i
STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000
–
9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA
HIJAU (LACTUCA SATIVA L)
Oleh: Kukuh Oktavianus
NIM: 192010007
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
v
Motto
“Sesuatu hal yang paling utama adalah kesabaran disaat
menghadapi masalah, dan selalu bersikap bijaksana dalam
menyelesaikan berbagai masalah”
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Betapa besar kasih dan anugrah Tuhan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Tugas akhir ini ditulis dan disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan (S.Pd.) Fisika di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tentunya banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun berkat pertolongan Tuhan semuanya dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Atas segala bantuan dan dukungan tersebut, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu selaku orangtua dan mba Yeni dan mas Dani yang sangat baik dan luar biasa tidak ada henti untuk memberi dukungan , semangat dan doa terus menerus untuk kelancaran buah hatinya.
2. Ibu Made Rai Suci Shanti N.A, S.Si., M.Pd. selaku pembimbing utama dan BapakNur Aji Wibowo, S.Si., M.Si. selaku pembimbing pendamping. Terima kasih untuk waktu, tenaga,pemikiran, dan kesabaran saat membimbing penulis dari awal hingga akhir. 3. Dosen – dosen Fisika dan Pendidikan Fisika ( Ibu Dra. Marmi Sudarmi, M.Si. Ibu
Made Rai Suci Shanti N.A, S.Si., M.Pd. Ibu Diane Noviandini, S.Pd. Bapak Adita Sutresno, S.Si.,M.Sc. Bapak Andreas Setiawan, S.Si.,MT. Bapak Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc, Bapak Wahyu Hari Kristiyanto, S.Pd., M.Pd. Ibu Debora Natalia Sudjito, S.Pd, Bapak Nur Aji Wibowo, S.Si.,M.Si. Bapak Prof. Liek Wilardjo, Bapak Prof. Ferdy S. Rondonuwu ) terima kasih telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan nasehat – nasehat yang sangat berguna bagi penulis.
4. Mas Tri, Mas Sigit, dan Pak Tafip selaku Laboran Fisika dan Pendidikan Fisika FSM UKSW atas segala bantuannya selama ini.
5. Teman – teman seperjuangan ( Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto ) yang telah bersama-sama membuat penelitian ini dengan baik.
6. Teman-teman Pendidikan Fisika dan Fisika 2010. Ice, Dian, Erfi, Ucik, Galuh, Maya, Olik, Pujo, Kresno, Kriswantoro, Wahyu, Gigih, Hafids dan teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan semangat yang kalian berikan.
7. Teman-teman Fakultas Sains dan Matematika angkatan 2010 yang telah menemani dalam proses perkuliahan selama kurang lebih 4 tahun.
vii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyelesaian tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi perbaikan penulis. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan baik dari Tuhan YME.
Salatiga, 08 Januari 2015 Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii
LEMBAR HAK BEBAS ROYALTY DAN PUBLIKASI iv
MOTTO v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
BAB 1. PENDAHULUAN
 Pendahuluan 1
 Dasar Teori 2
 Daftar Pustaka 2
BAB 2. STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000 –9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA HIJAU (LACTUCA SATIVA L)
 ABSTRAK 4
 Pendahuluan 4
 Metode Penelitian 6
 Hasil dan Pembahasan 8
 Kesimpulan 12
 Daftar Pustaka 12
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Selada Hijau (Lactuca Sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek dan nilai ekonomi yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran khususnya sayuran Selada. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok.[1] Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100 g pada daun selada sekitar 0,86 mg. Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap zat besi setiap harinya.[2] Untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran Selada yang semakin meningkat, maka usaha – usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas khususnya sayuran Selada terus dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah pemupukan dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang suara. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara Garengpung dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas. Garengpung biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali musim kemarau. Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan Garengpung ini mampu menjadikan hasil panen lebih melimpah dibanding menggunakan pupuk kimia.
Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran khususnya bagi para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming Frequency). Teknologi ini ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana Carlson mengkaji secara serius setelah melihat bencana kelaparan selama perang Korea pada tahun 1950. Carlson meluangkan waktu untuk studi fisiologi tumbuhan di Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa frekuensi suara bisa membantu tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat makanan.
AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan frekuensi tinggi mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu merangsang mulut daun atau stomata untuk tetap membuka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Stomata sangat penting bagi tumbuhan dikarenakan pori stomata merupakan tempat dimana terjadinya pertukaran gas dan air. Hal ini menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses transpirasi dan fotosintesis.[3]
Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya stomata menjadi lebih lebar pada suatu tanaman.[4]
Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal adalah memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang cahaya. Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di bidang pertanian. Prinsip dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap gelombang suara.[5]
2
bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan gelombang suara tumbuh lebih baik dibandingkan sampel yang tidak diberi perlakuan (kontrol).[6] Penelitian selanjutnya dilakukan penelitian oleh Iriani, dkk (2005) hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pemberian nutrisi dan suara musik dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman kentang menjadi lebih cepat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan produksi sebesar 24%, yaitu dari 15,8 ton/ha menjadi 19,6 ton/ha.[7] Selanjutnya dilakukan oleh oleh Kukuh, dkk (2012) tentang pengaruh gelombang akustik terhadap pertumbuhan atau perkembangan sawi hijau. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spektrum suara Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz dan frekuensi tinggi 6000–9600 Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berfrekuensi tinggi menunjukan kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan dengan frekuensi rendah dan tanpa perlakuan.[8]
Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian menggunakan tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi musik 6000–9600 Hz yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif pada sayuran Slada Hijau.
Dasar Teori
A. Audio Farming Frequency
Audio farming frequency merupakan suatu teknologi baru yang memanfaatkan efek gelombang suara untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Teknologi ini memanfaatkan suatu gelombang suara alami dengan frekuensi tinggi yang mampu merangsang mulut daun supaya tetap terbuka saat fotosintesis sehingga dapat meningkatkan laju dan efisiensi penyerapan pupuk yang bermanfaat bagi tanaman guna meningkatkan jumlah produksi dengan mutu yang lebih baik.
B. fisiologi Selada ( Lactuca Sativa L )
Selada ( lactuca sativa L ) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sesuai dengan jenisnya. Pertumbuhan selada akan optimal pada kisaran suhu udara 25° - 26°C dan kelembaban berkisar antara 76-77%. Keadaan suhu di dalam rumah kaca selama penelitian berkisar antara 27,8° - 33,9°C dengan kelembaban antara 58,17% - 75,5%.[7]
C. Karakteristik Suara musik yang di dasarkan pada suara garengpung
Penelitian yang dilakukan oleh Kukuh, dkk ( 2012)[6] tentang pengaruh gelombang akustik terhadap pertumbuhan dan Perkembangan Sawi Hijau (Brassica rapa var. parachinensis L.) , dalam penelitiannya digunakan 2 jenis frekuensi musik yaitu A ( 4200 Hz – 6000 HZ ) dan B ( 6000 Hz – 9600 Hz ) yang di dasarkan pada spectrum suara garengpung ( cryptotymphana acuta ). Dari hasil penelitian didapat tanaman sawi hijau yang di beri perlakuan musik pada frekuensi B ( 6000 Hz – 9600 Hz ) memiliki berat sampel paling besar dari pada frekuensi A ( 4200 Hz – 6000 Hz ) dan tanaman tanpa perlakuan.
Daftar Pustaka
[1] Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.
Penebar Swadaya, Jakarta.
3
[3] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the sound characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on those properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.
[4] Pengaruh Beragai Jenis Musik Pada Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea).
Puji Kuswanti, Triana Susanti, Adita Sutresno.Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-0922.
[5] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin Pertanian dan Peternakan. Vol. 6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.
[6] Pengaruh Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi
Hijau (Brassica Rapa Var. Parachinensis L). Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko
Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VII, Salatiga, 21-22 September 2012, Vol 3, No. 1, ISSN:2087-0922.
4
BAB 2
STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000
–
9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA
HIJAU (LACTUCA SATIVA L)
Kukuh Oktavianus1, Nur Aji Wibowo1,2, Made Rai Suci Shanti1,2,*
1
Progam Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika
2
Progam Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana Jln. Diponegoro No. 52-60 Salatiga *Email: [email protected]
ABSTRAK
AFF (Audio Farming Frequency) merupakan suatu teknologi organik yang
memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif
pada sayuran Slada Hijau (Lactuca Sativa L). Frekuensi yang dipakai dalam
perlakuan tanaman didasarkan pada spektrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta). Perlakuan tanaman dilakukan dengan memberi musik selama 2 jam setiap hari yaitu pagi pukul 07.00-08.00 WIB dan sore pukul 15.00-16.00 WIB. Parameter yang diukur adalah panjang lebar daun, dan berat dari hasil panen. Variabel yang dikontrol adalah pH tanah (pH 7), suhu lingkungan tempat perlakuan, dan kelembaban tanah yang sama untuk setiap tanaman. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan berat hasil panen selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan 125.59 gram dan hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen selada tanpa perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30 gram. Dari pengukuran luasan stomata daun, pembukaan stomata pada daun yang mendapatkan perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata daun tanpa perlakuan adalah 0.011 mm2. Jika dilihat dari hasil perhitungan lebar daun, panjang daun, berat hasil panen dan pembukaan stomata daun tanaman yang mendapatkan perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan.
Kata kunci :AFF, Selada, Frekuensi
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
5
dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah pemupukan dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang suara. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara Garengpung dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas. Garengpung biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali musim kemarau. Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan Garengpung ini mampu menjadikan hasil panen lebih melimpah dibanding menggunakan pupuk kimia.
Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran khususnya bagi para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming Frequency). Teknologi ini ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana Carlson mengkaji secara serius setelah melihat bencana kelaparan selama perang Korea pada tahun 1950. Carlson meluangkan waktu untuk studi fisiologi tumbuhan di Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa frekuensi suara bisa membantu tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat makanan.
AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan frekuensi tinggi mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu merangsang mulut daun atau stomata untuk tetap membuka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Stomata sangat penting bagi tumbuhan dikarenakan pori stomata merupakan tempat dimana terjadinya pertukaran gas dan air. Hal ini menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses transpirasi dan fotosintesis.[3] Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya stomata menjadi lebih lebar pada suatu tanaman.[4]
Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal adalah memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang cahaya. Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di bidang pertanian. Prinsip dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap gelombang suara.[5]
Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang pengaruh berbagai jenis
musik pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan tanaman
adalah jenis musik gamelan Bali, gamelan Jawa, klasik, dan musik rock. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan gelombang suara tumbuh lebih baik dibandingkan sampel yang tidak diberi perlakuan (kontrol).[6] Penelitian selanjutnya dilakukan penelitian oleh Iriani, dkk (2005) hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pemberian nutrisi dan suara musik dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman kentang menjadi lebih cepat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan produksi sebesar 24%, yaitu dari 15,8 ton/ha menjadi 19,6 ton/ha.[7] Selanjutnya dilakukan oleh oleh Kukuh, dkk (2012) tentang pengaruh gelombang akustik terhadap pertumbuhan atau perkembangan sawi hijau. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spektrum suara Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz dan frekuensi tinggi 6000–9600 Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berfrekuensi tinggi menunjukan kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan dengan frekuensi rendah dan tanpa perlakuan.[8]
Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian menggunakan tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi musik 6000–9600 Hz yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
6 Slada Hijau.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan meliputi beberapa tahap :
1. Menganalisis frekuensi musik yang didasarkan pada sepektrum suara
Garempung.
Langkah pertama diawali dengan menganalisis frekuensi 6000-9600 Hz,
kemudian di ekstrak menjadi Mp3 yang ditunjukan pada pada Gambar 1.
Gambar 1. Karakteristik suara musik gamelan jawa sebelum di analisis 43-4000 Hz.
Gambar 2. Pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz untuk perlakuan tananam. Sebelum memulai perlakuan, musik yang akan dipakai di analisis menggunakan
7
Gambar 3. Desain Rumah Selada
Dalam penelitian ini rumah Selada seperti Gambar 3 berfungsi sebagai pengontrol kelembaban, intensitas cahaya, suhu dan untuk melindungi Selada dari gangguan hama selain itu juga digunakan sebagai tempat perlakuan tanaman dengan menggunakan teknologi AFF.
3. Proses penyemaian, pemeliharaan, pengukuran
Bahan penelitian terdiri dari benih Selada Hijau. Pada penelitian ini digunakan tanah yang subur dengan perbandingan tanah dan pupuk 2 : 1. Alat yang digunakan saat melakukan penelitian terdiri dari : speaker mono dan Amplifier dengan daya 40 watt yang berfungsi untuk memaparkan suara musik ke tanaman, Sound Level Meter yang berguna untuk mengetahui keras lemahnya suara, Jangka Sorong untuk mengukur panjang daun dan lebar daun, Lux meter untuk pengukur intensitas cahaya, Ph meter untuk pengukur kadar asam tanah dan kelembaban dan kesuburan tanah, Termometer dinding untuk mengukur suhu, Timbangan digital yang digunakan untuk mengukur berat tanaman hasil panen dan 1 unit notebook yang dilengkapi program adobe audition 3.0 yang digunakan untuk menganalis frekuensi musik yang didasarkan pada spektrum suara Garengpung.
Pada proses penyemaian, semua benih Selada mendapatkan perlakuan yang sama yaitu ditebarkan pada media tanam yang sama. Dari penyemaian benih hingga tumbuh rata-rata setinggi 5cm membutuhkan waktu 1 minggu. Setelah benih tumbuh, kemudian ditanam ke media tanam yang berbentuk bedengan. Selama masa pemeliharaan, tanaman disiram dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Tanaman di beri perlakuan musik dengan selang frekuensi 6000-9600 Hz, pada pagi hari dan sore hari dengan durasi selama 1 jam. Untuk dapat melihat stomata, pengambilan dilakukan pada tempat perlakuan yaitu saat dilakukannya perlakuan pemberian musik pada tanaman selada. Parameter yang diukur selama masa pemeliharaan adalah lebar daun dan panjang daun yang diukur dua hari sekali, sedangkan pada akhir masa panen ditambahkan pengukuran berat tanaman.
8 4. Denah Tanaman Perlakuan
Gambar 4. Denah tanaman yang mengalami perlakuan.
Pada penelitian digunakan 2 speaker yang dipasang menggantung seperti pada Gambar 4, hal ini bertujuan supaya semua tanaman mendapat pemaparan musik yang sama dengan intensitas bunyi rata-rata diseluruh bedengan 70 – 73 db dan suhu dalam rumah Selada berkisar 28OC – 30OC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada proses pemeliharaan ini dilakukan selama 28 hari dari proses menanam hingga panen. Pada hari ke 28 semua Selada di panen secara bersama dan di timbang untuk mengetahui perbandingan berat antara Selada yang mendapatkan perlakuan dan Selada yang tidak mendapatkan perlakuan. Selain itu pengukuran panjang dan lebar daun dilakukan 2 hari sekali. Hasil pengambilan data panjang dan lebar daun dapat dilihat pada gambar brikut :
Gambar 5. Pertumbuhan panjang daun Selada antara Selada perlakuan dan selada tanpa perlakuan selama 28 hari.
9
Gambar 6. Pertumbuhan lebar daun Selada antara Selada perlakuan dan Selada tanpa perlakuan selama 28 hari.
Dari Gambar 6 dapat dilihat pula pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan lebar daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dan seterusnya dimana lebar daun Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami penambahan panjang daun lebih cepat dibandingkan dengan lebar Selada tanpa perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan terlihat relatif stabil jauh tertinggal di banding dengan tanaman Selada perlakuan hingga saat hari panen. Hal ini hamper sama dengan pertumbuhan panjang Selada baik yang mendapatkan perlakuan dan tidak mendapatkan perlakuan. Untuk lebar daun Selada perlakuan yaitu 68.96 ± 8.929mm dan lebar daun tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284mm.
Berat Selada setelah dipanen dapat dapat dilihat pada gambar 7 :
Gambar 7. Berat hasil panen Selada Hijau perlakuan dan Selada Hijau tanpa perlakuan.
Gambar 7 menunjukan rata-rata berat sampel paling besar adalah tanaman Selada perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz yaitu dengan berat 125.59 gram sedangkan berat Selada tanpa perlakuan adalah 95.30 gram dengan umur panen masing-masing 28 hari. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan penggunaan teknologi AFF
10
(cryptotymphana acuta) dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman Selada yang sangat signifikan di bandingkan dengan selada tanpa perlakuan.
Table 1. Selisih panjang dan lebar Selada perlakuan dan Selada tanpa perlakuan.
Keterangan Selada Panjang
daun (mm)
perlakuan 111.1 ± 11.03 Tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775 Selisih (∆P) 18.58 ± 5.255 Lebar
daun (mm)
perlakuan 68.96 ± 8.929 Tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284 Selisih (∆L) 14.58± 3.645
Selisih panjang dan lebar daun tanaman Selada dengan perlakuan dan tanpa perlakuan menunjukan bahwa tanaman perlakuan dengan teknologi AFF (Audio
Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan
frekuensi 6000-9600 Hz memberikan peningkatan yang lebih baik di bandingkan dengan tanaman Selada tanpa perlakuan.
Contoh hasil analisis pembukaan stomata antara Selada perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz dan Selada tanpa perlakuan.
Gambar 8. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) perlakuan.
11
Dari hasil pembukaan stomata pada gambar diatas terlihat jelas bahwa pada Gambar 8 terdapat 8 stomata dan pada Gambar 9 terdapat 7 stomata. Dari gambar stomata yang nampak pada gambar diatas terlihat jelas pada stomata Selada yang diberi perlakuan semuanya membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata Selada tanpa perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan teknologi AFF (Audio Farming
Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan frekuensi
6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata) membuka lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Pengambilan sampel daun untuk melihat pembukaan stomata menggunakan Microskop Binokuler yang menunjukan skala 0 – 100 dan setiap 37 skala binokuler menunjukan 0.1 mm pada skala penggaris.
Gambar 10. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun perlakuan.
Pada Gambar 10 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah : Panjang x lebar stomata
(6) x (2) = P12 skala
(12 skala : 37) x 0.1 = 0.032 mm2
Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2
Gambar 11. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun tanpa perlakuan.
12 Panjang x lebar stomata
(4) x (1) = 4 skala
(4 skala : 37) x 0.1 = 0.011 mm2
Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2
Dilihat dari Gambar 10 dan Gambar 11 tentang pembukaan stomata daun menunjukan gambar tersebut menggunakan pembesaran 40 kali pada daun. Jumlah stomata daun perlakuan ada 8 buah dan stomata daun tanpa perlakuan berjumlah 7 buah. Setelah dilakukan pengukuran pembukaan stomata daun didapatkan pada stomata daun perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2 sedangkan pada stomata daun tanpa perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2. Dari hasil pengukuran tersebut nampak jelas bahwa stomata daun perlakuan membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata daun tanpa perlakuan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditrik dari hasil penelitian ini antara lain adalah :
Selada Hijau yang mendapatkan perlakuan frekuensi 6000-9600 Hz memiliki panjang lebar daun dan berat hasil panen yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Selada tanpa perlakuan. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan berat hasil panen Selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan 125.59 gram dan hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen Selada tanpa perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30 gram.
Dari pengukuran panjang dan lebar stomata daun, pembukaan stomata pada daun yang mendapatkan perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata daun tanpa perlakuan adalah 0.011 mm2.
Dengan menggunakan teknologi AFF yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata) membuka lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Dengan memanfaatkan teknologi AFF dapat mempersingkat umur panen tanaman Selada Hijau dari normalnya para petani selama 35 hari menjadi 28 hari.
Referensi
[1] Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran
Rendah.Penebar Swadaya, Jakarta.
[2] Anonim. 2010. National Nutrient Database for Standart Reference. United States Departement of Agriculture (USDA).
[3] Moore, R., W.D. Clark, D.S.Vodopich. 1998.Botany.McGraw-Hill Companies Inc., USA.
[4] Kadarisman Nur. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Melalui Spesifikasi Variable Fisis Gelombang Akustik Pada Pemupukan Daun Melalui Perlakuan Variasi Peak Frekuensi, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, UNY.
[5] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the sound characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on those properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.
13
Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-0922.
[7] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin Pertanian dan Peternakan.Vol.6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.
[8] Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Pengaruh Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi Hijau
Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100 g pada daun selada sekitar 0,86 mg. Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap zat besi setiap harinya.[2] Untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran Selada yang semakin meningkat, maka usaha – usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas khususnya sayuran Selada terus dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah pemupukan dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang suara. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara Garengpung dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas. Garengpung biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali musim kemarau. Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan Garengpung ini mampu menjadikan hasil panen lebih melimpah dibanding menggunakan pupuk kimia.
Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran khususnya bagi para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming
Frequency). Teknologi ini ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana
Carlson mengkaji secara serius setelah melihat bencana kelaparan selama perang Korea pada tahun 1950. Carlson meluangkan waktu untuk studi fisiologi tumbuhan di Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa frekuensi suara bisa membantu tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat makanan.
AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan frekuensi tinggi mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu merangsang mulut daun atau stomata untuk tetap membuka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Stomata sangat penting bagi tumbuhan dikarenakan pori stomata merupakan tempat dimana terjadinya pertukaran gas dan air. Hal ini menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses transpirasi dan fotosintesis.[3]
Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya stomata menjadi lebih lebar pada suatu tanaman.[4]
Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal adalah memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang cahaya. Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di bidang pertanian. Prinsip dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap gelombang suara.[5]
Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang pengaruh berbagai
jenis musik pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan
menjadi 19,6 ton/ha.[7] Selanjutnya dilakukan oleh oleh Kukuh, dkk (2012) tentang pengaruh gelombang akustik terhadap pertumbuhan atau perkembangan sawi hijau. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spektrum suara Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz dan frekuensi tinggi 6000–9600 Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berfrekuensi tinggi menunjukan kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan dengan frekuensi rendah dan tanpa perlakuan.[8]
Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian menggunakan tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi musik 6000–9600 Hz yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif pada
sayuran Slada Hijau.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan meliputi beberapa tahap :
1. Menganalisis frekuensi musik yang didasarkan pada sepektrum suara
Garempung.
Langkah pertama diawali dengan menganalisis frekuensi 6000-9600 Hz,
kemudian di ekstrak menjadi Mp3 yang ditunjukan pada pada Gambar 1.
Gambar 2. Pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz untuk perlakuan tananam. Sebelum memulai perlakuan, musik yang akan dipakai di analisis menggunakan
software Adobe Audition 3.0, kemudian hasil analisis di simpan dalam bentuk MP3 supaya pada saat perlakuan pada tanaman bisa di putar berulang-ulang secara otomatis. Hasil pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz pada Gambar 2 tersebut di dasarkan dengan salah satu frekuensi Garengpung (cryptotymphana acuta).
Gambar 3. Desain Rumah Selada
Dalam penelitian ini rumah Selada seperti Gambar 3 berfungsi sebagai pengontrol kelembaban, intensitas cahaya, suhu dan untuk melindungi Selada dari gangguan hama selain itu juga digunakan sebagai tempat perlakuan tanaman dengan menggunakan teknologi AFF.
3. Proses penyemaian, pemeliharaan, pengukuran
Bahan penelitian terdiri dari benih Selada Hijau. Pada penelitian ini digunakan tanah yang subur dengan perbandingan tanah dan pupuk 2 : 1. Alat yang digunakan saat melakukan penelitian terdiri dari : speaker mono dan Amplifier dengan daya 40 watt yang berfungsi untuk memaparkan suara musik ke tanaman, Sound Level Meter yang berguna untuk mengetahui keras lemahnya suara, Jangka Sorong untuk mengukur panjang daun dan lebar daun, Lux meter untuk pengukur intensitas cahaya, Ph meter untuk pengukur kadar asam tanah dan kelembaban dan kesuburan tanah, Termometer dinding untuk mengukur suhu, Timbangan digital yang digunakan untuk mengukur berat tanaman hasil panen dan 1 unit notebook yang dilengkapi program adobe audition 3.0 yang digunakan untuk menganalis frekuensi musik yang didasarkan pada spektrum suara Garengpung.
Pada proses penyemaian, semua benih Selada mendapatkan perlakuan yang sama yaitu ditebarkan pada media tanam yang sama. Dari penyemaian benih hingga tumbuh rata-rata setinggi 5cm membutuhkan waktu 1 minggu. Setelah benih tumbuh, kemudian ditanam ke media tanam yang berbentuk bedengan. Selama masa pemeliharaan, tanaman disiram dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Tanaman di beri perlakuan musik dengan selang frekuensi 6000-9600 Hz, pada pagi hari dan sore hari dengan durasi selama 1 jam. Untuk dapat melihat stomata, pengambilan dilakukan pada tempat perlakuan yaitu saat dilakukannya perlakuan pemberian musik pada tanaman selada. Parameter yang diukur selama masa pemeliharaan adalah lebar daun dan panjang daun yang diukur dua hari sekali, sedangkan pada akhir masa panen ditambahkan pengukuran berat tanaman.
4. Denah Tanaman Perlakuan
Gambar 4. Denah tanaman yang mengalami perlakuan.
Pada penelitian digunakan 2 speaker yang dipasang menggantung seperti pada Gambar 4, hal ini bertujuan supaya semua tanaman mendapat pemaparan musik yang sama dengan intensitas bunyi rata-rata diseluruh bedengan 70 – 73 db dan suhu dalam rumah Selada berkisar 28OC – 30OC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui perbandingan berat antara Selada yang mendapatkan perlakuan dan Selada yang tidak mendapatkan perlakuan. Selain itu pengukuran panjang dan lebar daun dilakukan 2 hari sekali. Hasil pengambilan data panjang dan lebar daun dapat dilihat pada gambar brikut :
Gambar 5. Pertumbuhan panjang daun Selada antara Selada perlakuan dan selada tanpa perlakuan selama 28 hari.
Dari Gambar 5 dapat dilihat pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan panjang daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dimana Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami penambahan panjang daun lebih pesat dibandingkan dengan Selada tanpa perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan terlihat penambahan panjangnya lebih tertinggal di bandingkan dengan tanaman selada perlakuan. Untuk panjang daun Selada perlakuan yaitu 111.1 ± 11.03mm dan panjang daun tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775mm.
Gambar 6. Pertumbuhan lebar daun Selada antara Selada perlakuan dan Selada tanpa perlakuan selama 28 hari.
penambahan panjang daun lebih cepat dibandingkan dengan lebar Selada tanpa perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan terlihat relatif stabil jauh tertinggal di banding dengan tanaman Selada perlakuan hingga saat hari panen. Hal ini hamper sama dengan pertumbuhan panjang Selada baik yang mendapatkan perlakuan dan tidak mendapatkan perlakuan. Untuk lebar daun Selada perlakuan yaitu 68.96 ± 8.929mm dan lebar daun tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284mm.
Berat Selada setelah dipanen dapat dapat dilihat pada gambar 7 :
Gambar 7. Berat hasil panen Selada Hijau perlakuan dan Selada Hijau tanpa perlakuan.
Gambar 7 menunjukan rata-rata berat sampel paling besar adalah tanaman Selada perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz yaitu dengan berat 125.59 gram sedangkan berat Selada tanpa perlakuan adalah 95.30 gram dengan umur panen masing-masing 28 hari. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan penggunaan teknologi AFF (Audio Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta) dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman Selada yang sangat signifikan di bandingkan dengan selada tanpa perlakuan.
Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan frekuensi 6000-9600 Hz memberikan peningkatan yang lebih baik di bandingkan dengan tanaman Selada tanpa perlakuan.
Contoh hasil analisis pembukaan stomata antara Selada perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz dan Selada tanpa perlakuan.
Gambar 8. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) perlakuan.
Gambar 9. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L)tanpa perlakuan.
Dari hasil pembukaan stomata pada gambar diatas terlihat jelas bahwa pada Gambar 8 terdapat 8 stomata dan pada Gambar 9 terdapat 7 stomata. Dari gambar stomata yang nampak pada gambar diatas terlihat jelas pada stomata Selada yang diberi perlakuan semuanya membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata Selada tanpa perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan teknologi AFF
(Audio Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung
Pengambilan sampel daun untuk melihat pembukaan stomata menggunakan Microskop Binokuler yang menunjukan skala 0 – 100 dan setiap 37 skala binokuler menunjukan 0.1 mm pada skala penggaris.
Gambar 10. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun perlakuan.
Pada Gambar 10 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah : Panjang x lebar stomata
(6) x (2) = 12 skala
(12 skala : 37) x 0.1 = 0.032 mm2
Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2
Gambar 11. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun tanpa perlakuan.
Pada Gambar 11 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah : Panjang x lebar stomata
(4) x (1) = 4 skala
(4 skala : 37) x 0.1 = 0.011 mm2
Dilihat dari Gambar 10 dan Gambar 11 tentang pembukaan stomata daun menunjukan gambar tersebut menggunakan pembesaran 40 kali pada daun. Jumlah stomata daun perlakuan ada 8 buah dan stomata daun tanpa perlakuan berjumlah 7 buah. Setelah dilakukan pengukuran pembukaan stomata daun didapatkan pada stomata daun perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2 sedangkan pada stomata daun tanpa perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2. Dari hasil pengukuran tersebut nampak jelas bahwa stomata daun perlakuan membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata daun tanpa perlakuan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditrik dari hasil penelitian ini antara lain adalah :
Selada Hijau yang mendapatkan perlakuan frekuensi 6000-9600 Hz memiliki panjang lebar daun dan berat hasil panen yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Selada tanpa perlakuan. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan berat hasil panen Selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan 125.59 gram dan hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen Selada tanpa perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30 gram.
Dari pengukuran panjang dan lebar stomata daun, pembukaan stomata pada daun yang mendapatkan perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata daun tanpa perlakuan adalah 0.011 mm2.
Dengan menggunakan teknologi AFF yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata) membuka lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Dengan memanfaatkan teknologi AFF dapat mempersingkat umur panen tanaman Selada Hijau dari normalnya para petani selama 35 hari menjadi 28 hari.
Referensi Gelombang Akustik Pada Pemupukan Daun Melalui Perlakuan Variasi Peak Frekuensi, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, UNY.
[5] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the sound characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on those properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.
Pada Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-0922.
[7] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin Pertanian dan Peternakan.Vol.6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.
[8] Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Pengaruh Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi Hijau