BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Auditing
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntansi publik sebagai yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
2.1.1 Pengertian Auditing
Auditing merupakan salah satu atestasi. Atestasi, pengertian umumnya merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang. Berikut ini beberapa pengertian Auditing : Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 4)
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder (2011; 4) “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti dengan tujuan memberi kewajaran atas laporan keuangan.
2.1.2 Jenis-jenis Audit
Dalam (Sukrisno Agoes, 2012:10) Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus sesuai dengan standar Professional Akuntan Publik dan memperhatikan kode etik akuntan indonesia, aturan etika KAP yang telah disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu. 2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan pada penagihan piutang usaha perusahaan. Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operandinya.
Dalam (Sukrisno Agoes, 2012 ; 11-13) Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:
1. Management Audit (Operational Audit)
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya (recommendations).
4. Computer Audit
2.1.3 Standar Auditing
Menurut PSAP 01 (2011: 150.1-150.2) Standar auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit c. Standar Pelaporan
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. (IAPI, 2011:150.1 & 150.2)
2.1.4 Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal (Sukrisno Agoes, 2012: 128):
1. Dari pihak klien
Tujuan kertas kerja pemeriksaan antara lain : Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan, sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik, Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari pihak pajak, pihak bank, dan pihak klien, sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit), dan sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya. Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan dalam (Sukrisno Agoes, 2012: 129-130) sebagai berikut:
a. Current file
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan, misalnya:
Neraca saldo
Berita Acara Kas Opname Rekonsiliasi Bank
Rincian Piutang Rincian Persediaan Rincian Liabilities
Rincian Biaya, dan lain-lain
b. Permanent File
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya :
Akta Pendirian
Notulen rapat
c. Correspondence File
Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, facsimile, email dan lain-lain
2.2 Audit Internal
Dengan berkembangnya era globalisasi dan meningkatnya persaingan dewasa ini, setiap perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan daya saingnya secara berkelanjutan. Salah satu cara yang ditempuh adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan usahanya dimana sangat memerlukan adanya departemen audit internal yang efektif.
2.2.1 Pengertian Audit Internal
Definisi internal audit terus berkembang. Internal audit yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan finansial, tetapi sudah meluas ke bidang lain seperti manajemen audit, audit lingkungan hidup, sosial audit, audit investigasi, compliance audit. Berikut ini pengertian Internal audit :
Menurut Busra Emka (2006 : 27)
Menurut Hiro Tugiman (2006:11)
Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.
Menurut Sukrisno Agoes (2012 : 204)
Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi, dan lain-lain.
Dari pengertian-pengertian internal auditing di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal merupakan pemeriksaan kembali kegiatan operasi perusahaan secara independen untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan pemimpin.
Walaupun terdapat kesamaan antara pemeriksaan intern (Internal Auditing) dengan pemeriksaan ekstern (External Auditing) dalam area audit finansial, namun terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua tipe audit tersebut perbedaan-perbedaan tersebut diringkas sebagai berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan Internal Audit dan External Audit
NO INTERNAL AUDIT EXTERNAL AUDIT
1
Dilakukan oleh Internal Auditor yang
merupakan orang dalam perusahaan
(pegawai perusahaan)
Dilakukan oleh external auditor (Kantor
akuntan Publik) yang merupakan orang luar
2
Pihak luar perusahaan menganggap
Internal auditor independen
(Inappearance)
External auditor adalah pihak yang
independen
3
Tujuan pemeriksaannya adalah untuk
membantu (top management, middle
management, dan lower management)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya
dengan memberikan analisis, penilaian,
saran dan komentar mengenai kegiatan
yang diperiksanya
Tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen perusahaan
4
Laporan internal auditor tidak berisi opini
mengenai kewajaran laporan keuangan,
tetapi berupa temuan pemeriksaan (audit
findings) mengenai penyimpangan dan
kecurangan yang ditemukan, kelemahan
pengendalian intern, beserta saran-saran
perbaikannya
Laporan external auditor berisi opini
mengenai kewajaran laporan keuangan,
selain itu berupa management letter, yang
berisi pemberitahuan kepada manajemen
mengenai kelemahan-kelemahan dalam
pengendalian intern beserta saran-saran
perbaikannya
5
Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman
pada internal auditing standards yang
ditentukan oleh Institute of Internal
Auditors, atau norma Pemeriksaan Intern
yang ditentukan oleh BPKP atau BPK dan
norma pemeriksaan satuan pengawasan
intern BUMN/BUMD oleh SPI (Institut
Akuntan Publik Indonesia belum
Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada
Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik
menyusun Standar Pemeriksaan Intern)
Pemeriksaan intern dilakukan lebih rinci
dan memakan waktu sepanjang tahun,
karena internal auditor mempunyai waktu
yang lebih banyak di perusahaannya
Pemeriksaan ekstern dilakukan secara
sampling, karena waktu yang terbatas dan
akan terlalu tingginya audit fee jika
pemeriksaan dilakukan secara rinci
7
Pimpinan (penanggung jawab)
pemeriksaan intern tidak harus seorang
registered accountant
Pemeriksaan ekstern dipimpin oleh
(penanggung jawabnya adalah seorang
akuntan publik yang terdaftar dan
mempunyai nomor register (registered
public accountant)
8
Internal Auditor mendapatkan gaji dan
tunjangan sosial lainnya sebagai pegawai
perusahaan
External auditor mendapat audit fee atas
jasa yang diberikannya
9
Sebelum menyerahkan laporannya,
internal auditor tidak perlu meminta "Surat
Pernyataan Langganan".
Sebelum menyerahkan laporannya, external
auditor terlebih dahulu harus meminta
"Surat pernyataan Langganan" (Client
Representation Letter)
10
Internal Auditor tertarik pada
kesalahan-kesalahan yang material maupun tidak
material
External auditor hanya tertarik pada
kesalahan-kesalahan yang material, yang
bisa mempengaruhi kewajaran laporan
keuangan
2.2.2 Auditor Internal
Walaupun seringkali memiliki hubungan kerja yang erat antara auditor internal dan auditor eksternal, namun terdapat perbedaan penting berikut ini diantara kedua jenis auditor tersebut:
Tabel 2.2
Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal
Sumber : (Sukrisno Agoes, 2012 : 206-207)
Keterangan AUDITOR INTERNAL AUDITOR EKSTERNAL
Pemberi Kerja
Perusahaan dan unit-unit Pemerintah
Kantor Akuntan Publik
Organisasi Nasional
Institute of Internal Auditors (IIA)
American Institute of certified Public Accountants
(AICPA)
Gelar Sertifikasi
Certified Internal Auditor (CIA)
Certified Public Accountant (CPA)
Lisensi untuk Praktik Tidak ada Ada
Tanggung jawab utama Kepada Dewan komisaris Kepada Pihak Ketiga
Ruang lingkup audit
Semua aktivitas dalam suatu organisasi
2.2.3 Tahap Audit Internal
Menurut Hiro Tugiman dalam bukunya ”Standar Profesional Audit Internal” mengemukakan bahwa: Kegiatan pemeriksaan harus meliputi
perencanaan, pemeriksaan, pengujian, dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (Follow up). (2006 : 53)
Jadi kegiatan pemeriksaan terdiri dari perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan (pelaporan) dan tindak lanjut (follow up).
2.2.3.1Perencanaan Pemeriksaan
Perencanaan pemeriksaan internal harus didokumentasikan dan meliputi hal-hal berikut ini (Hiro Tugiman, 2006: 53-59) :
1. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan
2. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan yang akan diperiksa
3. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan
4. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu
2.2.3.2Pengujian dan Pengevaluasian Informasi
Pemeriksa internal haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.
Proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut (Hiro Tugiman, 2006 : 59-68) :
1. Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan pemeriksa dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan.
2. Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi 3. Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan penarikan contoh
yang dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan dan diperluas atau diubah bila keadaan menghendaki demikian.
4. Proses pengumpulan, analisis, penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian bahwa sikap objektif pemeriksa terus dijaga dan sasaran pemeriksaan dapat dicapai. 5. Kertas kerja pemeriksaan adalah dokumen pemeriksaan yang harus dibuat
2.2.3.3Penyampaian hasil Pemeriksaan
Pemeriksa internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Penyampaian hasil pemeriksaan lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut dalam (Hiro Tugiman, 2006 : 68-75) :
1. Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah pengujian terhadap pemeriksaan (audit examination) selesai dilakukan. Laporan sementara dapat dibuat secara tertulis atau lisan dan diserahkan secara formal atau informal
2. Pemeriksa internal harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang tepat, sebelum mengeluarkan laporan akhir
3. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu 4. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil
pelaksanaan pemeriksaan dan bila dipandang perlu, laporan harus pula berisikan pernyataan tentang pendapat pemeriksa
5. Laporan-laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan yang dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif
6. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan pemeriksaan
dikeuarkan, dan menentukan kepada siapa laporan tersebut akan disampaikan
2.2.3.4Tindak Lanjut Pemeriksaan
Pemeriksa internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.
Pemeriksa internal harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas temuan yang dilaporkan (Hiro Tugiman, 2006:75).
2.3 Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan
Berikut ini beberapa pendapat yang menulis mengenai pengertian persediaan.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 tahun 2012 menuliskan bahwa :
“Pengertian persediaan menurut PSAK no. 14 :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”
Menurut Holy Icun Yuniarto dan Martinus Getty Santika (2005: 1)
Definisi Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Definisi dari inventory yang lain secara umum adalah sebagai berikut :
Suatu item yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang
Suatu item yang harus ditentukan kapan harus dibutuhkan
Suatu item yang harus ditentukan berapa banyak yang harus dibutuhkan
Suatu item yang seberapa jauh harus di-maintain
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan 1. Persediaan merupakan aktiva yang terus menerus mengalami perubahan. 2. Persediaan merupakan barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali. 3. Persediaan dalam perusahaan dagang terdiri dari persediaan bahan baku,
2.3.2 Jenis-jenis Persediaan
Pada perusahaan dagang, hanya dikenal satu jenis inventory, yaitu persediaan barang dagangan (Inventory of merchandise) yang merupakan barang-barang yang dibeli dan dijual kembali tanpa adanya pengolahan lebih lanjut sedangkan pada perusahaan industri terlibat bermacam-macam persediaan. Berikut ini klasifikasi persediaan menurut Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika (2005: 5-7) yaitu:
1. Raw material
Merupakan bahan dasar dari suatu industri untuk memproduksi barang yang siap dijual ke customer. Namun hal ini tergantung dari suatu jenis perusahaan masing-masing, karena raw material di suatu perusahaan bisa menjadi finished good dari perusahaan lainnya.
2. Work in Process
Merupakan inventory yang sudah diolah untuk proses menjadi finished goods (barang jadi). Boleh dikatakan work in process inventory merupakan barang setengah jadi.
3. Finished goods (barang jadi)
Merupakan barang yang siap disajikan/dikirimkan/dijual kepada customer. Finished goods dalam industri manufacturing merupakan barang dari proses terakhir yang kemudian disimpan dalam gudang.
4. MRO (Maintenance, Repair and Operating Supplies)
mesin di dalam proses produksi maupun alat pendukung jalannya proses bisnis. Sedangkan operating supplies merupakan kebutuhan pelengkap yang selalu ada dalam proses produksi tersebut seperti komponen - komponen kecil spare part.
5. Flow Process Inventory
Merupakan jalur jalannya inventory tersebut dalam bisnis perusahaan. Semakin kompleks (ada barang yang diproduksi), maka semakin panjang alur yang dibutuhkan.
2.3.3 Metode Penilaian Persediaan
Penilaian persediaan barang adalah nilai rupiah atas persediaan barang untuk pencantuman dalam neraca akhir periode akuntansi dan nilai yang akan dibebankan sebagai harga pokok barang yang dijual.
Tujuan auditor mengetahui metode penilaian persediaan adalah untuk menetukan secara layak besarnya hasil usaha dengan cara membandingkan biaya bersangkutan dengan pendapatannya.
Beberapa metode penilaian persediaan barang yang biasanya digunakan oleh perusahaan, yaitu (Busra Emka, 2006: 91):
1. FIFO (First In First Out)
2. LIFO (Last In First Out)
Menurut metode ini, barang-barang yang terakhir masuk dikeluarkan lebih dulu. Dengan demikian persediaan akhir dinilai berdasarkan harga-harga pembelian yang paling awal.
3. Simple Average (Rata-rata Sederhana)
Menurut metode ini, persediaan akhir dinilai berdasarkan harga pembelian rata-rata selama satu periode akuntansi
4. Weighted Average (Rata-rata Tertimbang)
Menurut metode ini, persediaan akhir dinilai berdasarkan harga rata-rata dari seluruh pembelian yang pernah dialami, yaitu nilai rupiah seluruh pembelian dibagi dengan berat barang yang dibeli.
5. Cost or Market whichever is lower
Menurut cara ini, persediaan akhir dinilai dengan harga yang lebih rendah antara harga pembelian (cost) dengan harga pasar pada saat penilaian tersebut dilakukan.
6. Base Stock (persediaan dasar)
2.3.4 Metode Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan dibagi 2 (Busra Emka, 2006 : 90-91) : 1. Perpetual method/ Metode Buku
Menurut metode ini, semua pembelian dan penjualan barang dibukukan ke dalam perkiraan persediaan dari barang yang bersangkutan dengan harga pembeliannya. Oleh karena itu, perkiraan inventory selalu menunjukkan keadaan jumlah sisa persediaan yang masih ada dan segala mutasi perubahannya.
2. Physical method /Metode fisik
2.4 Audit Persediaan
Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.
2.4.1 Tujuan Audit Persediaan
Menurut Sukrisno Agoes (2012: 229), tujuan audit persediaan sebagai berikut: 1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal control yang cukup baik atas
persediaan
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)
4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat (slow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah dibuatkan allowance yang cukup
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit 7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan (purchase/sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan.
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
2.4.2 Prosedur Audit Persediaan
Menurut Sukrisno Agoes (2008 : 233), Prosedur Audit pemeriksaan untuk Compliance test untuk persediaan terdiri atas:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan
a. Dalam hal ini auditor bisanya menggunakan internal control questionnaires
b. Lakukan tes transaksi (compliance test) atas pembelian dengan menggunakan purchase order sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition sebagai sampel. Untuk tes transaksi penjualan, bisa digunakan faktur penjualan sebagai sampel.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan
Menurut Sukrisno Agoes (2008 : 233), Prosedur Audit substantive atas persediaan terdiri atas:
1. Lakukan observasi atas Stock opname (perhitungan fisik) yang dilakukan perusahaan (klien)
2. Minta Final Inventory List (Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini :
Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian) Cocokkan “quantity per book” dengan Stock Card
Cocokkan “quantity per count” dengan count sheet kita (auditor) Cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan Consignment out
4. Periksa unit price dan bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in proses), barang jadi (finished goods) dan bahan pembantu (supplies)
5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca
6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode
7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event) 8. Periksa cut off penjualan dan cut off pembelian
10.Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca 11.Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan
prosedur berikut ini :
Minta rincian goods in transit per tanggal neraca Periksa mathematical accuracy
Periksa subsequent clearance
12.Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan