• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru survei pada guru guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru survei pada guru guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroy"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA MENGAJAR

PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL

DENGAN PROFESIONALITAS GURU

Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Maria Veronica Aci L. 031334023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

™

Kupersembahkan karya ini untuk….

Bapak & Mamah….

Mbah Uti…..

(5)

MOTTO

“ Biarlah Allah menjadi semakin besar dalam kemanusiaanku “

(Yoh 3 : 30)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil

melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan kita akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui,

dan kita tak akan mengetahui masa depan jika kita menunggu-nunggu.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Maria Veronica Aci L.

Nomor Mahasiswa : 031334023

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH LAMA MENGAJAR

PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU

Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 19 April 2010

Yang menyatakan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur terima kasih pada Tuhan Yesus Kristus & Bunda Maria atas

kasihnya menunjukkan titik-titik terang dalam setiap kesulitan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGARUH LAMA MENGAJAR

PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Akuntansi. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini

mendapatkan banyak masukan, kritik, saran, dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahua Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku dosen pembimbing, yang dengan

sabar membimbing dan penulis menyusun skripsi, memberikan kritik dan

saran, masukan, semangat, serta bersedia meluangkan waktu untuk

membimbing. Terima kasih banyak ya pak…

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. Selaku dosen tamu 1, yang

telah memberikan masukan, saran dan kritikan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen tamu 2, yang telah

(9)

7. Para dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi dan

Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah

banyak membantu dan memberikan bekal ilmu kepada penulis selama

kuliah.

8. Kepala Sekolah SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya, SMK Tamtama

Kroya, dan segenap guru dan karyawan yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan telah

banyak membantu dalam melaksanakan penelitian ini.

9. Bapak & Mamah, terima kasih ya Pa…Mah… untuk semuanya, maaf

kuliahnya kelamaan.. tapi akhirnya aku bisa!!! Kalian akan slalu ada

dalam doaku…. I Love You…

10.My Luvly sister Mba Ya, Mba We, Mba Lisa, Dede, makasih buat

dukungan, semangat, cacian, kasih sayang, dan kebersamaan yang tidak

ternilai di dunia dan planet manapun… kita harus selalu seperti ini sampai

kita mati…

11.Mbah Uti, aku tau kau tersenyum bahagia di sana.. I love u granny…

12.Mas Yudi & Mba Wati…., Harley & Harleyna… yang membuatku slalu

pengen pulang.

13.Mas Aji & Keluarga, terima kasih atas dukungannya, aku senang bisa

diterima dan berada ditengah kehangatan keluarga Klaten. Makasi ya

ndud… nothin’s better than saying “thank you” for everything you gives…

14.Sahabat-sahabatku tercinta, sahabat di masa kecil, masa remaja, dan masa

sekarang…. Ari, Lisa, Kristin, makasi ya ciiin semangat dan kebersamaan

kita dari kepompong sampai kita jadi kupu-kupu.. metamorfosa

sempurna… hahaha…. Untuk Veni, Deni dan Lia… walaupun Belanda

sudah dekat tapi aku masi bisa lari kok… tuuu mereka masih

dibelakang…hahaha..

15.My sister Krisna Indah, makasi ya mba atas dukungan, bantuan, masukan,

tempat menuangkan dan mencari solusi setiap masalah, maaf aku sering

(10)

16.Teman-temanku yang membuat hidupku jadi lebih berwarna : Ayu, Mba

Fera (sori mba sering ngrepotin..), Galih, Ade, Adi, Krisna, Dewi, Uci,

Rista, makasi yaaa semuanya…

17.Teman-temanku di PAK A & B, teman-teman di kos Petung 36, kos

Wulung 9, kos Tutul 11A, kos Gorongan, kos Panuluh 71, kos BSP, kos

Grahanadi.

18.Semu pihak yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat

diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

(11)

ABSTRAK

PENGARUH LAMA MENGAJAR

PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU

Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap

Maria Veronica Aci L. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009 di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap yang berjumlah 308 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 130 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

(12)

ABSTRACT

THE EFFECT OF TEACHING EXPERIENCE DURATION TOWARDS TEACHERS’ EMOTIONAL QUOTIENT AND PROFESSIONALISM

A Survey on Private Senior High Schools and Vocational Schools in Kroya Sub-District, Cilacap

Maria Veronica Aci L. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

This study aims to examine the significance of teaching experience duration towards teachers’ emotional quotient and professionalism.

The study was conducted from May to July 2009 in private senior high schools and vocational schools in Kroya sub-district, Cilacap. The population was 308 private senior high schools and vocational schools teachers, while samples were 130 teachers. The method of gathering the data was questionnaire, while the data analysis was parallel regression method developed by Chow.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK... 6

A. Kecerdasan Emosional ... 6

1. Definisi Kecerdasan Emosional ... 6

(14)

3. Komponen Kecerdasan Emosional ... 9

B. Profesionalitas Guru ... 10

1. Pengertian Profesional ... 10

2. Profesionalitas Guru ... 12

3. Ciri-ciri Jabatan Profesional ... 13

4. Guru sebagai Pendidik yang Kompeten... 14

C. Lama Mengajar... 17

D. Kerangka Teoretik ... 19

E. Hipotesis ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 21

A. Jenis Penelitian... 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

1. Tempat Penelitian ... 21

2. Waktu Penelitian… ... 21

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 22

1. Subjek Penelitian... 22

2. Objek Penelitian ... 22

D. Populasi dan Sampel ... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel... 22

3. Teknik Penarikan Sampel ... 23

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 23

1. Kecerdasan Emosional... 23

(15)

3. Lama Mengajar ... 28

F. Teknik Pengumpulan Data... 28

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28

1. Uji Validitas ... 28

2. Uji Reliabilitas ... 32

H. Teknik Analisis Data... 34

1. Statistik Deskriptif ... 34

2. Pengujian Prasyarat Analisis... 35

3. Pengujian Hipotesis Penelitian... 36

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 38

A. Deskripsi Data ... 38

1. Deskripsi Responden Penelitian... 39

2. Deskripsi Variabel Penelitian... 40

3. Deskripsi Variabel Lama Mengajar ... 41

B. Analisis Data ... 42

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 42

2. Pengujian Hipotesis... 44

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 46

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 50

A.Kesimpulan ... 50

B.Keterbatasan Penelitian ... 50

C.Saran-saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA... 53

(16)

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 25

3.2 Tabel Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Guru ... 26

3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 30

3.4 Hasil UJi Validitas Variabel Profesionalitas Guru... 31

3.5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 33

4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 38

4.2 Jenis Kelamin Responden Penelitian ... 39

4.3 Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional... 39

4.4 Deskripsi Variabel Profesionalitas Guru... 40

4.5 Deskripsi Variabel Lama Mengajar ... 41

4.6 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 42

4.7 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Guru... 43

4.8 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Lama Mengajar ... 43

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian ... 56

Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64

Data Induk Penelitian... 70

Data Induk Regresi ... 80

Tabel Frekuensi... 84

Perhitungan PAP tipe II ... 86

Uji Normalitas dan Uji Linieritas ... 89

Tabel F Cara Interpolasi ... 92

Uji Regresi ... 95

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Profesi guru menuntut tugas dan tanggung jawab yang besar. Proses

belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan formal dan

guru sebagai pemegang peran utama. Pendidikan di sekolah mengarahkan

anak didik untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap

dan nilai yang kesemuanya menunjang perkembangan anak didik. Peranan

guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang

dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan

perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Tugas seorang guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik dan

membimbing murid-muridnya. Guru berperan besar dalam meningkatkan

mutu pendidikan dan menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan.

Rendahnya kualitas guru akan membuat rendahnya pula kualitas pendidikan.

Untuk itu seorang guru harus profesional dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya sebagai guru.

Kemampuan profesional guru adalah kemampuan guru di bidang

profesinya, kemampuan penampilannya sebagai guru atau kemampuan

keguruan (Rifai, 1982:163-164). Kemampuan profesional itu mencakup baik

pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesionalnya sebagai seorang guru

dalam hubungannya dengan pembinaan siswa. Mengingat pentingnya peranan

(19)

Peningkatan kompetensi dan kualitas guru tidak terlepas dari proses seorang

guru untuk dapat benar-benar menjadi guru yang profesional.

Profesionalitas guru dalam kemampuan dan kecakapan mengajar dapat

ditinjau dari pengalaman berapa lamanya guru mengajar dan pendidikan

terakhir yang di tempuh sebelum menjabat sebagai guru selain ditunjang

aspek-aspek lain yang mendukungnya. Peningkatan kualitas guru akan

meningkatkan profesionalitas seorang guru. Peningkatan profesionalitas guru

penting karena guru adalah orang yang akan mengembangkan suasana belajar

agar siswa merasa bebas untuk mengkaji apa yang menarik menurutnya,

mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya, berperan dalam memberikan

pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan kepada peserta didik,

membimbing proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Profesionalitas guru juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah faktor pribadi. Faktor pribadi seperti kesehatan dan keadaan

emosi akan mempengaruhi guru dalam melaksankan tugas dan kewajibannya.

Saat guru mengajar kondisi kesehatan dan emosi tentu saja tidak bisa stabil

tiap harinya. Ada saat di mana guru sedang mengalami suasana hati yang

buruk yang disebabkan oleh masalah pribadinya. Guru harus mampu

mengolah dan mengatur emosinya supaya bisa menyadari kondisi pribadinya

sehingga tidak mengganggu proses belajar-mengajar. Kemampuan guru untuk

mengolah dan mengatur emosi itu merupakan salah satu aspek dalam

(20)

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri

sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan

dalam berhubungan dengan orang lain (Goleman, 2006:43-59). Bagi seorang

guru, kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi keadaan

sekitar. Guru sering berhadapan dengan murid-muridnya dan tentu harus

mengetahui perbedaan-perbedaan karakteristik murid-muridnya, guru juga

harus mampu berhubungan baik dengan murid-muridnya. Hubungan yang

bersahabat, simpatik dan hangat perlu diciptakan anatara guru dan murid

sehingga proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Guru

juga perlu memotivasi anak untuk belajar supaya bisa menumbuhkan minat

anak untuk belajar dan sekolah juga perlu mengembangkan kondisi fisik yang

menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian diduga semakin tinggi tingkat

kecerdasan emosional guru, maka semakin tinggi tingkat profesionalitas guru.

Hubungan derajat tingkat kecerdasan emosional dengan profesionalitas

guru diduga berbeda pada guru yang memiliki lama mengajar yang berbeda.

Semakin lama guru mengajar, maka derajat hubungan kecerdasan emosional

dengan profesionalitas guru akan semakin tinggi. Hal ini disebabkankan

karena samakin lama guru mengajar pada umumnya guru memiliki

kemampuan lebih dalam mengenali emosi diri, mengelola emosinya,

memotivasi diri sendiri, terampil dalam mengenali emosi orang lain, dan

pandai dalam membina hubungan dengan orang lain. Profesionalitas guru

merupakan kemampuan guru dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai

(21)

harus memiliki standar dan memerlukan pendidikan profesi agar pemakai

jasanya puas dengan karyanya. Tinggi rendahnya profesionalitas guru diduga

kuat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kecerdasan emosional guru tersebut.

Seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dituntut untuk

belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain,

menanggapinya dengan tepat, dan menerapkan dengan efektif energi emosi

dalam kehidupan sehari-hari.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan

untuk menguji derajat pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan

emosional dengan profesionalitas guru. Penelitian ini selanjutnya dituangkan

dalam judul “Pengaruh Lama Mengajar Pada Hubungan Kecerdasan

Emosional dengan Profesionalitas Guru”. Penelitian ini merupakan survei

pada guru-guru di SMA dan SMK di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

B. Batasan Masalah

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan profesionalitas guru

seperti: faktor pribadi (faktor kesehatan dan keadaan emosi), tingkat

pendidikan, masa kerja (berapa lama guru mengajar), status kepegawaian

guru, dll. Secara spesifik penelitian ini akan memfokuskan penelitian pada

pengaruh faktor lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan

(22)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh lama mengajar pada

hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah ada pengaruh lama megajar pada hubungan kecerdasan

emosional dengan profesionalitas guru.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi sekolah

Penelitian ini bisa memberi masukan dan informasi bagi sekolah tentang

pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalitas guru ditinjau dari

lama mengajar dan tingkat pendidikan, dengan demikian diharapkan dapat

memberikan masukan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

sehingga bisa meningkatkan kemampuan profesionalitas guru dalam

mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

2. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan baru bagi

masyarakat tentang pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan

(23)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kecerdasan Emosional

Sejak dipublikasikannya buku Emotional Intelligence yang ditulis oleh Goleman pada tahun 1995, banyak kalangan masyarakat menjadi sangat

terpengaruh dengan berbagai pandangan dan anggapan teoritis yang ada dalam

buku tersebut. Di dalam sejumlah ulasan dikemukakan bahwa kecerdasan

emosional mempengaruhi sukses hidup seseorang. Misalnya, meskipun

seseorang mamiliki tingkat pendidikan tinggi namun jika tidak mampu

mengendalikan emosinya dengan baik, cenderung mudah mengalami

hambatan dalam interaksi sosial. Akibatnya, ia akan mengalami banyak

kesulitan dalam pekerjaannya. Profesionalitas guru dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu: cara pandang guru terhadap masyarakat dan orang lain terutama

peserta didik, faktor personal atau pribadi, kualitas personal, lingkungan

pembelajaran, dan keterlibatan personal atau pribadi. Bagi seorang guru,

kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi keadaan sekitar.

1. Definisi Kecerdasan Emosional

Berdasarkan kajian sejumlah teori mengenai kecerdasan emosional,

beberapa definisi kecerdasan emosional antara lain:

a. Goleman (2006:135-178) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati

adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai

(24)

berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang

baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulam sosial

serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki

seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi

kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta

mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut

seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat,

memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

b. Sementara Cooper dan Sawaf (1998:XV) mengatakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan

secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber

energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut

penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada

diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan

secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Patton (1998:1-3) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai

tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan

di tempat kerja.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional yaitu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan

(25)

perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang lain, serta menggunakan

kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif

dan meraih keberhasilan di tempat kerja.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional terdiri dari beberapa aspek. Menurut

(Goleman, 1999:57-59) membedakan aspek-aspek kecerdasan emosional

menjadi lima yaitu mengenali emosi diri sendiri, mengolah emosi,

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina

hubungan. Goleman (1999) dalam membedakan aspek-aspek keceradasan

emosi dan sosial, yaitu:

a. Kesadaran diri

Kesadaran diri adalah kemampuan mengenali perasaan pada saat perasaan itu terjadi. Menurut Goleman, kesadaran diri adalah inti dari kecerdasan emosional karena kemampuan ini dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan menjadi tolak ukur yang realistis terhadap kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri. b. Pengaturan diri

Pengaturan diri adalah kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat serta dapat menghasilkan dampak positif bagi pemilihan diri dari tekanan emosi sebelum tercapainya suatu sasaran. Orang yang memiliki kemampuan ini dapat bangkit dari kegagalan dan kejatuhan diri. Pengaturan diri ini bergantung pada kesadaran diri, karena untuk mengatur emosi dengan tepat seseorang butuh kesadaran atau pemahaman diri.

c. Motivasi diri

Motivasi diri adalah kemampuan menguasai diri untuk mengendalikan dorongan atau hasrat terhadap suatu tujuan. Kemampuan ini akan memandu seseorang mengambil inisiatif untuk bertindak efektif dan mampu bertahan dalam menghadapi kegagalan dan frustasi. Kemampuan ini akan membuat orang lebih produktif dan efektif dalam mengerjakan sesuatu.

d. Empati

(26)

menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan kebutuhan dan kehendak orang lain.

e. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik saat berhubungan dengan orang lain, dan secara cermat membaca situasi jaringan sosial, mampu membina hubungan dan mengolah emosi orang lain. Orang yang terampil secara sosial akan sukses di bidang yang mengandalkan pergaulan dengan orang lain, bisa peka terhadap perasaan orang lain, mampu memimpin dan menangani perselisihan yang ada.

3. Komponen Kecerdasan Emosional

Goleman (1999:57-59) mengungkapkan 5 (lima) wilayah

kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk

mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

a. Mengenali emosi diri

Kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri, menilai diri sendiri, dan percaya diri. Orang yang memiliki kesadaran diri tinggi menyadari dan memahami suasana hati, emosi, dan kebutuhan mereka. Mereka dapat mengantisipasi tindakan terhadap orang lain, bersemangat dan antusias dalam melakukan tanggung jawabnya.

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

c. Memotivasi diri sendiri

Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut: a) cara mengendalikan dorongan hati, b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang, c) kekuatan berpikir positif, d) optimisme; dan d) keadaan flow

(mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. d. Mengenali emosi orang lain

(27)

dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

e. Membina hubungan

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.

Kecerdasan emosional dibutuhkan oleh semua pihak untuk dapat

hidup bermasyarakat termasuk di dalamnya menjaga keutuhan hubungan

sosial, dan hubungan sosial yang baik akan mampu menuntun seseorang

untuk memperoleh sukses di dalam hidup seperti yang diharapkan. Di

samping itu, kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya

dengan baik akan mempengaruhi proses berpikirnya secara positif pula.

Seseorang dengan taraf kecerdasan emosional yang baik cenderung lebih

mampu mengendalikan amarah dan bahkan mengarahakan energinya ke

arah yang lebih positif.

B. Profesionalitas Guru 1. Pengertian Profesional

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:789), profesi

diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan khusus

sepert ketrampilan, kejuruan untuk menjalankan tugas tertentu. Artinya

pekerja profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur

(28)

sengaja dan terencana. Menurut Sudjana (Usman, 1997:14) Profesional

merupakan kata yang berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian,

dapat juga sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai

keahlian dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah

pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan

untuk itu dan bukan untuk pekerjaan lain. Sedangkan menurut CV Good

(Samana, 1994:25-43), jenis pekerjaan yang berkualitas profesional

memiliki ciri-ciri tertentu, memerlukan persiapan atau pendidikan khusus

bagi calon pelakunya, kecakapan seorang pekerja profesional dituntut

memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang,

dan jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau

negara. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan

guru tergolong jabatan profesional karena, memenuhi ketiga macam

persyaratan di atas.

Dengan bertitik tolak pada uraian di atas dapat ditarik atau

kesimpulan mengenai pengertian guru profesional adalah orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru profesional adalah

orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman

(29)

2. Profesionalitas Guru

a. Guru sebagai Tenaga Profesional

UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 Ayat (4)

menegaskan bahwa :

“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.

Pada Pasal 1 ayat (1) UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

ditegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sementara dalam Pasal 6 UU

No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa

kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk

melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Maka

dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang

yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai

guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru

profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta

(30)

b. Prinsip Profesionalitas

Undang-undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen pada Bab III Pasal 7 Ayat (1) menyebutkan bahwa profesi

guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia

3) Mamiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan seara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

3. Ciri-ciri Jabatan Profesional

C.V. Good (Samana, 1994:25-43) menjelaskan lebih rinci ciri-ciri

jabatan profesional (termasuk guru) adalah sebagai berikut:

a. Dibutuhkan keahlian khusus bagi para pelakunya sesuai dengan tugas khusus atau jenis jabatannya.

b. Keahlian profesional bukan hasil dari pembiasaan atau latihan rutin, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap.

c. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga mendorong untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan) diri serta karyanya.

(31)

Dengan demikian guru sebagai tenaga profesional dapat

disimpulkan sebagai orang yang memiliki kualifikasi akademik dan latar

kependidikan secara khusus. Memiliki kualifikasi akademik dan latar

kependidikan berarti telah mengikuti prosedur yang berpijak pada

landasan pendidikan dan keguruan yang dipelajari secara sengaja dan

terencana. Dalam hal ini guru sebagai tenaga profesional berarti ia telah

memiliki pengetahuan yang memadai, kacakapan, dan keterampilan serta

sikap yang lebih mantap dalam pengelolaan proses pembelajaran.

4. Guru sebagai Pendidik yang Kompeten

a. Kompetensi profesional guru

Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai

tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan

layak, (Usman, 1997:16). Guru haruslah juga seorang pendidik yang

kompeten. Profesionalitas guru bersangkutan dengan bagaimana orang

menjalankan tugas, peran atau jabatan secara efektif, sedangkan

kompetensi guru menunjuk pada kemampuan atau potensi khas yang

menopang profesi

Profesi guru berbeda dengan profesi yang lain, Sudjana

(1988:17) mengatakan bahwa perbedaan itu terletak pada tugas dan

tanggung jawab serta kemampuan dasar yang disyaratkan

(32)

empat kompetensi guru, yakni; (a) mempunyai pengetahuan tentang

belajar dan tingkah laku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan

menguasai bidang studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang

tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi

yamg dibinanya, (d) mempunyai ketrampilan teknik mengajar.

Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan

bahwa terdapat sejumlah indikator dalam setiap kompetensi dasar

keguruan, kompetensi tersebut adalah:

1) Kompetensi Pedagogik, indikator-indikator pengukuran yang

termasuk di dalamnya antara lain:

a.) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

b.) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

c.) Membangun kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran

yang diampu.

d.) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

e.) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran.

f.) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g.) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan

(33)

h.) Menyelenggararkan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

i.) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian, indikator-indikator pengukuran yang

termasuk di dalamnya antara lain:

a.) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

b.) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,

dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c.) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,

arif, dan berwibawa.

d.) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa

bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e.) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3) Kompetensi Sosial, indikator-indikator pengukuran yang termasuk

di dalamnya antara lain:

a.) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,

latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b.) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan

(34)

c.) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik

Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d.) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi

orang lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4) Kompetensi Profesional, indikator-indikator pengukuran yang

termasuk di dalamnya antara lain:

a.) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b.) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran yang diampu.

c.) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

d.) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

e.) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profesionalitas guru mesti

bersumber dari kompetensi atau kemampuan personal, sehingga

profesi keguruan sekaligus merupakan ekspresi atau aktualisasi dari

minat dan kapasitas pribadinya.

C. Lama Mengajar

Dalam proses belajar, pengalaman belajar merupakan faktor yang

penting bagi siswa dan guru, karena belajar merupakan proses ulangan. Bagi

(35)

untuk meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Misalnya apabila

seorang guru mengadakan evaluasi dan hasilnya kurang memuaskan, maka

guru tersebut dapat melihat kembali atau mengoreksi dirinya sendiri mengapa

tujuan pembelajaran yang diharapkan belum tercapai. Sesuai dengan contoh

tersebut, maka tidak tercapainya tujuan yang diharapkan tersebut

kemungkinan disebabkan karena metode mengajar yang digunakan tidak

sesuai dengan materi pelajaran, kemungkinan lainnya guru belum menguasai

materi pembelajaran yang akan diajarkan dan belum terampil dalam

menyampaikan bahan pelajaran. (Surakhmad, 1982:106) mengatakan bahwa

untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan biasanya diperlukan

latihan berkali-kali atau terus-menerus terhadap sesuatu yang telah

dipelajarinya, karena hanya dengan melakukan secara teratur, pengetahuan

tersebut dapat disempurnakan.

Dengan demikian guru dapat belajar dari pengalamannya sendiri

dalam proses mengajarnya, sehingga semakin lama guru tersebut telah

mengajar maka semakin terampil pula dalam menyampaikan bahan pelajaran.

Sehingga dengan pengalaman mengajar yang tinggi dapat menciptakan

suasana belajar yang kondusif yang didukung dengan sikap profesionalitas

guru dalam mengajar.

Lama mengajar bisa dihitung dalam jumlah hari, bulan, atau tahun.

Bagi guru lamanya mengajar dapat dihitung sejak mereka mempunyai surat

(36)

bersangkutan berhak untuk mengajar mata pelajaran sesuai yang tertera dalam

surat keputusan tersebut.

D. Kerangka Teoretik

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri

sendiri, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengolah emosi,

kemampuan mengenali perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang

lain, serta menggunakan kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun

hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Bagi

seorang guru, kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi

keadaan sekitar. Guru sering berhadapan dengan murid-muridnya dan tentu

harus mengetahui perbedaan-perbedaan karakteristik murid-muridnya, guru

juga harus mampu berhubungan baik dengan murid-muridnya. Hubungan yang

bersahabat, simpatik dan hangat perlu diciptakan anatara guru dan murid

sehingga proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Guru

juga perlu memotivasi anak untuk belajar supaya bisa menumbuhkan minat

anak untuk belajar dan sekolah juga perlu mengembangkan kondisi fisik yang

menyenangkan untuk belajar.

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan

keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas

dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata

lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta

memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Samana, 1994:25-43). Bagi

(37)

meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar, pengalaman tersebut

didapat dari berapa lamanya guru dalam mengajar. Lama mengajar adalah

lamanya waktu guru dalam mengajar. Lama mengajar diukur dengan ukuran

tahun atau bulan. Guru dengan lama mengajar lebih banyak diduga kuat

mempunyai profesionalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang

lama mengajarnya lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena guru yang sudah

lama mengajar pada umumnya mempunyai pengalaman, pengetahuan, dan

kemampuan mengajar yang lebih banyak dalam menjalankan profesinya

sebagai pendidik dan pengajar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampak bahwa semakin baik

kecerdasan emosional guru maka semakin baik profesionalitas guru. Pengaruh

kecerdasan emosional terhadap profesionalitas guru tersebut akan berbeda

pada guru dengan lama mengajar yang berbeda. Semakin lama guru mengajar

diduga kuat bahwa tingkat hubungan kecerdasan emosional terhadap

profesionalitas guru akan semakin kuat. Hal ini disebabkan karena semakin

lama guru mengajar pada umumnya guru memiliki kemampuan lebih dalam

mengenali emosi diri, mengelola emosinya, memotivasi diri sendiri, terampil

dalam mengenali emosi orang lain, dan pandai dalam membina hubungan

dengan orang lain.

E. Hipotesis

Ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan mengunakan metode

survei. Surakhmad dalam Arikunto (2006:110) mengatakan bahwa pada

umumnya survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau

individu dalam waktu yang bersamaan. Penelitian survei biasanya menyelidiki

sedikit variabel pada sampel besar. Dalam penelitian ini kesimpulan yang

ditarik hanya berlaku dan terbatas pada guru-guru Sekolah Menengah Atas

dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya,

Kabupaten Cilacap.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya,

Kabupaten Cilacap.

2. Waktu

(39)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya,

Kabupaten Cilacap.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kecerdasan emosional, profesionalitas guru,

dan lama mengajar.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai

generalisasi/kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 1997:77). Sesuai masalah

yang diteliti maka populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah

Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di

Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi, karena ia merupakan bagian dari

populasi maka sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh

populasinya (Azwar, 1997:79). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil

adalah sebagian dari guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah

(40)

Cilacap, yaitu; SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya dan SMK Tamtama

Kroya.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam pemelitian ini adalah

purposive sampling. Teknik penarikan sampel terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau

pertimbangan peneliti seperti jumlah sekolah dan karakteristik sekolah

(Sudjana, 2001:168).

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Kecerdasan Emosional

Dari beberapa pendapat, dapat dikatakan bahwa kecerdasan

emosional yaitu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan

memotivasi diri, kemampuan mengolah emosi, kemampuan mengenali

perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang lain, serta

menggunakan kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun

hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Lima

komponen kecerdasan emosional yaitu: mengenali emosi diri, mengelola

emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina

hubungan dengan orang lain. Berikut disajikan tabel operasionalisasi

(41)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional

Dimensi Indikator Pertanyaan

1.mengenali emosi diri 2.mengetahui kelebihan diri 3.mengetahui keterbatasan diri

4.memiliki keyakinan akan kemampuan diri 1.mampu menahan emosi dan dorongan

negatif

2.menjunjung norma kejujuran dan integritas 3.bertanggung jawab atas kinerja pribadi 4.luwes terhadap perubahan

5.terbuka terhadap ide-ide baru serta informasi baru

1. dorongan untuk menjadi lebih baik

2. mampu menyesuaikan dengan kelompok atau organisasi

3. kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan 4. kegigihan dalam memperjuangkan

kegagalan dan hambatan 1. memahami perasaan orang lain 2. tanggap akan kebutuhan orang lain 3. siap melayani

4. menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan

5. membaca hubungan antara keadaan emosi den kekuatan hubungan suatu kelompok 1. kemampuan persuasif

2. terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas

3. kemampuan menyelesaikan tanggung jawab 4. memiliki semangat kepemimpinan

5. bersedia kolaborasi dan kooperasi dengan orang lain

6. kemampuan membangun tim

(42)

Skala pengukuran setiap butir pernyataan variabel kecerdasan

emosional didasarkan pada skala Likert. Masing-masing butir pernyataan

dinyatakan dalam lima skala sikap dan masing-masing opsi jawaban diberi

skor dengan ketentuan sebagai berikut:

Skoring Pernyataan Variabel Kecerdasan Emosional

Skor untuk pernyataan Keterangan

Positif Negatif Sangat setuju

Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

2. Profesionalitas Guru

Profesionalitas guru adalah kemampuan guru dalam menguasai

kompetensi-kompetensi dasar keguruan dalam menjalankan profesinya.

Adapun empat indikator kompetensi dasar keguruan yaitu: kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi

(43)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Guru

Dimensi Indikator Pertanyaan

Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Kepribadian

1.menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2.menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3.mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu 4.menyelenggarakan kegiatan pengembangan

yang mendidik

5.memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik

6.memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

7.berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

8.menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

9.memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

10.melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

1.bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

2.menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat

3.menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa 4.menunjukkan etos kerja, tanggung jawab

yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

5.menjunjung tinggi kode etik profesi guru

(44)

Kompetensi Sosial

Kompetensi Profesional

1.bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2.berkomunikasi secara efektif, empatik, dan

santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3.beradaptasi di tempat bertugas di seluruh

wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

4.berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

1.menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2.menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

3.mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

4.mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5.memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Skala pengukuran setiap butir pernyataan variabel profesionalitas

guru didasarkan pada skala Likert. Masing-masing butir pernyataan

dinyatakan dalam lima skala sikap dan masing-masing opsi jawaban diberi

(45)

Skoring Pernyataan Profesionalitas Guru

Yang dimaksud dengan lama mengajar dalam penelitian ini adalah masa

dimana guru melaksanakan tugasnya pada suatu satuan pendidikan

tertentu. Dalam penelitian ini lama mengajar guru dalam menjalani

profesinya dihitung dalam satuan tahun atau bulan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden

untuk diisi sesuai dengan responden. Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data tentang kecerdasan emosional, profesionalitas guru dan

lama mengajar.

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

(46)

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2004:109). Pengujian validitas ini

menggunakan rumus korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2002:146).

X : nilai skor masing-masing item

Y : nilai skor seluruh item

N : jumlah responden

Kemudian nilai korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai

korelasi pada tabel. Jika rxy lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 5%

berarti menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan valid. Sebaliknya

jika rxy lebih kecil dari rtabel berarti menunjukkan bahwa instrumen yang

digunakan tidak valid (Suharsimi Arikunto, 2002:147).

a. Hasil Pengujian Validitas Kecerdasan Emosional

Ada 24 butir pertanyaan pada variabel kecerdasan emosional.

Rangkuman hasil pengujian validitas untuk variabel kecerdasan

(47)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional No r hitung r tabel Keterangan

1 0,584 0,361 Valid

2 0,590 0,361 Valid

3 0,583 0,361 Valid

4 0,714 0,361 Valid

5 0,684 0,361 Valid

6 0,560 0,361 Valid

7 0,417 0,361 Valid

8 0,800 0,361 Valid

9 0,821 0,361 Valid

10 0,640 0,361 Valid

11 0,693 0,361 Valid

12 0,699 0,361 Valid

13 0,714 0,361 Valid

14 0,399 0,361 Valid

15 0,727 0,361 Valid

16 0,408 0,361 Valid

17 0,511 0,361 Valid

18 0,560 0,361 Valid

19 0,820 0,361 Valid

20 0,665 0,361 Valid

21 0,518 0,361 Valid

22 0,585 0,361 Valid

23 0,503 0,361 Valid

24 0,652 0,361 Valid

Pada jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan

(α) = 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,361. Hasil

(48)

seluruh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel. Dengan demikian

maka dapat disimpulkan bahwa semua butir dalam pertanyaan

variabel kecerdasan emosional adalah valid.

b. Hasil Pengujian Validitas Profesionalitas Guru

Ada 38 butir pertanyaan pada variabel profesionalitas guru.

Rangkuman hasil pengujian validitas untuk variabel profesionalitas

guru adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalitas Guru No r hitung r tabel Keterangan

1 0,431 0,361 Valid

2 0,492 0,361 Valid

3 0,471 0,361 Valid

4 0,428 0,361 Valid

5 0,383 0,361 Valid

6 0,566 0,361 Valid

7 0,457 0,361 Valid

8 0,453 0,361 Valid

9 0,406 0,361 Valid

10 0,482 0,361 Valid

11 0,475 0,361 Valid

12 0,476 0,361 Valid

13 0,465 0,361 Valid

14 0,606 0,361 Valid

15 0,492 0,361 Valid

16 0,662 0,361 Valid

17 0,439 0,361 Valid

18 0,561 0,361 Valid

19 0,536 0,361 Valid

(49)

21 0,670 0,361 Valid

22 0,431 0,361 Valid

23 0,602 0,361 Valid

24 0,482 0,361 Valid

25 0,716 0,361 Valid

26 0,476 0,361 Valid

27 0,645 0,361 Valid

28 0,387 0,361 Valid

29 0,377 0,361 Valid

30 0,382 0,361 Valid

31 0,417 0,361 Valid

32 0,699 0,361 Valid

33 0,502 0,361 Valid

34 0,411 0,361 Valid

35 0,522 0,361 Valid

36 0,447 0,361 Valid

37 0,612 0,361 Valid

38 0,436 0,361 Valid

Pada jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan

(α) = 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,361.Hasil

perhitungan yang tampak pada tabel di atas menunjukkan bahwa

seluruh nilai rhitung menunjukkan angka yang lebih besar dari pada

rtabel. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa semua butir

dalam pertanyaan variabel profesionalitas guru adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang baik selain harus valid juga harus reliabel. Reliabilitas

menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk

(50)

mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya

angket atau soal bentuk uraian adalah sebagai berikut (Arikunto, 1989:

164).

r11 = reliabilitas instrumen

Σαb2 = jumlah varians butir

α = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan

untuk mengukur tingkat reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha

(α) suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha > 0,60. Dengan kata lain, jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka

kuesioner yang akan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data

penelitian telah memenuhi syarat reliabilitas. Tetapi, jika nilai Cronbach

Alpha < 0,60 maka kuesioner tersebut tidak memiliki syarat reliabilitas

(Nunnally, 1967 dalam Imam Gozhali, 2002:42).

a. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian

Dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 15. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Koefisien Korelasi Status

Kecerdasan Emosional 0,943 Reliabel

(51)

1) Variabel Kecerdasan Emosional

Dari dua puluh empat pertanyaan pada variabel kecerdasan

emosional diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,943. Hasil

perhitungan seperti tampak pada tabel menunjukkan bahwa nilai

Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini berarti bahwa

instrumen penelitian variabel kecerdasan emosional dapat

dikatakan reliabel.

2) Variabel Profesionalitas Guru

Dari tiga puluh delapan pertanyaan pada variabel profesionalitas

guru diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,929. Hasil

perhitungan seperti tampak pada tabel menunjukkan bahwa nilai

Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini berarti bahwa

instrumen penelitian variabel profesionalitas guru dapat dikatakan

reliabel.

H. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian dari

responden dengan varibel kecerdasan emosional, profesionalitas guru dan

lama mengajar. Maka untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel

(52)

2. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk

mengetahui hal tersebut digunakan rumus tes satu sampel Kolmogorov Smirnov yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoretis tertentu.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi

hasil pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi yang diharapkan.

Dalam uji Kolmogorov Smirnov yang diperbandingkan adalah disrtibusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi

frekuensi kumulatif yang diharapkan. Adapun persamaan rumusnya

sebagai berikut (Kohler, 1985:467):

D = Max [ Fo - Fe] Keterangan :

D = Deviasi/penyimpangan

Fo = distribusi frekuensi yang diobservasi Fe = distribusi frekuensi kumulatif teoretis

Bila probabilitas ( p ) yang diperoleh melalui perhitungan > taraf signifikansi 5% berarti sebaran data variabel normal. Sedangkan bila

probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan < taraf signifikan 5%

berarti sebaran data variabel tidak normal pada taraf signifikan 5%.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan

(53)

data yang diperoleh. Uji linieritas ini dapat dilakukan dengan uji F

(Sudjana, 1996:332):

F =

e S S TC

2 2

Keterangan :

F = harga bilangan F untuk garis regresi S2Tc = varians tuna cocok

Se2 = varians kekeliruan

Untuk mengetahui linier tidaknya pengaruh tersebut dapat dilakukan

dengan membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel, dengan ketentuan jika

Fhitung > Ftabel, maka hipotesis model regresi linier ditolak, dan

sebaliknya jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis model regresi linier

diterima. Artinya, semua variabel independen (X) mempunyai

pengaruh yang liner terhadap variabel dependen (Y).

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

a. Perumusan Hipotesis

Ho = tidak ada pengaruh positif lama mengajar pada hubungan

kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

Ha = ada pengaruh positif lama mengajar pada hubungan kecerdasan

emosional dengan profesionalitas guru.

b. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan model

persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gurajati, 1995:512)

dengan rumus sebagai berikut:

(54)

Keterangan:

Yi = variabel profesionalitas guru

α0 = konstanta

X1 = variabel kecerdasan emosional X2 = variabel lama mengajar

X1X2 = nilai interaksi antara kecerdasan emosional dengan lama mengajar

β1, β2, β3 = koefisien regresi (besaran pengaruh)

µi = pengganggu regresi

untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α ) yang dilakukan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis ini akan diterima

(55)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli tahun

2009. Subjek penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya,

Kabupaten Cilacap. Sekolah yang digunakan untuk penelitian tersebut yaitu:

SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya dan SMK Tamtama Kroya. Dari kuesioner

yang disampaikan kepada responden sebanyak 130, semua kuesioner diisi

lengkap oleh responden. Dengan demikian response rate penelitian ini oleh responden sebesar 100%. Secara lengkap sebaran responden penelitian

disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Sebaran Responden Penelitian

Nama Sekolah Sampel Tidak kembali Kembali

SMA Negeri 1 Kroya 51 - 51

SMK YPE Kroya 37 - 37

SMK Tamtama Kroya 42 - 42

Jumlah 130 - 130

(56)

Tabel 4.2

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki Perempuan Total No Nama Sekolah

F fr(%) F fr(%) f fr(%)

1 SMA Negeri 1 Kroya 30 59 21 41 51 100

2 SMK YPE Kroya 20 54 17 46 37 100

3 SMK Tamtama 20 48 22 52 42 100

Jumlah 70 54 60 46 130 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 70 guru atau 54% dan perempuan sebanyak 60

guru atau 46%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar

responden penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.

1. Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional

Tabel 4.3 Kecerdasan Emosional

Total Skor

Frekuensi Frekuensi Relatif

(%)

Kriteria

102-120 49 37,7 Sangat Tinggi

87-101 76 58.5 Tinggi

78-86 5 3,8 Cukup

68-77 - - Rendah

< 68 - - Sangat Rendah

Jumlah 130 100

(57)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional dari 130

guru adalah sebagai berikut: 49 orang guru atau 37,7% memiliki

kecerdasan emosional sangat tinggi, 76 orang guru atau 58,5% memiliki

kecerdasan emosional tinggi, dan 5 orang guru atau 3,8% memiliki

kecerdasan emosional cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar guru memiliki tingkat kecerdasan emosional

tinggi. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 99,24; median = 99;

modus = 94; dan standar deviasi = 7,36 (lampiran 5, halaman 83).

2. Deskripsi Variabel Profesionalitas Guru

Tabel 4.4 Profesionalitas Guru

Total Skor

Frekuensi Frekuensi Relatif

(%)

Kriteria

161-190 34 26,2 Sangat Tinggi

138-160 89 68,5 Tinggi

123-137 5 3,8 Cukup

108-122 2 1,5 Rendah

< 108 - - Sangat Rendah

Jumlah 130 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat profesionalitas guru dari 130

guru adalah sebagai berikut: 34 orang guru atau 26,2% memiliki

profesionalitas sangat tinggi, 89 orang guru atau 68,5% memiliki

(58)

cukup, dan 2 orang guru atau 1,5% memiliki profesionalitas rendah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru

memiliki tingkat profesionalitas tinggi. Hal ini didukung hasil

perhitungan mean = 153,06; median = 152; modus = 150; dan standar

deviasi = 11,41 (lampiran 5, halaman 83).

3. Deskripsi Variabel Lama Mengajar

Tabel 4.5 Lama Mengajar

Total Jam

Frekuensi Frekuensi Relatif

(%)

Kriteria

≤ 5 37 28,46 Kurang lama

6-15 52 40 Cukup lama

16-25 39 30 Lama

>25 2 1,54 Sangat lama

Jumlah 130 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lama mengajar dari 130 guru adalah

sebagai berikut: 2 orang guru atau 1,54% memiliki lama mengajar

sangat lama, 39 orang guru atau 30% memiliki lama mengajar lama, 52

orang guru atau 40% memiliki lama mengajar cukup lama, dan 37

orang guru atau 28,46% memiliki lama mengajar kurang lama. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki lama

(59)

11,35; median = 10; modus = 8; dan standar deviasi = 7,13 (lampiran 5,

halaman 83).

B. Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data

a. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau

tidaknya distribusi variabel lama mengajar, kecerdasdan emosional dan

profesionalitas guru. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas

berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov Smirnov untuk setiap variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kecerdasan Emosional a. Test distribution is Normal

b. Calculation from data

Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance

(Asymp.Sig) untuk distribusi data variabel kecerdasan emosional =

0,407 yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel

(60)

2) Profesionalitas Guru a. Test distribution is Normal

b. Calculation from data

Dari tabel 4.7 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance

(Asymp.Sig) untuk distribusi data variabel profesionalitas guru =

0,055 yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel

profesionalitas guru adalah normal (lampiran 7, halaman 88).

3) Lama Mengajar a. Test distribution is Normal

b. Calculation from data

Dari tabel 4.8 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance

(61)

yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel lama mengajar

adalah normal (lampiran 7, halaman 88).

b. Pengujian Linieritas

Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan statistik Uji F

pada tingkat signifikansi 5%. Uji linieritas digunakan untuk mengetahui

apakah ada hubungan yang linier antara variabel kecerdasan emosional

dengan profesionalitas guru. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian

linieritas:

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Linieritas

ANOVA Table

7263.743 30 242.125 2.513 .000 2854.296 1 2854.296 29.621 .000 4409.446 29 152.050 1.578 .051 9539.765 99 96.361

Squares df Mean Square F Sig.

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kecerdasan

emosional (X1) dengan profesionalitas guru (Y) adalah linier. Hal ini

ditunjukkan dari nilai Fhitung =1,578 yang lebih kecil dari nilai Ftabel =

1,581.

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan

(62)

1) Rumusan Hipotesis

Ho = tidak ada pengaruh lama mengajar pada hubungan

kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

Ha = ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan

emosional dengan profesionalitas guru

2) Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi

dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 9, halaman 94):

Yi = 93,400 + 0,572X1 – 0,026X2 + 0,003(X1X2)

Keterangan:

Yi = Variabel profesionalitas guru

X1 = Variabel kecerdasan emosional X2 = Variabel lama mengajar

X1X2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel lama mengajar

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien

regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan

lama mengajar adalah 0,003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

interaksi kedua variabel menguatkan derajat pengaruh kecerdasan

emosional dengan profesionalitas guru. Nilai koefisien korelasi

variabel kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru adalah

0,412, sementara nilai koefisien korelasi variabel kecerdasan

emosional dengan profesionalitas guru setelah memasukan variabel

lama mengajar adalah 0,440. Nilai signifikansi koefisien regresi (ρ)

dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel lama

Gambar

Tabel Frekuensi...............................................................................................84
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Guru
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ulead Video Studio ini sangat cocok digunakan untuk kalangan pemula yang ingin belajar editing video, selain itu program ini memiliki tampilan yang menarik dan menu-menu

〔商法一ニ九〕手形金の一部に関する原因債務不存在といわゆる二重無権の抗弁東京地裁昭和四 六年ニ月一二日判決 倉沢, 康一郎Kurasawa,

Hasil yang akan dicapai adalah terciptanya rancangan sistem monitoring chiller yang nantinya berfungsi untuk memantau parameter-parameter chiller yaitu; suhu air masuk

Obyek dalam penelitian ini adalah Return dan Risiko yang diperoleh dari Indeks Harga Saham tahunan pada bursa efek negara di ASEAN yang diwakili oleh 5 negara,

Dengan pernyataan di atas, masalah pencemaran merupakan suatu faktor yang dirasakan perlu diberi pertimbangan dalam penentuan nilai harta tanah, di samping faktor-faktor lain

Berdasarkan hasil analisis, temuan, paparan data, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok materi persamaan garis

Reaktor dengan fraksi bahan bakar 35% menghasilkan breeding ratio yang besar, tetapi pada fraksi bahan bakar 45% menunjukkan nilai yang lebih seimbang dalam hal pembiakan. Nilai

Agunan merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan kayakinan bagi bank atas dana yang disalurkan dalam bentuk kredit dengan tujuan apabila terjadi kemacetan