• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI ORANGTUA TENTANG ANAK DAN USIA PERNIKAHAN TERHADAP POLA ASUH ANAK :Studi Pada Keluarga Yang Menikah Di Usia Muda Di Wilayah Rw 17 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI ORANGTUA TENTANG ANAK DAN USIA PERNIKAHAN TERHADAP POLA ASUH ANAK :Studi Pada Keluarga Yang Menikah Di Usia Muda Di Wilayah Rw 17 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

No Daftar FIP 005/S/PLS/I/2013

PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG ANAK DAN USIA PERNIKAHAN TERHADAP POLA ASUH ANAK

(Studi Pada Keluarga yang Menikah Diusia Muda di Rw 17 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

HANA EKASARI 0802910

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG ANAK

DAN USIA PERNIKAHAN TERHADAP

POLA ASUH ANAK

(Studi Pada Keluarga yang Menikah Diusia Muda di Rw 17

Desa Cigugur Girang

Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat)

Oleh : Hana Ekasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan

© Hana Ekasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN HANA EKASARI

0802910

PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG ANAK DAN USIA PERNIKAHAN TERHADAP POLA ASUH ANAK

(Studi Pada Keluarga yang Menikah di Usia Muda di Wilayah Rw.17 Desa Cigugur Girang Kec. Parongpong Kab. Bandung barat)

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Dr. Ayi Olim, M.Pd NIP.19510914 197501 1 001

Pembimbing II

Dr. Yanti Shantini, M.Pd NIP. 19730128200501 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar sekolah Fakultas Ilmu Pendidian

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi adanya masalah pernikahan yang dilaksanakan pada usia muda yang dapat mempengaruhi cara orang tua dalam memberikan pandangan dan pemikiran orang tua tentang anak serta mempengaruhi cara pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua pada umumnya. Tujuan penelitian ini yaitu 1). Untuk mendeskripsian dan menganalisis pengaruh persepsi orang tua tentang anak terhadap pola asuh anak. 2). Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh usia pernikahan terhadap pola asuh anak. 3). Untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara bersama-sama pengaruh persepsi orang tua tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh anak.

Landasan teori dalam penelitian ini adalah 1). konsep persepsi yang didalamnya memuat tentang pengertian persepsi, proses persepsi, ciri-ciri persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan aspek-aspek persepsi. 2). Konsep pernikahan usia muda yang didalamnya memuat tentang konsep pernikahan menurut agama islam, peraturan agama islam tentang pernikahan, tujuan dan hikmah perkawinan menurut islam, pernikahan pada usia muda dan konsekuensi dari kehamilan remaja. 3). Konsep pola asuh yang didalamnya memuat tentang pengertian pola asuh, jenis-jenis pola asuh, faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh dan dimensi-dimensi pola asuh. 4). konsep keluarga yang didalamnya memuat tentang keluarga sebagai sub sistem penndidikan luar sekolah, pengertian keluarga, ciri-ciri keluarga, fungsi keluarga dan peran keluarga dalam perkembangan anak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Populasi dalam penelitian ini adalah pada keluarga yang menikah di usia muda sebanyak 45 orang. Sampel diambil sebanyak 40 orang. Penelitian ini di selenggarakan di wilayah Rw.17 dari Tanggal 1-7 November 2012. Pengujian hipotesis menggunakan path analysis atau analisis jalur.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil perhitungan yang dilakukan dengan melalui teknik path analysis atau analisis jalur menunjukan bahwa persepsi orang tua tentang anak memiliki pengaruh sebesar 0,444, usia pernikahan memiliki pengaruh sebesar 0,474. Jika dilihat secara terpisah pengaruh masing-masing variabel terhitung sedang, namun secara keseluruhan faktor-faktor independen tersebut memiliki pengaruh yang sangat tinggi yaitu 0,918 (91,8%) terhadap variabel dependen, dari kedua variabel tersebut, usia pernikahan memiliki pengaruh yang lebih besar dibanding dengan persepsi orang tua tentang anak. Maka dapat disimpulkan jika kedua variabel tersebut disatukan pengaruh yang ditimbukan sangat kuat terhadap pola asuh anak dalam keluarga.

(5)

ABSTRACT

The background research is carried out of a marriage problem at a young age can affect the way parents give their views and thoughts about the child and the parents affect the way care is done by the parents in general. The purpose of this study is 1). For mendeskripsian and analyze the effect of parental perception of children to parenting. 2). To describe and analyze the effect of marriage on parenting. 3). To describe and analyze simultaneously the influence of parental perception of children and the age of marriage to parenting.

The foundation of the theory in this study is 1). concept of perception in which includes about sense perception, the perception, the perception characteristics, factors that influence perceptions and aspects of perception. 2). The concept of marriage in which a young age to load on the concept of marriage according to Islamic religion, Islamic religious laws on marriage, purposes and blessings of marriage according to Islam, marriage at a young age and the consequences of teenage pregnancy. 3). The concept of parenting within which includes about understanding parenting, parenting types, factors that influence parenting and parenting dimensions. 4). the concept of family in which the family as a sub load on penndidikan system outside the school, the definition of family, family characteristics, family functioning and the role of family in child development.

The method used in this study are correlational descriptive methods with quantitative approaches. The data collection technique used was a questionnaire. The population in this study was the family who married at a young age as many as 45 people. Samples taken as many as 40 people. The research was held in the region Rw.17 from date 1 to 7 November 2012. Testing hypotheses using path analysis or path analysis.

It is strengthened by the results of calculations performed with the technique of path analysis or path analysis showed that parental perception of children has an influence of 0.444, age at marriage has the effect of 0.474. If seen separately the effect of each variable were calculated, but overall these independent factors have a very high, 0.918 (91.8%) on the dependent variable, of two variables, the age of marriage has a greater influence than with parental perception of children. It can be concluded if the two variables are combined influence ditimbukan very strong parenting in the family.

(6)

DAFTAR ISI A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 12

E. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Konsep Persepsi ... 14

1. Pengertian Persepsi ... 14

2.Proses Persepsi ... 16

3.Ciri-Ciri Persepsi ... 18

4.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persepsi ... 19

5.Aspek-Aspek Persepsi ... 21

B.Konsep Pernikahan Usia Muda ... 30

1. Konsep Pernikahan Menurut Agama Islam... 30

2.Peraturan Agama Islam Tentang Pernikahan ... 32

3. Tujuan dan Hikmah Perkawinan Menurut Islam ... 33

4. Pernikahan Pada Usia Muda ... 35

5.Konsekuensi dari Kehamilan Remaja. ... 38

C.Konsep Pola Asuh ... 39

1. Pengertian Pola Asuh ... 39

2.Jenis-Jenis Pola Asuh ... 40

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pola Asuh ... 46

4. Dimensi-Dimensi Pola Asuh ... 48

D.Konsep Keluarga ... 51

1.Keluarga Sebagai Sub Sistem Pendidikan Luar Sekolah ... 51

2. Pengertian Keluarga ... 53

3. Ciri-Ciri Keluarga ... 55

4. Fungsi Keluarga ... 57

5. Peran Keluarga Dalam Perkembangan Anak ... 67

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian, populasi dan Sampel Penelitian ... 69

1. LokasiPenelitian ... 69

2. Populasi Penelitian ... 70

3. Sampel penelitian ... 70

B. Desain Penelitian ... 70

C. Metode Penelitian ... 72

D. Definisi Operasional ... 73

E. Instrumen Penelitian ... 77

1. Jenis Instrumen dan Skala Yang Digunakan ... 77

3. Penyusunan Instrumen ... 78

4. Pengujian Instrumen ... 80

F. Teknik Pengumpulan Data ... 86

1. Tahpan Persiapan ... 86

2. Tahapan Pelaksanaan ... 87

3. Tahapan Pengumpulan Angket ... 87

G. Analisis Data ... 87

1. Teknik Pengumpulan Data ... 88

2. Teknik Analisis Data ... 88

3. Uji Normalitas Data ... 89

4. Analisis Data ... 90

5. Pengujian Hipotesis ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis ... 96

2. Keadaan Penduduk ... 96

3. Tingkat Pendidikan ... 97

4. Mata Pencaharian ... 99

B. Identitas responden ... 100

C. Deskripsi Hasil Penelitia 1. Statistik Deskriptif ... 100

2. Mengkategorisasikan Persepsi Orang Tua ... 101

3. Mengkategorisasikan Usia Pernikahan ... 103

4. Mengkategorisasikan Pola Asuh Anak ... 104

5. Cross Tabulasi Variabel X1 Terhadap Variabel Y ... 106

6. Cross Tabulasi Variabel X2 Terhadap Variabel Y ... 107

7. Uji Normalitas Data ... 108

D. Pengujian Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Dengan Menggunakan Path Analysis ... 109

E. Pengujian Hipotesis ... 111

F. Pembahasan ... 115

1. Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Anak terhadap pola asuh anak ... 115

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN ... 124 B. SARAN ... 126

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara yang maju, kuat dan makmur tidak hanya membutuhkan

kekayaaan alam yang banyak dan pemimpin yang hebat, tetapi yang terpenting

adalah sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi berbagai

tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya

manusia yang berkualitas tersebut dapat dilakukan melalui pembinaan secara

terpadu disetiap lingkungan pendidikan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah

maupun masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut merupakan tripusat pendidikan

yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

bangsa, mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, handal dan

mandiri. Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk

mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I, pasal 1,

ayat 1 menyatakan bahwa:

(10)

Dalam pendidikan dikenal dengan tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan

formal, nonformal dan informal. Ketiga jalur pendidikan tersebut dapat saling

melengkapi dan memperkaya dalam upaya meningkatkan mutu sistem pendidikan

nasional. Dalam jalur pendidikan informal dikenal dengan jalur pendidikan yang

ada didalam suatu keluarga dan lingkungannya. Dalam pelaksanaannya

pendidikan anak dalam keluarga mempunyai peran menentukan bagi pencapain

mutu sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan melalui pendidikan keluarga,

individu pertama kali mempelajari dan mengenal sistem nilai budaya yang

berwujud aturan – aturan khusus, norma, kebiasaan, dan teladan dari masyarakat

lain. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan

yang utama dan pertama bagi anak”.

Pendidikan yang berlangsung didalam keluarga yang dilaksanakan oleh

orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam

keluarga. Pendidikan dalam keluarga ini dapat tecapai dan diharapkan adanya

kesadaran setiap masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini dalam

keluarga. Serta kecerdasan orang tua mempunyai kesadaran bahwa mereka

memiliki peran penting dalam mendidik anak di dalam keluarga.

Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan

nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat.oleh karena

(11)

Robandi (2007 : 175) menyatakan bahwa:

Disebut sebagai lembaga pertama karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan kemudian dibesarkan pada awal pertama dalam lingkungan keluarga. Kemudian disebut sebagai lembaga utama bagi anak, karena keberhasilan pendidikan dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini atau sering disebut masa golden age, karena itulah lembaga dipandang sebagai lembaga pertama dan utama bagi anak.

Keluarga memiliki berbagai fungsi yang hanya dapat dibedakan antara

satu dengan yang lainnya tetapi tidak dapat dipisahkan, sejalan dengan

fungsi-fungsi keluarga Sudjana (1990) mengemukakan Sembilan fungsi-fungsi keluarga.

Pertama fungsi biologis yang bertujuan untuk memelihara kesehatan jasmaniah

anggota keluarga,kedua fungsi edukatif untuk menumbuhkembangkan keluarga

sebagai wahana pendidikan pertama dan paling utama. Ketiga fungsi religius

berkaitan dengan kewajiban orang tua, sebagai pendidik utama, untuk

menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarga. Keempat fungsi kasih

sayang menyiratkan bahwa interaksi dalam keluarga dibina atas dasar hubungan

emosional dan spiritual yang kondusif untuk tumbuh kembangnya silih asih silih

asah dan silih asuh. Kelima fungsi perlindungan tujuan untuk mengembangkan

potensi-potensi ketahanan mental dan fisik anak-anak dan anggota keluarga yang

lainnya kearah yang lebih baik. keenam fungsi sosialisasi yang bertujuan untuk

mempersiapkan anak-anak dan anggota keluarga lainnya menjadi anggota

masyarakat. Ketujuh fungsi ekonomi berkaitan dengan upaya mencari nafkah,

(12)

bertujuan untuk mengkondisikan rumah tangga sehingga tumbuh suasana

keluarga yang tenang, sakinah, warahmah. Kesembilan fungsi kepedulian

terhadap lingkungan baik lingkungan social budaya maupun lingkungan alam

bertujuan agar keluarga memperhatikan dan memberikan manfaat secara optimal

kepada sesama manusia dan membina serta melestarikan budaya.

Fungsi-fungsi tersebut harus menjadi tanggung jawab dari keluarga karena

pembekalan pengetahuan yang di dapat anak adalah dari keluarga. Keluarga

memiliki peran yang sangat besar dalam hal menentukan karakter dan

memaksimalkan kecerdasan anak. Pendampingan orang tua dalam pendidikan

anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua

mendidik anak inilah disebut dengan pola asuh, setiap orang tua berusaha

menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Oleh

karena itu diperlukan pola asuh yang dapat memaksimalkan kecerdasan yang

harus dimiliki oleh seorang anak, fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat membantu

memberikan kekuatan motivasi bagi anak agar ia dapat melakukan kegiatan

berdasarkan dorongan yang diarahkan oleh dirinya sendiri dengan cara berfikir

dan berbuat didalam dan terhadap dunia kehidupannya. Dengan demikian

dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar

selama hidupnya merupakan esensi pendidikan sepanjang hayat. (Sudjana

(13)

Suatu keluarga terdiri atas sekumpulan orang yang hidup bersama untuk

jangka waktu selama mungkin, bahkan kalau mungkin untuk selama-lamanya.

Kehidupan keluarga berawal dari adanya pernikahan.Soelaeman (1994:14).

Pernikahan merupakan hal yang sakral, di Negara kita masih banyak ditemukan

pernikaha dini atau sering di sebut dengan kawin muda. Kawin muda ini berkisar

usia 15-20 tahun. Orang tua mereka menikahkan anak-anaknya pada usia remaja

karena berbagai faktor salah satunya faktor pendidikan. Banyak remaja yang

putus sekolah dan akhirnya memilih menikah. Padahal menikah di usia dini tidak

baik untuk hubungan rumah tangga yang akan dijalani dan berpengaruh pada pola

asuh anak. kurangnya pengetahuan pada masyarakat mengenai pernikahan,

banyak remaja yang menikah dan berujung cerai, secara tidak langsung usia

remaja masih di bilang usia yang labil emosi pasangan satu sama lain masih

sangat egois. Pola asuh pada anak pun cenderung menelantarkan anaknya atau di

titipkan pada sang nenek.

Fakta saat ini, banyak usia remaja yang menikah karena pergaulan mereka

yang melampui batas. Pada saat itu, remaja merasa bahwa pacaran akan terasa

lebih baik apabila disatukan dengan jalinan pernikahan, memang betul tetapi pada

usia remaja ini perjalanan masih sangat panjang tidak hanya berujung pada

pernikahan, dan pada masa itu juga belum saatnya remaja untuk hamil dan belum

(14)

Hal tersebut diperkuat dengan adanya Undang-Undang Pernikahan Pasal 6

Ayat 2 yang menyatakan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang

belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapatkan izin dari

orang tua.

Pernikahan dini atau menikah dalam usia muda, menurut Edi Nur Hasmi,

psikolog yang juga Direktur Remaja dan Kesehatan Reproduksi BKKBN,

memiliki dua dampak cukup berat. "Dari segi fisik, remaja itu belum kuat,

tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses

persalinan. Oleh karena itu pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya

dilakukan pada usia 20 - 30 tahun. Dari segi mental pun, emosi remaja belum

stabil (BKKBN, 2002).

Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia setelah usia 20 tahun, karena

pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja, boleh di bilang

baru berhenti pada usia 19 tahun. Dan pada usia 20 - 24 tahun dalam psikologi,

dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead edolesen. Pada masa ini, biasanya

mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka,

jika pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin

berpetualang menemukan jati dirinya. Dalam pernikahan dini sulit membedakan

apakah remaja laki-laki atau remaja perempuan yang biasanya mudah

mengendalikan emosi. Situasi emosi mereka jelas labil, sulit kembali pada situasi

(15)

Salah satu masalah utama yang dihadapai dari dampak pernikahan dini

adalah bagaimana mendidik anak dengan pola asuh yang tepat dan benar, karena

hingga saat ini banyak ditemukan kasus yang sering terjadi pada anak dan orang

tua yang menikah diusia muda menjadikan orang tua sebagai sosok yang

penelantar, permisif dan otoriter. Sedangkan orang tua yang demokratis atau yang

mempriorotaskan kepentingan anak sangat jarang ditemukan.

Dilihat dari penjelasan diatas bahwa orang tua yang melaksanakan

pernikahan pada masa usia dini terlihat belum adanya kestabilan emosi sedangkan

orang tua adalah teladan pertama bagi pembentukan kepribadian

anak,Keyakinan-keyakinan pemikiran dan perilaku orang tua dengan sendirinya memiliki

pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Peran orang

tua dalam membesarkan dan membingbing anak berpengaruh besar dibandingkan

dengan hal apapun juga, apa yang orang tua lakukan jauh lebih penting dari

apapun juga. Richard (2004:24).

Pola asuh secara umum diarahkan pada cara orang tua memperlakukan

anak dalam berbagai hal, baik dalam berkomunikasi, mendisiplinkan, memonitor,

mendorong dan mendidik. Menurut Harlock (1995) orang tua harus dapat

memberikan pola asuh yang tepat sesuai dengan perkembangan anaknya, agar

anak dapat mempersepsikan pola asuh yang diberikan kepadanya dengan baik.

Orangtua dan pola asuh memiliki peran yang besar dalam menanamkan

(16)

seseorang pada masa anak-anak yang akan dibawa setelah dewasa kelak.

Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing

anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan

keluarga yang lainnya. Pola asuh orangtua merupakan gambaran tentang sikap

dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama

mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini,

orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman,

serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan

orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu

secara sadar atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi

anak-anaknya. Tuntunan berperilaku orang tua adalah uapaya orang tua dalam

mengintegrasikan anak dalam kehidupan keluarga dan masyarakat melalui

tuntunan berperillaku mendewasa, supervise, penerapan disiplin, dan konfrontasi

dengan anak. Intensitas perwujudan kedunia dimensi tersebut menurut akan

menghasilkan pola asuh yang berbeda-beda, sikap tanggap tinggi dan tuntunan

berperilaku tinggi menghasilkan pola asuh demokratis, sikap tanggap tinggi dan

tuntunan berperilaku rendah menghasilkan pola asuh permisif. Sikap tanggap

rendah dan tuntunan berperilaku tinggi menghasilkan pola asuh otoriter.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di wilayah RW.17 Desa

Cigugur Girang masih banyak ditemukan orang tua yang menikah antara 15-20

(17)

sebanyak 45 pernikahan (data Kaur Kesra Desa Cigugur Girang). Kemudian

diketahui pula data tingkat pendidikan orang tua yang memiliki anak usia dini.

Orang tua yang berpendidikan SD berjumlah 29 orang, berpendidikan SMP

berjumlah 17 orang, SMA berjumlah 11 orang, perguruan tinggi berjumlah 3

orang.(Sumber data : Pos Yandu Pelamboyan).

Selain itu ditemukan pula bahwa hampir sebagian besar anak memiliki

orang tua yang menikah dini dan berpendidikan rendah cenderung mengabaikan

pola asuh yang diterima oleh anak. Pada saat bersamaan peneliti mencoba

melakukan wawancara terhadap beberapa orang tua yang melakukan pernikahan

pada saat usia dini serta berpendidikan rendah yang memiliki anak usia 1-5 tahun.

Studi pendahuluan yang didapat bahwa sebagian besar orang tua mengatakan

tidak mengetahui dampak terhadap kesehatan apabila menikah pada usia muda

dan tidak tahu bagaimana memberikan pola asuh yang baik dan benar pada

anaknya.

Selain itu peneliti melihat tampak sebagian anak memiliki kuku yang

panjang dan kotor, rambut yang jarang dipotong, jajan selalu sembarangan,

berbicara kasar dan jarang menyikat gigi. Hasil penelitian Nureni (2006)

menunjukan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan tinggi umumnya

mengetahui bagaimana perkembangan anak dan pengasuhan yang baik dalam

(18)

pendidikan rendah, kurang memperhatikan perkembangan anak karena orang tua

masih awam dan kurang menhgetahui perkembangan anak.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka peneliti sangat

tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh persepsi tentang anak dan usia

pernikahan terhadap pola asuh anak”.

(studi pada keluarga yang menikah di usia muda di wilayah RW.17 Desa Cigugur

Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Barat).

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas yang didukung pula oleh hasil pengamatan

dilapangan fenomena-fenomena yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Di daerah RW 17 masih terdapat anak-anak yang memiliki kuku panjang,

rambut tidak terurus, gigi kuning, jajan sembarangan, hal tersebut setelah

ditelusuri berasal dari keluarga yang menikah di usia muda.

2. Dilihat dari prestasi peserta didik di sekolah cenderung sulit untuk menerima

rangsangan pembelajaran yang diberikan oleh guru, setelah di telusiri lebih

mendalam ternyata anak-anak tersebut berasal dari keluarga yang menikah di

usia muda.

3. Kurangnya pemahaman orang tua terhadap pola asuh yang digunakan

sehingga masih banyak terlihat anak yang tidak mendapatkan bimbingan dari

(19)

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi yang telah

dituliskan maka perumusan masalahnya adalah:

“Apakah persepsi orang tua tentang anak dan usia pernikahan

memberikan pengaruh terhadap pola asuh anak”.

Merujuk pada hasil identifikasi masalah dan rumusan masalah diatas

peneliti membatasi permasalahan dalam bentuk beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Apakah persepsi orang tua tentang anak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap pola asuh anak?

2. Apakah usia pernikahan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pola

asuh anak?

3. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama dari persepsi orang tua

tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh anak?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan pernyataan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

(20)

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis persepsi orang tua tentang anak

memberikan pengaruh terhadap pola asuh.

2. Untuk mendeskripsikan dan mengnalisis usia pernikahan memberikan

terhadap pola asuh.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara bersama pengaruh persepsi

orang tua tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh anak.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat memberikan

kotribusi bagi beberapa pihak yang terkait. Adapun kegunaan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori-teori

pendidikan serta dapat menjadi salah satu referensi untuk mengembangkan

program pendidikan luar sekolah, khususnya pada jalur pendidikan informal,

yang berkaitan dengan pemberian pola asuh pada anak usia dini.

2. Kegunaan praktis

(21)

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan dan pengembangan pola pikir peneliti khususnya dalam

bidang pendidikan non formal dan informal.

b. Bagi Pihak keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti

bagi para orang tua dalam memberikan pola pengasuhan untuk anak usia

dini.

c. Bagi Dunia Pendidikan Pada Umumnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan sumber inspirasi

untuk lebih memperdalam permasalahan yang berkaitan dengan

pendidikan dalam keluarga dan pola asuh dalam keluarga.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : Kajian pustaka yang terdiri dari Konsep Persepsi, Konsep pernikahan

Usia Muda, Konsep Pola Asuh, Konsep Keluarga.

BAB III : Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, subjek

penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Pengolahan dan Analisis Data.

BAB IV : Deskripsi analisis data hasil penelitian, pengolahan data hasil

(22)

usia pernikahan terhadap pola asuh, serta pengaruh persepsi orang tua tentang

anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh, serta pembahasannya.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di RW.17 Desa Cigugur Girang Kecamatan

Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Parongpong Kabupaten

Bandung Barat Provinsi Jawa Barat adalah salah satu Kecamatan dari 16

Kecamatan, terdiri dari 7 Desa, yaitu Desa Karyawangi, Cihideung, Cigugur

Girang, Cihanjuang Rahayu, Cihanjuang, Ciwaruga dan Sariwangi.

Desa Cigugur Girang terdiri dari 18 RW, penyebaran penduduk di wilayah

Desa Cigugur Girang tidak merata, penduduk terbanyak di Desa Cigugur

Girang yaitu berada di wilayah RW.17 yang dimana rata-rata penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Tingkat pendidikan

masyarakat umumnya masih rendah dan tingkat putus sekolah cukup tinggi,

serta tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah, menyebabkan banyak

anak-anak di wilayah Rw. 17 memilih untuk menikah muda dikarenakan tidak

bersekolah.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan pengaruh persepsi

orang tua tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh anak di

wilalyah RW.17 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten

Bandung Barat.

(24)

2. Populasi penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 80) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah keluarga yang menikah pada usia muda di wilayah

Rw.17 yang berjumlah 45 orang.

3. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Arikunto

(2010:174), sedangkan untuk menenukan sampel, maka penelitian ini

menggunakan ukuran sampel yang dikembangkan oleh Isacc dan Michael

dalam Sugiyono (2012:69) Sampel penelitian dengan jumlah populasi 45

orang yang menggunakan tingkat kepercayaan 95% adalah 40 orang .

B. Desain Penelitian

Desain penelitian dapat dikatakan sebagai rancangan peneliti dalam meneliti

suatu masalah. Desain penelitian selalu dimulai dari adanya permasalahan atau

ganjalan yang merupakan kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti. Kesenjangan

tersebut terjadi karena adanya perbedaan kondisi antara kondisi nyata dengan

kondisi yang diharapakan.

Dengan adanya kesenjangan tersebut, peneliti mencari teori yang tepat untuk

(25)

tentang kemungkinan penyebab kondisi yang menjadi permasalahan tersebut.

Hasil dari peneltian tersebut setidaknya dapat digunakan untuk mengurangi

permasalahan yang timbul. yang signifikan dari persepsi orang tua tentang anak terhadap pola asuh anak?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari usia pernikahan terhadap pola asuh anak? 1. Uji validitas dan reliabilitas

(26)

C. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah yang dilakukan untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:1).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan tujuan untuk

mengungkap dan mengkaji pengaruh persepsi orang tua dan usia pernikahan

terhadap pola asuh anak. Metode tersebut digunakan sesuai dengan permasalahan

yang diteliti yaitu mengenai kejadian-kejadian atau peristiwa –peristiwa yang

sedang berlangsung.

Studi korelasional adalah studi yang mempelajari hubungan dua variabel

atau lebih, yakni sejauhmana varians dalam variabel lain. Derajat hubungan

antara variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien

korelasi. Korelasi dapat menghasilkan dan menguji suatu hipotesis mengenai

hubungan antar variabel (Nana Sudjana, 1989:77).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai “metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel”

(27)

analisis data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menggunakan istilah yang ada

dalam judul penelitian ini, maka perlu dijelasakan terlebih dahulu mengenai

landasan konseptual pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut: .

1. Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses pengamatan seseorang yang

berasal dari komponen kognisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya.

Levit (1978) menegaskan bahwa persepsi yang dalam arti sempit merupakan

penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti yang

luas adalah pandangan atau pengertian bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu.

Dilihat dari penjelasan diatas penulis memberikan pengertian bahwa

bahwa variabel persepsi orang tua tentang anak yaitu suatu kumpulan

informasi (kognitif) yang dimiliki oleh orang tua terhadap suatu objek (anak)

yang menjadi stimulus atau sikap dari respon objek.

(28)

Pernikahan dini yaitu merupakan intitusi agung untuk mengikat dua

insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Lutfiati,

2008).

Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap

untuk melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009).

Variabel usia pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

rentang waktu seseorang dalam menjalani suatu pernikahan dari awal mula

melaksanakan pernikahan sampai pada saat ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa

usia pernikahan merupakan rentang waktu pernikahan seseorang.

3. Pola asuh

Pola asuh orang tua menurut Soelaeman (1994) upaya orang tua dalam

merealisasikan peran dan fungsi dikeluarga akan menimbulkan berbagai cara

orang tua dalam membimbing, mendidik dan merawat serta mengasuh

anak-anaknya agar dapat berkembang dengan baik. Cara orang tua dalam mengasuh

anak inilah yang kemudian disebut dengan pola asuh orang tua.

Berdasarkan definisi operasional diatas, maka variabel pengembangan

aspek dan pengembangan indikator penelitian yang dapat dirumuskan adalah

(29)

Tabel 3.1

Variabel, Aspek dan Indikator Penelitian

Variabel Aspek Indikator Penelitian Persepsi

terhadap anak

Kognitif 1. Pengertian anak

2. Pandangan

mengenai anak.

3. Arti anak bagi orang

tua.

Afektif 1. Pengalaman orang tua dalam

memahami anak.

2. Harapan-harapan

orang tua dalam memahami anak.

Konatif 1. Usaha-usaha orang tua untuk

memahami anak.

Usia pernikahan Lamanya pernikahan Tahun

lamanya pernikahan Pola asuh Kontrol/Demandingness 1.Restrictiviness,

(30)
(31)

E. Instrumen penelitian

Pada dasarnya penelitian adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat

ukur yang baik. Sugiyono (2011:102) berpendapat bahwa instrumen penelitian

adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati secara spesifik, semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

1. Jenis Instrumen yang digunakan

Pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena

sosial maupun alam. Menurut Sugiono (2006:148), “Instrumen penelitian

adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun

sosial yang diamati”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen

untuk menilai variabel. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner (angket)

untuk mengetahui Persepsi Orang Tua Tentang Anak, Usia Pernikahan, dan

pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak. Bentuk angket dalam

penelitian ini yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan

jawaban.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian harus

memiliki skala pengukuran untuk mendapatkan data kuantitatif. Dalam

Sugiono (2006: 133), dinyatakan bahwa :

(32)

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini,

fenomena sosial yang di tetapkan secara spesifik adalah variabel penelitian

yaitu Persepsi Orang Tua Tentang Anak, Usia Pernikahan dan Pola Asuh

Anak. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka skor setiap jawaban

pertanyaan maupun pernyataan pada kuesioner (angket) sebagai berikut :

a. Selalu, diberi skor 4

b. Sering, diberi skor 3

c. Kadang-kadang, diberi skor 2

d. Tidak pernah, diberi skor 1

Selanjutnya menurut Sugiono (2007: 25) dijelaskan bahwa, dalam

penelitian sosial yang insrumentnya menggunakan skala Likert, Guttman,

Semantic Differential dan Thurstone, data yang diperoleh adalah data interval.

Data interval adalah, data yang tidak memiliki nilai nol mutlak.

2. Penyusunan Instrumen

Dalam penelitian ini, penyusunan instrument dilakukan melalui beberapa

tahap yaitu:

(33)

Penyusunan instrumen dilakukan secara sistematis sesuai dengan

perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, dan variabel penelitian

yang sudah dijabarkan. Penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian yang

merupakan acuan pembuatan alat pengumpul data berupa angket dan

pedoman wawancara.

Kisi-kisi penelitian ini di susun secara sistematis sesuai dengan tujuan

penelitian yang sudah di tetapkan, kemudian dijabarkan berdasarkan

indikatornya. Sehingga memudahkan kolom-kolom, judul, hipotesis,

variabel, indikator, responden, instrumen, dan nomor item.

b. Penyusunan angket

Item pertama dalam angket ini merupakan penjabaran dari

indikator-indikator yang akan dijadikan pertanyaan, penyusunan angket tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan kisi-kisi yang akan dijadikan pedoman dalam pembuatan

angket.

2) Membuat daftar pertanyaan yang dibuat berdasarkan kisi-kisi angket

(terlampir), di susun secara singkat, jelas dan sederhana untuk

memudahkan responden memberikan jawaban yang sesuai dengan

pertanyaan atau pernyataan.

(34)

4) Membuat petunjuk pengisian angket yaitu untuk menghindari

kesalahan dalam pengisian angket.

5) Membuat surat pengantar angket agar responden mengetahui maksud

dan tujuan dari pengisian angket tersebut.

3. Pengujian instrumen

Untuk mengetahui validitas (apa yang hendak diteliti) dan reabilitasnya

(dapat dipercaya), instrument di uji cobakan pada responden di luar sampel

penelitian namun mempunyai karakter yang sama di luar populasi. Pengujian

instrument dilakukan pada 20 orang tua (responden) yang memiliki anak usia

dini di RW.02.

Untuk mengetahui validitas setiap item pada angket, maka digunakan

rumus korelasi product moment, yaitu :

Keterangan :

r

xy = Koefisien kolerasi antara variabel X dan variabel Y

n = Banyak subjek ( responden )

x = Skor setiap item

(35)

∑x = Jumlah skor dalam distribusi X

∑y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑x2

=Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑y2

= Jumlah kuadrat dalam skordistribusi Y

Setelah nilai

r

hitung diperoleh, maka dilakukan pengujian signifikasi

koefisien kolerasi dengan uji-t. Menurut Sugiyono (2007: 230) rumus

yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan :

t = signifikasi

r = koefiensi kolerasi antara variabel Xdan variabel Y

n = banyak subjek (responden)

Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikan

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Harga t dibandingkan dengan harga ttabel

b. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika rhitung > rtabel

c. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika rhitung <

(36)

Sedangkan untuk mengkaji reabilitas seluruh item pada

instrument, peneliti menggunakan teknik belah dua dari Spearman

Brown ( Split half ).

Menurut Sugiono ( 2007 : 359 ) rumus yang digunakan :

Keterangan :

r i = reabilitas seluruh instrumen

rb = kolerasi produk moment antara belahan pertama dan kedua

pengujian reliabilitas tersebut menurut Sugiyono (2008:190)

dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Butir-butir instrumen dibelah menjadidua kelompok,

yaiitu kelompok instrumen ganjil dan instrumen genap.

b. Skor data dari tiap kelompok disusun sendiri dan

kemudian skot total antara kelompok ganjil dan genap

dicari korelasinya.

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan kriteria

sebbagai berikut:

a. Jika koefisien internal seluruh item rhitung ≥ rtabel dengan

(37)

b. Jika koefisien internal seluruh item rhitung ≤ rtabel dengan

tingkat signifikan 5% maka dikatakan tidak reliable.

Untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien korelasi, hasil

perhitungan reliabilitas dilakukan melalui perhitungan hasil uji

reliabilitas dengan :

Table 3.2

Nilai Koefisien Reliabilitas

Interval korelasi Tingkat reliabilitas 0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat

Maka hasil dari uji coba validitas instrument variabel Persepsi Orang

tua tentang anak dan pola asuh terhadap 20 orang responden adalah

sebagai berikut:

a. Variabel Persepsi Orang tua Tentang Anak

Tabel 3.3

Pengujian Validitas Instrumen Variabel Persepsi Orang Tua Tentang Anak

(38)

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Office Excel,

untuk variabel X1 diperoleh keterangan bahwa dari 20 item yang diajukan

untuk mengumpulkan data seluruhnya dinyatakan valid, sehingga seluruh

item pada variabel X1 dapat dipergunakan untuk pengumpulan data.

Hasil dari uji coba validitas dan reliabilitas instrumen variabel persepsi

orang tua tentang anak dan peluang terhadap 20 orang responden yang

berasal dari wilayah Rw.02 adalah sebagai berikut:

Dari perhitungan realibilitas di atas, dapat diketahui bahwa harga

koefisien realibilitas adalah sebesar 0,99955 dilihat dari tabel nilai r

product moment , dengan jumlah n=20 dengan taraf kesalahan yaitu 0,5

yaitu : 0,468 karena rhitung lebih besar dari pada rtabel maka dapat

disimpulkan instrument untuk variabel Persepsi Orang Tua Tentang Anak

tersebut reliabel.

b. Variabel pola asuh (Y)

Tabel 3.4

Pengujian validitas instrument variabel pola asuh.

(39)

8 2,65 Valid 30 2,11 Valid

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Office Excel,

untuk variabel Y diperoleh keterangan bahwa dari 20 item yang diajukan

untuk mengumpulkan data seluruhnya dinyatakan valid, sehingga seluruh

item pada variabel Y dapat dipergunakan untuk pengumpulan data.

Hasil dari uji coba validitas dan reliabilitas instrumen variabel pola

asuh anak dan peluang terhadap 20 orang responden yang berasal dari

wilayah RW.02 adalah sebagai berikut:

Dari perhitungan realibilitas di atas, dapat diketahui bahwa harga

koefisien realibilitas adalah sebesar 0,999101 dilihat dari tabel nilai r

product moment , dengan jumlah n=20 dengan taraf kesalahan yaitu 0,5

(40)

F. Teknik pengumpulan data

Dalam prosedur pengumpulan data ini, akan dibahas mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan prosedur pengumpulan data. Dalam bagian ini antara lain

akan dibahas tentang tahapan persiapan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap persiapan

Pada tahapan persiapan penelitian memperoleh data atau gambaran

mengenai Persepsi Orang Tua Tentang Anak, Usia Pernikahan serta pola asuh

yang digunakan oleh orang tua. Kemudian disusun instrument pengumpulan

data yang dikonsultasikan kepada dosen pembingbing untuk mendapat

persetujuan uji coba instrumen. Hasil uji coba sekaligus dapat mengukur

validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Pengumpulan data ini dilakukan

melalui tahap persiapan, pada tahap ini dipersiapkan antara lain peneliti

memperbanyak angket sebanyak 40, yang terdiri dari 40 eksemplar untuk

mengukur variabel X1, 40 eksemplar untuk mengukur variabel X2 dan 40

untuk mengukur variabel Y. Kemudian peneliti melakukan pengurusan ijin

penyebaran angket kepada lembaga yang terkait.

2. Tahap pelaksanaan

(41)

Pernikahan serta Pola Asuh Anak. Peneliti menjelaskan tata cara pengisian

angket sebelum responden memulai pengisisan angket. Hal ini dilakukan

untuk menghindari kesalah pahaman serta untuk mendapatkan hasil yang

diharapkan oleh peneliti. Kemudian peneliti menyebarkan angket kepada

responden dan menunggu responden mengisi angket.

3. Tahap pengumpulan angket

Pada tahap ini angket yang sudah di isi seluruhnya oleh responden

kemudian ditarik kembali oleh peneliti dari setiap responden. Hal ini

dilakukan untuk manyakini bahwa data yang masuk benar-benar memenuhi

persyaratan sehingga dapat diolah dan dianalisis.

G. Analisis data

1. Teknik Pengolahan Data

Kegiatan yang penting dalam suatu penelitian adalah mengolah data.

Mengolah data ini bertujuan untuk mengambil kesimpulan sebagai jawaban

dari permasalahan yang diteliti berdasar pada data yang terkumpul. Langkah

pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan verifikasi data, yaitu mengecek jawaban

responden.

b. Pemberian skor, yaitu memberikan skor pada setiap jawaban

(42)

c. Tabulasi data, yaitu mentabulasi data sesuai dengan jawaban

responden sesuai dengan item yang diisi.

d. Menghitung ukuran-ukuran statistik berdasarkan variable

penelitian seperti uji normalitas, analisis regresi linier, analisis

korelasi sederhana, uji signifikan, dan uji koefisien determinasi.

e. Analisis data, yaitu menganalisis data yang telah dikelompokkan

berdasarkan variable penelitian sesuai dengan masalah yang akan

dibahas dan hipotesis yang diajukan, sehingga mengarah pada

pengambilan kesimpulan.

f. Penyajian data, yaitu mendeskripsikan data yang telah diolah dan

dianalisis.

g. Pengujian hipotesis, yaitu menelaah kembali hipotesis yang akan

diajukan dan diuji menurut perhitungan statistika relevan.

h. Penafsiran hasil analisis dan pengujian hipotesis, yaitu menafsirkan

data yang telah diolah, dianalisis dan disajikan kemudian dikaitkan

dengan hipotesis yang disajikan.

i. Penyimpulan dan pembahasan yaitu menyimpulkan hasil penelitian

kemudian dikaitkan dengan pendapat-pendapat dan teori-teori serta

pengalaman empirik.

(43)

Perhitungan statistik yang digunakan dalam mengolah dan

mendeskripsikan data adalah statistik deskriptif. Adapun langkah-langkah

pengolahan data berdasarkan rumus-rumus pengujian adalah sebagai berikut:

a. Menentukan ukuran statistik yang diperlukan yaitu banyak data (n),

data terbesar (xmaks), data terkecil (xmin), rentang (R), panjang kelas

(P) dan banyak kelas (K).

b. Membuat daftar distribusi frekuensi tiap variabel.

Tabel 3.5

Daftar Distribusi Frekuensi

Kategori Persepsi Orang Tua Tentang Anak Kelas interval Frekuensi Persentase Kategori

Jumlah

Tabel 3.6

Daftar Distribusi Frekuensi Kategori Pola Asuh

Kelas interval

Frekuensi Persentase Kategori

Jumlah

3. Uji Normalitas Data

Pada penelitian yang menggunakan statisik parametris seperti yang

digunakan pada penelitian ini, harus didasarkan pada asumsi bahwa data

setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal. Oeh karena itu,

(44)

menggunakan SPSS Versi 16.0. uji kolmogrov Smirnov Tes adalah uji lain

untuk menggantikan uji Chi Kuadrat untuk dua sampel yang independen.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian adalah data yang sangat penting dan

memerlukan ketelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan analisis statistik, yang mana model analisisnya harus relevan

dengan jenis data yang akan dianalisis. Oleh karena itu sesuai dengan

rancangan penelitian maka analisis data dalam penelitian ini menggunakan

path analysis merupakan salah satu analisis yang dikembangkan oleh Sewall

Wirght(Dillon and Goldstein, 1984). Wirght mengembangkan metode untuk

mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari suatu variabel, dimana

terdapat variabel yang memberikan pengaruh (eksogenus variables) dan

variabel yang dipengaruhi (endogenus variables). Wirght menyatakan bahwa:

Path analysis merupakan metode analisis data multivariat dengan tujuan mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa variabel penyebab (eksogen) terhadap variabel endogen (akibat) dengan pola bersifat rekursif dan semua variabel dapat diobservasi langsung. Bersifat rekursif artinya, hubungan antar variabel adalah satu arah, tidak ada hubungan yang bersifat resiprokal. Jika dinyatakan A menyebabkan B, maka B tidak dapat menyebabkan A.(Dillon and Goldstein dalam Sardin).

Beberapa asumsi yang penting dari penggunaan path analysis adalah sebagai

(45)

a. Model path analysis mengasumsiskan bahwa hubungan yang terjadi

diantara variabel adalah linier.

b. Seluruh kesalahan (variabel residu) diasumsikan tidak berkorelasi antara

satu dengan yang lainnya.

c. Hanya model recursive yang dipertimbangkan artinya hubungan hanya

satu arah dalam suatu sistem dalam hal ini hubungan yang timbal balik

diantara variabel diabaikan.

d. Model path analysis mengasumsikan bahwa variabel endogenous

sekurang-kurangnya memiliki tingkat pengukuran interval.

e. Variabel yang diamati diukur dengan menggunakan alat ukur yang tidak

memiliki kesalahan (valid dan reliabel).

f. Model hubungan yang dikembangkan oleh peneliti merupakan model

secara teoritis diasumsikan benar, artinya semua variabel dianggap akan

memiliki pengaruh terhadap variabel endoggenoud (Dillon And Gold Stim

dalam Sardin).

Melakukan analisis jalur diperlukan gambaran secara diagram matik

struktur hubungan kausal antara variabel penyebab dengan variabel terikat.

Oleh karena itu, secara diagram matik, hubungan variabel-variabel ini

(46)

Pyx1

rx1x2

Pyx1 Py

Gambar 3.2 Diagram Jalur Penelitian

Dari gambar diatas, maka bentuk persamaan untuk diagram jalur adalah:

Y= P

X

1 +

P

X

2 +

ε

Langkah-langkah dalam menghitung koefisien jalur adalah sebagai berikut:

Persepsi Orangtua Tentang Anak

(X1)

Usia Pernikahan

(X2)

Pola Asuh

(47)

1) Menggambarkan secara jelas diagram jalur yang mencerminkan proporsi

hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya seperti

pada gambar 3.2. dalam hal ini hipotesis dalam penelitian harus

diterjemahkan kedalam diagram jalur sehingga bisa tampak jelas variabel

apa saja yang merupakan variabel eksogen dan variabel endogen.

2) Identifikasi dalam setiap sub struktur koefisien jalur dihitung persub

struktur. Selanjutnya hitung korelasi eksogen.

Y= P

X

1 +

P

X

2 +

ε

Berdasarkan persamaan struktural diatas, selanjutnya dihitung korelasi

variabel eksogen. Hasil perhitungan disajikan matriks korelasi.

3) Hitung inversi dari korelasi antara variabel eksogen yang diperoleh.

Matriks inversi korelasi dapat dinyatakan dalam :

4) Hitung koefisien jalur dengan cara mengalikan matriks inversi korelasi

dengan korelasi setiap variabel eksogen dengan variabel endogen. Untuk

diagram jalur sederhana (hanya terdapat satu buah variabel eksogen dan

satu buah variabel endogen) maka koefisien jalur sama dengan koefisien

korelasi.

1 rX2X1

R = rX1X2 1

= C11 C21

(48)

5) Menghitung besarnya R2 yaitu koefisien yang menyatakan determinasi

total (X1,X2, Xk terhadap Y). Rumus yang digunakan untuk menghitung

koefisien determinasi adalah:

= )

6) Menghitung harga koefisien jalur dari variabel residu dengan rumus :

5. Pengujian Hipotesis

Biasanya data yang dimiliki untuk menguji hipotesis diambil dari sampel

berukuran N, maka sebelum menarik kesimpulan mengenai hubungan kausal

yang digambarkan diagram jalur, perlu dilakukan pengujian kebermaknaan

setiap koefisien jalur yang dihitung. Pengujian seperti ini disebut Theory

Trimming. Langkah-langkah yang dipergunakan dalam pengujian koefisien

jalur:

a. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional yang akan di uji):

b. Hipotesis 1 (Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Anak Terhadap Pola

Asuh Anak).

Pyx1 = C11 C21 ryx1

Pyx2 C12 C22 ryx2

(49)

H0 : Pyx1 = 0

H1 : Pyx1≠ 0

c. Hipotesis 2 (Pengaruh Usia Pernikahan Terhadap Pola Asuh Anak).

H0 : Pyx2 = 0

H1 : Pyx2≠ 0

d. Statistik uji yang dipergunakan adalah

t =

Ket:

i = 1, 2, …, k

k = banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji

t = mengikuti distribusi t-Student, dengan derajat bebas (degrees of

freedom) n-k-1

e. Hitung nilai P dan ambil kesimpulan apakah perlu Trimming atau tidak.

Apabila terjadi Trimming, maka perhitungan harus di mulai dengan

menghilangkan jalur yang menurut pengujian tidak bermakna.

Setelah menguji kebermaknan dengan Trimming, untuk menguji

perbedaan besarnya koefisien jalur dalam sebuah sub struktur, maka

langkah-langkahnya sebagai berikut:

1). Menentukan koefisien jalur yang akan diuji perbedaannya.

(50)

t =

3). Hitung nilai p (p-value), ambil kesimpulan

4). Mengukur besarnya pengaruh secara proporsional baik pengaruh

(51)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini telah menggambarkan pengaruh antara

persepsi orang tua tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh

anak. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa persepsi orang tua tentang anak

memiliki pengaruh terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua,

orang tua yang berada pada kategori persepsi tentang anaknya rendah

akan menggunakan pola asuh yang cenderung otoriter, karena orang

tua tersebut tidak mengetahui bagaimana cara memperlakukan anak

yang sesuai dengan kedudukan mereka dirumah, tindakan-tindakan apa

saja yang harus dilakukan oleh orang tua. Sehingga persepi orang tua

memiliki pengaruh yang sangat signifikan, hal tersebut bisa dilihat dari

hasil pengujian hipotesis melalui perhitungan analisis jalur yang

menunjukan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, hal itu berarti variabel

persepsi orang tua tentang anak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pola asuh anak.

2. Usia pernikahan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam

keluarga, upaya orang tua dalam merealisasikan peran dan fungsi

dikeluarga akan menimbulkan berbagai cara orang tua dalam

(52)

agar dapat berkembang dengan baik. Cara orang tua dalam mengasuh

anak inilah yang kemudian disebut dengan pola asuh orang tua.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur bahwa variabel usia

pernikahan berpengaruh terhadap pola asuh anak hal tersebut bisa

dilihat dari hasil uji hipotesis yang menunjukan bahwa H1 diterima dan

H0 ditolak. Hal ini diperkuat dengan adanya teori yang menyebutkan

bahwa pola asuh anak ditentukan oleh karakter orang tua, pendidikan

orang tua, lingkungan keluarga. Jadi dapat disimpulkan bahwa usia

pernikahan memiliki pengaruh terhadap pola asuh anak, karena

semakin lama usia pernaikahan semakin matang usia orang tua,

meskipun orang tua tersebut pada awalnya menikah di usia muda.

Serta faktor lainnya adalah dari faktor pengalaman, semakin lama usia

menikah orang tua maka akan semakin banyak pengalaman yang di

dapat orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anaknya.

3. Persepsi orang tua tentang anak dan usia pernikahan memiliki

pengaruh terhadap pola asuh anak, terlihat dari hasil perhitungan

melalui analisis jalur menunjukan skor pengaruh total persepsi orang

tua tentang anak dan usia pernikahan terhadap pola asuh anak adalah

sebesar 0,918 jika dipresentasikan sebesar 91,8% Oleh karena itu,

dapat penulis analisis bahwa kedua hal ini sangat begitu

mempengaruhi terhadap pola asuh yang akan diekspresikan oleh orang

(53)

kehidupan keluarga yang memang menjadi suatu tolak ukur pada pola

pendidikan di antara orang tua anak.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dibuat rekomendasi untuk para pihak

yang terkait diantaranya:

1. Bagi keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak,

karena dari keluargalah anak mulai belajar mengenai semua hal yang

menyangkut dalam kehidupan. Maka dari itu orang tua merupakan

orang yang harus benar-benar memahami bagaimana cara

memperlakukan atau bagaimana cara memandang anak. Anak terlahir

secara suci, belum mengerti hal apapun, maka dari sini lah tugas orang

tua yang sangat penting yaitu membantu perkembangan anak sampai

anak tumbuh dewasa dengan cara merangsang perkembangan anak

sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya.

Orang tua diharapkan dapat mengerti cara memahami anak, dengan

memberikan pola asuh yang tepat bagi anak, agar anak dapat

mengembangkan potensi sesuai deng tahapan perkembangannya.

2. Bagi peneliti selanjutnya.

Penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat sebagai landasan atau

bahkan pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya yang merasa

(54)

hal pola asuh yang diterapkan kepada anak-anaknya. Para peneliti

selanjutnya diharapkan dapat lebih bisa mengkaji hal-hal apa saja yang

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Al-Hadist QS Ar-rum (30:21)

Al-Qur’an QS Al-Baqarah (2:220)

Amirudin, Aam. (2006). Membingkai Surga Dalam Rumah Tangga. Bandung: Khazanah Intelektual

(2011). Sudahkan Kudidik Anakku Dengan Benar?. Bandung: Khazanah Intelektual

Arikunto. S (2010) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Aqib, Zainal. (2011). Pedoman Teknis Penelenggaraan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Bandung: Nuansa Aulia

Chodijah S. K (2009). Perbedaan Keterampilan Sosial Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua. Skripsi PGSD FIP UPI. Tidak diterbitkan.

Darajat, Zakiah. (2001) Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung

(2009) Fikih Munakahat. Jakarta: Gunung Agung

Hurlock, Elizabeth. (1995) Perkembangan Anak. Jakarta:Erlangga

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) Jakarta: Balai Pustaka

Kebijakan Kependudukan Indonesia (Menneg Kependudukan 1993:22-23)

Khairuddin, H.(2008). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty

Maccoby. E. (1980)Sosial Development, Psychological Growth and The Parent, Child Relationship. New York: Harcout Brace Jovanovich,inc.

Mar’at (1984). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Balai Aksara

Ma’sum Djauhari (1994). Bimbingan Perkawinan Dalam Berumah Tangga. Jakarta: CV. Aji

(56)

Meliala, Andyda. (2012). Successful parenting”41 tip mencetak anak cerdas berkreatif”. Bogor: By pass

Mulyana Dedy (2000). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Munandar (1996) Mengambangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Nuraeni (2006) Pengaruh Pola asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak. Tugas Akhir pada Diploma II. Pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Semaranga. Semarang: Tidak diterbitkan.

Rakhmat, Jalaludin (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda

Robandi. (2007). Orang Tua dan Keluarga. Yogyakarta: Andi

Santrock, J.W. (2007) Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Shochib,Moh (2010). Pola Asuh Orang Tua, Dalam Membantu Anak Mengembangkan

Disiplin Diri. Jakarta:Rineka Cipta

Sobur, Alex (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Soelaeman, M.I.(1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung : CV Alfabeta

Sudjana D. (2004). Pendidikan Luar Sekolah (Wawasan Sejarah Perkembangan Filsafah dan

Teori Pendukung Azas ). Bandung: Nusantara Perrs

Sudjana.N. (1998) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algesindo

Sugiyono (2009). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif R&D.

(2012). Statistik Untuk Penelitian. Bandung:CV Alfabeta

Templar,Richard (2009). The Rules of Parenting. Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 5 ayat 1 dan 2

(57)

Undang-Undang pernikahan dalam islam no 22 tahun 1946 tentang peraturan pernikah dalam islam.

Undang – Undang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Yusup, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sumber Lain:

Nurhasmi, Edi (2002) Dampak Berat Pernikahan Dini. [online]. Tersedia:

http/www.ceria.bkkbn.go.id/ceria/referensi/artikel/detail 155: [09 juli 2012].

Shanti, Indira Theresia(2009). Pola Asuh Anak Usia Dini. [online]. Tersedia:

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Variabel, Aspek dan Indikator Penelitian
Table 3.2 Nilai Koefisien Reliabilitas
Tabel 3.4 Pengujian validitas instrument variabel pola asuh.
+3

Referensi

Dokumen terkait

The writer uses the Multiple-Choice because it recovers the micro skills: understanding given information stated in the passage, to recognize the communicative

Dalam pembelajaran bahasa asing ada tingkatan pembelajaran, yaitu tingkat pemula (mubtadi’), menengah (mutawassitah), lanjut (mutaqaddim), dan tentunya setiap tingkat

ABSTRAK PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, GAY A KEPEMIMPINAN DAN KEDISIPLINAN TERHADAP KINERJA PERSONIL DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT SEBAGAI MEDIATOR DI SEKOLAH POLISI WANITA JAKARTA Tri

Salah satu ujung dari masalah ini adalah proses produksi yang harus baik dalam arti yang luas, agar output yang dihasilkan baik berupa barang atau jasa, dapat mendukung

Ajén-inajén nu aya dina éta wujud mibanda pungsi salaku palasipah, sawangan hirup (Weltanschauung) hiji kelompok masarakat. Kitu ogé aya patalina jeung kapercayaan sarta

Saat menjalani PKL pada bidang operasional di Kopkar BSM, pekerjaan yang praktikan lakukan sesuai dengan pekerjaan yang berada pada bidang usaha operasional, yaitu dimulai

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Tingkat pengetahuan ibu premenopause sebelum diberikan penyuluhan tentang menopause di

Pada penelitian ini, kinetika dekomposisi katalitik metana menggunakan katalis Ni-Cu-Al untuk produksi karbon nanotube dilakukan dengan menguji data kinetika melalui model