PENGARUH LAMA MENGAJAR
PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN PROFESIONALITAS GURU
Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Maria Veronica Aci L. 031334023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Kupersembahkan karya ini untuk….
Bapak & Mamah….
Mbah Uti…..
MOTTO
“ Biarlah Allah menjadi semakin besar dalam kemanusiaanku “
(Yoh 3 : 30)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil
melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan kita akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui,
dan kita tak akan mengetahui masa depan jika kita menunggu-nunggu.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maria Veronica Aci L.
Nomor Mahasiswa : 031334023
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH LAMA MENGAJAR
PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU
Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 19 April 2010
Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur terima kasih pada Tuhan Yesus Kristus & Bunda Maria atas
kasihnya menunjukkan titik-titik terang dalam setiap kesulitan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGARUH LAMA MENGAJAR
PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Akuntansi. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini
mendapatkan banyak masukan, kritik, saran, dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahua Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku dosen pembimbing, yang dengan
sabar membimbing dan penulis menyusun skripsi, memberikan kritik dan
saran, masukan, semangat, serta bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing. Terima kasih banyak ya pak…
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. Selaku dosen tamu 1, yang
telah memberikan masukan, saran dan kritikan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen tamu 2, yang telah
7. Para dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi dan
Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah
banyak membantu dan memberikan bekal ilmu kepada penulis selama
kuliah.
8. Kepala Sekolah SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya, SMK Tamtama
Kroya, dan segenap guru dan karyawan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan telah
banyak membantu dalam melaksanakan penelitian ini.
9. Bapak & Mamah, terima kasih ya Pa…Mah… untuk semuanya, maaf
kuliahnya kelamaan.. tapi akhirnya aku bisa!!! Kalian akan slalu ada
dalam doaku…. I Love You…
10.My Luvly sister Mba Ya, Mba We, Mba Lisa, Dede, makasih buat
dukungan, semangat, cacian, kasih sayang, dan kebersamaan yang tidak
ternilai di dunia dan planet manapun… kita harus selalu seperti ini sampai
kita mati…
11.Mbah Uti, aku tau kau tersenyum bahagia di sana.. I love u granny…
12.Mas Yudi & Mba Wati…., Harley & Harleyna… yang membuatku slalu
pengen pulang.
13.Mas Aji & Keluarga, terima kasih atas dukungannya, aku senang bisa
diterima dan berada ditengah kehangatan keluarga Klaten. Makasi ya
ndud… nothin’s better than saying “thank you” for everything you gives…
14.Sahabat-sahabatku tercinta, sahabat di masa kecil, masa remaja, dan masa
sekarang…. Ari, Lisa, Kristin, makasi ya ciiin semangat dan kebersamaan
kita dari kepompong sampai kita jadi kupu-kupu.. metamorfosa
sempurna… hahaha…. Untuk Veni, Deni dan Lia… walaupun Belanda
sudah dekat tapi aku masi bisa lari kok… tuuu mereka masih
dibelakang…hahaha..
15.My sister Krisna Indah, makasi ya mba atas dukungan, bantuan, masukan,
tempat menuangkan dan mencari solusi setiap masalah, maaf aku sering
16.Teman-temanku yang membuat hidupku jadi lebih berwarna : Ayu, Mba
Fera (sori mba sering ngrepotin..), Galih, Ade, Adi, Krisna, Dewi, Uci,
Rista, makasi yaaa semuanya…
17.Teman-temanku di PAK A & B, teman-teman di kos Petung 36, kos
Wulung 9, kos Tutul 11A, kos Gorongan, kos Panuluh 71, kos BSP, kos
Grahanadi.
18.Semu pihak yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat
diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
ABSTRAK
PENGARUH LAMA MENGAJAR
PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU
Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap
Maria Veronica Aci L. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009 di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap yang berjumlah 308 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 130 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.
ABSTRACT
THE EFFECT OF TEACHING EXPERIENCE DURATION TOWARDS TEACHERS’ EMOTIONAL QUOTIENT AND PROFESSIONALISM
A Survey on Private Senior High Schools and Vocational Schools in Kroya Sub-District, Cilacap
Maria Veronica Aci L. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
This study aims to examine the significance of teaching experience duration towards teachers’ emotional quotient and professionalism.
The study was conducted from May to July 2009 in private senior high schools and vocational schools in Kroya sub-district, Cilacap. The population was 308 private senior high schools and vocational schools teachers, while samples were 130 teachers. The method of gathering the data was questionnaire, while the data analysis was parallel regression method developed by Chow.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian... 5
BAB II KAJIAN TEORETIK... 6
A. Kecerdasan Emosional ... 6
1. Definisi Kecerdasan Emosional ... 6
3. Komponen Kecerdasan Emosional ... 9
B. Profesionalitas Guru ... 10
1. Pengertian Profesional ... 10
2. Profesionalitas Guru ... 12
3. Ciri-ciri Jabatan Profesional ... 13
4. Guru sebagai Pendidik yang Kompeten... 14
C. Lama Mengajar... 17
D. Kerangka Teoretik ... 19
E. Hipotesis ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 21
A. Jenis Penelitian... 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
1. Tempat Penelitian ... 21
2. Waktu Penelitian… ... 21
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 22
1. Subjek Penelitian... 22
2. Objek Penelitian ... 22
D. Populasi dan Sampel ... 22
1. Populasi ... 22
2. Sampel... 22
3. Teknik Penarikan Sampel ... 23
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 23
1. Kecerdasan Emosional... 23
3. Lama Mengajar ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data... 28
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28
1. Uji Validitas ... 28
2. Uji Reliabilitas ... 32
H. Teknik Analisis Data... 34
1. Statistik Deskriptif ... 34
2. Pengujian Prasyarat Analisis... 35
3. Pengujian Hipotesis Penelitian... 36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 38
A. Deskripsi Data ... 38
1. Deskripsi Responden Penelitian... 39
2. Deskripsi Variabel Penelitian... 40
3. Deskripsi Variabel Lama Mengajar ... 41
B. Analisis Data ... 42
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 42
2. Pengujian Hipotesis... 44
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 46
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 50
A.Kesimpulan ... 50
B.Keterbatasan Penelitian ... 50
C.Saran-saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA... 53
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 25
3.2 Tabel Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Guru ... 26
3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 30
3.4 Hasil UJi Validitas Variabel Profesionalitas Guru... 31
3.5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 33
4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 38
4.2 Jenis Kelamin Responden Penelitian ... 39
4.3 Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional... 39
4.4 Deskripsi Variabel Profesionalitas Guru... 40
4.5 Deskripsi Variabel Lama Mengajar ... 41
4.6 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 42
4.7 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Guru... 43
4.8 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Lama Mengajar ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian ... 56
Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64
Data Induk Penelitian... 70
Data Induk Regresi ... 80
Tabel Frekuensi... 84
Perhitungan PAP tipe II ... 86
Uji Normalitas dan Uji Linieritas ... 89
Tabel F Cara Interpolasi ... 92
Uji Regresi ... 95
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Profesi guru menuntut tugas dan tanggung jawab yang besar. Proses
belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan formal dan
guru sebagai pemegang peran utama. Pendidikan di sekolah mengarahkan
anak didik untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap
dan nilai yang kesemuanya menunjang perkembangan anak didik. Peranan
guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang
dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
Tugas seorang guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik dan
membimbing murid-muridnya. Guru berperan besar dalam meningkatkan
mutu pendidikan dan menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan.
Rendahnya kualitas guru akan membuat rendahnya pula kualitas pendidikan.
Untuk itu seorang guru harus profesional dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai guru.
Kemampuan profesional guru adalah kemampuan guru di bidang
profesinya, kemampuan penampilannya sebagai guru atau kemampuan
keguruan (Rifai, 1982:163-164). Kemampuan profesional itu mencakup baik
pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesionalnya sebagai seorang guru
dalam hubungannya dengan pembinaan siswa. Mengingat pentingnya peranan
Peningkatan kompetensi dan kualitas guru tidak terlepas dari proses seorang
guru untuk dapat benar-benar menjadi guru yang profesional.
Profesionalitas guru dalam kemampuan dan kecakapan mengajar dapat
ditinjau dari pengalaman berapa lamanya guru mengajar dan pendidikan
terakhir yang di tempuh sebelum menjabat sebagai guru selain ditunjang
aspek-aspek lain yang mendukungnya. Peningkatan kualitas guru akan
meningkatkan profesionalitas seorang guru. Peningkatan profesionalitas guru
penting karena guru adalah orang yang akan mengembangkan suasana belajar
agar siswa merasa bebas untuk mengkaji apa yang menarik menurutnya,
mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya, berperan dalam memberikan
pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan kepada peserta didik,
membimbing proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Profesionalitas guru juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor pribadi. Faktor pribadi seperti kesehatan dan keadaan
emosi akan mempengaruhi guru dalam melaksankan tugas dan kewajibannya.
Saat guru mengajar kondisi kesehatan dan emosi tentu saja tidak bisa stabil
tiap harinya. Ada saat di mana guru sedang mengalami suasana hati yang
buruk yang disebabkan oleh masalah pribadinya. Guru harus mampu
mengolah dan mengatur emosinya supaya bisa menyadari kondisi pribadinya
sehingga tidak mengganggu proses belajar-mengajar. Kemampuan guru untuk
mengolah dan mengatur emosi itu merupakan salah satu aspek dalam
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan
dalam berhubungan dengan orang lain (Goleman, 2006:43-59). Bagi seorang
guru, kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi keadaan
sekitar. Guru sering berhadapan dengan murid-muridnya dan tentu harus
mengetahui perbedaan-perbedaan karakteristik murid-muridnya, guru juga
harus mampu berhubungan baik dengan murid-muridnya. Hubungan yang
bersahabat, simpatik dan hangat perlu diciptakan anatara guru dan murid
sehingga proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Guru
juga perlu memotivasi anak untuk belajar supaya bisa menumbuhkan minat
anak untuk belajar dan sekolah juga perlu mengembangkan kondisi fisik yang
menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian diduga semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional guru, maka semakin tinggi tingkat profesionalitas guru.
Hubungan derajat tingkat kecerdasan emosional dengan profesionalitas
guru diduga berbeda pada guru yang memiliki lama mengajar yang berbeda.
Semakin lama guru mengajar, maka derajat hubungan kecerdasan emosional
dengan profesionalitas guru akan semakin tinggi. Hal ini disebabkankan
karena samakin lama guru mengajar pada umumnya guru memiliki
kemampuan lebih dalam mengenali emosi diri, mengelola emosinya,
memotivasi diri sendiri, terampil dalam mengenali emosi orang lain, dan
pandai dalam membina hubungan dengan orang lain. Profesionalitas guru
merupakan kemampuan guru dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai
harus memiliki standar dan memerlukan pendidikan profesi agar pemakai
jasanya puas dengan karyanya. Tinggi rendahnya profesionalitas guru diduga
kuat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kecerdasan emosional guru tersebut.
Seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dituntut untuk
belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain,
menanggapinya dengan tepat, dan menerapkan dengan efektif energi emosi
dalam kehidupan sehari-hari.
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan
untuk menguji derajat pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan
emosional dengan profesionalitas guru. Penelitian ini selanjutnya dituangkan
dalam judul “Pengaruh Lama Mengajar Pada Hubungan Kecerdasan
Emosional dengan Profesionalitas Guru”. Penelitian ini merupakan survei
pada guru-guru di SMA dan SMK di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.
B. Batasan Masalah
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan profesionalitas guru
seperti: faktor pribadi (faktor kesehatan dan keadaan emosi), tingkat
pendidikan, masa kerja (berapa lama guru mengajar), status kepegawaian
guru, dll. Secara spesifik penelitian ini akan memfokuskan penelitian pada
pengaruh faktor lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh lama mengajar pada
hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh lama megajar pada hubungan kecerdasan
emosional dengan profesionalitas guru.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi sekolah
Penelitian ini bisa memberi masukan dan informasi bagi sekolah tentang
pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalitas guru ditinjau dari
lama mengajar dan tingkat pendidikan, dengan demikian diharapkan dapat
memberikan masukan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
sehingga bisa meningkatkan kemampuan profesionalitas guru dalam
mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan baru bagi
masyarakat tentang pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kecerdasan Emosional
Sejak dipublikasikannya buku Emotional Intelligence yang ditulis oleh Goleman pada tahun 1995, banyak kalangan masyarakat menjadi sangat
terpengaruh dengan berbagai pandangan dan anggapan teoritis yang ada dalam
buku tersebut. Di dalam sejumlah ulasan dikemukakan bahwa kecerdasan
emosional mempengaruhi sukses hidup seseorang. Misalnya, meskipun
seseorang mamiliki tingkat pendidikan tinggi namun jika tidak mampu
mengendalikan emosinya dengan baik, cenderung mudah mengalami
hambatan dalam interaksi sosial. Akibatnya, ia akan mengalami banyak
kesulitan dalam pekerjaannya. Profesionalitas guru dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: cara pandang guru terhadap masyarakat dan orang lain terutama
peserta didik, faktor personal atau pribadi, kualitas personal, lingkungan
pembelajaran, dan keterlibatan personal atau pribadi. Bagi seorang guru,
kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi keadaan sekitar.
1. Definisi Kecerdasan Emosional
Berdasarkan kajian sejumlah teori mengenai kecerdasan emosional,
beberapa definisi kecerdasan emosional antara lain:
a. Goleman (2006:135-178) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati
adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai
berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang
baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulam sosial
serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi
kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut
seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat,
memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
b. Sementara Cooper dan Sawaf (1998:XV) mengatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan
secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut
penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada
diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan
secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Patton (1998:1-3) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai
tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan
di tempat kerja.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional yaitu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan
perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang lain, serta menggunakan
kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif
dan meraih keberhasilan di tempat kerja.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional terdiri dari beberapa aspek. Menurut
(Goleman, 1999:57-59) membedakan aspek-aspek kecerdasan emosional
menjadi lima yaitu mengenali emosi diri sendiri, mengolah emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina
hubungan. Goleman (1999) dalam membedakan aspek-aspek keceradasan
emosi dan sosial, yaitu:
a. Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah kemampuan mengenali perasaan pada saat perasaan itu terjadi. Menurut Goleman, kesadaran diri adalah inti dari kecerdasan emosional karena kemampuan ini dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan menjadi tolak ukur yang realistis terhadap kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri. b. Pengaturan diri
Pengaturan diri adalah kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat serta dapat menghasilkan dampak positif bagi pemilihan diri dari tekanan emosi sebelum tercapainya suatu sasaran. Orang yang memiliki kemampuan ini dapat bangkit dari kegagalan dan kejatuhan diri. Pengaturan diri ini bergantung pada kesadaran diri, karena untuk mengatur emosi dengan tepat seseorang butuh kesadaran atau pemahaman diri.
c. Motivasi diri
Motivasi diri adalah kemampuan menguasai diri untuk mengendalikan dorongan atau hasrat terhadap suatu tujuan. Kemampuan ini akan memandu seseorang mengambil inisiatif untuk bertindak efektif dan mampu bertahan dalam menghadapi kegagalan dan frustasi. Kemampuan ini akan membuat orang lebih produktif dan efektif dalam mengerjakan sesuatu.
d. Empati
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan kebutuhan dan kehendak orang lain.
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik saat berhubungan dengan orang lain, dan secara cermat membaca situasi jaringan sosial, mampu membina hubungan dan mengolah emosi orang lain. Orang yang terampil secara sosial akan sukses di bidang yang mengandalkan pergaulan dengan orang lain, bisa peka terhadap perasaan orang lain, mampu memimpin dan menangani perselisihan yang ada.
3. Komponen Kecerdasan Emosional
Goleman (1999:57-59) mengungkapkan 5 (lima) wilayah
kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk
mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
a. Mengenali emosi diri
Kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri, menilai diri sendiri, dan percaya diri. Orang yang memiliki kesadaran diri tinggi menyadari dan memahami suasana hati, emosi, dan kebutuhan mereka. Mereka dapat mengantisipasi tindakan terhadap orang lain, bersemangat dan antusias dalam melakukan tanggung jawabnya.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
c. Memotivasi diri sendiri
Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut: a) cara mengendalikan dorongan hati, b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang, c) kekuatan berpikir positif, d) optimisme; dan d) keadaan flow
(mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. d. Mengenali emosi orang lain
dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
e. Membina hubungan
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.
Kecerdasan emosional dibutuhkan oleh semua pihak untuk dapat
hidup bermasyarakat termasuk di dalamnya menjaga keutuhan hubungan
sosial, dan hubungan sosial yang baik akan mampu menuntun seseorang
untuk memperoleh sukses di dalam hidup seperti yang diharapkan. Di
samping itu, kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya
dengan baik akan mempengaruhi proses berpikirnya secara positif pula.
Seseorang dengan taraf kecerdasan emosional yang baik cenderung lebih
mampu mengendalikan amarah dan bahkan mengarahakan energinya ke
arah yang lebih positif.
B. Profesionalitas Guru 1. Pengertian Profesional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:789), profesi
diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan khusus
sepert ketrampilan, kejuruan untuk menjalankan tugas tertentu. Artinya
pekerja profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur
sengaja dan terencana. Menurut Sudjana (Usman, 1997:14) Profesional
merupakan kata yang berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian,
dapat juga sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai
keahlian dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan
untuk itu dan bukan untuk pekerjaan lain. Sedangkan menurut CV Good
(Samana, 1994:25-43), jenis pekerjaan yang berkualitas profesional
memiliki ciri-ciri tertentu, memerlukan persiapan atau pendidikan khusus
bagi calon pelakunya, kecakapan seorang pekerja profesional dituntut
memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang,
dan jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau
negara. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan
guru tergolong jabatan profesional karena, memenuhi ketiga macam
persyaratan di atas.
Dengan bertitik tolak pada uraian di atas dapat ditarik atau
kesimpulan mengenai pengertian guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru profesional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman
2. Profesionalitas Guru
a. Guru sebagai Tenaga Profesional
UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 Ayat (4)
menegaskan bahwa :
“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.
Pada Pasal 1 ayat (1) UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
ditegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sementara dalam Pasal 6 UU
No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa
kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
b. Prinsip Profesionalitas
Undang-undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pada Bab III Pasal 7 Ayat (1) menyebutkan bahwa profesi
guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia
3) Mamiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan seara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
3. Ciri-ciri Jabatan Profesional
C.V. Good (Samana, 1994:25-43) menjelaskan lebih rinci ciri-ciri
jabatan profesional (termasuk guru) adalah sebagai berikut:
a. Dibutuhkan keahlian khusus bagi para pelakunya sesuai dengan tugas khusus atau jenis jabatannya.
b. Keahlian profesional bukan hasil dari pembiasaan atau latihan rutin, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap.
c. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga mendorong untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan) diri serta karyanya.
Dengan demikian guru sebagai tenaga profesional dapat
disimpulkan sebagai orang yang memiliki kualifikasi akademik dan latar
kependidikan secara khusus. Memiliki kualifikasi akademik dan latar
kependidikan berarti telah mengikuti prosedur yang berpijak pada
landasan pendidikan dan keguruan yang dipelajari secara sengaja dan
terencana. Dalam hal ini guru sebagai tenaga profesional berarti ia telah
memiliki pengetahuan yang memadai, kacakapan, dan keterampilan serta
sikap yang lebih mantap dalam pengelolaan proses pembelajaran.
4. Guru sebagai Pendidik yang Kompeten
a. Kompetensi profesional guru
Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan
layak, (Usman, 1997:16). Guru haruslah juga seorang pendidik yang
kompeten. Profesionalitas guru bersangkutan dengan bagaimana orang
menjalankan tugas, peran atau jabatan secara efektif, sedangkan
kompetensi guru menunjuk pada kemampuan atau potensi khas yang
menopang profesi
Profesi guru berbeda dengan profesi yang lain, Sudjana
(1988:17) mengatakan bahwa perbedaan itu terletak pada tugas dan
tanggung jawab serta kemampuan dasar yang disyaratkan
empat kompetensi guru, yakni; (a) mempunyai pengetahuan tentang
belajar dan tingkah laku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan
menguasai bidang studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang
tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi
yamg dibinanya, (d) mempunyai ketrampilan teknik mengajar.
Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan
bahwa terdapat sejumlah indikator dalam setiap kompetensi dasar
keguruan, kompetensi tersebut adalah:
1) Kompetensi Pedagogik, indikator-indikator pengukuran yang
termasuk di dalamnya antara lain:
a.) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
b.) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c.) Membangun kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
d.) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e.) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
f.) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g.) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
h.) Menyelenggararkan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
i.) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
2) Kompetensi Kepribadian, indikator-indikator pengukuran yang
termasuk di dalamnya antara lain:
a.) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
b.) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c.) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa.
d.) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
e.) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3) Kompetensi Sosial, indikator-indikator pengukuran yang termasuk
di dalamnya antara lain:
a.) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b.) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
c.) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
d.) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
orang lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4) Kompetensi Profesional, indikator-indikator pengukuran yang
termasuk di dalamnya antara lain:
a.) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
b.) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
c.) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
d.) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
e.) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profesionalitas guru mesti
bersumber dari kompetensi atau kemampuan personal, sehingga
profesi keguruan sekaligus merupakan ekspresi atau aktualisasi dari
minat dan kapasitas pribadinya.
C. Lama Mengajar
Dalam proses belajar, pengalaman belajar merupakan faktor yang
penting bagi siswa dan guru, karena belajar merupakan proses ulangan. Bagi
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Misalnya apabila
seorang guru mengadakan evaluasi dan hasilnya kurang memuaskan, maka
guru tersebut dapat melihat kembali atau mengoreksi dirinya sendiri mengapa
tujuan pembelajaran yang diharapkan belum tercapai. Sesuai dengan contoh
tersebut, maka tidak tercapainya tujuan yang diharapkan tersebut
kemungkinan disebabkan karena metode mengajar yang digunakan tidak
sesuai dengan materi pelajaran, kemungkinan lainnya guru belum menguasai
materi pembelajaran yang akan diajarkan dan belum terampil dalam
menyampaikan bahan pelajaran. (Surakhmad, 1982:106) mengatakan bahwa
untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan biasanya diperlukan
latihan berkali-kali atau terus-menerus terhadap sesuatu yang telah
dipelajarinya, karena hanya dengan melakukan secara teratur, pengetahuan
tersebut dapat disempurnakan.
Dengan demikian guru dapat belajar dari pengalamannya sendiri
dalam proses mengajarnya, sehingga semakin lama guru tersebut telah
mengajar maka semakin terampil pula dalam menyampaikan bahan pelajaran.
Sehingga dengan pengalaman mengajar yang tinggi dapat menciptakan
suasana belajar yang kondusif yang didukung dengan sikap profesionalitas
guru dalam mengajar.
Lama mengajar bisa dihitung dalam jumlah hari, bulan, atau tahun.
Bagi guru lamanya mengajar dapat dihitung sejak mereka mempunyai surat
bersangkutan berhak untuk mengajar mata pelajaran sesuai yang tertera dalam
surat keputusan tersebut.
D. Kerangka Teoretik
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri
sendiri, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengolah emosi,
kemampuan mengenali perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang
lain, serta menggunakan kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun
hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Bagi
seorang guru, kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi
keadaan sekitar. Guru sering berhadapan dengan murid-muridnya dan tentu
harus mengetahui perbedaan-perbedaan karakteristik murid-muridnya, guru
juga harus mampu berhubungan baik dengan murid-muridnya. Hubungan yang
bersahabat, simpatik dan hangat perlu diciptakan anatara guru dan murid
sehingga proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Guru
juga perlu memotivasi anak untuk belajar supaya bisa menumbuhkan minat
anak untuk belajar dan sekolah juga perlu mengembangkan kondisi fisik yang
menyenangkan untuk belajar.
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata
lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Samana, 1994:25-43). Bagi
meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar, pengalaman tersebut
didapat dari berapa lamanya guru dalam mengajar. Lama mengajar adalah
lamanya waktu guru dalam mengajar. Lama mengajar diukur dengan ukuran
tahun atau bulan. Guru dengan lama mengajar lebih banyak diduga kuat
mempunyai profesionalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang
lama mengajarnya lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena guru yang sudah
lama mengajar pada umumnya mempunyai pengalaman, pengetahuan, dan
kemampuan mengajar yang lebih banyak dalam menjalankan profesinya
sebagai pendidik dan pengajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampak bahwa semakin baik
kecerdasan emosional guru maka semakin baik profesionalitas guru. Pengaruh
kecerdasan emosional terhadap profesionalitas guru tersebut akan berbeda
pada guru dengan lama mengajar yang berbeda. Semakin lama guru mengajar
diduga kuat bahwa tingkat hubungan kecerdasan emosional terhadap
profesionalitas guru akan semakin kuat. Hal ini disebabkan karena semakin
lama guru mengajar pada umumnya guru memiliki kemampuan lebih dalam
mengenali emosi diri, mengelola emosinya, memotivasi diri sendiri, terampil
dalam mengenali emosi orang lain, dan pandai dalam membina hubungan
dengan orang lain.
E. Hipotesis
Ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan mengunakan metode
survei. Surakhmad dalam Arikunto (2006:110) mengatakan bahwa pada
umumnya survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau
individu dalam waktu yang bersamaan. Penelitian survei biasanya menyelidiki
sedikit variabel pada sampel besar. Dalam penelitian ini kesimpulan yang
ditarik hanya berlaku dan terbatas pada guru-guru Sekolah Menengah Atas
dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya,
Kabupaten Cilacap.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya,
Kabupaten Cilacap.
2. Waktu
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya,
Kabupaten Cilacap.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kecerdasan emosional, profesionalitas guru,
dan lama mengajar.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai
generalisasi/kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 1997:77). Sesuai masalah
yang diteliti maka populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah
Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di
Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi, karena ia merupakan bagian dari
populasi maka sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh
populasinya (Azwar, 1997:79). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil
adalah sebagian dari guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah
Cilacap, yaitu; SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya dan SMK Tamtama
Kroya.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam pemelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik penarikan sampel terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau
pertimbangan peneliti seperti jumlah sekolah dan karakteristik sekolah
(Sudjana, 2001:168).
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Kecerdasan Emosional
Dari beberapa pendapat, dapat dikatakan bahwa kecerdasan
emosional yaitu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan
memotivasi diri, kemampuan mengolah emosi, kemampuan mengenali
perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang lain, serta
menggunakan kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun
hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Lima
komponen kecerdasan emosional yaitu: mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina
hubungan dengan orang lain. Berikut disajikan tabel operasionalisasi
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional
Dimensi Indikator Pertanyaan
1.mengenali emosi diri 2.mengetahui kelebihan diri 3.mengetahui keterbatasan diri
4.memiliki keyakinan akan kemampuan diri 1.mampu menahan emosi dan dorongan
negatif
2.menjunjung norma kejujuran dan integritas 3.bertanggung jawab atas kinerja pribadi 4.luwes terhadap perubahan
5.terbuka terhadap ide-ide baru serta informasi baru
1. dorongan untuk menjadi lebih baik
2. mampu menyesuaikan dengan kelompok atau organisasi
3. kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan 4. kegigihan dalam memperjuangkan
kegagalan dan hambatan 1. memahami perasaan orang lain 2. tanggap akan kebutuhan orang lain 3. siap melayani
4. menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan
5. membaca hubungan antara keadaan emosi den kekuatan hubungan suatu kelompok 1. kemampuan persuasif
2. terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas
3. kemampuan menyelesaikan tanggung jawab 4. memiliki semangat kepemimpinan
5. bersedia kolaborasi dan kooperasi dengan orang lain
6. kemampuan membangun tim
Skala pengukuran setiap butir pernyataan variabel kecerdasan
emosional didasarkan pada skala Likert. Masing-masing butir pernyataan
dinyatakan dalam lima skala sikap dan masing-masing opsi jawaban diberi
skor dengan ketentuan sebagai berikut:
Skoring Pernyataan Variabel Kecerdasan Emosional
Skor untuk pernyataan Keterangan
Positif Negatif Sangat setuju
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
1 2 3 4 5
2. Profesionalitas Guru
Profesionalitas guru adalah kemampuan guru dalam menguasai
kompetensi-kompetensi dasar keguruan dalam menjalankan profesinya.
Adapun empat indikator kompetensi dasar keguruan yaitu: kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Guru
Dimensi Indikator Pertanyaan
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kepribadian
1.menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2.menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3.mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu 4.menyelenggarakan kegiatan pengembangan
yang mendidik
5.memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik
6.memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
7.berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
8.menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
9.memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
10.melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
1.bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
2.menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3.menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa 4.menunjukkan etos kerja, tanggung jawab
yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri
5.menjunjung tinggi kode etik profesi guru
Kompetensi Sosial
Kompetensi Profesional
1.bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2.berkomunikasi secara efektif, empatik, dan
santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3.beradaptasi di tempat bertugas di seluruh
wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4.berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
1.menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2.menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3.mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4.mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5.memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Skala pengukuran setiap butir pernyataan variabel profesionalitas
guru didasarkan pada skala Likert. Masing-masing butir pernyataan
dinyatakan dalam lima skala sikap dan masing-masing opsi jawaban diberi
Skoring Pernyataan Profesionalitas Guru
Yang dimaksud dengan lama mengajar dalam penelitian ini adalah masa
dimana guru melaksanakan tugasnya pada suatu satuan pendidikan
tertentu. Dalam penelitian ini lama mengajar guru dalam menjalani
profesinya dihitung dalam satuan tahun atau bulan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden
untuk diisi sesuai dengan responden. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kecerdasan emosional, profesionalitas guru dan
lama mengajar.
G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2004:109). Pengujian validitas ini
menggunakan rumus korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2002:146).
X : nilai skor masing-masing item
Y : nilai skor seluruh item
N : jumlah responden
Kemudian nilai korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai
korelasi pada tabel. Jika rxy lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 5%
berarti menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan valid. Sebaliknya
jika rxy lebih kecil dari rtabel berarti menunjukkan bahwa instrumen yang
digunakan tidak valid (Suharsimi Arikunto, 2002:147).
a. Hasil Pengujian Validitas Kecerdasan Emosional
Ada 24 butir pertanyaan pada variabel kecerdasan emosional.
Rangkuman hasil pengujian validitas untuk variabel kecerdasan
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional No r hitung r tabel Keterangan
1 0,584 0,361 Valid
2 0,590 0,361 Valid
3 0,583 0,361 Valid
4 0,714 0,361 Valid
5 0,684 0,361 Valid
6 0,560 0,361 Valid
7 0,417 0,361 Valid
8 0,800 0,361 Valid
9 0,821 0,361 Valid
10 0,640 0,361 Valid
11 0,693 0,361 Valid
12 0,699 0,361 Valid
13 0,714 0,361 Valid
14 0,399 0,361 Valid
15 0,727 0,361 Valid
16 0,408 0,361 Valid
17 0,511 0,361 Valid
18 0,560 0,361 Valid
19 0,820 0,361 Valid
20 0,665 0,361 Valid
21 0,518 0,361 Valid
22 0,585 0,361 Valid
23 0,503 0,361 Valid
24 0,652 0,361 Valid
Pada jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan
(α) = 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,361. Hasil
seluruh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel. Dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa semua butir dalam pertanyaan
variabel kecerdasan emosional adalah valid.
b. Hasil Pengujian Validitas Profesionalitas Guru
Ada 38 butir pertanyaan pada variabel profesionalitas guru.
Rangkuman hasil pengujian validitas untuk variabel profesionalitas
guru adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalitas Guru No r hitung r tabel Keterangan
1 0,431 0,361 Valid
2 0,492 0,361 Valid
3 0,471 0,361 Valid
4 0,428 0,361 Valid
5 0,383 0,361 Valid
6 0,566 0,361 Valid
7 0,457 0,361 Valid
8 0,453 0,361 Valid
9 0,406 0,361 Valid
10 0,482 0,361 Valid
11 0,475 0,361 Valid
12 0,476 0,361 Valid
13 0,465 0,361 Valid
14 0,606 0,361 Valid
15 0,492 0,361 Valid
16 0,662 0,361 Valid
17 0,439 0,361 Valid
18 0,561 0,361 Valid
19 0,536 0,361 Valid
21 0,670 0,361 Valid
22 0,431 0,361 Valid
23 0,602 0,361 Valid
24 0,482 0,361 Valid
25 0,716 0,361 Valid
26 0,476 0,361 Valid
27 0,645 0,361 Valid
28 0,387 0,361 Valid
29 0,377 0,361 Valid
30 0,382 0,361 Valid
31 0,417 0,361 Valid
32 0,699 0,361 Valid
33 0,502 0,361 Valid
34 0,411 0,361 Valid
35 0,522 0,361 Valid
36 0,447 0,361 Valid
37 0,612 0,361 Valid
38 0,436 0,361 Valid
Pada jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan
(α) = 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,361.Hasil
perhitungan yang tampak pada tabel di atas menunjukkan bahwa
seluruh nilai rhitung menunjukkan angka yang lebih besar dari pada
rtabel. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa semua butir
dalam pertanyaan variabel profesionalitas guru adalah valid.
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang baik selain harus valid juga harus reliabel. Reliabilitas
menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk
mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya
angket atau soal bentuk uraian adalah sebagai berikut (Arikunto, 1989:
164).
r11 = reliabilitas instrumen
Σαb2 = jumlah varians butir
α = varians total
k = banyaknya butir pertanyaan
untuk mengukur tingkat reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha
(α) suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,60. Dengan kata lain, jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka
kuesioner yang akan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data
penelitian telah memenuhi syarat reliabilitas. Tetapi, jika nilai Cronbach
Alpha < 0,60 maka kuesioner tersebut tidak memiliki syarat reliabilitas
(Nunnally, 1967 dalam Imam Gozhali, 2002:42).
a. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian
Dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 15. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.5
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Koefisien Korelasi Status
Kecerdasan Emosional 0,943 Reliabel
1) Variabel Kecerdasan Emosional
Dari dua puluh empat pertanyaan pada variabel kecerdasan
emosional diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,943. Hasil
perhitungan seperti tampak pada tabel menunjukkan bahwa nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini berarti bahwa
instrumen penelitian variabel kecerdasan emosional dapat
dikatakan reliabel.
2) Variabel Profesionalitas Guru
Dari tiga puluh delapan pertanyaan pada variabel profesionalitas
guru diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,929. Hasil
perhitungan seperti tampak pada tabel menunjukkan bahwa nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini berarti bahwa
instrumen penelitian variabel profesionalitas guru dapat dikatakan
reliabel.
H. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian dari
responden dengan varibel kecerdasan emosional, profesionalitas guru dan
lama mengajar. Maka untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel
2. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk
mengetahui hal tersebut digunakan rumus tes satu sampel Kolmogorov Smirnov yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoretis tertentu.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi
hasil pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi yang diharapkan.
Dalam uji Kolmogorov Smirnov yang diperbandingkan adalah disrtibusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi
frekuensi kumulatif yang diharapkan. Adapun persamaan rumusnya
sebagai berikut (Kohler, 1985:467):
D = Max [ Fo - Fe] Keterangan :
D = Deviasi/penyimpangan
Fo = distribusi frekuensi yang diobservasi Fe = distribusi frekuensi kumulatif teoretis
Bila probabilitas ( p ) yang diperoleh melalui perhitungan > taraf signifikansi 5% berarti sebaran data variabel normal. Sedangkan bila
probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan < taraf signifikan 5%
berarti sebaran data variabel tidak normal pada taraf signifikan 5%.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan
data yang diperoleh. Uji linieritas ini dapat dilakukan dengan uji F
(Sudjana, 1996:332):
F =
e S S TC
2 2
Keterangan :
F = harga bilangan F untuk garis regresi S2Tc = varians tuna cocok
Se2 = varians kekeliruan
Untuk mengetahui linier tidaknya pengaruh tersebut dapat dilakukan
dengan membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel, dengan ketentuan jika
Fhitung > Ftabel, maka hipotesis model regresi linier ditolak, dan
sebaliknya jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis model regresi linier
diterima. Artinya, semua variabel independen (X) mempunyai
pengaruh yang liner terhadap variabel dependen (Y).
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Perumusan Hipotesis
Ho = tidak ada pengaruh positif lama mengajar pada hubungan
kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.
Ha = ada pengaruh positif lama mengajar pada hubungan kecerdasan
emosional dengan profesionalitas guru.
b. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan model
persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gurajati, 1995:512)
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Yi = variabel profesionalitas guru
α0 = konstanta
X1 = variabel kecerdasan emosional X2 = variabel lama mengajar
X1X2 = nilai interaksi antara kecerdasan emosional dengan lama mengajar
β1, β2, β3 = koefisien regresi (besaran pengaruh)
µi = pengganggu regresi
untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi
variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan pembandingan nilai
signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α ) yang dilakukan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis ini akan diterima
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli tahun
2009. Subjek penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya,
Kabupaten Cilacap. Sekolah yang digunakan untuk penelitian tersebut yaitu:
SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya dan SMK Tamtama Kroya. Dari kuesioner
yang disampaikan kepada responden sebanyak 130, semua kuesioner diisi
lengkap oleh responden. Dengan demikian response rate penelitian ini oleh responden sebesar 100%. Secara lengkap sebaran responden penelitian
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Sebaran Responden Penelitian
Nama Sekolah Sampel Tidak kembali Kembali
SMA Negeri 1 Kroya 51 - 51
SMK YPE Kroya 37 - 37
SMK Tamtama Kroya 42 - 42
Jumlah 130 - 130
Tabel 4.2
Jenis Kelamin Responden
Laki-laki Perempuan Total No Nama Sekolah
F fr(%) F fr(%) f fr(%)
1 SMA Negeri 1 Kroya 30 59 21 41 51 100
2 SMK YPE Kroya 20 54 17 46 37 100
3 SMK Tamtama 20 48 22 52 42 100
Jumlah 70 54 60 46 130 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 70 guru atau 54% dan perempuan sebanyak 60
guru atau 46%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar
responden penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.
1. Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional
Tabel 4.3 Kecerdasan Emosional
Total Skor
Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
Kriteria
102-120 49 37,7 Sangat Tinggi
87-101 76 58.5 Tinggi
78-86 5 3,8 Cukup
68-77 - - Rendah
< 68 - - Sangat Rendah
Jumlah 130 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional dari 130
guru adalah sebagai berikut: 49 orang guru atau 37,7% memiliki
kecerdasan emosional sangat tinggi, 76 orang guru atau 58,5% memiliki
kecerdasan emosional tinggi, dan 5 orang guru atau 3,8% memiliki
kecerdasan emosional cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar guru memiliki tingkat kecerdasan emosional
tinggi. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 99,24; median = 99;
modus = 94; dan standar deviasi = 7,36 (lampiran 5, halaman 83).
2. Deskripsi Variabel Profesionalitas Guru
Tabel 4.4 Profesionalitas Guru
Total Skor
Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
Kriteria
161-190 34 26,2 Sangat Tinggi
138-160 89 68,5 Tinggi
123-137 5 3,8 Cukup
108-122 2 1,5 Rendah
< 108 - - Sangat Rendah
Jumlah 130 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat profesionalitas guru dari 130
guru adalah sebagai berikut: 34 orang guru atau 26,2% memiliki
profesionalitas sangat tinggi, 89 orang guru atau 68,5% memiliki
cukup, dan 2 orang guru atau 1,5% memiliki profesionalitas rendah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru
memiliki tingkat profesionalitas tinggi. Hal ini didukung hasil
perhitungan mean = 153,06; median = 152; modus = 150; dan standar
deviasi = 11,41 (lampiran 5, halaman 83).
3. Deskripsi Variabel Lama Mengajar
Tabel 4.5 Lama Mengajar
Total Jam
Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
Kriteria
≤ 5 37 28,46 Kurang lama
6-15 52 40 Cukup lama
16-25 39 30 Lama
>25 2 1,54 Sangat lama
Jumlah 130 100
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lama mengajar dari 130 guru adalah
sebagai berikut: 2 orang guru atau 1,54% memiliki lama mengajar
sangat lama, 39 orang guru atau 30% memiliki lama mengajar lama, 52
orang guru atau 40% memiliki lama mengajar cukup lama, dan 37
orang guru atau 28,46% memiliki lama mengajar kurang lama. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki lama
11,35; median = 10; modus = 8; dan standar deviasi = 7,13 (lampiran 5,
halaman 83).
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau
tidaknya distribusi variabel lama mengajar, kecerdasdan emosional dan
profesionalitas guru. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas
berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov Smirnov untuk setiap variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Kecerdasan Emosional a. Test distribution is Normal
b. Calculation from data
Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance
(Asymp.Sig) untuk distribusi data variabel kecerdasan emosional =
0,407 yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel
2) Profesionalitas Guru a. Test distribution is Normal
b. Calculation from data
Dari tabel 4.7 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance
(Asymp.Sig) untuk distribusi data variabel profesionalitas guru =
0,055 yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel
profesionalitas guru adalah normal (lampiran 7, halaman 88).
3) Lama Mengajar a. Test distribution is Normal
b. Calculation from data
Dari tabel 4.8 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance
yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel lama mengajar
adalah normal (lampiran 7, halaman 88).
b. Pengujian Linieritas
Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan statistik Uji F
pada tingkat signifikansi 5%. Uji linieritas digunakan untuk mengetahui
apakah ada hubungan yang linier antara variabel kecerdasan emosional
dengan profesionalitas guru. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian
linieritas:
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Linieritas
ANOVA Table
7263.743 30 242.125 2.513 .000 2854.296 1 2854.296 29.621 .000 4409.446 29 152.050 1.578 .051 9539.765 99 96.361
Squares df Mean Square F Sig.
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kecerdasan
emosional (X1) dengan profesionalitas guru (Y) adalah linier. Hal ini
ditunjukkan dari nilai Fhitung =1,578 yang lebih kecil dari nilai Ftabel =
1,581.
2. Pengujian Hipotesis
a. Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan
1) Rumusan Hipotesis
Ho = tidak ada pengaruh lama mengajar pada hubungan
kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.
Ha = ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan
emosional dengan profesionalitas guru
2) Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi
dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 9, halaman 94):
Yi = 93,400 + 0,572X1 – 0,026X2 + 0,003(X1X2)
Keterangan:
Yi = Variabel profesionalitas guru
X1 = Variabel kecerdasan emosional X2 = Variabel lama mengajar
X1X2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel lama mengajar
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan
lama mengajar adalah 0,003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
interaksi kedua variabel menguatkan derajat pengaruh kecerdasan
emosional dengan profesionalitas guru. Nilai koefisien korelasi
variabel kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru adalah
0,412, sementara nilai koefisien korelasi variabel kecerdasan
emosional dengan profesionalitas guru setelah memasukan variabel
lama mengajar adalah 0,440. Nilai signifikansi koefisien regresi (ρ)
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel lama