• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

i

NASKAH PUBLIKASI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI

BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN

KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

Disusun Guna Mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Geografi

Disusun Oleh : ADE UCI WINARNI

A 610 090 088

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

iii

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI

BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN

KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

ADE UCI WINARNI A 610090088 , Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah Surakarta , 2013

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Banjir di wilayah Gandekan terjadi karena faktor alam dan faktor manusia, faktor alam berupa limpasan air Sungai Pepe, dan faktor manusia disebabkan oleh aktivitas kependudukan dan sampah rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui kesiapsiagaan masyarakat di Kelurahan Gandekan dalam mengurangi resiko bencana banjir, (2) juga ingin mengetahui pengetahuan masyarakat di Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir, dan (3) mengetahui kesadaran masyarakat di Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan resiko bencana banjir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara dengan informan, observasi, dan studi dokumen. Pada penelitian kualitatif ini peneliti menentukan responden lebih bersifat random acak (random sampling) dengan menerapkan pola cluster sampling (area sampling). Random acak (random sampling) atau disebut juga probability sampling adalah metode pemilihan sampel yang setiap sampel dalam populasi memeliki kemungkinan (probabilitas) yang sama untuk terpilih. (Haris Herdiansyah, 2010: 105). Dari jumlah populasi sebesar 8.849 penduduk di Kelurahan Gandekan terdapat 9 RW. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti menentukan bahwa dari 9 RW tersebut peneliti mengambil 50 responden sebagai sampel penelitian dengan cara Random acak (random sampling). Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan dalam mengurangi resiko bencana banjiradalah sebesar 72%. (2) Pengetahuan masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai bencana banji radalah sebesar 69%. (3) Kesadaran yang dimiliki masyarakat Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai bencana banjir adalah sebesar 65%.

(4)

1 A.Pendahuluan

Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya dan pasang surut air laut. Potensi terjadinya ancaman bencana banjir saat ini disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air, pelanggaran tata-ruang wilayah, pelanggaran hukum meningkat, perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat yang rendah. Bencana banjir termasuk bencana alam yang hampir pasti terjadi pada setiap datangnya musim penghujan. Bencana banjir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana (Maryono)

Kelurahan Gandekan merupakan kelurahan yang mempunyai dataran yang rendah

Kelurahan Gandekan merupakan kelurahan yang sering mengalami bencana banjir yaitu mulai dari tahun 1996, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013. Letak administratif Kelurahan Gandekan ini berada di Sebelah Utara Kelurahan Sudiroprajan, di Sebelah Timur Kelurahan Sewu, di Sebelah Selatan Sungai Pepe, dan di Sebelah Barat Kelurahan Sudiroprajan. Kelurahan Gandekan ini berada pada titik koordinat 7° 32' 47" LS - 110° 50' 26" BT. Kelurahan Gandekan ini berada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Kelurahan Gandekan ini berada di Posisi yang secara geografis berada di aliran Kali Pepe memberikan dampak yang positif dan negatif. Secara positif merupakan kawasan strategis perdagangan yang sangat menguntungkan diperkuat dengan letaknya yang dekat dengan Pasar Gede, pasar tradisional terbesar di

(5)

2 maupun limpahan banjir dari Bengawan Solo.

Pola pemukiman di Kelurahan Gandekan ini sangat padat bahkan. Pada dasarnya pemukiman masyarakat Kelurahan Gandekan ini berada dekat dengan Sungai Pepe. umumnya pemukiman masih berada didataran rendah sehingga kemungkinan terkena banjir itu sangat tinggi.

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Kelurahan Gandekan. kondisi ekonomi masyarakat Kelurahan Gandekan ini kebanyakan sudah merata. Menilik jumlah pengusaha yang tercantum dalam data tersebut cukup banyak, besar kemungkinan warga Gandekan yang menjadi karyawan tersebut bekerja di tempat tetangganya yang menjadi pengusaha. Sedangkan untuk kondisi sosial masyarakat yaitu adanya komunitas sosial pada waktu satu bulan sekali masyarakat mengadakan pertemuan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK), dan dikampung ini juga terdapat kegiatan karangtaruna.

(6)

3 Kelurahan Gandekan ini terjadi pada tahun, 1996, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 dimana pada tahun-tahun tersebut Kelurahan Gandekan mengalami bencana banjir. Salah satu contoh kampung di Kelurahan Gandekan yang mengalami banjir ini adalah Kampung Karangasem yang mempunyai jarak 500 meter yang terletak dibelakang taman cerdas. Lokasi perkampungan yang merupakan dataran banjir.

B. Perumusan Masalah atau Fokus Penelitian :

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kesiapsiagaan masyarakat di Kelurahan Gandekan dalam mengurangi risiko bencana banjir?

2. Bagaimana pengetahuan masyarakat di Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir?

3. Bagaimana kesadaran masyarakat di Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai

pengurangan risiko bencana banjir?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kesiapsiagaan masyarakat di Kelurahan Gandekan dalam mengurangi risiko bencana banjir.

2. Mengetahui pengetahuan masyarakat di Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir.

3. Mengetahui kesadaran masyarakat di Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko bencana banjir.

D. Kajian Teori

(7)

4 bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Sebaiknya suatu kabupaten kota melakukan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah bentukapabila suatu saat terjadi bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi maka cara yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan terjadi, tempat tinggal, seperti jauh dari jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas sebelum terjadinya bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu

bencana terjadi

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/22218/4/Chapter%20II.pdf

2. Pengertian Masyarakat Menurut para ahli memberikan pengertian masyarakat. Smith, Standley dan shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tetntang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores 1950, p. 5)

3. Pengertian Bencana

a. Ada beberapa pengertian atau definisi tentang

bencana, beberapa definisi cenderung merefleksi karakteristik berikut ini (Charter, 1991): Gangguan atau kekacauan pada pola normal kehidupan. Gangguan atau kekacauan ini biasanya hebat, terjadi tiba-tiba, tidak disangka dan wilayah cakupan luas.

b. Dampak ke manusia seperti kehilangan jiwa, luka-luka, dan kerugian harta benda. c. Dampak ke pendukung

utama struktur sosial dan ekonomi seperti kerusakan infrastruktur: Sistem jalan, sistem air bersih, listrik, komunikasi dan pelayanan utilitas penting lainnya. Dari beberapa kamus bencana atau disaster diterjemahkan sebagai:

a. Suatu kejadian yang menyebabkan kerugian atau kerusakan besar dan kemalangan serius atau tiba-tiba (Werbster’s New Word Dictionary, 1983).

(8)

5 menyebabkan banyak orang meninggal (Collins Cobuild Dictionary, 1988).

c. Kejadian yang merugikan, kemalangan tiba-tiba, malapetaka (New Webster Dictionary, 1997) (Pengelolaan Bencana Terpadu 2006: 67)

4. Pengertian Banjir

Disamping itu, bencana banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi di berbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001) mengartikan banjir dalam dua pengertian, yaitu: 1) meluapnya air sungai yang disebabkan oleh debit sungai yang melebihi daya tampung sungai pada keadaan curah hujan tinggi, 2) genangan pada daerah dataran rendah yang datar yang biasanya tidak tergenang. Banjir dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain faktor iklim dan faktor fisik wilayah tersebut. Faktor utama terjadinya banjir adalah faktor iklim, yaitu hujan. Hujan

merupakan sumber air untuk terjadinya banjir. Banjir tidak akan terjadi bila permukaan yang terkena hujan mampu meresapkan air dengan baik, sehingga menurunkan jumlah air hujan yang langsung mengalir melalui permukaan (Adiningsih, 1998 dalam Sariwulan et al., 2000). Ini menunjukkan bahwa selain faktor utama berupa faktor iklim, faktor fisik wilayah juga mempengaruhi.(http://www.goo gle.com.

/search?q=A11ama1bab+tinjaua n + pustaka.pdf&hl=id&ie=I SO-8859-1&tbm= )

E. METODE PENELITIAN

a. Lokasi Penelitian : Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

b. Waktu Penelitian : Februari 2013-Mei 2013

c. Jenis Penilirtian : Kualitatif Diskriptif

(9)

6 e. Teknik Pengumpulan Data :

Observasi, Wawancara, Dokumentasi.

f. Teknik Analisa Data : Tahapan pertama adalah tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data, dan tahap keempat adalah tahap penarikan kesimpuulan dan atau tahap verivikasi.

F. Jenis dan Strategi Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah bentuk kualitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

G. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Kelurahan Gandekan yang terdiri dari beberapa kampung, sedangkan Objek Penelitian tersebut adalah Masyarakat Kelurahan Gandekan yang terkena bencana banjir.

H. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti memerlukan beberapa sumber data yaitu: informan atau responden, tempat dan peristiwa, dan dokumen. Data yang diperlukan di dalam penelitian ini adalah data skunder dan primer. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data yaitu seperti yang telah disebutkan dalam tabel 3.2 dibawah dan Sumber skunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

(10)

7 metode pemilihan sampel yang setiap sampel dalam populasi

memeliki kemungkinan

(probabilitas) yang sama untuk terpilih. (Haris Herdiansyah, 2010: 105).

I. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kesiapsiagaan Masyarakat

Kelurahan Gandekan dalam Mengurangi Resiko Bencana Banjir.

Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Menurut Jan Sopaheluwakan (2006) kesiapsiagaan individu dan rumah tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir yaitu: (a) pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana; (b) kebijakan dan panduan; (c) rencana untuk keadaan darurat bencana; (d) sistim peringatan bencana dan

(e) kemampuan untuk memobilisasi sumber daya.

Menurut narasumber

kesiapsiagaan terhadap bencana banjir dilakukan dengan:

“...melakukan reboisasi, tidak

membuang sampah

sembarangan, membersihkan saluran air yang menghambat, adanya peringatan bahaya banjir, dan berpartisipasi dalam melakukan simulasi apabila terjadi banjir...”.

Hasil di atas menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir adalah dengan melakukan reboisasi, tidak membuang

sampah sembarang,

membersihkan saluran air yang

menghambat, adanya

peringatan bahaya banjir dan berpartisipasi dalam melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh narasumber bahwa:

“membersihkan saluran air dan membuang sampah pada tempatnya, sehingga tidak menyumbat saluran air”.

(11)

8 tempatnya merupakan solusi tepat dalam menanggulangi terjadinya bencana banjir, hal ini sebagaimana disampaikan oleh narasumber sebagai berikut:

“membersihkan saluran air, tidak membuang sampah sembarangan serta melakukan gerakan penghijauan”.

Selain membersihkan saluran air dan tidak membuang

sampah sembarangan

narasumber menyampaikan bahwa:

“mengikuti penyuluhan

-penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi resiko bencana banjir”

Penyuluhan yang dilakukan merupakan bentuk dari kesiapsiagan dini dari bagi masyarakat dalam menanggapi bencana banjir sebagaimana disampaikan oleh narasumber sebagai berikut:

“... memang sie mbak... harusnya di daerah yang rawan dengan bancana banjir seperti ini perlu adanya kesiapsiagaan bagi masyarakatnya, karena dengan resiko bencana banjir hal itu menjadi peringatan dini bagi masyarakat untuk dapat

mempersiapkan dan menanggulangi datangnya bencana banjir, dengan adanya kesiapsiagaan banjir tersebut kan akan mengurangi jumlah korban mbak...he..he...”.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukan dengan upaya pencegahan yaitu melakukan reboisasi, tidak

membuang sampah

sembarangan, membersihkan saluran air yang menghambat, adanya peringatan bahaya banjir, dan melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat, sehingga paham terhadap adanya bencana banjir. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi banjir itu dilakukan dengan membuyikan sirine, namun ada juga yang menggunakan kenthongan. Lokasi yang aman

(12)

9 yang lebih tinggi dari daerah yang terkena banjir dan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah simulasi dalam menghindari bencana banjir dan mempraktekkan keterampilan dalam menghadapi bencana banjir. Bentuk kesiapsiagan masyarakat terhadap bencana banjir disampaikan oleh narasumber sebagai berikut: “...kesiapsiagaan itu dilakukan sebagai bentuk peringatan dini bagi masyarakat terhadap terjadinya bencana banjir, sehingga adanya peringatan dini tersebut maka masyarakat menjadi senantiasa tanggap terhadap terjadinya banjir dan resiko terjadinya korban banjir akan dapat berkurang...”

Kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukan dengan tidak membuang sampah

sembarangan, terus

membersihkan gorong-gorong saluran air, sehingga tidak menghambat saluran air yang menyebabkan terjadinya banjir. Dalam rangka meminimalisir

(13)

10 Kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukandengan pembangunan tanggul penahan banjir dan juga tempat yang digunakan untuk evakuasi bagi para korban banjir. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan dengan adanya kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggapi adanya bencana banjir berupa memelihara kebersihan lingkungan, membentuk pola hidup bersih dan memberikan kesadaran masyarakat untuk menanam pohon sebagai tempat meresapnya air. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi banjir itu adalah sirine, karena suara yang mengaung-ngaung seperti itu memudahkan masyarakat untuk mengenalinya dan lokasi yang aman untuk pengungsian banjir adalah yang mempunyai kondisi tanah yang jauh lebih tinggi, sehingga air tidak dapat menjangkauserta untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi

resiko bencana banjir adalah dengan simulasi dan praktek keterampilan menghadapi bencana banjir. narasumber berpendapat bahwa:

“...keterampilan dalam

menanggapi bencana banjir tidak cukup dilakukan dengan menjaga kebersihan, membersihkan gorong-gorong saja, seharusnya perlu adanya pembangunan tanggul yang dapat menahan banjir dan juga ada sebuah rencana yang harus dilakukan sebelum dan sesudah terjadinya bencana banjir, terutama juga adalah dalam mengevakuasi terhadap korban banjir...”.

Kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukan dengan pembangunan tanggul yang bisa menahan luapan air dan tempat pengungsian yang kondusif, seharusnya pemerintah kan juga harus membuat rencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana banjir agar tidak ada korban jiwa. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan denganmemberikan

(14)

11 bahaya bila akan terjadi banjir itu adalah sirine, dan lokasi yang aman untuk pengungsian banjir adalah lokasiyang agak tinggi serta untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah dengan simulasi terhadap banjir. Gerakan penghijauan sebagai bentuk kesiapsiagaan terhadap bencana banjir disampaikan oleh narasumber sebagai berikut:

“...kesiapsigaan bencana banjir itu bisa dilakukan sejak dini

dengan membersihkan saluran

air, tidak membuang sampah

sembarangan serta melakukan

gerakan penghijauan untuk

dapat melakukan penyerapan terhadap air dalam tanah...”.

Kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukan dengan

melakukan gerakan

penghijauan, tidak membangun bangunan di bantaran sungai, pembangunan tanggul penahan banjir serta melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Dalam

rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat

untuk meningkatkan

pemahaman masyarakat. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi banjir itu adalah Kenthongan di Pos Kampling, tetapi di wilayah dekat sungai itu ada sirine, sehingga ketika air mulai naik biasanya sirinenya berbunyi dan lokasi yang aman untuk pengungsian banjir adalah datarannya lebih tinggi serta

untuk meningkatkan

kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah dengan adanya rencana yang dilakukan pada saat sebelum, saat dan sesudah terjadi banjir, itu biasa disampaikan oleh petugas pada saat simulasi.

Kesiapsiagaan

(15)

12 tertentu pada waktu bencana banjir terjadi, ada beberapa tindakan-tindakan yang dilakukan di masyarakat kelurahan untuk menghindari resiko bencana banjir tersebut adalah dengan mengungsi untuk menghindari resiko bencana banjir, antisipasi dari masyarakat sendiri terhadap tingkat bencana banjir, segera mengungsi ketempat yang lebih aman, mempersiapkan diri untuk menyiapkan barang-barang berharga, gotong royong menangani bencana banjir, pembuatan pintu air untuk mengurangi, meminimalisir, dan menghindari bencana banjir per kampung dan mengadakan diskusi dipimpinan baru masyarakat dan rencana Peninggian jalan untuk mengurangi bencana banjir.

Melalui program bersosialisasi setiap rapat menjelang musim banjir masyarakat belajar mengenai pengurangan resikobencana banjir, yaitu dengan adanya penyuluhan setiap RT untuk

(16)

13 harus disiapkan untuk mengurangi resiko bencana banjir. Sarana-sarana yang ada dari mayoritas masyarakat hanya ember, ban, prahu gethek dari batang pisang, sedangkan sarana-sarana yang digunakan masyarakat

untukmengungsiketika terjadi banjiradalah di tanggul, masjid,

sekolah, dan

mengungsiketempat saudara. Kesiapan masyarakat dalam mengetahui pentingnya pembangunan tempat tinggal yang lebih tinggi untuk mengurangi resiko bencana banjir tersebut masyarakat hanya mengetahui melalui persiapan membangun rumah yang lebih tinggi akan tetapi ada sebagian masyarakatyang tidak ingin mengetahui pembangunan tempat yang lebih tinggi untuk mengurangi resiko terjadinya bencana banjir karena masyarakat tersebut lebih memilih pindah ke tempat kelurahan saja. Tingkat kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan dalam

mengurangi resiko bencana banjir adalah sebesar 72%; sehingga dapat diketahui bahwa kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan dalam mengurangi resiko bencana banjir termasuk dalam kategori cukup baik.

2. Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai Bencana Banjir.

(17)

14 dan keengganan untuk melestarikan lingkungan”.

Banjir itu air yang menggenang di suatu daerah atau wilayah karena adanya penyumbatan saluran air. Banjir terjadi karena kurangnya rasa kepedulian bagi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Penanggulangan banjir dilakukan dengan

melakukan rencana

kesiapsiagaan terhadap terjadinya bencana banjir. Banjir terjadi karena aliran air yang tidak lancar tersumbat oleh sampah dari masyarakat yang tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Bencana banjir dapat ditanggulangi dengan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan, mempersiapkan hal-hal yang perlu dilakukan apabila banjir melanda dan mendatangkan pelatihan untuk bencana banjir. terjadinya banjir juga disebabkan oleh

pembuangan sampah

sembarangan, tidak menjaga

kebersihan, penebangan hutan secara liar dan intinya banjir itu terjadi karena kurangnya kepedulian masyarakat dalam memelihara lingkungan. Bencana banjir dapat ditanggulangi dengan adanya kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggapi adanya bencana banjir berupa memelihara kebersihan lingkungan, membentuk pola hidup bersih dan memberikan kesadaran masyarakat untuk menanam pohon sebagai tempat meresapnya air. Rendahnya pemahaman masyarakat dalam menanggulangi bencana banjir ini karena kurangnya

pengetahuan dalam

menanggulangi bencana banjir, narasumber menyatakan bahwa:

penanggulangan

bencana banjir dapat

dilakukan dengan

memberikan

pemahaman pada

masyarakat terhadap

(18)

15 Terjadinya banjir itu terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat dalam memelihara lingkungan, sehingga banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan menebang hutan secara liar, sehingga berakibat pada kurangnya peresapan air dan aliran air terhalang oleh tumbukan sampah. Penanggulangan bencana banjir dapat dilakukan

dengan memberikan

pengetahuan pada masyarakat agar mempunyai pemahaman yang baik serta kepedulian terhadap adanya bencana banjir, peningkatan pemahaman inilah yang akan menggerakkan manusia untuk peduli pada lingkungan, sehingga banjir yang biasa terjadi dapat ditanggulangi.

Pemahaman masyarakat mengenai bencana banjir bahwa bencana banjir itu merupakan peristiwa dari alam yang tidak bisa dicegah atau dikendalikan. Beberapa yang diketahui masyarakat mengenai dampak

(19)

16 banjir sehingga masihbanyak

masyarakat yang

pemukimannya dekat dengan bantaran sungai hal tersebut juga karena masyarakat tidak menyesuaikan dengan tata ruang yang berpotensi terhadap bencana banjir. Tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir adalah sebesar 69%; sehingga dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir termasuk dalam kategori cukup baik.

3. Kesadaran Masyarakat Kelurahan Gandekan Dalam Melibatkan Diri secara Aktif mengenai Pengurangan Resiko Bencana Banjir.

Masyarakat Kelurahan Gandekan menyadari bahwa kesiapan dalam pengurangan resiko bencana banjir harus dipersiapkan dari diri sendiri dan mereka sendiri dan tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh-tokoh yang berwenang akan bencana. Kesadaran masyarakat Kelurahan Gandekan dalam

melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan resiko bencana banjir dilakukan dengan reboisasi, tidak

membuang sampah

sembarangan, membersihkan saluran air yang menghambat, adanya peringatan bahaya banjir, dan berpartisipasi dalam melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Upaya dalam menghindari bencana banjir dilakukan dengan menjauhi daerah yang terkena banjir. Pemulihan bencana banjir

dilakukan dengan

(20)

17

bergotong royong

membersihkan saluran air yang tersumbat dan untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana banjir yang sudah dilakukan dengan membuat rencana sebelum, saat dan sesudah terjadi banjir melalui kegiatan simulasi dan praktek keterampilan banjir. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh narasumber sebagai berikut:

“... memang sie mbak... harusnya di daerah yang rawan dengan bancana banjir seperti ini perlu adanya kesiapsiagaan bagi masyarakatnya, karena dengan resiko bencana banjir hal itu menjadi peringatan dini bagi masyarakat untuk dapat mempersiapkan dan menanggulangi datangnya bencana banjir, dengan adanya kesiapsiagaan banjir tersebut kan akan mengurangi jumlah korban mbak...he..he...”.

Setelah terjadi bencana banjir dilakukan dengan

bergotong royong

membersihkan gorong-gorong atau saluran air agar air dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan genanganserta

untuk meningkatkan

kesiapsiagaan terhadap bencana banjir adalah mengikuti simulasi dan praktek keterampilan menghadapi bencana banjir, dari situ kita tahu tindakan yang dilakukan sebelum, pada saat dan pasca terjadinya banjir. Untuk menghindari bencana banjir dilakukan dengan musyawarah di rumah pak RT kemudian diberikan penyuluhan tentang bagaimana menanggapi terjadinya bencana banjir, sehingga timbul pemahaman akan bencana banjir kepada masyarakat. Pemulihan bencana banjir dilakukan dengan membersihkan membersihkan lingkungan pada gorong-gorong saluran air agar tidak terjadi penyumbatan. Keterampilan dalam menanggapi bencana banjir itu dapat ditingkatkan

dengan melakukan

(21)

18 penguatan psikologis masyarakat dan secara material dapat dilakukan dengan melakukan pembersihan terhadap saluran air yang terhambat oleh sampah yang menyebabkan terjadinya bencana banjir...”.

Kesadaran yang dimiliki masyarakat dalam melibatkan diri secara aktif mengenai bencana banjir adalah dengan melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya bencana banjir. upaya-upaya yang dilakukan masyarakat untuk mencegah terjadinya bencana banjir dengan mengadakan rapat bersama untuk mencegah bencana banjir yaitu dengan rencana proyek pembuatan pintu air, pembuangan sampah yang teratur, dengan meminimalisir membuat tanggul, meninggikan jalan, yang baru direncanakan, tidak

membuang sampah

disembarang tempat dan pembuatan resapan air. Adanya rembug usaha untuk pembuatan saluran air sehingga masyarakat menyadari pembuatan selokan dari sendiri yaitu dengan

(22)

19 tersebut beresiko terhadap bencana banjir. Tingkat kesadaran masyarakat Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko bencana banjir adalah sebesar 65%; sehingga dapat diketahui bahwa kesadaran masyarakat Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko bencana banjir termasuk dalam kategori cukup baik.

J. Temuan Studi yang

Dihubungkan dengan Kajian Teori

Hasil dari penelitian ini adalah kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta, hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir, pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir, dan kesadaran masyarakat dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko bencana banjir dimana ke tiga hal tersebut sudah dipaparkan di bab sebelumnya yaitu pada landasan teori di bab II.

Hasil penelitian ini juga hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Didi Suhendra (2012). Didi Suhendra juga menambah seberapa besar masyarakat mengetahui tindakan mitigasi bencana banjir yang efektif, seberapa besar peran dan kesiapan masyarakat terhadap mitigasi bencana banjir, bagaimana arahan pengelolaan dan penanggulangan banjir terutama pada dataran rendah.

K. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian tentang kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(23)

20 segera mengungsi ketempat

yang lebih aman,

mempersiapkan diri untuk menyiapkan barang-barang berharga, gotong royong menangani bencana banjir, pembuatan pintu air untuk mengurangi, meminimalisir, dan menghindari bencana banjir per kampung dan mengadakan diskusi dipimpinan baru masyarakat serta adanya rencana peninggian jalan untuk mengurangi bencana banjir (Hasil perhitungan di lampiran 5).

b. Pengetahuan masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjiradalah sebesar 69%, sehingga termasuk dalam kategori cukup baik, masyarakat memahami dampak bencana banjir adalah tingkat kerugian besar/kecil dari korban material dan korban jiwa. Tindakan yang diketahui masyarakat dalam mengurangi bertambah parahnya bencana banjir dilihat dari sisi pembuangan sampah yaitu dengan mengumpulkan

sampahnya dikeranjang depan rumah (Hasil perhitungan di lampiran 5).

(24)

21 L. Implikasi

1. Dengan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan terhadap Kelurahan Gandekan,Kecamatan

Jebres,Kota Surakarta sebagai salah satu pertimbangan dalam membentuk masyarakat yang mempunyai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir yang terjadi setiap tahunnya.

2. Dengan hasil penelitian ini sebagai masukan kepada masyarakat agar masyarakat belajar menangani bencana banjir melalui simulasi kesiapsiagaan bencana banjir untuk mengurangi resiko bencana banjir setiap tahunnya. M. Saran

Berdasarkan penelitian ini, penulis ingin menyampaikan saran dan masukan sehubungan dengan kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan dalam menghadapi bencana banjir di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

1. Dengan hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada

masyarakat agar mempunyai kesiapsiagaan sejak dini pada masyarakat Kelurahan Gandekan dalam menghadapi bencana banjir.

2. Dengan hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang bertempat tinggal di dataran rendah dan di dekat sungai agar mempunyai kesadarannya terhadap risiko bencana banjir.

3. Diharapkan masyarakat dapat memiliki pengetahuan dalam hal kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya bencana banjir.

N. DAFTAR PUSTAKA

Agustinus Budi Prasetyo.”Pemetaan

Lokasi Rawan Dan Risiko Bencana Banjir Di Kota Surakarta Tahun 2007”. Skripsi Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret,Surakarta.2009.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

(25)

22 BPS Kota Surakarta. 2012.Surakarta

Dalam Angka Tahun 2012.

Didi Suhendra. “Mitigasi Banjir Luapan Sungai Progo Didesa Banaran Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo Provinsi

Daerah Istimewa

Yogyakart”.Skripsi Sarjana

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan

Nasional, VETERAN

YOGYAKARTA, 2012.

Haris Herdiansyah.2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta:Salemba Humanika.

Kodoatie Robert J, Rustam Sjarief.2006.Pengelolaan Bencana Terpadu.Jakarta: Yarsif Watampone.

Kodoatie Robert J,

Sugiyanto.2002.Banjir.Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Khoirudin, et al.2011. Jurnal Ilmiah Syiah

Kuala.http://www.tdmrc.org/id/wp -content/uploads/2011/04/58-65_dampak-pelatiahn.pdf.

Didownload pada 9 Desember 2013.

Lemeshow, S., dkk. 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Maryono Agus.2005.Menagani

Banjir,Kekeringan,Dan

Lingkungan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Maryadi dkk.2010.Pedoman penulisan skripsi FKIP.FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

Priyana Yuli. 2008. Dasar-dasar Meteorologi dan Klimatologi. Surakarta

Sopaheluwakan, Jan;Deni, hidayati; Haryadi Permana;Krishana Pribadi; Febrian Ismail; Koen Meters; Widatun; Titik Handayani; Del Afriadi Bustami; Daliyo; Fitrinita; Laila Nagib; Ngadi; Yugo Kumoro; Irna Rafliana; Teti Argo. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa & Tsunami. LIPI-UNESCO/ISDR: Jakarta.

Sudaryoko.1987.Pedoman Penanggulangan

Banjir.Jakarta.Dapartemen

Pekerjaan Umum Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Sugiyono.2012.Metodepenelitian

Kombinasi (mixed

method).Bandung: CV. Alfabeta.

Susanto.2006.Disaster Management Di Negeri Rawan Bencana.Jakarta: PT Askara Grafika Pratama.

Wisnubroto. 1993. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Zelina Triuri. “Startegi Adaptasi

Masyarakat Dalam Menghadapi Banjir Dikecamatan Tebet Provinsi DKI Jakarta”. Skripsi Sarjana Program Studi Geografi Dan Ilmu Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2012.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/keluraha n

(26)

23 http://pakguruonline.pendidikan.net/bu

ku_kpdd_15.html&q=pengertian masyarakat ditinjau dari segi pendidikan)

http://portalbumm.net/?page_id=246 (http://repository.usu.ac.id/bitstream/12

3456789/33105/3/Chapter%20II.p df:1-5)

(http://www.google.com./search?q=A1 1ama1bab+tinjauan+pustaka.pdf& hl=id&ie=I SO-8859-1&tbm= )

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan didukung oleh beberapa teori, maka perumusan masalah yang dikemukakan oleh penulis adalah ”bagaimana pengaruh perbandingan tepung

Hal mengenai APAR di IKPP Serang adalah warna tabung masih bervariasi, pemasangannya dengan jarak 15-22,5 m, dengan tinggi 120 cm dari lantai serta terdapat APAR yang

1.) Secara teknis pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang cukup layak karena pasar cukup prospektif, bahan baku tersedia dalam jumlah dan

Perencanaan ini dibatasi pada perencanaan struktur dari gedung, yaitu struktur atap (kuda-kuda) dan beton bertulang (plat lantai, tangga, balok, kolom, dan perencanaan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik pengelola keuangan sekolah dan transparansi terhadap efektivitas pengelolaan keuangan. Karakteristik

Dengan demikian peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan pembimbing klinik dengan pelaksanaan bimbingan pada mahasiswa praktik klinik keperawatan di RSU

Pengolahan jernang yang dilakukan oleh masyarakat yaitu: a) Buah rotan jernang yang terkumpul dilepas dari tandannya.. b) Sampel buah rotan jernang dibungkus dengan aluminium foil

Apabila perusahaan dapat mempertahankan mutu sebagai sifat dan karakteristik dari sebuah produk yang ditawarkan dengan tujuan memuaskan pelanggan maka secara langsung