70
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1. SVLK merupakan instrumen untuk memberikan perlindungan terhadap
kelestarian hutan Indonesia. Perlindungan terhadap kelestarian hutan ini
dilakukan melalui persyaratan bahwa kayu dan produk kayu Indonesia
harus berasal dari sumber yang legal. Dengan demikian, diharapkan
pembalakan liar dan peredaran kayu ilegal akan dapat ditekan, karena
melalui SVLK kayu-kayu ilegal tidak akan laku di pasaran, termasuk
untuk pasar Uni Eropa. Disimpulkan bahwa SVLK adalah norma
perlindungan hutan.
2. SVLK juga merupakan suatu bagian dari instrumen hukum nasional
maupun internasional yang mengatur mengenai perdagangan internasional
terutama dalam bidang ekspor kayu, dimana SVLK terbentuk/dibuat tidak
hanya dari lembaga legislatif maupun eksekutif di Indonesia semata,
namun SVLK juga dibentuk berdasarkan kesepakatan-kesepakatan
internasional yang sepaham atas pentingnya hutan Indonesia bagi dunia
71 suatu aset internasional yang harus dijaga kelestariannya yang berprinsip
bahwa perdagangan internasional berupa kayu maupun produk kayu juga
harus tetap memperhatikan kelestarian hutan dan memperkecil
dampak-dampak kerusakan atas hutan. SVLK adalah syarat perdagangan
internasional.
3. SVLK bukan hanya suatu regulasi mengenai tata administrasi kayu namun
SVLK juga merupakan instrumen perlindungan terhadap hutan dan
lingkungan karena pentingnya kelestarian hutan bagi ekosistem mahkluk
hidup seperti hewan dan tumbuhan terutama bagi manusia.
4. Dalam konteks SVLK hutan rakyat (hutan hak) juga harus memenuhi
syarat Sertifikasi Legalitas Kayu sebagai bagian dari sistem SVLK.
Demikian pula dengan pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan
Kayu (IUIPHHK) yang terkait dengan hutan rakyat (hutan hak). Industri
rumah tangga/pengrajin dan pedagang ekspor kayu serta produk kayu juga
harus memenuhi Sertifikasi Legalitas Kayu.
5. Terkait dengan perdagangan / jual-beli internasional dengan objek kayu
dan produk kayu, mengacu pada Permendag No.64/2012 SVLK
merupakan instrumen kebijakan publik (public policy) yang harus diikuti
dan tidak dapat disimpangi oleh pelaku usaha ekspor kayu.
72
B.
Saran
Perlunya sosialisasi yang lebih gencar terhadap instrumen hukum
mengenai SVLK, kepada pemilik hutan rakyat ataupun industri produk kayu yang
berskala kecil/UMKM, sehingga para pemilik hutan rakyat/UMKM tersebut tidak
sembarangan menebang ataupun menjual pohon maupun produk kayu dari hutan
rakyat tersebut, karena meskipun pohon maupun kayu tersebut diatas tanah
miliknya tetap harus memiliki Sertifikat LK dan secara otomatis mengurangi
kerusakan hutan dan dampaknya terhadap lingkungan terutama hutan rakyat.
Dalam hal pembuatan S-LK untuk pemilik hutan rakyat maupun UMKM
produk kayu perlunya batas minimal dan maksimal harga pembuatan tersebut
maupun kemudahan-kemudahan (misal subsidi) tertentu mengenai tarif S-LK,
karena seperti Penulis ungkapkan sebelumnya, hutan rakyat/UMKM mempunyai
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor kehutanan
dalam bidang ekspor kayu maupun produk kayu yang disukai oleh konsumen
internasional sehingga perputaran roda ekonomi bidang kehutanan akan berjalan
dengan cepat, dan juga membawa percepatan kesejahteraan terhadap Pemilik
hutan rakyat maupun UMKM produk kayu di Indonesia dan berdampak pula pada
bertambahnya pendapatan negara dari kegiatan ekspor kayu maupun produk kayu