• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Literature Circles terhadap Pemahaman Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Kaliwungu 03 Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 T1 292010506 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Literature Circles terhadap Pemahaman Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Kaliwungu 03 Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 T1 292010506 BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Membaca

Menurut (Tarigan, 2008) Membaca adalah proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Dalam bukunya (Somadyo, 2011) berpendapat bahwa membaca merupakan kegiatan interaktif untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahan tertulis. Serta menurut (Subyantoro, 2011) membaca merupakan keterampilan yang lambat laun akan menjadi perilaku keseharian seseorang.

Selain itu (Nurhadi, 2010) menyatakan bahwa membaca adalah proses yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Aktivitas fisik tersebut seperti salah satunya ialah dalam membaca seseorang menggerakkan matanya untuk membaca tulisan atau bacaan sepanjang baris. Sedangkan aktivitas mental bukan hanya menggerakkan mata untuk membaca tulisan atau teks, melainkan memuat aktivitas berpikir untuk memahami tulisan demi tulisan.

Dari pengertian-pengertian membaca tersebut, penulis sependapat dengan Nuriadi dan Subyantoro. Dimana membaca merupakan sebuah seni pemahaman melalui kegiatan yang menggunakan fisik untuk memahami sebuah tulisan dan diolah melalui pikiran, yang nantinya akan dapat mempengaruhi perilaku dan mental seseorang.

2.1.1 Tujuan membaca

Ada beberapa tujuan dari membaca, seperti yang dikemukakan oleh Anderson dalam (Tarigan, 2008), dia menyebutkan bahwa yakni ada 7 tujuan khusus dari membaca, yaitu:

a. Untuk memperoleh rincian-rincian atau fakta-fakta (reading for details)

(2)

c. Guna mengetahui struktur, tata urutan dan susunan organisasi cerita (reading for sequence or organization)

d. Membaca juga bertujuan untuk menyimpulkan isi yang terkandung di dalam suatu bacaan ( reading for inference)

e. mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis bacaan (reading to classify)

f. Guna menilai atau mengevaluasi isi wacana atau bacaan ( reading to evaluate )

g. Membaca bertujuan untuk membandingkan atau mempertentangkan isi bacaan dengan kehidupan nyata (reading to compare or contrast)

Ketujuh tujuan tersebut merupakan tujuan khusus daripada membaca yang dikemukakan oleh Anderson (2008) dalam Tarigan, yang mana tujuan umum dari membaca tak lain ialah untuk memperoleh informasi, pemahaman atas bacaan. Dan dengan membaca akan dapat menambah wawasan bagi siapapun.

2. 2 Hakikat Pemahaman Membaca

Smith dalam (Tarigan,2008) mengartikan pemahaman atau comprehension sebagai suatu penafsiran atau penginterpretasian pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, dan menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kognitif yang terdapat dalam bacaan.

(3)

Sedangkan menurut Burns melalui (Runtu, 2004) pemahaman membaca ada beberapa jenis pemahaman yang dapat diperoleh pembaca, yaitu meliputi:

1) Pemahaman Literal

Pemahaman yang diperoleh dengan membaca apa yang dinyatakan secara langsung dalam teks bacaan. Khususnya, bagian dari paragraf atau bab yang dinyatakan secara eksplisit yang memuat informasi dasar, seperti rincian yang mendukung gagasan utama hubungan sebab akibat, inferensi, dan sebagainya. Untuk menemukan rincian-rincian tersebut secara efektif, dapat digunakan pertanyaan dengan kata tanya: apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa.

2) Pemahaman Tingkat Tinggi

Pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman yang melebihi pemahaman literalteks. Pemahaman literal-teks didasarkan pada proses berpikir tingkat tinggi, seperti menginterpretasi, menganalisis, dan mensintesis informasi. Membaca interpretatif adalah membaca antar baris untuk memperoleh inferensi. Membaca interpretatif meliputi pembuatan simpulan, misalnya tentang gagasan utama, hubungan sebab akibat, serta analisis bacaan seperti menemukan tujuan pengarang menulis bacaan. Membaca kritis adalah membaca mengevaluasi materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, kesesuaian, dan urutan waktu, pembaca kritis harus menjadi pembaca aktif bertanya, meneliti fakta-fakta, dan menggantungkan penilaian sampai ia mempertimbangkan semua materi.

3) Membaca Kreatif

(4)

(Davies & H.G, 2009), menyatakan bahwa indikator-indikator kemampuan pemahaman membaca terdiri atas:

1) Acuan langsung yang dirinci dalam kemampuan memahami makna kata, istilah, ungkapan; kemampuan menangkap informasi dalam kalimat; dan kemampuan menjelaskan istilah;

2) Penyimpulan yang dirinci dalam kemampuan menemukan sifat hubungan suatu ide dan kemampuan menangkap isi bacaan baik tersurat maupun tersirat;

3) Dugaan, yang dirinci dalam kemampuan menduga pesan yang terkandung dalam bacaan dan kemampuan menghubungkan teks dengan situasi komunikasi;

4) Penilaian, yang dirinci dalam kemampuan menilai isi teks, kemampuan menilai ketepatan organisasi bacaan, dan kemampuan menilai ketepatan pengungkapan informasi.

Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan tentang membaca pemahaman, penulis sependapat dengan Somadyo dan Burns. Jadi membaca pemahaman ialah sebuah proses untuk mendapatkan makna dari sebuah bacaan melalui aktivitas-aktivitas yang terperinci, guna mendapatkan informasi tentang bacaan itu dan makna dari bacaan tersebut.

2.3 Membaca Literasi di Sekolah Dasar

PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) adalah studi literasi membaca yang dirancang untuk mengetahui kemampuan anak sekolah dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan. Penilaiannya difokuskan pada dua tujuan membaca yang sering dilakukan anak-anak, baik membaca di sekolah maupun di rumah, yaitu membaca cerita atau karya sastra dan membaca untuk memperoleh dan menggunakan informasi.

(5)

kemampuan untuk memahami dan menggunakan format bahasa yang tertulis yang diperlukan oleh masyarakat dan atau berharga bagi individu. Sedangkan IALS mendefinisikan membaca literasi yaitu menggunakan informasi cetak dan tertulis untuk digunakan dimasyarakat guna mencapai tujuan seseorang serta untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi seseorang.

Dari dua pengertian tersebut PISA mendefinisikan membaca literasi adalah memahami, menggunakan, dan merefleksikan pada teks tertulis, guna mencapai tujuan seseorang, mengembangkan pengetahuan dan potensi seseorang, serta untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

Wells dalam Yusuf Suhendra(2006) menambahkan bahwa literasi dapat dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu performative, functional, informational, dan epistemic.

a) Performative, di tingkat ini seseorang mampu membaca, menulis serta berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan,

b) Functional,pada tingkat ini seseorang diharapkan mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari misalnya, membaca petunjuk atau manual,

c) Informational, seseorang diharapkan untuk dapat mengakses pengetahuan dengan bahasanya,

d) Epistemic, pada tingkat ini seseorang diharapkan dapat mentransformasikan pengetahuan (Depdiknas, 2004).

OECD(Organization for Economic Co-operation and Development) dalam Yusuf Suhendra (2006) menyatakan bahwa ada 5 tingkatan literasi, kelima tingkatan tersebut yaitu :

(6)

2. Tingkat 4 siswa mampu membaca ragam bacaan dengan kemampuan untuk mencari informasi yang ditanyakan, memahami ambiguitas, dan dengan kritis melakukan penilaian terhadap suatu teks.

3.Tingkat 3 pada umumnya mampu membaca teks dengan tingkat kesulitan menengah, seperti menemukan informasi dalam berbagai jenis dan format teks, menghubungkan informasi dalam beragam teks dengan konteks dan pengetahuan umum yang dikenal oleh siswa sehari-hari. 4.Tingkat 2 mampu membaca untuk menemukan informasi yang

dinyatakan secara langsung, membuat kesimpulan sederhana, mengartikan kata secara harafiah, dan menggunakan pengetahuan umum untuk memahami bacaan itu.

5. Tingkat 1 tahap belajar membaca

[image:6.595.100.512.216.674.2]

Perbandingan pencapaian literasi membaca siswa di Indonesia dibandingkan dengan siswa di Asia lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Tingkat Literasi

< T-1 T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 Skor

Indonesia 26,0 37,2 27,3 8,2 1,2 0,1 382

Thailand 13,5 30,5 34,3 17,0 4,1 0,5 420

Korea 1,4 5,4 16,8 33,5 30,8 12,2 534

Jepang 7,4 11,6 20,9 27,2 23,2 9,7 498

Hongkong 3,4 8,6 20,0 35,1 27,1 5,7 510

OECD 6,7 12,4 22,8 28,7 21,3 8,3 494

T: Tingkat Literasi

(7)

menandakan bahwa membaca literasi di Indonesia masih dikatakan rendah (Suhendra, 2006).

2. 4 Pelaksanaan dan pembelajaran membaca di sekolah

Proses pembelajaran membaca di sekolah dimasukkan ke dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Yang mana pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia, diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Dituliskan dalam peraturan menteri pendidikan nasional no. 22 tahun 2006 lampiran 3 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Membaca menjadi salah satu aspek yang penting dalam pelajaran ini. Untuk itu, dalam pemenuhan pencapaian standar kompetensi dalam proses pembelajaran membaca, guru harus memilih metode yang tepat untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, misalnya dengan menggunakan teknik dan media pembelajaran yang menarik siswa untuk mengikuti pembelajaran membaca dengan baik.

2.5 Metode Ceramah

(8)

2010) mengungkapkan bahwa metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

Metode yang biasa dilakukan oleh guru kelas 5 di SD Kaliwungu 03 untuk pemahaman membaca ialah metode ceramah. Guru menjelaskan beberapa hal penting yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan sebelum guru membacakan sebuah cerita. Setelah cerita dibacakan siswa akan diberikan tes pemahaman lisan dan tertulis. Tes lisan dilakukan melalui permainan Tic Tac Toe, permainan ini adalah permainan dimana pemain berjumlah 2 orang, sebelum permainan dimulai akan ada papan yang bergambar seperti di bawah ini:

[image:8.595.103.513.181.685.2]

Gambar 2.1 Medan Tic Tac Toe

(9)
[image:9.595.99.505.104.633.2]

Gambar 2.2 Record Pemain 2

kemudian dilanjutkan pertanyaan yang selanjutnya sampai ada yang menang. Misalnya pemenangnya ialah pemain 1 maka gambarnya bisa jadi seperti di bawah ini

Gambar 2.3 Ending Tic Tac Toe

Permainan ini sangat disukai oleh siswa, jadi guru memanfaatkan permainan ini sebagai menu tambahan dalam proses pembelajaran. Permainan ini tidak hanya digunakan guru tersebut untuk mata pelajaran bahasa Indonesia saja melainkan mata pelajaran lain seperti matematika, IPA, IPS dan lain-lain.

2.5.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. a. Kelebihan Metode Ceramah

 Guru mudah menguasai kelas.  Mudah dilaksanakan.

(10)

 Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar. b. Kekurangan Metode Ceramah

 Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).  Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan

anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

 Bila terlalu lama membosankan.

 Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.  Menyebabkan anak didik pasif apabila tidak diberi improvisasi yang

dapat menarik perhatian siswa agar lebih aktif. 2.6 Literature Circle

Menurut (Daniels, 1994) Literature Circle merupakan suatu kelompok diskusi kecil sementara yang memilih untuk membaca buku yang sama. Ketika membaca, anggota menghitung dan menentukan tugas membaca, membawa catatan atas apa yang mereka baca, dan mendiskusikan teks sesuai dengan peran yang ditugaskan. Lingkaran (Circle) bertemu secara teratur, atau dengan rotasi. Setiap anggota akan menyampaikan tugas mereka masing-masing.

(11)

dilakukan dengan observasi guru dan evaluasi diri siswa; 11) mempertahankan suasana bermain yang menyenangkan; 12) setelah membaca buku, pembaca berbagi dengan orang lain, dan kelompok-kelompok baru terbentuk serta memilih bacaan baru yang akan digunakan selanjutnya.

Peran diskusi sangat penting di dalam Literature Circle. Daniel merekomendasikan empat peran yang diperlukan :

1) Discussion Leader (bertanggung jawab resmi untuk membuat pertanyaan diskusi yang baik dan memulai diskusi kelompok)

2) Pa ssage person (memilih bagian-bagian yang mengesankan dari teks yang ditunjuk yang menarik, kuat, pemikiran atau penting untuk membaca dengan suara keras),

3) Connector (penghubung hubungan orang, tempat, dan peristiwa dalam teks dengan kehidupan pembaca di rumah, kehidupan sekolah, masalah pribadi, karya sastra lain atau tulisan-tulisan lain oleh penulis yang sama), dan

4) Ilustrator (membuat sketsa, menggambar kartun, diagram, atau diagram alur atas bacaan yang dibaca) (Daniels, 1994)

Selain itu, Daniels menunjukkan lima peran opsional lain yang dapat ditambahkan bila diperlukan, yaitu:

1) Reasercher (bertugas untuk menggali informasi latar belakang tentang buku, penulis, atau topik yang terkait dengan buku atau teks),

2) Summarizer (memberikan ringkasan singkat dari bacaan yang dapat mencakup inti, poin-poin penting, atau esensi dari teks),

3) Character Captain (memberikan penjelasan singkat atau gambaran karakter kunci dalam bacaan kepada kelompok),

4) Word Master (menyoroti beberapa kata kunci atau tidak diketahui yang patut memperhatikan) dan,

(12)

Literature circle ini merupakan sebuah kelompok social kecil yang

terdiri dari peserta didik yang berbeda. Dalam hal ini kita dapat mengingat sebuah pernyataan Vygotsky yang sering dikutip, yaitu “Zone of Proximal Development”. Dalam tulisannya (Daniels, 1994) mengutip pernyataan Vygotsky yang mengatakan bahwa belajar yang benar diyakini terjadi pada tingkat sosial, bila konten menjadi bermakna dan relevan secara pribadi dan ketika seorang pelajar berinteraksi dengan mentor yang lebih berpengalaman yang memimpin peserta didik melalui informasi scaffolded ke level peningkatan pemahaman. Sementara membaca dianggap sebagai proses dalam kelompok kecil, tiga elemen kunci lain menjamin kesuksesan seperti: pembicaraan alami, personalisasi, dan internalisasi belajar. (Strickland, Dillon, Funkhouser, Glick, & Rogers, 1989) menyatakan bahwa berbicara bersama-sama membawa pemikiran kritis. (Short, 1990) juga mencatat bahwa membaca, menulis, dan berbagi dalam kelompok sebaya memungkinkan siswa untuk kemajuan personalisasi mereka sendiri .

2.6.1 Tahapan Pelaksanaan Literature Circle

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Berikut adalah aturan main dalam Literature Circle menurut (Daniels, 1994)

1. Pertama pilih buku yang akan dibahas. Untuk Independent reading, mereka bebas memilih buku yang akan dibaca bersama, sedangkan untuk reading group, buku ditentukan secara bersama-sama. Dalam pemilihannya guru membantu untuk memilih buku yang sesuai (untuk pemula misalnya, kita gunakan buku yang sesuai bagi pemula).

2. Bentuk kelompok

(13)

dimainkan,yaitu Discussion Leader, connector, summarizer, word master, group observer,dll.

4. Siswa diberikan lembar kerja sesuai dengan tugasnya. Ini untuk membantu siswa dalam diskusi. Jadi mereka menuliskan apa saja yang harus dan akan mereka sampaikan pada saat diskusi.

5. Topik diskusi akan muncul dengan sendirinya melalui pertanyaan atau pernyataan dari siswa.

2.6.2 Kelebihan Literature Circle

Literature circle menawarkan beberapa kelebihan yang didapatkan

dalam pelaksanaan pembelajaran, diantaranya yaitu : 1) Hubungan pembaca-teks yang lebih kuat ,

Vygotsky dalam (Schlick Noe & Johnson, 1999) mengemukakan teori bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika peserta didik mengenali kebutuhan mereka sendiri dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri melalui kerjasama dengan rekan-rekan yang lebih kompeten dan orang dewasa. Dalam hal ini metode LC menyajikan kegiatan bagi peserta didik untuk bekerja baik secara mandiri maupun kerjasama. Sehingga peserta didik akan dapat lebih memahami teks yang dibaca.

2) Peningkatan iklim kelas ,

Sebagai siswa yang belajar untuk bekerja sama dengan satu sama lain, untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, dan menghormati berbagai perspektif pada topik dan isu-isu, mereka juga belajar untuk menjadi pendengar yang lebih baik dan lebih jujur dengan rekan-rekan (Burns, Farinacci, & Raja, 1999).

3) Peningkatan derajat kesetaraan gender dan pemahaman.

Dalam (Schlick Noe & Johnson, 1999) mempelajari "girls only" Literature Circle di tingkat sekolah dan menemukan bahwa dalam

(14)

mendominasi dalam diskusi serta menarik banyak perhatian dari guru (Orenstein, 1999)

4) Lingkungan belajar yang lebih kondusif dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

2.7 Hasil Penelitian yang relevan

a. Hasil penelitian semi eksperimen oleh Neng Syifa Masnoneh (Universitas Negeri Malang, 2010) yang berjudul “Keefektifan Literature Circle terhadap pemahaman membaca siswa”. Hasil

penilitannya menyatakan bahwa,berdasarkan penghitungan statistik menggunakan independent t-test terhadap skor siswa di tes akhir,t-hitungnya adalah 3.11. T-hitung ini signifikan pada level .05 satu arah (dengan dk 44). T-hitung lebih besar daripada nilai kritis (1.678). Dengan demikian, Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa literature circle efektif.

(15)

2.8 Kerangka Berpikir

Berdasarkan Kajian teori yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Literature Circle pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pemahaman membaca di Sekolah Dasar sangat penting, karena pembelajaran akan lebih efektif, mampu melatih siswa untuk memahami isi bacaan, mengkritisi isi bacaan, serta melatih siswa untuk percaya diri mengemukakan gagasan-gagasan atau opini yang mereka miliki, dan berlatih tanggungjawab.

Bagan 2.4. Kerangka Berpikir Kelas

Kontrol

Hasil pre test tidak boleh ada perbedaan yang signifikan

Post Test Pembelajaran

menggunakan metode Ceramah Pre-

Test

Kelas Eksperimen

Uji beda hasil post test apakah ada pengaruh yang signifikan dengan penggunaan metode Literature Circle

Pembelajaran menggunakan Literature

Circle Pre-

Test Post

(16)

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana kelas kontrol pembelajaran akan dilakukan seperti biasa guru kelas mengajar, sedangkan di kelas eksperimen menggunakan metode Literature Circle. Hasil belajar dari kedua kelompok akan dilakukan uji beda rata-rata apakah penggunaan Literature Circle berpengaruh signifikan terhadap rata-rata pemahaman

membaca siswa, namun sebelumnya diadakan tes homogenitas terlebih dahulu untuk mengetahui perbedaan varian.

2.9 Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 2.1 Tingkat Literasi
Gambar 2.1 Medan Tic Tac Toe
Gambar 2.2 Record Pemain 2

Referensi

Dokumen terkait

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

[r]

Durian Sebatang (Lapen) Kec.. M.Si

Adapun sisanya untuk bagian anak-anak, yaitu satu anak laki-laki (bagiannya sama dengan bagian dua anak perempuan), sementara dua anak perempuan masing-masing

Pf,MENANC LELANG!. Nt6a

Berdasarkan angka 1 s.d 7 diatas, Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada ULP Kabupaten Bengkulu Utara mengumumkan pemenang seleksi umum paket pekerjaan

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah

Monocoq adalah konstruksi bodi dimana bodi dan rangkanya tersusun menjadi satu menggunakan prinsip kulit telur, yaitu merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga semua beban