TARI DWIMUKA KARYA DIDIK NINI THOWOK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sidang Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh
YUNITA AGUSTINA 0809068
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
TARI DWIMUKA KARYA DIDIK NINI THOWOK
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Oleh
Yunita Agustina
© Yunita Agustina 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
YUNITA AGUSTINA 0809068
TARI DWIMUKA KARYA DIDIK NINI THOWOK
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M.Hum. NIP. 195212051986112001
Pembimbing II,
Dra. Sri Dinar Munsan NIP. 195809291988032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Asumsi ... 9
F. Metode Penelitian ... 10
G. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 11
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 31
B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 32
C. Definisi Istilah ... 33
D. Fokus Penelitian ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Instrumen Penelitian ... 39
G. Pengolahan dan Analisis Data ... 41
H. Langkah-langkah Penelitian ... 42
1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 45
2. Proses Penciptaan Tari Dwimuka ... 45
3. Koreografi Tari Dwimuka ... 48
4. Kostum dan Properti Tari Dwimuka ... 57
5. Rias dan Karakter Topeng Tari Dwimuka ... 63
a. Rias Tari Dwimuka ... 63
b. Karakteristik Topeng Tari Dwimuka ... 66
B. Pembahasan ... 69
1. Analisis Proses Penciptaan Tari Dwimuka ... 69
2. Analisis Koreografi Tari Dwimuka ... 71
3. Analisis Kostum dan Properti Tari Dwimuka ... 73
4. Analisis Rias dan Karakter Topeng Tari Dwimuka ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 78
B. Rekomendasi ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
GLOSARIUM ... 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 87
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya seni adalah salah satu cabang kebudayaan, merupakan hasil pikiran
masyarakat dari berbagai tingkatan budaya. Sebagai bagian dari kebudayaan
kesenian memiliki keberagamaan, dari keberagaman tersebut kesenian memiliki
macam atau ragam diantaranya seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni karawitan
yang satu sama lain saling berhubungan dan saling melengkapi.
Seni juga biasanya digambarkan sebagai suatu aspek kehidupan yang selalu
mengandung kreativitas, yang tercermin dari karya yang khas dari seorang
seniman, yang jarang atau belum diciptakan oleh orang lain, yaitu menyangkut penemuan sesuatu “seni”nya belum pernah terwujud sebelumnya. Apa yang dimaksud dengan “seni”nya tidak mudah ditangkap, karena ini menyangkut sesuatu yang prinsipil, dan konseptual. Yang dimaksudkan bukanlah hanya “wujud” yang baru, tetapi adanya pembaharuan dalam konsep-konsep estetikanya sendiri, atau penemuan konsep yang baru sama sekali (Djelantik 2001:69).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menemukan hubungan-hubungan
baru dan membuat kombinasi-kombinasi baru yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir sehingga dapat menciptakan sesuatu
yang baru. Dalam hal ini sesuatu yang baru tidak berarti sebelumnya tidak ada,
akan tetapi sesuatu yang baru ini dapat berupa sesuatu yang belum dikenal
sebelumnya.
Seni tari dalam tata ruang lingkup seni akan memancarkan segala realita
fisik yang berupa gerak tubuh, ruang, waktu, dan kelenturan otot yang dapat
membantu merealisasikan pada apa yang kita lihat dan apa yang kita rasakan.
sehingga mampu menggugah perasaan manusia, seperti yang diungkapkan oleh
Nalan dalam skripsi Ajeng Ginanjar R. yang menyatakan bahwa.
Tari sebagai ekspresi seni menciptakan image, tari merupakan pengalaman yang berguna untuk lebih memperkaya peranan dan pertumbuhan seseorang baik si seniman maupun bagi penikmatnya (1995:20).
Setiap orang memiliki kemampuan rasa dan pengolahan pikiran secara
sinergis. Kemampuan dan kepekaan tersebut pada setiap orang berbeda.
Seseorang yang memiliki kepekaan rasa yang tinggi terhadap tarian, dan sekaligus
sebagai pemeran tari maka yang bersangkutan akan mampu menerjemahkan
keindahan gerak melalui kreativitasnya. Kemampuan yang lebih tersebut biasanya
dimiliki pada seorang penari yang juga kompeten terhadap penataan tari. Kedua
bekal itu apabila dilatih terus menerus maka yang bersangkutan akan dapat
menafsirkan bagaimana cara dan teknik pengolahan gerak ke dalam ruang, gerak
dan waktu.
Kreativitas perlu dipupuk, dibina dikembangkan ke dalam bentuk
pendidikan dan latihan yang terarah. Pada akhirnya bentuk kreatif dapat terwujud
dalam bentuk, kadar, dan tafsiran motif yang berbeda satu sama lainnya. “Kreatif”
juga merupakan sebutan terhadap orang-orang yang cerdik, peka, atau bijak,
misalnya dalam menemukan pemikiran atau teori baru, teknik atau metodologi
baru. Potensi kreatif yang dimiliki orang kadarnya berbeda-beda. Proses
melahirkan bentuk dan motif kreatif sangat unik antara seorang dengan lainnya.
Ada sebuah karya tari yang tergolong kreatif dari salah satu seniman, yaitu
Tari Dwimuka. Tari tersebut merupakan sebuah karya tari yang termasuk Genre
Tari Kreasi Baru. Tari Dwimuka merupakan sebuah karya tari dengan dua wajah,
yaitu bagian belakang kepala menggunakan topeng dan bagian wajah depan yaitu
wajah aslinya dengan menggunakan rias karakter, tarian ini menggunakan dua
karakter yang berbeda dalam diri manusia yaitu baik dan buruk.
Tari Dwimuka diciptakan oleh Didik Nini Thowok sekitar tahun 1980.
Didik Nini thowok yang berasal dari Yogyakarta. Nama asli Didik Nini Thowok
yaitu Didik Hadi Prayetno namun Didik lebih dikenal dengan nama Didik Nini
Nama Nini Thowok, Didik peroleh awalnya diajak oleh teman dekatnya yaitu Bekti Budi Hastuti (Mbak Tutik) untuk ikut bergabung ke dalam pertunjukan tari Nini Thowok, yaitu berperan sebagai dukun tua pembawa sesaji yang bertingkah genit, lincah, dan jenaka/lucu. Lambat laun kelompok tersebut menjadi sebuah grup tari yang bernama Bengkel Tari Nini Thowok sehingga mereka menyandang nama Nini Thowok, begitupun Didik. Dengan kecerdikan Didik pada saat memerankan berbagai adegan ketika ada sebuah pertunjukan yaitu Didik berperan sebagai dukun, disitu penampilan Didik selalu menarik dan menghibur para penonton sehingga penampilan Didik disukai oleh penonton. Disitulah Didik lebih dikenal dengan nama Didik Nini Thowok dibandingkan nama aslinya yaitu Didik Hadi Prayetno.
Didik Nini Thowok, seorang seniman tari yang telah memiliki jam terbang
cukup lama, pada awalnya berangkat dari kesadaran akan bakat yang secara ulet
dan tekun yang terus digali. Ia memiliki kejelian dalam mengeksplorasi tubuhnya
untuk mencari berbagai kemungkinan gerak sebagai modal yang cukup potensial
dalam prosesnya berkreativitas. Hal ini diperkuat oleh pikiran dan imajenasinya
yang diyakini betul secara fitrah dimiliki oleh setiap manusia.
Berdasarkan pengakuan hasil wawancara kepada Didik Nini Thowok pada
tanggal 10 Oktober 2011, melihat dari karya-karya hasil ciptaannya, Didik Nini
Thowok dalam membentuk suatu tarian telah memiliki konsep yang jelas, yakni
selalu meneruskan tarian yang berakar pada tarian tradisi lama yang tentunya
disesuaikan atau diselaraskan dengan fenomena situasi kondisi masyarakat yang
tengah terjadi. Dia sadar, beragamnya tarian yang tersebar di setiap wilayah di
Indonesia merupakan lahan dan potensi yang harus digali dan dikembangkan. Jika
hal itu dilakukan maka akan menghasilkan bentuk (genre) baru yang kini menjadi
ciri khasnya.
Kondisi Tari Dwimuka pada masa sekarang ini sangat pesat
perkembangannya, karena Didik selalu membuat bentuk kreasi yang baru dalam
Tari Dwimuka. Tari tersebut mengalami perubahan hingga tujuh tarian yaitu
misalnya tari Jepindo (Jepang-Indonesia), Jali (Jawa-Bali) dan lain sebagainya.
Sementara untuk tari hasil karya ciptaannya yang bersumber dari Tari Dwimuka
tersebut Didik menciptakan tarian lain yaitu Tari Pancamuka, Tari Pancasari,
Pada masa sekarang ini Didik sering menampilkan Tari Dwimuka namun
berbeda bentuk ataupun temanya. Daruni menyatakan bahwa.
Mengenai tema tari yang menarik Bagi Didik cukup beragam. Tema binatang juga menarik Didik untuk dituangkan dalam karya tarinya. Hal itu dapat dilihat dari beberapa karya tarinya yang berjudul Tari Kuda Putih, Tari Merak Gandrung, Tari Domba, dan Tari Kumbang. Beberapa tari yang mengandalkan kelincahan tubuh dan keindahan gerak dapat dijumpai pada karya-karyanya, antara lain Tari Sukria, Tari Radha, Tari Rebana, dan Tari Witarko. Adapun tari yang menggunakan property untuk daya tariknya dapat dilihat pada karyanya yang berjudul, Tari Selendang, Tari Kipas, Tari Balon, Tari Topi, Tari Kentongan, Tari Umbul-umbul dan masih banyak lagi (2011: 229).
Diantara karya-karya tariannya Didik sering mementaskan tari Pancamuka,
Pancasari, Topeng Walangkekek, namun untuk tari Dwimuka itu sendiri Didik
masih membatasinya dalam setiap pertunjukan.
Tari Dwimuka merupakan pertunjukan yang di dalamnya terdapat unsur tari
Jaipong (sunda), Topeng, pantomim, dan Bali. Tari tersebut merupakan salah satu
tari tunggal Didik Nini Thowok yang memiliki ciri khas gerak Improvisasi yang
memunculkan suasana humor dan menggunakan dua topeng sekaligus.
Topeng atau kedok adalah penutup muka yang terbuat dari kayu (kertas dan
sebagainya) berupa orang atau binatang dan sebagainya. Akan tetapi pengertian
topeng itu sendiri lambat laun berkembang dan sekarang digunakan sebagai
sebutan terhadap pertunjukan, yaitu dengan timbulnya sebutan bahwa suatu
pertunjukan dengan memakai kedok disebut topeng. Topeng tidak hanya dipakai
untuk menutupi wajah asli pemakainya, seperti untuk memerankan lakon sebagai
kesenian, melainkan juga terkait dengan ritus, ritus sosial kerohanian, baik yang
berhubungan dengan dewa-dewa, leluhur, binatang, (totem) sesuai dengan
peradaban manusia pada masa itu. Dilihat dari segi kemasyarakatan ternyata
jenis-jenis di nusantara ini memiliki kelompok-kelompok pendukung tertentu, demikian
pula dengan fungsi yang berbeda. R.M soedarsono dalam bukunya Seni
Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi menyatakan bahwa.
Perubahan fungsi dan perubahan bentuk pada hasil karya seni ini
disebabkan oleh dinamika masyarakat (perubahan dan perkembangan zaman).
Begitu halnya dengan Tari dwimuka mempunyai suatu tujuan dalam
penampilannya dan terdapat fungsi pertunjukan di dalamnya. Tari Dwimuka
mempunyai tujuan pesan pada penonton bahwa dalam kehidupan dalam diri
manusia mempunyai karakter baik dan buruk. Fungsinya yaitu sebagai presentasi
estetis. Tari Dwimuka pada bagian belakang yang menggunakan topeng Bali
menggambarkan kesabaran, keceriaan, dan kelembutan yang merupakan sifat baik
pada diri manusia. Wajah bagian depan adalah wajah Didik sendiri, yang terlihat
seram yang dirias sedemikian rupa oleh Didik, selain rias yang digunakan Didik
memeotkan bibir dan menggunakan sepasang gigi terhunus. Bisa dibilang itu
mewakili karakter buruk (Herry Gendut Janarto, 2005:112-113).
Proses kreatif Didik Nini Thowok terlihat dari banyaknya kreativitas yang
tercipta dalam membuat dan membentuk suatu tarian, antara lain memiliki rasa
humor yang tinggi, yang dituangkan dalam bentuk tarian sehingga terciptalah
tarian yang sifatnya humor, meski semua tarian memiliki tujuan menghibur,
namun masing-masing tari memiliki keunikan tersendiri, selain itu kepiawaiannya
dalam menguasai berbagai bentuk tari tradisional negara lain membuat ide-ide
baru muncul sehingga tercipta tarian sebagai proses hasil kolaborasi antara
keduannya, Dia betul-betul menyadari bahwa tubuh adalah satu hal yang
terpenting untuk gerak di dalam tari (Perwitasari, 2003:51)..
Seorang penata tari memilih tema tarinya secara rasional dalam suatu karya
yang kreatif. Lazimnya, pada mulanya ia akan merangsang gelora semangatnya
terlebih dulu yang memancar dari bawah sadarnya yang mendesak untuk
diungkapkan. Semua tindakan yang menggunakan akal haruslah datang setelah
ide dasar ini diperoleh, yakni manakala keputusan-keputusan harus ditentukan
lewat pertimbangan pikiran.
Biasanya, kemampuan dan keahlian penciptaan karya seni oleh seseorang,
antara lain akan terlihat perbedaan dengan ciri atau kekhasan tertentu. Namun
demikian tema yang diangkat Didik selalu bertujuan sama yaitu sebagai hiburan
terfokus pada satu titik tema (hiburan) meski kadang-kadang dia akan
menghasilkan sesuatu dari kepiawaiannya berimprovisasi. Improvisasi gerak yang
dimunculkan biasanya mengandung symbol atau makna tertentu yang diolah pada
dua asas, yaitu asas distilasi (pembentukan) dan distorsi (perombakan). Dalam
suatu karya seni bisa saja terjadi bahwa seorang seniman akan mencampur
keduanya secara alamiah, semua itu tergantung dari keyakinan mana yang
dianggapnya lebih tepat sebagai daya ungkap yang diinginkannya.
Tari tunggal disusun dengan teknik tinggi dan disesuaikan dengan kondisi
fisikal Didik Nini Thowok. Lewat karya tarinya yang kental berciri humor, Didik
dari waktu ke waktu berusaha mempertahankan dan mengembangkan karya
tarinya, salah satunya dalam tarian Dwimuka, Didik bahkan mencoba membuat
variasi-variasi karya tari Dwimuka yang menjadi tari Trimuka, Caturmuka,
Pancamuka dan masih banyak lagi karyanya. Didik Nini Thowok memang tidak
pernah berhenti berkreasi/berkarya. Salah satu karya unggulan sekaligus karya
yang membuat Didik semakin terkenal hingga sampai ke luar negeri yaitu Tari
Dwimuka dengan kata lain Didik merdeka bersama Dwimuka dibandingkan karya
tari sebelumnya yang diciptakan Didik tari Dwimuka inilah yang membuat Didik
semakin dikenal oleh masyarakat luas. Tari Dwimuka merupakan sebuah karya
tari dengan dua wajah yang ditarikan dengan satu tubuh yang tariannya
menggambarkan dua karakter yang berbeda dalam diri manusia, yaitu baik dan
buruk. Tari Dwimuka ini tercipta pada tahun 1987 (Herry Gendut Janarto,
2005:112).
Ide gagasan penciptaan Tari Dwimuka yaitu ketika Didik Nini Thowok
menonton sebuah film detektif, dimana dalam ceritanya ada seorang penjahat
yang memakai topeng di belakang kepalanya dan diam seperti patung, namun
ketika seseorang melintas di depannya segera ia membalikkan badan yang
ternyata ia selama itu dalam posisi membelakanginya. Adegan film tersebut
menjadi sebuah rangsang visual bagi Didik karena dengan melihat itu muncul
inspirasi untuk membuatnya sebuah karya tari yang menarik, tarian itu berjudul
Dwimuka (Daruni, 2011:228). Dari situlah Didik timbul ide kreatif dan
Dari sekian banyak karyanya, penulis tertarik pada karya Tari Dwimuka
yang pertama kali Didik ciptakan yaitu tari Dwimuka yang terdapat unsur tari
Topeng Cirebon, Sunda (Jaipong), Bali dan Pantomim. Alasan penulis memilih
tari Dwimuka untuk penelitiannya karena dalam tari Dwimuka yang pertama kali
Didik ciptakan masih kental dengan gerak tradisinya dimana ia mengambil unsur
gerak dari tari Sunda (Jaipong), Topeng, Pantomim, dan Bali. Tari Dwimuka yang
diciptakan pertamakali oleh Didik merupakan tari yang memicu Didik untuk
berkreasi menciptakan sebuah tarian lain yaitu berawal dari Dwimuka sehingga
tercipta tari-tari yang lainnya yaitu Trimuka, Pancamuka, Pancasari dan lain
sebagainya. Tari Dwimuka yang tercipta pertama kali ini juga merupakan tari
yang membesarkan nama Didik Nini Thowok sebagai seorang seniman dan
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Didik Nini Thowok selalu menampilkan Tari
Dwimuka ini pada saat-saat tertentu saja. Biasanya Didik Nini Thowok
menampilkan tari Dwimuka di acara-acara tertentu misalnya di acara-acara ke
negaraan baik dalam negeri ataupun luar negeri dengan kata lain Didik tidak
sembarangan menarikan tari Dwimuka dalam suatu pertunjukan. Maka dari itu
penulis tertarik dengan tari Dwimuka sehingga memutuskan mengambil judul “TARI DWIMUKA KARYA DIDIK NINI THOWOK”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian maka penulis
membatasi masalah-masalah yang akan diteliti lebih fokus peneliti
mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah Koreografi Tari Dwimuka.
2. Bagaimanakah Busana dalam Tari Dwimuka.
3. Bagaimana Rias dan Karakter Topeng dalam Tari Dwimuka.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan
dicapai dalam penulisan skripsi terbagi menjadi dua tujuan yaitu tujuan umum dan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi masalah yang
terdapat di lapangan sebagai upaya penggalian informasi untuk memperoleh
gambaran umum tentang Tari Dwimuka.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan koreografi penyajian gerak tari Dwimuka.
b. Untuk mendeskripsikan bagaimana Busana dalam Tari Dwimuka.
c. Untuk mendeskripsikan bagaimana Rias dan Karakter Topeng dalam Tari
Dwimuka.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain
sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat memberikan
pengalaman empiris, menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai
Tari Dwimuka yang dikaji oleh peneliti dengan proses penelitian secara
langsung. Sehingga peneliti mendapat manfaat dan mengetahui koreografi
penyajian gerak, busana, rias dan karakter topeng dalam Tari Dwimuka.
2. Bagi Pembaca
Mendapatkan baik informasi ataupun data secara tidak langsung mengenai
keberadaan Tari Dwimuka.
3. Bagi Para Pelaku Seni
Menyumbangkan buah pikiran atau informasi mengenai latar belakang dan
penciptaan tari Dwimuka sebagai salah satu bentuk tari kreasi baru daerah
Yogyakarta.
4. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Dapat menambah kepustakaan, serta menyumbangkan salah satu deskripsi
kesenian khususnya tari kreasi baru yang belum tergali, sebagai wawasan dan
E. Asumsi
Asumsi merupakan anggapan dasar yang telah menjadi pernyataan umum
yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Dalam penelitian ini yang menjadi
asumsi adalah sebagai berikut.
Tari Dwimuka yaitu tarian yang menggambarkan dua karakter atau sifat
manusia yang ditarikan dalam satu tubuh dengan menggunakan topeng di belakang kepala sehingga terlihat seperti dua penari “bersatu dengan sempurna dalam satu tubuh” yang satu menghadap kedepan satunya lagi kebelakang. Dalam Tari Dwimuka ini menggambarkan dua karakter yang berbeda dalam diri manusia,
yakni baik dan buruk. Teknik penampilan tarian Dwimuka ini dilakukan dengan
keluwesan dan kelenturan Didik Nini Thowok dalam mengolah tubuhnya.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitiannya sesuai
dengan permasalahan yang akan dikaji yaitu menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif analisis. Metode penelitian ini sering disebut “ metode penelitian naturalistik” karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut pula dengan metode etnografi karena pada awalnya
metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; dan disebut juga “metode kualitatif” karena data yang dikumpulkan dan dianalisis lebih bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen). Di dalam metode penelitian, peneliti berfungsi sebagai
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (teknik
gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan pada makna daripada generalisasi (Sugiyono 2010:15).
Untuk mengkaji masalah penelitian yang terjadi di lapangan pada kondisi
obyek yang alamiah, maka peneliti akan menggunakan beberapa teknik untuk
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
data (Sugiyono, 2007:62). Tanpa mengetahui dan menguasai teknik pengumpulan
data kita tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.
Dalam penelitian ini, pengumpulan datanya akan menggunakan observasi,
wawancara, dokumentasi, dan stadi pustaka yang kemudian hasil data yang telah
diperoleh akan dianalisis dengan teknik analisis data.
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan fsikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi 1986).
Berdasarkan pernyataan dan masalah penelitian, observasi yang peneliti
lakukan menggunakan observasi terstruktur. Dimana peneliti telah merancang
secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.
Fokus penelitiannya mengenai Tari Dwimuka Karya Didik Nini Thowok.
2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002) dalam buku Sugiyono wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.
Dalam penelitian yang dilaksanakan wawancara yang digunakan oleh
peneliti yaitu melalui proses wawancara terstruktur dan tak berstruktur dengan
beberapa orang yang terkait dengan sumber data. Dengan harapan mendapatkan
data-data dan fakta yang berhubungan dengan penelitian. Wawancara yang
dilaksanakan melalui proses tanya jawab dengan narasumber/informan yang
terkait.
3. Dokumentasi
Sugiyono menyatakan, bahwa hasil penelitian dari pengamatan atau
wawancara lebih kredibel (dapat dipercaya) dengan dukungan sejarah pribadi
kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin dapat dipercaya apabila
Metode ini digunakan untuk mengamati catatan peristiwa yang sudah berlalu
dengan menggunakan kamera dan handycam.
4. Studi Pustaka
Data-data teoritis yang didapat kiranya tidak cukup hanya hasil
wawancara dan observasi semata, namun harus ditunjang dengan stadi pustaka
pada masalah-masalah yang berkaitan, seperti data yang diambil melalui buku,
artikel baik melalui media masa maupun media elektronik. Informasi yang
didapat dari kepustakaan digunakan rujukan untuk memperkuat argumentasi
peneliti dalam analisis hasil penelitian.
Setelah selesai menyusun teknik pengumpulan data yang digunakan yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi telah dikumpulkan dan
diklasifikasikan, selanjutnya dalam penyusunan rancangan penelitian kualitatif
adalah menentukan dan mengemukakan cara peneliti dalam menganalisis data.
Menurut Bogdan dalam buku Sugiyono (2010:334) menyatakan bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
G. Lokasi dan Sampel Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Yogyakarta tepatnya Komplek
Perum Jatimulyo Baru G-13 dan G-14, dan di kantor LPK Natya Lakshita Didik
Ninik Thowok (sanggar Tari Dinik Nini Thowok) Green Plaza Kav.7 Jl.Raya
Godean Km.2,8 Yogyakarta 55182.
Sementara untuk sampel penelitiannya, penelitian ini akan menggunakan
teknik (purposive sampling) dan bersifat (snowball sampling). Purposive
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan merupakan cara mendekati atau menjinakan sehingga hakikat
objek dapat diungkapkan sejelas mungkin. Pendekatan memegang peranan pokok
dalam penelitian kualitatif dengan pertimbangan bahwa objek adalah abstraksi
kenyataan yang sesungguhnya. Pendekatan memiliki hubungan erat dengan model
analisis yang akan kita gunakan. Secara teoritis, dibicarakan dalam kaitannya
dengan paradigma dan metodologi, serta secara praktis, pendekatan adalah model
analisis. Analisis yang sama dengan sendirinya dapat dilakukan semata-mata
dengan menggunakan satu pendekatan, dengan pertimbangan bahwa pendekatan
tersebutlah yang paling dominan.
Metode penelitian menurut Suharsimi Arikunto (1996:150) dalam buku
Andi Prastowo menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara atau strategi
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Seperti
yang telah diuraikan di atas pada bab satu berdasarkan permasalahan yang akan
dikaji peneliti, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif.
Menurut Sugiyono (2009:89) menyatakan bahwa.
Metode Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Sebagaimana pernyataan di atas, metode deskriptif analisis berarti metode
yang digunakan untuk mencari informasi yang lengkap dan jelas, dengan
peneliti menjelaskan dan memaparkan sejumlah data lapangan yang terkait
mengenai Tari Dwimuka Karya Didik Nini Thowok.
B. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah dari koreografer tari Dwimuka yaitu
Didik Nini Thowok yang beralamatkan di Yogyakarta tepatnya Komplek Perum
Jatimulyo Baru G-13 dan G-14, serta di kantor LPK Natya Lakshita Didik Ninik
Thowok (sanggar Tari Dinik Nini Thowok) Green Plaza Kav.7 Jl.Raya Godean
Km.2,8 Yogyakarta 55182.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili). Setelah populasi terdata sampel sumber data pada tahap
awal memasuki lapangan di pilih orang yang memiliki power dan otoritas pada
situasi sosial atau objek yang diteliti, sehingga mampu “membukakan pintu”
kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, berdasarkan
pernyataan di atas peneliti menggunakan sampling purposive dan bersifat
snowball sampling. Sampling purvosive adalah” teknik penentuan sample dengan
pertimbangan tertentu”. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial
yang di teliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data,
yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu
memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat
digunakan sebagai sumber data. Hal tersebut dikarnakan subjek peneliti sulit
untuk ditemui dikarenakan kesibukannya mengisi acara di berbagai daerah atau
luar kota maka dari itu peneliti mencari informasi kepada orang-orang terdekatnya
diantaranya Staf pekerja di sanggar tarinya. Dengan kata lain dalam sampel
purposive, besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. S. Nasution
(1988) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (responden) dianggap telah
ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinya bahwa
dengan menggunakan sumber data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi
diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
Objek dan sekaligus sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Tari
Dwimuka. Peneliti memilih Tari Dwimuka sebagai sampel dalam penelitiannya
dikarenakan Tari Dwimuka memiliki keunikan yang terletak pada saat Didik
menari membelakangi penonton yaitu terdapat gerakan sembahan yang dilakukan
didepan punggung serta kepala bagian belakang menggunakan topeng dari bali
yang digerakkan kesamping kanan dan kiri, sehingga menghidupkan gerak topeng
yang berkesan menghadap ke depan. Sampel tersebutlah yang akan peneliti kaji
dalam penelitiannya.
. Oleh karena itu Sesuai dengan fokus dari penelitian ini yaitu Tari
Dwimuka Karya Didik Nini Thowok alasan peneliti mengambil penelitian
tersebut karena dalam tari Dwimuka yang pertama kali Didik ciptakan masih
kental dengan gerak tradisinya dan ingin mengetahui gerak-gerak yang diambil
yang terdapat pada tari Sunda, Tari Topeng dan Pantomim yang Didik ambil
sebagai gerak Tari Dwimuka , maka informan utama antara lain untuk sumber
datanya adalah Didik Nini Thowok selaku koreografer dan orang-orang
terdekatnya yaitu staf dari sanggar LPK Natya Lakhsita .
C. Definisi Istilah
Untuk menegaskan fokus kajian penelitian, peneliti menyampaikan
penjelasan tentang beberapa istilah yang terdapat dalam judul yang berdasarkan
pada pengertian dalam standar pengertian umum yang berlaku.
1. Tari Dwimuka
Tari Dwimuka merupakan tari kreasi baru yang diciptakan oleh Didik Nini
Thowok. Tari ini merupakan tari tunggal yang dibawakan oleh Didik sendiri
dengan ragam gerak yang luwes, lincah sebagai pendukung dari ide penciptaan
tarinya. Tari Dwimuka ini adalah sebuah karya tari yang menggambarkan dua
karakter yang berbeda dalam diri manusia, yakni baik dan buruk. Dwi yang
2. Karya
Karya yaitu hasil ciptaan yang dapat menimbulkan rasa indah bagi orang
yang melihat, mendengar, atau merasakannya. Dalam karya, kreativitas tidak
dapat di pisahkan dari dunia kesenian termasuk dalam dunia seni tari, yakni
dalam sebuah karya seni tari. Di dalam sebuah proses pembuatan karya seni
dibutuhkan ide-ide dan gagasan-gagasan yang kreatif untuk bisa menghasilkan
sebuah karya seni yang baik.
3. Didik Nini Thowok
Didik Hadi Prayetno itulah nama asli Didik, namun Didik lebih dikenal
dengan sebutan Didik Nini Thowok ini lahir pada tanggal, 17 November 1954 di
Temanggung, Jawa Tengah. Ia adalah anak sulung dari lima bersaudara,
keempat adiknya perempuan semua. Ayah Didik, bernama Bapak Kwee Yoe
Tiang yang berasal dari Cina, Adapun ibunda Didik, Ibu Suminah, adalah
seorang wanita Jawa asli, asal Desa Citayem, Cilacap. Didik Nini Thowok yaitu
seorang penari sekaligus seorang Koreografer/pencipta tari , tarian yang dibuat
oleh Didik merupakan tarian kreasi baru yang berciri khas humor. Dimana setiap
penampilannya yang kocak juga karena kelenturan tubuhnya sehingga membuat
keluwesan geraknya yang dikenal dengan tarian-tarian komikal yang selalu
dibawakan.
D. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka
fokus penelitiannya yaitu, mengenai Tari Dwimuka Karya Didi Nini Thowok
dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Adapun pada situasi sosial atau
objek penelitian ini, menurut Spradley, peneliti dapat mengamati secara
mendalam aktivitasnya (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat
(place) tertentu. Maka informan utama untuk sumber datanya adalah Didik Nini
Thowok selaku koreografer dan orang-orang terdekatnya, sehingga akan
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2007:62). Tanpa mengetahui dan menguasai teknik pengumpulan data kita tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan empat cara sebagai
upaya memperoleh data yang akurat, yaitu.
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan.
Margono dalam bukunya menyatakan bahwa.
Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena–fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan (2007:159).
Berdasarkan pernyataan dan masalah penelitian, observasi yang peneliti
lakukan menggunakan observasi partisipatif yang terstruktur. Dimana peneliti
telah merancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan
dimana tempatnya. Fokus peneliti dalam penelitiannya yaitu mengenai Tari
Dwimuka Karya Didik Nini Thowok dan bentuk penyajiannya mengenai Tari
Dwimuka.
Observasi ini dilakukan dua kali kunjungan sebelum pembuatan proposal
dan selama proses bimbingan skripsi, peneliti melakukan observasi dengan
terjun langsung ke lapangan dengan tujuan untuk mengetahui dan memastikan
objek yang akan dijadikan masalah penelitian. Dengan observasi peneliti
mengharapkan akan mendapatkan gambaran mengenai masalah secara jelas dan
dapat memberikan petunjuk untuk pemecahannya.
Observasi pertama dilakukan pada tanggal, 7 Oktober 2011 sampai
observasi dilakukan di kantor LPK Natya Lakshita Didik Ninik Thowok
(sanggar Tari Dinik Nini Thowok) observasi ini untuk memastikan lokasi
penelitian dan memohon izin untuk melakukan observasi sekaligus melakukan
penelitian kepada asisten Didik Nini Thowok yaitu Mbak Andrea. Untuk hari ke
dua peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang terdekatnya mengenai
informasi tentang Didik Nini Thowok mengenai pengalaman-pengalamannya
dalam berkarya di kantor LPK Natya Lakshita Didik Ninik Thowok (sanggar tari
Dinik Nini Thowok). Untuk selanjutnya pada hari ke tiga peneliti mengunjungi
kediaman Didik Nini Thowok di Komplek Perum Jatimulyo Baru 13 dan
G-14, bermaksud untuk meminta izin kepada Didik Nini Thowok untuk melakukan
penelitian mengenai salah satu karya Didik yaitu tari Dwimuka sekaligus
mencari informasi mengenai awal proses berkaryanya Didik Nini Thowok
sebagai seorang seniman selain itu juga peneliti menanyakan mengenai salah
satu karya tari Didik yaitu tari Dwimuka, mengenai latar belakang, busana dan
rias tari Dwimuka yang merupakan fokus utama penelitian. Pada hari ke empat
yang merupakan hari terakhir penelitian, peneliti melanjutkan observasi
mengenai kostum atau busana di kediaman Didik bermaksud ingin mengetahui
bentuk kostum tari Dwimuka dan kreasi kostum yang dibuat oleh Didik.
Observasi yang kedua pada tanggal 8 Oktober 2012 selama tujuh hari untuk
proses penelitian. Penelitian yang dilakukan yaitu mengenai koreografi tari
Dwimuka dan makna yang terdapat pada tari Dwimuka baik secara gerak
maupun karakteristik dari topeng Dwimuka.
2. Wawancara
Setelah melakukan observasi peneliti melakukan wawancara untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih untuk
melengkapi hasil dari observasi, dengan harapan narasumber dapat memberikan
informasi yang dapat dipercaya kebenarannya atau objektif. Narasumber adalah
orang-orang yang terkait dan berhubungan baik secara langsung maupun tidak
langsung yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan
dalam objek penelitian (Tari Dwimuka Karya Didik Nini Thowok).
Dalam penelitian yang dilaksanakan, wawancara yang digunakan oleh
peneliti yaitu melalui proses wawancara terstruktur, dan tak berstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan (Lexy J.
Moleong 2010:190). Wawancara tidak struktur, adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono 2010:320).
Wawancara ini dilakukan dengan beberapa orang yang terkait dengan sumber
data. Wawancara terstruktur digunakan peneliti kepada Didik Nini Thowok
sedangkan untuk wawancara tak struktur yaitu pada staf-staf sanggar Didik yaitu
Mbah Cemplung, dan Pak Handrid. Dengan harapan peneliti mendapatkan
data-data dan fakta yang berhubungan dengan penelitian. Wawancara yang
dilaksanakan melalui proses tanya jawab dengan narasumber/informan yang
terkait. Narasumber yang utama yaitu Didik Nini Thowok selaku koreografer
tari Dwimuka.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi akan digunakan sebagai teknik pengumpulan data
yang ketiga. Data dalam penelitian kebanyakan diperoleh dari sumber manusia
atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula
sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan
bahan statistik. Berdasarkan penjelasan Sugiyono menyatakan, bahwa hasil
penelitian dari pengamatan atau wawancara lebih kredibel (dapat dipercaya)
dengan dukungan teknik pengumpulan data secara dokumentasi yaitu sejarah
autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin dapat dipercaya apabila
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Metode ini digunakan untuk mengamati catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat,
pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan
bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat
dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti
dengan mempelajari dokumen-dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan
nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti. Pengumpulan data perlu
didukung pula dengan pendokumentasian, dengan foto, video, dan VCD.
Dokumentasi ini akan berguna untuk mengecek data yang telah terkumpul.
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap dan sebanyak mungkin peneliti
berusaha mengumpulkan. Maksudnya, jika nanti ada yang terbuang atau kurang
relevan, peneliti masih bisa memanfaatkan data lain. Dalam fenomena budaya,
biasanya ada data yang berupa tatacara dan perilaku budaya serta sastra lisan.
(Endraswara, http://fisip.untirta.ac.id/teguh/?p=16/).
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi akan digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai hal-hal apa saja yang berhubungan dengan Tari
Dwimuka Karya Didik Nini Thowok, dokumen tersebut berupa foto, dan video
dengan menggunakan kamera digital dan handycam. Foto-foto yang dimaksud
berupa data dokumentasi, yang meliputi foto-foto narasumber, kegiatan selama
beraktifitas dan prestasi yang telah didapatnya selama berkarya. Selain itu
rekaman audio visual yang berupa video hasil pertunjukan tari Dwimuka yang
digunakan sebagai penguat data yang diungkapkan secara deskripsi agar dapat
dipercaya kebenarannya.
4. Studi Pustaka
Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010:276) dalam buku Andi Prastowo
Studi pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji. Informasi bahan bacaan itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, artikel, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. Menyusun stadi pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya. Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian.
Studi pustaka merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan
diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi pustaka. Selain itu peneliti
dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada
kaitannya dengan penelitian, dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Dengan melakukan stadi pustaka, peneliti dapat memanfaatkan
semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Setelah masalah penelitian ditemukan, peneliti melakukan studi pustaka yang
merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti
baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Beberapa sumber yang
telah peneliti baca selama proses penulisan skripsi ini yaitu berupa buku
mengenai koreografi, komposisi tari, kreativitas seorang penata tari, tata
busana/kostum, tata rias, dan tentang symbol dan makna dalam karakter topeng
untuk menganalisis karakter topeng yang digunakan dalam Tari Dwimuka, serta
teori metode penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian. Artikel dan tulisan-tulisan dari internet yang dianggap mendukung
terhadap teori, skripsi terdahulu sebagai sumber primer dan lain sebagaianya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan
objektif. Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen
penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan
suatu persoalan.
Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan
penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau
tidaknya, tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian
harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai instrument penelitian
dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa digunakan pada
penelitian lain. Kekhasan setiap obyek penelitian membuat seorang peneliti harus
merancang sendiri instrumen yang akan digunakannya. Susunan instrumen untuk
setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian yang lain. Hal ini disebabkan
karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan mekanisme kerja yang
berbeda-beda.
Pada penelitian ini, instrument utama penelitian yaitu peneliti sendiri.
Menurut Nasution (1992:9) dalam buku Andi Prastowo (2011:43) peneliti adalah
Key Instrument atau alat peneliti utama. Karena dalam hal ini peneliti terlibat
langsung ke dalam proses penelitian yaitu terjun langsung ke lapangan untuk
memasuki obyek penelitian. Selanjutnya Nasution (1988) dalam buku Sugiyono
(2009:60) menyatakan.
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Dapat disimpulkan instrument utama dalam melakukan penelitian ini
adalah peneliti sendiri, karena kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif
merupakan sebuah keharusan. Penelitian ini lebih mengutamakan observasi
terhadap fenomena yang ada maupun wawancara yang dilakukan sendiri oleh
peneliti sebagai instrument penelitian, selain itu peneliti juga menggunakan studi
pustaka sebagai data tertulis sebagai bahan perbandingan. Oleh sebab itu,
mendalam sangat dibutuhkan agar data yang diperoleh optimal dan kredibel.
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian bertujuan untuk meningkatkan intensitas
peneliti dalam berinteraksi dengan sumber data sebagai upaya mendapatkan
informasi yang lebih valid dan absah terkait dengan fokus penelitian yaitu tari
Dwimuka mengenai koreografi dalam tari Dwimuka, kostum dan rias tari
Dwimuka, serta mengenai karakter topeng Dwimuka. Untuk itu, peneliti
diharapkan mampu membangun hubungan yang lebih akrab dan wajar, sehingga
tumbuh kepercayaan bahwa hasil penelitian tidak akan digunakan terhadap hal-hal
yang menyimpang dan dapat merugikan informan atau bahkan berimbas pada
lembaga yang dipimpinnya.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data penelitian selesai dikumpulkan dengan lengkap di berbagai
sumber, tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu mengolah dan
menganalisis data. Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan
ada gunanya, jika tidak diolah. Pengolahan data merupakan bagian yang amat
penting dalam metode ilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat
diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data
mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam
kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi, serta diperas sedemikian
rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan
bermanfaat untuk menguji pertanyaan penelitian. Mengadakan manipulasi
terhadap data mentah berarti mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya
menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan
hubungan-hubungan antara fenomena.
Setelah data disusun dalam kelompok-kelompok serta hubungan-hubungan
yang terjadi dianalisa, perlu pula dibuat penafsiran terhadap hubungan antara
fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain.
Berdasarkan pengolahan data tersebut, perlu dianalisis dan dilakukan penarikan
Teknis analisis data yang digunakan yaitu dianalisis secara Triangulasi
yang diuraikan secara sistematik untuk dijadikan sebagai bahan laporan dimana
data yang kita peroleh lebih konsisten, tuntas dan pasti. Mengingat data yang
terkumpul dan berhasil dijaring melalui teknik-teknik pengumpulan data masih
merupakan data mentah. Dalam buku Andi Prastowo menyatakan teknik
Triangulasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada (Sugiyono, 2007:83).
Observasi Wawancara
Studi Pustaka
Bagan 3.1 Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data
Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (2010:372)
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda. Data diperoleh dengan
observasi, lalu dicek dengan wawancara atau dokumentasi, dan studi pustaka.
Seluruh proses analisis, siklus triangulasi tersebut dilakukan dengan
berulang-ulang diantara kegiatan pemilihan data, penyajian data serta penarikan kesimpulan
dan saling berhubungan dari awal hingga akhir penelitian.
H. Langkah-langkah Penelitian
Untuk membantu mempermudah proses penelitian di lapangan, peneliti
1. Pemilihan Topik atau Judul
Dalam pemilihan topik penelitian, peneliti melakukan bimbingan dengan
dosen pembimbing mengenai permasalahan yang akan dikaji dan dijadikan
sebagai bahan/topik penelitian. Dalam hal ini peneliti memberikan anggapan
sementara kepada dosen pembimbing, mengenai topik yang akan diteliti
dari berbagai sumber yang peneliti dapatkan sebelum terjun ke lapangan.
2. Penyusunan Proposal
Setelah topik permasalahan dan judul telah di setujui, peneliti selanjutnya
yaitu menyusun proposal penelitian. Dengan menyusun latar belakang,
konteks dan fokus permasalahan, kerangka kerja teoritis, deskripsi data
penelitian, dan verifikasi dan/atau kesimpulan dan implikasinya yang akan
menjadi bentuk skripsi.
3. Survei
Survei adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Metode
survei digunakan sebagai teknik penelitian yang melalui pengamatan
langsung terhadap suatu gejala atau pengumpulan informasi melalui
pedoman wawancara, kuisioner, kuisioner terkirim (mailed questionnaire)
atau survei melalui telepon (telephone survey).
Setelah menetapkan judul yang sudah disetujui oleh para pembimbing dan
peneliti mendapatkan alamat tempat penelitian dari narasumber, peneliti
melakukan survei ke tempat penelitian untuk memastikan kebenaran
informasi yang didapatkan mengenai tempat penelitiannya dan menanyakan
kebenaran atas data mentah yang didapat peneliti kepada pihak yang terkait
yaitu asisten Didik Nini Thowok yang bernama Andrea untuk menanyakan
informasi mengenai kegiatan Didik dan menentukan waktu untuk
4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan
fokus penelitian yaitu tentang koreografi tari Dwimuka, tata rias dan
karakter topeng tari Dwimuka, serta kostum tari Dwimuka, dan data yang
diperoleh tersebut dapat bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata maupun
gambar. Data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi,
dan stadi pustaka yaitu melalui internet, jurnal, artikel, sumber buku, skripsi
dan sumber lainnya yang mendukung data penelitian.
5. Penyusunan Laporan
Secara umum laporan penelitian pada dasarnya merupakan upaya peneliti
mengkomunikasikan hasil atau temuan yang diperoleh kepada pihak-pihak
tertentu. Dalam menyusun laporan penelitian kualitatif, acuan pola yang
digunakan memuat sekurang-kurangnya empat persoalan pokok, yaitu
konteks dan fokus permasalahan, kerangka kerja teoritis, deskripsi data
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Koreografi tari Dwimuka mempunyai karakteristik gerak putri halus dan
putri gagah. Gerak yang dominan pada tari Dwimuka untuk karakter putri halus
yaitu gerak berpindah tempat (locomotion). Sementara untuk karakter putri gagah
yang dominan yaitu gerak maknawi (gesture). Dalam koreografinya terdapat
unsur gerak Tari Sunda (Jaipong), Tari Topeng, dan pantomim. Unsur bali dalam
tari Dwimuka terdapat pada karakteristik topengnya yaitu menggunakan topeng
Bali. Tari Dwimuka merupakan tari tunggal dengan karakter dua sifat manusia
yang berbeda yaitu baik – buruk, cantik – jelek, lemah – kuat, lembut – kasar, dan lain sebagainya. Dwi yang artinya dua dan Muka artinya wajah yang
menggambarkan karakter pada diri manusia.
Pengolahan rias Dwimuka disesuaikan dengan karakter yang dibawakan
yaitu rias karakter yang ditampilkan dengan karakter lembut dan kasar, sehingga
menampakan dua bentuk wajah yang berbeda yang digunakan pada wajah dan
bagian belakang kepala. Karakter kasar dirias pada wajah, sedangkan karakter
lembut ditempatkan pada topeng yang dilekatkan di belakang kepala. Tata rias tari
Dwimuka mengungkapkan karakter keras tapi juga lucu. Karena ada kesesuain
antara bentuk gerak dan tata riasanya, pengolahan ekspresi wajah juga sangat
mempengaruhi akan bentuk rias yang digunakan.
Karakter busana pada tari Dwimuka pun ada dua yaitu karakter pertama
pada bagian belakang teramsuk ke dalam karakter putri halus karena dilihat dari
desain kostum yang pertama kali dirancangnya yaitu menggunakan kebaya
panjang berwarna hijau namun ada juga yang berwarna merah jambu dengan
payet kembang berwarna hijau lengkap dengan ikat sabuk slepe lengkap dengan
selendang jambon bergaris kuning di tepinya, selain itu juga menggunakan
karakter keceriaan, dan kelembutan pada seorang perempuan yang
menggambarkan sifat manusia yang baik. Yang kedua bagian depan termasuk
ke dalam karakter putri gagah dengan kebaya yang sederhana dan menggunakan
beberapa properti yaitu gigi palsu dan bulu mata palsu agar terlihat unsur
komikalnya yang menggambarkan sifat manusia yang buruk.
Didik Nini Thowok mempunyai gaya dalam setiap karya ciptaan tarinya
salah satunya tari Dwimuka ini termasuk gaya medley, dimana karya tari Didik
ini selalu menggabungkan ragam gerak tari, seperti halnya dalam tari Dwimuka
terdapat tari Topeng, Jaipongan, dan unsur Bali.
Kesenian tradisi itu memiliki pijakan pada pola atau pakem tradisi itu
sendiri. Seiring dengan kebutuhan dan juga perkembangan jaman, Didik Nini
Thowok memberi sentuhan-sentuhan lain pada karyanya sehingga mempunyai
ciri dan gaya tersendiri, seperti yang terlihat pada Tari Dwimuka yang sudah
tercipta beberapa tari Dwimuka namun berbeda gaya dan tema yang diciptakan
olehnya sesuai dengan kebutuhan pertunjukan. Karena selera masyarakat juga
lah yang menjadi salah satu tujuannya, bahkan menurutnya pula, bentuk
pertunjukan (karya tari ciptaannya) bisa menambah satu bentuk
keanekaragaman kesenian tradisi.
Penelitian ini menggunakan observasi yang didukung oleh bukti-bukti
data di lapangan maupun sumber-sumber lain seperti artikel, sumber buku,
internet dan lain sebagainya. Data-data tersebut menyimpulkan tari Dwimuka
merupakan tari kreasi baru yang bergaya komikal dengan berciri khas humor
dengan keluwesan dan kelenturan tubuh Didik Nini Thowok yang jarang penari
B. Rekomendasi
Kesenian memerlukan perhatian yang besar dari semua aspek masyarakat,
kesenian bisa saja tidak akan bertahan jika tidak ada dukungan dari berbagai
pihak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan, peneliti ingin
menyampaikan saran kepada beberapa pihak yang terkait, sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Peneliti harus lebih memahami mengenai proses penciptaan Tari Dwimuka
dan memahami unsur penyajian dalam Tari Dwimuka.
2. Kepada pelaku seni yaitu Didik Nini Thowok, untuk terus berkarya
menciptakan tarian yang inovatif yang terus memberi dan memperlihatkan
ciri khasnya. Alangkah baiknya apa yang sudah diciptakan dibuat dokumen
tertulisnya.
3. Bagi khalayak umum, pembaca, mahasiswa seni tari, untuk dapat
melanjutkan penelitian mengenai iringan tari Dwimuka.
4. Untuk Pendidikan, diharapkan dapat menambahakan bahan informasi
DAFTAR PUSTAKA
Amir et.al. (2007). Apresiasi Bahasa dan Seni. Bandung: BASEN PRESS.
Atmadilaga, Adi. (2011). Seni Membaca Wajah (Fisiognomi). [Online]. Tersedia:
http://atmadilaga27.blogspot.com/2011/09/seni-membaca-wajah-fisiognomi.html [29 September 2011].
Caturwati, Endang. (1997). Tata Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI PRESS.
Daruni. (2011). Tari Humor dan Didik Nini Thowok. Dalam Gereget Joget Jogya: Nilai, Seni dan Pendidikan, 7 halaman. Yogyakarta.
Djelantik, A.A.M (2001). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).
Dradja, R.B (2004). Teori Warna Oemaj Pada Pola Lantai Tari. [online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/30/0803.htm [1 Mei 2009]
Gendut Jarnato, Herry. (2005) Didik Nini Thowok Menari Sampai Lahir Kembali. Malang: Sava Media.
J. Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Koswara, Perwitasari. (2003). Proses Kreatif Didik Nini Thowok Sebagai Onnagatanya Indonesia. Bandung. Skripsi S1 Jurusan Tari: STSI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Murgiyanto, Sal. (1992). Koreograf : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta: Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Margono S. Drs. (2007). Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT. Rineka Cipta, Jakarta
Narawati, T. (2003). Wajah tari sunda dari masa ke masa. Bandung: P4ST UPI.
---(2003). Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga Rampai. Bandung: P4ST UPI.
Prastowo, Andi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
PT. Centro Inti Media. (2012). Stage Make-up By Didik Nini Thowok: Untuk Tari, Teater, dan film, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rosala, Dedi et.al. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press.
Rusliana, Iyus et.al. (2009). Kompilasi Istilah Tari Sunda. Bandung: Jurusan Tari STSI.
Santika, Nurlia. (2009). Tari Gentra Pinutri Karya Indrawati Lukman di Studio Tari Indra Bandung (Pendekatan Etnokoreologi). Bandung. Skripsi S1 Jurusan Tari: UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Setiawati, Rahmida. (2008). Seni Tari untuk SMK Jilid 2, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Smith, Jacqueline. (1985). “Dance Composition” A Practical Guide for Teachers (Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru). Terj. Ben Suharto. Yogyakarta: IKALASTI YOGYAKARTA.
Soedarsono. (1978). Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta: ASTI Yogyakarta.
Soedarsono. (1998). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Suardana, I Wayan. (2008). Struktur Rupa Topeng Bali Klasik. Dalam: Jurnal IMAJI, Vol 4 (1), 20 halaman.
Tersedia:
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/530/jbptunikompp-gdl-giriarians-26453-4-unikom_g-i.pdf [ 1 Pebruari 2008].
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA cv.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Utami, Budi. (2009). Tata Rias Panggung. Yogyakarta.
Yudhatama, Tovan. (2008). Busana Tari Putri Karya Mitra Semi Inten Dewangga Bandung. Skripsi Sarjana Seni Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI: tidak diterbitkan
Medi online :
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/530/jbptunikompp-gdl-giriarians-26453-4-unikom_g-i.pdf
http://wordpress.com/2010/11/12/studi-kepustakaan/
http://www.scribd.com/INSTRUMEN-PENELITIAN/
http://kambine.net23.net/Didik_Nini_Thowok_Dia/ http://www.scribd.com/doc/CERITA-RAMAYANA//