• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM REPRODUKSI SISWA KELAS XI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM REPRODUKSI SISWA KELAS XI."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN

KONSEP SISTEM REPRODUKSI SISWA KELAS XI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Novia Damayanti 0900613

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN

KONSEP SISTEM REPRODUKSI SISWA KELAS XI

Oleh Novia Damayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam

© Novia Damayanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

NOVIA DAMAYANTI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN

PENGUASAAN KONSEP SISTEM REPRODUKSI SISWA KELAS XI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. Fransisca Sudargo, M.Pd NIP: 195107261978032001

Pembimbing II

Hj. dr. Rita Shintawati, M.Kes NIP: 196812012001122002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN

KONSEP SISTEM REPRODUKSI SISWA KELAS XI

Novia Damayanti, Fransisca Sudargo, Rita Shintawati

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif STAD terhadap Kemampuan Berfikir Kritis dan Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi

Siswa Kelas XI” bertujuan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan berfikir kritis dan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasy experimental dengan desain penelitian Non-Equivalent Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 SMA Negeri 6 Bandung yang dipilih secara acak kelas. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes esai untuk mengukur kemampuan berfikir kritis dan tes pilihan ganda untuk mengukur penguasaan konsep sistem reproduksi manusia. Selain instrumen dalam bentuk tes, dalam penelitian ini juga digunakan angket untuk menjaring respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif STAD. Hasil penelitan menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif STAD memiliki kemampuan berfikir kritis dan penguasaan konsep lebih tinggi dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran diskusi dan ceramah ekpositori. Model pembelajaran kooperatif STAD berpengaruh positif terhadap kemampuan berfikir kritis dan penguasaan konsep sistem reproduksi pada siswa kelas XI.

(5)

THE EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING STAD TOWARD

CRITICALLY THINKING AND CONCEPT MASTERYOF 2nd YEARS

STUDENTS ON REPRODUCTION SYSTEM MATTER

Novia Damayanti, Fransisca Sudargo, Rita Shintawati .

ABSTRACT

The aim of this research is analizing the effect of cooperative learning STAD (Students Teams Achievement Division) toward critically thinking and concept mastery 2nd years students on reproduction system matter. The method of this study was quasy experimental and the samples were students class XI IPA1 and XI IPA4 of SMA negeri 6 Bandung taken in randomly classes. Essay test was used for meassure critical thinking and multiple choice test was used for measure mastery concepts. Result showed that student who received cooperative learning STAD have critical thinking skill and mastery concepts higher than student who received discussion and speech expository. Cooperative learning STAD gave positive affecting toward critical thinking and mastery concepts on reproduction system in XI class students.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Batasan Masalah... 5

E. Asumsi ... 5

F. Hipotesis ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

A. Metode Pembelajaran Kooperatif ... 7

B. Kooperatif Tipe STAD ... 9

C. Kemampuan Berfikir Kritis... 12

D. Penguasaan Konsep ... 13

E. Materi Sistem Reproduksi ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Lokasi Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 22

B. Desain Penelitian ... 22

C. Metode Penelitian... 23

D. Definisi Oprasional ... 24

E. Instrumen Penelitian... 25

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 27

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan Data ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 70

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Penentuan Poin Kemajuan ... 11

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 11

Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sistem Reproduksi ... 15

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 22

Tabel 3.2 Non-Equivalent Control Group Design ... 23

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Esai untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis .. 26

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Pilihan Ganda untuk Mengukur Penguasaan Konsep 26 Tabel 3.5. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 26

Tabel 3.6 Indeks Kesukaran Tes ... 27

Tabel 3.7 Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran ... 28

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ... 28

Tabel 3.9 Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda ... 29

Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 30

Tabel 3.11 Rekapitulasi hasil perhitungan validitas ... 30

Tabel 3.12 Kategori Indeks Gain ... 32

Tabel 3.13 Klasifikasi Respons Angket Siswa ... 33

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Kemampuan Berfikir Kritis Siswa ... 35

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Pretes Kemampuan Berfikir Kritis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 36

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Postes Kemampuan Berfikir Kritis Siswa ... 37

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Postes Kemampuan Berfikir Kritis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 38

Tabel. 4.5 Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 39

Tabel 4.6 Persentase Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Tiap Indikator ... 40

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Pretes Penguasaan Konsep Siswa ... 46

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Pretes Penguasaan Konsep Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 46

(9)

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Pretes Penguasaan Konsep Siswa

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

Tabel 4.11 Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49

Tabel. 4.12 Uji Statistik Korelasi Kemampuan Berfikir Kritis dan

Penguasaan Konsep Siswa ... 49

Tabel 4.13 Rekapitulasi Respon Siswa Tentang Model Pembelajaran

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Organ Reproduksi Pria dan Organ reproduksi wanita ... 15

Gambar 2.2. Proses Spermatogenesis ... 16

Gambar 2.3. Proses Oogenesis ... 17

Gambar 2.4. Siklus Menstruasi pada Wanita ... 18

Gambar 2.5. Tahapan Proses Fertilisasi ... 19

Gambar 4.1 Nilai N-gain Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 39

Gambar 4.2 Perbedaan Nilai Pretes Tiap Indikator Kemampuan Berfikir Kritis ... 41

Gambar 4.3 Perbedaan Nilai Postes Tiap Indikator Kemampuan Berfikir Kritis Siswa... 41

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan di era globalisasi ini tidak lepas dari

kegiatan pembelajaran yang terjadi dalam dunia pendidikan. Perkembangan suatu

bangsa berawal dari perkembangan kualitas sumber daya manusia yang

merupakan bagian dari negara tersebut. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat

mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Indonesia hingga saat ini masih terus berusaha meningkatkan kualitas

sumberdaya manusianya dengan mengembangkan sistem pendidikan. Usaha

tersebut ditempuh melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. Pada

pendidikan formal di lingkungan sekolah, pembelajaran merupakan tugas yang

dibebankan kepada guru yang berperan sebagai tenaga pendidik.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di lingkungan sekolah semakin

berkembang dan dilaksanakan dalam pola-pola pembelajaran yang bervariasi.

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.

Guru juga merupakan kunci utama yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu

kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik guru harus

memiliki kemampuan dalam merancang kegiatan pembelajaran sebaik mungkin

agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Ruhimat, 2009).

Pelajaran Biologi merupakan bagian dari sains yang diterapkan pada jenjang

pendidikan SMP dan SMA. Pada mata pelajaran Biologi, siswa lebih dituntut

untuk aktif selama kegiatan pembelajaran, karena banyak materi yang bersifat

abstrak bagi siswa. Dengan demikian, dalam merancang kegiatan pembelajaran

guru harus memilih model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara

aktif dalam menemukan pengetahuan baru. Hal ini bertujuan agar pembelajaran

(12)

2

kegiatan aktif siswa adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa akan

duduk secara berkelompok. Pengelompokan tersebut memungkinkan adanya

interaksi antar anggota untuk saling membantu dalam memahami materi

pembelajaran demi keberhasilan kelompoknya, karena setiap anggota kelompok

memiliki peran dan tanggungjawab yang sama terhadap kelompok (Slavin,

2005).

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai variasi, di antaranya adalah

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran

berkelompok di mana siswa beranggotakan empat hingga lima orang yang

berbeda kemampuan, tingkatan, jenis kelamin dan latar belakangnya akan duduk

bersama dalam satu kelompok. Kegiatan pembelajaran diawali dengan

penyampaian materi pelajaran melalui presentasi kelas, lalu siswa bekerja dalam

tim untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai materi

yang disampaikan guru. Selanjutnya, siswa akan mengerjakan kuis secara

individu. Keberhasilan masing-masing anggota kelompok dalam kuis ini akan

menentukan keberhasilan kelompok. Skor kuis siswa akan dibandingkan dengan

pencapaian sebelumnya. Masing-masing tim akan diberikan skor berdasarkan

tingkat kemajuan yang diraihnya dan akan diberikan penghargaan(reward) bagi

tim yang memenuhi kriteria. Gagasan utama dari STAD adalah untuk

memotivasi siswa agar dapat saling membantu dan saling mendukung antar

anggota kelompok dalam menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru

(Slavin, 2005).

Kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini menganut Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) di mana kurikulum ini menuntut partisipasi aktif dari

seluruh siswa, dengan demikian proses belajar lebih terorientasi pada siswa

(student centre) sedangkan peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai

fasilitator agar kegiatan pembelajaran terfasilitasi dengan baik. Dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerjasama dengan semua anggota

(13)

3

melalui interaksi kelompok selama proses pembelajaran berlangsung (Slavin,

2005).

Kegiatan pembelajaran melibatkan proses berfikir yang sangat penting bagi

siswa dalam menemukan, memahami ataupun mengembangkan pengetahuan

siswa. Salah satu proses berfikir yang akan diukur adalah berfikir kritis. Proses

berfikir kritis dibutuhkan dalam pembelajaran, namun banyak guru yang hanya

memfokuskan pembelajarannya untuk penyelesaian materi ajar tanpa

mengarahkan siswanya pada proses berfikir kritis. Hal tersebut berdampak pada

kurang berkembangnya kemampuan berfikir kritis siswa (Sudaryanto, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subratha (2007) bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan capaian

kompetensi dasar pada siswa SMP. Begitu juga dengan penelitian tentang model

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh Chaeriyah (2010) pada

tingkat SMP menunjukkan hasil bahwa model pembelajaran kooperatif STAD

mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Kemampuan Berfikir Kritis dan Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi pada Siswa Kelas

XI”. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang merupakan model kooperatif paling sederhana. Setiap

kelompok pada model pembelajaran kooperatif STAD harus memastikan semua

anggota kelompoknya menguasai materi yang diajarkan oleh guru demi

keberhasilan kelompok, karena setiap anggota kelompok akan menentukan

keberhasilan kelompok melalui pencapaian skor kuis individual. Materi sistem

reproduksi merupakan materi yang abstrak sehingga materi tersebut sulit

dipahami jika hanya dijelaskan oleh guru tanpa ada keaktifan dari siswa. Oleh

karena itu, dalam pembelajaran STAD ini siswa akan berpartisipasi secara aktif

dalam tim dan karena materi ini bersifat abstrak maka digunakan media berupa

kartu sortir yang akan membantu siswa memahami materi ajar dalam tim. Kartu

sortir yang digunakan berupa kartu yang akan dipilih oleh siswa untuk mengisi

(14)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah

untuk penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan berfikir kritis dan penguasaan

konsep sistem reproduksi siswa kelas XI?”. Untuk lebih memperjelas rumusan

masalah tersebut, maka dimunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan berfikir kritis siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran kooperatif STAD pada konsep sistem reproduksi?

2. Bagaimanakah kemampuan berfikir kritis siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran konvensional pada konsep sistem reproduksi?

3. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran

kooperatif STAD pada konsep sistem reproduksi?

4. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran

konvensional pada konsep sistem reproduksi?

5. Bagaimanakah hubungan antara kemampuan berfikir kritis dan penguasaan

konsep siswa pada materi sistem reproduksi?

6. Bagaimanakah tanggapan atau respon siswa terhadap model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang diterapkan pada materi sistem reproduksi?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kemampuan berfikir kritis siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran kooperatif STAD pada konsep sistem reproduksi

2. Menganalisis kemampuan berfikir kritis siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran konvensional pada konsep sistem reproduksi

3. Menganalisis penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran

kooperatif STAD pada konsep sistem reproduksi

4. Menganalisis penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran

(15)

5

5. Menganalisis hubungan antara kemampuan berfikir kritis dan penguasaan

konsep siswa

6. Mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang diterapkan pada materi sistem reproduksi

manusia.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dibuat untuk mengarahkan penelitian yang dilakukan.

Batasan masalah yang dibuat oleh peneliti sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam kelas eksperimen

adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh

Slavin. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol

adalah model pembelajaran diskusi dan ceramah ekpositori.

2. Kemampuan berfikir kritis diukur berdasarkan indikator berfikir kritis yang

meliputi delapan fungsi berfikir kritis menurut Paul & Elder dalam buku

Critical Thinking and Communication (Edward S. Inch, et al, 2006). Soal

kemampuan berfikir kritis berjumlah 16 butir soal.

3. Penguasaan konsep yang akan diukur adalah aspek kognitif siswa sesuai

taksonomi Bloom yang sudah direvisi yaitu jenjang C1 hingga jenjang C6.

Soal penguasaan konsep berjumlah 25 butir soal.

E. Asumsi

1. Pembelajaran kooperatif mengupayakan keberhasilan kerja teman-teman

sekelompok. Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar anggota

kelompok (Huda, 2012).

2. Gagasan utama pembelajaran kooperatif STAD adalah saling memotivasi

antar anggota kelompok agar dapat saling mendukung dan membantu dalam

menguasai materi demi keberhasilan kelompok. Siswa memiliki

tanggungjawab ganda, yaitu tanggungjawab untuk memahami materi dan

tanggungjawab untuk membantu anggota kelompoknya memahami materi

(16)

6

3. Berfikir kritis merupakan proses yang terus menerus dan juga teliti (Dewey

dalam Fisher, 2008).

4. Pengembangan kemampuan berfikir kritis memerlukan strategi dan model

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga proses

pembelajaran menjadi bermakna (Suprapto, 2008).

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah “terdapat perbedaan yang signifikan

dalam peningkatan kemampuan berfikir kritis dan penguasaan konsep siswa

antara kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif STAD dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran diskusi dan

ceramah ekpositori”

G. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan

pengalaman baru berdasarkan informasi dan data yang diperoleh serta sebagai

sarana pembelajaran untuk bekal kelak ketika menjadi seorang guru yang

terjun di lingkungan sekolah secara langsung.

2. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa

sehingga siswa dapat membedakan bagaimana pembelajaran yang dapat

membantu siswa dalam pencapaian tujuan. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis pada siswa dan

sebagai sarana belajar bekerjasama untuk bekal di kehidupan bermasyarakat.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dengan

penelitian yang relevan berkaitan dengan pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan berfikir kritis dan pemahan

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 6 Bandung yang beralamat di jalan Pasir

Kaliki no.9 Bandung yang berlokasi di daerah kota dengan letak cukup strategis.

Penelitian dilakukan mulai tanggal 13 - 31 Mei 2013 dengan jadwal sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretes 13 Mei 2013; (09:15 – 10.45) 15 Mei 2013; (13.20 – 14.50)

Pertemuan I 17 Mei 2013; (06.45 – 08.05) 16 Mei 2013; (11.30 – 13.00) Pertemuan II 20 Mei 2013; (09:15 – 10.45) 22 Mei 2013; (13.20 – 14.50) Pertemuan III 24 Mei 2013; (06.45 – 08.05) 23 Mei 2013; (11.30 – 13.00) Pertemuan IV 27 Mei 2013; (09:15 – 10.45) 29 Mei 2013; (13.20 – 14.50)

Postes 31 Mei 2013; (06.45 – 08.05) 30 Mei 2013; (11.30 – 13.00)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Kelas XI IPA SMA

Negeri 6 Bandung semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah enam

kelas. Menurut Sugiyono (2012: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang memiliki karaketeristik tertentu. Sedangkan

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut dalam penelitian ini digunakan sampel

yang berasal dari dua kelas yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kontrol dan kelas XI IPA

4 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa pada masing-masing kelas

adalah 40 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara acak kelas.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-Equivalent

Control Group Design (Sugiyono, 2012:116). Penelitian tersebut menggunakan

satu kelas eksperimen yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan satu kelas kontrol yaitu kelas yang

(18)

23

ceramah ekpositori). Pretes (test awal) diberikan kepada kelas eksperimen dan

kelas kontrol untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki oleh

siswa. Selanjutnya, dilakukan pembelajaran pada kedua kelas tersebut oleh guru

yang sama. Di akhir pembelajaran kedua kelas tersebut diberikan postes (tes

akhir) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang telah

dilaksanakan serta mengukur peningkatan yang diperoleh dari pembelajaran.

Desain penelitian ini digambarkan dengan rancangan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Non-Equivalent Control Group Design

Kelompok Pretest Pembelajaran Postest

Eksperimen N1 X N2

Kontrol N3 O N4

Keterangan:

N1 , N3 : Pretest

X : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

O : Penerapan pembelajaran diskusi kelompok

N2, N4 : Postest

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode penelitian eksperimen

semu (Quasy Exsperiment). Eksperimen semu merupakan desain penelitian yang

memiliki kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi hasil eksperimen (Sugiyono,

2012:114). Metode tersebut dipilih karena pada penelitian ini subjek penelitian

tidak dapat dikontrol sepenuhnya. Setiap siswa tidak dapat memiliki peluang sama

untuk menjadi sampel penelitian karena di lingkungan sekolah siswa terbagi

kedalam kelas-kelas yang tidak mungkin diacak secara random. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan

variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep

(19)

24

D. Definisi Oprasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran yang berbeda terhadap definisi yang

digunakan dalam penelitian, maka diberikan penjelasan mengenai definisi

oprasional sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam kelas eksperimen

adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu model pembelajaran

yang terdiri dari lima komponen utama yaitu: 1). presentasi kelas, 2). tim, 3).

kuis, 4). skor kemajuan individual, 5). rekognisi tim. Sedangkan model

pembelajaran yang digunakan dalam kelas kontrol adalah diskusi kelompok

dan ceramah ekpositori.

2. Kemampuan berfikir kritis diukur berdasarkan indikator berfikir kritis yang

meliputi delapan fungsi berfikir kritis menurut Paul & Elder dalam buku

Critical Thinking and Communication (Edward S. Inch, et al, 2006).

Kedelapan fungsi berfikir kritis tersebut saling berhubungan, yang dijabarkan

dalam beberapa indikator sebagai berikut yaitu:

a. Question at issue: kemampuan mengajukan pertanyaan yang relevan

dengan permasalahan

b. Purpose: kemampuan mempertimbangkan tujuan dari suatu perlakuan

atau tindakan

c. Information: kemampuan mengobservasi informasi berdasarkan data,

fakta, atau hasil penelitian

d. Concepts: kemampuan menganalisis masalah berdasarkan konsep

e. Assumptions: kemampuan membangun argumen berdasarkaan asumsi

f. Points of view: kemampuan mengemukakan pendapat dari berbagai sudut

pandang

g. Interpretation and Inference: kemampuan membuat penafsiran dan

kesimpulan

h. Implication and consequence: Kemampuan menganalisis implikasi dan

konsekwensi

3. Penguasaan konsep yang diukur adalah aspek kognitif yang diperoleh siswa

(20)

25

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tes yang bertujuan

untuk mengukur kemampuan berfikir kritis dan penguasaan konsep serta angket

yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran

yang dilaksanakan. Tes yang dilakukan mencakup tes subjektif dalam bentuk tes

esai dan tes objektif dalam bentuk tes pilihan ganda (multiple choice test) dengan

jumlah options lima. Tes esai digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir

kritis. Menurut Arikunto (2012) tes esai dapat mengukur pengetahuan siswa lebih

luas karena jawabannya bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Kemampuan

berfikir kritis siswa akan lebih terjaring dengan menggunakan tes esai, karena

siswa memiliki kebebasan untuk menjawab sesuai apa yang difikirkan siswa.

Sedangkan tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur penguasaan konsep

siswa. Tes pilihan ganda mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, lebih

representatif untuk mewakili materi yang luas dan penilaiannya lebih objektif

(Arikunto, 2012). Selain tes, dalam penelitian juga menggunakan angket untuk

mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

pada kelas eksperimen yaitu model pembelajaran kooperatif STAD.

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen yang telah dibuat terlebih

dahulu dilakukan judgement oleh beberapa dosen ahli dan dosen pembimbing. Tes

kemampuan berfikir kritis yang dijudgement berjumlah 25 tes esai dan 50 tes

pilihan ganda. Setelah proses judgment dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Uji

coba instrumen diberikan kepada 40 siswa yang sudah memperoleh materi sistem

reproduksi. Jumlah tes yang diuji coba meliputi 20 tes esai kemampuan berfikir

kritis dan 40 tes pilihan ganda.

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa adalah

tes esai berjumlah 16 soal. Masing-masing indikator kemampuan berfikir kritis

diberikan dalam jumlah dua soal. Tes yang digunakan berdasarkan kedelapan

indikator kemampuan berfikir kritis menurut Paul & Elder dalam buku Critical

(21)

26

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Esai untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Nomor Tes Jumlah Tes

Question at issue 1,2 2

Purpose 3,4 2

Information 5,6 2

Concepts 7,8 2

Assumptions 13, 14 2

Points of view 10,11 2

Interpretation and Inference 15,16 2 Implication and consequence 9,12 2

Jumlah seluruh tes 16

2. Tes Penguasaan Konsep

Tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa adalah tes

pilihan ganda berjumlah 25 butir tes mencakup jenjang C1-C6 sesuai dengan

taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Kisi-kisi tes yang digunakan untuk

mengukur penguasaan konsep siswa adalah:

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Pilihan Ganda untuk Mengukur Penguasaan Konsep

Jenjang Tes Nomor Tes Jumlah Tes

C1 22, 24 2

C2 1, 9, 10, 13, 25 5

C3 2, 4, 5, 14, 15, 16 6

C4 3, 6, 11, 18, 20, 21 6

C5 7, 12, 17, 23 4

C6 8, 19 2

Jumlah Tes 25

3. Angket

Angket diberikan kepada siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai.

Pemberian angket ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap model

pembelajaran yang digunakan. Kisi-kisi angket yang digunakan adalah:

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa

No Aspek yang ditanyakan Nomor

pertanyaan

Jumlah Pertanyaan

1 Pembelajaran Biologi 1,2 2

2 Pembelajaran kooperatif STAD 3,4,5,6,7,8, 14, 15 8

3 Pemahaman terhadap konsep 9,12,13 3

4 Kemampuan berfikir kritis 10,11 2

(22)

27

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk menguji kelayakan tes instrumen yang digunakan dalam penelitian,

dilakukan analisis uji coba instrumen dengan melakukan analisis pokok uji.

Analisis pokok uji dilakukan pada tes esai maupun tes pilihan ganda. Analisis

pokok uji yang dilakukan pada tes esai meliputi: 1). Tingkat kesukaran, 2). Daya

pembeda, 3). Validitas, 4). Reabilitas. Sedangkan analisis pokok uji yang

dilakukan pada tes pilihan ganda meliputi: 1). Tingkat kesukaran, 2). Daya

pembeda, 3). Pengecoh, 4). Validitas, 5). Reabilitas. (Arikunto, 2012).

1. Tingkat Kesukaran (TK)

Tes yang baik adalah tes yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tes

yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha

memecahkannya. Sebaliknya tes yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa

menjadi putus asa dan tidak mau mencobanya lagi. Akan tetapi, hal tersebut

tergantung dari penggunaanya. Dalam penelitian ini tes yang digunakan

merupakan evaluasi pembelajaran yang dilakukan bukan tes yang bertujuan untuk

seleksi. Rumus untuk tingkat kesukaran adalah:

Keterangan:

P : Indeks Kesukaran

B : Jumlah siswa yang menjawab benar pada tes itu

JS : Jumlah seluruh siswa

Menurut ketentuan yang sering diikuti, Indeks kesukaran sering

diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Indeks Kesukaran Tes

Rentang Nilai P pada Tes Kriteria

0,00 - 0,30 Tes Sukar

0,31 – 0,70 Tes Sedang

0,71 – 1,00 Tes Mudah

(Arikunto, 2012:225)

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran pada soal

kemampuan berfikir kritis dan penguasaan konsep siswa adalah sebagai berikut:

P= B

(23)

28

Tabel 3.7 Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran

Kemampuan Berfikir Kritis Penguasaan Konsep

Nomor Soal Kriteria Nomor Soal Kriteria

1,8,12 Sukar 14, 16,23 Sukar

2,3,4,5,6,7,9,10,11,13, 15,16, 17, 18, 19, 20

Sedang 1, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 28,

36, 37, 39

Sedang

14 Mudah 2,3,7,10, 24, 26, 27, 29,30,

31, 32, 33, 34, 35, 38, 40.

Mudah

2. Daya Pembeda (DP)

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah). Rumus untuk daya pembeda:

Keterangan:

DP: Daya Pembeda

U : Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar tiap soal

L : Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar tiap soal

T : Jumlah seluruh siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah

Menurut ketentuan yang sering diikuti, kriteria daya pembeda sering

diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda

Rentang Nilai D pada Soal Kriteria

0,00 - 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012:232)

Jika nilai daya pembeda negatif, sebaiknya tidak digunakan dan dibunag saja.

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda pada soal kemampuan

berfikir kritis dan penguasaan konsep siswa adalah:

(24)

29

Tabel 3.9 Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda

Kemampuan Berfikir Kritis Penguasaan Konsep

Nomor Soal Kriteria Nomor Soal Kriteria

1,8 Jelek 26, 28, 30, 26, 28, 30, 35,

39, 40

Jelek

3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19

Cukup 2, 4, 5, 18, 22, 23, 27, 29, 31, 33, 34, 37, 38

Cukup

2, 10, 13, 16, 20 Baik 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 24, 25,

36,

Baik

- Baik sekali 1, 12, 17, 32, Baik sekali

3. Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium

atau memiliki kesejajaran. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran

adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson

(Arikunto, 2012). Rumus untuk validitas butir soal pilihan ganda menggunakan

rumus korelasi product moment, yaitu:

Keterangan:

∑x : Jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut

∑y : Jumlah skor total sluruh siswa pada tes N : Jumlah seluruh siswa

X : Skor tiap siswa pada item tersebut

Y : Skor total tiap siswa

r xy : Koefien korelasi = validitas item

Rumus validitas untuk tes esai menggunakan rumus korelasi product moment

dengan simpangan, yaitu:

r xy =

N ∑XY – (∑X) (∑Y)

√ {N∑X2– (∑X)2} {N∑Y2– (∑Y)2}

r xy =

(25)

30

Keterangan:

∑xy : Jumlah perkalian x dengan y r xy : Koefien korelasi = validitas item

Untuk melakukan interpretasi digunakan kriteria menurut Arikunto (2012:89)

sebagai berikut:

Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 <r xy < 1,00 Sangat tinggi

0,60 <r xy < 0,80 Tinggi

0,40 <r xy < 0,60 Cukup

0,20 <r xy < 0,40 Rendah

0,00 <r xy < 0,20 Sangat rendah

r xy < 0,00 Tidak valid

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas pada soal kemampuan berfikir

kritis dan penguasaan konsep siswa adalah:

Tabel 3.11 Rekapitulasi hasil perhitungan validitas

Kemampuan Berfikir Kritis Penguasaan Konsep

Nomor Soal Kriteria Nomor Soal Kriteria

2, 4, 13, 15, 20 Tinggi 1, 17, 32 Tinggi

1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 18

Cukup 2, 3, 6,7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 21, 24, 25, 29, 34,

36, 40

Cukup

- Rendah 4, 5, 11, 16, 19, 22, 23, 26,

27, 28, 31, 37, 38

Rendah

- Sangat

rendah

28, 39 Sangat

rendah

4. Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen evaluasi berhubungan dengan kepercayaan atau

kekonsistenan hasil tes jika diberikan kepada subjek yang berbeda, waktu berbeda

atau tempat yang berbeda. Nilai reliabilitas seluruh soal pilihan ganda adalah

adalah 0,82. Sedangkan nilai reliabilitas soal esai adalah 0,87.

5. Pengecoh (Distractor)

Pola jawaban soal menentukan baik atau buruknya suatu instrumen penelitian.

Suatu distraktor dianggap baik jika dipilih oleh paling sedikit 5% dari jumlah

(26)

31

G. Tehnik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik yang berbeda-beda

sesuai data yang dibutuhkan. Adapun teknik yang digunakan sebagai berikut:

1. Data Kemampuan Berfikir Kritis Siswa

Data kemampuan berfikir kritis siswa dikumpulkan melalui tes esai. Tes esai

berjumlah 16 butir soal yang diberikan pada saat pretes dan postes. Tes esai

digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berfikir kritis, karena tes esai

lebih memberikan peluang untuk menguraikan apa yang difikirkan oleh siswa

dengan jawaban yang luas.

2. Data Penguasaan Konsep Siswa

Data penguasaan konsep siswa dikumpulkan melalui tes pilihan ganda

(multiple choice test). Tes pilihan ganda berjumlah 25 butir soal dengan jumlah

options lima yang juga diberikan pada saat pretes dan postes. Tes pilihan ganda

digunakan untuk mengumpulkan data penguasaan konsep siswa karena tes pilihan

ganda memiliki kelebihan dapat memuat materi dalam cakupan yang luas serta

penilaiannya lebih objektif.

3. Data Respons Siswa

Data yang berkaitan dengan pandangan siswa terhadap model pembelajaran

kooperatif STAD yang dilakukan dalam pembelajaran dikumpulkan dengan

evaluasi non-tes dalam bentuk angket. Angket dalam bentuk pilihan jawaban ya

atau tidak. Penggunaan angket juga akan membantu menganalisis hasil belajar.

H. Tehnik Analisis Data

Data yang diperoleh berdasarkan hasil pretes dan postes pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol dianalisis secara statistik, sedangkan data angket

pada kelas eksperimen dianalisis secara deskriptif.

1. Analisis Data Kemampuan Berfikir Kritis

Analisis data hasil tes kemampuan berfikir kritis siswa dilakukan untuk

menguji hipotesis penelitian. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan

(27)

32

0 - 100. Data pretes dan postes kemampuan berfikir kritis diolah menggunakan uji

prasyarat (normalitas dan homogenitas) dan uji hipotesis dengan menggunakan

bantuan software SPSS versi 20 for windows. Pada data pretes dan postes

diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen sehingga dilanjutkan uji

independent sample t testdengan α = 0,05.

2. Analisis Data Penguasaan Konsep Siswa

Analisis data hasil tes penguasaan konsep siswa dilakukan untuk menguji

hipotesis penelitian. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memberikan

skor pada data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kemudian skor tersebut diubah menjadi nilai dengan menggunakan skala 0 - 100.

Data pretes dan postes penguasaan konsep diolah menggunakan uji prasyarat

(normalitas dan homogenitas) dan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan

software SPSS versi 20 for windows. Pada data pretes dan postes diketahui bahwa

data berdistribusi normal dan homogen sehingga dilanjutkan uji independent

sample t testdengan α = 0,05.

Selain itu, untuk melihat besarnya peningkatan kemampuan berfikir kritis dan

penguasaan konsep siswa dilakukan perhitungan nilai N-Gain (Normalized Gain).

Perhitungan N-gain dilakukan untuk mengetahui signifikansi peningkatan

penguasaan konsep siswa. Rumus untuk perhitungan N-Gain adalah:

Kategori indeks gain yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12 Kategori Indeks Gain

Rentang Gain Kategori

NG>0,70 Tingggi

0,30 <NG<0,70 Sedang

NG<0,30 Rendah

(Hake, 1999:1)

3. Analisis Data Angket

Data yang diperoleh melalui angket dianalisis secara deskriptif, namun

sebelumnya dilakukan perhitungan presentase respon siswa. Persentase respons N-Gain = Skor postes – skor pretes

(28)

33

siswa dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar di bagi

dengan jumlah seluruh siswa selanjutnya dikali dengan 100% untuk mendapatkan

angka dalam bentuk persen. Adapun klasifikasi respon angket siswa menurut

Koentjaraningrat (1990:10) yaitu:

Tabel 3.13 Klasifikasi Respons Angket Siswa

Persentase Jawaban (%) Klasifikasi

0 Tidak ada

1 – 25 Sebagian kecil

26 – 49 Hampir setengah

50 Setengah

51 – 75 Sebagian besar

75 – 99 Pada umumnya

100 Seluruhnya

Setelah didapatkan persentase angket lalu data tersebut dianalisis secara

deskriptif dan dihubungkan dengan data pretes serta postes yang didapatkan untuk

menunjang hasil penelitian.

I. Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari tiga tahapan, yaitu

tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. Ketiga tahapan tersebut

dilaksanakan secara sistematis.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan diawali dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) kelas eksperimen dan kelas kontrol, pembuatan instrumen

penelitian, judgement instrumen, uji coba intrumen penelitian, analisis hasil uji

coba instrumen penelitian dan revisi instrumen penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan diawali dengan pemberian pretes pada kedua kelas lalu

dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran selama empat kali pertemuan dan

diakhiri dengan postes serta pemberian angket.

3. Tahap Pelaporan

(29)

34

menghubungkannya dengan reverensi dari berbagai sumber yang relevan. Secara

umum alur penelitian disajikan seperti pada gambar 3.1 berikut ini:

Gambar 3.1 Alur Penelitian Pembelajaran menggunakan

model kooperatif STAD

Pembelajaran menggunakan diskusi dan ceramah ekpositori Tahap Persiapan

Identifikasi permasalahan

Study pustaka

Pembuatan Instrumen

Judgement dan uji coba instrumen

Revisi instrumen Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Pemberian pretes

Pemberian postes

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh metode

pembelajaran kooperatif STAD terhadap kemampuan berfikir kritis dan

penguasaan konsep sistem reproduksi siswa kelax XI. Kemampuan berfikir kritis

siswa pada kelas eksperimen sebelum dilakukan pembelajaran lebih rendah

daripada kemampuan berfikir kritis siswa pada kelas kontrol. Setelah

dilaksanakan pembelajaran kemampuan berfikir kritis siswa pada kelas

eksperimen menjadi lebih tinggi daripada kelas kontrol. Penguasaan konsep

siswa kelas eksperimen juga sedikit lebih rendah daripada kelas kontrol sebelum

dilaksanakan pembelajaran. Namun, setelah dilaksanakan pembelajaran

penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

kooperatif STAD secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan berfikir kritis dan penguasaan konsep sistem reproduksi siswa.

Meskipun kemampuan berfikir kritis memiliki delapan indikator, secara umum

kedelapan fungsi indikator kemampuan berfikir kritis tersebut mengalami

peningkatan. Indikator kemampuan mengajukan pertanyaan yang relevan dengan

permasalahan dan indikator kemampuan mengemukakan pendapat dari berbagai

sudut pandang, keduanya memiliki N-gain kategori tinggi pada kedua kelas.

Indikator kemampuan mempertimbangkan tujuan dari suatu perlakuan atau

tindakan dan indikator kemampuan membangun argumen berdasarkaan asumsi,

keduanya memiliki N-gain kategori tinggi pada kelas eksperimen dan kategori

sedang pada kelas kontrol. Indikator kemampuan mengobservasi informasi

berdasarkan data, fakta, atau penelitian dan kemampuan menganalisis masalah

berdasarkan konsep, keduanya memiliki N-gain kategori sedang untuk kelas

eksperimen dan kategori rendah untuk kelas kontrol. Indikator kemampuan

(31)

66

implikasi dan konsekuensi, kedua indikator tersebut memiliki N-gain kategori

sedang pada kedua kelas.

Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kooperatif STAD siswa memiliki

kontribusi dan tanggungjawab terhadap kelompoknya, sehingga semua siswa

harus memahami materi pembelajaran. Setiap siswa memiliki tanggung jawab

belajar untuk dirinya sendiri dan juga tanggung jawab membelajarkan anggota

kelompoknya demi keberhasilan kelompok. Adanya skor kemajuan individu dan

rekognisi tim juga memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu didalam diskusi

tim memberikan peluang siswa untuk mengemukakan ide-ide yang dimiliki dan

mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami kepada teman

sekelompok yang sekaligus dapat mengasah kemampuan berfikir kritis siswa.

Kemampuan berfikir kritis dan penguasaan konsep siswa memiliki korelasi

positif. Hal ini berarti bahwa jika kemampuan berfikir kritis siswa tinggi maka

penguasaan konsep siswa juga akan cenderung tinggi. Selain itu, berdasarkan

angket yang diberikan kepada kelas eksperimen bahwa pada umumnya siswa

memiliki respon positif terhadap model pembelajaran kooperatif STAD yang

diterapkan dalam pembelajaran sistem reproduksi.

B. Saran

Penelitian tentang pembelajaran model pembelajaran kooperatif STAD

memiliki kendala berupa manajemen waktu dalam pembelajaran. Agar

pembelajaran yang dilaksanakan terlaksana dengan baik, sebaiknya

dipertimbangkan dengan baik antara waktu, tahapan STAD dan materi ajar. Hal

ini akan berkaitan dengan pengaturan kelas ketika pembelajaran berlangsung.

Selain itu hendaknya dilakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Z., Mahmood, N. (2010). “Effects of Cooperative Learning vs.

Traditional Instruction on Prospective Teachers’ Learning Experience and

Achievement ”. Journal of Faculty of Educational Sciences [Online], vol 43, 18 halaman. Tersedia: http://dergiler.ankara.edu [4 September 2013]

Ajaja, O.P., Eravwoke, O.U. (2010). “Effects of Cooperative Learning Strategy on Junior Secondary School Students Achievement in Integrated Science”. Electronic Journal of Science Education [Online], Vol 14, 18 halaman. Tersedia: http://ejse.southwestern.edu [4 September 2013]

Anderson, O. W. & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy For Learning Teaching and Assesing. New York: Longman

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

(2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Campbell, N.A ,Reece, J.B, Mitchell, L.G. (2002). Biologi Campbell Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Chaeriyah, s. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student teams-Achievement Divisions (STAD) Untuk Meingkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Depok Pada Materi Bangun Segi Empat. Skripsi FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga

Fisher, A. (2008). Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga

(33)

68

Inch, E.S, Warnick, Endres, D. (2006). Critical Thinking and Communication. U.S.A: Pearson Education

Koentjaraningrat. 1990. Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta: gramedia

Kurnadi, K.A. (2011). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Muraya, D.N., Kimamo, G. (2011). “Effects of cooperative learning approach on

biology mean achievement scores of secondary school students’ in Machakos

District, Kenya”. Educational Research and Reviews [Online], Vol. 6 (12), 20 halaman. Tersedia: http://www.academicjournals.org/ERR [4September 2013]

PERMENDIKNAS. (2006). PERMEN No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Puskur: Balitbang Diknas

Ramos, J.L., Dolipas, B.B., Villamor, B.B. (2013). “Higher Order Thinking Skills and Academic Performance in Physics of College Students: A Regression

Analysis”. International Journal of Innovative Interdisciplinary Research

[Online], Vol 4, 13 halaman. Tersedia: http://auamii.com/jiir/Vol-01/issue-04/5ramos.pdf [23 Agustus 2013]

Rasiman, 2004. Penulusuran Proses Berfikir Kritis dalam Menyelesaikan Masalah Matematika bagi Siswa dengan Kemampuan Matematika Tinggi. [online]. Tersedia:http://www. jurnal.ikippgrismg.ac.id[2 Desember 2012]

Ruhimat, T. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: rineka cipta

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media

(34)

69

VII SMP Negeri 1 Sukasada. Jurnal Penelitian dan Pengembangan tersedia http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Files [2 Desember 2012]

Sudaryanto. (2011). Kajian Kritis tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis. [online]. Tersedia:httphttp://www.fk.undip.ac.id [2 Desember 2012]

Sugiyono. (2012). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suprapto. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Yatim, W. (1994). Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito

Yeong, Y.M., Yunos, J.B., Hasan, R.B. (2011). “The Perception of the Level of

Gambar

Tabel 4.11  Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .........  49
Gambar 2.1. Organ Reproduksi Pria dan Organ reproduksi wanita ................  15
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 Non-Equivalent Control Group Design
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Data yang digunakan dalam aplikasi ini merupakan data – data yang diperoleh dari kamus bahasa Inggris dan beberapa pustaka tambahan.. 1.4 Maksud dan

LOKASI KEGIATAN Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Karbon aktif adalah bahan karbon berpori yang telah mengalami reaksi dengan gas atau dengan penambahan bahan kimia (KOH, NaOH, ZnCl2) sebelum, selama atau setelah karbonisasi

Indikator-indikator yang digunakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Balikpapan yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJM adalah sebagaimana terlihat pada

Hasil pertanian pada pengering tidak langsung ini akan ditempatkan pada nampan atau rak pada lemari pengeringan dan sebuah unit pemanas terpisah yang disebut dengan kolektor surya

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa D alam Pembelajaran Ipa Materi.. Kenampakan

Perhitungan kecepatan profil (v) di dalam kolektor pada plat absorber digunakan untuk menentukan nilai koefisien udara yang dipengaruhi kecepatan angin (h w )