• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PERMAINAN MEDIA BALOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VISUAL-SPASIAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PERMAINAN MEDIA BALOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VISUAL-SPASIAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Anjungsari Pitria, 2013

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GRAFIK xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

E. Asumsi Penelitian 7

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Permainan menggunakan Media Balok

1. Pentingnya Bermain untuk Anak Usia Dini 9 2. Pengertian Media dan Permainan Balok 14 3. Balok Sebagai Alat Permainan Edukatif 16

a. Alat Permainan Edukatif 16

b. Manfaat Dari Permainan Balok 20

c. Tahapan Bermain Balok 23

B. Kecerdasan Visual- Spasial pada Anak Usia Dini

1. Konsep Kecerdasan Jamak 26

2. Pengertian Kecerdasan Visual Spasial 31 3. Aspek-Aspek Dalam Kecerdasan Visual Spasial 34 4. Karakteristik dan Ciri Individu Cerdas Visual Spasial 35

(2)

Anjungsari Pitria, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 39

B. Lokasi Penelitian 41

C. Definisi Operasional 42

D. Prosedur Penelitian 43

E. Instrument Penelitian 49

F. Teknis Analisis Data 61

G. Validitas Data 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Data Hasil Penelitian 63

B. Pembahasan 97

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan 109

B.Rekomendasi 110

DAFTAR PUSTAKA 112

(3)

Anjungsari Pitria, 2013

BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Multiple intelligences saat ini tengah berkembang, salah satunya kecerdasan

visual-spasial. Kecerdasan ini memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Hampir semua pekerjaan yang dihasilkan memerlukan kecerdasan visual-spasial. Menurut Musfiroh (2004) bangunan yang dirancang arsitektur, desain taman dan desain interior, lukisan, rancangan busana, pahatan, jahitan dokter bedah, riasan ahli kecantikan, mobil dan pesawat terbang, bahkan benda-benda sehari-hari yang dipakai pun adalah hasil dari buah kecerdasan spasial. Orang yang mempunyai kecerdasan spasial juga lebih mudah menghapal jalan. Menurut Robert McKim dalam Yusuf & Nurihsan (Agustin dan Muslihuddin, 2008:78) bahwa pemikiran spasial bukan hanya dimiliki oleh para seniman, tetapi juga oleh dokter ahli bedah, tukang kayu, bahkan seseorang yang merencanakan baju apa yang akan dipakainya hari ini.

(4)

Anjungsari Pitria, 2013

tampak lebih mudah belajar dengan menggunakan teks dan gambar. Bagi anak kecerdasan spasial membantu dalam pemahaman belajar, Menurut Ike (Lumbalumbi, 2010) kecerdasan visual-spasial yang juga bisa mempengaruhi proses belajar anak di sekolah. Salah satunya, membantu anak memahami soal cerita matematika dimana anak lebih mudah memahami konsep pengurangan, penambahan, perkalian bahkan pembagian. Kemudian Surastuti (2010) menyatakan ada korelasi yang erat antara kecerdasan visual-spatial dengan kemampuan logika matematika, sehingga anak terlihat cerdas dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika serta keruangan, misalnya ilmu ukur ruang dan aljabar matematika (Lumbalumbi, 2010). Dengan kecerdasan visual-spasial, anak mampu menyelesaikan masalah-masalah matematika dengan mudah. Mereka juga senang menyelesaikan masalah yang dihadapi melalui berbagai sarana, antara lain melalui buku-buku lain diluar buku wajib sekolah, misalnya, ensiklopedia, kamus, majalah atau browsing komputer. Dari pernyataan tersebut tidak dipungkiri kecerdasan spasial penting dimiliki, karena akan berguna dalam memahami pelajaran bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling mudah untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial (Lucy, 2010).

(5)

Anjungsari Pitria, 2013

kegiatan belajar mengajar di taman kanak-kanak dapat menghadirkan area balok. Salah satu alat permainan edukatif adalah media balok.

Media balok merupakan alat permainan edukatif yang dapat disusun atau dibentuk sesuai dengan imajinasi anak. Seperti yang ditegaskan oleh Eliyawati,dkk (64:2005) bahwa dengan APE anak dapat berimajinasi dan berkreasi menghasilkan sesuatu misalnya bermain lego atau balok-balok. Menurut Musfiroh (2004) balok-balok geometri dengan berbagai warna dan ukuran merupakan fasilitas yang memungkinkan anak mengembangkan daya imajinasi mereka, dimana imajinasi merupakan bagian dari kecerdasan visual-spasial. Bahkan saat anak merapikan balok sesuai tempat dan ukuran hal tersebut berpengaruh terhadap kecerdasan visual-spasial anak (Suliani,2009). Penggunaan media balok membuat anak makin kreatif karena semakin berkembang imajinasi anak maka semakin kreatif anak dalam mencipta sesuatu dari media balok tersebut (Andari,2008).

(6)

Anjungsari Pitria, 2013

membuatnya secara individu atau kelompok, dan bila sudah selesai mereka memainkan mobil di jalan yang sudah dibuatnya. Ketika membuat rumah-rumahan, biasanya anak perempuan membuat rumah Barbie dari balok tersebut di awali dengan ruangan-ruangan yang disekat di lengkapi dengan tumbuhan, binatang, dan boneka Barbie untuk dimainkannya. Dalam program pembelajaran, TK Bunda Balita mempunyai jadwal khusus untuk bermain di tiap sentra, diantaranya sentra balok yang di jadwalkan dua minggu sekali. Program pembelajaran TK Bunda Balita di sentra balok sudah cukup bagus, dimana guru membuat kegiatan semenarik mungkin dan bahkan guru menciptakan bentuk-bentuk geometri dari kardus untuk dijadikan miniatur mesjid ataupun rumah saat kegiatan bersama. Tetapi di TK Bunda Balita belum ada program pembelajaran dengan menggunakan media balok yang mengarah pada peningkatan kecerdasan jamak, khususnya kecerdasan visual-spasial.

(7)

Anjungsari Pitria, 2013

Berdasarkan masalah diatas maka penelitian ini akan memfokuskan kajian pada “Pembelajaran Menggunakan Permainan Media Balok Untuk Meningkatkan Kemampuan Visual-Spasial Anak Taman Kanak-Kanak”

(Studi Penelitian Tindakan Kelas pada kelompok TK B Bunda Balita di Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung Tahun Ajaran 2011-2012)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan visual-spasial anak kelompok B TK Bunda Balita tahun ajaran 2011-2012 sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan permainan media balok?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan permainan media balok dalam meningkatkan kemampuan visual-spasial anak di TK Bunda Balita tahun ajaran 2011-2012?

(8)

Anjungsari Pitria, 2013

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan visual-spasial anak kelompok B TK Bunda Balita tahun ajaran 2011-2012 sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan permainan media balok?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan permainan media balok dalam meningkatkan kemampuan visual-spasial anak di TK Bunda Balita tahun ajaran 2011-2012?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan visual-spasial anak TK Bunda Balita kelompok B tahun jaran 2011-2012 setelah dilakukan pembelajaran menggunakan permainan media balok?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk anak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk dapat meningkatkan prestasi belajar anak. Selain itu dengan melalui pembelajaran menggunakan permainan media balok dapat meningkatkan kemampuan visual-spasial anak.

2. Manfaat bagi guru

(9)

Anjungsari Pitria, 2013

memberikan salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan visual- spasial anak TK.

3. Manfaat bagi sekolah taman kanak-kanak (TK)

Penelitian ini untuk memberikan informasi tambahan tentang pembelajaran menggunakan permainan media balok serta kemampuan visual-spasial. Selain itu, skripsi ini sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan sekolah untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak.

E. Asumsi

Penggunaan pembelajaran menggunakan permainan media balok meningkatkan kemampuan visual- spasial anak. Semakin efektif penggunaan pembelajaran menggunakan permainan media balok maka semakin baik kemampuan visual- spasial anak. Begitu pula jika pembelajaranmenggunakan permainan media balok tidak efektif maka kemampuan visual-spasial pun kurang berkembang. Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan spasial berkaitan dengan kemampuan imajinasi anak. Musfiroh (2004:8) bahwa fasilitas yang memungkinkan anak mengembangkan daya imajinasi mereka seperti, alat-alat permainan konstruktif (lego, puzzle, lasie) balok-balok bentuk geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna, alat-alat dekoratif (kertas warna-warni, gunting lem benang) dan berbagai buku bergambar.

(10)

Anjungsari Pitria, 2013

keterampilan intelektual, keterampilan sosial, keberbahasaan, dan juga aspek kreativitas.

(11)

Anjungsari Pitria, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang menurut Wardhani dan Wihardit mengacu pada apa yang dilakukan guru dalam kelas untuk mengkaji kembali secara seksama dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan serta memperbaiki proses pembelajaran yang kurang atau dirasakan kurang agar menjadi lebih efektif,efisien dan menarik (Watiah, 2010). Adapun menurut Grundy dan Kemmis tujuan penelitian tindakan kelas meliputi tiga hal yaitu, peningkatan praktik, pengembangan profesional, dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung (Sanjaya, 2009:30-31). Selain itu tujuan penelitian tindakan kelas juga untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar (Arikukto, Suhardjono,Supardi, 2011:60).

(12)

Anjungsari Pitria, 2013

2011:58). Sedangkan menurut Arikunto (2011:2) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Penelitian yang dilakukan menggunakan model Hopkins (Sanjaya,2009) yang dilakukan membentuk spiral. Model ini dilakukan peneliti karena sesuai dengan tahapan penelitian tindakan kelas. Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas diantaranya identifikasi masalah, tahapan perencanaan, tahapan pelaksanakan tindakan (aksi), tahapan observasi, tahapan refleksi,dan tahapan perencanaan tindak lanjut.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan visual-spasial anak TK (Taman Kanak-kanak) Bunda Balita khususnya kelompok B. Hal ini diawali kesadaran belum ada program pembelajaran dengan menggunakan media balok yang mengarah pada peningkatan kecerdasan jamak, khususnya kecerdasan visual-spasial.

(13)

Anjungsari Pitria, 2013

Tabel 3.1

siklus penelitian tindakan kelas model Jhon Elliot

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah TK Bunda Balita yang bertempat tinggal di jalan Makam Caringin no.76 Bandung dan bernaung pada yayasan Qurrata’ayun

Bandung. Subjek penelitian yang akan diteliti adalah anak kelompok B Bunda Balita dengan jumlah 11 orang. Subjek yang diambil sama dengan jumlah populasi yang ada dalam kelas. Untuk lebih rincinya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Perencanaan Siklus 1 Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Siklus 2

Refleksi

(14)

Anjungsari Pitria, 2013

Tabel 3.2

Jumlah anak TK Bunda Balita TahunAjaran 2011-2012

Kelompok Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

B (usia 5-6 tahun) 5 6 11

Pemilihan TK Bunda Balita sebagai lokasi penelitian ini karena cukup banyak alat permainan edukatif balok yang dapat dijadikan media dalam meningkatkan kecerdasan jamak khususnya kecerdasan spasial anak usia dini melalui permainan balok, juga belum ada program khusus pembelajaran dengan menggunakan media balok yang mengarah pada peningkatan kecerdasan jamak, khususnya kecerdasan visual-spasial.

C. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini mencakup Kemampuan Visual-Spasial dan Permainan Media Balok.

1. Kemampuan visual-spasial

(15)

Anjungsari Pitria, 2013

a. Anak mampu mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau symbol (gambar, bentuk dan warna)

b. Anak mampu mengimplikasikan hubunganan keruangan yang menyatu dengan sekitarnya

c. Anak mampu menemukan objek yang berbeda dari objek yang lainnya d. Anak mampu memasangkan gambar dan bentuk yang sama

e. Anak mampu memusatkan perhatian pada suatu objek f. Anak mampu mengenal berbagai bentuk geometri 2. Permainan balok

Permainan balok merupakan suatu kegiatan menyenangkan dan terdapat peraturan yang sepakati dan ditaati bersama dimana menggunakan alat permainan edukatif media balok. Abidin (dalam An an, 2008) bahwa media balok adalah alat permainan konstruktif yang terbuat dari kayu atau plastik dengan warna-warna yang menarik serta bentuk yang beragam.

Adapun permainan media balok yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah media balok unit yang digunakan sebagai alat untuk permainan sehingga dapat meningkatkan kemampuan visual-spasial anak usia Taman kanak-kanak.

D. Prosedur Penelitian 1. Perencanaan (planning)

Rancangan tindakan pembelajaran menggunakan permainan media balok didasarkan pada masalah penelitian yang meliputi, sebagai berikut:

a. Menentukan kelas atau kelompok yang akan digunakan untuk penelitian. Adapun kelompok yang digunakan yaitu kelompok B.

(16)

Anjungsari Pitria, 2013

Berikut rancangan pembelajaran pada siklus I dalam pembelajaran menggunakan permainan media balok secara lebih terperinci :

Tabel 3.3

Pembelajaran Menggunakan Permainan Media Balok untuk Meningkatkan Kemampuan Visual-Spasial

Anak Taman Kanak-Kanak

Siklus Indikator Perencanaan

Siklus I kegiatan

1

 Anak mampu menebak perubahan posisi pada bangunan balok

 Anak mampu meniru pola deret yang dibuat oleh guru  Anak mampu meniru

pola-pola sesuai contoh pada gambar

 Anak mampu menempatkan balok-balok bersisian dalam satu garis

 Anak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk berbeda yang dibuat guru  Anak mampu melanjutkan

pola deret dengan tiga bentuk berbeda yang dibuat guru  Anak mampu melanjutkan

pola deret dengan tiga bentuk berbeda yang dibuat guru  Anak mampu menyusun gambar anak perempuan yang dibuat guru

 Peneliti memberikan gambaran permainan balok yang akan diterapkan dalam penelitian kepada guru

 Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu membuat dan mengikuti pola deret terlebih dahulu dan kemudian menyusun APE balok sesuai dengan yang tersedia di sekolah  Sebelum kegiatan

permainan balok dimulai, guru memberikan contoh pola deret yang kemudian diikuti anak-anak setelah itu memperlihatkan bentuk yang akan disusun menggunakan APE balok  Setelah anak-anak selesai

(17)

Anjungsari Pitria, 2013

 Anak mampu memasangkan balok dengan bentuk yang sesuai kebutuhan

dan memberikan motivasi kepada semua anak

Rancangan Pembelajaran Pada Siklus I Kegiatan 2 Tabel 3.4

Pembelajaran Menggunakan Permainan Media Balok untuk Meningkatkan Kemampuan Visual-Spasial

Anak Taman Kanak-Kanak

Siklus Indikator Perencanaan

Siklus I segitiga siku-siku dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan bentuk persegi dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan persegi panjang dari kumpulan balok  Anak mampu menemukan setengah

lingkaran besar dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan setengah lingkaran kecil dari kumpulan

 Peneliti memberikan gambaran permainan media balok yang ada di sekolah.

 Guru mengajak anak untuk mengamati sekolah Bunda Balita kemudian anak

(18)

Anjungsari Pitria, 2013

Rancangan Pembelajaran Pada Siklus II Kegiatan 1 Tabel 3.5

Pembelajaran Menggunakan Permainan Media Balok untuk Meningkatkan Kemampuan Visual-Spasial

Anak Taman Kanak-Kanak

Siklus Indikator Perencanaan

Siklus II kegiatan

1

 Anak mampu menebak perubahan posisi pada bangunan balok

 Anak mampu meniru pola deret yang dibuat oleh guru  Anak mampu meniru

pola-pola sesuai contoh pada gambar

 Anak mampu

menempatkan balok-balok bersisian dalam satu garis  Anak mampu melanjutkan gambar kucing yang dibuat guru

 Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak laki-laki yang dibuat guru

 Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak perempuan yang dibuat guru

 Anak mampu

memasangkan balok dengan bentuk yang sesuai

 Peneliti memberikan gambaran permainan balok yang akan diterapkan dalam penelitian kepada guru  Guru menjelaskan kegiatan

yang akan dilakukan yaitu menebak sebuah bangunan, terlebih dahulu guru memberi pilihan tema aku (lingkungan sekitarku)  Guru menyediakan dan

menjelaskan media yang akan di gunakan adalah APE balok yang ada di sekolah

 Sebelum kegiatan dimulai, guru memperlihatkan setiap gambar yang sudah diperlihatkan dan anak-anak membentuknya dengan menggunakan APE balok dengan waktu yang telah disediakan

(19)

Anjungsari Pitria, 2013

kebutuhan

Rancangan Pembelajaran Pada Siklus II Kegiatan 2 Tabel 3.6

Pembelajaran Menggunakan Permainan Media Balok untuk Meningkatkan Kemampuan Visual-Spasial

Anak Taman Kanak-Kanak

Siklus Indikator Perencanaan

siklus II bentuk segitiga sama sisi dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga siku-siku dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan bentuk persegi dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan persegi panjang dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan setengah lingkaran besar dari kumpulan balok

 Peneliti memberikan gambaran permainan balok yang akan diterapkan dalam penelitian kepada guru

 Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu membuat sebuah rumah

 Guru menjelaskan media yang akan digunakan dalam kegiatan permainan balok, yaitu APE balok yang tersedia di sekolah

 Sebelumnya guru memberikan permainan menumpuk dan menemukan bentuk, sesuai dengan waktu yang di sepakati.

 Sebelum kegiatan permainan balok dimulai, guru bercakap-cakap mengenai sebuah rumah

 Kemudian guru

(20)

Anjungsari Pitria, 2013

 Anak mampu menumpuk balok-balok ke atas dalam satu garis

 Anak mampu memasangkan balok dengan bentuk yang sesuai kebutuhan

 Ketika permainan balok

berlangsung, guru

berkomunikasi/ berdialog dan memberikan motivasi kepada semua anak

Membuat pedoman observasi dan pedoman wawancara. Observasi dilakukan untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran siswa, serta hasil dan tindakan. Sedangkan wawancara bisa dilakukan kepada guru.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Setelah melakukan perencanaan, maka peneliti akan melakukan sebagai berikut.

a. Melakukan Penerapan program pembelajaran menggunakan permainan balok untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak taman kanak-kanak.

b. Peneliti mengamati aktivitas anak selama kegiatan belajar

Dalam pelaksanaanya peneliti diharapkan dapat mengenali dan merekam dengan lengkap gejala-gejala yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, yang bersifat mendukung dan menghambat efektivitas tindakan penelitian.

(21)

Anjungsari Pitria, 2013

tindakan selanjutnya. Catatan peneliti akan menghasilkan suatu bahan untuk mengadakan refleksi dan secara langsung akan memberikan masukan guna memperbaiki kegiatan selanjutnya.

3. Refleksi

Refleksi adalah aktivitas melihat kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan observer. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan selanjutnya.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Tabel 3.7

kisi-kisi instrument penelitian

Peningkatan kemampuan visual-spasial diadaptasi dari Watiah (2010)

Variabel Dimensi Indikator Sub

(22)

Anjungsari Pitria, 2013

kan balok berdasarkan ukuran

2. Kemampu perubahan posisi pada bangunan balok

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga sama sisi dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga siku-siku dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga persegi dari kumpulan balok

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga persegi panjang dari kumpulan balok  Anak mampu menemukan

bentuk setengah lingkaran besar dari kumpulan balok  Anak mampu menemukan

(23)

Anjungsari Pitria, 2013 balok-balok ke atas dalam satu garis

 Anak mampu menempatkan balok-balok bersisian dalam satu garis

 Anak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk balok berbeda yang di buat guru  Anak mampu melanjutkan pola

deret dengan tiga bentuk balok berbeda yang di buat guru b. Anak kucing yang dibuat guru

(24)

Anjungsari Pitria, 2013

sekitarnya sesuai dengan pola gambar anak perempuan yang dibuat guru

Dalam penelitian ini bentuk instrumen yang dipergunakan mencakup :

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya tentang hal-hal yang akan diamatinya (Sanjaya,2009). Observasi dapat dilakukan diantaranya dengan cara melihat, mendengarkan, dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pelaksanaan, dan mengevaluasinya.

Tabel 3.8

Pedoman Observasi Pembelajaran menggunakan Permainan media Balok untuk meningkatkan kemampuan Visual-Spasial Anak

Taman Kanak-Kanak siklus I dan II kegiatan 1

No Item

Penilaian

B C K

1 Menemukan salah satu bentuk geometri yang beda dari kumpulan bentuk geometri

a. Anak mampu menemukan bentuk segitiga sama sisi dari kumpulan balok

2 Anak mampu memasangkan bentuk yang sama

(25)

Anjungsari Pitria, 2013

Menyalin pola-pola yang sederhana

3 a. Anak mampu meniru pola deret yang dibuat oleh guru

4 Membuat susunan balok sederhana a. Anak mampu menempatkan balok

bersisian dalam satu garis 5 Menyusun pola berdasarkan bentuk

a. Anak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk berbeda yang dibuat guru

b. Anak mampu melanjutkan pola deret dengan tiga bentuk berbeda yang dibuat guru

6 Membuat susunan geometris yang sederhana sesuai contoh

a. Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar kucing yang dibuat guru

b. Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak laki-laki yang dibuat guru

c. Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak perempuan yang dibuat guru

B : Indikator tercapai tanpa bantuan guru C : Indikator tercapai dengan bantuan guru

K : Indikator tidak tercapai dan anak perlu stimulasi lebih lanjut

PENILAIAN INDIKATOR (KEMAMPUAN)

Kategori Baik

(Indikator tercapai tanpa bantuan guru) :

(26)

Anjungsari Pitria, 2013

 Anak mampu memasangkan balok dengan bentuk yang sesuai kebutuhan tanpa bantuan guru

 Anak mampu meniru pola deret yang dibuat oleh guru tanpa bantuan guru  Anak mampu menempatkan balok-balok bersisian dalam satu garis tanpa

bantuan guru

 Anak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk berbeda yang dibuat guru tanpa bantuan guru

 Anak mampu melanjutkan pola deret dengan tiga bentuk berbeda yang dibuat guru tanpa bantuan guru

 Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar kucing yang dibuat tanpa bantuan guru

 Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak laki-laki yang dibuat guru tanpa bantuan guru

 Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak perempuan yang dibuat guru tanpa bantuan guru

Kategori Cukup

(Indikator tercapai dengan bantuan guru) :

 Anak mampu menebak perubahan posisi pada bangunan balok dengan bantuan guru

 Anak mampu memasangkan balok dengan bentuk yang sesuai dengan bantuan guru

 Anak mampu meniru pola deret yang dibuat oleh guru dengan bantuan guru

 Anak mampu menempatkan balok-balok bersisian dalam satu garis dengan bantuan guru

 Anak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk berbeda yang dibuat guru dengan bantuan guru

(27)

Anjungsari Pitria, 2013

 Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar kucing yang dibuat dengan bantuan guru

 Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak laki-laki yang dibuat guru dengan bantuan guru

 Anak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak perempuan yang dibuat guru dengan bantuan guru

Kategori Kurang

(Indikator tidak tercapai dan anak perlu stimulasi lebih lanjut) :  Anak tidak mampu menebak perubahan posisi pada bangunan balok Anak

mampu memasangkan balok dengan bentuk yang sesuai tanpa bantuan guru

 Anak tidak mampu meniru pola deret yang dibuat oleh guru

 Anak tidak mampu menempatkan balok-balok bersisian dalam satu garis  Anak tidak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk berbeda

yang dibuat guru

 Anak tidak mampu melanjutkan pola deret dengan tiga bentuk berbeda yang dibuat guru

 Anak tidak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar kucing yang dibuat guru

 Anak tidak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak laki-laki yang dibuat guru

 Anak tidak mampu menyusun balok sesuai dengan pola gambar anak perempuan yang dibuat guru

Tabel 3.9

Pedoman Observasi Pembelajaran menggunakan Permainan media Balok untuk meningkatkan kemampuan Visual-Spasial Anak

Taman Kanak-Kanak siklus I dan II kegiatan 2

(28)

Anjungsari Pitria, 2013

No Item B C K

1. Memilih objek berdasarkan ukuran

a. Anak mampu membedakan balok berdasarkan ukuran

b. Anak mampu mengelompokkan balok berdasarkan ukuran

2 Menemukan salah satu bentuk geometri yang beda dari kumpulan bentuk geometri

a. Anak mampu menemukan bentuk segitiga sama sisi dari kumpulan balok

b. Anak mampu menemukan bentuk segitiga siku-siku dari kumpulan balok

c. Anak mampu menemukan bentuk persegi dari kumpulan balok

d. Anak mampu menemukan persegi panjang dari kumpulan balok e. Anak mampu menemukan setengah

lingkaran besar dari kumpulan balok f. Anak mampu menemukan setengah

lingkaran kecil dari kumpulan balok 3 Membuat susunan balok sederhana

a. Anak mampu menumpuk balok ke atas dalam satu garis

b. Anak mampu membentuk suatu bangunan

B : Indikator tercapai tanpa bantuan guru C : Indikator tercapai dengan bantuan guru

K : Indikator tidak tercapai dan anak perlu stimulasi lebih lanjut

PENILAIAN INDIKATOR (KEMAMPUAN)

Kategori Baik

(Indikator tercapai tanpa bantuan guru) :

(29)

Anjungsari Pitria, 2013

 Anak mampu mengelompokkan balok berdasarkan ukuran tanpa bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga sama sisi dari kumpulan balok tanpa bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga siku-siku dari kumpulan balok tanpa bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk persegi dari kumpulan balok tanpa bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk persegi panjang dari kumpulan balok tanpa bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk setengah lingkaran besar dari kumpulan balok tanpa bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk setengah lingkaran kecil dari kumpulan balok tanpa bantuan guru

 Anak mampu menumpuk balok-balok ke atas dalam satu garis tanpa bantuan guru

 Anak mampu membentuk suatu bangunan tanpa bantuan guru Kategori Cukup

(Indikator tercapai dengan bantuan guru) :

 Anak mampu membedakan balok berdasarkan ukuran dengan bantuan guru

 Anak mampu mengelompokkan balok berdasarkan ukuran dengan bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga sama sisi dari kumpulan balok dengan bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk segitiga siku-siku dari kumpulan balok dengan bantuan guru

(30)

Anjungsari Pitria, 2013

 Anak mampu menemukan bentuk persegi panjang dari kumpulan balok dengan bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk setengah lingkaran besar dari kumpulan balok dengan bantuan guru

 Anak mampu menemukan bentuk setengah lingkaran kecil dari kumpulan balok dengan bantuan guru

 Anak mampu menumpuk balok-balok ke atas dalam satu garis dengan bantuan guru

 Anak mampu membentuk suatu bangunan dengan bantuan guru

Kategori Kurang

(Indikator tidak tercapai dan anak perlu stimulasi lebih lanjut) :  Anak tidak mampu membedakan balok berdasarkan ukuran

 Anak tidak mampu mengelompokkan balok berdasarkan ukuran

 Anak tidak mampu menemukan bentuk segitiga sama sisi dari kumpulan balok

 Anak tidak mampu menemukan bentuk segitiga siku-siku dari kumpulan balok

 Anak tidak mampu menemukan bentuk persegi dari kumpulan balok  Anak tidak mampu menemukan bentuk persegi panjang dari kumpulan

balok

 Anak tidak mampu menemukan bentuk setengah lingkaran besar dari kumpulan balok

 Anak tidak mampu menemukan bentuk setengah lingkaran kecil dari kumpulan balok

 Anak tidak mampu menumpuk balok-balok ke atas dalam satu garis  Anak tidak mampu membentuk suatu bangunan

(31)

Anjungsari Pitria, 2013

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan study pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2008). Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan wawancara yang diajukan peneliti terkait dengan permasalahan penelitian yang dilakukan sebelum dan sesudah tindakan:

Tabel 3.10

Pedoman Wawancara bagi Guru Sebelum Tindakan

No Pertanyaan Jawaban

1

2

3

4

5

6

Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial dalam kegiatan pembelajaran ?

Apa yang menjadi pertimbangan bagi ibu untuk memilih strategi pembelajaran tersebut ?

Menurut pengalaman ibu apakah anak antusias dengan program pembelajaran yang diterapkan di kelas selama ini ?

Apakah tujuan peningkatan kecerdasan visual-spasial anak sudah tercapai dengan menggunakan strategi tersebut ?

Kendala apa yang ditemui dalam pembelajaran peningkatan kecerdasan visual-spasial tersebut ?

(32)

Anjungsari Pitria, 2013

7 Media apa yang digunakan dalam kegiatan mengembangkan kecerdasan visual-spasial dalam pembelajaran ?

Tabel 3.11

Pedoman Wawancara bagi Guru Setelah Tindakan

No Pertanyaan Jawaban

1

2

3

4

5

6

Pernahkah ibu memberikan kegiatan permainan menggunakan media balok ?

Bagaimana tanggapan ibu terhadap kegiatan permainan menggunakan media balok yang telah dilakasanakan untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial ?

Menurut ibu adakah kendala yang dihadapi selama kegiatan permainan dengan menggunakan media balok yang diterapkan dalam meningkatkan kecerdasan visual-spasial ?

Apakah tujuan peningkatan kecerdasan visual-spasial anak sudah tercapai dengan program pembelajaran menggunakan permainan balok ?

Adakah keunggulan dari kegiatan program pembelajaran dengan menggunakan permainan balok yang telah dilakukan dibandingkan dengan strategi yang telah TK ini laksanakan sebelumnya ?

(33)

Anjungsari Pitria, 2013

3. Catatan harian

Catatan harian berguna untuk melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Catatan harian merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru (Sanjaya, 2011). 4. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat data-data yang ada serta pendokumentasian hasil penelitian di lapangan. Dokumentasi yang dilakukan adalah hasil data yang dikumpulkan, foto-foto selama penelitian.

F. Teknis Analisis Data

(34)

Anjungsari Pitria, 2013

1. Reduksi data

Kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Dalam tahap ini peneliti membuang data yang tidak relevan.

2. Mendeskripsikan data

Untuk mempermudah dalam membaca data yang diperoleh dan melihat gambaran secara keseluruhan, maka data yang telah direduksi tersbut kemudian disajikan dalam grafik, matrik, tabel, atu deskripsi menyeluruh pada setiap aspek penelitian.

3. Kesimpulan

Merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.

G. Validitas Data

Menurut Arikunto (2009: 65) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Adapun menurut Sukardi (2008: 31) validitas adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.

Adapun hal-hal yang diungkapkan oleh Wiriatmadja dalam Hartini

(35)

Anjungsari Pitria, 2013

a. Member-check

Kegiatan memeriksa kembali kebenaran dari informasi atau data hasil temuan yang diperoleh dari narasumber, yaitu kepala sekolah, guru ataupun anak sesama observasi dan wawancara.

b. Triangulasi

Proses memeriksa kebenaran data yang dianalisis oleh peneliti dengan mengkonfirmasi kepada guru kelas.

c. Audit Trail

Kegiatan memeriksa kesalahan-kesalahan dalam prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam mengambil kesimpulan.

d. Expert Opinion

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran menggunakan permainan media balok untuk meningkatkan kemampuan visual spasial di kelompok B TK Bunda Balita, dapat disimpulkan bahwa :

1. Kondisi kecerdasan visual-spasial anak di TK Bunda Balita masih perlu stimulus, salah satunya disebabkan penggunaaan media balok yang lebih sering digunakan bermain daripada kegiatan pembelajaran bebas dan belum ada pembelajaran menggunakan permainan media balok yang khusus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan visual-spasial.

2. Penerapan pembelajaran menggunakan permainan media balok menunjukan adanya peningkatan kemampuan visual-spasial pada tiap siklus. Kategori B (baik) pada siklus I kegiatan 1 sebesar 52 % meningkat pada siklus II kegiatan 1 sebesar 78 %, siklus I kegiatan 2 sebesar 72 % meningkat pada siklus II kegiatan 2 sebesar 86 %. Hal ini terjadi karena dalam penerapan pembelajaran menggunakan permainan media balok yang dikemas dalam sebuah permainan yang menyenangkan.

(37)

kategori B (baik) sebesar 26 %, sedangkan pada kegiatan 2 siklus I dan II terjadi peningkatan sebesar 14 %.

B. Rekomendasi

Mengacu pada hasil temuan penelitian, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan anak usia dini. Adapun rekomendasi tersebut antara lain ditujukan bagi :

1. Pihak Sekolah

a. Penyediaan alat dan sumber belajar tetap dijaga dan dirawat, agar anak tetap dapat menggunakannya secara utuh saat bermain ataupun kegiatan berlangsung b. Dibuat permainan menggunakan media balok yang lebih variatif mengarah

ataupun di khususkan untuk menstimulus kecerdasan jamak. 2. Guru

a. Sebagai fasilitator anak saat pembelajaran, diharapkan menjaga untuk tetap memotivasi anak yang kurang percaya diri saat bermain balok.

(38)

3. Peneliti Berikutnya

(39)

Anjungsari Pitria, 2013

Agustin, Mubiar. (2004). Program Bimbingan untuk Mengembangkan

Kecerdasan Jamak/Multiple Intellegences Anak Usia Taman

Kanak-Kanak. UPI tidak diterbitkan

Amstrong, Thomas. (2000). Menerapkan multiple intelegences di sekolah. Bandung : Kaifa

Andari, An an. (2008). Meningkatkan Pembelajaran Logika Matematika Melalui

Penggunaan Media Balok. UPI tidak diterbitkan

Apriany, Lina Nurwulan. (2007). Model Bimbingan untuk Meningkatkan

Keterampilan Persepsi Visual Siswa Berkesulitan Belajar di Sekolah

Dasar. Tesis. SPS UPI: Tidak diterbitkan

Armstrong, Thomas. (2004). Sekolah Para Juara. Bandung : Kaifa

Asrori, M. (2010). Implememtasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam

Pengembangan Permainan Edukatif bagi Pendidikan Anak Usia Dini.

[Oneline].Tersedia:http://gurutrenggalek.blogspot.com/2010/06/implement asi-teori-perkembangan_11.html [11 Juni 2010]

(40)

Anjungsari Pitria, 2013

http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2006/4/30/kel3.html [13 januari 2010]

Eliyawati, C. Zaman, badru. Heri.H.Asep. (2005). Pemilihan dan Pengembangan

Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional

Fridani, Lara. (2010). Cara Melatih Kecerdasan Anak dengan Bermain Balok. [Oneline].Tersedia:http://gayahidupcantiksehat.wordpress.com/2010/08/28 /cara-melatih-kecerdasan-anak-dengan-bermain-balok/ [28 Mei 2010

Hartono, Tri P. (2009). Balok. [Online]. Tersedia : http://www.edukasi.net/mapok/mp_full.php?id=262 [17 Februari 2009]

Hurlock, Elizabeth B . (1978). Psikologi Perkembangan Anak . Jakarta : Erlangga

Jannah, Nur. (2011). Pengaruh Penggunaan Media Balok terhadap Kreativitas

Anak Usia Taman Kanak-Kanak. UPI tidak diterbitkan

Jihad, Bagus. H. (2011). 25 Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual. [Oneline].

Tersedia:http://baguserek.blogspot.com/2011/03/25-cara-mengembangkan-kecerdasan-visual.html#axzz1HKG9xAq3 [5 Maret 2011]

Kurniati, Nurul Vivik. (2010). Upaya Meningkatkan Kretivitas melalui

(41)

Anjungsari Pitria, 2013

nusa klaten-UMS ETD-db.html

Kurniati,E. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Keterampilan

Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tesis : tidak diterbitkan

Kurniati. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Logika Matematika melalui

Penggunaan Balok. [Oneline]. Tersedia :

Gudangmakalah.blogspot.com/2011/07/skripsi_ptk_upaya_meningkatkan.h tml

Lestari, A.R. (2008). Penerapan Pendekatan BCCT (Beyond Center and Circle

Time) dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak Usia Dini pada

Kelompok Bermain Al-Azmi. Skripsi PLS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Lucy. (2010). Mendidik Sesuai Minat dan Bakat Anak. Jakarta : Tangga Pustaka

Lumbalumbi. (2010). Kecerdasan visual spasial. [Oneline]. Tersedia : http://duniaanak.lumbalumbi.com/2010/04/09/kecerdasan-visual-spasial/

Lwin, May. et al.(2005). How To Multiply Your Childs Intelligence : Cara

Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta : Indeks

(42)

Anjungsari Pitria, 2013

[Oneline]. Tersedia :

http://deviarimariani.wordpress.com/2008/06/12/bermain-dan-kreativitas-anak-usia-dini/ [12 Juni 2008]

Mulyanto, Brilliant. (2011). Bermain dapat Menigkatkan Kecerdasan Anak Usia

Dini.[Oneline].Tersedia:http://www.facebook.com/topic.php?uid=118723

631472031&topic=75 [ Mei 2011]

Musfiroh,T. (2004). Bermainsambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Muslihudin & Agustin, M (2008). Mengenali dan Mengembangkan Potensi

Kecerdasan Jamak Anak Usia TK/ RA (Kajian Teoritis Praktis oleh Guru

dan Pendamping Anak Usia Dini) ; Bandung ; Penerbit Rizqi

Pamela. et al. (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak. Children Resources International

Patmondewo, soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Perdana, Yungyun. (2009). Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing)

(43)

Anjungsari Pitria, 2013

Bandung : tidak diterbitkan

Prasetyo, R (2009). Melatih delapan kecerdasan majemuk pada anak dan dewasa. Yogyakayta : ANDI

Salwa, Siti. (2007). Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam

Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini pada Kelompok Bermain

Kartina Kiddy Club. UPI tidak diterbitkan

Schiller,Pam dan Phipps,Pat. (2002). The Complete Daily Curriculum for Early

Chilhood. Beltsville Gryphon House

Solehudin. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung : IKIP

Sudono, Anggani. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan

Anak Usia dini. Jakarta : Grasindo

Sugianto, Mayke. (1995). Bermian, Mainan dan Permianan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti

Suliani. (2009). Sentra Balok. [Oneline]. Terseidia : http://www.srambipaudcenter.com/?page_id=122 1[4 juli 2009]

Tambunan, S.M. (2006). “Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi

(44)

Anjungsari Pitria, 2013

Marliah_Hubungan%20Spasial.pdf

Tn. (2009). Pengertian Permainan. [Oneline]. Tersedia : http://definicinta.blogspot.com/2009/06/pengertian-permainan.html [19 juni 2009]

Tn. (2010). Metode Perrmainan dalam Pembelajaran. [Oneline]. Tersedia :

http://belajarpsikologi.com/metode-permainan-dalam-pembelajaran/#more-1553 [4 September [2010]

Watiah. (2011). Upaya Peningkatan Kecerdasan Visual Spasial melalui Kegiatan

membentuk dengan teknik kolase. UPI tidak diterbitkan

Widyawanti, E.(2008). Mainan Balok Gugah Komunikasi Anak. [Oneline]. Tersedia : http:/mainan-balok-gugah-komunikasi-anak.html

[11November 2008]

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
gambaran permainan balok yang dalam penelitian kepada
gambaran permainan balok diterapkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini merupakan penggabungan elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara dan animasi yang dirangkum menjadi satu ke dalam suatu bentuk aplikasi yang diharapkan mudah

BAB II Profil Respond an Aktivitas siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika Berbasis Hypothetical Learning Trajectori (HLT) ...9.. Hypothetical Learning Trajectory

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Saving Group oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Sumbul Kecamatan

1. Menjabarkan strategi dari suatu usaha ke dalam tujuan strategi yang lebih spesifik oleh tim manajemen eksekutif senior. Menetapkan tujuan keuangan perusahaan dengan

Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan yang ditujukan kepada masyarakat banyak, termasuk kebijakan kesehatan. Tanpa sosialisasi yang baik

 Administrasi : Memenuhi Syarat Administrasi  Klarifikasi Teknis dan Negosiasi Harga : Memenuhi Syarat dan Wajar. Demikian untuk diketahui dan dapat dipergunakan

Judul : Strategi Lanjut Usia (Lansia) Miskin dalam Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. Badaruddin, M.Si)

Dalam rangka melaksanakan pemerintahan tersebut, maka Pemerintah Daerah mengalokasikan dana perimbangan untuk pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan wujud