• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 322012003 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 322012003 BAB III"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang di dapat baik dari lembaga formal maupun informal, dalam membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapakan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan.

(2)

Dalam upaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan peningkatan kemampuan dan kehandalan sumber daya manusia. Untuk itu dibutuhkan peningkatan pembinaan pendidikan dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang selaras, serasi dan seimbang antara kepentingan pribadi dan masyarakat, kehidupan jasmani dan rohani. Suatu kenyataan objektif, bahwa sebagian besar dari masyarakat Indonesia menuntut pelaksanaan pengembangan ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau seni yang dijiwai nilai-nilai Kristiani. Tuntutan tersebut tidak bisa dihindarkan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka kehadiran Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri yang mengembangkan ilmu-ilmu teologi secara terpadu dengan ilmu-ilmu lain merupakan keniscayaan.

(3)

Dengan demikian pendirian dan penyelenggaraan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) di satu pihak merupakan wujud ketaatan dan kesetiaan kepada falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta dilain pihak nmerupakan wujud ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri sebagai Perguruan Tinggi Agama Kristen yang diselenggarakan Departemen Agama, mengemban tugas dan tanggung jawab dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia sesuai tuntutan dan kebutuhan pembangunan di Indonesia pada umumnya, khususnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat Kristen dan gereja-gereja di Indonesia.

Terbentuknya Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri mempunyai dasar hukum yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi.

(4)

2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.

5. Peraturan Pemerintah Nomor.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

6. Peraturan Pemerintah Nomor.55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

7. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri.

8. Peraturan Presiden Nomor.50 Tahun 2008 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Agama Republik Indonesia.

9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementrian Agama.

10.Keputusan Menteri Agama Nomor 180 tahun 1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Teologi Jurusan Teologi/Kependetaan dan Jurusan Pendidikan Agama Kristen (PAK).

(5)

dan/atau dari Jabatan pada Perguruan Tinggi Agama Negeri di Lingkungan Departemen Agama.

12.Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum.

13.Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Agama Nomor 83 Tahun 1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Ambon.

14.Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama.

Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri berdasarkan struktur kelembagaan di pimpin oleh seorang Ketua. Ketua adalah pembantu Menteri dalam penyelenggaraan Tri Darma Perguruan Tinggi. Ketua adalah pemimpin dan penanggungjawab utama pada Sekolah Tinggi, Ketua juga bertanggung jawab atas tercapainya visi dan tujuan Sekolah Tinggi, tercapainya standar mutu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam rangka melaksanakan tugas, Ketua dibantu oleh tiga orang Pembantu Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua.

(6)

memimpin pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pembantu Ketua Bidang Administrasi Umum yang selanjutnya disebut Pembantu Ketua II yang mempunyai tugas membantu Ketua dalam memimpin pelaksanaan kegiatan keuangan, kepegawaian/ketenagaan dan administrasi umum. Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan yang selanjutnya disebut Pembantu Ketua III yang mempunyai tugas membantu Ketua dalam memimpin pelaksanaan di bidang pembinaan dan pelayanan mahasiswa. Selain Ketua dan Pembantu Ketua yang merupakan bagian dari struktur organisasi kelembagaan, Senat Perguruan Tinggi juga merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di Sekolah Tinggi. Senat mempunyai tanggung jawab untuk mempertahankan dan meningkatkan standar mutu di bidang akademik Sekolah Tinggi.

(7)

akademika. Merumuskan norma dan tolak ukur penyelenggaraan perguruan tinggi, memberikan pertimbangan dan persetujuan atas Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah Tinggi yang diajukan oleh Ketua. Memberikan pertimbangan atas calon Ketua yang diajukan Menteri untuk diangkat menjadi Ketua, menilai pertanggungjawaban Ketua atas pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.

Senat terdiri atas Guru Besar, Ketua dan para Pembantu Ketua, Ketua Jurusan, wakil Dosen dan unsur lain yang ditetapkan senat. Anggota Senat dari unsur lain adalah individu yang mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan mutu Sekolah Tinggi di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Selain Senat yang merupakan bagian dari struktur Sekolah Tinggi, Jurusan adalah unsur pelaksana akademik Sekolah Tinggi yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Sekolah Tinggi yang menjadi tanggung jawab Ketua. Jurusan dipimpin oleh Ketua Jurusan yang diangkat dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua, dan dalam melaksanakan tugas, Ketua Jurusan dibantu oleh seorang sekretaris.

(8)

Gerejawi (Muger). Masing-masing Jurusan dipimpin oleh Ketua Jurusan dan dibantu oleh seorang sekretaris jurusan yang bertugas mengurus administrasi jurusan. Tugas dan tanggung jawab jurusan adalah menghasilkan lulusan yang bermutu dan berdaya saing tinggi dalam salah satu bidang atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan.

(9)

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan kerja di lingkungan Sekolah Tinggi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara hierarkhi baik di lingkungan masing-masing maupun antar kerja, serta dengan isntansi lain di luar Sekolah Tinggi sesuai dengan tugas masing-masing. Setiap pimpinan satuan kerja di lingkungan Sekolah Tinggi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. Setiap pimpinan satuan kerja di lingkungan Sekolah Tinggi wajib mengembangkan tugas dan fungsinya berdasarkan visi, misi, dan kebijakan Sekolah Tinggi serta mengikuti dan mematuhi petunjuk kerja pimpinan satuan organisasi di atasnya.

Sekolah Tinggi menerapkan prinsip manajemen berbasis kinerja dan tata kelola perguruan tinggi yang baik. Penerapan manajemen berbasis kinerja sebagaimana dimaksud meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelaporan, tata kelola bercirikan partisipatori, berorientasi pada akuntabilitas, transparansi, responsif terhadap kebutuhan masyarakat di masa kini dan masa datang, efektif, efisien dan sesuai ketentuan perundang-undangan.

(10)

adalah satuan pelaksana administrasi Sekolah Tinggi dibidang pelayanan teknis dan administrasi akademik, administrasi kemahasiswaan, dan administrasi umum. Bagian Administrasi dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Ketua. Bagian Administrasi mempunyai tugas menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang administrasi akademik, kemahasiswaan, kepegawaian, keuangan dan umum. Bagian Administrasi terdir atas :

a. Subbagian Akademik dan Kemahasiswaan b. Subbagian kepegawaian dan Keuangan dan, c. Subbagian Umum

Subbagian Akademik dan Kemahasiswaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program kerja, rencana dan program, registrasi dan herregistrasi mahasiswa, administrasi pendidikan dan pengajaran, administrasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan pelaporan.

(11)

kinerja. Subbagian Umum mempuyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program kerja, melakukan pengelolaan keuangan, perlengkapan dan barang milik negara, kerumahtanggaan, hukum dan hubungan masyarakat, organisasi dan tatalaksana ketatausahaan, data dan informasi serta pelaporan.

Unsur penunjang Akademik adalah unsur penunjang pada Sekolah tinggi yang merupakan perangkat pelengkap di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat di luar jurusan. Unsur penunjang Akademik terdiri atas unit Perpustakaan, Unit Komputer, Unit Laboratorium/studio dan Unit Penjaminan Mutu Pendidikan.

Sekolah Tinggi menerapkan prinsip manajemen berbasis kinerja dan tata kelola perguruan tinggi yang baik. Penerapan manajenem berbasis kinerja sebagaimana dimaksud bercirikan partisipatori, berorientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif terhadap kebutuhan masyarakat di masa kini dan masa datang, efektif, efisien dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(12)

kebebasan akademik yang memungkinkan sivitas akademika menyampaikan pikiran dan pendapat di kampus Sekolah Tinggi sesuai dengan norma keilmuan dan kaidah kristiani. Ketua menjamin dan mengupayakan agar sivitas akademika dapat melaksanakan kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya secara mandiri sesuai dengan aspirasi pribadi dan dilandasi oleh norma keilmuan dan kaidah kristiani.

Dalam melaksanakan kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik sivitas akademik harus mengupayakan agar kegiatan dan hasilnya dapat meningkatkan pelaksanaan kegiatan akademik Sekolah Tinggi. Dalam melaksanakan kebebasan akademik, sivitas akademika bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan dan hasilnya sesuai dengan norma keilmuan dan kaidah kristiani.

Integritas akademik merupakan kejujuran, keterbukaan dan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh sivitas akademika Sekolah Tinggi dalam melaksanakan kegiatan akademik. Integritas akademik merupakan prinsip dasar yang harus menjadi acuan bagi seluruh kegiatan akademik di Sekolah Tinggi.

(13)

dan melaksankan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaaraan pendidikan dan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis Sekolah tinggi. Tenaga kependidikan Sekolah Tinggi terdiri atas :

a. Tenaga penunjang akademik dengan tugas utama membantu pelaksanaan kegiatan akademik.

b. Tenaga administrasi dengan tugas utama menyelenggarakan pelayanan teknis administratif.

(14)

Pegawai Negeri Sipil maupun dosen kontrak Sekolah Tinggi. Dosen luar biasa adalah dosen yang bukan tenaga tetap di Sekolah Tinggi. Dosen tamu adalah mereka yang diundang dan diangkat untuk menjadi dosen di Sekolah Tinggi selama jangka waktu tertentu.

(15)

1.1

STRUKTUR LEMBAGA

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI AMBON

K E T U A

PEMBANTU KETUA I PEMBANTU KETUA II SENAT STAKPN PEMBANTU KETUA III

(16)

Skema pengklasifikasian peraturan STAKPN

No Peraturan Kepastian

Hukum Transparansi Berkeadilan Efektif&Efisien Akuntabilitas

Tidak Menyalahgunakan

Wewenang

1 STATUTA

a. Dosen

b. Pegawai

c. Mahasis wa dan Alumni -Psl.2:1-15 Tentang dasar hukum pembentukan STATUTA STAKPN -Psl.3 STAKPN sebagai dasar tuntunan & pedoman sivitas akademika.

-Psl.4

Meliputi aturan penyelenggaraan Tri Darma perguruan tinnggi. c.-Psl.97 Persyaratan menjadi mahasiswa berdasarkan persyaratan dan ditetapkan dengan SK ketua. -Psl.5:1-14 Penjelasan tentang struktur civitas akademika. -Psl.6 -Psl.7 -Psl.8

Ke tiga pasal tersebut mengatur tentang visi,misi dan tujuan penyelenggaraan STAKPN -Psl 20 Susunan organisasi kelembagaan. -Psl.51

Evaluasi kinerja bawahan berdasarkan prestasi kerja, pengambilan keputusan dan pembinaan karier pegawai.

-Psl.51 Laporan hasil kerja oleh Pimpinan satuan kerja kepada Ketua.

-Psl.53 Prinsip

manajemen dan Akuntabilitas

-Psl.54 Penjabaran tujuan- tujuan program kerja oleh Ketua di depan Senat.

-Psl.55

Laporan semester, -Psl.48 Setiap pimpinan satuan kerja wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi. -Psl49 Tanggungjawab pimpinan satuan kerja dalam pembagian tugas dan tanggungjawab bagi bawahannya. -Psl.62 persyaratan calon Pembantu Ketua. -Psl 63

Masa jabatan Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan.

-Psl.87 Pemberlakuan sanksi yang adil bagi warga kampus yang melakukan pelanggaran tanpa terkecuali. a. -Psl.94 Dosen dan tenaga kependidikan diberi kesempatan yang sama untuk membina&meng embangkan karier. c.-Psl.98 Hak sebagai mahasiswa dalam kebebasan akademik. -Psl.21 Tanggung jawab Ketua dan Pembantu Ketua dalam penyelenggaraan Sekolah Tinggi. -Psl 22 Penjelasan Tugas dan wewenang Pembantua Ketua. -Psl 23 Kedudukan Senat sebagai perwakilan tertinggi pada Sekolah Tinggi. -Psl 24 -Psl.25 -Psl.26 Pembagian jurusan dalam Sekolah Tinggi, jurusan merupakan unsur pelaksana akademik Sekolah Tinggi. -Psl.30 Peningkatan mutu jurusan melalui pembentukan tim akademik. -Psl.31 Fasilitas penunjang pendidikan -Psl.70 Kurikulum dan Pengembangan Program Studi.

c. – Psl 73 Pengaturan tentang

-Psl.17 -Psl.18 Kedudukan tugas dan fungsi serta pertanggungjawab an. -Psl.27 Jurusan dipimpin oleh Ketua Jurusan dan bertanggungjawab kepada Ketua. -Psl 33 Tugas dan fungsi Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. -Psl.37 Bagian Administrasi yang merupakan satuan pelaksanaan administrasi Sekolah Tinggi. -Psl 50 Kewajiban pimpinan satuan kerja dalam mengembangkan tugas dan fungsinya serta bertanggungjawab pada Ketua. -Psl.53 Prinsip Manajemen dan Akuntabilitas - Psl.79 Pengembangan Tridarma Perguruan Tinggi

c. –Psl.82 Penjaminan Mutu

-Psl.45 Unit Penjaminan Mutu pendidikan yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Ketua.

-Psl.46

Kewenangan Ketua dalam membentuk lembaga nonstruktural. -Psl.56 Penetapan standar kinerja pejabat Sekolah Tinggi. -Psl.58 -Psl.59 Psl.60 Pengangkatan, Pemberhentian dan Masa Jabatan Ketua dan Pembantu Ketua.

-Psl.66 Pengangkatan, pemberhentian dan Masa jabatan Kepala Unit.

-Psl.84

Otonomi Keiluman yang berpedoman pada norma keilmuan yang harus ditaati oleh civitas akademika.

-Psl.85

Integritas Akademik berdasarkan tanggung jawab oleh sivitas akademik

(17)

2. Peraturan Akademik

-Psl.1

Hakekat STAKPN

-Psl.6

Struktur sistem kredit yang merupakan penyelenggaraan pendidikan dimana beban kerja tenaga pengajar dan beban

penyelenggaraan program lembaga pendidikan dinyatakan dalam kredit.

tahunan dan akhir masa jabatan kepada Menteri melalui DIRJEN setelah

mendapatkan penilaian Senat.

-Psl.61

Persyaratan dan

tata cara

pemberian pertimbangan calon Ketua dan PK c. -Psl.72 Persyaratan penerimaan mahasiswa baru. c. -Psl.81 Evaluasi hasil belajar mahasiswa. -Psl.83 Kebebasan mimbar akademik berlaku bagi seluruh sivitas akademika.

-Psl.105 Biaya

Penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah Tinggi. -Psl.12 Tata cara penerimaan mahasiswa baru. -Psl.27 Prosedur penilaian mahasiswa selama satu semester. -Psl.29 Evaluasi Keberhasilan studi akhir semester. -Psl.41 -Psl.42

Seminar Proposal dan persyaratan

-Psl.24 Penasehat Akademik sebagai pembimbing bagi mahasiswa dalam penyusunan rencana studi. -Psl.35

Perbaikan nilai oleh mahasiswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata. -Psl.64 Sanksi adalah tindakan akademis dan/atau administrasi yang pemberlakuan Kalender Akademik.

- Psl.74 Sistem Perkuliahan

(18)

3. Surat Keput usan (SK) tentan g Pembentu kan Tim Pemeriksa Terhadap pelanggara n Disiplin PNS STAKPN.

Bahwa untuk menerapkan disiplin PNS sesuai PP.No53 tahun 2010, dianggap perlu membentuk tim pemeriksa terhadap PNS yang melakukan pelanggaran. seminar proposal. -Psl.47 -Psl.48

Persyaratan ujian Skripsi.

-Psl.58

Persyaratan untuk menjadi dosen

(19)

B.Temuan Data

1. Peraturan-Peraturan pada Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN).

Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mengukur bagaimana suatu negara dapat dikatakan berkembang, maju atau bahkan yang tertinggal degan negara-negara lainnya. Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan daya saing sumber daya mausia yang ada di dalamnya yang dapat memberikan dampak positif. Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan yang digunakan sebagai tolak ukur bagaimana kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.

(20)

ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia. Disamping itu dalam rangka menghadapi perkembangan dunia yang makin mengutamakan basis ilmu pengetahuan, pendidikan tinggi diharapkan mampu menjalankan peran startegi dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan manusia.

Adapun salah satu konsep yang saat ini sedang menjadi mainstream dalam penyelenggaraan perguruan tinggi adalah konsep good university

governance. Konsep ini sebenarnya merupakan turunan dari konsep tata

kepemerintahan yang lebih umum, yaitu good governance. Good University

Governance dapat dipahami sebagai struktur, sistem dan proses yang

digunakan oleh organ-organ universitas secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Penerpan Good University Governance meliputi ke tujuh prinsip yang terdapat dalam asas umum pemerintahan yang baik dalam hal ini terkait pada bidang pendidikan yaitu :

1. Kepastian Hukum

Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada hukum atau peraturan yang di tegakan dalam penyelenggaraannya.

2. Transparansi

(21)

institusi. Proses partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholders dalam mengakses suatu informasi.

3. Berkeadilan

Seluruh prinsip-prinsip yang terdapat pada sebuah perguruan tinggi dapat terwujud apabila ada satu kesepahaman persamaan derajat (equity) setiap entitas stakeholder. Artinya paradigma yang digunakan bukanlah hierarkikal atau mengutamakan kepentingan suatu kelompok tertentu, melainkan paradigma yang digunakan adalah persamaan derajat dan adanya pemahaman bersama bahwa perbedaan antar stakeholder sebenarnya terletak pada peranan, tanggung jawab, dan amanat yang diemban. Dengan begitu akan tercipta rasa saling menghargai dan menghormati antar stakeholder, mengingat penyelenggaraan PTN tidak akan berjalan dengan baik apabila salah satu dari peran masing-masing stakeholder tidak berfungsi.

4. Efektif dan Efisien

Efektifitas dan efisiensi. Output dari seluruh proses penyelenggaraan atau program-program yang digariskan harus tepat sasaran (efektif) atau sesuai dengan kebutuhan dan harapan

(22)

fungsi-fungsi pendidikan, khususnya dalam hal peningkatan mutu akademik dan riset. Selain itu, penyelenggaraan PTN juga harus efisien dalam pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya.

5. Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab masing-masing stakeholder. Hal ini harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri seluruh stakeholder bahwa mereka memiliki kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan PTN. 6. Akuntabilitas

Institusi PTN harus mampu mempertanggungjawabkan seluruh

rangkaian proses penyelenggaraan PTN terhadap seluruh stakeholders,

baik internal maupun eksternal.

7. Tidak Menyalahgunakan Wewenang

Independensi menjadi salah satu agenda reformasi perguruan tinggi di Indonesia pada dasawarsa terakhir. Hal ini telah disebutkan dalam agenda HELTS tahun 2003- tahun 2010, dimana salah satu pilarnya adalah otonomi dan telah disikapi oleh berbagai PTN dengan memasukan agenda otonomi ke dalam rencana strateginya.

(23)

lembaga, maka tuntutan untuk memiliki tata kelola yang baik semakin kuat. Dengan tata kelola yang baik diharapkan perguruan tinggi dapat meningkatkan citranya kepada publik yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepercayaan dan partisipasi publik terhadap peran perguruan tinggi.

Penerapan tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan perguruan tinggi tidak lepas dari masalah akuntabilitas, program dan kegiatan yang direncanakan, dijalankan serta indikator-indikator penilaian kinerjanya. Isu akuntabilitas perguruan tinggi dewasa ini mendapat perhatian semakin serius dengan adanya tuntutan masyarakat akan pendidikan yang bermutu. Bahkan resonansinya semakin keras, sekeras tuntutaan reformasi di segala bidang. Ini membuktikan bahwa kecendrungan masyarakat pada masa kini, berbeda dengan masa lalu. Bila di masa lalu masyrakat cenderung menerima apapun yang diberikan oleh pendidikan, maka sekarang mereka tidak dengan mudah menerima apa yang diberikan oleh pendidikan.

(24)

Dalam dunia pendidikan Tinggi karakteristik good governance mengidealkan berlakunya UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang memiliki prinsip yaitu otonomi, partisipasi, akuntabel, transparansi, responsif dan keadilan sebagai wujud terlaksananya good university

governance STAKPN. UU No.12 Tahun 2012 pasal 62 ayat 1 menjelaskan

bahwa Perguruan Tinggi memiliki otonomi dalam mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan tridarma Perguruan Tinggi. Otonomi kelembagaan STAKPN salah satunya diwujudkan melaui peraturan sebagai salah satu dasar atau acuan sistem pendidikan yaitu:

1. STATUTA

2. Peraturan Akademik

3. Surat Keputusan tentang Tim Pemeriksa Tindakan Disiplin Pegawai Nomor: Stk.02/KP.04.1/SK/06/2011

b. Keterkaitan Stakeholder Dalam Penyusunan Peraturan Pada STAKPN Ambon

(25)

dalam hal ini Ketua STAKPN yang mempunyai tanggung jawab penuh.

1. STATUTA : Anggota Senat Sekolah Tinggi..

2. Peraturan Akademik : Anggota Senat Sekolah Tinggi, Pembentukan Tim penyusunan Peraturan Akademik yang di ketuai oleh Ketua Sekolah Tinggi.

(26)

1.2

PERATURAN INTERNAL

PERATURAN INTERNAL

PERATURAN AKADEMIK

SENAT STAKPN

SURAT KEPUTUSAN DISIPLIN PEGAWAI

TIM PEMERIKSA STATUTA

SENAT STAKPN

PEMBAGIAN KERJA (JOB DESCRIPTION)

SUB BAGIAN AKADEMIK KEMAHASISWAAN

SUB BAGIAN KEUANGAN DAN

(27)

2. Analisis Peraturan Berdasarkan Prinsip Good University Governance.

Otonomi kelembagaan STAKPN salah satunya diwujudkan melalui peraturan-peraturan sebagai dasar atau acuan sistem pendidikan yang mengatur tentang STATUTA Sekolah Tinggi STAKPN berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 188 Tahun 2009, Peraturan Akademik Nomor : Stk.02/PP.009/SK.75a/2010 dan Surat Keputusan (SK) Nomor : Stk.02/KP.04.1/SK/06/2013 tentang Pembentukan Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin PNS STAKPN Tahun 2013.

a. Kepastian Hukum

(28)

tuntunan dan pedoman civitas akademika. Dalam proses penyelenggaraan pendidikan tinggi STAKPN, STATUTA menjadi acuan penyelenggaraan Tri Darma perguruan tinggi. Prinsip kepastian hukum yang merupakan salah satu prinsip good university

governance pada STATUA STAKPN termuat dalam pasal 12 ayat 1

sampai 15 yang mengatur tentang dasar hukum pembentukan STATUTA, pasal 3 sebagai dasar tuntunan dan pedoman sivitas akademika dan tenaga kependidikan STAKPN dalam pelaksanaan tugas dan fungsi serta meliputi aturan penyelenggaraan Tri Darma perguruan tinggi. Kepastian hukum merupakan landasan terbentukanya STATUTA sebagai lembaga pendidikan Departemen Agama yang diatur oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Sehingga jelas pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan pada STAKPN. Menurut penulis STATUTA memuat prinsip kepastian hukum berdasarkan pada penjabaran pasal-pasal yang telah diuraikan sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan penjabaran pasal-pasal yang meliputi prinsip kepastian hukum dianggap sesuai dan berdasar pada prinsip tersebut yang menjadi landasan hukum. b) Transparansi dalam pelaksanaan Pendidikan Tinggi harus dapat

(29)
(30)

evaluasi kinerja bawahan berdasarkan prestasi kerja, diwujudkan dalam penilaian kinerja pegawai melalui DP3 atau daftar penilaian prestasi pegawai. Pasal 54 terkait dengan penjabaran program kerja Ketua STAKPN. Berdasarkan penjabaran pasal-pasal dapat memenuhi prinsip transparansi dalam STATUTA pendidikan tinggi.

(31)
(32)

jawab, memimpin, mengkordinasikan bawahannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Pengaturan tentang pembagian kerja telah diatur dalam STATUTA Sekolah Tinggi yang dijelaskan secara jelas tentang tugas, fungsi dan tanggung jawab dari pimpinan satuan kerja kepada bawahannya. Berdasarkan pada penjabaran pasal-pasal dalam prinsip akuntabilitas, menurut penulis termasuk dalam prinsip akuntabilitas pendidikan tinggi. Pasal-pasal yang terdapat pada prinsip berkeadilan sesuai dan berdasar pada penerapan pasal-pasal tersebut dalam lembaga pendidikan tinggi. d) Tidak Menyalahgunakan wewenang, pertanggungjawaban

(33)

termuat dalam penjabaran pasal-pasal yaitu 45 tentang unit penjaminan mutu pendidikan yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Ketua, pasal 46 yang mengatur tentang kewenangan Ketua dalam membentuk lembaga nonstruktural, pasal 56 tentang penetapan standar kinerja pejabat Sekolah Tinggi, pasal 58, 59 dan 60 yang mengatur tentang pengangkatan, pemberhentian dan masa jabatan Ketua dan Pembantu Ketua, serta pengaturan tentang masa jabatan yang dimilki oleh kepala-kepala unit kelembagaan.Integritas akademik berdasarkan tanggung jawab civitas akademik. Berdasarkan penjabaran pasal-pasal yang terdapat dalam prinsip tidak menyalahgunakan wewenang, menurut penulis sangat efektif dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi.

(34)

tentang Guru dan Dosen, PP No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Surat Keputusan tersebut bersifat transparansi, berkeadilan bahwa peraturan tersebut berlaku untuk seluruh PNS di lingkup STAKPN. Menurut penulis SK tentang Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil STAKPN berdasar pada prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan yang baik, dan bertujuan dalam peningkatan kualits lembaga salah satunya yaitu tentang penerapan disiplin pegawai sebagai salah satu unsur penunjang penyelenggaraan pendidikan.

(35)

a) Kepastian Hukum

Peraturan Akademik merupakan kebutuhan vital untuk meningkatkan kinerja dan sekaligus menegakan disiplin etik moral di kalangan tenaga pengajar, mahasiswa, penunjang akademik dan tenaga administrasi sebagai penyelenggara kegiatan operasional yang substansial di lingkup STAKPN. Oleh karena itu Peraturan Akademik berdasarkan kepastian hukum terdapat pada pasal 1 yang mengatur tentang Hakekat, visi dan misi, tujuan, sasaran dan fungsi STAKPN dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. Pasal 6 yang mengatur tentang Sistem Kredit Semester (SKS) yang merupakan acuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi mahasiswa, besarnya pengakuan atas keberhasilan suatu usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, serta besarnya usaha untuk menyelenggarakan pendidikan bagi perguruan tinggi. Oleh karena itu pasal-pasal yang terdapat pada pengklasifikasian berdasarkan kepastian hukum, menurut pendapat penulis sangatlah baik dan efektif dalam penyelenggaraan perguruan tinggi.

(36)

suatu kepanitiaan melalui keputusan Ketua. Pasal 27 tentang prosedur penialaian mahasiswa selama satu semester yang dikategorikan berdasarkan kategori penilaian.Pasal 29 tentang evaluasi keberhasilan studi akhir semester untuk menilai sejauh mana mahasiswa telah berhasil menyelesaikan beban semester kini dan menetapkan beban semester berikutnya yang boleh diambil. Pasal 41 dan 42 tentang Seminar Proposal dan persyaratan mengajukan seminar proposal, pasal 47 dan 48 tentang persyaratan ujian skripsi dan pasal 58 tentang persyaratan untuk menjadi Dosen. Pasal-pasal yang menjadi bagian dari prinsip transparansi dalam Peraturan Akademik menurut penulis efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan aktifitas akademika STAKPN.

(37)

d) Efektif dan Efisien yang mencakup sarana pendidikan dan pemanfaatannya yang terdapat pada pasal 38. Mahasiswa mempunyai hak yang sama dalam pemanfaatan sarana pendidikan demi menunjang proses belajar mengajar. Menurut penulis, bahwa proses belajar mengajar sangatlah baik apabila ditunjang dengan sarana prasarana yang telah diatur dalam Peraturan Akademik.

Pendidikan Tinggi sebagai lembaga penyelenggaraan pendidikan yang memiliki otonomi dalam kemajuan lembaga, terwujud pada pembentukan peraturan kelembagaan STAKPN. Berdasarkan UU No.12 Tahun 2012 yang menjadi acuan terselenggaranya Pendidikan Tinggi, serta prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi terwujudnya Good University

Governance. Mekanisme penyusunan peraturan Pendidikan Tinggi STAKPN

(38)

merupakan peraturan tertinggi yang ada pada lembaga Pendidikan Tinggi yang mengatur tentang struktur kelembagaan, tugas dan tanggung jawab Ketua beserta sub bagian penunjang penyelenggaraan civitas akademika. STATUTA merupakan aturan dasar Pendidikan Tinggi dalam melaksanakan Tridarma Pendidikan yang merupakan acuan pengembangan dan menyelenggarakan kegiatan fungsional, pengembangan peraturan umum, peraturan akademik, dan prosedur operasional yang berlaku dalam lembaga Pendidikan Tinggi. STATUTA Pendidikan Tinggi mencakup prinsip keadilan, transparansi, akuntabilitas, penjaminan mutu serta efektif dan efisien sehingga dari prinsip-prinsip tersebut penyusunan STATUTA Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan berpedoman pada prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan tinggi. Peraturan dan ketentuan yang ada merupakan wujud implementasi pertanggungjawaban tugas dan fungsi dari masing-masing pejabat dalam meningkatkan kinerja kerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi. Pengaturan tentang pengelolaan lembaga beserta unsur-unsur penunjang penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu aturan tersebut dalam proses pelaksanaanya berdasarkan pada prinsip good

university governance sebagai pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan

(39)

STAKPN merupakan aturan-aturan yang berdasarkan pada prinsip good

university governance.

a. Analisis Hubungan Stakeholder Dalam Penyusunan Peraturan STAKPN Ambon.

Perkataan stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha, terdiri atas dua kata ; stake dan holder. Stake berarti to give support to :

holder berarti pemegang. Jadi stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai

orang yang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan.

Definisi lain dari stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan. Orang per orang atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apa pun terhadap sebuah obyek disebut stakeholder. Pendidikan adalah sebuah sistem yang mendukung murid mencapai tujuan-tujuannya melalui pengajaran dan penanaman elemen afektif, kognitif dan psikomotorik secara terencana dalam jangka panjang.

R. Edward Freeman menjelaskan: Stakeholders sebagai

(40)

Stakeholders merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan ataupun parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap suatu instansi. Individu, kelompok atau komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memilki karakteristik yaitu kekuasaan, legitimasi serta kepentingan terhadap suatu instansi. Demikian halnya dengan STAKPN dimana peraturan-peraturan yang terdapat pada instansi tersebut, dalam proses perencanaan maupun penyusunan tidak terlepas dari pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penyusunan berbagai aturan-aturan.

Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) sebagai Perguruan Tinggi Agama Kristen yang diselenggarakan Departmen Agama, mengemban tugas dan tanggung jawab dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia sesuai tuntutan dan kebutuhan pembangunan di Indonesia pada umumnya, khususnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat Kristen dan gereja-gereja di Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang diperoleh Peraturan-Perturan yang berlaku pada STAKPN melibatkan stakeholder dalam lingkup intern yang meliputi seluruh anggota Senat fakultas dalam proses penyusunan peraturan-peraturan.

(41)

a. STATUTA merupakan pedoman dasar berdirinya suatu Pendidikan Tinggi, merupakan tata uturan tugas dan fungsi suatu Pendidikan Tinggi, pengaturan tentang organisasi-organisai yang ada di dalamnya, bagaimana tugas dan tanggung jawab dari civitas akademika yang ada di dalamnya sehingga peraturan tersebut melibatkan tim yang dibentuk dan meliputi seluruh anggota senat perguruan tinggi dalam proses penyusunannya.

b. Job description merupakan bentuk uraian tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada masing-masing pegawai, sehingga tugas dan tanggung jawabnya jelas, Dalam Penyusunan Job Descripion meliputi masing-masing kepala Sub Bagian (Kasubag) sehingga pembagian job dapat dilaksanakan terarah dan dipertanggung jawabkan.

(42)

semua komponen kampus sebagai dosen, mahasiswa maupun pegawai administrasi agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai tugas dan fungsi masing-masing komponen. Peraturan Akademik memberikan informasi dan penjelasan penting kepada mahasiswa tentang aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan STAKPN Ambon. Dengan demikian diharapkan civitas STAKPN Ambon dapat membaca dan memahami sekaligus dapat bertindak sesuai tugas masing-masing dengan berpedoman pada Peraturan Akademik. Penyusunan Peraturan Akademik tersebut berdasarkan Surat Keputusan (SK) Ketua STAKPN dalam penunjukan tim kerja Penyusunan Peraturan tersebut.

(43)

Dengan demikian Partisipasi stakeholder Pendidikan Tinggi dalam penyusunan peraturan STAKPN memberikan kemajuan dan peningkatan mutu lembaga, karena stakeholder merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dalam penyelenggaraan Pendidikan Tinggi STAKPN. Partisipasi

stakeholder menjadi penunjang penyelenggaraan pendidikan. Stakeholder

sebagai bagian dalam penyusunan peraturan STAKPN merupakan tugas dan wewenang serta tanggung jawab dari masing-masing stakeholder yang berkepentingan dalam perencanaan serta pembuatannya.

Akuntabiltas dan transparansi merupakan salah satu prinsip yang menjadi acuan bagaimana suatu peraturan dilaksanakan, namun juga tidak mengesampingkan prinsip-prinsip yang ada dalam keterkaitannya dengan peraturan STAKPN. Semua prinsip yang termuat dalam peraturan menegaskan bahwa pentingnya prinsip yang mendasari pembuatan peraturan STAKPN guna untuk mewujudkan Good University Governance. Namun dalam analisis yang diperoleh bahwa konsep akuntabilitas dan transparansi dalam proses terselenggaranya pendidikan tinggi untuk mewujudkan Good

University Governance yang baik sangat berpengaruh pada kedua konsep

(44)

dari pihak penerima. Konsep akuntabilitas dalam pelaksanaan pendidikan tinggi STAKPN dimana tugas dan tanngungjawab yang di emban dari masing-masing stakeholder mampu di pertanggungjawabakan. Berdasarkan konsep akuntabilitas yang terbagi dalam tiga bagian yaitu akuntabilitas administratif, akuntabilitas profesional dan akuntabilitas moral, mencakup proses pelaksanaan tugas dan fungsi stakeholder, dimana akuntabilitas bukan hanya sekedar pertanggungjawaban atas tugas dan tanggungjawab yang diterima melainkan akuntabilitas administratif dalam lembaga pendidikan, pertanggungjawaban antara pimpinan dan unit bawahannya dalam tugas dan fungsi. Akuntabilitas profesional merupakan pelaksanaan kinerja yang yang berkualitas dari stakeholder, karena kinerja yang profesional dapat menghasilkan hasil yang maksimal bagi perguruan tinggi STAKPN.Akuntabilitas dan kinerja yang diperoleh dihasilkan oleh moral yang baik dari pelaksana tanggungjawab atau stakeholder, oleh karena itu akuntabilitas bukan hanya terkait dengan pertanggungjawaban melainkan moral serta kinerja dari stakeholder yang dapat mewujudkan Good

University Governance pada perguruan tinggi STAKPN.

(45)

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Unit, Kepala Subbagian, para Kepala Satuan Pelaksana, Ketua Sub Kelompok Jabatan Fungsional dan Pegawai pada Unit Pengelola Rumah Potong Hewan wajib melaksanakan

(4) Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku PA mendelegasikan kewenangan menunjuk pejabat Kuasa PA dan pejabat pejabat sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) huruf a, b dan c kepada

Standar Audit ini mengatur mengenai kegiatan audit intern yang dapat dilakukan oleh auditor dan pimpinan APIP sesuai dengan mandat serta kedudukan, tugas, dan fungsi

Namun demikian, capaian kinerja STIMA IMMI adalah karya seluruh pimpinan unit satuan kerja, seluruh ketua program studi, para dosen, tenaga kependidikan, ribuan

Kepala Unit, Kepala Subbagian Tata Usaha, para Kepala Satuan Pelaksana dan Ketua Subkelompok Jabatan Fungsional pada UPPD wajib melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan

Ketatalaksanan internal SKPD/ Lembaga Bidang Cipta Karya sudah diatur dalam Tugas Pokok dan Fungsi serta uraian tugas masing-masing SKPD/Lembaga sesuai Peraturan

Ketatalaksanan internal SKPD/ Lembaga Bidang Cipta Karya sudah diatur dalam Tugas Pokok dan Fungsi serta uraian tugas masing-masing SKPD/Lembaga sesuai Peraturan Daerah

Setiap pimpinan satuan organisasi pada Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahan