TESIS
HUBUNGAN ANTARA KESULITAN MAKAN DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN
EMMY ROSA DEPARI 097103012/ IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN ANTARA KESULITAN MAKAN DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak/ M.Ked (Ped) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
EMMY ROSA DEPARI 097103012/ IKA
PROGRAM MAGISTER KLINIK– SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Penelitian: Hubungan antara Kesulitan Makan Dengan Gangguan Tidur pada Anak Bawah Lima Tahun
Nama Mahasiswa : Emmy Rosa Depari Nomor Induk Mahasiswa : 097103012/ IKA
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
dr. Hj. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K)
Anggota
dr.H. Hakimi, Sp.A(K)
Ketua Program Magister Dekan
Prof.dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K)
NIP 19540220 198011 1 001
Prof. dr.Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH
Tanggal lulus : 5 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
HUBUNGAN ANTARA KESULITAN MAKAN DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 5 Juni 2014
Emmy Rosa Depari
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada Tanggal: 5 Juni 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : dr. Hj. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K) ...
Anggota :
1. dr. H. Hakimi, Sp.A(K) ...
2.Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp.PD, FINASIM,Sp.GK ...
3. dr. Nelly Rosdiana, Sp.A(K) ...
4. dr. Pertin Sianturi, Sp.A(K) ...
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehinggapenulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama dr. Hj. Tiangsa Sembiring,Sp.A(K) dan dr. Hakimi, Sp.A(K) yang telah memberikan bimbingan,bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K), selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan untuk dilakukannyapenelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Hj. Melda Deliana Sp.A(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK USU dan dr. Hj. Beby Syofiani Hsb, M. Ked (Ped), Sp.A, selaku Sekretaris Program Studi yang telah memberikan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian ini.
4. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H,M.Sc(CTM), Sp.A(K),serta Rektor Universitas Sumatera Utara sebelumnya dan Ketua Program Magister, Prof.Dr.H.Chairuddin P Lubis, DTM&H, Sp.A(K) dan Dekan FK-USU Prof. Dr. Gontar A.
Siregar, Sp.PD-KGEH, FINASIM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK- USU.
5. Dr. Nelly Rosdiana, Sp.A(K), Dr. Pertin Sianturi, Sp.A(K), dan Prof.DR. dr. Harun Alrasyid, Sp.PD,FINASIM,Sp.GK yang telah menguji, memberikan koreksi, saran dan perbaikan pada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Dr. Tri Faranita, M.Ked (Ped), Sp.A dan Dr. Winra Pratita, M.Ked (Ped), Sp.A atas segala bantuannya dalam penulisan dan penyelesaian tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/
RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalampelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
8. Kepala Sekolah PAUD Sola Fide, Melati Putih, Mawar Selayang 2, Aisisiah BA 2, Ilma, Perwanis, Suheri, Medina, Aisisiah BA 27dan Kenanga Asri, kota Medan, Provinsi Sumatera Utara beserta para guru dan seluruh siswa atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.
9. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Ridha Rahmalia, Mardiana Hasibuan, Benny Kusuma.
Kepada seluruh teman-teman angkatan Juli 2009, terimakasih atas kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtuasaya M. Depari dan R. Purba serta kakak-kakak sayaatas doa serta dukungan moril kepada saya. Kepada Alm. kakak saya Idawaty Depari, terimakasih banyak atas dukungan dan perhatian kakak sewaktu kakak bersama kami. Terima kasih yang sangat besar juga saya sampaikan kepada suamiku tercinta B. Jeffry Hasibuan,yang dengan segala dukungan, perhatian dan pengertiannya, membuat saya mampu menyelesaikan tesis ini. Begitu juga buat anak- anakku tersayang, Felix Leo Valdest Hasibuan, Elisabeth Agita Utami
Universitas Sumatera Utara
Hasibuan, dan Nadya Christnauli Hasibuan yang merupakan sumber kekuatan dan semangat bagi saya.
Akhir kata,penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Medan, April 2014
Emmy Rosa Depari
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Lembaran Persetujuan Pembimbing i
Lembar Pernyataan ii
Ucapan terima Kasih iv
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar ix
Daftar Singkatan dan Lambang x
Abstrak xii
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Hipotesis 4
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.5. Manfaat Penelitian 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka
2.1. Kesulitan Makan 6
2.1.1. Faktor risiko kesulitan makan 8
2.2. Gangguan Tidur 9
2.3. Hubungan Antara Kesulitan Makan dan Gangguan
Tidur 12
2.4. Kerangka Konsep 15
Bab 3. Metode Penelitian
3.1. Desain Penelitian 16
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 16
3.3. Populasi dan Sampel 16
3.4. Perkiraan Besar Sampel 17
3.5. Pemilihan Sampel 18
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 18 3.7. Persetujuan/ Informed Consent 18
3.8. Etika Penelitian 19
3.9. Cara Kerja dan Alur Penelitian 19
3.10. Identifikasi Variabel 20
3.11. Definisi Operasional 21
3.12. Rencana Analisis dan Pengolahan Data 26
Universitas Sumatera Utara
Bab 4. Hasil
4.1. Karakteristik Dasar 27
4.2. Hubungan Kesulitan Makan dengan Gangguan
Tidur 29
4.3. Hubungan Kesulitan Makan dengan Gangguan
Tidur Berdasarkan Kelompok Usia 30 4.4. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan
Kesulitan Makan 31
Bab 5. Pembahasan 32
Bab 6. Kesimpulan dan Saran 37
Ringkasan 38
Daftar Pustaka 41
Lampiran
1. Personil Penelitian 2. Biaya Penelitian 3. Jadwal Penelitian
4. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua 5. Persetujuan Setelah Penjelasan 6. Data Sampel
7. Kuesioner Kesulitan Makan 8. Kuesioner Gangguan Tidur 9. Persetujuan Komite Etik 10. Riwayat Hidup
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik dasar 28 Tabel 4.2. Hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan
tidur 29
Tabel 4.3. Hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan
tidur pada balita berdasarkan kelompok usia 30 Tabel 4.4. Hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat
pendidikan ibu 31
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka konsep penelitian 15
Gambar 3.1. Alur penelitian 20
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
ICD-10 : international statistical classification of diseases revisi ke- 10
DSM-IV : diagnostic and statistical manual of mental disorders
% : persen
MCH- Feeding Scale : the montreal children’s hospital feeding scale ICSD : the international classification of sleep
disorders
Balita : bawah lima tahun
SOA type : sleep onset association type
TCSQ : the tayside children’s sleep questionnaire
ASI : air susu ibu
RR : risiko relatif
PAUD : pendidikan anak usia dini
n :jumlah sampel
Zα :deviat baku normal untuk α
Zβ :deviat baku normal untuk β
α :kesalahan tipe I
β :kesalahan tipe II
P :tingkat kemaknaan
ADHD : attention deficit hiperactivity disorders OSAS :obstructive sleep apnoe syndrome
x2 :uji chi-square
Universitas Sumatera Utara
cm :sentimeter
kg :kilogram
SD : standard deviation
SD : sekolah dasar
SMP : sekolah menengah pertama
SMA : sekolah menengah atas
PT : perguruan tinggi
≥ :lebih besar atau sama dengan
< :lebih kecil/kurang dari
˃ : lebih besar/ lebih dari
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN ANTARA KESULITAN MAKAN DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN
Emmy Rosa Depari*
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, Indonesia
, Tiangsa Sembiring, Hakimi, Tri Faranita, Winra Pratita
Abstrak
Latar BelakangKesulitan makan dan gangguan tidur merupakan hal yang umum dijumpai pada anak usia muda yang sehat. Meskipun terdapat kesamaan dalam etiologi, prevalensi dan distribusi usia, hubungan antara keduanya masih sangat jarangditeliti.
TujuanUntuk mengetahui hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak bawah lima tahun (balita) dan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kesulitan makan.
MetodeStudi cross-sectional dilaksanakan pada bulan April 2013 di 10 sekolah Pendidikan Anak Usia Dini di Kota Medan. Sampel adalah anak balita yang mengalami kesulitan makan berdasarkan kuesioner The Montreal Children’s Hospital Feeding Scale (MCH-Feeding Scale). Anak balita yang tidak mengalami kesulitan makan diambil sebagai pembanding. Kedua kelompok diwawancarai dengan menggunakan kuesioner The Tayside children’s sleep questionnaire (TCSQ) untuk mendeteksi adanya gangguan tidur pada anak. Data dianalisa dengan menggunakan uji chi-squaredan fisher’s exact test.
Hasil 140 anak disertakan dalam penelitian ini, 70 anak dengan kesulitan makan dan 70 anak tanpa kesulitan makan. Gangguan tidur lebih banyak dijumpai pada kelompok kesulitan makan (47.1% vs 27.1%). Hasil analisa chi-square menunjukkan hubungan bermakna antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita (P= 0.014). Tidak dijumpai hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu (P> 0.05).
KesimpulanTerdapat hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita. Tidak dijumpai hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kesulitan makan pada anak balita.
Kata kunci: kesulitan makan, gangguan tidur, MCH-Feeding Scale, TCSQ
Universitas Sumatera Utara
ASSOCIATION BETWEEN FEEDING DIFFICULTIES AND SLEEP DISTURBANCE IN CHILDREN AGED UNDER 5 YEARS
Emmy Rosa Depari*
Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara, , Tiangsa Sembiring, Hakimi, Tri Faranita, Winra Pratita Haji Adam Malik Hospital, Medan, Indonesia
Abstract
Background Feeding difficulties and sleep disturbance are commonly found in healthy young children. Although there are similarities in the natural course, etiology, prevalence and age distribution, the association between the two is very rarely studied.
Objective To determine association between feeding difficulties and sleep disturbance in children aged under 5 years and association between maternal education and feeding difficulties.
Methods We conducted a cross-sectional study in April 2013 at 10 early education in Medan city. Participants were children aged under 5 years who had feeding difficulties based on The Montreal Children's Hospital Feeding Scale (MCH-Feeding Scale) questionnaire. Matched age children without feeding difficulties were taken as control group. Both groups were interviewed using The Tayside Children's Sleep Questionnaire (TCSQ) to detect the presence of sleep disturbances. Association between variables were analized using chi-square test and fisher’s exact test.
Results Of 140 children enrolled to the study, 70 children with feeding difficulties and 70 remains children without feeding difficulties. Sleep disturbance was found higher in the group with feeding difficulties (47.1% vs. 27.1%). The results of chi square analysis showed a significant association between feeding difficulties and sleep disturbance ( P=0.014). There was no association between feeding difficulties and maternal education (P> 0.05).
Conclusion There was association between feeding difficulties and sleep disturbance in children aged under 5 years. There was no association between maternal education and feeding difficulties.
Keywords: feeding difficulties, sleep disturbance, MCH- Feeding Scale, TCSQ.
Universitas Sumatera Utara
16 HUBUNGAN ANTARA KESULITAN MAKAN DENGAN GANGGUAN TIDUR
PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN Emmy Rosa Depari*
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, Indonesia
, Tiangsa Sembiring, Hakimi, Tri Faranita, Winra Pratita
Abstrak
Latar BelakangKesulitan makan dan gangguan tidur merupakan hal yang umum dijumpai pada anak usia muda yang sehat. Meskipun terdapat kesamaan dalam etiologi, prevalensi dan distribusi usia, hubungan antara keduanya masih sangat jarangditeliti.
TujuanUntuk mengetahui hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak bawah lima tahun (balita) dan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kesulitan makan.
MetodeStudi cross-sectional dilaksanakan pada bulan April 2013 di 10 sekolah Pendidikan Anak Usia Dini di Kota Medan. Sampel adalah anak balita yang mengalami kesulitan makan berdasarkan kuesioner The Montreal Children’s Hospital Feeding Scale (MCH-Feeding Scale). Anak balita yang tidak mengalami kesulitan makan diambil sebagai pembanding. Kedua kelompok diwawancarai dengan menggunakan kuesioner The Tayside children’s sleep questionnaire (TCSQ) untuk mendeteksi adanya gangguan tidur pada anak. Data dianalisa dengan menggunakan uji chi-squaredan fisher’s exact test.
Hasil 140 anak disertakan dalam penelitian ini, 70 anak dengan kesulitan makan dan 70 anak tanpa kesulitan makan. Gangguan tidur lebih banyak dijumpai pada kelompok kesulitan makan (47.1% vs 27.1%). Hasil analisa chi-square menunjukkan hubungan bermakna antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita (P= 0.014). Tidak dijumpai hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu (P> 0.05).
KesimpulanTerdapat hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita. Tidak dijumpai hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kesulitan makan pada anak balita.
Kata kunci: kesulitan makan, gangguan tidur, MCH-Feeding Scale, TCSQ
17 ASSOCIATION BETWEEN FEEDING DIFFICULTIES AND SLEEP DISTURBANCE
IN CHILDREN AGED UNDER 5 YEARS Emmy Rosa Depari*
Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara, , Tiangsa Sembiring, Hakimi, Tri Faranita, Winra Pratita Haji Adam Malik Hospital, Medan, Indonesia
Abstract
Background Feeding difficulties and sleep disturbance are commonly found in healthy young children. Although there are similarities in the natural course, etiology, prevalence and age distribution, the association between the two is very rarely studied.
Objective To determine association between feeding difficulties and sleep disturbance in children aged under 5 years and association between maternal education and feeding difficulties.
Methods We conducted a cross-sectional study in April 2013 at 10 early education in Medan city. Participants were children aged under 5 years who had feeding difficulties based on The Montreal Children's Hospital Feeding Scale (MCH-Feeding Scale) questionnaire. Matched age children without feeding difficulties were taken as control group. Both groups were interviewed using The Tayside Children's Sleep Questionnaire (TCSQ) to detect the presence of sleep disturbances. Association between variables were analized using chi-square test and fisher’s exact test.
Results Of 140 children enrolled to the study, 70 children with feeding difficulties and 70 remains children without feeding difficulties. Sleep disturbance was found higher in the group with feeding difficulties (47.1% vs. 27.1%). The results of chi square analysis showed a significant association between feeding difficulties and sleep disturbance ( P=0.014). There was no association between feeding difficulties and maternal education (P> 0.05).
Conclusion There was association between feeding difficulties and sleep disturbance in children aged under 5 years. There was no association between maternal education and feeding difficulties.
Keywords: feeding difficulties, sleep disturbance, MCH- Feeding Scale, TCSQ.
18 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesulitan makandan gangguan tidur merupakan kondisi yang umum ditemukan pada anak usia muda yang sehat.1 Kesulitan makan pada anak memiliki gambaran yang beragam.2 Prevalensi kesulitan makan pada anak diberbagai penelitian menunjukkan angka yang bervariasi. Pada anak yang secara fisik normal, 50% sampai 60% orangtua melaporkan kesulitan makan pada anak , dimana 25% sampai 35% mempunyai karakteristik yang spesifik seperti menolak dan memilih-milih makanan.3 Pada bayi dan anak yang lebih muda dilaporkan prevalensi kesulitan makan sekitar 25%.2
Kesulitan makan merupakan istilah diagnostik yang resmi digunakan pada sistem diagnostik menurut International Statistical Classification of Diseases Revisi ke- 10 (ICD-10).4,5Sedangkan gangguan perilaku makan, menurutDiagnostic and Satistical Manual of Mental Disorders, edisi ke- empat (DSM-IV TR), yangkemudian disempurnakan oleh Chatoor, dibagi menjadi 6 sub tipe yaitu: kesulitan makan pada tingkat regulasi, feeding disorder of reciprocity, anoreksia infantil, penolakan makan karena sensoris, kesulitan makan paska trauma dan kesulitan makan yang berkaitan dengan kondisi medis.6-8
19 Kesulitan makan pada anak menjadi sumber kekhawatiran bagi orangtua dan jika berkelanjutan dapat menyebabkan kehilangan berat badan, kegagalan peningkatan berat badan serta keterlambatan perkembangan dan gangguan kognitif pada anak.9 Kesulitan makan pada anak juga dapat menimbulkan gangguan emosional, kegagalan interaksi antara orangtua dan anak serta stigma penolakan makanan yang bersifat kronik.
Tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan praktek pemberian makan yang buruk
3
10dan praktek pemberian makan yang buruk merupakan salah satu faktor risiko timbulnya kesulitan makan pada anak.11 Penelitian oleh Murashima mendapatkan pada kelompok sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah, orangtua kurang peduli terhadap status nutrisi anak.12
Gangguan tidurjuga merupakan masalah yang umum ditemukan pada bayi dan anak.Perilaku insomnia pada anak merupakan gangguan tidur yang paling sering dijumpai dengan angka prevalensi berkisar antara 20% sampai 30%.13Umumnya terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun dengan manifestasi klinis sulit tidur, sering terbangunatau keduanya.14Interaksi antara karakteristik orangtua dengan anak berperan terhadap timbulnya gangguan tidur.15
Sulit tidur dan sering terbangun saat malam memberikan efek yang negatif terhadap fungsi dan perilakuanak serta seluruh anggota keluarga.Hal
20 tersebut dapat menimbulkan iritabilitas, luapan emosi yang tidak terkontrol, gangguan emosional danmasalah perilaku pada anak. Gangguan tidurpada anakjuga dapat memperpendek waktu tidur orangtua yangpada akhirnya akan menimbulkan rasa mengantuk dan suasana hati yang negatif serta penurunan pada fungsi sehari-hari orangtua.14Tingginya angka prevalensi gangguan tidur dan implikasinya yang negatif terhadap anak dan orangtua membuat penapisan menjadi hal yang penting dilakukan oleh orangtuadan atau profesional lain untuk menilai gangguan tidur pada anak.
Hubungan antara kesulitan makan dan gangguan tidur baru diteliti pertama kali oleh Tauman dan kawan-kawan.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kesulitan makan dengan gangguan tidur.Proporsi gangguan tidur pada anak dengan kesulitan makan dijumpai sebesar37%, sedangkan pada anak yang tidak mengalami kesulitan makan, proporsi gangguan tidur adalahsebesar 16%.
1
Belum ada penelitian yang dilakukan untuk menilai hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak di Indonesia. Sehingga hal ini menjadi latar belakang bagi peneliti untuk mencariapakah terdapat hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak bawah lima tahun (balita).
1
1.2 Rumusan Masalah
21 Apakah terdapat hubungan antara kesulitan makan dengan gangguantidur pada anak balita?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antarakesulitan makan dengan gangguantidur pada anak balita
1.4 Tujuan penelitian 1.4.1. Tujuan Umum
Menilai hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita.
1.4.2.Tujuan Khusus
1. Menilai hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita berdasarkankelompok umur
2. Menilai hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu
1.5 Manfaat penelitian
1. Di bidang akademik/ ilmiah: memberikan informasi mengenai hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita dan hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu.
22 2. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah
mengenai hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balitadan hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu.
3. Di bidang pelayanan masyarakat: hasil penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi pada masyarakat bahwa pada anak balita dengan kesulitan makan perlu dinilai apakah juga terdapat gangguan tidur sehingga kedua masalah tersebut dapat diatasi secara komprehensif dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan anakbalita
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
23 2.1Kesulitan Makan
Faktor biologis, psikologis, dan lingkungan terlibat dalam pengaturan asupan makanan, dan setiap gangguan pada faktor tersebut dapat mengganggu proses makan yang normal.16Hormon peptida ghrelin, leptin, dan adiponektin diketahui terlibat dalam proses pengaturan makan, rasa lapar, dan kenyang pada manusia dan hewan.Ghrelin, yang terutama disintesis oleh lambung, merupakan hormon yang berfungsi untuk merangsang selera makan, meningkatkan motilitas lambung, dan meningkatkan sekresi asam lambung. Hormon leptin yang disintesis di jaringan lemak berfungsi untuk menekan selera makan. Hormon adiponektin yang juga disintesis di jaringan lemak merupakan hormon yang berfungsi untuk menurunkan resistensi insulin dan menurunkan konsentrasi glukosa darah.16,17 Kadar leptin dijumpai menurun pada remaja dengan anoreksia nervosa.18Penelitian lain menunjukkan kadar adiponektin meningkat pada anak dengan kesulitan makan.
Kesulitan makan didefinisikan sebagaikegagalan untuk mempertahankan asupan nutrisi dalam jumlah yang cukup, yang dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi dan pertumbuhan yang buruk pada anak;
atau stres pada orangtua dan anak saat proses makan berlangsung.
16
19Definisi kesulitan makan yang paling umum adalah ketidakmampuan atau penolakan
24 untuk makan dalam jumlah yang cukup.20Kesulitan dalam pemberian makan pada anakdapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, menimbulkan ketegangan fisik dan emosi pada orangtua.
Penolakan makanan, makan dalam jumlah sedikit, perilaku memilih- milih makanan, kegagalan dalam meningkatkan tekstur makanan, waktu makan yang berlebihan, jadwal makan yang tidak sesuai, pertumbuhan yang tidak optimal,merupakan gambaran yang umum ditemukan pada anak dengan kesulitan makan.
21,22
3,21,22
Dasar kriteria kesulitan makan adalahkegagalan untuk makan dalam jumlah yang cukup,yang berhubungan dengan kehilangan berat badan atau kegagalan penambahan berat badan selama minimal satu bulan;yang tidak berhubungan secara langsung dengan kondisi medis atau gangguan mental yang lain; serta onset dibawah usia 6 tahun (ICD-10).
The Montreal Children’s Hospital Feeding Scale (MCH-Feeding Scale) yang disusun oleh Ramsay dan kawan-kawan merupakan kuesioner yang didesain untuk mengidentifikasi kesulitan makan pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun. Terdiri dari 14 pertanyaan, MCH-Feeding Scalemerupakan kuesioner yang valid dan dan dapat dipercayasebagai alat penapisan untuk mendeteksi kesulitan makan pada anak secara cepat.
4,5
23
2.1.1 Faktor risiko kesulitan makan
25 Lingkungan, keluarga dan internal telah dikenali sebagai faktor risiko penyebab timbulnya kesulitan makan pada anak. Lingkungan makan yang tidak sesuai, suasana makan yang kacaudapat meningkatkan risikokesulitan makan pada anak. Perceraian orangtua, konflik dalam keluarga, masalah perilaku makan pada orangtua,kesulitan makan pada ibu sebelum, selama dan sesudah masa kehamilan,gangguan kedekatan antara ibu dan anak,serta depresi dan kecemasan pada ibu juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kesulitan makan pada anak.
Faktor internal yang mempengaruhikesulitan makan pada anak adalah temperamen anak yang sulit dan kecemasan pada anak, yang dapat menghalangi interaksi anak dengan orangtua yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas dan kuantitas pemberianmakan. Pemaksaan atau peraturan yang terlalu ketat pada proses pemberian makan juga dapat menjadi penyebab dasarkesulitan makan pada anak.
11,24,25
Faktor risiko yang dihubungkan dengan kesulitan makan yang berat dan kronis adalah berat badan lahir rendah, keterlambatan perkembangan, serta riwayat muntah yang sering dan berkepanjangan.
11
2.2 Gangguan Tidur
26
Gangguan tidur didefinisikan sebagai sekelompok gejala yang ditandai oleh adanya gangguan pada kualitas dan kuantitas tidur, gangguan pada jam tidur atau gangguan pada perilaku dan kondisi fisiologis yang berkaitan dengan
26 tidur.27The International Classification of Sleep Disorders(ICSD) membagi gangguan tidur kedalam 4 kategori utama yaitu: disomnia, parasomnia, gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan psikiatri dan gangguan tidur yang berkaitan dengan masalah medis.15Pada anak usia muda, istilah insomnia digunakan untuk menggantikan disomnia.
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling banyak ditemukan pada anak dan remaja.
28
29Definisi insomnia pada anak adalah gangguandalam inisiasi, durasi, konsolidasi atau kualitas tidur sesuai dengan usia anak.13Secara praktis, manifestasi klinis paling sering pada anak dengan insomnia adalah menolak tidur, lambat dalam memulai tidur atau bangun pada malam hari dalam jangka waktu yang lama, yang membutuhkan intervensi orangtua agar anak dapat tidur kembali.14,30Gambaran yang paling sering dijumpai pada anak adalah masalah dengan waktu tidur dan bangun pada malam hari.
The International Classification of Sleep Disorders- 2 mendefinisikan 3 sub tipeinsomnia pada masa kanak-kanak berdasarkan etiologi masalah dengan waktu tidur atau bangun malam, yaitu tipe sleep onsetassociation (SOA type), tipe limit-settingdan tipe kombinasi. Terbangun malam yang berulang dan lama merupakan gambaran yang khas dari tipe SOA.
11,31
14,31
Tipe SOA paling sering timbul pada usia 6bulan sampai 3 tahun.31Sedangkan gambaran anak pada tipe limit-setting adalah menolak tidur atau menunda
27 tidur dengan mengulangi berbagai permintaan.14,31Tipe limit-setting terjadi paling sering pada usia dibawah tiga tahun, pra sekolah, dan usia sekolah.31Meskipun onset tidur mungkin terlambat, yang pada akhirnya menyebabkan jumlah waktu tidur berkurang, ketika anak dengan tipe limit- setting tertidur, mereka mempunyai kualitas tidur yang normal.14Pada perilaku insomnia tipe kombinasi, biasanya bermanifestasi sebagai masalah pada waktu tidur dan terbangun malam hari.
Kriteria diagnostik insomnia pada masa kanak-kanak menurut ICSD- 2 adalah:
14.31
A. Simtom kriteria insomnia pada anak berdasarkan laporan orang tua atau pengasuh.
14
B. Anak menunjukkan pola yang konsisten baik dengan tipe SOA atau tipe limit-settingseperti yang dijelaskan dibawah ini:
i. Tipe SOA,meliputi salah satu dari berikut ini :
- Tidur merupakan proses yang lama dan membutuhkan kondisi khusus.
- Onset tidur menjadi sangat bermasalah.
- Bila kondisi yang sesuai tidak ada, onset tidur secara signifikan menjadi tertunda.
- Bangun tengah malam membutuhkan intervensi agar anak dapat kembali tidur.
28 ii. Tipe limit -setting, meliputi salah satu dari berikut:
- Anak sulit untuk memulai atau mempertahankan tidur.
- Anak menunda tidur pada waktunya atau menolak kembali tidur setelah terbangun pada malam hari.
- Pengasuh memperlihatkan tidak cukupnya batas pengaturan untuk membentuk perilaku tiduryang tepat pada anak.
C. Gangguan tidur tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan tidur yang lain, gangguan medis atau neurologis, gangguan mental atau penggunaan obat-obatan.
The Tayside children’s sleep questionnaire(TCSQ) yang disusun oleh McGreavy dan kawan-kawan merupakan kuesioner yang dikembangkan untuk menilaimasalah tidur pada anak usia 1 sampai 5 tahun.TCSQ dapat digunakan sebagai pilihan kuesioner yang valid, dapat dipercaya dan mudah digunakan untuk tujuan penelitian atau sebagai alat penapisan pada pelayanan kesehatan dasar. Kuesioner TCSQ merupakan sistem skoring yang terdiri dari 10variabel. Dimana nilai total ≥8 dinyatakan memiliki gangguan tidur. Sepuluh variabeldalam TCSQ yaitu:1) Waktu yang dibutuhkan agar anak tidur; 2)Anak menolakatau menunda-nundawaktu tidur;
3)Anak harus ditemani agar dapat tidur;4) Anak tidak tertidur ditempat tidurnya sendiri; 5) Anak bangun lebih atau sama dengan 2 kali pada malam hari; 6) Setelah terbangun, anak sulit untuk tidur kembali; 7) Anak harus tidur
29 bersama orangtua agar dapat tidur;8) Jika anak terbangun, anak menggunakan sesuatu (seperti boneka) dan membutuhkan orangtua untuk menidurkan kembali bila barang tersebut tidak ada ; 9) Anak membutuhkan minum saat terbangun malam hari; 10) Apakah orangtua merasa anakmengalami kesulitan tidur.32
2.3. Hubungan Antara Kesulitan Makan dengan Gangguan Tidur
Gangguan tidur dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor lingkungan.Konsep tidurserta regulasi bangun dan tidur pada anak masih dikembangkan.28Penyebab gangguan tidur pada anak usia muda masih menjadi pertanyaan.33 Lebih dari 30 variabel telah diidentifikasi sebagai faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur, namun hanya beberapa kecenderungan yang timbulsecara berulang.34
Penelitian yang dilakukan oleh Richman mendapatkan bangun berulang pada malam harilebih sering terjadi pada anak dengan temperamen yang sulit, irritabilitas pada usia 1 sampai 12 minggu, riwayat perinatal yang buruk, tidur bersama orangtua, menggunakan susu botol di malam hari, mempunyai saudara dengan gangguan tidur, memiliki ibu dengan masalah psikiatri dan stres pada keluarga.33
30 Penelitian oleh Van Tassel mendapatkan pada tahun kedua kehidupan, faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur adalah temperamen anak yang sulit,tidur bersama orangtua, pemberiansusu botol dimalam hari, status sosial ekonomi yang rendah, kesulitan tidur pada orangtua, depresi pada ibu dan ketegangan psikis pada keluarga.
Sedangkan pada tahun pertama gangguan tidur lebih sering dihubungkan dengan jenis kelamin laki-laki, temperamen anak yang sulit, tidur bersama orangtua dan ibu yang bekerja diluar rumah.
Penelitian oleh Lozzof mendapatkan, faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur adalah: kecelakaan atau sakit pada anggota keluarga, ibu yang bekerja diluar rumah, depresi pada ibu, tidur bersama orangtua dan ibu yang mempunyai sikap yang tidak tegas terhadap anak.
34
Penelitian oleh Ottaviano juga mendapatkan bahwa tidur bersama dengan orangtua berhubungan dengan prevalensi gangguan tidur yang lebih tinggi, terutama pada anak diatas 4 tahun.
35
Penelitian oleh Touchette mendapatkan, faktor yang berhubungan dengan waktu tidur kurang dari 6 jam pada anak usia 17 bulan adalah:
perilaku orangtua menemani anak sampai tertidur, pemberian air susu ibu (ASI) atau susu botol setelah anak terbangun, dan tidur bersama dengan orangtua dengan resiko relatif (RR) masing- masing sebesar 4,6; 3,8 dan 1,6.
Sedangkan pada usia 29 bulan faktor yang ditemukan berhubungan dengan
36
31 gangguan tidur adalah perilaku orangtua menemani anak sampai tertidur dan pemberian ASI atau susu botol setelah anak terbangun dengan RR masing- masing sebesar 2,1 dan 1,9.37
Penelitian oleh Tauman mendapatkan bahwa gangguan tidur lebih umum didapatkan pada anak dengan kesulitan makan dan kesulitan makan meningkatkan risiko anak mengalami gangguan tidur. Penjelasan yang mungkin untuk hal tersebut adalah: 1) karena pola perilaku anak seperti temperamen yang sulitdan perilaku orangtua seperti sikap yang tidak tegas, berperan penting dalam perkembangan masalah makan dan gangguan tidur, maka memungkinkan kedua masalah tersebut terjadi bersama-sama ; 2) menjadi hal yang mungkin bahwa kesulitan makan memicu timbulnya gangguan tidur. Ketika orangtua memiliki interaksi yang buruk dengan anak pada saat makan malam, sebagai konsekuensinya dapat terbentuk hubungan yangburuk saat tidur; 3) karena anak dengan kesulitan makan biasanya hanya makan sedikit sepanjang hari, anak sering terbangun karena lapar atau haus; 4) karena tidur dan makan merupakan proses fisiologis yang diregulasi oleh otak, maka kemungkinan berinteraksi satu sama lain.1
2.4 Kerangka Konsep
KESULITAN MAKAN
32 : yang diamati dalam penelitian
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
BAB 3
METODE PENELITIAN Sosial Ekonomi
KARAKTERISTIK ANAK - Temperamen
- Mood
- Jenis kelamin
FAKTOR KELUARGA - Gangguan tidur pada
orang tua
- Gangguan tidur pada saudara kandung - Depresi pada ibu - Stres pada keluarga GANGGUAN TIDUR
PERILAKU TIDUR DAN MAKAN
- Pemberian air susu ibu - Penggunaan susu botol - Perilaku makan berulang
pada malam hari
- Tidur bersama orangtua
33 3.1Desain
Penelitian ini dilakukan secara cross sectional untuk mencari hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan terhadap anak balita di 10 Sekolah Pendidikan Anak Usia Dinidi 5 Kecamatan di kota Medan (Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Kota dan Kecamatan Medan Sunggal) selama bulanApril 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak balita yang mengalami kesulitan makan.
Populasi terjangkau adalah anak usia balitayang mengalami kesulitan makan di tempat penelitian. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4 Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu :38
34 n1 =n2 = (Zα √2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2 )
(P
2
1 – P2)2
n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok A n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok B α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%
Zα = nilai baku normal = 1,96
β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%
Zβ = 0,842 P1
makan = 0,16.
=proporsi gangguan tidur pada anak yang tidak mengalami kesulitan
Q
1
1 = 1 – P1
P
= 0,84
2 = proporsi gangguan tidur pada anak dengan kesulitan makan=0,37 Q
1
2 = 1 – P2 =
P = P
0,63
1+P2
2
= 0,265 Q = 1 – P = 0,735
Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 70 orang.
3.5 Pemilihan Sampel
35 Sampel diambil dengan cara consecutive sampling, yaitu semua subyek yang dikunjungi dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam sampel sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
3.6Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.6.1 Kriteria inklusi
1. Anak bawah 5 tahun
2. Mengalami kesulitan makan berdasarkan kriteria kuesionerMCH- Feeding Scale
3.6.2 Kriteria eksklusi
1. Menderita penyakit medis kronis seperti penyakit jantung bawaan, tuberkulosis
2. Menderita kelainan bawaan seperti labiognatopalatoskisis 3. Menderita keterlambatan perkembangan seperticerebral palsy 4. Menderita attention deficit hiperactivity disorders (ADHD) 5. Menderita obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)
3.7Persetujuan/Informed Consent
Semua subyek penelitian telah disetujui orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3.8EtikaPenelitian
36 Penelitian ini telah mendapat persetujuan oleh Komite Etik dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.9 Cara Kerja dan Alur Penelitian
1. Dilakukan pencatatan data pribadi terhadap subyek yang akan diteliti 2. Dilakukan pengukuran antopometri dan pemeriksaan fisik lengkap
terhadap anak
3. Dilakukan pengambilan data untuk menentukan apakah anak mengalami kesulitan makan dengan kuesioner MCH-Feeding Scale.Anak yang mengalami kesulitan makanberdasarkan kriteria MCH-Feeding Scale akan menjadi sampel apabila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sedangkan anak yang tidak mengalami kesulitan makan akan menjadi kelompok kontrol
4. Dilakukan pengambilan data untuk menentukan apakah anak pada kedua kelompok mengalami gangguan tidur dengan kuesioner TCSQ 5. Pada setiap anak diberikan cenderamata.
Alur Penelitian
37 3.10 Identifikasi Variabel
Variabel bebas skala
Kesulitan makan nominal dikotom
Variabel tergantung skala
Gangguan tidur nominal dikotom
Pendidikan ibu kategorik
3.11 Definisi Operasional
Anamnesis dan pemeriksaan antopometri
Kesulitan makan (+)
Kesulitan makan (-)
Gangguan Tidur (+)
Gangguan Tidur (-)
Gangguan tidur (-) Gangguan
tidur (+) Sampel penelitian
38 1. Usia dihitung saat lahir sampai dengan saat dilakukan pendataan
(completed years)
2. Kesulitan makan adalah apabila didapatkan total skor lebih dari 45 dari 14 pertanyaan berdasarkan kuesioner MCH-Feeding Scale.
Dengan perhitungan sebagai berikut :
Orang tua diminta memilih skala yang paling dianggap sesuai dengan pola makan anak antara skala 1 sampai 7.
• *Apakah sulit untuk memberi anak makan?
Skoring: nilai 1= sangat sulit, nilai 7= mudah
• Seberapa kuatir orangtua mengenai pola makan anak?
Skoring: nilai 1= tidak kuatir, nilai 7= sangat kuatir
• *Bagaimana napsu makan anak?
Skoring: nilai 1= tidak pernah lapar, nilai 7= napsu makan baik
• *Kapan anak mulai menolak makanan selama proses makan berlangsung?
Skoring: nilai 1= diawal, nilai 7: diakhir
• Berapa lama anak makan? Dalam menit
Skoring: nilai 1= 1-10 menit, nilai 2= 11-20 menit, nilai 3= 21-30 menit, nilai 4= 31-40 menit, nilai 5= 41-50 menit, nilai 6= 51-60 menit, nilai 7= lebih dari 60 menit
• Bagaimana perilaku anak selama makan?
39 Skoring: nilai 1= perilaku baik; nilai 7= bertingkah, membuat keributan
• Apakah anak menolak (meludahkan/memuntahkan)makanan jenis tertentu?
Skoring: nilai 1= tidak pernah, nilai 7= hampir tiap saat
• *Apakah anak suka mengemut/ menahan makanan dalam mulut?
Skoring: nilai 1= hampir tiap saat, nilai 7= tidak pernah
• Apakah anak harus bermain /berjalan-jalan/menonton televisi saat makan?
Skoring: nilai 1= tidak pernah, nilai 7= hampir tiap saat
• *Apakah anak harus dipaksa untuk makan?
Skoring: nilai 1= hampir tiap saat, nilai 7= tidak pernah
• Bagaimana kemampuan mengunyah anak?
Skoring: nilai 1= baik, nilai 7= sangat buruk
• *Bagaimana pertumbuhan anak menurut Bapak/Ibu?
Skoring: nilai 1=sangat buruk, nilai 7= pertumbuhan baik
• *Apakah kesulitan pemberian makan pada anak mempengaruhi hubungan orangtua dengan anak?
Skoring: nilai 1= ya, berdampak sangat negatif, nilai 7: tidak
• Apakah kesulitan pemberian makan pada anak mempengaruhi keharmonisan keluarga?
40 Skoring: nilai 1= tidak, nilai 7: ya, berdampak sangat negatif Untuk setiap pertanyaan yang diawali oleh tanda bintang (*) nilai 1 dikonversi menjadi nilai 7, nilai 2 menjadi nilai 6, nilai 3 menjadi nilai 5, nilai 6 menjadi nilai 2 dan nilai 7 menjadi nilai 1.
3. Gangguan tidur adalahapabila pada kuesioner TCSQ didapatkan skor ≥8. Dengan dasar perhitungan adalah sebagai berikut:
• Waktu yang dibutuhkan anak agartidur
Skoring: Nilai 0 = ≤ 15 menit; 1 = 15-30 menit; 2 = 30-45 menit; 3 = 45-60 menit; 4= ≥60 menit
• Anak sering menolak tidur/ menunda-nunda waktu tidur.
Skoring: Nilai 0= bila tidak pernah; 1= terjadi 1 atau 2 kali perbulan; 2= terjadi 1 atau 2 kali perminggu; 3= terjadi antara 3 sampai 5 kali perminggu; 4= terjadi setiap malam
• Anak harus ditemani agar dapat tidur
Skoring: Nilai 0= bila tidak pernah; 1= terjadi 1 atau 2 kali perbulan; 2= terjadi 1 atau 2 kali perminggu; 3= terjadi antara 3 sampai 5 kali perminggu; 4= terjadi setiap malam
• Anak tidak tertidur ditempat tidurnya sendiri
41 Skoring: Nilai 0= bila tidak pernah; 1= terjadi 1 atau 2 kali perbulan; 2= terjadi 1 atau 2 kali perminggu; 3= terjadi antara 3 sampai 5 kali perminggu; 4= terjadi setiap malam
• Anak terbangun ≥ 2 kali setiap malam
Skoring: Nilai 0= bila tidak pernah; 1= terjadi 1 atau 2 kali perbulan; 2= terjadi 1 atau 2 kali perminggu; 3= terjadi antara 3 sampai 5 kali perminggu; 4= terjadi setiap malam
• Apabila terbangun, anak sulit untuk tertidur kembali tanpa bantuan Skoring: Nilai 0= bila tidak pernah; 1= terjadi 1 atau 2 kali perbulan; 2= terjadi 1 atau 2 kali perminggu; 3= terjadi antara 3 sampai 5 kali perminggu; 4= terjadi setiap malam
• Anak harus tidur bersama orangtua agar dapat tidur
Skoring: Nilai 0= bila tidak pernah; 1= terjadi 1 atau 2 kali perbulan; 2= terjadi 1 atau 2 kali perminggu; 3= terjadi antara 3 sampai 5 kali perminggu; 4= terjadi setiap malam
• Anak membutuhkan minum pada malam hari(ASI/ susu botol)
Skoring: Nilai 0= bila tidak pernah; 1= terjadi 1 atau 2 kali perbulan; 2= terjadi 1 atau 2 kali perminggu; 3= terjadi antara 3 sampai 5 kali perminggu; 4= terjadi setiap malam
• Saat terbangun, anak membutuhkan benda atau alat (seperti boneka) agar anak dapat tidur kembali?
42 Skoring: Nilai 0= bila tidak pernah; 1= terjadi 1 atau 2 kali perbulan; 2= terjadi 1 atau 2 kali perminggu; 3= terjadi antara 3 sampai 5 kali perminggu; 4= terjadi setiap malam
4. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan pada struktur jantung yang terdapat sejak lahir. Dapat melibatkan dinding bagian dalam jantung, katup jantung atau arteri dan vena yang membawa darah kedalam atau keluar jantung
5. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosa yang biasa menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain seperti kelenjar getah bening, ginjal, tulang
6. Labiognatopalatoskisis adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai oleh adanya celah pada bibir, langit-langit dan palatum
7. Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan gerakan dan postur tubuh yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan pada otak bayi atau janin disaat periode perkembangan yang tidak bersifat progresif. Sering disertai dengan gangguan sensasi, kognisi, komunikasi, persepsi dan atau perilaku.
8. ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik yang menyebabkan aktivitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.
43 9. OSAS adalah gangguan yang ditandai oleh kombinasi obstruksi
saluran pernapasan atas parsial yang lama dan obstruksi total (apnea obstruktif) intermitten yang mengganggu ventilasi normal dan pola tidur
10. Tingkat pendidikan ibu dibagi menjadi 4 kategori : Sekolah Dasar (SD) bila menyelesaikan pendidikan tingkat SD, Sekolah Menengah Pertama (SMP) bila menyelesaikan pendidikan tingkat SMP, Sekolah Menengah Atas (SMA) bila menyelesaikan pendidikan tingkat SMA dan Perguruan Tinggi (PT) bila menyelesaikan pendidikan tingkat Diploma atau Strata .
3.12Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan program komputer.Untuk melihat hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidurdan hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu digunakan ujiChi- squaredan Fisher’s exact test.Hasil dikatakan bermakna bila nilai P < 0.05.
BAB 4.HASIL
44 Selama periode penelitian dilakukanpengumpulan data pada anak balita di 10 sekolah PAUD yang berada pada Kecamatan Medan Tuntungan,Medan Selayang,Medan Amplas, Medan Kota, danMedan Sunggal. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu 70 anak dengan kesulitan makan dan 70 anak tanpa kesulitan makan.
Tabel 4.1. Karakteristik dasar
Karakteristik Kesulitan makan (+)
n=70
Kesulitan makan(-) n=70
Umur (bulan), rerata (SD) Jenis kelamin, n(%) - laki-laki - perempuan
Berat badan (kg), rerata (SD) Tinggi badan (cm), rerata(SD) Status Nutrisi, n(%)
- Gizi baik - Gizi kurang - Gizi lebih - Gizi buruk
Penghasilan orangtua, n(%) - < 1.5 juta
- 1.5 juta-2 juta - 2 juta-Rp.5 juta - > 5 juta
Pendidikan ayah, n(%) - SD
- SMP - SMA - PT
Pendidikan ibu, n(%) - SD
- SMP - SMA - PT
48.6 (9.7) 30(42.9) 40 (57.1) 13.1 (1.9)
98.3 (6.9) 27 (38.6) 41 (58.6) 0 (0)
2(2.8) 10 (14.3) 24 (34.3) 26 (37.1) 10 (14.3) 2 (2.9)
7 (10.0) 39 (55.7) 22 (31.4) 4 (5.7) 7(10.0) 39 (55.7) 20 (28.6)
50.8 (7.0) 37(52.9) 33(47.1) 17.4(4.3) 103.1 (6.4) 56 (80.0) 1 (1.4) 13 (18.6) 0 (0)
5 (7.1) 19 (27.1) 29 (41.5) 17( 24.3) 0 (0)
5 (7.1) 36 (51.5) 29 (41.4) 3 (4.3) 7 (10.0) 32 (45.7) 28 (40.0)
Karakteristik dasar sampel menunjukkan rerata umur pada anak dengan dan tanpa kesulitan makan tidak jauh berbeda (48.6 dan 50.8 bulan).
45 Tidak ada sampel yang berumur kurang dari 2 tahun pada kedua kelompok.
Jenis kelamin terbanyak pada kelompok dengan kesulitan makan adalah perempuan sebanyak 40 anak(57.1%), sedangkanjenis kelamin yang terbanyak pada kelompok tanpa kesulitan makan adalah laki-laki sebanyak 37 anak (52.9%). Rerata berat badan dan tinggi badankelompok kesulitan makan lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa kesulitan makan.
Rerataberat badan pada kedua kelompok penelitian adalah masing-masing 13.1 kg dan 17.4 kg.Rerata tinggi badan kedua kelompok penelitian adalah masing-masing 98.3cm dan 103.1 cm. Status nutrisi terbanyak pada kelompok dengan kesulitan makan adalah malnutrisi (underweight) dengan jumlah 41 anak (58.6%), sedangkan pada kelompok tanpa kesulitan makan adalah nutrisi baik dengan jumlah 56 anak (80.0%). Pada kedua kelompok penelitian didapatkan penghasilan terbanyak antara 2 sampai 5 juta.
Pendidikan ayah yang terbanyak pada kedua kelompok penelitian adalah SMA, dengan jumlah 39 orang (55.7%) pada kelompok dengan kesulitan makan dan sejumlah 36 orang (51.5%) pada kelompok tanpa kesulitan makan. Pendidikan ibu yang terbanyak pada kedua kelompok penelitian adalahSMA, masing-masing 39 orang(55.7%)dan 32 orang (45.7%). (Tabel 4.1)
Tabel 4.2. Hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada
46 anak balita
Kesulitan Makan
Gangguan Tidur, n (%)
Total Ya Tidak P
Ya 33 (47.1) 37 (52.9) 70 (100.0) 0.014 Tidak 19 (27.1) 51 (72.9) 70 (100.0)
Total 52
(37.1)
88 (62.9)
140(100.0)
Perbandingan gangguan tidur pada anak dengan dan tanpa kesulitan makan menunjukkan proporsi gangguan tidur pada kelompok kesulitan makan sebesar 47.1% sedangkan pada kelompok tanpa kesulitan makan sebesar 27.1%. Hasil analisis uji chi-square menunjukkan hubungan yang bermakna antara kesulitan makan dengan gangguan tidur(P= 0.014).(Tabel 4.2)
Tabel 4.3 Hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada
47 balita berdasarkan 3 kelompok umur
UmurSulit Makan
Gangguan Tidur,n(%)
Total
P
Ya Tidak
<3 thnYa 6 (66.7) 3 (33.3) 9 (100.0) 0.1a
Tidak 1 (50.0) 1 (50.0) 2(100.0)
3-4 thn Ya7(53.8) 6 (46.2) 13(100.0) 0.176a
Tidak 5(29.4) 12 (70.6)17 (100.0)
4-5 thn Ya20(41.7) 28 (58.3) 48 (100.0) 0.088b
Tidak 13(25.5) 38 (74.5) 51(100.0)
afisher’s exact test, buji chi-square
Perbandinganproporsi gangguan tidur pada anak dengan dan tanpa kesulitan makan pada anak balita berdasarkan kelompok umur menunjukkan perbedaan proporsi gangguan tidur pada anak dengan dantanpa kesulitan makan pada setiap kelompok umur (umur kurang dari 3 tahun, 66.7% dan 50.0%; 3 sampai 4 tahun, 53.8% dan 29.4%; 4 sampai 5 tahun, 41.7% dan 25.5%). Namun, hasil analisis fisher’s exact test dan uji chi-square tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara kesulitan makan dengan gangguan tidur apabila dianalisa berdasarkan kelompok umur (P> 0.05 pada semua kelompok umur).(Tabel 4.3)
48 Tabel 4.4 Hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat
pendidikan ibu
Pendidikan Ibu
Sulit makan, n (%)
Total P
Ya Tidak
SD 4 (57.1) 3 (42.9) 7(5.0) 0.539
SMP 7 (50.0) 7 (50) 14 (10.0)
SMA 39 (54.9) 32 (45.1) 71(50.71)
PT 20 (41.7)
28 (58.3) 48 (34.29)
Total 70
(100.0)
70 (100.0)
140 (100.0)
Hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu menunjukkan tidak ada hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu (P> 0.05). (Tabel 4.4)
BAB 5. PEMBAHASAN
49 Kesulitan makan dan gangguan tidur umum dijumpai pada anak usia muda yang sehat. Namun hubungan antara keduanya masih sangat jarang diteliti.1
Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara kesulitan makan dengan gangguan tidur. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Tauman dkkdi Israel yang pertama sekali meneliti hubungan antara kedua masalah tersebut pada anak usia pra sekolah.Penelitiankami mendapatkan prevalensi gangguan tidur pada anak dengan dan tanpa kesulitan makanadalah sebesar 47.1% dan 27.1%.
Sedangkan pada penelitian Tauman, prevalensinya adalah sebesar 37% dan 16%.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita.
Prevalensi gangguan tidur pada anak usia pra sekolah di Australia, Amerika Serikat, Italia dan Israel didapatkan sebesar 30%.
1
28 Pada negara Asia seperti China, prevalensi gangguan tidur pada anak usia 1 sampai 23 bulan dijumpai lebih tinggi daripada negara Barat yaitu sebesar 65.97%.39Penelitian di Taiwan juga mendapatkan prevalensi gangguan tidur yang lebih tinggi pada anak usia pra sekolah bila dibandingkan dengan prevalensi di negara Barat.40Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor budaya di negara Timur seperti perilaku tidur bersama orangtua(co- sleeping).39,40
50 Penelitian pada dewasa muda juga menunjukkan adanya hubungan antara masalah makan dengan gangguan tidur.41,42Kelompok dengan masalah makan lebih mungkin mengalami gangguan tidur dibandingkan kelompok tanpa masalah makan.
Pada penelitian ini kamimenganalisis hubungan antara kesulitan makan dan gangguan tidur pada balita berdasarkan kelompok usia. Kami ingin melihat apakah kecenderungan hubungan antara kedua masalah tersebut hanya terjadi pada kelompok usia tertentu. Prevalensi gangguan tidur dijumpai lebih tinggi pada semua kelompok usia anak dengan kesulitan makan namun perbedaannya tidak bermakna. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang terlalu kecil. Perbedaan hasil yang sangat kecil, dapat bermakna secara statistika bila jumlah sampel sangat banyak.
Sebaliknya perbedaan hasil yang sangat mencolok dapat tidak bermakna bila sampel terlalu sedikit.
42
Status malnutrisidijumpai pada 41 anak (58.6%) dengan kesulitan makan. Sedangkan pada kelompok tanpa kesulitan makan malnutrisi hanya didapatkan pada 1 anak (1.4%). Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan antara kesulitan makan dengan status nutrisi pada anak.Penelitian di Washington terhadap 62 anak dengan infantil anoreksia menunjukkanseluruh sampel mengalami malnutrisi.
38
43Penelitian di Turki pada 331 anak usia 1 sampai 6 tahun
51 mendapatkan rerata z-score berat badan sesuai usia lebih rendah secara bermakna pada anak dengan masalah perilaku makan dibandingkan dengan anak tanpa masalah perilaku makan.44Penelitian di Inggris terhadap anak usia di bawah 3 tahun menunjukkan anak dengan masalah makan mempunyai berat badan dan tinggi badan yang lebih rendah.45Penelitian lain mendapatkan, gagal tumbuh pada anak usia 16 sampai 18 bulan berhubungan dengan masalah makan saat bayi.46Dua penelitian juga menemukan hubungan antara perilaku memilih-milih makanan (picky eating) denganmalnutrisi.47,48 Anak picky eatingmempunyai risiko 2 kali lebih besar mengalami malnutrisi dibandingkan anak tanpa picky eating.
Pada penelitian ini didapatkan status nutrisibaik pada 27 anak (38.6%)dengan kesulitan makan. Kemungkinan penyebabdijumpainya status nutrisi baik pada kelompok kesulitan makan, karena kesalahan persepsi orangtua dalam menggambarkan kesulitan makan pada anak dan konsumsi susu yang berlebihan. Kesalahan persepsi orangtua (parental misperception) menjadi salah satu kategori masalah perilaku makan yang dibuat oleh ahli anak, Benny Kerzner. Masalah makan yang dikategorikan sebagai kesalahan persepsi orangtua ditandai oleh berat badan anak yang sesuai dengan usia, selera makan anak baik, kebutuhan nutrisi anak sesuai dengan usia, namun orangtua merasa anaknya memiliki masalah makan.
48
49
52 Penelitian oleh Wright dkk menunjukkan pada anak dengan selera makan yang rendah dan perilaku memilih-milih makanan, konsumsi susu didapatkan lebih tinggi secara bermakna.45
Kami juga menganalisis hubungan antara kesulitan makan pada anak dengan tingkat pendidikan ibu. Kami tidak menemukan adanya hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu.Penelitian oleh Dubois menunjukkan tidak adanya hubungan antara picky eatingdengan tingkat pendidikan ibu.
Namun, pada penelitian ini kami tidak menganalisis berapa jumlahsusu yang dikonsumsi anak.
48 Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Orun dkk, tidak menemukan adanya hubungan antara masalah makan dengan tingkat pendidikan ibu.44
Penelitian oleh Murashima dkk melaporkan bahwa pada kelompok sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah, orangtua kurang peduli terhadap status nutrisi anak.
Kesulitan makan mungkin lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat pengetahuan ibu, faktor lingkungan dan internal dari anak sendiri.
12
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
Orangtua pada tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah kemungkinan juga kurang peduli terhadap kesulitan makan pada anak mereka. Hal inimungkin menjadi penyebab lain tidak didapatkan hubungan antara kesulitan makan dengan tingkat pendidikan ibu.
53 rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Salah satu cakupan standar perkembangan anak usia dini adalah pengembangan aspek sosial, emosional, dan kemandirian.50 Kemampuan untuk mengenal etiket dan jadwal makan teratur merupakan salah satu indikator pengembangan aspek sosial, ekonomi, dan kemandirian pada anak usia 2 sampai 4 tahun. Sedangkan pada usia 4 sampai 6 tahun anak harus mampu mematuhi etiket makan dan jadwal makan yang teratur.
Penelitian ini mendapatkan hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita, sehingga penapisan kesulitan makan, penapisan gangguan tidur, dan pengetahuan mengenai praktek pemberian makan yang benar menjadi hal yang penting diketahui oleh para tenaga pendidik di PAUD.
51
Keterbatasan penelitian ini adalah desain cross sectional yang tidak dapat menyimpulkan hubungan kausalitas dan tidak dapat menganalisis lamanya kesulitan makan yang dapat menimbulkan gangguan tidur pada anak balita. Penelitian ini juga tidak menganalisis faktor lain yang dapat menimbulkan kejadian gangguan tidurpada anak balita.
54 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita, tidak ada hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita apabila sampel dikelompokkan menjadi 3 kelompok umur dan tidak ada hubungan antara kesulitan makan pada anak balita dengan tingkat pendidikan ibu.
6.2 Saran
- Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur, dengan melakukan penilaian terhadap faktorisiko lain yang dapat mempengaruhi kejadian gangguan tidur pada anak balita.
- Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menilai tingkat pengetahuan ibu yang dapat mempengaruhi timbulnya kesulitan makan pada anak balita
- Tenaga pendidik di PAUD perlu memahami masalah kesulitan makan, gangguan tidur, dan praktek pemberian makan yang benar pada anak balita.
55 BAB 7. RINGKASAN
Kesulitan makandan gangguan tidur merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak usia muda yang sehat. Meskipun terdapat kesamaan dalam hal prevalensi, distribusi usia dan etiologi, hubungan antara kedua masalah tersebut masih sangat jarang diteliti. Beberapa hal yang mungkin dapat menjelaskan hubungan antara kesulitan makan dan gangguan tidur adalah: karena pola perilaku anak dan orangtua berperan penting dalam perkembangan masalah makan dan gangguan tidur, memungkinkan kedua masalah tersebut terjadi bersama-sama; kesulitan makan mungkin memicu timbulnya gangguan tidur, interaksi yang buruk dengan anak pada saat makan malamdapat membentuk hubungan yang buruk saat tidur; karena tidur dan makan merupakan proses fisiologis yang diregulasi oleh otak, maka kemungkinan berinteraksi satu sama lain.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita.
Sampel penelitian adalah anak balita di 10 PAUD di 5 Kecamatan di Kota Medan. Anak yang menderita penyakit kronis, menderita keterlambatan perkembangan, menderita kelainan bawaanyang dapat menimbulkan kesulitan makan dan gangguan tidur, ADHD dan OSAStidak disertakan dalam penelitian. Data dasar kesulitan makan diperoleh dari kuesioner MCH-
56 Feeding Scale.Subyek dibagi atas 2 kelompok yaitu anak dengan kesulitan makan dan anak tanpa kesulitan makan, masing-masing terdiri dari 70 anak.
Pada kedua kelompok dilakukan wawancara untuk mencari gangguan tidur dengan menggunakan kuesioner TCSQ. Penelitian ini juga mencari hubungan antara kesulitan makan pada anak balita dengan tingkat pendidikan ibu.
Hasil dari penelitian ini mendapatkan, terdapat hubungan yang bermakna antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak balita.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kesulitan makan pada anak balita dengan tingkatpendidikan ibu.
SUMMARY
Feeding difficulties and sleep disturbance are commonly found in healthy young children. Although there are similarities on prevalences, ages and etiologies, the relationship between the two were very rarely conducted.There are several plausible explanation for association between the two condition.
First, because child’s and parental behaviour pattern were recognized as playing a major role in the development of both disorders , it is possible that feeding difficulties and sleep disturbance can happened on the same time;
second, feeding difficulties can exacerbate sleep disturbance, bad interaction