• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh :

TRI RAHAYU F 100 090 110

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR

NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh: TRI RAHAYU

F 100 090 110

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

Tri Rahayu

Usmi Karyani, S.Psi., M.Si

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT 2) merupakan salah satu penyakit kronis yang prevelensinya tinggi. Jumlah pertumbuhan DMT 2 di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Penderita DMT 2 mengalami banyak perubahan dalam hidupnya, mulai dari pengaturan pola makan, olahraga, kontrol gula darah, dan lain-lain yan harus dilakukan sepanjang hidupnya. Perubahan dalam hidup yang datang secara tiba-tiba membuat penderita DMT 2 menunjukan beberapa reaksi psikologis yang negatif, diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat dan depresi, sehingga kesejahteraan psikologis yang dimiliki akan menurun.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2. Subjek dalam penelitian ini adalah semua penderita DMT 2 yang sedang melakukan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Jebres Surakarta. Subjek yang diambil berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Metode pengambilan data dengan menggunakan skala kesejahteraan psikologis dan skala dukungan sosial yang kemudian dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment dengan bantuan aplikasi SPSS 17.

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis, dimana nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,609; p = 0,000 (p < 0,01). Sumbangan efektif variabel dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis sebesar 37,1%. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa variabel kesejahteraan psikologis mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 98,48 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 73,5 yang menunjukan kategori tinggi, sedangkan variabel dukungan sosial mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 68,18 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 55 yang menunjukan kategori tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis.

(6)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang dianggap besar karena merupakan penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit lain yang lebih banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur i8nternal lainya (Sholichah, 2009)

Wordpress (2014) mengungkapkan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030, sedangkan jumlah penderita DMT 2 yang ada di RSUD Dr. Moewardi pada bulan Mei 2014 di dapat data sebanyak 622 pasien.

Anggraeni & Cahyanti (2012) menyatakan bahwa penderita DM mengalami tantangan-tantangan hidup untuk menghadapi masalah yang terkait dengan sakitnya, karena seseorang yang menderita DM memerlukan banyak sekali penyesuaian di dalam hidupnya, sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh secara fisik, namun juga berpengaruh secara psikologis pada penderita (Sholichah, 2009).

Kesejahteraan psikologis perlu dimiliki oleh penderita DMT 2 karena dapat mengurangi terjadinya resiko komplikasi, seperti yang telah dikemukakan oleh Sundberg (2007) bahwa sistem pikiran (psikologis) berkaitan dengan keadaan tubuh (sistem biologis) yang artinya kesehatan dalam tubuh seseorang dipengaruhi oleh pikiran maupun lingkungan, pikiran yang positif dan lingkungan yang mendukung akan membuat kesehatan seseorang menjadi lebih baik.

Dukungan sosial memiliki peranan yang sangat besar bagi kesejahteraan psikologis pada penderita DM karena seseorang terdiri dari sistem biologis dan psikososial yang saling

berelasi dan masing-masing sistem mengandung sistem komponen, artinya keadaan kesehatan biologis seseorang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem sosialnya karena secara umum, orang-orang yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis, daripada pasien yang kurang merasa mendapat dukungan sosial. Sarafino (dalam Smet, 1994).

Penderita DM membutuhkan dukungan sosial untuk menjalani kehidupan sehari-hari dalam mengatur pola hidup yang dapat menyebabkan stress karena dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk memperkecil tekanan-tekanan atau stress yang dialami individu. Dengan kata lain jika tidak ada tekanan atau stress maka dukungan sosial tidak berpengaruh Oford (dalam Putra, 2011).

Sasco & Yanover (2006) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang memadai akan meningkatkan kesehatan fisik penderita DMT 2 dengan menurunkan gejala depresi, dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik terutama terkait dengan kontrol gula darah yang lebih baik dan meningkatkan kepatuhan dalam perawatan diri penderita DMT 2.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan yang hendak diangkat dalam penelitian ini adalah :apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2? Meninjau dari permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Dukungan sosial dengan Kesejahteraan Psikologis pada

Penderita Diabetes Mellitus”.

B. Tujuan Penelitian

(7)

1. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2.

2. Mengetahui peranan dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2.

3. Mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2.

C.Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut

1. Bagi keluarga subjek

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2 sehingga keluarga subjek akan dapat selalu memberikan dukunganya dan menanamkan kebahagiaan dalam hidup subjek agar subjek dapat selalu untuk berfikir positif dan termotivasi.

2. Bagi subjek

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat serta informasi bagi subjek mengenai keterkaitan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis sehingga subjek lebih dapat terbuka dengan keluarga dan lingkunganya

3. Bagi peneliti selanjutnya

Memberi gambaran tentang dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis dan di harapkan dapat memberi stimulus bagi peneliti selanjutnya untuk lebih dalam meneliti tentang dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis pada penderita DMT 2.

B. LANDASAN TEORI

1.Pengertian kesejahteraan psikologis Ryff (dalam Liwarti 2013) mengemukakan bahwa kesejahteraan

psikologis merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelabihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti memodifikasi lingkungannya agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan hidup, serta terus mengembangkan pribadinya.

Nurhayati (2010) mengemukakan bahwa kesejahteraan psikologis adalah suatu keadaan dimana individu mampu menerima keadaan dirinya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, mampu mengontrol lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki tujuan hidup dan mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk perkembangan pribadi. Dalam pengertiannya, kesejahteraan psikologis juga diartikan sebagai mental yang sehat, sebab beberapa dimensi dari kesejahteraan psikologis mengacu pada kesehatan mental itu sendiri.

Lawton (dalam Rini 2008) menjabarkan kesejahteraan psikologis sebagai suatu skema yang terbentuk mengenai hidup yang berkualitas sebagai hasil dari evaluasi terhadap aspek – aspek yang ada pada hidupnya yang dianggap baik atau memuaskan, sementara itu Okun dan Stock (dalam Rini, 2008) juga memperkaya pengertian kesejahteraan psikologis sebagai perasaan bahagia dan kepuasan yang secara subjektif dialami atau dirasakan oleh seseorang.

(8)

3

orang lain, mampu mengontrol kondisi lingkungan sekitar, memiliki tujuan hidup yang jelas, dan mampu mengembangkan dirinya sendiri (Ryff, 1989).

2. Dimensi-dimensi kesejahterann psikologis

Ryff & Singer (1996) menyebutkan ada enam dimensi yang membentuk kesejahteraan psikologis yaitu :

1. Penerimaan diri (self-acceptance) 2. Hubungan positif dengan orang

lain (positif relation with others) 3. Otonomi (autonomy)

4. Penguasaan lingkungan (environmental mastery) 5. Tujuan hidup (purpose in life) 6. Pertumbuhan pribadi (personal

growth).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada diri individu (Ryff, 1996), yaitu : usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pendidikan, budaya, locus of control, religiusitas, dukungan sosial dan mawas diri.

1.Pengertan dukungan sosial

Coutrona (dalam Putra 2011) mengemukakan bahwa dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai dan dihargai, disayangi, untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupanya.

Baron & Byrne (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu keadaan nyaman secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman maupun anggota keluarga. Dukungan sosial juga dapat dilihat dari banyaknya kontak sosial yang terjadi atau yang dilakukan individu

dalam menjaln suatu hubungan dengan sumber-sumber yang ada dilingkunganya.

Gentry dkk, (dalam Sarafino, 1994) menggambarkan dukungan sosial sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain maupun kelompok. Dukungan sosial merupakan pengalaman yang membawa individu meyakini bahwa mereka diperhatikan, dicintai, dihargai dan menjadi anggota jaringan komunikasi.

2.Aspek-aspek dukungan sosial

Untuk dapat menjelaskan konsep dukungan sosial, banyak penelitian memiliki pendapat yang sama untuk membedakan jenis-jenis yang berlainan membedakan 5 aspek atau dimensi dukungan sosial (Cohen dkk, dalam Sarafino, 1994) Lima aspek tersebut adalah :

1) Dukungan emosional 2) Dukungan penghargaan 3) Dukungan instrumental 4) Dukungan informasi

5) Dukungan kelompok/jaringan sosial

Weis & Coutrona (dalam Putra 2011) mengembangkan social provisions scales untuk mengukur ketersedian dukungan sosial yang diperoleh dari hubungan individu dengan orang lain. Terdapat enam aspek didalamnya, yaitu:

1. Attechment (kasih sayang atau kelekatan)

2. Social integration (integrasi sosial)

3. Reassurance of worth (penghargaan atau pengakuan) 4. Reliable alliance (ikatan atau

(9)

5. Guidance (bimbingan)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dukungan sosial

Sarafino (1994) menguraikan beberapa factor yang mempengaruhi dukungan sosial, yaitu:

1) Penerimaan diri 2) Penyediaan dukungan

3) Komposisi dan struktur jaringan sosial

Dari beberapa pengertian yang telah di uraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah suatu keadaan dan bantuan yang datang dari lingkungan sosial yang dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang dirasakan oleh individu, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk yang lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun dari kelompok yang dapat memberikan kesejahteraan secara psikologis maupun fisik.

C. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2)

DMT 2 adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan ketidakcukupan atau gangguan fungsi insulin. DMT 2 sering ditemukan pada orang-orang yang kelebihan berat badan karena kadar lemak yang tinggi, terutama pada daerah perut, diketahui menyebabkan tubuh menjadi resisten terhadap efek insulin (resistensi insulin). Oleh karena itu, meskipun insulin ada, tubuh tidak mampu berespon terhadap insulin tersebut secara adekuat.

D. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesejahteraan Psikologis pada

penderita DMT 2

Dalam melakukan aktifitas sehari-hari penderita DMT 2 harus

mengatur pola hidup dengan peraturan dari dokter yang dirasa tidak mudah untuk menjalaninya dan dapat menjadikan beban secara psikoogis bagi penderita. Hal tersebut dapt menyebabkan kurangnya semangat dan menimbulkan stress bagi penderita DMT 2.

Oishi & Koo (dalam Panembrama, 2013) kebahagiaan danggap sangat penting karena dapat memberikan dampak yang positif bagi keberfungsian manusia itu sendiri dalam berbagai aspek kehidupan

seperti pekerjaan,

pendidikan,hubungan sosial, dan juga kesehatan. Kebahagiaan dapat memberikan dampak positif untuk kesehatan yaitu ketika seseorang secara psikologis merasa nyaman,tenang dan juga memiliki tujuan atau harapan maka hal itu akan berdampak pada fisik seseorang akan dapat meningkatkan kesehatan jika orang itu sakit maka akan memberikan kesejahteraan psikologis bagi penderita, seperti pada penderita DMT 2.

Menurut Hurlock (2006) dukungan dari berbagai pihak yang berupa penerimaan, perhatian dan rasa percaya tersebut akan meningkatkan kebahagiaan dalam diri seseorang. Kebahagiaan yang diperoleh seseorang menyebabkan orang tersebut termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuanya, penderita juga akan memiliki rasa nyaman dalam menjalani keseharianya. Jadi dukungan sosial akan membantu meberikan rasa yakin dan optimis pada penderita DMT 2 dalam menjalani hidup.

(10)

5

kesejahteraan yang dirasakan pada penderita DMT 2, semakin tinggi atau semakin banyak dukungan yang diterima maka semakin tinggi kesejahteraan yang dirasakan, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diterima maka semakin rendah kesejahteraan yang dirasakan oleh penderita DMT 2.

C. METODE PENELITIAN 1. Definisi Operasional Variabel

1. Dukungan sosial

Coutrona (dalam Putra, 2011) menjelaskan dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai dan dihargai, disayangi, untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupanya. Pengukuran skala yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah mengadaptasi skala yang sudah terpakai dengan menggunakan skala model Likert dengan aspek-aspek dukungan sosial yang dibuat oleh Coutrona & Russel,

“Social Previsions Scale” yang kemmudian diadaptasi kedalam bahasa Indonesia oleh Putra (2011).

2. Kesejahteraan psikologis

Kesejahteraan Psikologis adalah suatu kondisi dimana individu mampu menerima keadaan diri yang apa adanya, mampu berhubungan secara hangat dengan orang lain, mandiri/tidak terikat oleh lingkungan eksternal, serta memiliki tujuan hidup.Dalam penelitian ini untuk mengukur kesejahteraan psikologis peneliti mrngadaptasi skala dari Hidayah (2014) yang berdasarkan enam dimensi dari teori Ryff.

B.Subjek Penelitian

Subjek yang dipilih adalah para penderita DMT 2 yang sedang rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi. Adapun jumlah sampel yang akan di ambil dalam penelitian ini dilihat dari jumlah penderita DMT 2 yang ada di RSUD Dr. Moewardi pada bulan mei 2014 adalah 622 subjek dan mengingat keterbatasan peneliti dalam mengambil sampel maka hanya 50 subjek yang akan digunakan oleh peneliti sebagai responden.

C.Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui metode angket skala dukungan sosial dan skala kesejahteraan psikologis

D. PELAKSANAAN PENELITIAN 1.Penentuan subjek penelitian

(11)

13 Agustus 2014 dengan mendapatkan 50 subjek dengan kriteria dengan berbagai kriteria yang diperoleh,

2.Analisis Data 1.Uji asumsi

a.Uji normalitas sebaran.

Pengujian ini dilakuan untuk mengetahui normal tidaknya suatu data variabel penelitian. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolomogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan lebih besar dari 5% atau 0,05. Hasil uji normalitas menunjukan bahwa data yang diperoleh untuk variabel kesejahteraan psikologis memperoleh nilai K-S Z = 1,020 dengan p = 0,250 (p > 0,05) dan variabel dukungan sosial memperoleh K-S Z = 1,243 dengan p = 0,091 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa sebaran data memiliki distribusi normal.

b. Uji linieritas.

Uji liniearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas (dukungan sosial) dengan variabel tergantung (kesejahteraan psikologis) memiliki korelasi yang searah (linier) atau tidak. Kaidah uji yang digunakan adalah jika uji F Liniearity berada pada taraf signifikan atau p<0,01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan uji liniearitas antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis diperoleh nilai F = 28,562; P = 0,000 (P<0,01). Hal ini menunjukkan hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis bersifat linier.

2. Uji hipotesis

Perhitungan untuk uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Product Moment. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh nilai koefisien korelasi (r) antara dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis didapat nilai sebesar 0,609 dengan signifikan 0,000 (p<0,01). Hal in berarti bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis. Artinya semakin tinggi dukungan sosial yang didapat maka akan semakin positif kesejahteraan psikologis yang diperoleh subjek, begitu pula sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang didapat maka akan semakin negatif kesejahteraan psikologis yang dimiliki subjek.

3.Pembahasan

(12)

7

Semakin tinggi dukungan sosial yang didapat, maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang didapat, maka semakin rendah kesejahteraan psikologis yang dimiliki

E. KESIMPULAN

Berdasrkan hasil analisi data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan:

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada pasien Diabetes Meliitus Tipe 2

2. Dukungan sosial pada pasien DMT 2 berada pada kategori tinggi yaitu (RE) sebesar 68,18 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 55

3. Kesejahteraan psikologis pada berada pada pasien DMT 2 kategori sangat tinggi yaitu (RE) sebesar 98,48 dan rerata

hipotetik (RH) sebesar 73,5 4. Sumbangan efektif variabel

dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pasien DMT 2 adalah sebesar 37,1%. F. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi keluarga subjek

Keluarga Psubjek memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesesjahteraan psikologis pada subjek, untuk itu dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan, seperti memberikan dan menyediakan sarana maupun prasarana kepada subjek, selalu memberikan bimbingan dan juga arahan, memberikan dukungan

terhadap setiap keputusan yang diambil oleh subjek selama keputusan yang diambil adalah baik bagi subjek, sehingga subjek akan merasakan memiliki kelekatan dengan keluarga dan bisa lebih terbuka kepada keluarga.

2. Bagi subjek

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan mengenai pentingnya kesejahteraan psikologis yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan subjek (pasien DMT 2) dan subjek diharapkan untuk tetap dapat mempertahankan kesejahteraan yang dimiliki dengan memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan seperti selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, membina hubungan yang baik dengan sesama, serta tidak pernah menyerah dalam menjalani kehidupan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

(13)

lagi seperti dikembangkannya lagi faktor – faktor lain untuk mengetahui hubungan terhadap kesejahteraan psikologis, memperluas populasi yang ada, dan melakukan pengumpulan data yang lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Y. (2011). Effect of Exercise on Psychological Well-being in T2DM. Journal of stress Physiology & Biochemistry , Vol. 7 No. 3 .

Anggoro,W.J. & Widhiarso, W. (2010). Kontruksi dan Identifikasi Properti Psikometris Instrumen Pengukuran Kebahagiaan Berbasis Pendekatan Indigenous Psychology: Studi Multitrait-Multimethod. Jurnal Psikologi, Volume 37, No 2, 176-188.

Anggraeni, Titi. & Cahyanti, I.Y. (2012). Perbedaan Psychological Well-being Pada Penderita Diabetes Tipe 2 Usia Dewasa Madya Ditinjau Dari Strategy Copyng. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol 1, No 02)

Azwar, S. (2002). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Baron, R.A dan Byrne, D. (2003).Psikologi Sosial.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Borrot, N. & Bush, R. (2008). Measuring Quality Of Life Among Those With Type 2 Diabetes In Primary Care, (online), (http://www.uq.edu.au/hea lth/healthycomm/docs/Qol .pdf, diakses 17 Januari 2014).

Cigić1, S. N. (2013). Ryff’s

Psychological well-being scales: Research Article, 159.9.072:159.913.

Cohen, S & Syne, S. I. (2005). Social

Support And

Health.London:Academic Press inc.

Dewi, R. P. (2013). Faktor Risiko

Perilaku yang

Berhubungan dengan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di

RSUD Kabupaten

Karanganyar . Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Nomor 1.

Goleman, D. (2002). Healing Emotions. Jakarta: Interaksara.

Hadi, S.(2000).Metodologi Reasearch II. Yogyakarta : Andi Offset

(14)

9

____, S. (2004).

Metodologi Research III. Yogyakarta: Andi Offset.

____, S. (2012).

Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Hurlock, E.B. (2006). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang rentang Kehidupan. (terjemahan Istiwidayati). Jakarta: Erlangga.

Hartono, A. (1995). Diet penyakit gula. Jakarta: Arcan.

Hasanat, N. UI., (2010). Program Psikoedukasi Bagi Pasien Diabetes Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup, (online), (http://lib.ugm.ac.id/digita si/uploud/2733_MU.1111

0020.pdf, diakses 4

Januari 2014).

Haslam, S. A. (2009). Social Identity, Health and Well-Being: An Emerging Agenda for Applied Psychology. APPLIED PSYCHOLOGY , 58 (1), 1-23 .

Healthplus.2011. Diabetes, (online), (http://www.healthplus24. com/Disease_and_Conditi ons1/Diabetes.aspx, diakses 15 januari 2014).

Hidayah, N. (2014). Efektifitas group psychoterapy untuk meningkatkan

kesejahteraan psikologis

pada orang dengan hiv/aids Tesis Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Huppert, F. A. (2009). Psychological Well-being: Evidence Regarding its causes and consequences. Applied Psychology : Health And Well-being. Volume (2), 137–164.

Hutapea, B. (2011). Emotional Intelegence dan

Psychologycal Well-being Pada Manusia Lanjut Usia Anggota Organisasi Berbasis Keagamaan di Jakarta. Insan, Vol 13 No 02

Keyes, C. L. M., Shmotkin, D., & Ryff, C. D. (2002). Optimizing well-being: The empirical encounter of two traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 1007– 1022.

http://dx.doi.org/10.1037/ 0022-3514.82.6.1007

Liwarti.(2013). Hubungan pengalaman spiritual dengan psychological well-being pada penghuni lembaga

(15)

Martiani.(2012). Psychological Well-being Wanita yang Menjadi Istri Kedua Dalam Pernikahan Poligami.Skripsi.Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Nazir, Moh. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nurhayati, Hasma. (2010). Pengaruh Big Five Personality Terhadap Psychological Well-being Remaja Di Sekolah Menengah Kejuruan Negri 5 Madiun.Skripsi

(diterbitkan). Malang: Fakultas Psikologi UIN

Orford, J. (1992). Community psychology : Theory & Practise. West Sussex : John Wiley & Suns. Ltd.

Panembrama, R.G. (2013). Hubungan Antara Keterlibatan Psikologis Di Sekolah Dengan Kebahagiaan Subjektif Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama. Skripsi (diterbitkan). Jakarta: Repository. UPI.Edu.

Papalia, D.E., Olds, S. W., & Fieldman, R. D. (2009).

Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.

Patton, D. P. (1998). EQ-Kecerdasan Membangun Hubngan

jalan menuju

kebahagiaan dan kesejahteraan. Jakarta: PT.Pustaka Delapratasa.

Prihartanti, Nanik. (2004). Kepribadian Sehat Menurut Konsep Suryamentaram.

Surakarta: Muhammadiyah University Press

Public Health Agency of Canada. 2011. Diabetes in Canada: Facts and figures From A Public Health Perspective, (Online),

( http://www.phac-

aspc.gc.ca/cd-mc/publications/diabetes diabete/facts-figures-faits- chiffres-2011/chap4-eng.php, diakses 12 Januari 2014).

Putra, B.S. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi Untuk Sembuh Pada Pengguna Napza Di Rehabilitasi Madani Mental Health Care. Skripsi.(diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi UIN.

(16)

11

Seksual.Skripsi

(diterbitkan).Yogyakarta : Fakultas Psikologi UIN.

Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2001). On happiness and human potentials: A review of research on hedonic and eudaimonic well-being. Annual Review of Psychology, 52, 141-166.

Ryff, C.D., (1989). Happiness is everything, or is it? explorations on the meaning of psychological well-being.Journal of Personality and Social Psychology 57 (6), 1069– 1081.

____, C.D., &Keyes, C.L., (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology. 69 (4), 719– 727.

____, C. D., , B. H. (1996). Psychological Well being: Meaning, Measurement and Implications for Psychotherapy Research. Journal of Psychotherapy psychosomatics, 65,14-23

____, C. D., Keyes, C.L.,& Shmotkin, D. (2002). Optimizing Well being: The Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and Social psychology. 82 (6), 1007-1022

Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology:

Biopsychosocial

Interactions. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Sacco, P. & Yanover, T., (2006). Diabetes and Depression: The Role of Social Support and Medical Symptoms. Journal of Behavioral Medicine, Vol. 29, No. 6, December 2006.

Seifert, T. (2005).Assesment of the Ryff Scales of Psychological Well-being. Retrieved August 6, 2007 from the Center of Inquiry in the Liberal Arst at Webash College website: http:/www.webashnational study.org/wns/Ryff.html

Sholichah, R. D. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Derajat Depresi Pada Penderita Diabetes

Melitus Dengan

Komplikasi.Skripsi (diterbitkan).Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Smeeltzer. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1 Edisi VIII. Jakarta : EGC

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.

(17)

insulin dan obat oral hipoglikemik oral. Jakarta: FKUI

Sudoyo, A. W. et al (Eds). 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Surani, N. (2012). Gangguan metabolisme karbohidrat pada Diabetes Mellitus. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Suryabrata, S. (1994). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

_______, S. (1998).Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sundberg, N. D. (2007). The practice of psychological testing in clinical services in the United States. American Psychologist, 16, 79–83.

Psychological resources, positive illusions, and health. American Psychologist, 55, 99-109.

Tjokroprawiro A. (2006). Diabetes Melitus

Klasifikasi,Diagnosa dan

Terapi. Edisi

Ketiga.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Trisnawati, S. K,. Setiyorogo, S. (2013). Faktor Resiko

Kejadian Diabetes Millitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2013.Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 5, Nomor 1.

Vazquez, C., Hervas, G., Rahona, J.R., & Gomez, D. (2009). Psychological Well-Being and Health. Contributions of Positive Psychology. Annuary of Clinical and Health Psychology, 5, 15-27

Wordpress. 2014. Diabetes Mellitus di Indonesia.

http://redboxmedicalplus.

wordpress.com diakses

Referensi

Dokumen terkait

tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika peserta didik yang memiliki.

menunjukkan bahwa status kepemilikkan tanah baru adalah milik negara, tetapi pada kenyataannya lahan baru di daerah penelitian (Delta Cipunegara) telah banyak

In order for you the get from the school to the community centre you have to go twice in a southern direction and three times in an eastern direction, e.g. The power to

PELESTARIAN KAWASAN KARST GUNUNG CIBODAS, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR MELALUI PENDEKATAN.

Elisabeth Hilda Setyawati Rianto, D1511034, The administration of goods entrance and exit in logistic (linen and household) warehouse in Surakarta Panti Waluyo

dalam kegiatan belajar mengajar. Memberi pengalaman anak untuk bersikap mandiri dan tanggung jawab. Meningkatkan kerjasama pada anak dalam melakukan suatu hal atau kegiatan.

Pohon pelindung yang ada di jalur hijau kota Banda Aceh belum pernah diteliti perannya sebagai bioindikator. Oleh karena itu, perlu dievaluasi berbagai jenis pohon pada jalur

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas