• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

FEASIBILITY STUDY ON ESTABLISHMENT OF JACKFRUITS CHIPS

PROCESSING INDUSTRIES IN SEMARANG REGENCY

R. Adityo Arannugroho

Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, Bogor 16002, West Java, Indonesia.

ABSTRACT

Before make an investment, it would be good to make a feasibility study of

that investment. The result of this research is to know the feasibility of the the

establishment of the Jackfruits chips industries on Semarang regency. The result

of this reserach show that market aspect have stable market demand, prospective

market potential, and good market share. Analysis result of technical and

technology aspect, finanncial aspect indicate that jackfruit chip industry is

feasible to established. The analysis to the sensitivity on the increasing raw

material prices up to 13%, increasing fuel and electricity prices up to 68%, and

reduction in selling prices up to 4% is feasible to established.

(2)

I. PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Pemerintah Kabupaten Semarang menyatakan bahwa buah nangka merupakan produk hortikultura unggulan yang potensial. Ditinjau dari segi produktivitas, berdasar data dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2008, produsi buah nangka di daerah ini mencapai 17.593 kwintal/tahun. Mutu buah nangka yang baik dari segi rasa, ukuran, dan ketebalan daging buah akan menjadi dukungan keunggulan bagi buah ini. Potensi buah di daerah ini dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi keripik nangka.

Nilai tambah yang didapat jika buah nangka diolah menjadi keripik nangka diantaranya adalah meningkatnya harga jual serta umur simpan produk menjadi lebih lama. Keuntungan yang didapat dari usaha keripik nangka memberi peluang untuk didirikannya industri pengolahan keripik nangka.

Sebelum keripik nangka dipasarkan di suatu wilayah, maka diperlukan penilaian mengenai seberapa besar permintaan konsumen yang ada serta potensinya untuk dapat berkembang di masa mendatang. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan produk yang dipasarkan.

Selain aspek pasar, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan operasional industri meliputi kelayakan jumlah dan mutu bahan-bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi, teknologi pengolahan yang digunakan, serta beberapa hal yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan teknis kegiatan industri seperti lahan, bangunan, dan tenaga kerja.

Dalam langkah pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan pertimbangan yang berkaitan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan serta tingkat penerimaan yang akan didapat sehingga tingkat resiko dari biaya yang diinvestasikan dapat diukur tingkat kelayakannya.

Sebuah industri tidak dapat didirikan jika tidak mendapat izin dari pemerintah atau tidak ada undang-undang yang mengatur tentang pendirian industri di suatu daerah. Maka dalam studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan analisis mengenai peraturan dan perizinan mengenai pendirian industri.

Untuk menilai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang, maka dibutuhkan studi kelayakan yang dalam dan komprehensif sehingga hasil studi kelayakan dapat menggambarkan tingkat kelayakan pendirian industri dengan baik. Informasi yang didapat dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang mencakup gambaran ketersediaan pasar dan perkiraanya, kebutuhan teknis industri, kelayakan finansial, dan syarat-syarat pendirian industri.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai tingkat kelayakan pendirian industri kecil keripik nangka di Kabupaten Semarang meliputi aspek pasar, teknis dan teknologis, finansial, serta yuridis.

(3)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

STUDI KELAYAKAN

Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek disebut dengan studi kelayakan bisnis. ,studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2009).

Menurut Gittinger (1986), proyek adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Perencanaan proyek yang baik tergantung pada tersedianya berbagai informasi mengenai adanya investasi yang potensial dan informasi mengenai pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan tujuan lainnya. Analisis proyek menyediakan informasi proyek-proyek yang dipilih untuk dilaksanakan lalu menjadi alat agar penggunaan sumber-sumber daya dapat menciptakan pendapatan.

Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi yang hendaknya dikerjakan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah penemuan ide, tahap penelitian, dan tahap pengurutan usulan yang layak (Umar, 2003).

B.

ASPEK PASAR

Pengertian pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian lebih luas tentang pasar adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk (Kasmir dan Jakfar, 2006).

Sutojo (1993) menyatakan bahwa dalam mengkaji aspek pasar, hal yang perlu diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk di masa lalu dan sekarang, dan proyeksi permintaan produk di masa yang akan datang, kemunginan adanya persaingan, dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan produk.

Menurut (Umar,2003), kondisi pasar saat ini dapat diketahui dengan melakukan identifikasi terhadap pesaing dan mengestimasi penjualan mereka.

Kegunaan dari analisis aspek pasar adalah untuk menentukan besar, sifat, dan pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, serta deskripsi tentang produk dan harga jualnya (Edris, 1983).

C.

ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI

Aspek teknik dan teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri tersebut dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1991).

Analisis teknik secara spesifik mencakup analisis terhadap ketersediaan bahan baku, proses produksi, mesin, dan peralatan, jumlah mesin dan peralatan, keperluan tenaga kerja, dan penentuan luas pabrik (Husnan dan Suwarsono, 1994)

Studi aspek teknik dan teknologi menurut Umar (2003) meliputi rencana pengendalian persediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi, serta proses pemilihan teknologi untuk produksi.

D.

ASPEK FINANSIAL

Analisis aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan, baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (keuntungan) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Sutojo, 1993).

Studi kelayakan terhadap aspek finansial perlu menganalisis bagaimana perkiraaan aliran kas akan terjadi. Metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Break Event Point, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Payback Period (Umar, 2003).

(4)

adalah penyajian kenyataan bahwa bila tingkat produksi atau penjualan tidak dapat melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat menghasilakan laba (Kadariah et. al, 1978).

NPV merupakan selisih antara harga sekarang dari penerimaan dengan harga sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu (Gray et al, 1992).

IRR adalah tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di harapkan di masa datang, asalkan keuntungan yang diperoleh setiap satuan waktu di tanam kembali. (Kadariah et. al, 1978).

E.

NANGKA

Tanaman nangka termasuk tumbuhan tahunan (perennial). Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman nangka dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2008) :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledenae Ordo : Morales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus

Spesies : A. Heterophyllus Lamk.

Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) merupakan tanaman buah yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini memiliki beberapa nama daerah antara lain nongko / nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa / malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (Sunda). Menurut Rukmana (2008), kondisi optimum pertumbuhan nangka adalah pada kondisi ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, curah hujan 1.500-2.400 mm/tahun, serta suhu 16-32° C.

Di Indonesia terdapat lebih dari 30 kultivar. Di pulau Jawa terdapat lebih dari 20 kultivar. Berdasarkan sosok pohon dan ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu pohon nangka buah besar dan pohon nangka buah mini. Berdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras mudah lepas dari buah.

2) Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. (nangka celeng dan nangka belulang).

3) Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik.Varietas-varietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia yaitu: nangka bilulang/nangka celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel.

(5)

Gambar 1. (a) Buah nangka., dan (b) Daging buah nangka

Nazaruddin dan Muchlishah (1996) menyatakan nangka varietas unggul di Indonesia yang ditetapkan oleh menteri Pertanian salah satunya adalah nangka kunir. Nangka tersebut memenangi lomba buah unggulan Jawa Timur pada tahun 1990. Ciri-ciri nangka kunir adalah bobot perbuah mencapai 50 kg, diameter 40 cm, panjang 40-50 cm, buah bulat, berduri jarang, dan tumpul, memiliki aroma wangi, daging buah manis, sedikit mengandung air, serta daminya tipis. Widiastuti (1995) menyatakan ketebalan daging buah mencapai 1-1,5 cm dan warnanya kuning keputihan.

Nangka varietas unggul lainnya di Indonesia adalah nangkadak. Tirtawinata (2008), menyatakan bahwa nangkadak merupakan buah hasil persilangan antara buah nangka dan buah cempedak. Proses penyilangan buah dilakukan dengan menggunakan benang sari buah nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai induk jantan dan putik buah cempedak (Artocarpus integer Merr) sebagai induk betina. Djonaziansyah (2008) menyatakan bahwa rasa nangkadak mendekati rasa nangka namun dengan tingkat kemanisan yang lebih tinggi, daging buahnya tebal, berukuran kecil, dan berwarna jingga. Pohon nangkadak hanya memiliki tinggi 1-2 meter. Pohon ini tergolong cepat berbuah. Pada saat berusia 2,5 tahun, pohon ini mampu berbuah sebanyak 30-50 buah.

F.

KERIPIK NANGKA

Menurut SNI-01-4269-1996, keripik nangka adalah makanan yang dibuat dari daging buah nangka (Artocarpus integra) masak, dipotong/disayat, dan digoreng memakai minyak secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang diizinkan.

(6)

Berdasar SNI 01-4269-1996 syarat mutu keripik nangka adalah sebagai berikut : Tabel 1. Syarat Mutu Keripik Nangka

No. Kriteria uji Satuan Persyaratan

1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2 3 4 5 5.1 5.2 5.3 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 7 8 8.1 8.2 8.3 Keadaan Bau Rasa Warna Tekstur Keutuhan Air Lemak Abu

Bahan Tambahan Makanan Pewarna Pengawet Pemanis buatan -sakarin -siklamat Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga ( Cu ) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg)

Cemaran Arsen ( As) Cemaran mikroba

Angka Lempeng Total / ALT E. Coli Kapang - - - - % b/b % b/b % b/b % b/b Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Koloni/g APM/g Koloni/g Khas Khas Normal Renyah Min. 90 Maks 5 Maks 25 Maks 3

Sesuai SNI. 01-0222-1987 Sesuai SNI. 01-0222-1987

Negatif Negatif Maks 2,0 Maks 5,0 Maks 40,0 Makls 40,0 Maks 0,03 Maks 1,0

(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan resiko kegagalan dalam pengambilan keputusan pendirian industri. Dalam studi kelayakan suatu industri dibutuhkan analisis dan peramalan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Analisis yang dilakukan mencakup aspek pasar, teknis dan teknologis, finansial, serta yuridis. Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar 3.

Hasil studi kelayakan ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pembuatan perencanaan bisnis pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Dalam kegitan perencanaan bisinis, informasi studi kelayakan dapat membantu mempermudah proses pembuatan strategi atau rencana yang harus dilakukan agar industri keripik nangka dapat dijalankan dengan efektif dan efisien. Dengan adanya studi kelayakan diharapkan dapat menarik investor dan perbankan untuk mengikutsertakan modal mereka.

(8)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semaran

Industri Keripik Nangka

Perencanaan Bisnis

Pembangunan Ekonomi Daerah

Studi Kelayakan Aspek Pasar

Aspek Teknik dan Teknologi

Aspek Finansial

Aspek Yuridis

Pemasok

Investor/Perbankan Produksi nangka

melimpah

(9)

B.

Metode Kerja

1.

Tahapan Kerja

Gambar 4. Metode Kerja Mulai

Persiapan

Pengumpulan Data

Analisis Data Pengolahan Data

Selesai

(10)

2.

Persiapan

Persiapan yang dilakukan pada awal penelitian diantaranya adalah penjajakan awal ke lokasi penelitian dan pengurusan perizinan untuk melakukan penelitian.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran, dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan studi kelayakan, sehingga data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung survei lapangan) seperti terlihat pada tabel 2. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada instansi terkait.

Tabel 2. Data primer

Data yang dibutuhkan Sumber Data

Potensi pasar keripik nangka Rumah makan di kota Semarang, pertokoan pusat oleh-oleh kota Semarang , indomaret, DP Mall, pasar swalayan ADA, Matahari, Gelael, stasiun Tawang, bandara udara Ahmad Yani

Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan sistem tata niaga bahan baku

Petani nangka, pedagang, dan pengumpul buah nangka

Sistem produksi keripik nangka Produsen keripik nangka Tafied Rona Chips

Harga beli tanah Pemilik tanah

(11)

Tabel 3. Data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada instansi terkait.

C. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kuantitaif dan analisis kualitatif. Analisis yang dilakukan terdiri atas analisis pasar, analisis teknik dan teknologi, analisis aspek financial, serta analisis yuridis. Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga hasil analisis tersebut menjadi terintegrasi.

1.

Analisis pasar

Perkiraan jumlah pasar pada saat ini dilakukan dengan mengestimasi penjualan aktual dan pangsa pasar. Perusahaan perlu mengetahui penjualan sebenarnya dari industri keripik nangka yang terjadi di pasar dengan cara mengidentifikasi potensi pasar pada :

1.) Jaringan pemasaran (distributor dan pengecer) Sistem kredit perbankan yang berlaku dan tingkat

suku bunga

BPR Kabupaten Semarang

Data yang dibutuhkan Sumber Data

Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan sistem tata niaga bahan baku

Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, Masyarakat dan pedagang di Kabupaten Semarang

Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Semarang Bappeda Kabupaten Semarang

Peraturan perizinan pendirian industri Pemerintah Kabupaten Semarang, Dinas Perindustrian Kabupaten Semarang

Peraturan pajak Dinas Perindustrian

(12)

2.) Produsen keripik nangka di daerah kabupaten Semarang dan sekitarnya

Data permintaan pasar yang diidentifikasi meliputi volume penjualan, penyebaran, dan harga. Dari analisis terhadap potensi tersebut akan disimpulkan kondisi pasar di masa mendatang apakah masih bertambah, stagnan (jenuh), atau sudah menurun.

2.

Analisis teknik dan teknologi

a.

Analisis bahan baku

Analisis bahan baku dilakukan untuk memproyeksikan ketersediaan bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan industri keripik nangka di masa mendatang. Analisis bahan baku meliputi analisis spesifikasi dan mutu bahan baku, jumlah ketersediaan bahan baku di masa yang akan datang, serta tata niaga buah nangka. Peramalan bahan baku di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan menggunakan data jumlah bahan baku di masa lalu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode seasonal yang dijabarkan sebagai berikut (Yusuf, 2009) :

b.

Lokasi industri

Alternatif lokasi industri ditempatkan pada ibu kota kabupaten atau kecamatan berdasarkan potensi bahan baku buah nangka.

c.

Kapasitas dan proses produksi

Alternatif kapasitas produksi dan proses produksi ditentukan berdasarkan berbagai jenis mesin dan peralatan yang saat ini ada di pasar. Untuk dasar pada studi kelayakan ini adalah aspek mutu dan ekonomis (harga dan daya tahan).

3.

Analisis Finansial

Analisis aspek ini meliputi perhitungan biaya proyek keseluruhan, penentuan sumber dana, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas dan analisis finansial yang terdiri :

a. BEP (Break Event Point)

BEP dihitung berdasar rumus sebagai berikut ( Kadariah et al., 1978) :

Q (BEP) : Biaya tetap

Harga penjualan / unit – biaya variabel / unit

BEP Penjualan : Biaya tetap

(13)

Dalam persentase : BEP penjualan

Penerimaan total penjualan

b. NPV (Net Present Value)

NPV dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Gray et.al 1992) :

Rumus NPV :

NPV = ∑

Keterangan :

Bt : benefit bruto proyek pada tahun ke-t Ct : Biaya bruto proyek pada tahun ke-t n : Umur ekonomi proyek

i : Social Opportunity cost of capital ( Discount Rate )

Bila NPV > 0 maka proyek dinyatakan go, jika NPV = 0 maka proyek mengembalikan sebesar opportunity cost of capital, jika NPV < 0 maka proyek ditolak. (Gray et.al 1992).

c. IRR (Internal Rate of Return)

IRR dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Kadariah et.al 1978) :

IRR = i1 + NPV1 x ( i2-i1 ) NPV1 – NPV2

Keterangan :

NPV1 : NPV negative pada tingkat bunga i1 NPV2: NPV positif pada tingkat bunga i2

Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (IRR > i) maka maka perencanaan proyek dinyatakan go, demikian sebaliknya jika IRR < i maka proyek dinyatakan no go (Kadariah et.al 1978).

d. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

n

t = 0

Bt - Ct

(14)

Net B/C adalah perbandingan antara present value total dari hasil keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih (Kadariah et.al 1978). Jika Net B/C >1 maka proyek dinyatakan layak, Net B/C =1 berarti proyek mencapai titik impas dan jika Net B/C < 1 proyek dinyatakan tidak layak.

Rumus menghitung Net B/C =

e. Pay Back Period (PBP)

PBP adalah suatu periode yang diperlukan proyek untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar, 2003). Rumus untuk menghitung PBP adalah :

PBP :

Dimana :

m : Nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir Bn : benefit bruto pada tahun ke-n

Cn : biaya bruto pada tahun ke-n

n : periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun).

f. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dihitung dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, dan Net B/C untuk perubahan parameter kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual. Perubahan parameter dinyatakan layak jika NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C > 1. Perubahan parameter dinyatakan tidak layak jika NPV < 0, IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, dan Net B/C < 1.

n

t= 0

( 1 + i )

Bt - Ct

( 1 + i )

Ct - Bt

n

t= 0

m

(15)

4.

Analisis Yuridis

Analisis yuridis dilakukan secara kualitatif dengan menganalisis faktor-faktor kemudahan/kesulitan dari undang-undang/peraturan yang berlaku.

5.

Analisis Sosial dan Ekonomi

Analisis sosial dan ekonomi dilakukan secara kualitatif dengan mengidentifikasi keuntungan sosial dan ekonomi yang didapat dari pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

ASPEK PASAR

1.

Kondisi Pasar

Penjualan keripik nangka sebenarnya telah ada di kota Semarang meskipun belum tersebar luas. Dari pengamatan ke beberapa lokasi dapat dilihat keberadaan produk keripik nangka di kota Semarang seperti terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota Semarang

Tempat Penjualan Keberadaan keripik nangka Jumlah keripik nangka yang dijual

(Kw)

Supermarket DP Mall Pernah menjual, sekarang tidak -

Gelael supermarket Belum pernah menjual -

Pasar swalayan ADA Belum pernah menjual -

(16)

Stasiun Tawang Belum pernah menjual - Bandara udara Ahmad Yani Pernah menjual, sekarang tidak - Pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran

1. Toko Lumba-Lumba 2. Toko Bandeng Arwana 3. Toko Bandeng Bonafide 4. Toko Bandeng Presto

5.Toko Istana Buah Bandeng Djoe 6. Toko Bandeng Juwana

Pernah menjual, sekarang tidak Pernah menjual, sekarang tidak Menjual

Belum pernah menjual Menjual

Pernah menjual, sekarang tidak

- - 1 - 2,5 -

Hasil pengamatan di berbagai outlet pemasaran menunjukkan bahwa keripik nangka merupakan produk yang masih jarang ditemui di kota Semarang. Dari tabel 4 terlihat bahwa di supermarket DP Mall dan bandara udara Ahmad Yani, keripik nangka pernah dijual tetapi saat ini tidak dijual lagi. Dari hasil wawancara diketahui sebabnya adalah karena tidak adanya pasokan selanjutnya dari produsen. Berbagai supermarket maupun minimarket dan stasiun Tawang bahkan belum pernah menjual keripik nangka. Hal ini diduga karena tidak adanya pasokan dari produsen.

Dari tabel 4 terlihat juga bahwa keberadaan keripik nangka ada di beberapa toko di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Dari enam toko yang disurvei pada tahun 2010, hanya ada dua toko yang menjual keripik nangka sebagai oleh-oleh yaitu toko Istana Buah Bandeng Djoe dan Bandeng Bonafide. Menurut pedagang di toko Bandeng Bonafide, keripik nangka sudah cukup lama dijual di tempat tersebut dan selama ini cukup diminati konsumen yang pada umumnya adalah wisatawan yang datang ke Semarang dan warga Semarang sendiri yang akan berpergian ke luar kota.

Hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian kota Semarang menunjukkan bahwa selama ini pemasaran terbesar keripik nangka baru di pusat penjualan oleh-oleh jalan Pandanaran. Keripik nangka masih sangat jarang dijumpai di tempat-tempat lainnya.

2.

Potensi Pasar

Pasokan keripik nangka di pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran berasal dari kota Semarang, kabupaten Kendal, dan kota Malang. Menurut penjual di toko pusat oleh-oleh Istana Buah dan Bandeng Djoe, keripik nangka yang paling laku dijual adalah keripik nangka dengan merk dagang Tafied Rona Chips dari kabupaten Kendal.

Hasil survei menunjukkan bahwa pada tahun 2010 telah terdapat produsen dan distributor keripik nangka di wilayah kota Semarang dan sekitarnya. Industri tersebut berskala menengah dan rumah tangga seperti yang terlihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil survei produsen dan distributor keripik nangka di sekitar kota Semarang

Nama

Perusahaan/distributor Lokasi

Tahun Berdiri

Jumlah Produk

/tahun Fokus Pemasaran

Tafied Rona Chips Kabupaten Kendal

2001 1,8 ton Lokal

C.V. Berkah Jaya Abadi Kota Semarang

2005 90 ton Ekspor dan

daerah lain

Fruit Eternity Kota

Semarang

2005 52 ton Ekspor dan

daerah lain

(17)

Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips menunjukkan bahwa selama sembilan tahun beroperasi, permintaan keripik nangka dari kota Semarang selalu stabil. Permintaan terbesar datang dari distributor dengan jumlah sebesar 1,62 ton/tahun. Distributor kemudian menyalurkan keripik nangka ke luar kota Semarang.

Hasil wawancara dengan pedagang di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran didapat informasi bahwa jumlah rata-rata permintaan pasar keripik nangka adalah sebesar 0,35 ton/tahun. Dari jumlah tersebut, pasokan kerpik nangka yang berasal dari Tafied Rona Chips sebanyak 0,18 ton/tahun sedangkan pasokan keripik nangka sebanyak 0,17 ton/tahun berasal dari C.V. Berkah Jaya Abadi, distributor Fruit Eternity, serta produsen keripik nangka di kota Malang. Dari uraian tersebut, maka dapat dihitung total permintaan keripik nangka dari distributor dan penjual di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran rata-rata sebanyak 1,95 ton/tahun.

Menurut informasi dari pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, keripik nangka masih memiliki potensi pasar yang baik untuk dikembangkan di kota Semarang mengingat masih adanya sejumlah permintaan dari distributor dan penjual di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran yang saat ini belum mampu dipenuhi. Volume pasar keripik nangka yang belum dimanfaatkan untuk wilayah pemasaran kota Semarang pada tahun 2009 menurut pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips sebanyak 22 ton/tahun. Peluang pasar keripik nangka dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Volume pasar keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009

Pembeli Sistem pembelian

Jumlah permintaan pasar (ton/tahun)

Distributor kota Semarang Grosir 20

Pusat oleh-oleh jalan Pandanaran

Eceran 2

Total 22

Potensi pasar keripik nangka di kota Semarang sangat besar, mengingat masih banyaknya pembeli potensial di kota Semarang yang belum mendapatkan akses untuk membeli keripik nangka. Tempat-tempat yang memiliki potensi pasar yang baik adalah tempat yang masih jarang atau belum dijumpai produk sejenis. Beberapa tempat di kota Semarang yang memiliki potensi pasar tebesar diantaranya adalah sebagai berikut :

a.

Pusat oleh-oleh kota Semarang

Pusat oleh-oleh utama di kota semarang yang berlokasi di sepanjang jalan Pandanaran cukup potensial untuk dijadikan sebagai pusat pemasaran oleh-oleh karena tempat ini telah memiliki reputasi sebagai tempat penjualan oleh-oleh khas Semarang seperti bandeng presto, wingko babat, lumpia, dan sebagainya.

Pusat oleh-oleh jalan Pandanaran diperkirakan semakin berkembang karena jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Menurut data pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang dan Jawa Tengah, jumlah rata-rata wisatawan yang mengunjungi kota ini pada tahun 2006 hingga 2008 mencapai 962.692 orang. Pertumbuhan jumlah wisatawan di Kota Semarang pada tahun 2007 dan 2008 masing-masing sebesar 56,21 % dan 20,21 %. Pada umumnya setiap wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas Semarang akan datang ke pusat oleh-oleh tersebut.

(18)

tempat ini, karena secara umum pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran ini telah tersegmentasi untuk kalangan menengah atas. Menurut penjual di toko Bandeng Arwana dan toko Lumba-Lumba di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran (toko yang dahulu pernah menjual keripik nangka), keripik nangka cukup prospektif untuk dijual di tempat ini. Masalah yang dihadapi mereka adalah pasokan keripik nangka yang tidak kontinu. Jumah pasokan sering mengalami fluktuasi, yang pada periode bulan April-Juni jumlahnya kecil. Masalah lain menurut pedagang di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran adalah perputaran produk (turn over) yang masih lambat karena belum terlalu populer di bandingkan produk khas Semarang seperti bandeng presto, lumpia, dan wingko babat, akan tetapi dengan upaya promosi dan mencari titik keunggulan buah nangka di Kabupaten Semarang masalah ini dapat diatasi. Dari bahan baku yang unggul akan dihasilkan pula produk keripik nangka yang unggul dalam mutu rasa, ukuran, serta warna.

b.

Obyek wisata

Kota Semarang memiliki beberapa obyek wisata terkenal seperti Masjid Agung Jawa Tengah, pantai Marina, gedung batu, wonderia, dan lain-lain. Jumlah obyek wisata di kota Semarang pada tahun 2008 mencapai 22 buah. Banyaknya jumlah wisatawan yang datang ke tempat-tempat tersebut menunjukkan peluang pasar keripik nangka cukup terbuka.

c.

Hotel

Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Menurur data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, jumlah rata-rata kamar hotel kelas berbintang dan melati yang dipesan dari tahun 2004 hingga 2008 sebanyak 667.418 buah (lampiran 2) .

Penghuni hotel merupakan pembeli potensial produk keripik nangka, maka dari itu jika produk keripik nangka mampu dipasarkan di tempat ini, peluang penjualannya sangat besar.

d.

Rumah Makan

Menurut data dari BPS, kota Semarang pada tahun 2006 memiliki jumlah penduduk sebesar 1.434.025 jiwa. Jumlah penduduk golongan ekonomi menengah hingga atas sebesar 1.130.585 jiwa (78,84 % dari total populasi). Jumlah penduduk yang besar ini menunjukkan potensi kota Semarang sangat besar sebagai tempat pemasaran keripik nangka. Selama ini warga Semarang yang menjadi konsumen keripik nangka diperkirakan hanya orang-orang yang akan membeli oleh-oleh untuk dibawa pergi ke luar kota sehingga masih ada peluang besar untuk memasarkan keripik nangka kepada masyarakat Semarang yang lain. Warga lain yang sedang tidak berpergian ke luar kota, terutama golongan menengah ke atas, merupakan konsumen potensial yang jumlahnya diperkirakan lebih besar dan sampai saat ini segmen tersebut belum tergarap pasarnya.

Keripik nangka berpotensi dijual di rumah makan sebagai makanan cemilan. Kota Semarang memiliki banyak rumah makan favorit untuk wisata kuliner. Jumlah rumah makan tersebut mencapai 130 buah. Banyaknya jumlah rumah makan menunjukkan potensi yang baik bagi perkembangan pasar keripik nangka.

e.

Supermarket

(19)

bantuan pembinaan dari instansi pemerintah agar tingkat dan konsistensi mutu produk dapat dicapai.

f. Bandara udara Ahmad Yani

Keripik nangka juga memiliki potensi besar untuk dijual di bandara udara Ahmad Yani. Pembeli potensial di tempat ini adalah para penumpang pesawat baik yang akan pergi ke luar kota Semarang ataupun yang datang ke kota Semarang. Jumlah penumpang pesawat di bandara udara Ahmad Yani mencapai 1.500 hingga 1.900 orang per hari. (koran.tempointeraktif, 2009). Hambatan pasar di tempat ini diperkirakan kecil karena masih jarang dijumpai produk makanan khas di tempat ini sehingga peluang pasar produk keripik nangka cukup terbuka.

g.

Stasiun Tawang

Stasiun Tawang juga merupakan tempat pemasaran yang potensial karena wisatawan dari luar daerah yang berkunjung ke kota Semarang akan melewati tempat tersebut. Jumlah penumpang kereta api di tempat tersebut pada tahun 2003 mencapai 634.438 orang. Jumlah penumpang kereta api per harinya mencapai 1.768 orang.

Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa permintaan pasar keripik nangka termasuk stabil. Pada masa mendatang, diperkirakan permintaan terhadap keripik nangka akan meningkat jika perusahaan mampu memanfaatkan berbagai peluang pasar yang ada.

3.

Pangsa Pasar

Setelah mengetahui adanaya potensi pasar untuk produk keripik nangka, maka langkah selanjutnya menganalisis besarnya pangsa pasar yang masih tersedia. Pangsa pasar yang tersedia dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran pesaing yang ada di pasar, serta jenis produk yang dipasarkan. Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan beberapa tingkat persaingan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan tingkat persaingan berbeda-beda

Jumlah pesaing Banyak Sedikit Satu Tidak

ada

Ukuran pesaing L Sm L Sm L Sm

Jenis produk S D S D S D S D S D S D

Pangsa pasar (%)

0-2,5

0-5 5-10

115 0-2,5

5-10 10-15 20-30 0-5 10-15 30-50

40-80 100

Keterangan : L : Besar, Sm : Kecil, S : Sama, D: Berbeda

Perusahaan dan distributor yang memasok keripik nangka ke kota Semarang hanya berjumlah 3 yaitu P.T. Fruit Eternity, C.V. Berkah Jaya Abadi, dan Tafied Rona Chips. Ukuran pesaing untuk pasar di kota Semarang digolongkan ke dalam ukuran pesaing yang kecil karena dari ketiga pemasok keripik nangka hanya mampu menyalurkan keripik nangka sebanyak 1,95 ton/tahun. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan volume pasar yang ada yaitu sebesar 22 ton/tahun (tabel 6). Jenis produk yang akan dipasarkan sama dengan yang sudah ada sehingga pangsa pasar yang mungkin diraih adalah sebesar 10-15% dari peluang pasar yang ada. Jumlah ini diperkirakan masih mampu berkembang menjadi dua kali lipat. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi peningkatan peluang pasar diantaranya adalah :

1. Meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang

(20)

Kalimantan mencapai 15 ton/tahun. Dengan semakin meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang maka diperkirakan permintaan keripik nangka dari distributor yang selama ini memiliki fokus pemasaran ke luar kota Semarang juga meningkat.

2. Pengembangan areal pertokoan pusat penjualan oleh-oleh di sepanjang jalan Pandanaran.

Areal pertokoan di sepanjang jalan Pandanaran pada tahun 2010 telah meningkat menjadi 12 buah. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Jika diasumsikan volume pasar keripik nangka di kota Semarang meningkat dua kali lipat pada masa mendatang menjadi 44 ton/tahun dan persentase pangsa pasarnya sebesar 15%, maka jumlah pangsa pasar yang mungkin dapat diraih sebanyak 6,6 ton/tahun.

B.

ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI

1.

Analisis Bahan Baku

a.

Mutu bahan baku

Mutu bahan baku merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena mutu suatu produk pangan bergantung pada mutu input bahan bakunya. Mutu bahan baku yang baik akan menghasilkan produk pangan yang baik pula jika proses pengolahan dilakukan dengan baik dan benar.

Mutu produk keripik nangka dipengaruhi oleh tingkat kematangan bahan baku. Pada studi kelayakan ini bahan baku yang akan digunakan adalah buah nangka (Artocarpus heterophylus Lamk) segar yang telah/menjelang matang (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda). Pada umumnya buah nangka yang telah matang memiliki aroma yang cukup kuat dan rasa yang manis. Menurut Rukmanan (2008), buah nangka yang telah matang ditandai dengan durinya yang jarang dan bila dipukul-pukul dengan benda keras akan menimbulkan suara yang menggema serta timbul aroma khas. Menurut Taqi (1994), tingkat kematangan buah nangka dapat mempengaruhi mutu warna dan rasa keripik nangka yang dihasilkan. Nangka yang terlalu tua memiliki kadar gula yang tinggi sehingga jika digoreng akan menyebabkan warna produk akhir menjadi lebih gelap dibandingkan nangka yang masih muda. Sedangkan nangka yang terlalu muda memiliki tekstur keras dan rasanya tidak manis sehingga jika digoreng menjadi keripik nangka akan menghasilkan produk yang bermutu rendah baik dari segi cita rasa maupun tekstur. Selain itu tingkat penyerapan minyak pada proses penggorengan nangka muda lebih tinggi daripada nangka yang telah matang sehingga produk keripik nangka lebih mudah mengalami ketengikan.

Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, produsen keripik nangka di Kabupaten Kendal, bahwa mutu buah nangka diklasifikasikan menjadi empat golongan seperti yang tersaji pada tabel 8.

Tabel 8. Klasifikasi mutu buah nangka

Kriteria

Golongan

KW I KW II KW III KW IV

Rasa Manis Manis Manis/tawar Manis/tawar

Warna Kuning/kuning

keputihan Kuning/kuning keputihan Kuning/kuning keputihan Kuning/kuning keputihan

Ukuran Besar Sedang Kecil/sedang Kecil

Ketebalan daging

(21)

Dari tabel di atas, golongan buah yang memenuhi syarat yang baik untuk dijadikan keripik nangka adalah golongan KW I dan KW II. Perbedaan buah nangka KW I dan KW II adalah dalam hal ukuran. Ukuran buah merupakan aspek mutu yang perlu diperhatikan karena proses penggorengan dapat mempengaruhi mutu ukuran keripik nangka yang dihasilkan. Proses pengolahan keripik nangka (penggorengan vakum) dapat mengakibatkan penyusutan ukuran buah karena adanya proses perpindahan air dari dalam daging buah ke luar daging buah. Penggorengan bahan baku yang berukuran besar akan menghasilkan produk keripik nangka dengan besar ukuran yang ideal (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) serta penampakannya lebih menarik daripada keripik nangka yang dihasilkan dari bahan baku denagn ukuran lebih kecil.

Berdasar hasil pengamatan dan wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, pedagang nangka di pasar Bandungan, pasar Ambarawa, serta pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, varietas nangka lokal yang banyak dijumpai di daerah kabupaten Semarang sebagian besar tergolong KW I dan KW II. Buah nangka yang banyak dijumpai di kabupaten Semarang mempunyai ciri-ciri berwarna kuning dengan panjang 7,5-15 cm, ketebalan daging buah 1-1,5 cm, dan kering (kandungan air relatif sedikit), serta memiliki rasa manis. Namun demikian, ada sebagian kecil buah nangka yang tergolong KW III dan KW IV. Buah nangka KW I dan KW II secara umum dapat dijumpai di setiap wilayah kecamatan di kabupaten Semarang.

Mutu buah nangka di Kabupaten Semarang lebih baik dibandingkan dengan mutu buah nangka di beberapa daerah sentra nangka lainnya seperti Kota Malang dan Kabupaten Batang. Menurut informasi yang diperoleh dari pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, bahan baku keripik nangka di kota Malang sebagian besar termasuk golongan KW III dan IV. Total bahan baku dengan mutu KW III dan KW IV jumlahnya mencapai 60 % dari total bahan baku yang digunakan oleh seluruh industri keripik nangka di kota Malang. Sedangkan mutu buah nangka di kabupaten Batang sebagian besar tergolong KW III. Kelemahan mutu buah nangka di kabupaten Batang adalah kulit daging buahnya tipis. Keunggulan mutu bahan baku buah nangka yang berada di kabupaten Semarang mengindikasikan bahwa daerah ini berpotensi untuk menjadi sentra penghasil keripik nangka yang bermutu dan unggul di masa mendatang.

b.

Ketersediaan bahan baku

Kabupaten Semarang merupakan sentra penghasil nangka yang cukup besar. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten Semarang pada tahun 2007-2008 (lampiran 5 dan 6) menunjukkan bahwa setiap kecamatan di daerah ini memiliki banyak pohon nangka dengan tingkat produktivitas yang berbeda antara kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya. Jumlah pohon nangka produktif pada tahun 2006 mencapai 71.964 pohon. Total panen buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007 mencapai 13.690 kwintal. Total panen buah nangka pada tahun berikutnya meningkat menjadi 17.593 kwintal (Lampiran 4 dan 5).

Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan beberapa pedagang di pasar Ambarawa dan pasar Bandungan menunjukkan bahwa konsumen utama buah nangka di wilayah kabupaten Semarang selama ini adalah masyarakat umum. Berdasar hasil wawancara dengan dinas Perindustrian kabupaten Semarang pada tahun 2010, diketahui bahwa di kabupaten Semarang belum ada industri besar pengolahan keripik nangka. Menurut pengumpul buah di pasar Ambarawa, buah nangka yang paling banyak permintaannya adalah yang bermutu KW III dan KW IV. Industri yang menyerap buah tersebut adalah industri kecil keripik nangka di kota Salatiga dan industri wingko babat di kota Semarang. Gambar 5 menunjukkan grafik ketersediaan buah nangka pada tahun 2007 dan 2008 yang disajikan setiap triwulan.

(22)

memenuhi permintaan konsumen pada saat itu. Grafik ketersediaan bahan baku buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Ketersediaan Buah Nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007-2008

Menurut petani nangka di kabupaten Semarang, pohon nangka di kabupaten Semarang rata-rata memiliki umur 20-25 tahun. Pohon nangka masih mampu mengalami peningkatan produksi hingga mencapai puncaknya berumur 35 tahun. Ketika umur pohon menuju masa puncak produksi diperkirakan jumlah produksi buah mampu meningkat menjadi beberapa kali lipat. Dari gambar 5 terlihat bahwa Pada triwulan ke 4 tahun 2008, produksi nangka mengalami peningkatan produksi secara drastis dibandingkan pada triwulan 4 di tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pohon nangka sedang mengalami proses peningkatan menuju puncak produksi.

Berdasarkan informasi yang didapat dari dinas Pertanian Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa jumlah populasi pohon nangka mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 dan 2008, penambahan penanaman pohon tercatat masing-masing sebanyak 882 pohon dan 767 pohon (lampiran 5 dan 6). Penambahan populasi pohon tersebut terjadi secara alami dan buatan. Penambahan secara alami terjadi ketika biji nangka terjatuh di tanah kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar. Penambahan pohon secara buatan dilakukan oleh penduduk setempat yang sengaja menanam pohon nnagka di halaman rumah atau pekarangan kosong.

Data yang diperoleh dari dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2006 menunjukkan bahwa pohon nangka yang belum menghasilkan buah tercatat sebanyak 19.076 pohon. Umur pohon-pohon tersebut belum memasuki usia produktif. Diperkirakan pada beberapa tahun mendatang pohon tersebut sudah dapat diandalkan untuk menyuplai bahan baku industri.

Menurut hasil wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, sebanyak 70% produksi buah nangka pada tahun 2008 (12.315,1 kw) merupakan hasil produksi pohon nangka yang berasal dari biji (rata-rata usia 20-25 tahun). Dengan masa usia produktif pohon nangka yang dimulai pada tahun ke 10 serta diperkirakan jumlah produksi buah nangka mulai menurun ketika usia pohon mencapai 50 tahun, maka diperkirakan produksi buah nangka di kabupaten Semarang masih mencukupi untuk kebutuhan industri antara 25-30 tahun mendatang.

c.

Tata Niaga Bahan Baku

Buah nangka di kabupaten Semarang banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Selama ini sebagian besar produksi buah nangka di kabupaten ini berasal dari masyarakat setempat. Para pengumpul buah mengumpulkan buah nangka dari tiap pohon yang dimiliki warga di sana kemudian disalurkan lagi ke pedagang atau konsumen

4708

1218 2013

5751 6798

2017 5336 12424 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Jumla h Ba ha n ba k u ( Kwint a l )

(23)

langsung. Hasil wawancara dengan salah seorang warga di kecamatan Bergas menunjukkan bahwa ada sebagian buah nangka milik penduduk yang tidak terdistribusi hingga ke pasar baik pada masa panen raya maupun pada bulan-bulan biasa. Hal itu diduga karena jumlah permintaan buah nangka lebih kecil dari jumlah ketersediaan buah nangka. Selain itu para pengumpul buah juga memiliki keterbatasan dalam mengumpulkan buah dikarenakan hingga saat ini belum ada masyarakat atau pihak lain yang mengelola kebun nangka dalam skala besar sehingga selama ini sebagian besar buah nangka merupakan hasil pengumpulan dari rumah ke rumah. Pengeluaran biaya yang tidak efektif untuk mengumpulkan buah berpotensi menghambat aliran tata niaga buah nangka dari petani/pemilik pohon nangka hingga ke konsumen.

Peran pengumpul buah nangka sangat penting untuk menunjang efektivitas pengumpulan bahan baku bagi industri. Dengan bekerja sama dengan para pengumpul bahan baku, maka industri dapat menghemat waktu dan biaya sehingga proses produksi nantinya dapat berjalan dengan lebih efektif. Untuk memaksimalkan pengumpulan bahan baku, hubungan kerja sama sebaiknya dilakukan dengan pengumpul buah di setiap kecamatan. Efektivitas pengumpulan bahan baku juga akan lebih baik jika industri bekerja sama dengan kelompok tani untuk mengantisipasi keterbatasan kinerja pengumpul dalam memasok bahan baku. Tata niaga buah nangka dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang

Harga buah nangka dalam setahun cenderung mengalami fluktuasi tergantung oleh besarnya jumlah produksi buah. Pada masa panen raya yang terjadi pada periode bulan November hingga Januari, jumlah produksi buah nangka mengalami peningkatan lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada masa ini harga buah nangka mengalami penurunan harga secara drastis. Sebagai gambaran, pada tahun 2009, harga di tingkat pengumpul/petani (sudah termasuk biaya transportasi bahan baku) hanya berkisar rata-rata Rp 4.000,00/kg. Buah nangka mengalami penurunan jumlah produksi setelah masa panen raya yaitu pada bulan Maret hingga Mei. Pada saat itu buah nangka harganya mulai merangkak naik hingga menjadi rata-rata Rp 20.000,00/kg pada bulan Mei. Peningkatan harga tersebut sangat drastis karena buah nangka pada masa-masa itu mulai

Petani / Pemilik pohon nangka

Pengumpul Buah Nangka

Pedagang buah nangka

(24)

jarang ditemui sehingga hukum penawaran ekonomi berlaku. Pada bulan Juni hingga Agustus harga buah ini mengalami penurunan secara bertahap hingga menjadi rata-rata Rp 6.000,00/kg. Harga tersebut masih menurun kembali secara bertahap hingga menjadi rata-rata Rp 4.500,00/kg pada bulan Oktober. Kisaran perubahan harga buah buah nangka dalam setahun di tingkat pengumpul buah dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2009

2.

Lokasi Industri

Lokasi industri pengolahan keripik nangka ditetapkan di kabupaten Semarang. Beberapa kecamatan di kabupaten Semarang yang dijadikan alternatif lokasi industri adalah kecamatan yang memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi seperti terlihat pada tabel 9. Pemilihan lokasi industri yang dekat dengan bahan baku dimaksudkan untuk meminimumkan biaya transportasi bahan baku. Kedekatan lokasi industri dengan bahan baku juga dapat meminimalkan penurunan mutu bahan baku akibat benturan dan gesekan yang terjadi selama pengangkutan. Selain itu seluruh alternatif lokasi industri juga memiliki jarak yang dekat dengan pasar.

Tabel 9. Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka

Kecamatan Letak Jarak dengan bahan baku dan pasar Kemiringan lahan (%) Rata-rata jumlah produksi nangka/tahun (Kw)*

Bergas Pinggir kota Dekat 0-8 1.963,5

Tengaran Pinggir kota Dekat 0-8 1.941

Sumowono Pinggir kota Dekat 8-40 2.856,5

Ungaran Barat Pusat kota Dekat 0-8 2.114

Ungaran Timur Pusat kota Dekat 0-8 1.593

*) Sumber : Dinas Pertanian kabupaten Semarang

Menurut Gastya (2009), pada tahun 2015, diprediksi perbandingan jumlah penduduk kabupaten Semarang yang tinggal di kota dengan di desa sebanyak 60% berbanding 40%, sehingga pendirian pabrik-pabrik, gudang-gudang, dan piranti pendukungnya harus dipindah ke pinggiran kota.

Pemilihan lokasi industri di area pinggiran kota (sub urban) juga disebabkan beberapa pertimbangan diantaranya adalah sudah tercukupinya daya listrik PLN, sarana jalan dan transportasi cukup baik, serta harga tanah relatif murah.

Diantara enam kecamatan yang dijadikan sebagai alternatif lokasi industri terdapat empat kecamatan yang memenuhi persyaratan tata kota yaitu kecamatan Bergas, Tengaran, dan Sumowono. Diantara kecamatan tersebut ditentukan kecamatan Bergas sebagai lokasi industri karena daerah tersebut memiliki kemiringan lahan yang sesuai untuk bangunan industri serta memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi.

0 5000 10000 15000 20000

(25)

3.

Sistem Produksi

Dewasa ini teknologi pembuatan keripik nangka di Indonesia telah ada dan tersebar ke masyarakat industri terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Teknologi ini pertama kali dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Brawijaya Malang sejak tahun 1993. Vacuum fryer terbaru hasil penelitian staf pengajar Universitas Brawijaya Malang adalah vacuum fryer tipe horizontal. Sistem pemvakuman mesin vacuum fryer tipe horizontal menggunakan water jet. Untuk memvakumkan ruang penggorengan, ejector menghisap uap air dalam tabung penggoreng sehingga menghasilkan efek sedotan (vakum) dalam tabung penggoreng. Uap air yang terhisap kemudian didinginkan di dalam kondensor.

Pada prinsipnya pembuatan keripik nangka dilakukan dengan menggoreng buah nangka segar dengan vacuum fryer selama kurang lebih 55-90 menit untuk kapasitas produksi 8-12 kg. Proses pemvakuman akan mengakibatkan penurunan tekanan pada ruang penggoreng sehingga titik didih air menurun. Hal ini menyebabkan kandungan air di dalam bahan baku dapat dikurangi pada suhu di bawah 1000 C. Proses pengeringan bahan pada suhu yang relatif rendah ini dapat mempertahankan mutu rasa, warna, dan aroma buah yang digoreng.

Saat ini, vacuum fryer juga telah diaplikasikan untuk membuat keripik buah yang lain seperti keripik salak, apel, nanas, dan sebagainya. Keripik salak kini telah menjadi produk unggulan di kabupaten Sleman. Sedangkan keripik apel sudah populer terlebih dahulu di kota Malang.

Teknologi vacuum fryer tipe horizontal banyak diaplikasikan oleh produsen mesin pembuat keripik buah sehingga mesin jenis ini telah banyak dijumpai di pasaran. Produsen yang menjual vacuum fryer tipe horizontal diantaranya adalah P.T. Agrowindo Sukses Abadi dan C.V. Agrindo Cipta Mandiri. Kedua produsen tersebut berasal dari kota Malang.

P.T. Agrowindo Sukses Abadi memproduksi vacuum fryer tipe PV-2, sedangkan C. V. Agrindo Cipta Mandiri memproduksi tipe VFC-10, dengan spesifikasi teknis dan harga seperti tercantum pada tabel 10.

Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer

No Kriteria Jenis Mesin

VF-8 VFC-10 PV-2

1.

Kapasitas (kg masukan /

proses) 9 12 10

2 Lama proses (menit) 60-90 55-75 55-75

3 Bahan bakar LPG LPG LPG

4

Volume minyak goreng

(liter) 80 `104 80

5

Kebutuhan LPG

(Kg/jam) 0,3-0,75 0,6-0,7 0,3-0,35

6 Kebutuhan daya (watt) 1300 2600 1500

7 Dimensi total ( cm³ ) 182 x 122 x 135 244 x 125 x 125 182 x 122 x 135

8 Harga ( Rp ) 26.750.000 38.750.000 26.750.000

(26)

Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV-2

Pada proses penggorengan vakum keripik nangka, dari 10 kg daging buah nangka segar diperoleh keripik nangka sebanyak 2 kg. Neraca bahan keripik nangka dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Neraca bahan keripik nangka

Tahapan proses pembuatan keripik nangka adalah sebagai berikut : 1. Proses Penanganan Bahan Baku

a. Sortasi

Proses sortasi merupakan salah satu proses penting yang menentukan mutu akhir produk. Syarat daging buah nangka yang baik untuk bahan baku adalah buah nangka harus berukuran besar, berwarna kuning cerah, serta tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek. Menurut Rukmana (2008), ciri-ciri fisik luar buah nangka yang layak dijadikan keripik nangka adalah bila kulitnya ditepuk-tepuk maka buah tersebut berbunyi nyaring berat. Buah nangka yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda biasanya berumur 7 bulan setelah pembungaan atau 1 bulan sebelum matang. Proses sortasi memerlukan koordinasi dan kerjasama dengan para pengumpul buah nangka agar perusahaan bisa mendapatkan buah nangka yang sesuai dengan mutu yang telah dipersyaratkan.

b. Pencucian kulit dan pemisahan daging buah dari kulit

Pada proses ini, buah nangka dicuci terlebih dahulu dengan air sebelum kulit buah dibelah. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit buah. Proses pencucian dapat mengurangi jumlah mikroba sehingga dapat meminimalisasi kotoran yang menempel pada pisau yang digunakan untuk membelah kulit . pada Buah Nangka

31,25 kg

Daging buah

nangka 10 kg Keripik nangka 2 kg Biji

Air

Kulit

Dami

Penggorengan vakum

(27)

umumnya pisau tersebut mengalami kontak dengan sebagian daging buah nangka. Proses selanjutnya adalah pemisahan daging buah dengan kulit buah untuk mengeluarkan nyamplungnya ( buah nangka yang berisi satu biji ) dan membuang kulit serta daminya (rongga yang berisi nyamplung) ke tempat penampungan limbah. Seluruh pisau yang digunakan dalam proses ini disterelisasi menggunakan alkohol.

c. Pemisahan biji dan pembelahan

Bagian buah nangka yang diperlukan dalam pembuatan keripik nangka hanya daging buahnya, sehingga biji nangka dan selaput yang menyelimutinya harus dipisahkan . biji nangka dikeluarkan dari daging buah dengan cara membelah daging buah tersebut menjadi dua bagian. Pisau yang digunakan sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu menggunakan alkohol.

d. Penimbangan daging buah

Pada proses ini, daging buah nangka yang telah diiris dimasukkan ke dalam baskom stainless steel yang telah dicuci bersih lalu ditimbang seberat 10 kg. Jarak waktu tiap batch antara proses penanganan bahan baku mulai pemisahan kulit nangka dari daging buah, pemisahan biji, pembelahan, dan penimbangan dengan waktu penggorengan tidak boleh terlalu lama karena jika bahan baku yang telah siap digoreng memiliki jarak waktu yang lama untuk digoreng maka bahan baku dimungkinkan dapat mengalami penurunan mutu. Penurunan mutu tersebut diantaranya adalah jumlah load mikroba semakin meningkat serta terjadi pelunakan pada bahan baku.

2. Penggorengan dan penirisan a. Penggorengan

Penggorengan dilakukan menggunakan vacuum fryer. Bahan yang digoreng seluruhnya terendam dalam minyak goreng (deep fat frying). Dengan deep fat frying dapat diperoleh hasil yang lezat dengan flavor yang enak dan mengurangi kadar air makanan sehingg memperpanjang umur simpan. Selain itu dengan cara penggorengan tersebut, dapat menghasilkan bahan makanan dengan sifat renyah (crispying). Minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng kemasan karena mutu minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Mutu minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk dalam hal unur simpan.

b. Penirisan

Keripik nangka yang telah digoreng kemudian ditiriskan menggunakan spinner. Fungsi penirisan adalah menghilangkan sebagian minyak yang masih tersisa pada keripik nangka setelah proses penggorengan.

3. Proses penimbangan dan pengemasan produk

a. Penimbangan dan pengemasan produk

Keripik nangka yang telah ditiriskan kemudian ditimbang seberat 100 gr dan selanjutnya dikemas dalam kemasan plastik PP ukuran 08 mikron. Pengisian keripik ke dalam kemasan dilakukan secara manual. Kemasan yang digunakan untuk keripik nangka ini adalah plastik transparan PP dengan ukuran ketebalan 08.

b. Penggudangan

(28)

Dalam kegiatan proses produksi keripik nangka, selain menggunakan vacuum fryer sebagai alat penggorengan juga dibutuhkan peralatan penunjang lainnya. Daftar peralatan lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan proses produksi keripik nangka dapat dilihat pada lampiran 9.

4.

Kebutuhan Bangunan dan Lahan

Berdasarkan pengamatan pada perusahaan keripik nangka Tafied Rona Chips di kabupaten Kendal, bangunan untuk industri keripik nangka yang dibutuhkan adalah bangunan permanen seluas 35 m². Dengan mempertimbangkan perkembangan usaha di masa mendatang maka dibutuhkan lahan seluas 105 m².

5.

Kebutuhan Tenaga Kerja

Untuk menjalankan usaha industri keripik nangka dengan kapasitas produksi 5 kg/batch, menurut pengamatan pada perusahaan keripik nangka Tafied Rona Chips. diperlukan sebanyak 4 orang termasuk manajemen perusahaan. Jika dilakukan produksi sebanyak 20 kg/batch per hari, maka dibutuhkan tambahan tenaga menjadi 11 orang.

Tabel 11. Kebutuhan tenaga kerja industri pengolahan keripik nangka Jabatan/fungsi Jumlah ( orang ) Gaji/orang/bulan (Rp)

Manajer 1 1.800.000

Penanganan bahan baku 4 950.000

Operator Vacuum fryer 2 950.000

Pengemasan 4 950.000

Jumlah 11 -

C.

Aspek Finansial

Analisis finansial pendirian industri keripik nangka dilakukan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi disesuaikan dengan kondisi pada saat penelitian berlangsung. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah :

a.Umur ekonomi proyek 6 tahun, dimulai pada tahun ke-0.

b. Harga-harga yang digunakan dalam analisis ini berdasar survei pada bulan Juni 2009 hingga Mei 2010.

c. Nilai sisa mesin dan peralatan 10 % dari nilai awal dan nilai asuransi adalah 1 % dari biaya investasi.

d. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek 80 % dari nilai awal.

e. Proyek dimulai pada saat panen raya buah nangka di kabupaten Semarang (antara bulan Desember hingga Januari).

f. Produksi dilakukan dengan menggunakan dua buah mesin vacuum fryer g. Kapasitas produksi perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan bahan baku: Buah nangka :

27.000 kg/tahun atau 3.000 kg/bulan. 2. Produk akhir :

54.000 bungkus/tahun atau 6.000 bungkus/bulan.

3. Lama beroperasi : 9 bulan/tahun (bulan Januari-Maret dan Juli-Desember) . 4. Hari beroperasi : 25 hari/bulan.

5. Semua produk terjual habis

j. Seluruh modal investasi berasal dari pinjaman bank.

k. Tingkat suku bunga didasarkan pada tingkat suku bunga BPR yaitu sebesar 21,6 % per tahun.

l. Biaya pemeliharaan bangunan dan peralatan 5 % dari harga awal. m. Biaya investasi seluruhnya dikeluarkan pada tahun ke-0.

(29)

 Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 % x pendapatan

 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15 % x (pendapatan-50.000.000))

 Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15% x 50.000.000) + (30% x (pendapatan-100.000.000))

Asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah perusahaan berproduksi selama 9 bulan/tahun karena hasil analisis finansial dengan produksi yang dilakukan selama 12 bulan/tahun menunjukkan bahwa industri tidak layak didirikan (lampiran 21). Penyebab utama ketidaklayakan adalah tingginya harga bahan baku pada bulan April hingga Juni.

1.

Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun industri keripik nangka. Biaya investasi dalam pendirian industri keripik nangka terdiri atas modal tetap dan modal kerja. Modal tetap yang diperlukan untuk pendirian industri ini adalah Rp. 161.490.000 dengan komposisi biaya seperti terdapat pada tabel 12. komposisi modal tetap secara lengkap disajikan pada lampiran 11.

Tabel 12. Komposisi modal tetap untuk industri keripik nangka

Komponen Jumlah Harga /Unit (Rp

Lahan ( M2 ) 35 21.000.000

Bangunan ( M2 ) 105 61.250.000

Perizinan 9,000,000

Fasilitas Penunjang 7.600.000

Mesin dan peralatan 62,640,000

Total Modal Tetap 161.490.000

Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi keripik nangka pada waktu beroperasi pertama kali. Besarnya modal kerja sangat tergantung pada biaya operasional pabrik karena modal kerja yang digunakan untuk pembiayaan awal sampai pabrik bisa berproduksi. Besarnya modal kerja perusahaan sebesar biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan aktivitas bisnis selama satu bulan. Hal itu berarti bahwa pada bulan berikutnya biaya produksi sudah mampu ditutupi dari biaya penerimaan (penjualan). Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka

Komponen Nilai ( Rp )

A. Biaya tetap

Tenaga kerja tak langsung 1.800.000

Pemeliharaan 730.500

Komunikasi 55.556

Asuransi 169.433

Promosi/pemasaran 821.870

Depresiasi 1.1199.468

Sub Total 4.177.359

B. Biaya Variabel

Bahan baku 12.000.000

Bahan kemasan 1.200.000

Tenaga kerja langsung 9.500.000

Bahan bakar dan listrik 3.177.778

Transportasi/distribusi produk 222.222 Bahan dan Peralatan Penunjang 22.222

(30)

C. Persediaan kas 10.000.000

Total Modal kerja 40.299.581

Dari tabel 12 dan 13 dapat ditentukan jumlah biaya investasi yaitu total jumlah modal tetap dan modal kerja sebesar Rp 201.789.581,00.

2.

Penentuan Harga Jual dan Margin Keuntungan

Penetapan harga jual keripik nangka dilakukan dengan mempertimbangkan harga produk pesaing yang dijual di kota Semarang. Hasil survei pasar terhadap harga produk keripik nangka yang dijual di kota Semarang dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Harga pasar produk keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009

Pemasok keripik nangka

Ukuran (g)

Harga di tingkat konsumen akhir

Harga jual pabrik/distributor (Rp)

Distributor Fruit Eternity 100 12.500 8.500

C.V. Berkah Jaya Abadi 100 11.000 9.000

Tafied Rona Chips 100 10.500 8.500

Kota Malang 100 10.000 8.500

Harga jual produk keripik nangka di tingkat konsumen akhir ditetapkan sebesar Rp 8.500,00. Harga tersebut ditetapkan sesuai dengan harga minimal dari produk pesaing yang ada di pasaran. Harga pokok produk adalah sebesar jual Rp 5.688,819/ bungkus yang dihitung dengan menggunakan metode full costing (Kotler,1993) .

Harga pokok/unit : biaya tetap total + biaya variabel total Jumlah (kapasitas) produksi

Besarnya margin keuntungan ditetapkan dengan mengurangi harga jual dengan harga pokok produksi. Margin yang didapat adalah sebesar Rp 2.811,180 atau sebesar 49,41% dari harga pokok produksi. Penghitungan besar margin keuntungan dapat dilihat pada lampiran 17.

3.

Prakiraan Penerimaan

Penerimaan tahunan industri keripik nangka didapatkan dari hasil penjualan tahun tersebut dengan asumsi penerimaan setiap tahunnya konstan (tidak ada perubahan harga). Perusahaan berproduksi dengan kapasitas 54.000 bungkus/tahun, sehingga penerimaan yang diperoleh perusahaan per tahunnya sebesar Rp 459.000.000,00. Penerimaan industri dapat ditingkatkan dengan mengolah buah-buahan lain pada bulan April hingga Juni.

4.

Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laba rugi untuk industri keripik nangka disajikan pada lampiran 18a. Dari lampiran 19 terlihat bahwa pada tahun ke 1, 2, dan 3 diperoleh laba bersih/tahun sebesar Rp 94.484.635,00. Setelah tahun ke 3, perusahaan tidak lagi berkewajiban untuk membayar bunga angsuran pinjaman sehingga laba bersih pada tahun ke 4, 5, dan 6 meningkat menjadi Rp 123.762.637,00/tahun.

5.

Proyeksi Arus Kas

(31)

adanya tambahan nilai sisa di akhir proyek sebesar Rp 77.909..000,00. Proyeksi arus kas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 19.

6.

Titik Impas (Break Event Point)

Titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama besarnya dengan pendapatan. Titik impas (break event point) menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Selain dapat menghubungkan antara volume penjualan, harga satuan dan laba, analisis titik impas juga dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel.

Titik impas (BEP) industri keripik nangka pada kapasitas produksi adalah sebesar Rp 91.112.307,01. Analisis titik impas dapat dilihat pada lampiran 20.

7.

Payback Period

Payback period merupakan suatu periode waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan atau menutup ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Hasil perhitungan periode pengembalian menunjukkan bahwa proyek bisa mengembalikan modal dalam jangka waktu 3,65 tahun. Hal ini berarti industri keripik nangka layak untuk didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan umur proyek.

8.

Kriteria Kelayakan Investasi

Penentuan Kelayakan suatu proyek perencanaan pendirian industri diukur dengan kriteria yang disebut kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan pendirian industry keripik nangka adalah net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio).

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara present value benefit dengan present value biaya. Net Present Value (NPV) industri keripik nangka dengan tingkat suku bunga 21,6% adalah sebesar Rp 54.204.713,00. NPV menunjukkan nilai positif sehingga industri ini layak didirikan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan suatu nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Nilai IRR untuk industri keripik nangka adalah 29,24%. Nilai ini lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitu 21,6% sehingga industri ini dinyatakan layak untuk didirikan.

c. Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B /C) merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika Net B/C >1. Nilai Net B/C untuk industri keripik nangka adalah sebesar 1,27 sehingga proyek dinyatakan layak.

9.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dalam analisis kelayakan industri digunakan untuk mengetahui seberapa jauh proyek tetap layak jika terjadi perubahan pada parameter-parameter tertentu.

Analisis sensitivitas dilakukan terhadap tiga parameter yaitu kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual.Analisis sensitivitas dilakukan terhadap bahan baku dan input karena harga bahan baku produk ini yaitu buah nangka selama ini cenderung berubah sesuai dengan musim. Harga bahan bakar minyak juga dapat berubah sehingga kemungkinan akan dapat mempengaruhi biaya operasional industri ini.

(32)

bahan bakar dan listrik sebesar 69% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV < 0, IRR di bawah tingkat suku bunga dan Net B/C tidak lebih besar dari 1. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan bakar dan listrik dapat dilihat pada tabel 16. Analisis terhadap penurunan harga jual hingga 4% masih layak untuk dilaksanakan, tetapi jika untuk penurunan harga jual 5% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV < 0, IRR di bawah tingkat suku bunga dan Net B/C tidak lebih besar dari 1. Tabel 17 menunjukkan analisis sensitivitas untuk penurunan harga jual.

Tabel 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13% dan 14%

Kriteria investasi

Nilai

13% 14%

NPV Rp 3.812.664 Rp -69.647

IRR 22,22 % 21,59 %

Net B/C 1,018 0,999

Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 % dan 69 %

Kriteria investasi

Nilai

68% 69%

NPV Rp 223.034 Rp -570.815

IRR 21,64 % 21,51 %

Net B/C 1,001 0,997

Tabel 17 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 4 % dan 5 %

Kriteria investasi

Nilai

4 % 5 %

NPV Rp 7.449.884 Rp -4.238.823

IRR 22,81 % 20,89 %

Net B/C 1,036 0,978

D.

Aspek Yuridis

1.

Badan usaha/perizinan

Bentuk badan usaha yang sesuai untuk industri kecil keripik nangka ini adalah Perseroan Terbatas (P.T.). Untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas, merujuk pada UU. No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah no. 26 Tahun 1998, UU. No. 1 Tahun 1995 maka diperlukan persyaratan sebagai berikut :

1. Foto kopi KTP para pendiri, minimal 2 orang

2. Foto kopi KK dan NPWP pribadi penanggung jawab / direktur

3. Foto kopi PBB terakhir tempat usaha/kantor, apabila milik sendiri, foto copy surat kontrak, apabila status kantor kontrak

4. Pas foto berwarna penanggung jawab/ direktur ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar 5. Nama P.T.

(33)
<

Gambar

Gambar 2. Keripik nangka
Tabel 1. Syarat Mutu Keripik Nangka
Gambar 3. Kerangka Pemikiran pendirian industri keripik nangka di   kabupaten
Gambar 4. Metode Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui kelayakan pendirian pabrik pengolahan rumput laut di Sumatera Barat dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis/ operasional, aspek keuangan,

Proses analisis dilakukan untuk mengetahui kelayakan pendirian industri tersebut dari berbagai aspek yang berkaitan, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek legal,

dan aspek lingkungan, maka perusahaan liquid air separation ini layak untuk didirikan, untuk itu penulis memberikan saran untuk pendirian perusahaan dan untuk penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mengetahui apakah pendirian pabrik pupuk organik granul di Yogyakarta layak didirikan, dinilai dari : aspek pasar, aspek teknis,

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) secara finansial usaha aneka keripik pada UD D3 di Kabupaten Lumajang layak untuk dilanjutkan pada tiap-tiap jenis produk keripik

Dari tabel dapat dilihat bahwa perusahaan tidak menggunakan bahan baku pembuatan keripik singkong secara konstan untuk tiap bulannya, Untuk tenaga kerja terjadinya

Hasil dari penelitian ini menunjukkan rencana Pendirian Rumah Makan Asri dinyatakan layak untuk dijalankan ditinjau dari aspek studi kelayakan3. Kata kunci: Analisis Studi

Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan, industri ini tidak layak untuk dilaksanakan pada peningkatan harga bahan baku sampai 20% dan pada penurunan harga jual