• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume

(ASCLEPIADACEAE)

LILIH RICHATI CHASANAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2010

(3)

LILIH RICHATI CHASANAH. Diversity and Visiting Frequency of Insect Pollinator and Its Effect to Fruit Set of Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae). Supervised by RIKA RAFFIUDIN, TRI ATMOWIDI, SRI RAHAYU.

Pollinator is importance to the life of flowering plant. Diversity of insect pollinators effect to fruit set. The objectives of the research were to study the insect pollinators diversity and its effect to fruit set of Hoya multiflora. Diversity of insect was observed by using scan sampling method during 06.00 am - 17.30 pm. Visiting frequency of insect pollinator was observed by using focal sampling method. Observations were conducted from January-June 2009 at two locations, i.e Darmaga and Bodogol Station (Gede Pangrango National Park). Nectar volume of flowers were measured by using micropipette. To examine the effectiveness of insect pollinators, one of umbel flower of H. multiflora was covered by insect screen and their seeds were compared with opened (uncovered) flowers. Result, showed that there were 952 individuals of insect that consisted of 7 families and 15 species. High frequency visiting insects were found at 09.00-12.30 am in Darmaga and 07.00 - 11.30 am in Bodogol. The highest volume of nectar secretion were found at fourth day in Bodogol flower. Based on visiting frequency observed, five species, e.i ant (Prenolepis sp.), bee (Trigona sp.), wasps (Ropalidia fasciata and Vespa. analis) and fly (Tabanus sp.) were the effective pollinators. Diversity of insect pollinator effected to fruit set of H. multiflora in the uncovered flower.

(4)

LILIH RICHATI CHASANAH. Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae). Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN, TRI ATMOWIDI, dan SRI RAHAYU.

Interaksi antara serangga dengan tumbuhan berbunga merupakan bentuk asosiasi mutualisme. Interaksi tersebut terjadi karena bunga menyediakan pakan bagi serangga, yaitu serbuksari dan nektar, dan tumbuhan mendapatkan keuntungan dalam penyerbukan. Ketersediaan pakan pada bunga dapat meningkatkan keanekaragaman serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan. Keanekaragaman serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan berkaitan dengan banyaknya bunga yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan. Jumlah nektar dan polen bunga berpengaruh pada keanekaragaman serangga. Nektar disekresikan oleh kelenjar nektar dengan kandungan utama gula (sukrosa). Selain nektar, serbuksari (polen) juga merupakan faktor yang menarik serangga penyerbuk.

Hoya multiflora merupakan tumbuhan asli Indonesia, yang termasuk dalam famili Asclepiadaceae. Spesies ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang bernilai ekonomi. Bunga tumbuhan ini bentuknya unik, yaitu menyerupai ujung tombak, berwarna putih atau krem, ujung kekuningan. Corolla bunga berjumlah lima, berbentuk segitiga, memanjang dengan panjang sekitar 12 mm dan lebar 3 mm. Corona bunga berjumlah lima, dengan panjang 9 mm dan lebar 2 mm berbentuk ujung tombak atau anak panah. Bunga terletak diantara dua tangkai daun. Tiap payung terdapat 5-35 bunga dengan panjang tangkai 1-3 cm dan berdiameter 2 mm. Polen tumbuhan ini bergabung menjadi polinia. Bunga dengan lima pasang polinia (panjang 2 mm) yang dihubungkan oleh korpuskulum berwarna coklat tua atau hitam. Letak putik pada H. multiflora lebih tinggi dari pada polinia, sehingga diperlukan agen untuk penyerbukan. Spesies ini melakukan penyerbukan silang dengan serangga sebagai agens penyerbuk.

Pengamatan keanekaragaman serangga penyerbuk dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2009 di dua lokasi yaitu di kampus IPB Darmaga dan Stasiun Penelitian Bodogol – Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Bogor. Pengamatan di Darmaga, dilakukan pada tanaman H. multiflora yang sudah dibudidayakan sedangkan di Bodogol tumbuhan ini masih di habitat alaminya.

(5)

menit, Myrmicaria sp. (3,43 ± 2,36) per menit. Berdasarkan jumlah bunga yang dikunjungi per menit frekwensi kunjungan serangga tinggi di Bodogol, terdapat tiga spesies memiliki yaitu Trigona sp. (3,05 ± 0,97) dan Tabanus sp. (3 ±1,41). Lama kunjungan per bunga, paling tinggi pada spesies Myrmicaria sp. (26,43± 1,01) detik dan Vesipula velutina (20,87± 0,99) detik di Bodogol. Sedangkan di Darmaga adalah Drosophyla sp. (54,54± 0,316) detik dan Vespa analis (20± 1,41) detik.

Berdasarkan perilaku kunjungan serangga pada bunga, diduga kuat bahwa Prenolepis sp., R. fasciata, V. analis, Trigona sp., Tabanus sp. adalah serangga yang efektif sebagai penyerbuk tumbuhan Hoya. Pembentukan buah Hoya dipengaruhi oleh kehadiran serangga. Perlakuan pengurungan bunga tidak menghasilkan buah, bunga yang tidak dikurung dapat membentuk buah dengan persentase 5,77%.

Keyword: Keanekaragaman, serangga penyerbuk, frekuensi kunjungan, pembentukan buah, Hoya multiflora

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

(7)

DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume

(ASCLEPIADACEAE)

LILIH RICHATI CHASANAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

N a m a : Lilih Richati Chasanah N R P : G 352070321

Program Studi : Biosains Hewan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si Dr. Tri Atmowidi, M.Si Ketua Anggota

Ir. Sri Rahayu, M.Si Anggota Diketahui

Ketua Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(10)

Alhamdulillah penulis panjatkan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae)”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si, Bapak Dr. Tri Atmowidi, M.Si, dan Ibu Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan tulus dalam penyelesaian penulisan tesis ini, serta Dr Nunik Sri Ariyanti, M.Si selaku penguji luar komisi pembimbing.

Ucapan terima kasih secara pribadi penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto, Bapak Dr. Dedi Duryadi Solihin, Bapak Dr. Akhmad Farjallah, Ibu Dr. RR. Dyah Perwitasari, Bapak Ir. Tri Heru M.Si, Bapak Beri Juliandi M.Si, Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti, dan teknisi laboratorium Mikroteknik Biosains Hewan Jurusan Biologi MIPA IPB yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang tak ternilai harganya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Mayor Biosains Hewan atas bantuan, dukungan, kebersamaan, dan doa yang diberikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Departemen Agama yang telah banyak membantu dana untuk kuliah dengan program beasiswa utusan daerah.

Ucapan terima kasih yang paling tulus penulis sampaikan kepada suami dan anak-anakku, ibu dan bapak, ibu dan bapak mertua, kakak dan adik, serta embah kakung dan putri tersayang yang memberikan doa, cinta, dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas mulia ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(11)

Penulis dilahirkan di Purbalingga pada tanggal 31 Maret 1981 sebagai putri kedua dari empat bersaudara pasangan Sri Hanim dan Sumardi. Penulis menikah dengan Muttaqin Mafaza pada tahun 2004 dan dikaruniai dua anak perempuan (Kaysa dan Kayla).

Pada tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga. Pendidikan Sarjana (S.Pd) ditempuh di Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, melalui jalur PMDK pada tahun 1999, dan lulus pada tahun 2003. Penulis berkesempatan mengikuti Sekolah Pascasarjana (S2) pada Mayor Biosains Hewan Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Departemen Agama.

(12)

Halaman

DAFTAR TABEL……….. xiii

DAFTAR GAMBAR………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xv

PENDAHULUAN Latar Belakang... ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Penyerbukan oleh Serangga ... 4

Keanekaragaman Serangga Penyerbuk ... 5

Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk ... 7

Efektifitas Serangga Penyerbuk dalam Pembentukan Buah... 7

Tumbuhan H. multiflora (Asclepiadaceae) ... 8

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ...………...11

Deskripsi Lokasi ...………...12

Pengamatan Keanekaragaman Serangga ……...13

Pengukuran Data Lingkungan...14

Pengukuran Volume Nektar ...14

Identifikasi Spesimen ...14

Pengamatan Frekuensi Kunjungan Serangga...15

Pengukuran Efektivitas Penyerbukan...15

Analisis Data ………...16

HASIL Keanekaragaman Serangga ...………...18

Keanekaragaman Serangga Berdasarkan Waktu Pengamatan ...22

Keanekaragaman Serangga dan Jumlah bunga ...24

Jumlah Individu dan Spesies Serangga dengan Faktor Lingkungan ...25

Frekuensi Serangga …..………...29

(13)

Pembentukan Buah ...38 KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

Halaman 1. Jumlah Individu, spesies, famili dan indeks keanekaragaman

H.multiflora Blume di Darmaga dan Bodogol ... 18 2. Volume nektar bunga H.multiflora ... 25 3. Korelasi Pearson antara jumlah individu, spesies dan

faktor lingkungan ... 29 4. Frekuensi kunjungan, ukuran tubuh, efektivitas

(15)

Halaman

1. Tumbuhan H. multiflora ... 9

2. Skema bunga H. multiflora ... 10

3. Peta lokasi penelitian ... 11

4. Bunga kuncup dan mekar ... 13

5. Pengukuran Nektar ... 14

6. Perlakuan kurungan dan non kurungan ... 16

7. Buah dan biji H. multiflora ... 16

8. Spesies serangga pada H. multiflora ... 20

9. Spesies serangga pada H. multiflora ... 21

10.Jumlah individu serangga dan waktu di Darmaga ... 22

11.Jumlah spesies serangga dan waktu di Bodogol ... 23

12.Jumlah serangga dan bunga mekar di Darmaga dan Bodogol .... 24

13.Hubungan individu dengan lingkungan ... 26

14.Hubungan spesies dengan lingkungan ... 27

(16)

Halaman

1. Analisis dengan program Primer E ... 45

2. Uji t untuk membandingkan nektar di Darmaga dan Bodogol ... 45

3. Uji t untuk suhu udara dengan jumlah individu serangga ...45

4. Uji t untuk suhu udara dengan jumlah spesies serangga ...46

5. Uji t untuk kelembaban udara dengan jumlah individu serangga ..46

6. Uji t untuk kelembaban udara dengan jumlah spesies serangga ....46

7. Uji t untuk intensitas cahaya dengan jumlah individu serangga...47

8. Uji t untuk intensitas cahaya dengan jumlah spesies serangga ...47

9. Uji t untuk volume nektar dengan jumlah individu serangga ...47

10. Uji t untuk volume nektar dengan jumlah spesies serangga ...48

11. Uji t untuk jumlah bunga dengan jumlah individu serangga ...48

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Interaksi antara serangga penyerbuk dengan tumbuhan berbunga merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Dalam interaksi tersebut, tumbuhan menyediakan sumber pakan, yaitu serbuk sari dan nektar, serta tempat bereproduksi sedangkan tumbuhan mendapat keuntungan yaitu terjadinya penyerbukan (Schoonhoven et al. 1998). Ketersediaan pakan pada bunga berkaitan dengan keanekaragaman serangga (Sedgley & Griffin 1989).

Penyerbukan (pollination) adalah peristiwa transfer serbuk sari dari kepala sari (anther) ke kepala putik (stigma). Proses penyerbukan dimulai dari lepasnya serbuk sari dari kepala sari sampai serbuk sari mencapai kepala putik (Barth 1991). Peranan serangga dalam penyerbukan tumbuhan telah banyak dilaporkan. Pada tanaman apel di Jepang, lebah Osmia cornifrons sebagai penyerbuk, lebah Bombus terrestris dan Apis mellifera merupakan penyerbuk sebagian besar tanaman pertanian (Amano et al. 2000). Pada tanaman bunga matahari (Heliantus annuus) penyerbukan dilakukan oleh lebah A. cerana dan lebah liar. Efektifitas penyerbukan tanaman bunga matahari oleh A. cerana dan lebah liar tidak diragukan lagi keberadaannya (Greenleaf & Kremen 2006). Tingkat keberhasilan penyerbukan tanaman kopi (Coffea arabica) tergantung pada serangga yang berkunjung pada bunga (Klein et al. 2003).

Serangga pada umumnya mempunyai perilaku pencarian pakan yang berbeda tiap spesies. Studi perilaku pencarian pakan serangga, merupakan hal penting dalam biologi penyerbukan. Pada lebah madu pencarian pakan cenderung terjadi pada bunga dalam satu spesies tumbuhan (flower constancy) dalam sekali perjalanan (Schoonhoven et al 1998). Frekuensi kunjungan serangga penyerbuk dapat dipelajari dari jumlah bunga yang dikunjungi per satuan waktu, lama kunjungan per bunga, dan total kunjungan pada tanaman (Dafni 1992).

(18)

Keuntungan penyerbukan silang pada tanaman adalah meningkatkan variabilitas keturunannya (Barth 1991), meningkatkan kualitas dan kuantitas buah dan biji yang terbentuk (Kearns & Inouye 1977).

Indonesia memiliki beragam tumbuhan berbunga yang berpotensi untuk dibudidaya.. Tumbuhan Hoya merupakan tumbuhan yang termasuk dalam famili Asclepiadaceae hidup di daerah tropis Asia. Genus Hoya memiliki kurang lebih 200-300 spesies yang tersebar di kepulauan Indonesia. Hoya memiliki struktur bunga yang unik dan pada umumnya merupakan tumbuhan epifit yang merambat pada pohon besar yang ditumpanginya (Hansen et al. 2007).

Hoya multiflora Blume, dikenal dengan nama “areuy cukankan” (Sunda) merupakan tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini merupakan epifit yang mempunyai nilai jual tinggi yaitu antara Rp 25.000 - Rp 300.000 per tanaman. Tumbuhan ini dapat diperdagangkan secara internasional sebagai tanaman hias dengan nama dagang Hoya avatar (Rahayu 2006). H. multiflora merupakan tumbuhan yang memiliki habitat rawan dan berpotensi mengalami kelangkaan. Salah satu habitat alami dari tumbuhan tersebut adalah di Stasiun Penelitian Bodogol yang berada di kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP).

Penelitian tentang serangga penyerbuk pada tumbuhan Hoya belum banyak dilaporkan. Penyerbukan pada Hoyaaustralis di Australia dilakukan oleh Lepidoptera (Hansen et al. 2007). Serangga penyerbuk yang efektif pada tumbuhan Metaplexis japonica di Jepang (Asclepiadaceae) adalah kupu Parnara gutata, lebah Megacampsomeris grossa dan Bombus diversus (Tanaka et al. 2006). Terbatasnya informasi tentang penyerbukan pada tumbuhan ini, maka menjadi dasar dilakukannya penelitian ini.

B. Tujuan Penelitian

(19)

C. Manfaat Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyerbukan oleh Serangga

Penyerbukan pada tumbuhan dapat dibedakan berdasarkan sumber serbuksari, yaitu penyerbukan sendiri (self pollination) dan penyerbukan silang (cross pollination). Penyerbukan sendiri terjadi apabila serbuk sari (pollen) berasal bunga itu sendiri atau dari bunga lain pada tumbuhan yang sama. Penyerbukan silang terjadi apabila serbuk sari berasal dari tumbuhan lain. Penyerbukan silang memerlukan agen penyerbuk biotik dan abiotik. Agen penyerbuk biotik antara lain manusia, kelelawar, burung, dan serangga sedangkan agens abiotik, antara lain angin dan air. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penyerbukan silang, antara lain perbedaan waktu masak antara serbuksari dengan putik dan posisi putik yang lebih tinggi dibandingkan kepala sari (Barth 1991). Proses penyerbukan dimulai dengan menempelnya serbuk sari pada kepala putik. Penyerbukan ini tergantung pada masaknya polen dan reseptifnya putik. Warna dan bentuk bunga, polen, nektar dan faktor lingkungan berpengaruh pada keanekaragaman kunjungan serangga yang mengunjungi (Dafni 1992).

(21)

Cymbidium, dan Caladenia adalah lebah Apis melifera dan Trigona spp. (William & Adam 1994).

B. Keanekaragaman Serangga Penyerbuk

Penelitian tentang keanekaragaman dan efektivitas penyerbukan telah banyak dilaporkan. Penyerbukan pada tanaman cabai (Capsicum annum) dilakukan oleh lebah Halictus lane dan B. auratus (Raw 2000). Serangga pengunjung pada tanaman jarak pagar yang mempunyai frekuensi kunjungan tinggi adalah lebah, lalat, dan semut (Raju & Ezradanam 2002). Efektivitas penyerbukan dipengaruhi oleh frekuensi kunjungan serangga pada bunga (Dafni 1992).

Kunjungan serangga pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas), terjadi pada pukul 07.30 – 18.00 WIB pada masa pembungaan (Raju & Ezradanam 2002). Serangga yang mengunjungi tanaman jarak pagar di Indramayu, Jawa Barat adalah Hymeneoptera, Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan Thysanoptera. Frekuensi kunjungan serangga tinggi terjadi pada pukul 08.00 – 10.30 WIB. Spesies lebah A. cerana, A. melifera, Ceratina sp., Trigona sp., dan Hylaeus sp. ditemukan sebagai penyerbuk yang dominan pada pertanaman jarak pagar (Atmowidi et al. 2008). Serangga penyerbuk mengunjungi bunga untuk mencari pakan berupa nektar dan serbuk sari (Barth 1991).

Serangga penyerbuk pada tumbuhan famili Asclepiadaceae adalah ordo Hymenoptera, Lepidoptera, Diptera. Ordo-ordo tersebut juga menjadi penyerbuk utama pada tumbuhan Angiospermae. Spesies serangga yang efektif dalam penyerbukan pada tumbuhan famili Asclepiadaceae berdasarkan frekuensi kunjungan dan kemampuan membawa polinia adalah lebah B. sonorus, A. melifera (Hymenoptera: Apidae), dan beberapa tabuhan (Vespidae). Ngengat Telosma pallida dan Orthanthera albida (Lepidoptera) merupakan penyerbuk pada tumbuhan dari famili Asclepiadaceae (Ollerton & Liede 1997).

(22)

tibia tungkai belakang. Korbikula yang berfungsi untuk membawa serbuk sari. Apidae memiliki rambut pada tubuhnya dan probosis yang panjang. Struktur tubuh inilah yang menjadikan Apidae sebagai penyerbuk utama pada banyak spesies tumbuhan (Michener 2000). Lebah T. carbonaria merupakan lebah yang dalam penyerbukan tanaman Macada integrifolia di Jepang (Amano et al. 2000).

Famili-famili dari Ordo Diptera yang berperan dalam penyerbukan tumbuhan adalah famili Bombyliidae, Apioceridae, dan Syrphidae (Triplehorn & Jonshon 2005). Diptera sebagai penyerbuk tumbuhan famili Asclepiadaceae adalah Gomphocarpus sp. dan Cynanchum acutum (Syrphidae) (Ollerton & Liede 1997).

Serangga yang ditemukan pada tanaman kopi (Coffea arabica) terdiri 33 spesies dan 2269 individu lebah yang mengunjungi bunga, sedangkan pada kopi C. canephora terdapat 29 spesies dan 2038 individu lebah yang mengunjungi bunga. Kunjungan lebah meningkatkan hasil panen pada tanaman kopi (Klein et al. 2003). Serangga yang berperanan sebagai penyerbuk pada tanaman Centaura jacea adalah lebah A. melifera, Bombus sp., Lasioglossum sp., Halictus sp., Megachile sp. dan Andrena sp. Kunjungan serangga tersebut mampu meningkatkan pembentukan buah dan biji (Steffan-Dewenter et al. 2001).

(23)

C. Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk

Serangga penyerbuk memerlukan sumber pakan yang digunakan metabolisme tubuh, pembuatan sarang, dan reproduksi. Pencarian pakan serangga penyerbuk dipengaruhi beberapa faktor, seperti karakteristik sumber pakan, aroma (odour), dan waktu serta kondisi cuaca (Schoonhoven et al. 1998).

Pola arah terbang lebah akan menentukan perpindahan lebah dari satu bunga ke bunga yang lain. Lebah juga mempunyai kemampuan untuk mengingat sumber pakannya. Lebah mengumpulkan nektar dan serbuk sari dari bunga sedangkan lalat dan semut hanya mengambil nektar (Raju & Ezradanam 2002). Lebah menginformasikan lokasi keberadaan sumber pakan kepada lebah yang lain dengan tarian berbentuk lingkaran (round dance) dan tarian berbentuk angka delapan (waggle dance). Tarian berbentuk lingkaran (round dance) berisi informasi sumber pakan yang dekat dengan sarang, sedangkan tarian berbentuk angka delapan (waggle dance) berisi informasi tentang jarak, arah, dan ketersediaan pakan (Schoonhoven et al. 1998). Lebah madu (Trigona sp., Apis cerana) melakukan aktivitasnya mencari pakan berupa polen, nektar dan propolis.

Lebah madu mampu melakukan aktivitas mencari pakan pada suhu kisaran 26–34°C dengan jarak tempuh 2–3 km (Amano et al. 2000). Tanaman cabai (Capsicum annum) lebah A. cerana mengunjungi 1-8 tanaman dalam sekali perjalanan. Jumlah kunjungan lebah berhubungan dengan ukuran tubuhnya (Raw 2000). Lebah pada saat mengunjungi bunga, mengumpulkan serbuk sari dalam corbicula yang terletak di sisi luar (tibia) pada tungkai (Schoonhoven et al. 1998).

D. Efektifitas Serangga Penyerbuk dalam Pembentukan Buah

(24)

dan semut berpengaruh dalam meningkatkan hasil buah pada tanaman jarak pagar (Raju & Ezradanam 2002).

Pertanaman kopi (C. arabica) yang diberi perlakuan kurungan dan non kurungan, diperoleh hasil pembentukan biji sebesar 62,9% pada tanaman non kurungan dan 57,5% pada tanaman yang dikurung (Klein et al. 2003). Lebah juga mampu meningkatkan pembentukan buah dan biji pada tanaman C. jacea (Steffan-Dewenter et al. 2001). Serangga penyerbuk juga efektif dalam meningkatkan hasil panen tanaman jarak pagar (J. Curcas)di area PT Indocement sebesar, 2,41 kali lipat jumlah buah per tanaman, 2,50 kali lipat jumlah biji per tanaman, dan 3,89 kali lipat bobot biji per tanaman (Rianti 2009). Tanaman caisin (Brassica rapa L.) yang dibantu serangga penyerbuk, peningkatan biji yang dihasilkan adalah 9,325 kali lipat biji per tanaman dan 9,319 kali lipat bobot biji per tanaman (Atmowidi et al. 2007).

E. Biologi Hoya multiflora (Asclepiadaceae)

Tumbuhan H. multiflora merupakan tumbuhan biji tertutup. Klasifikasi tumbuhan H. multiflora (Keng 1969) sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Gentianales Famili : Asclepiadaceae Genus : Hoya

Spesies : H. multiflora Blume

(25)

Gambar 1 Tumbuhan H. multiflora sebagai epifit pada pohon

Perkembangbiakan H. multiflora secara generatif dengan menggunakan biji dan perkembangbiakan vegetatif dengan stek (Rahayu 2006). Bunga H. multifora berbentuk seperti ujung tombak berwarna putih atau krem dengan ujung kekuning-kuningan dan bunga beraroma wangi. Nektar disekresikan pada bagian dasar bunga. Bunga H. multiflora merupakan bunga majemuk payung, terletak diantara dua tangkai daun, terdapat 5-35 bunga tiap payung (umbel), dengan panjang tangkai payung 1-3 cm dan berdiameter 2 mm.

(26)

Buah H. multifora mula-mula berwarna hijau, kemudian berubah kekuningan dan bila sudah kering berwarna kecokelatan. Buah berbentuk bumbung dengan panjang 20 cm dan diameter 5 mm. Meskipun bunga dapat dihasilkan tanpa mengenal musim, namun produksi buah dalam jumlah besar terjadi pada bulan Oktober sampai Desember (Rahayu 2006). Buah akan pecah ketika sudah kering dan biji keluar. Biji memiliki sayap, berwarna putih, ringan, dan berjumlah 30 – 50 biji per buah.

(27)

METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H. multifora di lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga dan Stasiun Penelitian Bodogol – Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) (Gambar 3).

Gambar 3 Peta lokasi penelitian di Stasiun Penelitian Bodogol dan IPB Darmaga.

Darmaga

Keterangan:

Lokasi Penelitian

Bodogol

(28)

Stasiun Penelitian Bodogol berada di cagar biosfer Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Cagar biosfer merupakan perpaduan antara konservasi keanekaragaman landscape ekosistem hayati dan genetik. Cagar biosfer juga mempunyai fungsi pendukung penelitian, pemantauan, proyek percontohan serta sarana untuk pendidikan dan pelatihan (Budiananto 2006). Sebagian besar wilayah ini adalah hutan hujan tropis. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 3.000 – 4.200 mm/tahun, sehingga termasuk dalam salah satu kawasan terbasah di Pulau Jawa. Musim hujan berlangsung dari bulan Oktober hingga Mei (Budiananto 2006).

Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKA Bodogol) merupakan salah satu pusat pendidikan konservasi dan penelitian yang ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. PPKAB berdiri sejak 12 Desember 1998, merupakan program kerja sama antara Conservation International Indonesia Program, Taman nasional Gunung Gede Pangrango dan Yayasan Alami Mitra Indonesia. Lokasi PPKA Bodogol lebih kurang 15 km dari Ciawi menuju Lido dengan akses jalan yang mudah dicapai. PPKA Bodogol berada di ketinggian lebih kurang 800 mdpl (Budiananto 2006), secara geografis daerah ini terletak pada 60 46’ 35”LS dan 1060 51’20,3”BT.

(29)

B. Metode

a. Pengamatan Keanekaragaman Serangga

Pengamatan keanekaragaman serangga yang berasosiasi dengan bunga H. multifora dilakukan dengan menggunakan metode scan sampling (Martin & Bateson 1993). Pengamatan dilakukan pada tiga payung bunga pada tiga tumbuhan H. multiflora yang sedang berbunga pada masing-masing lokasi (Gambar 4).

(a) (b)

Pengamatan keanekaragaman dilakukan setiap hari dan setiap jam dilakukan pengamatan selama 30 menit, mulai pukul 06.00 sampai pukul 17.30 WIB. Pengamatan dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan dilakukan mulai bunga mekar sampai gugur. Total waktu pengamatan adalah 39 hari dengan rincian 20 hari di lokasi Darmaga dan 19 hari di Bodogol.

Sampel serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan H. multifora ditangkap dengan jaring serangga dan diawetkan untuk keperluan identifikasi. Pengawetan serangga dilakukan dengan dua cara yaitu awetan basah dan awetan kering. Awetan basah digunakan untuk serangga yang berukuran kecil dan awetan kering untuk serangga yang berukuran besar (Triplehorn & Jhonson 2005). Pengawetan kering digunakan untuk Lepidoptera yaitu dengan membius serangga dengan ethanol 70% dan disimpan dalam kertas papilot. Preparasi dilakukan dengan membentangkan sayap kemudian di pinning dan dimasukkan dalam kotak penyimpanan.

(30)

b. Pengukuran Parameter Lingkungan

Data lingkungan yang diukur, meliputi suhu udara dan kelembaban udara dengan menggunakan Thermo-Hygrometer dan intensitas cahaya dengan menggunakan lux meter. Pengukuran suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya dilakukan setiap ditemukan serangga pada saat pengamatan keanekaragaman serangga.

c. Pengukuran Volume Nektar

Pengukuran volume néktar bunga H. multiflora dilakukan setiap pukul 06.00-07.00 WIB. Pengukuran volume nektar dilakukan dengan menggunakan mikropipet ukuran 0,1 μl (Drummond Microcaps), yaitu dengan cara menempelkan mikropipet pada cairan nektar yang menggembung di dasar bunga (Gambar 5). Pengambilan nektar dilakukan pada dua bunga dan setiap pengambilan nektar digunakan mikropipet yang baru (Comba et al. 2003).

Gambar 5 Pengambilan nektar bunga H. multiflora dengan mikropipet

d. Identifikasi Spesimen

(31)

Identifikasi spesimen sampai genus berdasarkan Bolton (1994) untuk Formicidae, Michener (2000) untuk Apidae, Pechuman dan Teskey (1981) untuk Tabanidae, Wheeler (1987) untuk Drosophilidae, Shewell (1987) untuk Sarcophagidae, dan Barthelemy (2008) untuk Vespidae.

e. Pengamatan Frekuensi Kunjungan Serangga

Pengamatan frekuensi kunjungan dilakukan pada serangga yang dominan ditemukan pada tumbuhan H. multiflora, yaitu Crematogaster sp., Diacamma sp., Myrmicaria sp., Tabanus sp., Sarcophaga sp., Vesipula velutina, Trigona sp., Prenolepis sp., Vespa analis, Ropalidia fasciata, Drosophyla sp., dan Vespula flaviceps. Pengamatan frekuensi kunjungan meliputi: (1) jumlah bunga yang dikunjungi serangga persatuan waktu; (2) lama kunjungan serangga per bunga; dan (3) total kunjungan serangga pada bunga yang diukur dari serangga mulai berkunjung sampai serangga tersebut meninggalkan tumbuhan.

f. Pengukuran Efektivitas Serangga Penyerbuk

(32)

(a) (b)

Gambar6Perlakuan pengurungan payungbungadi dualokasi:kurungan (a), non kurungan (b)

Jumlah bunga per payung (Gambar 7a) dan jumlah buah yang terbentuk pada masing-masing perlakuan (kurungan dan non kurungan) dibandingkan (Dafni 1992).

(a) (b)

Gambar 7 Buah dan biji tumbuhan H. multiflora: buah (a), dan biji (b)

g. Analisis Data

Keanekaragaman spesies dan jumlah individu serangga penyerbuk pada tumbuhan H. multiflora ditampilkan dalam tabel. Hubungan keanekaragaman serangga dengan jumlah bunga dan volume nektar disajikan dalam bentuk grafik. Keanekaragaman serangga dianalisis dengan indeks keragaman shannon (H’), indeks kemerataan spesies (evenness), dan indeks kesamaan sorensen (Cs) (Magguran 2003) sebagian data dianalisis dengan Program Primer E5. Rumus yang digunakan adalah:

(33)

-Keterangan :

H' = indeks keragaman shannon

E = indeks kemerataan spesies (evennes) Cs = indeks kesamaan sorensen

ni = jumlah individu pada i spesies N = jumlah total individu

S = kekayaan spesies

J = jumlah spesies yang ditemukan pada waktu a dan b a = jumlah spesies yang ditemukan pada waktu a b = jumlah spesies yang ditemukan pada waktu b

Data keanekaragaman serangga dikaitkan dengan waktu pengamatan, volume nektar, dan faktor lingkungan. Hubungan antara keanekaragaman serangga dengan parameter lingkungan dianalisis dengan Principil Component Analysis (PCA) dengan program R.2.5.1. Volume nektar dihitung dengan menggunakan rumus:

Volume nektar = Panjang pipet berisi nektar x kalibrasi volume pipet Total panjang pipet

(34)

HASIL

A. KeanekaragamanSerangga

Pengamatan keanekaragaman serangga di dua lokasi penelitian diperoleh 957 individu yang terdiri atas 7 famili dan 15 spesies serangga pengunjung (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah individu (N), spesies (S), famili (F), dan indeks keanekaragaman serangga penyerbuk pada tumbuhan H. multiflora

Ordo

(35)

Tiga spesies serangga dengan jumlah tertinggi dan mendominasi, yaitu semut Myrmicaria sp. (76%), Crematogaster sp. (6,67%) (Formicidae), dan lebah Trigona sp. (6,27%) (Apidae). Dominansi yang tinggi pada semut disebabkan karena banyaknya sarang semut di sekitar tumbuhan H. multiflora.

Jumlah famili yang ditemukan di Darmaga (4 famili) lebih rendah di bandingkan di Bodogol (6 famili), tetapi memiliki jumlah spesies lebih tinggi (9 spesies) dibandingkan di Bodogol (8 spesies). Keanekaragaman serangga di Darmaga (H'= 0,43694) lebih rendah dibandingkan dengan Bodogol (H'= 1,54265). Keanekaragaman serangga di Darmaga termasuk kategori rendah (H’<1) sedangkan keanekaragaman di Bodogol termasuk kategori sedang (1<H’<3). Keanekaraagaman spesies tergolong tinggi apabila nilai indeks kemerataan dan keseragaman jenis mencapai sekitar 0,8 (Maguran 2003). Indeks kemerataan serangga di Darmaga (E= 0,19886) lebih rendah di bandingkan di Bodogol (E= 0,74186) (Lampiran 1). Hal ini disebabkan di Darmaga didominasi oleh spesies semut, sehingga menyebabkan nilai indeks kemerataan menjadi rendah (E≈0). Nilai indeks kesamaan Sorensen (Cs) di kedua lokasi adalah rendah (0,333).

(36)

1. Famili Formicidae

Amblyophone sp. Cre

mato

gaste

r sp.

Diacamma sp. Myrmicaria sp.

2. Apidae

.

Prenolepis sp. Trigona sp.

Vespa analis

0,2mm

0,2mm

0,5mm

0,2mm

4mm

5mm

7mm

5mm

4mm

(37)

3. Famili Vespidae

Ropalidia fasciata Vesipula velutina

4. Famili Drosophilidae 5.Famili Tabanidae

Drosophyla sp. Tabanus sp

6. Famili Sarcophagidae 7. Famili Hesperiidae

Sarcophaga sp. Tagiades gana gana

7. Famili Hesperiidae

5mm

5mm

5mm

Gambar 8 Serangga-serangga pengunjung H.multiflora: famili Formicidae (1); famili Apidae (2); famili Vespidae (3)

0,5mm

4mm

10mm

5mm

(38)

Parnara gutata

B. Keanekaragaman Serangga Berdasarkan Waktu Pengamatan

Jumlah spesies serangga tertinggi di Darmaga terjadi pada pukul 09.00-12.30 WIB, sedangkan jumlah individu tertinggi terjadi pada pukul 09.00-09.30 dan 12.00-12.30 WIB (Gambar 10).

Gambar 9 Serangga-serangga pengunjung H.multiflora; famili Vespidae (3); famili Drosophilidae (4); famili Tabanidae (5); famili

(39)

Waktu pengamatan

Gambar 10 Jumlah spesies (a) dan individu (b) serangga pengunjung bunga pada waktu pengamatan berbeda serangga di Darmaga

Jumlah spesies serangga tertinggi di Bodogol terjadi pada pukul 07.00-08.30 WIB, sedangkan jumlah individu serangga tertinggi terjadi pada kisaran pukul 07.00-11.30 WIB (Gambar 11).

(a)

(40)

Waktu pengamatan

Gambar 11 Jumlah spesies (a) dan individu (b) serangga pengunjung bunga pada pengamatan berbeda di Bodogol

C. Keanekaragaman Serangga dan Jumlah Bunga Mekar (a)

(41)

Jumlah individu serangga yang berkunjung ke bunga ditemukan tinggi pada saat banyak bunga mekar yaitu pada hari ke tiga di lokasi Darmaga (Gambar 13a) dan hari keempat di bodogol (Gambar 13b).

Hari pengamatan

Hasil pengukuran volume nektar pada bunga H. multiflora hari 1-6 pembungaan tertera pada Tabel 2. Volume nektar bunga tertinggi terjadi Gambar 12 Jumlah individu dan spesies serangga dan jumlah bunga mekar

(42)

pada hari keempat pembungaan, yaitu 0,147±3,102ml (Darmaga) dan 0,081±2,301ml (Bodogol). Volume nektar bunga pada hari kelima ditemukan rendah. Perbedaan volume nektar menyebabkan nilai p (0,06137) kedua lokasi adalah tidak berbeda nyata dengan uji t.

Tabel 2 Volume nektar bunga H. multiflora berdasarkan hari pembungaan di Darmaga dan Bodogol

D. Keanekaragaman Serangga dalam Kaitannya dengan Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan mempengaruhi jumlah individu dan jumlah spesies serangga. Jumlah individu di Darmaga dan di Bodogol ditemukan tinggi pada kisaran kelembaban udara 61% dan suhu udara kisaran 300C. Jumlah spesies di Darmaga dan di Bodogol ditemukan tinggi pada kelembaban udara 86%, suhu udara 220C. Jumlah individu serangga ditemukan tinggi pada intensitas cahaya 3000 lux, dan jumlah spesies serangga tinggi pada intensitas cahaya 1000 lux (Gambar 13 dan 14).

Hari pembungaan

Volume nektar (ml)

Darmaga ± Standar deviasi Bodogol ± Standar deviasi

1 0,044±1,023 0,02±1,340 2 0,099±2,342 0,05±1,453 3 0,036±2,415 0,058±2,675 4 0,147±3,102 0,081±2,301 5 0,021±1,306 0,031±2,421 6 0,114±2,081 0,039±1,340

(43)

0 2000 4000 6000 8000 10000

Intensitas cahaya (lux)

Gambar 13 Hubungan antara jumlah individu dengan suhu udara (a), kelembaban udara (b) dan intensitas cahaya (c)

(a)

(b)

(44)

0 2000 4000 6000 8000 10000

Intensitas cahaya (lux)

Gambar 14 Hubungan antara jumlah spesies dengan suhu udara (a), kelembaban udara (b) dan intensitas cahaya (c)

(b) (a)

(45)

Hubungan antara jumlah individu dan spesies serangga dengan faktor lingkungan yang meliputi suhu, kelembaban dan intensitas cahaya tertera pada Gambar 15.

Korelasi Pearson antara jumlah individu dan spesies serangga dengan parameter lingkungan, yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya tertera pada Tabel 3 dan Lampiran 3-8. Berdasarkan uji korelasi Pearson suhu dan intensitas cahaya berpengaruh positif terhadap jumlah individu serangga, sedangkan kelembaban berpengaruh negatif. Suhu udara berkorelasi negatif terhadap jumlah spesies serangga, sedangkan kelembaban udara, intensitas cahaya, berpengaruh positif terhadap jumlah spesies dan jumlah individu serangga.

-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

(46)

Tabel 3 Korelasi Pearson antara jumlah individu dan jumlah spesies serangga dengan suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, volume nektar, dan jumlah bunga

Korelasi Person dan nilai p antara volume nektar dengan jumlah individu dan spesies bernilai positif dan signifikan tertera pada Tabel 3 (Lampiran 9-10). Jumlah bunga mekar dan jumlah individu berkorelasi negatif dan nilai p signifikan sedangkan antara jumlah bunga mekar dengan spesies bernilai positif dan nilai p signifikan tertera (Lampiran 11-12).

E. Frekuensi Kunjungan Serangga

Jumlah bunga yang dikunjungi serangga per menit di lokasi Darmaga, terdapat tiga spesies serangga yang memiliki frekuensi kunjungan tinggi yaitu Prenolepis sp (3,89 bunga/menit), Ropalidia fasciata (3,57 bunga/menit), Myrmicaria sp. (3,43 bunga/menit). Kunjungan serangga terlama per payung bunga (Bodogol) dilakukan oleh Crematogaster sp. (2523 detik) dan di Darmaga oleh Vespula flaviceps (258 detik).

Tabel 4 Frekuensi kunjungan, ukuran tubuh, dan efektivitas serangga penyerbuk

Jumlah

individu Nilai p

Jumlah

(47)

Famili

Vesipula velutina 58 ± 28,05 2,875±0,99 20,87±0,99 Besar Tidak Apidae

Berdasarkan lama kunjungan per bunga, kunjungan paling lama terjadi di Bodogol pada spesies Myrmicaria sp. (26,43 detik) dan V. velutina (20,87 detik). Sedangkan di Darmaga adalah Drosophyla sp. (54,54 detik) dan Vespa analis (20 detik).

F. Pembentukan Buah

Berdasarkan perlakuan dengan kurungan pada payung bunga di Darmaga diperoleh hasil bahwa bunga yang tidak dikurung memiliki persentase pembentukan 5,77% (Darmaga). Bunga yang tidak dikurung di Bodogol tidak terjadi pembentukan buah (Tabel 5).

Tabel 5 Persentase pembentukan buah dari bunga tumbuhan yang dikurung dan tidak dikurung di Darmaga dan Bodogol

(48)

PEMBAHASAN

Kurungan Non Kurungan Kurungan Non Kurungan Darmaga 14± 4,0415 17,33±5,6723 0 1±0

Bodogol 15,33±6,8068 12±3,4257 0 0 Persentase

(49)

A. Keanekaragaman Serangga Pengunjung dan Penyerbuk pada H. multiflora

Total serangga yang mengunjungi tumbuhan H. multiflora yang diamati adalah 952 individu (681 individu di Darmaga dan 271 individu di Bodogol). Kedua lokasi diamati 15 spesies serangga yang mengunjungi bunga H. multiflora (8 spesies di Bodogol dan 9 spesies di Darmaga) yang termasuk dalam 7 famili (6 famili di Bodogol dan 4 famili di Darmaga) (Tabel 2). Perbedaan jumlah spesies di Darmaga dan Bodogol dipengaruhi oleh tipe habitat yaitu Bodogol mempunyai karakteristik hutan hujan tropis sedangkan di Darmaga berupa perumahan. Beberapa spesies hanya ditemukan di Bodogol, yaitu Cremtogaster sp., Diacamma sp. (Formicidae), Vesipula velutina (Vespidae), Trigona sp. (Apidae), Tabanus sp. (Tabanidae), dan Sarcophaga sp. (Sarcophagidae). Tujuh spesies yang hanya ditemukan di Darmaga, yaitu Prenolepis sp., Amblyopone sp. (Formicidae), Vespa analis, R. fasciata, V. Flaviceps (Vespidae), T. gana gana dan P. Guttata (Hesperiidae). Enam spesies yang hanya ditemukan di Bodogol yaitu Cremtogaster sp., Diacamma sp., Vesipula velutina, Trigona sp., Tabanus sp., dan Sarcophaga sp. Dua spesies ditemukan di kedua lokasi, yaitu Myrmicaria sp.dan Drosophyla sp. Dominansi yang tinggi dari semut (Formicidae) pada tumbuhan H. multiflora berpengaruh terhadap nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan serangga.

Keanekaragaman serangga di Darmaga (H=0,4369) termasuk kategori rendah (H’<1) sedangkan nilai indeks keanekaragaman di Bodogol (H=1,5427 ) termasuk kategori sedang (1<H’<3) (Magurran 2003). Kesamaan serangga yang ditemukan di Darmaga dan Bodogol rendah (Cs=0,333) (Tabel 2). Semakin kecil nilai kemerataan spesies maka kelimpahan serangga tidak merata dan terjadi dominansi yaitu semut. Nilai indeks kesamaan Sorensen (Cs) di kedua lokasi adalah rendah (0,333).

(50)

Trigona sp. dan Apis sp. (Apidae) memiliki corbicula, rambut pada tubuh dan probosis yang panjang. Struktur tubuh ini mendukung serangga sebagai penyerbuk pada banyak spesies tumbuhan berbunga (Triplehorn & Johnson 2005).

Semut Prenolepis sp. ditemukan dominan pada tumbuhan H.multiflora. Ciri-ciri spesies ini adalah antena 12 segmen, abdomen bagian depan dengan sternit 1 terbuka, kepala menghadap ke depan dengan letak mata agak ke tengah, mandible dengan 6 gigi, mesothorak disamping pronotum (Bolton 1994). Pada bunga H. multiflora, Prenolepis sp. kemungkinan hanya mengambil nektar dan dari pengamatan spesies ini tidak ditemukan polinia pada tubuhnya. Namun tidak menutup kemungkinan semut Prenolepis sp sebagai pengunjung sekaligus sebagai penyerbuk pada bunga H. multiflora. Prenolepis sp. pada tanaman jarak pagar dilaporkan sebagai penyerbuk. Semut ini dikenal sebagai semut madu karena memiliki abdomen yang transparan (Rianti 2009).

Semut Crematogaster sp. pada penelitian ini diamati, mengambil nektar pada tumbuhan H. multiflora sebagai sumber pakannya. Crematogaster sp. pada H. multiflora, ditemukan dengan jumlah individu tinggi dan kemungkinan dikategorikan hanya sebagai pengunjung bunga karena hanya mengambil nektar saja. Semut ini diamati keluar masuk pada payung bunga yang dikurung dan hasil pengamatan menunjukan tidak terjadi pembentukan buah. Semut Crematogaster sp. merupakan spesies yang memiliki postpetiole bersambung pada segmen pertama gaster bagian dorsal dan tidak memiliki alur pada antena (Bolton 1994).

(51)

Dua spesies semut lain, yaitu Amblyopone sp. dan Diacamma sp. ditemukan pada bunga H. multiflora. Semut Amblyopone sp. diamati hanya mengambil nektar pada tumbuhan H. multiflora sebagai sumber pakannya. Semut Amblyopone sp. memiliki jumlah kunjungan pada bunga paling sedikit dan dikategorikan sebagai serangga pengunjung bunga. Amblyopone sp. adalah semut yang memiliki ciri-ciri: petiole dekat dengan segmen pertama gastral, antena 12 segmen, mandible linier dengan lebih dari tiga gigi, spatula seta tidak ada, dan panjang mandible tidak sama dengan panjang kepala (Bolton 1994).

Pengamatan pada semut Diacamma sp. spesies ini hanya mengambil nektar dan pada tubuhnya tidak ditemukan polinia. Jumlahnya individu dari spesies ini yang cukup banyak dan struktur tubuh yang mendukung memungkinkan semut Diacamma sp. dikategorikan sebagai pengunjung dan penyerbuk pada bunga H. multiflora. Diacamma sp. adalah semut yang memiliki ciri petiole lebih dekat dengan segmen pertama gastral, mandible panjang dan triangular, terdapat premesontal sutura, pada bagian kepala tanpa scrobes antena, ruas petiole bagian dorsal dengan satu pasang duri (Bolton 1994).

Lebah Trigona sp. diamati mengambil nektar sebagai sumber pakannya. Trigona sp. dapat dikategorikan sebagai serangga pengunjung dan penyerbuk pada tumbuhan H. multiflora. Lebah ini memiliki jumlah kunjungan yang tinggi pada bunga. Lebah ini dilaporkan sebagai penyerbuk dominan pada tanaman jarak pagar (Atmowidi et al 2008). Trigona sp. adalah lebah dengan ukuran tubuh kecil, panjang tubuh 4-6 cm, kepala, thorak dan abdomen hitam dengan sayap transparan, tidak mempunyai penyengat (Michener 2000; Triplehorn & Johnson 2005).

(52)

pengunjung dan berpotensi sebagai penyerbuk. Meskipun pada penelitian ini tidak ditemukan polinia pada tubuh tabuhan. Famili tumbuhan Asclepiadaceae, tabuhan (Vespidae) merupakan serangga penyerbuk yang penting dan dapat meningkatkan hasil buah (Ollerton & Liede 1997).

Spesies tabuhan V. velutina dengan ciri-ciri:ukuran tubuh 14-17 mm, kecil, atau sama dengan ukuran lebah, bagian kepala dan thorak hitam, bagian pertama dan kedua sterna memiliki sabuk kuning, bagian keempat dan keenam sterna dengan zona kuning. Tabuhan V. analis memiliki ciri-ciri: ukuran tubuh sekitar 25 mm, ukuran tubuh lebih kecil dari lebah. Tabuhan R. fasciata dengan ciri-ciri: ukuran tubuh 9–10 mm, segmen metasomal kedua berbentuk seperti bel, bagian lateral dan dorsal berwarna kuning. Spesies yang keempat adalah V. flaviceps dengan ciri-ciri: ukuran tubuh 8–9 mm, ukuran tubuh kecil, didominasi warna hitam pada tubuhnya dan terdapat sabuk warna kuning pada bagian posterior sampai segmen metasomal (Barthelemy 2008).

Hasil penelitian ini diamati tiga spesies lalat (Diptera) yaitu Tabanus sp., Sarcophaga sp., dan Drosophyla sp. Berdasarkan pengamatan, ketiga spesies lalat tersebut mengambil nektar sebagai sumber pakannya. Tabanus sp. dan Sarcophaga sp. memiliki kelimpahan yang cukup tinggi pada H. multiflora dan dapat dikategorikan sebagai serangga pengunjung dan berpotensi sebagai penyerbuk, sedangkan Drosophyla sp. dikategorikan sebagai serangga pengunjung. Lalat Tabanus sp adalah lalat dengan ciri-ciri: ukuran tubuh sedang atau besar, panjang 6–20 mm, warna tubuh cokelat,mata besar, membran sayap lebih gelap dari pada warna tubuh (Pechuman & Teskey 1981). Lalat Sarcophaga sp. dengan ciri ukuran tubuh kecil sampai besar, panjang 3–18 mm, pada thorak terdapat 3 garis hitam dengan latar belakang abu-abu, abdomen bergaris, berpita atau berbintik-bintik (Shewell 1987). Lalat Drosophyla sp. ukuran tubuh kecil, panjang 2– 5 mm, warna tubuh putih dengan mata berwarna merah, sayap transparan (Wheeler 1987).

(53)

mengambil nektar bunga dan berpotensi sebagai penyerbuk. Hansen et al. (2007) melaporkan bahwa penyerbukan pada tumbuhan Hoya dilakukan oeh serangga dari Ordo Lepidoptera. P. guttata ukuran tubuh kecil, dengan rentang sayap 15-17 mm, kupu-kupu jantan dan betina hampir sama ukurannya, warna cokelat hingga cokelat gelap dengan totol-totol putih pada sayap. Kupu T. gana gana dengan ukuran tubuh sedang, rentang sayap 60– 90 mm, warna tubuh putih, abu-abu dan hitam dengan bintik-bintik putih di pinggir sayap, pola warna bagian atas hampir sama dengan bagian bawah (Sola et al. 2005).

Keanekaragaman serangga pada bunga di Bodogol lebih tinggi dibandingkan di Darmaga. Habitat yang masih alami di Bodogol sehingga keanekaragaman serangganya tinggi. Habitat di Darmaga ditemukan banyak pemukiman penduduk dan tidak alami lagi. Selain tipe habitatnya keanekaragaman serangga juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya (Amano et al. 2000). Berdasarkan analisis, suhu udara dan intensitas cahaya berpengaruh positif terhadap jumlah individu serangga, sedangkan kelembaban berpengaruh negatif terhadap jumlah individu serangga. Serangga-serangga yang mengunjungi bunga di Bodogol banyak ditemukan di pagi hari, terutama tabuhan (Vespidae). Vespidae merupakan serangga poikiloterm dan berukuran besar yang mampu memanaskan suhu torak dengan cara mengepakan sayapnya (warming up) sampai suhu 260C(Schoonhoven et al. 1998). Suhu tersebut merupakan kisaran serangga untuk terbang. Serangga di Darmaga banyak ditemukan pada siang hari,terutama semut.

(54)

terjadi dalam tiga tahap yaitu hari pertama bunga mekar sebagian (1-2 bunga) kemudian bunga mekar 3-4 bunga (hari kedua) dan bunga mekar seluruhnya (hari ketiga). Volume nektar tertinggi pada bunga H. multiflora di Darmaga dan Bodogol terjadi pada hari 3-4 yaitu pada saat bunga mekar seluruhnya.

Keanekaragaman serangga berkaitan dengan banyaknya bunga yang dihasilkan oleh tumbuhan (Gilman 1999). Salah satu ketertarikan serangga pada bunga adalah kandungan nektar (Kearns & Inouye 1997). Nektar merupakan larutan gula yang disekresikan oleh kelenjar nektar (Dafni 1992). Selain nektar, serbuk sari juga merupakan faktor penarik bagi serangga penyerbuk. Kemampuan serangga dalam membawa polen memungkinkan terjadinya penyerbukan silang pada tumbuhan (Bolat & Pirlak 1999). Tumbuhan famili Asclepiadaceae (M. japonica), serangga penyerbuk yaitu Vespidae, Apidae, dan Tabanidae dilaporkan membawa polinia pada tungkai atau pada alat mulut (mandibel). Sedangkan pada kupu-kupu polinia dapat ditemukan pada probosisnya (Tanaka et al. 2006).

B. Frekuensi Kunjungan Serangga

(55)

jarak (Rianti 2009). Semut Myrmicaria sp. dan Crematogaster sp. kurang efektif sebagai serangga penyerbuk pada tumbuhan Hoya. Pengamatan pada bunga, semut ini hanya mengambil nektar, ukuran tubuh yang kecil membuat semut Myrmicaria sp. dan Crematogaster sp. dapat masuk ke dalam payung bunga H. multiflora yang dikurung, tetapi dari bunga tersebut tidak terbentuk buah. Rianti (2009) melaporkan bahwa semut tersebut kurang efektif dalam penyerbukan tanaman jarak pagar.

Aktivitas serangga dalam mencari pakan memberi keuntungan bagi bunga karena dapat terjadi penyerbukan. Bunga H. multiflora serangga dari famili (Vespidae, Apidae dan Tabanidae), pada saat mengambil nektar tungkai seperti “mencongkel” bagian bunga. Perilaku ini dapat menyababkan polinia yang terlindungi korpuskulum dapat terbawa oleh tungkai serangga. Polinia yang terbawa tungkai serangga sampai di kepala putik dan polinia akan berkecambah sehingga terjadilah pembuahan.

C. Pembentukkan Buah

Perlakuan dengan pengurungan bunga H. multiflora di kedua lokasi diperoleh bahwa masing-masing payung tidak menghasilkan buah. Hal ini mendukung pernyataan bahwa serangga diperlukan sebagai agen penyerbuk banyak spesies tumbuhan seperti pada Hoya. Bunga yang mempunyai letak putik yang lebih tinggi dari benang sari diperlukan serangga sebagai agen penyerbuk (Barth 1991).

Tumbuhan H. multiflora di Darmaga terbentuk buah dari bunga yang tidak dikurung dengan persentase 5,77%. Pengamatan tumbuhan H. multiflora yang dilakukan di Bodogol tumbuhan dengan payung bunga tanpa kurungan tidak terbentuk buah. Data tersebut diketahui bahwa pembentukan buah dipengaruhi adanya kunjungan serangga.

(56)

penyerbukan juga bergantung pada polinia yang sampai ke kepala putik. Pembentukan buah pada tumbuhan juga dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya (Amano et al. 2000; Rianti 2009). Efek dari penyerbukan silang selain dapat meningkatkan jumlah buah yang terbentuk juga berpengaruh terhadap kualitas (Atmowidi et al. 2007; Rianti 2009).

(57)

KESIMPULAN

Pengamatan serangga-serangga pengunjung bunga H. multiflora di Darmaga dan Bodogol diperoleh 952 individu yang termasuk dalam 15 spesies dan 7 famili. Lokasi Bodogol diamati 8 spesies yang termasuk dalam 6 famili sedangkan di Darmaga diamati 9 spesies dalam 4 famili. Tiga spesies serangga ditemukan dominan, yaitu semut Myrmicaria sp. (76%), Crematogaster sp. (6,67%) (Formicidae) dan lebah Trigona sp. (6,27%) (Apidae).

Keanekaragaman serangga di pengaruhi oleh volume nektar, jumlah bunga mekar, suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya. Suhu udara, intensitas cahaya dan volume nektar berpengaruh positif terhadap jumlah individu dan spesies serangga, sedangkan kelembaban berpengaruh negatif terhadap jumlah individu serangga. Faktor yang berpengaruh positif terhadap jumlah individu dan spesies serangga adalah suhu dan intensitas cahaya.

Berdasarkan frekuensi kunjungan serangga pada bunga, Prenolepis sp., R. fasciata, V. analis, Trigona sp., Tabanus sp. adalah serangga yang efektif sebagai penyerbuk pada tumbuhan Hoya. Pembentukan buah Hoya dipengaruhi oleh kehadiran serangga. Hal ini ditunjukan dengan terbentuknya buah sebesar 5,77% pada bunga yang tidak dikurung.

SARAN

Perlu adanya penelitian yang mendalam tentang serangga penyerbuk tumbuhan Hoya karena rendahnya jumlah buah yang terbentuk. Perlu dilakukan pengamatan serangga penyerbuk Hoya yang lebih intensif setiap bulan dalam satu tahun agar diperoleh data yang lengkap. Selain itu, perlu usaha untuk menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan penghasil nektar yang berperan penting dalam konservasi keanekaragaman serangga.

(58)

Amano K, Nemoto T, Heard TA.2000. What are stingless bees and why and how to use them as crop pollinator? A review JARQ 34: 183-190. Atmowidi T, Buchori D, Manuwoto S, Suryobroto B, Hidayat P. 2007.

Diversity of pollinator insects in relation of seed set of Mustard (Brassica rappa L: Crusiferae). Hayati J Biosci 14:155-161.

Atmowidi T, Rianti P, Sutrisna A. 2008. Pollination effectiveness of Apis cerana Fabricus and Apis melifera Linnaeus in Jatropha curcas L (Euphorbiaceae). Biotropia 15:29-134.

Banjo AD, Lawal OA, Aina SA. 2006. The entomofauna of two medicinal Euphorbiaceae in Shouthwestern Nigeria. J Appl Sci Res. 2: 858-863.

Barth FG. 1991. Insect and Flowers. The Biology of Partnership. New Jersey: Princeton Univ. Pr.

Barthelemy C. 2008. Provisional National Guide to The Social of Hong Kong. Hong Kong: The Hong Kong Pr.

Bolton B. 1994. Identification Guide to the Ant Genera of the World. Cambridge: Harvard Univ Pr.

Bolat I, Pirlak L. 1999. An Investigaton on Pollen Viability, Germination and Tube Growth in Some Stone Fruits. Tr.J. of Agriculture and Forestry. 23:383-388.

Budiananto. 2006. Pengembangan Wisata di Wilayah Cagar Biosfer. Bogor: Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Comba L, Corbet S, Hunt L, Warren B. 1999. Flower, nectar and insect visits: Evaluating British Plant Species for pollinator-friendly gardens. Ann Bot 83: 369-383.

Dafni A. 1992. Pollination Ecology A Practical Approach. New York: Oxford University Pr.

Gilman EF. 1999. Hoya carnosa. Cooperative Extention Servis Institute of food and agriculture sciense. Florida: University of Florida Pr. Greenleaf SS, Kremen C.2006. Wild bees enhance honey bees pollination of

(59)

Hansen DM, Olesen JM, Mione T, Johnson SD, Muller CB. 2007. Coloured nectar: distribution, ecology and evolution of an enigmatic floral trait. Biol Rev 82: 83-111

Kearns CA, Inouye DW. 1997. Pollinator, Flowering Plants and Conservation Biology. Bio Sci 47:297-307.

Keng H. 1969. Orders and Families of Malayan Seed Plants.Singapore: Malaya Univ Pr.

Klein AM, Steffan-Dewenter I, Buchori D, Tscharntke T. 2003. Pollination of coffea canephora in relation to local and region agroforestry management. Ecology 40:837-845.

Magurran AE. 2003. Measuring Biological Diversity. New Jersey: Blackwelll Pub.

Martin P, Bateson P. 1993. Measuring Behaviour: An Introductory Guide. Second ed. Cambrige: Cambrige Univ Pr.

Michener. 2000. The Bees of The World. Baltimore: The John Hopkins Univ Pr.

Ollerton J & Liede S. 1997. Pollination systems in the Asclepiadaceae a survey and preliminary analysis. Bio Linn Soc 62:593–610.

Pechuman LL & Teskey HJ. 1981. Tabanidae In: Mcalpine JF (ed) Manual of Neartic Diptera Vol.1. Canada: Canadian Government Publ. Raju AJS, Ezradanam V. 2002. Pollination ecologi and fruiting behaviour in

a monocious species, Jatropha curcas L (Euphorbiaceae). Curr Sci 83:1395-1398.

Rahayu S. 2006. Hoya multiflora Blume In: Sutarno, H. dan Naedi, D, Rugayah (eds) Tanaman Hias dalam Ruangan. Bogor: Puslit Biologi LIPI.

Raw A. 2000. Foraging behaviour of wild bees at hot pepper flower (Capsicum annuun) and its possible influence on cross pollination. Ann Bot 85: 487-492.

Rianti P. 2009. Keanekaragaman, Efektifitas, dan Frekuensi kunjungan Serangga Penyerbuk pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L: Euphorbiaceae) [Thesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

(60)

Schoonhoven S, Jery LMT, Von Loon JJA. 1998. Insect-Plant Biology. From physiology to evolution. 1st Ed. Cambridge: Champman & Hall.

Sedgley M, Griffin AR. 1989. Sexual Reproduction of Tree Crops. London: Academic Pr.

Shewell GE. 1987. Drosophilidae In: Mcalpine JF (ed) Manual of Neartic Diptera Vol.2. Canada: Canadian Government Publ.

Steffan-Dewenter I, Munzenberg U, Tscharntke T. 2001. Pollination, seed set and seed predation on landscape scale. Proc R Soc B 268: 1685-1690.

Sola E, Widyaningrum IK, Mulyati S. 2005. A Photographic Guide to the Common Insect of Gunung Halimun-Salak National Park. Bogor: Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Tanaka H, Hatano T, Kaneko N, Kawachino S, Kitamura O, Suzuki Y, Tada T, Yaoi Y. 2006. Andromonoecious sex expression of flowers and pollinia delivery by insects in Japanese milkweed Metaplexis japonica (Asclepiadaceae), with special reference ti its flora morphology. Plant Spec Biol 21:193-199.

Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. An Introduction to The Study of Insects. Philadelphia: W.B. Saunders.

Wantrop L, Kocyan A, Renner SS. 2006. Wax plant disentangled: aphylogeny of Hoya (Marsedenia, Apocynaceae) inferred from nuclear and chloroplast DNA sequences. Mol Phylogenet Evol 39: 722-733.

Wheeler MR. 1987. Drosophilidae In: Mcalpine JF (ed) Manual of Neartic Diptera Vol.2. Canada: Canadian Government Publ.

(61)
(62)

Lampiran 1

ANALISIS DENGAN PRIMER E 16/11/2009 DIVERSE

Uji t untuk membandingkan nektar di Darmaga dan Bodogol

Variable 1 Variable 2

Mean 0,076833333 0,0465

Variance 0,002531767 0,0004667

Observations 6 6

Pearson Correlation 0,641304583 Hypothesized Mean Difference 0 Df 5

t Stat 1,855057958

P(T<=t) one-tail 0,061374004 t Critical one-tail 2,015048372 P(T<=t) two-tail 0,122748008 t Critical two-tail 2,570581835

Lampiran 3

Uji t untuk suhu udara dengan jumlah individu serangga

Variable 1 Variable 2

Mean 26,44125 39,58333333 Variance 7,954028804 849,384058 Observations 24 24 Pearson Correlation 0,526596068

(63)

Lampiran 4

Uji t untuk suhu udara dan jumlah spesies serangga

Variable 1 Variable 2

Mean 26,44125 3,333333

Variance 7,954028804 1,449275

Observations 24 24

Pearson Correlation -0,028428641 Hypothesized Mean Difference 0

Df 23

t Stat 36,54377659

P(T<=t) one-tail 3,53682E-22 t Critical one-tail 1,713871517 P(T<=t) two-tail 7,07364E-22 t Critical two-tail 2,068657599

Lampiran 5

Uji t untuk kelembaban udara dan jumlah individu serangga

Variable 1 Variable 2 t Critical one-tail 1,713871517 P(T<=t) two-tail 6,99145E-05 t Critical two-tail 2,068657599

Lampiran 6

Uji t untuk kelembaban udara dan jumlah spesies

Variable 1 Variable 2

Mean 72,75 3,333333

Variance 62,1087 1,449275

Observations 24 24

Pearson Correlation 0,004583 Hypothesized Mean Difference 0 Df 23

t Stat 42,68563

(64)

Lampiran 7

Uji t untuk intensitas cahaya dan jumlah individu

Variable 1 Variable 2

Mean 4156,333 3,583333

Variance 9907038 1,537879

Observations 12 12

Pearson Correlation 0,08768 Hypothesized Mean Difference 0 Df 11

t Stat 4,570561

P(T<=t) one-tail 0,000401 t Critical one-tail 1,795885 P(T<=t) two-tail 0,000803 t Critical two-tail 2,200985

Lampiran 8

Uji t untuk intensitas cahaya dan jumlah spesies

Variable 1 Variable 2

Mean 4156,333333 22,58333333

Variance 9907037,697 112,6287879

Observations 12 12

Pearson Correlation 0,500989147 Hypothesized Mean Difference 0 Df 11

t Stat 4,557170722

P(T<=t) one-tail 0,000410218 t Critical one-tail 1,795884814 P(T<=t) two-tail 0,000820436 t Critical two-tail 2,200985159

Lampiran 9

Uji t untuk volume nektar dan jumlah individu serangga

Variable 1 Variable 2

Mean 0,052857 20,47571

Variance 0,001458 65,5834

Observations 7 7

Pearson Correlation 0,445842 Hypothesized Mean Difference 0 Df 6

t Stat -6,68619

(65)

Lampiran 10

Uji t untuk volume nektar dan jumlah spesies

Variable 1 Variable 2

Mean 0,052857 2,427143

Variance 0,001458 0,544557

Observations 7 7

Pearson Correlation 0,797679 Hypothesized Mean Difference 0 Df 6

t Stat -8,87439

P(T<=t) one-tail 5,7E-05 t Critical one-tail 1,94318 P(T<=t) two-tail 0,000114 t Critical two-tail 2,446912

Lampiran 11

Uji t untuk Jumlah bunga dan jumlah individu serangga

Variable 1 Variable 2

Mean 8,144286 20,47571

Variance 11,73313 65,5834

Observations 7 7

Pearson Correlation -0,02693 Hypothesized Mean Difference 0 Df 6

t Stat -3,6751

P(T<=t) one-tail 0,005195 t Critical one-tail 1,94318 P(T<=t) two-tail 0,010391 t Critical two-tail 2,446912

Lampiran 12

Uji t untuk Jumlah bunga dan jumlah spesies serangga

Variable 1 Variable 2

Mean 8,144286 2,427143

Variance 11,73313 0,544557

Observations 7 7

Pearson Correlation 0,924469 Hypothesized Mean Difference 0 Df 6

t Stat 5,485351

(66)

DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume

(ASCLEPIADACEAE)

LILIH RICHATI CHASANAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(67)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2010

(68)

LILIH RICHATI CHASANAH. Diversity and Visiting Frequency of Insect Pollinator and Its Effect to Fruit Set of Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae). Supervised by RIKA RAFFIUDIN, TRI ATMOWIDI, SRI RAHAYU.

Pollinator is importance to the life of flowering plant. Diversity of insect pollinators effect to fruit set. The objectives of the research were to study the insect pollinators diversity and its effect to fruit set of Hoya multiflora. Diversity of insect was observed by using scan sampling method during 06.00 am - 17.30 pm. Visiting frequency of insect pollinator was observed by using focal sampling method. Observations were conducted from January-June 2009 at two locations, i.e Darmaga and Bodogol Station (Gede Pangrango National Park). Nectar volume of flowers were measured by using micropipette. To examine the effectiveness of insect pollinators, one of umbel flower of H. multiflora was covered by insect screen and their seeds were compared with opened (uncovered) flowers. Result, showed that there were 952 individuals of insect that consisted of 7 families and 15 species. High frequency visiting insects were found at 09.00-12.30 am in Darmaga and 07.00 - 11.30 am in Bodogol. The highest volume of nectar secretion were found at fourth day in Bodogol flower. Based on visiting frequency observed, five species, e.i ant (Prenolepis sp.), bee (Trigona sp.), wasps (Ropalidia fasciata and Vespa. analis) and fly (Tabanus sp.) were the effective pollinators. Diversity of insect pollinator effected to fruit set of H. multiflora in the uncovered flower.

(69)

LILIH RICHATI CHASANAH. Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae). Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN, TRI ATMOWIDI, dan SRI RAHAYU.

Interaksi antara serangga dengan tumbuhan berbunga merupakan bentuk asosiasi mutualisme. Interaksi tersebut terjadi karena bunga menyediakan pakan bagi serangga, yaitu serbuksari dan nektar, dan tumbuhan mendapatkan keuntungan dalam penyerbukan. Ketersediaan pakan pada bunga dapat meningkatkan keanekaragaman serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan. Keanekaragaman serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan berkaitan dengan banyaknya bunga yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan. Jumlah nektar dan polen bunga berpengaruh pada keanekaragaman serangga. Nektar disekresikan oleh kelenjar nektar dengan kandungan utama gula (sukrosa). Selain nektar, serbuksari (polen) juga merupakan faktor yang menarik serangga penyerbuk.

Hoya multiflora merupakan tumbuhan asli Indonesia, yang termasuk dalam famili Asclepiadaceae. Spesies ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang bernilai ekonomi. Bunga tumbuhan ini bentuknya unik, yaitu menyerupai ujung tombak, berwarna putih atau krem, ujung kekuningan. Corolla bunga berjumlah lima, berbentuk segitiga, memanjang dengan panjang sekitar 12 mm dan lebar 3 mm. Corona bunga berjumlah lima, dengan panjang 9 mm dan lebar 2 mm berbentuk ujung tombak atau anak panah. Bunga terletak diantara dua tangkai daun. Tiap payung terdapat 5-35 bunga dengan panjang tangkai 1-3 cm dan berdiameter 2 mm. Polen tumbuhan ini bergabung menjadi polinia. Bunga dengan lima pasang polinia (panjang 2 mm) yang dihubungkan oleh korpuskulum berwarna coklat tua atau hitam. Letak putik pada H. multiflora lebih tinggi dari pada polinia, sehingga diperlukan agen untuk penyerbukan. Spesies ini melakukan penyerbukan silang dengan serangga sebagai agens penyerbuk.

Pengamatan keanekaragaman serangga penyerbuk dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2009 di dua lokasi yaitu di kampus IPB Darmaga dan Stasiun Penelitian Bodogol – Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Bogor. Pengamatan di Darmaga, dilakukan pada tanaman H. multiflora yang sudah dibudidayakan sedangkan di Bodogol tumbuhan ini masih di habitat alaminya.

(70)

menit, Myrmicaria sp. (3,43 ± 2,36) per menit. Berdasarkan jumlah bunga yang dikunjungi per menit frekwensi kunjungan serangga tinggi di Bodogol, terdapat tiga spesies memiliki yaitu Trigona sp. (3,05 ± 0,97) dan Tabanus sp. (3 ±1,41). Lama kunjungan per bunga, paling tinggi pada spesies Myrmicaria sp. (26,43± 1,01) detik dan Vesipula velutina (20,87± 0,99) detik di Bodogol. Sedangkan di Darmaga adalah Drosophyla sp. (54,54± 0,316) detik dan Vespa analis (20± 1,41) detik.

Berdasarkan perilaku kunjungan serangga pada bunga, diduga kuat bahwa Prenolepis sp., R. fasciata, V. analis, Trigona sp., Tabanus sp. adalah serangga yang efektif sebagai penyerbuk tumbuhan Hoya. Pembentukan buah Hoya dipengaruhi oleh kehadiran serangga. Perlakuan pengurungan bunga tidak menghasilkan buah, bunga yang tidak dikurung dapat membentuk buah dengan persentase 5,77%.

Keyword: Keanekaragaman, serangga penyerbuk, frekuensi kunjungan, pembentukan buah, Hoya multiflora

Gambar

Gambar 5 Pengambilan nektar bunga H. multiflora dengan mikropipet
Gambar 6 Perlakuan pengurungan payung bunga di dua lokasi: kurungan (a), non kurungan (b)
Tabel 1 Jumlah individu (N), spesies (S), famili (F), dan indeks keanekaragaman serangga penyerbuk pada tumbuhan H
Gambar  8  Serangga-serangga pengunjung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Trustindo Prima Karya dengan Sertifikat Nomor 229.SLK.010- IDN yang berlaku sampai dengan tanggal 20 Maret 2017 sehingga telah membubuhkan Tanda V-Legal pada

Guru mempersiapkan kondisi belajar siswa untuk melakukan percobaan, tentang kegunaan magnet dan cara membuat magnet.. Guru meminta siswa untuk mepersiapkan alat-alat dan bahan untuk

Sifat kimia Ultisol di bawah tegakan kelapa sawit umur 18 tahun adalah yang tertinggi dibandingkan dengan kelapa sawit umur 8 dan 15 tahun, kecuali kejenuhan basa pada

Dikarenakan hal tersebut, maka diperlukannya suatu penelitian yang dapat melihat tingat kesadaran dan pemahaman para pengguna teknologi khususnya kalangan Mahasiswa FTK UIN

Dari beberapa kendala yang muncul pada CV.Mina Marga Utama, pemimpin/manajer tetap berusaha untuk menghargai karyawannya dengan memberikan jaminan-jaminan yang dibutuhkan baik

[r]

Didalam hal ini peneliti akan mengamati bagaimana bentuk serta faktor ± faktor yang mempengaruhi masyarakat di dalam Program Sanitasi Berbasis Masyarakat di

Sedangkan kemauan adalah sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan (12). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan presepsi masyarakat di