadaan yang tepat dan bijak dapat dijadikansebagai alat motivasi.
9) Hasrat untuk belajar, dalam hal ini berarti ada unsur kesengajaan dan adanya keinginan untuk belajar, sehingga hasil belajar yang diawali dengan keinginan untuk mencapai tujuan akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
10) Minat dalam proses pembelajaran dipengaruhi dengan minat terhadap matreri pembelajaran dan suasana pembelajaran yang diciptakan.
11) Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan menjadi motivasi yang penting. Sebab dengan memahami tujuan yang akan dicapai yang dirasa menguntungkan, akan menimbulkan motivasi siswa untuk terus belajar.
2.3 Pembelajaran Tematik
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
Sekarang ini kurikulum yang dilaksanakan disemua jenjang pendidikan adalah kurikulum 2013 yang sering disebut dengan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu dengan menintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema guna memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa (Ardianti et al., 2018a).
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan dalam pembelajaran dengan mengaitkan beberapa aspek pembelajaran, yang diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan serta keterampilan secara holistik sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna. Dikatakan pembelajaran bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak dapat membangun konsep pengetahuannya sendiri melalui pengalaman nyata dan menghubungkan konsep dengan apa yang sudah dipahami yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Ansori, 2020). Menurut Perdana & Suswandari (2021) pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran dengan mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Sejalan, Kurniawan dalam (Suwandayani, 2018) mengemukakan pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengorganisasian meteri yang diintegrasikan dalam sebuah tema. Tema dikemas dalam berbagai konsep sehingga siswa tidak belajar konsep secara terpisah, tetapi menjadi satu dalam satu tema tertentu.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut mengenai pengertian pembelajaran tematik, dapat disimpulkan pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian mata pelajaran dalam sebuah tema. Tema- tema dalam pembelajaran tematik merupakan pokok bahasan yang menjadi topik pembicaraan dalam pembelajaran. Desain pembelajaran tematik siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui konsep yang telah dimiliki berdasarkan pengalaman nyata. Dengan pembangunan pengetahuan melalui konsep maka pengetahuan tersebut akan bertahan lama karena untuk membangunnya melalui proses yang melibatkan siswa.
2.3.2 Prinsip Pembelajaran Tematik
Mengajar merupakan sebuah proses meyampaikan informasi. Begitupula dengan pembelajaran tematik, dimana dalam pelaksanaannya diperlukan perencanaan yang matang untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna.
Suryobroto dalam (Ananda & Fadhilaturrahmi, 2018) menyebutkan prinsip dasar dalam pembelajaran tematik, yaitu: 1) bersifat konstekstual atau terintegrasi dengan lingkungan; 2) pembelajaran dirancang agar siswa dapat terlibat didalamnya untuk menemukan tema pembelajaran nyata untuk dapat diaplikasikan; 3) efisiensi dalam segi waktu, beban materi, metode, dan penggunaan sumber belajar yang otentik.
Ardianti et al. (2018a) merincikan prinsip dalam melaksanakan pembelajaran tematik sebagai berikut.
1) Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang nyata, berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Tema tersebut digunakan untuk menyatukan materi dari mata pelajaran yang berbeda.
2) Pembelajaran tematik perlu memilih materi dari beberapa mata pelajaran yang memiliki keterkaitan agar mempermudah dalam menyampaikan kebermaknaan dalam sebuah tema.
3) Pembelajaran tematik tidak bertentangan dengan kurikulum yang berlaku.
4) Materi pembelajaran dalam satu tema dapat dipadukan atau dikembangkan sesuai dengan minat, karakter, dan pengetahuan awal peserta didik.
5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu dipaksakan.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai prinsip pembelajaran tematik memiliki kesamaan, sehingga dapat dimpulkan prinsip pembelajaran tematik yaitu: 1) Pembelajaran tematik bersifat konstektual yang dapat dikaitkan dalam kehidupan nyata; 2) pembelajaran tematik dirancang agar siswa dapat berperan serta didalamnya agar pembelajarn lebih bermakna; 3) pembelajaran tematik dapat disesuaikan dengan kedaan yang ada. Hal tersebut ditujukan agar tercipta pembelajaran yang besahabat, menyenangkan, dan bermakna.
2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pengimplementasian pembelajaran tematik pada jenjang sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran tematik diimplementasikan pada siswa sekolah dasar karena sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan siswa yang lebih nyaman dengan pembelajaran yang sifatnya nyata dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Ananda & Fadhilaturrahmi (2018) menyebutkan karakteristik pembelajaran tematik, yaitu: 1) pembelajaran berpusat pada siswa; 2) fleksibel tidak ada pemisah anatar mata pelajaran; 3) dapat mengembangkan bakat sesuai minat siswa; 4) menumbuhkan kreativitas dan kemampuan sosial siswa.
Ardianti et al. (2018a) menyebutkan karakteristik pembelajaran tematik sebagai berikut.
1) Berpusat pada peserta didik (student centered)
Pembelajaran tematik menekankan keaktifan pada siswa dengan siswa sebagai subjek belajar. sedangkan guru berperan sebagai fasilitator untuk memberikan kemudahan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Dapat memberikan pengelaman langsung (Direct Experience) kepada peserta didik
Siswa dihadapkan pada sesuatu yang sifatnya konkret yang dapat sebagai dasar untuk memahami sesuatu yang absatrak.
3) Pemisah antar muatan pembelajaran menjadi tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik fokus pembelajaran tidak begitu jelas, karena pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema tertentu dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran.
4) Menyajikan konsep-konsep dari beberapa muatan dalam suatu pembelajaran
Siswa diharapkan dapat memahami konsep secara utuh, guna mempermudah siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat luwes (fleksibel)
Dalam pembelajaran tematik guru dapat mengaitkan mata pelajaran dengan materi dalam mata pelajaran lain. Selain itu, guru juga dapat mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa yang akan mempermudah siswa dalam pembelajaran.
6) Hasil belajar dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberikan kesmpatan untuk mengembangkan potensi dalam dirinya secara optimal.
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dang menyenangkan Siswa dapat mengikuti pembelajaran yang menarik yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam pembelajaran.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai karakteristik pembelajaran tematik memiliki kesamaan, sehingga dapat disimpulkan karakteristik pembelajaran
tematik,yaitu: 1) pembelajaran berpusat pada siswa, dimana dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui konsep yang telah ditemukan; 2) fleksibel, karena tidak ada pemisah antar mata pelajaran; 3) pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan karakteristik siswa; 4) Belajar sambil bermain dan menyenangkan unuk dapat menumbuhkan motivasi dan kreativitas siswa.
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Penerapan pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan dalam penerapannya. Rusman dalam (Ardianti et al., 2018a) menyebutkan kelebihan pembelajaran tematik sebagai berikut.
1) Pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkat perkembangannya.
2) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3) Kegiatan lebih bermakna sehingga pengetahuan yang diterima siswa akan bertahan lebih lama
4) Keterampilam berpikir siswa berkembang.
5) Menyajikan kegiatan yang sifatnya pragmatis. Dengan mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.
6) Keterampilan sosial siswa dapat berkembang dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tematik memiliki keunggulan dari pembelajaran terpisah.
Pembelajaran tematik memberikan kesempatan guru untuk mengembangkan pembelajaran proses pembelajaran menjadi lebih bermakna melalui suasana belajar yang menarik, menarik, menyenangkan, menumbuhkan keterampilan berpikir, dan keterampilan sosial, menyajikan konsep pembelajaran nyata yang dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Disisi lain, pembelajaran juga dapat membangun interaksi antara guru dan siswa dalam merumuskan
kegiatan pembelajaran, sehingga pemahaman dalam diri siswa akan bertahan lebih lama.
Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut peran guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja (Wiyoko
& Wandira, 2021). 2.4 Penelitian Relevan
Penelitian relevan adalah hasil penelitian orang lain yang dijadikan acuan dalam penelitian. Penelitian ini didasarkan pada beberapa penelitian relevan yang akah digunakan oleh peneliti, sebagai berikut.
1) Penelitian yang dilakukan oleh Wina Dwi Puspitasari (2018) dengan judul “Implementasi Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data: a) siklus I diperolah nilai rata-rata kelas 55,5, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas 69,06, sedangkan pada siklus III diperoleh nilai rata-rata kelas 76,31; b) pada siklus I diperoleh presentase ketuntasan belajar siswa 28,12%, pada siklus II diperoleh prsentase ketuntasan belajar siswa 59,37%, sedangkan pada siklus III diperoleh presentase ketuntasan belajar adalah 81,25%. Berdasarkan penelitian tersebut penerapan metode hypnoteaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Buana Sari, dkk. (2019) dengan judul
“Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Hypnoteaching Pada Mata Pelejaran IPS Siswa Kelas V SD Nurul Ijtihad Pujut Lombok Tengah”. Berdasarkan data yang diperoleh: a) pada siklus I skor rata-rata motivasi belajar adalah 28 dengan presentase 40% dengan kategori cukup tinggi, dan kategori tinggi 60%; b) pada siklus II skor rata-rata motivasi belajar adalah 41,6 dengan presentase kategori tinggi 30% dan kategori sangat tinggi 70%. Berdasarkan
penelitian tersebut penerapan metode hypnoteaching dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Buana Sari, dkk (2019) dengan judul
“Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Hypnoteaching Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Ijtihad Pujut Lombok Tengah”. Perolehan hasil temuan pada siklus pertama skor rata-rata motivasi belajar 28 siswa dengan presentasi 40% dengan kategori cukup tinggi, dan kategori tinggi 60%. Selanjutnya di siklus kedua skor rata-rata motivasi belajar 41,6 dengan presentasi kategori tinggi 30% dan kategori sangat tinggi 70%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode hypnoteaching dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4) Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Hanif (2019) dengan judul
“Pengaruh Pendekatan Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas VB MIN 1 Bantul Tahun Ajaran 2017/2018”. Dengan hasil penelitian: (1) penerapan hypnoteaching pada kelas Vb MIN 1 Bantul mempunyai pengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan motivasi belajar; (2) pendekatan hypnoteaching mempunyai pengaruh yang sangat positif dalam peningkatan motivasi belajar siswa dengan rata-rata presentasi 77,5%. Berdasarkan penelitan tersebut metode hypnoteaching berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa.
5) Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Tiara Trianovita (2018) dengan judul “Pengaruh Metode Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 3 Cakranegara Tahun Pelajaran 2017/2018”.
Dengan hasil penelitian: nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 80,55 dan psikomotorik sebesar 96,2 keduanya lebih besar dari KKM 76, hasil perolehan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2,439 sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2,005 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode hypnoteaching penelitan tersebut metode hypnoteaching berpengaruh terhadap hasil belajar IPS.
No Peneliti Judul Metode Persamaan Perbedaan 1 Wina Dwi
Puspitasar i
Implementasi Metode
Hypnoteaching untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Persamaan terletak pada variabel bebas penelitian yaitu metode hypnoteahing
Perbedaan terletak pada variabel terikat yakni hasil belajar dan motivasi belajar pada penelitian yang akan dilaksanakan.
2 Buana Sari, dkk.
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode
Hypnoteaching Pada Mata Pelejaran IPS Siswa Kelas V SD Nurul Ijtihad Pujut Lombok Tengah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Persamaan terletak pada variabel bebas dan variabel terikat penelitian yaitu metode hypnoteahing dan motivasi belajar.
Perbedaan terletak pada tempatnya yakni di SD Nurul Ijtihad Pujut
Lombok Tengah dan di SDN 2 Kuanyar pada penelitian yang akan dilaksanakan.
3 Putri Hana Pebriana
Penerapan Metode
Hypnoteaching Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Anak Pada Siswa Kelas III SDN 030 Bagan Jaya
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Persamaan terletak pada variabel bebas yaitu penerapan metode hypnoteachin g.
Perbedaan terletak pada variabel terikat yakni kemampuan menulis puisi dan motivasi belajar pada penelitian yang akan dilaksanakan
4 Mohamm
ad Hanif
Pengaruh Pendekatan Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas
Mixed Methods
Persamaan terletak pada variabel bebas dan variabel terikat penelitian
Perbedaan terletak pada tempatnya yakni di MIN I Bantul dan di SDN 2 Kuanyar pada